Cara menghitung HPP tidaklah sulit, tetapi beberapa calon pengusaha terkadang melupakan
beberapa komponen HPP sehingga perhitungannya menjadi tidak tepat.
Dalam pengembangan bisnis, perhitungan harga pokok penjualan adalah sesuatu yang sangat
vital. Harga pokok penjualan atau HPP menjadi hal pertama yang harus dihitung sebelum
memulai penjualan.
Contents
1 Pengertian HPP
2 Komponen yang Digunakan dalam Cara Menghitung HPP
2.1 1. Persediaan Awal Barang
2.2 2. Pembelian Bersih
2.3 3. Persediaan Akhir Barang Dagangan
3 Cara Menghitung HPP
3.1 Rumus Perhitungan Harga Pokok Penjualan
3.1.1 Langkah Pertama: Menghitung Penjualan Bersih
3.1.2 Langkah Kedua : Menghitung Pembelian Bersih
3.1.3 Langkah Terakhir: Menghitung Harga Pokok Penjualan
3.2 Contoh Kasus
4 Mengapa Anda perlu Mengetahui HPP pada Bisnis Anda?
4.1 HPP dan harga
4.2 HPP dan keuntungan bisnis
4.3 Pencatatan harga pokok penjualan dalam akuntansi
5 Perubahan HPP
Pengertian HPP
HPP merupakan singkatan dari Harga Pokok Penjualan, sebuah istilah yang banyak
digunakan pada bidang akuntansi dan pajak. Harga Pokok Penjualan atau HPP
menggambarkan kisaran biaya yang digunakan dalam setiap kegiatan produksi suatu barang
atau jasa.
Biaya yang menjadi komponen HPP ini merupakan biaya-biaya langsung yang selama proses
produksi. Setiap perusahaan yang memproduksi barang atau jasa tentu harus menghitung
semua biaya yang keluar dalam proses produksinya.
Semua biaya tersebut menjadi harga dasar dalam setiap penjualan barang atau jasa tersebut.
Cara menghitung HPP tidak begitu rumit, tetapi pemilik usaha harus memiliki ketelitian yang
baik agar tidak ada komponen biaya yang terlewat dan tidak terhitung.
Sebelum menentukan harga pokok penjualan atau HPP, seorang pemilik usaha harus
mengetahui terlebih dahulu komponen-komponen yang digunakan dalam menghitung HPP.
Ada tiga komponen yang digunakan dalam penghitungan harga pokok penjualan suatu
produk barang atau jasa. Ketiga komponen tersebut adalah
1. Persediaan Awal Barang
Setiap perusahaan harus selalu memperhatikan dan menghitung jumlah ketersediaan barang
yang ada. Penghitungan persediaan awal barang ini umumnya dilakukan pada awal periode
tahun buku yang sedang berjalan.
Persediaan awal barang ini menjadi komponen pertama yang harus diperhitungkan sebelum
menghitung harga pokok penjualan suatu produk barang. Persediaan awal barang ini berisi
stok barang yang tersedia dan akan digunakan dalam proses produksi.
Menghitung persediaan awal barang sangat vital artinya bagi sebuah perusahaan karena dapat
menghindari terjadinya kekosongan stok barang. Kosongnya stok barang yang ada pada
perusahaan bisa mengakibatkan hal fatal mulai dari kelangkaan sehingga mempengaruhi laba
perusahaan.
Baca juga : Lulusan Akuntansi? Berikut 15 Bidang Akuntansi Yang Wajib Anda
Ketahui
2. Pembelian Bersih
Perusahaan harus terus melakukan pembelian barang dagangan, baik secara tunai maupun
kredit. Tujuannya agar tetap menjaga stok barang dagangan dalam kondisi aman. Dalam
penghitungan komponen pembelian bersih, harus memperhitungkan pula besar biaya
transportasi.
Bisa juga dengan mengurangi biaya pembelian bila perusahaan mendapatkan diskon atau
retur terhadap barang yang dibeli. Biaya transportasi juga turut diperhitungkan sebagai bagian
dari pembelian karena juga mempengaruhi nominal transaksi yang digunakan saat pembelian.
Begitu pula dengan adanya diskon, potongan, atau retur terhadap barang yang dibeli oleh
perusahaan. Dengan adanya diskon maka biaya pembelian bersih menjadi berkurang.
Kemudian semua komponen transaksi pembelian tersebut dihitung menjadi pembelian bersih.
Persediaan akhir barang dagangan disebut juga sebagai stok barang dagangan yang tersedia
pada akhir periode tahun pada buku berjalan. Informasi terkait besaran persediaan akhir
barang dagangan ini bisa diketahui dengan melihat data perusahaan yang telah disesuaikan
dan ada pada akhir periode tahun tersebut.
Persediaan akhir barang dagangan ini juga menjadi salah satu komponen perhitungan harga
pokok penjualan. Komponen persediaan akhir barang dagangan ini memiliki karakter
mengurangi stok barang yang siap untuk dijual.
Umumnya, tidak semua barang dagangan pada awal periode digunakan dalam proses
produksi sehingga ada sisa yang akan digunakan dalam proses produksi selanjutnya. Sisa
barang dagangan yang tidak dipakai inilah yang disebut sebagai persediaan akhir barang
dagangan.
Berikut adalah artikel menarik lainnya yang berhubungan dengan HPP:
Cara Menghitung HPP
Untuk menghitung besarnya harga pokok penjualan suatu barang, ada sebuah rumus
sederhana yang digunakan oleh akuntansi. Rumus perhitungan tersebut HPP adalah besarnya
persediaan barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir. Atau secara
matematis dituliskan sebagai berikut:
Sebelum memulai menghitung harga pokok penjualan dengan rumus tersebut, langkah
pertama adalah dengan menghitung penjualan bersih suatu perusahaan. Penjualan bersih ini
merupakan salah satu komponen dalam pendapatan yang diterima oleh perusahaan.
Dalam penjualan bersih, terdapat berbagai komponen perhitungan seperti penjualan kotor,
retur, dan diskon yang diberikan perusahaan. Berikut ini adalah rumus yang bisa digunakan
untuk menghitung penjualan bersih:
Retur akan mengurangi penjualan karena menjadi komponen yang merugikan perusahaan.
Khusus pada tahap penjualan bersih tidak memperhitungkan biaya kirim yang dilakukan oleh
perusahaan karena hal tersebut ditanggung oleh pembeli.
Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung pembelian bersih yang dilakukan oleh
perusahaan. Dalam perhitungan ini yang tidak boleh terlupa adalah menghitung komponen
biaya kirim yang harus ditanggung perusahaan saat membeli barang, selain biaya pembelian
secara umum tentunya.
Pembelian bersih = (Total pembelian tunai dan kredit + biaya angkut) – (retur pembelian
+ potongan pembelian)
Persediaan awal barang ini mengacu pada jumlah barang yang dimiliki perusahaan pada awal
periode perhitungan buku tahunan. Besarnya persediaan awal ini bisa berasal dari sisa barang
yang tidak terjual atau digunakan pada proses produksi pada periode sebelumnya. Sehingga
untuk mengamankan stok dilakukan pembelian bersih barang tambahan.
Baca juga : Akuntansi Anggaran, Pengertian, Tujuan, dan Fungsinya pada Bisnis
Setelah semua komponen perhitungan sudah terpenuhi, langkah terakhir adalah dengan
menghitung harga pokok penjualan sesuai dengan rumus di atas. Untuk menghitung harga
pokok dibutuhkan langkah yang cukup panjang.
Sehingga dalam melakukannya harus penuh hati-hati dan teliti. Kesalahan sedikit saja dalam
melakukan perhitungan harga pokok penjualan bisa berakibat fatal. Cara menghitung HPP
atau harga produksi tidak terlalu sulit. Yang terpenting adalah pemahaman yang mendalam
terkait dengan laporan keuangan perusahaan.
Oleh karena itu, Anda harus memahami dengan baik cara perhitungannya. Agar tidak terjadi
kesalahan fatal dalam bisnis Anda.
Contoh Kasus
– Pembelian : Rp60.000.000
Penghitungan HPP:
– Pembelian bersih = (Rp60.000.000 + Rp2.000.000) – (Rp3.000.000 + Rp2.500.000) =
Rp56.500.000
Berikut beberapa alasan mengapa Anda harus mengetahui harga pokok penjualan.
Penetapan harga produk adalah salah satu tanggung jawab tersulit yang Anda miliki. Anda
perlu memberi harga barang yang tepat untuk menjualnya dan menghasilkan keuntungan.
Jika Anda mengetahui harga pokok penjualan, Anda dapat menetapkan harga yang memberi
Anda margin keuntungan yang sehat. Dan, Anda dapat menentukan kapan harga produk
tertentu perlu dinaikkan.
Misalkan harga pokok penjualan Anda untuk Produk A sama dengan 10.000 Anda perlu
memberi harga produk lebih tinggi dari 10.000 untuk menghasilkan keuntungan.
Dan ketika Anda mengetahui laba kotor bisnis Anda, Anda dapat menghitung pendapatan
atau laba bersih Anda, yang merupakan jumlah yang diperoleh bisnis Anda setelah
mengurangi semua biaya.
HPP Anda juga berperan dalam neraca Anda. Neraca untuk bisnis kecil mencantumkan nilai
persediaan bisnis Anda di bawah aset saat ini. Buat daftar persediaan akhir Anda untuk
periode akuntansi.
Break Even Point (BEP): Pengertian dan Cara Hitungnya0
Dalam berbisnis, ada saat dimana biaya yang kita keluarkan dalam
mengoperasikan bisnis menemui “titik impas”. Kondisi seperti ini dalam ilmu
manajemen keuangan disebut dengan Break Even Point atau disingkat BEP.
Singkatnya begini, BEP adalah dimana biaya operasional yang digunakan sama
besarnya dengan pendapatan yang didapat.
Kondisi keuangan yang Anda keluarkan untuk bisnis tidak untung maupun rugi
sehingga berada di posisi yang seimbang.
Untuk lebih lengkapnya mengenai Break Even Point atau BEP mari simak
penjelasan singkat berikut ini.
Pendapatan (Revenue)
Pendapatan atau penghasilan merupakan perhitungan hasil yang didapat dari
penjualan. Jumlah pendapatan didapat dari harga jual dikalikan dengan jumlah
produk yang terjual.
Nilai pendapatan berfungsi untuk proyeksi pendapatan pada periode selanjutnya
dengan nilai keuntungan dan/atau jumlah unit dan harga yang berbeda.
Metode Persamaan
Metode persamaan merupakan metode yang digunakan berdasarkan laporan laba
rugi.
Rumus pertama digunakan untuk mengetahui berapa unit jumlah barang/jasa yang
harus diproduksi untuk mencapai BEP yaitu:
BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk –
Biaya variabel setiap unit produk
Rumus kedua adalah untuk mengetahui berapa rupiah nilai penjualan yang harus
diterima untuk mendapatkan titik impas. Adapun rumusnya sebagai berikut.
BEP (rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap
Unit Produk / Harga Jual Per Unit)
atau
BEP (Satuan Rupiah) = (Biaya Tetap / Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel)
x Harga Jual per Unit
BEP untuk produk ganda
BEP Produk Ganda = Biaya Tetap (Fixed Cost) / [(1 – v/c) x Wi]
Dimana v/c merupakan perbandingan variable cost atau biaya variabel dan harga
jual.
Sedangkan Wi menyatakan persentase dari total penjualan tiap produk dalam
rupiah atau bisa disebut dengan bobot kontribusi margin.
Pada keadaan BEP laba operasionalnya sama dengan nol sehingga menghasilkan
jumlah produk yang dijual mencapai BEP ditambah biaya tetap.
Metode Grafik
Selain dengan metode persamaan, BEP atau Break Even Point dapat digambarkan
melalui metode grafik.
Grafis BEP akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis
horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal.
Nah, titik impas atau BEP terletak pada perpotongan antara garis volume penjualan
dan garis biaya.
Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat grafik di bawah ini.
Pada grafik tersebut, irisan pada sebelah kiri garis BEP merupakan sisi kerugian
(loss) dan sebelah kanan merupakan sisi laba (profit).
Grafik BEP mampu mempermudah pengusaha untuk melihat dan mengevaluasi
perubahan volume tahun lalu dan memproyeksikan volume penjualan pada tahun
selanjutnya.
Menurut Henry Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen (2012), melalui
grafik BEP, hal yang penting bagi pengusaha untuk diperhatikan adalah selama
harga jual melebihi biaya variabel, maka penjualan yang lebih banyak akan
menguntungkan perusahaan baik dengan meningkatkan laba atau mengurangi
kerugian.
Sehingga penting bagi perusahaan tetap beroperasi untuk mencegah kerugian yang
lebih besar lagi.