MODUL 1
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
KB 2 Persediaan Barang Dagang
Nama Penulis:
Patriani Wahyu Dewanti, S.E., M.Acc.
3. Pokok-Pokok Materi
a. Konsep Persediaan Barang Dagang
b. Pencatatan sistem perpetual
c. Pencatatan sistem periodik
d. Perhitungan metode persediaan Identifikasi Khusus, FIFO, LIFO dan Rata-
rata
4. Uraian Materi
A. Definisi Persediaan
Persediaan adalah salah satu aset lancar yang signifikan bagi
perusahaan pada umumnya, terutama perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur. Berdasarkan hal tersebut persediaan menjadi penting bagi
perusahaan.
Menurut PSAK 14 Persediaan adalah aset :
1) Dikuasai untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
2) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau
3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Berdasarkan kriteria di atas terdapat beberapa poin penting, yaitu :
1) Persediaan merupakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal. Ini berarti aset yang dikelompokkan sebagai persediaan adalah aset
yang memang selalu dimaksud untuk dijual atau digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
2) Perlengkapan yang dimaksud sebagai persediaan adalah perlengkapan
yang digunakan dalam proses produksi, sehingga perlengkapan kantor
(seperti alat tulis kantor) dengan tujuan untuk digunakan dalam kegiatan
administrasi kantor dan bukan untuk dijual, bukanlah bagian dari
persediaan.
3) Perlengkapan tersebut juga harus merupakan perlengkapan yang
digunakan secara reguler dalam proses produksi dan bukan perlengkapan
yang hanya bisa digunakan bersamaan dengan aset tetap.
Contoh :
Tuan Miftah pada saat pendirian perusahaannya tanggal 1 Januari 2019
menyetor uang tunai Rp25.000.000,00 dan barang dagangan sebesar
Rp10.000.000,00. transaksi ini dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 1 Kas Rp25.000.000,00
Jan
Persediaan Rp10.000.000,00
Modal Tn Miftah Rp35.000.000,00
(mencatat modal Tn.
Miftah)
Utang usaha yang timbul dari pembelian kredit ini pada tanggal jatuh temponya
harus dibayar. Pembayaran ini dicatat dengan debit akun Utang Usaha dan
kredit Kas. Misalnya, kewajiban yang timbul dari pembelian kredit yang baru
lalu setelah dikurangi retur, dibayar tanggal 26 Agustus 2019. Transaksi
pembayaran kewajiban ini dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut
Pada contoh di atas, utang dibayar pada tanggal 10 Maret yang berarti tanggal
pembayaran dilakukan dalam masa 10 hari, sehingga diperoleh potongan tunai.
Jika utang dibayar tanggal 20 Maret, jumlah uang yang dikeluarkan untuk
membayar adalah Rp50.000.000,00 tanpa adanya potongan tunai. Jurnalnya
adalah sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 20 Utang usaha Rp50.000.000,00
Maret
Kas (mencatat Rp50.000.000,00
pembayaran barang
dagang)
b. Penjualan Kredit
Pada 20 Mei 2019 perusahaan menjual barang dagangan secara kredit sebesar
Rp2.000.000,00 transaksi ini dicatat sebagai berikut :
c. Potongan Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah potongan tunai atau cash discount
yang diberikan kepada pelanggan karena dia membayar dalam masa potongan
sebagaimana tertera dalam syarat pembayaran.
Contoh : Piutang diterima pada tanggal 12 Desember yang berarti tanggal
pembayaran dilakukan dalam masa 10 hari atau masa potongan, sehingga
kepada langganan diberikan cash discount sebesar 3%. Jika pelanggan
membayar utangnya pada tanggal 26 Desember (di luar masa potongan),
jumlah yang harus dibayar oleh pelanggan adalah Rp250.000.000,00. Jika
transaksinya seperti itu, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 26 Kas Rp250.000.000,00
Des
Piutang Usaha Rp250.000.000,00
d. Retur Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah harga barang yang diterima
kembali dari pelanggan karena alasan tertentu, seperti misalnya barang tidak
cocok dengan pesanan.
Contoh retur penjualan telah dibahas pada poin penjualan tunai dan penjualan
kredit
e. Beban Angkut Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah beban pengangkutan barang-
barang yang dijual yang ditanggung perusahaan. Akun ini dilaporkan di
laporan Laba – Rugi bukan sebagai pengurang akun penjualan, melainkan
sebagai satu pos dalam kelompok beban pemasaran / penjualan .
Contoh : Pada tanggal 24 Agustus 2019, dibayar beban pengangkutan atas
barang-barang yang dijual sebesar Rp42.500.000,00. Jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut :
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 24 Beban Angkut Rp42.500.000,00
Agust Pembelian
Kas Rp42.500.000,00
f. Harga Pokok Penjualan atau Beban Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)
Akun ini digunakan untuk mencatat biaya perolehan yang melekat pada
persediaan yang sudah dijual selama satu periode akuntansi. Akun ini
diselenggarakan pada akhir periode melalui jurnal penyesuaian, setelah
diketahui Harga Pokok Penjualan pada akhir periode. Asumsi dari transaksi di
atas saldo persediaan akhir adalah Rp 10.000,00, sehingga perhitungan Harga
Pokok Penjualannya adalah sebagai berikut :
(a) Menentukan saldo persediaan awal
(b) Ditambahkan pada pembelian
(c) Dikurangi harga pokok persediaan akhir
BPP = persediaan awal + pembelian bersih – persediaan akhir
Secara ringkas jurnal di atas dapat dibuat seperti dibawah ini (dalam ribuan)
Debit Kredit
Tanggal Deskripsi
(Rp) (Rp)
2019
Des 31 Harga Pokok Penjualan 492.000
Persediaan (akhir) 10.000
Retur Pembelian 60.000
Potongan Pembelian 15.000
Pembelian 500.000
Pengangkutan Pembelian 50.000
Persediaan (awal)
(Untuk mencatat penyesuaian akun-akun yang
bersangkutan dengan persediaan ke Harga
Pokok Penjualan)) 27.000
Debit Kredit
Tanggal Deskripsi
(Rp) (Rp)
2019 31 Ikhtisar Laba Rugi 844.000
Des Potongan Penjualan 10.000
Retur Penjualan 90.000
Harga Pokok Penjualan 492.000
Beban Angkut Penjualan 7.000
Beban Penyusutan Gedung
Kantor 6.600
Beban Gaji dan Komisi 233.400
Beban Bunga 5.000
(Untuk menutup akun temporer
bersaldo debit)
31 Penjualan 1.000.000
Ikhtisar Laba Rugi 1.000.000
(Untuk menutup akun penjualan)
31 Ikhtisar Laba Rugi 156.000
Modal Tuan Jaya 156.000
(Untuk menutup saldo laba ke akun
modal)
Jika terjadi retur pembelian yang timbul dari pembelian kredit, maka utang
usaha berkurang dan persediaan berkurang sejumlah harga barang yang
dikembalikan. Berkurangnya persediaan ini dicatat dalam debit akun Utang
Usaha dan kredit akun Persediaan. Misalnya, Rp10.000.000,00 di antara
pembelian kredit yang dilakukan pada 16 Agustus 2019 dikembalikan pada
penjual tanggal 18 Agustus 2019. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
Utang usaha yang timbul dari pembelian kredit ini pada tanggal jatuh temponya
harus dibayar. Pembayaran ini dicatat dengan debit akun Utang Usaha dan
kredit akun Kas. Misalnya, utang yang timbul dari pembelian kredit pada
tanggal 16 Agustus 2019 yang baru lalu setelah dikurangi retur dibayar pada
tanggal 18 Agustus 2019. Transaksi pembayaran utang ini dicatat dalam buku
jurnal sebagai berikut.
Jika dari penjualan di atas terdapat retur penjualan pada 17 Mei 2019 sebesar
Rp15.000.000,00 dengan Harga Pokok Penjualan Rp12.000.000,00, jurnalnya
sebagai berikut.
Jika pelanggan membayar utangnya pada tanggal 26 Desember (di luar masa
potongan), jumlah yang harus dibayar pelanggan adalah Rp250.000.000,00 Jika
transaksinya seperti itu, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
2. Metode Rata-Rata
Dalam metode rata-rata atau metode rata-rata tertimbang (weighted
average) biaya barang tersedia untuk dijual (persediaan awal dan
pembelian) dibagi dengan unit tersedia untuk dijual, untuk mendapatkan
biaya rata-rata per unit. Apabila perusahaan menggunakan metode
pencatatan periodik, maka biaya rata-rata per unit hanya akan dihitung di
akhir periode saja. Sedangkan dalam metode pencatatan perpetual, setiap
kali dilakukan pembelian maka akan dihitung biaya rata-rata per unit yang
baru. Untuk metode pencatatan perpetual, asumsi arus biaya rata-rata
dikenal dengan nama metode biaya rata-rata bergerak (moving average
method).
Karena metode pencatatan periodik menghitung biaya rata-rata
hanya 1 kali saja di akhir periode sedangkan metode pencatatan perpetual
menghitung biaya rata-rata setiap kali terjadi pembelian, maka nilai
persediaan akhir dan Harga Pokok Penjualan akan berbeda antara metode
pencatatan periodik dan metode pencatatan perpetual.
Ilustrasi :
Metode Rata-Rata Periodik versus Perpetual
Harga Pokok
Jumlah
Tanggal Pembelian Penjualan
(Dalam Ribuan)
(Dalam Ribuan)
Janu. 1 Persediaan 10 @ Rp 100 Rp 1.000,00
Awal
April 15. 20 @ Rp 110 Rp 2.200 30 @ Rp 106,667 Rp 3.200,00
April 24. 30 @ Rp 120 Rp 3.600 60 @ Rp 113,333 Rp 6.800,00
Sept. 10. 55 x Rp 113,333 = 5 @ Rp 113,333 Rp 567
Rp 6.233,00
Nov. 27. 40 @ Rp 130 Rp 5.200 45 @Rp 128,156 Rp 5.767
c) September 10.
Penjualan pada September 10 menggunakan harga per unit sesuai dengan harga
per unit pada tanggal 15 April.
Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 Persediaan Awal 10 Rp 100 Rp 1.000
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
Septem. 10 Penjualan (55) Rp 113,333 (Rp 6.233)
Total unit 5 Rp 567
d) November 27.
Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 Persediaan Awal 10 Rp 100 Rp 1.000
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
Septem. 10 Penjualan (55) Rp 113,333 (Rp 6.233)
Novem. 27. Pembelian 40 Rp130 Rp 5.200
Persediaan akhir 45 (Rp 567 + Rp Rp 128,156
5.200):45
3) Metode First In First Out (FIFO)
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama dibeli
merupakan barang yang pertama terjual. Keunggulan metode ini terletak
pada nilai persediaan yang dilaporkan di laporan posisi keuangan (neraca).
Karena barang yang dibeli pertama diasumsikan dijual pertama, maka nilai
barang yang dilaporkan sebagai persediaan di neraca mencerminkan harga
perolehan yang terbaru, sehingga dalam keadaan perputaran persediaan
normal, nilai persediaan di neraca lazimnya lebih mendekati nilai sekarang
dari persediaan. Tetapi, kelemahan metode ini adalah pada nilai Harga
Pokok Penjualan yang dilaporkan di laporan laba rugi. Harga Pokok
Penjualan merupakan biaya perolehan masa lalu yang ditandingkan dengan
pendapatan sekarang. Sehingga jika tingkat inflasi cukup tinggi dapat
timbul laba semu, terutama untuk barang yang perputarannya agak lambat.
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir dan Harga
Pokok Penjualan yang sama, baik menggunakan metode pencatatan
periodik maupun metode pencatatan perpetual.
Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 Persediaan Awal 10 Rp 100 Rp 1.000
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
Nove. 27 Pembelian 40 Rp 130 Rp 5.200
Harga Pokok
Ta Jumlah
Pembelian Penjualan (Dalam
ngg (Dalam Ribuan)
Ribuan)
al
Januari. Persediaan 10 @ Rp 100 Rp 1.000,00
1 Awal
April 20 @ Rp 110 Rp 2.200 10 @ Rp 100 Rp 1.000,00
15. 20@ Rp 110 Rp 2.200,00
April 30 @ Rp 120 Rp 3.600 10 @ Rp 100 Rp 1.000,00
24. 20@ Rp 110 Rp 2.200,00
30 @ Rp 120 Rp 3.600,00
Septem 10@Rp 100: Rp1.000
ber 10. 20@ Rp 110: Rp 2.200
30 @ Rp120: Rp 3.600
Rp 6.200 5@Rp120 Rp 600,00
Novem 40 @ Rp 130 Rp 5.200 5@Rp120 Rp 600,00
ber 27. 40@Rp 130 Rp 5.200,00
Rp 5.800,00
Biaya tersedia untuk dijual = Rp 12.000.000,00
Dikurangi : Persediaan Akhir = (Rp 5.800.000,00)
Harga Pokok Penjualan = Rp 6.200.000,00
Metode FIFO Perpetual
Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 Persediaan 10 Rp 100 Rp 1.000
Awal
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
November 27 Pembelian 40 Rp 130 Rp 5.200
Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 10 Rp 100 Rp 1.000
April 15. 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. 15 Rp 120 Rp 1.800
Total 45 Rp 5.000
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Persediaan adalah salah satu aset lancar yang signifikan bagi perusahaan
pada umumnya, terutama perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.
Berdasarkan hal tersebut persediaan menjadi penting bagi perusahaan. Menurut
PSAK 14 Persediaan adalah aset :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Dalam metode perpetual, catatan persediaan selalu dimutakhirkan
(updated) Setiap kali terjadi transaksi yang melibatkan persediaan, sehingga
perusahaan selalu mengetahui kuantitas dan nilai persediaanya setiap saat.
Metode periodik, jumlah persediaan ditentukan secara berkala (periodik)
dengan melakukan penghitungan fisik dan mengalikan jumlah unit tersebut
dengan harga satuan untuk memperoleh nilai persediaan yang ada pada saat itu.
Metode First in First Out ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama dibeli
merupakan barang yang pertama terjual. Keunggulan metode ini terletak pada
nilai persediaan yang dilaporkan di laporan posisi keuangan (neraca). Dalam
metode Last In First Out, diasumsikan barang yang dibeli terakhir adalah
barang yang dijual pertama, sehingga persediaan yang tersisa di persediaan
akhir adalah barang yang paling awal diperoleh
2. Tes Formatif
1. Pada perusahaan dagang, salah satu aktivitas operasionalnya adalah
membeli barang dagang dan menjualnya kembali. Pembelian barang
dagang akan dimasukkan dalam persediaan. Standar Akuntansi yang
membahas mengenai persediaan adalah PSAK 14, dalam PSAK 14
Persediaan dapat diartikan. ..
A. Aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
B. Aset barang dagangan
C. Aset dari produk manufaktur
D. Aset dari produk Jasa
E. Produk tidak laku
2. PT. A memiliki data persediaan sebagai berikut :
Unit Biaya (Rp)
Persediaan, Jan 1 8,000 11.000
Pembelian, Juni 19 13,000 12.000
Pembelian, Nov 8 5,000 13,000
Pada akhir bulan PT. A memiliki persediaan akhir secara fisik sebanyak
9,000 unit, Harga Pokok Penjualan persediaan akhir dengan menggunakan
metode FIFO adalah :
A. Rp 99.000.000,00
B. Rp 108.000.000,00
C. Rp 113.000.000,00
D. Rp 117.000.000,00
E. Rp 120.000.000,00
3. PT. A memiliki data persediaan sebagai berikut :
Unit Biaya (Rp)
Persediaan, Jan 1 5,000 8.000
Pembelian, Juni 19 15,000 10.000
Pembelian, Nov 8 20,000 12,000
Pada akhir bulan PT. A memiliki persediaan akhir secara fisik sebanyak
7,000 unit, Harga Pokok Penjualan persediaan akhir dengan menggunakan
metode rata-rata adalah :
A. Rp 84.000.000,00
B. Rp 70.000.000,00
C. Rp 56.000.000,00
D. Rp 75.250.000,00
E. Rp 120.000.000,00
4. Pada aktivitas pembelian dan penjualan, perusahaan akan mendapatkan
potongan pembelian atau penjualan. Potongan dapat berupa Trade discount
dan cash discount, trade discount merupakan. ..
A. Potongan harga resmi
B. Potongan pembelian
C. Potongan perdagangan
D. Potongan harga yang diberikan oleh penjual dari harga resmi yang
tertera pada daftar harga atau katalog.
E. Potongan pada syarat kredit
5. Pada aktivitas pembelian dan penjualan, perusahaan akan mendapatkan
potongan pembelian atau penjualan. Potongan dapat berupa Trade discount
dan cash discount, cash discount merupakan. ..
A. Potongan harga yang diberikan oleh penjual dari harga resmi yang
tertera pada daftar harga atau katalog.
B. Potongan harga resmi
C. Potongan perdagangan
D. Potongan pembelian
E. Potongan yang diberikan oleh penjual kepada pembeli karena pembeli
membayar dalam masa potongan tunai sebagaimana tertera dalam syarat
pembayaran
6. Persediaan akhir PT. A dicatat kurang catat sebesar Rp 122.000.000,00.
Pengaruh kesalahan pencatatan tersebut pada perhitungan Harga Pokok
Penjualan dan laba bersih adalah. ..
A. Kurang catat, lebih catat
B. Lebih catat, kurang catat
C. Lebih catat, lebih catat
D. Kurang catat, kurang catat
E. Tidak ada perubahan
7. PT. A memiliki data persediaan sebagai berikut :
Unit Biaya (Rp)
Persediaan, Jan 1 8,000 11.000
Pembelian, Juni 19 13,000 12.000
Pembelian, Nov 8 5,000 13,000
Pada akhir bulan PT. A memiliki persediaan akhir secara fisik sebanyak
9,000 unit, Harga Pokok Penjualan persediaan akhir dengan menggunakan
metode LIFO adalah :
A. Rp 84.000.000,00
B. Rp 70.000.000,00
C. Rp 99.000.000,00
D. Rp 100.000.000,00
E. Rp 120.000.000,00
8. Dalam perhitungan persediaan yang tersedian untuk dijual, terdiri dari dua
elemen. ..
A. Persediaan awal dan persediaan akhir
B. Persediaan awal dan beban pokok pembelian
C. Persediaan akhir dan beban pokok pembelian
D. Persediaan awal dan Harga Pokok Penjualan
E. Persediaan awal dan harga per unit persediaan
9. Apabila persediaan awal sebesar Rp 600.000,00,beban pokok pembelian
Rp 3.800.000,00 dan persediaan akhir Rp 500.000,00 maka Harga Pokok
Penjualan. ..
A. Rp 3.900.000,00
B. Rp 3.700.000,00
C. Rp 3.500.000,00
D. Rp 3.300.000,00
E. Rp 4.200.000,00
10. PT. A merupakan perusahaan alat tulis membutuhkan metode yang dapat
memberikan data persediaan secara mutakhir , maka metode yang sebaiknya
digunakan. ...
A. FIFO
B. LIFO
C. Rata-rata
D. Perpetual
E. Periodik