Anda di halaman 1dari 43

No Kode: DAR2/Profesional/857/05/2022

PENDALAMAN MATERI AKUNTANSI

MODUL 1
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
KB 2 Persediaan Barang Dagang

Nama Penulis:
Patriani Wahyu Dewanti, S.E., M.Acc.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi


2022
A. Pendahuluan
Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah
membeli, menyimpan, dan menjual kembali barang dagang tanpa memberikan
nilai tambah terhadap barang dagang tersebut. Dalam siklus operasional
perusahaan salah satunya adalah pembelian persediaan barang dagangan untuk
dijual kembali, sehingga diperlukan pengelolaan persediaan yang tepat yaitu cara
pencatatan dan penghitungan persediaan Kegiatan belajar ketiga ini akan
membahas mengenai metode pencatatan persediaan barang dagangan dan metode
penghitungan Harga Pokok Penjualan.
Modul ini memiliki relevansi untuk mendukung pelaksanaan program
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan. Setelah mengikuti pembelajaran
pada Modul 1 dan Kegiatan Belajar 2 ini mahasiswa mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan khususnya kompetensi profesional Akuntansi dan
Keuangan pada materi persediaan barang dagang. Dengan mempelajari modul
kegiatan belajar kedua ini diharapkan mahasiswa memiliki pemahaman,
penguasaan konsep, dan penerapan konsep mengenai metode pencatatan
persediaan barang dagangan dan metode penghitungan Harga Pokok Penjualan.
Modul 1 Kegiatan Belajar 3 ini dibagi menjadi beberapa materi: (1) Definisi
Persediaan; (2) Metode Penentuan Kuantitatif; (3) Metode Pencatatan Persediaan;
dan (4) Metode Penghitungan Persediaan.
Agar mahasiswa berhasil menguasai materi-materi penghitungan
persediaan barang dagang, ikutilah petunjuk belajar berikut:
1. Baca capaian/sub-capaian pembelajaran dengan cermat sebelum membaca
materi kegiatan belajar.
2. Baca materi kegiatan belajar dengan cermat.
3. Kerjakan latihan sesuai petunjuk/rambu-rambu yang diberikan. Jika tersedia
kunci latihan, janganlah melihat kunci sebelum mengerjakan latihan.
4. Baca rangkuman, kemudian kerjakan tes formatif secara jujur tanpa terlebih
dahulu melihat kunci.
5. Jika petunjuk di atas Anda ikuti dengan disiplin, Anda akan berhasil.
6. Selamat belajar.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
a. Mahasiswa menguasai teori dan menerapkan konsep akuntansi dasar dan
akuntansi keuangan serta implementasinya dalam kegiatan usaha.
b. Mahasiswa menguasai dan mengaplikasikan praktikum akuntansi
perusahaan dagang

2. Sub Capaian Pembelajaran


a. Mahasiswa menguasai konsep persediaan perusahaan dagang.
b. Mahasiswa dapat melakukan pencatatan transaksi dengan menggunakan
sistem periodik.
c. Mahasiswa dapat melakukan pencatatan dengan menggunakan sistem
perpetual.
d. Mahasiswa dapat melakukan penghitungan persediaan dengan
menggunakan metode FIFO, LIFO, Rata-rata.

3. Pokok-Pokok Materi
a. Konsep Persediaan Barang Dagang
b. Pencatatan sistem perpetual
c. Pencatatan sistem periodik
d. Perhitungan metode persediaan Identifikasi Khusus, FIFO, LIFO dan Rata-
rata
4. Uraian Materi
A. Definisi Persediaan
Persediaan adalah salah satu aset lancar yang signifikan bagi
perusahaan pada umumnya, terutama perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur. Berdasarkan hal tersebut persediaan menjadi penting bagi
perusahaan.
Menurut PSAK 14 Persediaan adalah aset :
1) Dikuasai untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
2) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau
3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Berdasarkan kriteria di atas terdapat beberapa poin penting, yaitu :
1) Persediaan merupakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal. Ini berarti aset yang dikelompokkan sebagai persediaan adalah aset
yang memang selalu dimaksud untuk dijual atau digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
2) Perlengkapan yang dimaksud sebagai persediaan adalah perlengkapan
yang digunakan dalam proses produksi, sehingga perlengkapan kantor
(seperti alat tulis kantor) dengan tujuan untuk digunakan dalam kegiatan
administrasi kantor dan bukan untuk dijual, bukanlah bagian dari
persediaan.
3) Perlengkapan tersebut juga harus merupakan perlengkapan yang
digunakan secara reguler dalam proses produksi dan bukan perlengkapan
yang hanya bisa digunakan bersamaan dengan aset tetap.

B. Nilai dan Pengukuran Persediaan


Berdasarkan PSAK 14 terdapat dua nilai yang harus diperhatikan, yaitu
(1) nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha normal
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan
untuk membuat penjualan, (2) nilai wajar adalah harga yang akan diterima
untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan
suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar dan tanggal
pengukuran.
Nilai realisasi neto mengacu pada jumlah neto yang diharapkan entitas
untuk direalisasi dari penjualan persediaan dalam kegiatan usahan normal. Nilai
wajar mencerminkan suatu harga di mana transaksi teratur untuk menjual
persediaan yang sama di pasar utama (atau opaling menguntungkan) untuk
persediaan tersebut akan terjadi antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
Nilai realisasi neto adalah nilai spesifik perusahaan sedangkan nilai wajar
bukan merupakan nilai spesifik perusahaan. Nilai realisasi neto untuk
persediaan dapat tidak sama dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
PSAK 14 menjelaskan bahwa pengukuran persediaan dilakukan dengan
mengukur mana yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi
neto.

C. Metode Penentuan Kuantitas Persediaan


Jumlah barang yang tersedia untuk dijual pada suatu waktu tertentu sangat
penting diketahui oleh perusahaan dan tentunya harus diketahui pada saat
menyusun laporan keuangan. Dalam menentukan jumlah persediaan barang
dagang, jumlah persediaan secara fisik yang harus dimiliki juga sangat penting
untuk diketahui. Perlu dipahami bahwa masalah penentuan kuantitas persediaan
adalah masalah sistem dan prosedur akuntansi persediaan. Jadi hal ini
merupakan permasalahan dalam teknik pencatatan arus barang dan bukan
masalah akuntansi keuangan sehingga tidak diatur dalam suatu standar
akuntansi keuangan.
D. Metode Pencatatan Persediaan
Ditinjau dari sudut sistem akuntansi terdapat dua metode akuntansi untuk
mengetahui jumlah kuantitas atau unit fisik persediaan yang dimiliki
perusahaan pada suatu saat tertentu, yaitu metode periodik dan metode
perpetual.
1) Metode Periodik
Metode periodik, jumlah persediaan ditentukan secara berkala
(periodik) dengan melakukan penghitungan fisik dan mengalikan jumlah
unit tersebut dengan harga satuan untuk memperoleh nilai persediaan yang
ada pada saat itu. Dalam metode ini, setiap kali ada pembelian persediaan
akan dicatat pada akun Pembelian. Sedangkan pada saat penjualan hanya
dibukukan Penjualan sejumlah harga penjualan, dan tidak dihitung Harga
Pokok Penjualan untuk setiap transaksi. Pada akhir periode usaha untuk
menyusun laporan keuangan, harus dilakukan perhitungan fisik persediaan
untuk mengetahui nilai Persediaan Akhir dan Harga Pokok Penjualan.
Kelebihan penggunaan metode periodik adalah mudah untuk
diterapkan. Sedangkan kelemahannya adalah perusahaan tidak mengetahui
dengan pasti kuantitas dan total biaya perolehan persediaan sampai
dilakukannya penghitungan fisik.
Berikut penjelasan akuntansi pembelian dan penjualan barang dagangan
dengan menggunakan sistem periodik.
Transaksi Pembelian
(1) Persediaan
Akun ini digunakan untuk mencatat nilai persediaan yang masih tersisa
pada awal dan akhir periode. Di dalam akun ini, pembelian dan penjualan
yang mengakibatkan bertambah dan berkurangnya persediaan tidak dicatat,
namun penambahan dan pengurangan yang timbul dari setoran tambahan
dan pengambilan pribadi pemilik dicatat.

Contoh :
Tuan Miftah pada saat pendirian perusahaannya tanggal 1 Januari 2019
menyetor uang tunai Rp25.000.000,00 dan barang dagangan sebesar
Rp10.000.000,00. transaksi ini dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 1 Kas Rp25.000.000,00
Jan
Persediaan Rp10.000.000,00
Modal Tn Miftah Rp35.000.000,00
(mencatat modal Tn.
Miftah)

(2) Pembelian Tunai


Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah harga beli barang dagangan yang
dibeli selama satu periode. Harga beli adalah harga beli bersih diluar trade
discount.
Contoh :
Pada 14 September 2019 dibeli barang dagangan Rp70.000.000,00 (harga
setelah dikurangi trade discount) tunai. Transaksi ini dicatat sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 14 Pembelian Rp70.000.000,00
Sep
Kas Rp70.000.000,00
(mencatat pembelian
barang dagang)
Retur dan Pengurangan Harga Pembelian
Jika Rp20.000.000,00 di antara pembelian ini dikembalikan pada 15 September
2019 yang berarti kasnya juga diterima kembali dari pemasok, jurnalnya
sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 15 Kas Rp20.000.000,00
Sep
Retur dan Rp20.000.000,00
Pengurangan Harga
Pembelian
(mencatat Retur dan
Pengurangan Harga
Pembelian)
(3) Pembelian Kredit
Pada 16 Agustus 2019 perusahaan membeli barang dagangan secara kredit dari
Toko Makmur sebesar Rp50.000.000,00 setelah dikurangi trade discount.
Transaksi ini dijurnal sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 14 Pembelian Rp50.000.000,00
Agust Utang Usaha Rp50.000.000,00
(mencatat pembelian
barang dagang)

Retur dan Pengurangan Harga Pembelian


Jika terjadi retur pembelian yang timbul dari pembelian kredit, maka utang
usaha berkurang dan pembelian berkurang sejumlah harga barang yang
dikembalikan. Berkurangnya pembelian ini dicatat dalam debit akun Utang
Usaha dan kredit Retur Pembelian. Misalnya, Rp10.000.000,00 di antara
pembelian kredit yang dilakukan pada 16 Agustus 2019 dikembalikan kepada
penjual pada 18 Agustus 2019. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 18 Utang Usaha Rp10.000.000,00
Agust
Retur dan Pengurangan Rp10.000.000,00
Harga Pembelian
(mencatat retur dan
pengurangan harga
pembelian))

Utang usaha yang timbul dari pembelian kredit ini pada tanggal jatuh temponya
harus dibayar. Pembayaran ini dicatat dengan debit akun Utang Usaha dan
kredit Kas. Misalnya, kewajiban yang timbul dari pembelian kredit yang baru
lalu setelah dikurangi retur, dibayar tanggal 26 Agustus 2019. Transaksi
pembayaran kewajiban ini dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 26 Utang Usaha Rp40.000.000,00
Agust
Kas (mencatat Rp40.000.000,00
pembayaran barang
dagang)

(4) Pengangkutan Pembelian


Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah biaya angkut barang – barang yang
dibeli jika ditanggung oleh perusahaan. Di dalam laporan laba rugi, akun ini
dilaporkan sebagai penambah akun pembelian (adjunct account → akun
bersifat menambah akun lain).
Contoh : Pada tanggal 23 Agustus 2019, dibayar beban pengangkutan barang-
barang yang dibeli dari pemasok sebesar Rp245.000,00 Jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut :
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 23 Beban Angkut Rp245.000,00
Agust
Kas (mencatat Rp245.000,00
pembayaran barang
dagang)

(5) Potongan Pembelian


Akun ini digunakan untuk mencatat potongan harga yang diterima dari penjual
karena perusahaan membayar harga barang dalam masa potongan (potongan
tunai).
Potongan pembelian dibedakan menjadi dua, yaitu:
(a) Trade discount adalah potongan harga yang diberikan oleh penjual dari
harga resmi yang tertera pada daftar harga atau katalog. Alasan pemberian
potongan ini karena pembelian dalam partai besar, dan bisa juga karena
harga beli dari pemasok sering berfluktuasi sehingga harga jual harus
sering disesuaikan. Potongan harga tidak dicatat dalam jurnal. Bentuk
potongan harga sebagai berikut:
• Memberikan discount tambahan untuk pelanggan yang mempunyai
member card dan bertujuan menjalin hubungan baik dengan
pelanggan.
• Memberikan discount 20% untuk pembelian 100 unit dengan tujuan
pelanggan membeli dengan jumlah yang besar.
• Memberikan discount khusus kepada pelanggan lama dengan tujuan
loyalitas pelanggan semakin tinggi.
Contoh: Pada tanggal 15 Mei 2018 harga per unit Rp 100.000 dan membeli
200 unit. Potongan perdagangan berupa pembelian 100 unit mendapat
potongan 20%.
Harga setelah mendapat potongan harga adalah sebagai berikut:
Harga barang Rp 100.000 x 200 unit = Rp20.000.000,00
Potongan harga 20% x Rp20.000.000,00 =(Rp 4.000.000,00)
Harga barang setelah potongan =Rp16.000.000,00
Jurnal pembelian 15 Mei 2018 adalah:
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2018 15 Pembelian Rp16.000.000,00
Mei
Kas (mencatat Rp16.000.000,00
pembelian barang
daganagn denga
potongan harga)
(b) Cash discount adalah potongan yang diberikan oleh penjual kepada
pembeli karena pembeli membayar dalam masa potongan tunai
sebagaimana tertera dalam syarat pembayaran. Pembeli menyebutnya
potongan pembelian sedangkan penjual menyebutnya potongan penjualan.
Contoh :
Perusahaan membeli barang dagangan seharga Rp50.000.000,00 dengan syarat
2/10, n/30. Pembelian ini terjadi pada 7 Maret 2019. Pada tanggal 10 Maret
utang dibayar dengan mendapat potongan 2% yaitu Rp1.000.000,00. transaksi
pembelian dan pembayaran utang dicatat sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 7 Pembelian Rp50.000.000,00
Maret
Utang usaha Rp50.000.000,00
(mencatat pembelian
barang dagang secara
kredit))

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 10 Utang usaha Rp50.000.000,00
Maret
Kas Rp49.000.000,00
Potongan Rp1.000.000,00
Pembelian
(mencatat pembayaran
barang dagang)

Pada contoh di atas, utang dibayar pada tanggal 10 Maret yang berarti tanggal
pembayaran dilakukan dalam masa 10 hari, sehingga diperoleh potongan tunai.
Jika utang dibayar tanggal 20 Maret, jumlah uang yang dikeluarkan untuk
membayar adalah Rp50.000.000,00 tanpa adanya potongan tunai. Jurnalnya
adalah sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 20 Utang usaha Rp50.000.000,00
Maret
Kas (mencatat Rp50.000.000,00
pembayaran barang
dagang)

(6) Retur Pembelian


Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah harga barang yang dikembalikan
kepada pemasok karena alasan tertentu.
Contoh retur pembelian telah diberikan di atas termasuk dalam pembelian tunai
dan pembelian kredit
Kegiatan Penjualan
Akun – akun yang digunakan untuk mencatat penjualan bagi perusahaan yang
menggunakan sistem periodik :
a. Penjualan Tunai
Akun ini digunakan untuk mencatat pendapatan dari penjualan barang
dagangan. Jumlah yang dicatat dalam akun ini adalah sebesar harga jual yang
dibebankan kepada pelanggan di luar trade discount, bukan sebesar biaya
perolehan dari barang yang dijual tersebut.
Contoh : Pada tanggal 16 Mei 2019 perusahaan menjual barang dagangan
secara tunai sebesar Rp50.000.000,00 (setelah trade discount). Jurnal yang
dibuat adalah sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 16 Kas Rp50.000.000,00
Mei
Penjualan Rp50.000.000,00
(mencatat penjualan
tunai)
Retur dan Pengurangan Harga Penjualan
Jika dari penjualan di atas terdapat retur penjualan pada 17 Mei 2019 sebesar
Rp15.000.000,00, jurnalnya sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 17 Retur dan Harga Rp15.000.000,00
Mei Pengurangan
Penjualan
Kas (mencatat Rp15.000.000,00
penjualan tunai)

b. Penjualan Kredit
Pada 20 Mei 2019 perusahaan menjual barang dagangan secara kredit sebesar
Rp2.000.000,00 transaksi ini dicatat sebagai berikut :

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 20 Piutang usaha Rp2.000.000,00
Mei
Penjualan Rp2.000.000,00
(mencatat penjualan
kredit)

Retur dan Pengurangan Harga Penjualan Kredit


Retur dari penjualan kredit dicatat sebagai pengurang penjualan dan tagihan
kepada pelanggan sejumlah nilai barang yang dikembalikan. Misalnya, dari
penjualan kredit di atas, pada 22 Mei 2019 dikembalikan Rp300.000,00 karena
barangnya tidak cocok dengan pesanan. Transaksi dicatat sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 22 Retur dan Rp300.000,00
Mei Pengurangan Harga
Penjualan
Piutang Usaha Rp300.000,00
(mencatat retur
penjualan kredit)
Pada tanggal 5 Desember 2019, perusahaan menjual barang dagangan secara
kredit dengan harga Rp250.000.000,00, syarat 3/10, n/30. Pada tanggal 12
Desember 2019, diterima pelunasan dari penjualan tanggal 5 Desember 2019
tersebut. Transaksi-transaksi ini dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 5 Piutang usaha Rp250.000.000,00
Des
Penjualan Rp250.000.000,00
(mencatat penjualan
kredit)

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 12 Kas Rp242.500.000,00
Des
Potongan Penjualan Rp7.500.000,00

Piutang Usaha Rp250.000.000,00

c. Potongan Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah potongan tunai atau cash discount
yang diberikan kepada pelanggan karena dia membayar dalam masa potongan
sebagaimana tertera dalam syarat pembayaran.
Contoh : Piutang diterima pada tanggal 12 Desember yang berarti tanggal
pembayaran dilakukan dalam masa 10 hari atau masa potongan, sehingga
kepada langganan diberikan cash discount sebesar 3%. Jika pelanggan
membayar utangnya pada tanggal 26 Desember (di luar masa potongan),
jumlah yang harus dibayar oleh pelanggan adalah Rp250.000.000,00. Jika
transaksinya seperti itu, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 26 Kas Rp250.000.000,00
Des
Piutang Usaha Rp250.000.000,00

d. Retur Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah harga barang yang diterima
kembali dari pelanggan karena alasan tertentu, seperti misalnya barang tidak
cocok dengan pesanan.
Contoh retur penjualan telah dibahas pada poin penjualan tunai dan penjualan
kredit
e. Beban Angkut Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah beban pengangkutan barang-
barang yang dijual yang ditanggung perusahaan. Akun ini dilaporkan di
laporan Laba – Rugi bukan sebagai pengurang akun penjualan, melainkan
sebagai satu pos dalam kelompok beban pemasaran / penjualan .
Contoh : Pada tanggal 24 Agustus 2019, dibayar beban pengangkutan atas
barang-barang yang dijual sebesar Rp42.500.000,00. Jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut :
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 24 Beban Angkut Rp42.500.000,00
Agust Pembelian
Kas Rp42.500.000,00

f. Harga Pokok Penjualan atau Beban Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)
Akun ini digunakan untuk mencatat biaya perolehan yang melekat pada
persediaan yang sudah dijual selama satu periode akuntansi. Akun ini
diselenggarakan pada akhir periode melalui jurnal penyesuaian, setelah
diketahui Harga Pokok Penjualan pada akhir periode. Asumsi dari transaksi di
atas saldo persediaan akhir adalah Rp 10.000,00, sehingga perhitungan Harga
Pokok Penjualannya adalah sebagai berikut :
(a) Menentukan saldo persediaan awal
(b) Ditambahkan pada pembelian
(c) Dikurangi harga pokok persediaan akhir
BPP = persediaan awal + pembelian bersih – persediaan akhir

Berdasarkan transaksi pembelian dan penjualan di atas, maka harga pokok


penjualan dapat dihitung sebagai berikut (dalam ribuan) :
Persediaan Awal Rp27.000,00
Ditambah :
Pembelian Rp500.000,00
Pengangkutan Pembelian Rp50.000,00
Rp550.000,00
Dikurangi :
Potongan Pembelian Rp15.000,00
Retur Pembelian Rp60.000,00 (Rp75.000,00)
Pembelian Bersih Rp475.000,00
Barang Tersedia Untuk Dijual Rp502.000,00
Dikurangi : Persediaan Akhir (Rp10.000,00)
Harga Pokok Penjualan Rp492.000,00
g. Neraca Saldo
Neraca saldo UD. Jaya Abadi
Per 31 Desember 2019
(Dalam Ribuan)
Neraca Saldo
No. Nama Akun Debit Kredit
(Rp) (Rp)
101 Kas 54.000
102 Piutang Usaha 67.000
103 Persediaan 27.000
201 Tanah 79.000
202 Gedung Kantor 95.000
Akumulasi Penyusutan Gedung
203 Kantor 3.400
301 Utang Usaha 25.000
302 Utang Gaji dan Upah 0
303 Utang Bank 33.000
401 Modal Tuan Jaya 70.000
402 Prive Tuan Jaya 0
501 Penjualan 1.000.000
502 Potongan Penjualan 10.000
503 Retur Penjualan 90.000
601 Pembelian 500.000
602 Pengangkutan Pembelian 50.000
603 Retur Pembelian 60.000
604 Potongan Pembelian 15.000
605 Beban Gaji dan Upah 222.400
606 Beban Penyusutan Gedung Kantor 0
607 Beban Angkut Penjualan 7.000
608 Beban Bunga 5.000
609 Harga Pokok Penjualan 0
TOTAL 1.206.400 1.206.400
h. Jurnal Penyesuaian (dalam ribuan)
Debit Kredit
Tanggal Keterangan Ref
(Rp) (Rp)
2019
Des 31 Harga Pokok Penjualan 27.000
Persediaan 27.000
(Untuk membebankan biaya
perolehan
persediaan awal ke harga pokok
penjualan (HPP))
31 Harga Pokok Penjualan 500.000
Pembelian 500.000
(Untuk membebankan biaya
perolehan
persediaan yang dibeli ke HPP)
31 Harga Pokok Penjualan 50.000
Pengangkutan Pembelian 50.000
(Untuk membebankan biaya angkut
persediaan yang dibeli ke HPP)
31 Potongan Pembelian 15.000
Harga Pokok Penjualan 15.000
(Untuk mengakui potongan
pembelian
persediaan sebagai pengurang
HPP)
31 Retur Pembelian 60.000
Harga Pokok Penjualan 60.000
(Untuk mengakui retur pembelian
persediaan sebagai pengurang
HPP)
31 Persediaan 10.000
Harga Pokok Penjualan 10.000
(Untuk mencatat biaya perolehan
persediaan akhir dan mengakuinya
sebagai pengurang HPP)

Secara ringkas jurnal di atas dapat dibuat seperti dibawah ini (dalam ribuan)
Debit Kredit
Tanggal Deskripsi
(Rp) (Rp)
2019
Des 31 Harga Pokok Penjualan 492.000
Persediaan (akhir) 10.000
Retur Pembelian 60.000
Potongan Pembelian 15.000
Pembelian 500.000
Pengangkutan Pembelian 50.000
Persediaan (awal)
(Untuk mencatat penyesuaian akun-akun yang
bersangkutan dengan persediaan ke Harga
Pokok Penjualan)) 27.000

Informasi untuk penyesuaian lainnya adalah sebagai berikut.


1. Penyusutan gedung kantor tahun ini Rp6.600.000,00
2. Gaji pegawai kantor yang belum dibayar (dan belum dicatat) adalah
Rp11.000.000,00
Berdasarkan pada informasi di atas, maka jurnal penyesuaiannya adalah sebagai
berikut (dalam ribuan):
Tanggal Deskripsi Debit (Rp) Kredit (Rp)
Beban Penyusutan Gedung
Des 31 Kantor 6.600,00
Akumulasi Penyusutan
Gedung Kantor 6.600,00
31 Beban Gaji dan Upah 11.000,00
Utang Gaji dan Upah 11.000,00

i. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian


Setelah mencatat jurnal penyesuaian, maka perusahaan melakukan penyusunan
neraca saldo yang telah disesuaikan. Berdasarkan transaksi di atas, neraca saldo
setelah penyesuaian dapat disusun sebagai berikut:
UD Jaya Abadi
Neraca Saldo Sebelum dan Setelah Penyesuaian
Per 31 Desember 2019
(Dalam Ribuan)
Sebelum Penyesuaian Setelah Penyesuaian
No.
Nama Akun Debit Kredit Debit Kredit
Akun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
101 Kas 54.000 54.000
102 Piutang Usaha 67.000 67.000
103 Persediaan 27.000 10.000
201 Tanah 79.000 79.000
202 Gedung Kantor 95.000 95.000
203 Akumulasi Penyusutan GK 3.400 10.000
301 Utang Usaha 25.000 25.000
302 Utang Gaji dan Upah 0 11.000
303 Utang Bank 33.000 33.000
401 Modal Tuan Jaya 70.000 70.000
402 Prive Tuan Jaya 0 0
501 Penjualan 1.000.000 1.000.000
502 Potongan Penjualan 10.000 10.000
503 Retur Penjualan 90.000 90.000
601 Pembelian 500.000 0
602 Pengangkutan Pembelian 50.000 0
603 Retur Pembelian 60.000 0
604 Potongan Pembelian 15.000 0
605 Beban Gaji dan Upah 222.400 233.400
Beban Penyusutan Gedung
606 Kantor 0 6.600
607 Beban Angkut Penjualan 7.000 7.000
608 Beban Bunga 5.000 5.000
609 Harga Pokok Penjualan 0 492.000
610 Ikhtisar Laba-Rugi 0 0
1.206.400 1.206.400 1.149.000 1.149.000
(10) Jurnal Penutup (dalam ribuan)

Debit Kredit
Tanggal Deskripsi
(Rp) (Rp)
2019 31 Ikhtisar Laba Rugi 844.000
Des Potongan Penjualan 10.000
Retur Penjualan 90.000
Harga Pokok Penjualan 492.000
Beban Angkut Penjualan 7.000
Beban Penyusutan Gedung
Kantor 6.600
Beban Gaji dan Komisi 233.400
Beban Bunga 5.000
(Untuk menutup akun temporer
bersaldo debit)
31 Penjualan 1.000.000
Ikhtisar Laba Rugi 1.000.000
(Untuk menutup akun penjualan)
31 Ikhtisar Laba Rugi 156.000
Modal Tuan Jaya 156.000
(Untuk menutup saldo laba ke akun
modal)

(11) Neraca Lajur


(11) Neraca Lajur
UD Jaya Abadi
Neraca Lajur
Untuk Tahun yang Berakhir Pada 31 Desember 2019
(Dalam Ribuan)
Neraca Saldo Penyesuaian NSSP Laba-Rugi Neraca
No Nama Akun Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
101 Kas 54.000 54.000 54.000
102 Piutang Usaha 67.000 67.000 67.000
103 Persediaan 27.000 10.000 27.000 10.000 10.000
201 Tanah 79.000 79.000 79.000
202 Gedung Kantor 95.000 95.000 95.000
203 Akumulasi Penyusutan GK 3.400 6.600 10.000 10.000
301 Utang Usaha 25.000 25.000 25.000
302 Gaji Masih Harus Dibayar 0 11.000 11.000 11.000
303 Utang Bank 33.000 33.000 33.000
401 Modal Tuan Jaya 70.000 70.000 70.000
402 Prive Tuan Jaya
501 Penjualan 1.000.000 1.000.000 1.000.000
502 Potongan Penjualan 10.000 10.000 10.000
503 Retur Penjualan 90.000 90.000 90.000
601 Pembelian 500.000 500.000
602 Pengangkutan Pembelian 50.000 50.000
603 Retur Pembelian 60.000 60.000
604 Potongan Pembelian 15.000 15.000
605 Beban Gaji dan Upah 222.400 11.000 233.400 233.400
606 Beban Penyusutan GK 6.600 6.600 6.600
607 Beban Angkut Penjualan 7.000 7.000 7.000
608 Beban Bunga 5.000 5.000 5.000
609 Beban Pokok Penjualan 492.000 492.000 492.000
1.206.400 1.206.400 594.600 594.600 1.149.000 1.149.000 844.000 1.000.000 305.000 149.000
610 Ikhtisar Laba-Rugi 156.000 156.000
1.000.000 1.000.000 305.000 305.000
2) Metode Perpetual
Dalam metode perpetual, catatan persediaan selalu dimutakhirkan
(updated) setiap kali terjadi transaksi yang melibatkan persediaan, sehingga
perusahaan selalu mengetahui kuantitas dan nilai persediaanya setiap saat.
Setiap kali dilakukan pembelian barang maka perusahaan akan mendebit
akun Persediaan (bukan akun Pembelian). Setiap kali terjadi penjualan,
selain membukukan Penjualan sejumlah harga jual, sekaligus juga dihitung
dan dibukukan Harga Pokok Penjualan dengan mengurangi langsung akun
Persediaan sejumlah harga pokok, dengan mendebit akun Harga Pokok
Penjualan dan mengkredit akun Persediaan. Untuk dapat melaksanakan
metode perpetual, akun kontrol (controlling account) Persediaan harus
ditunjang dengan Buku Tambahan Persediaan (Inventory Subsidiary Ledger)
untuk mencatat setiap arus masuk keluar masing-masing jenis barang baik
unit maupun harga satuan. Akan tetapi, untuk meningkatkan pengendalian
intern, perhitungan fisik sebaiknya tetap dilakukan, walaupun perusahaan
menggunakan metode perpetual. Mengapa? Karena metode apa pun yang
digunakan oleh perusahaan, selalu ada risiko barang yang hilang atau
kesalahan dalam pencatatan yang menyebabkan terdapat perbedaan antara
catatan persediaan dan nilai aktual persediaan.
a) Transaksi Pembelian
(1) Pembelian Tunai
Pada 14 September 2019 dibeli barang dagangan Rp70.000.000,00 (harga
setelah dikurangi trade discount) tunai. Transaksi ini dicatat sebagai
berikut:

Tanggal Akun Debit Kredit


2019 14 Persediaan Rp70.000.000,00
Sep
Kas (mencatat Rp70.000.000,00
pembelian tunai)

Retur Pembelian Tunai


Jika Rp20.000.000,00 di antara pembelian ini dikembalikan pada 15 September
2019, yang berarti kasnya juga diterima kembali dari pemasok, maka jurnalnya
sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 15 Kas Rp20.000.000,00
Sep
Persediaan Rp20.000.000,00
(mencatat retur dan
pengurangan
pembelian tunai)

(2) Pembelian Kredit


Pada 16 Agustus 2019 perusahaan membeli barang dagangan secara kredit
dari Toko Makmur sebesar Rp50.000.000,00 setelah dikurangi trade
discount. Transaksi ini dijurnal sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 16 Persediaan Rp50.000.000,00
Agust
Utang Usaha Rp50.000.000,00
(mencatat pembelian
kredit)
Retur dan Pengurangan Harga Pembelian Kredit

Jika terjadi retur pembelian yang timbul dari pembelian kredit, maka utang
usaha berkurang dan persediaan berkurang sejumlah harga barang yang
dikembalikan. Berkurangnya persediaan ini dicatat dalam debit akun Utang
Usaha dan kredit akun Persediaan. Misalnya, Rp10.000.000,00 di antara
pembelian kredit yang dilakukan pada 16 Agustus 2019 dikembalikan pada
penjual tanggal 18 Agustus 2019. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 18 Utang Usaha Rp10.000.000,00
Agust
Persediaan Rp10.000.000,00
(mencatat retur dan
pengurangan harga
pembelian kredit)

Utang usaha yang timbul dari pembelian kredit ini pada tanggal jatuh temponya
harus dibayar. Pembayaran ini dicatat dengan debit akun Utang Usaha dan
kredit akun Kas. Misalnya, utang yang timbul dari pembelian kredit pada
tanggal 16 Agustus 2019 yang baru lalu setelah dikurangi retur dibayar pada
tanggal 18 Agustus 2019. Transaksi pembayaran utang ini dicatat dalam buku
jurnal sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 26 Utang Usaha Rp40.000.000,00
Agust
Kas Rp40.000.000,00
(mencatat pembayaran
utang usaha)

Perusahaan membeli barang dagangan seharga Rp50.000.000,00 dengan syarat


2/10, n/30. Pembelian ini terjadi tanggal 7 Maret 2019. Pada tanggal 10 Maret
utang dibayar dengan mendapat potongan 2% yaitu: Rp1.000. Transaksi
pembelian dan pembayaran utang dicatat sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 7 Persediaan Rp50.000.000,00
Maret
Utang Usaha Rp50.000.000,00
(mencatat pembayaran
utang usaha)

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 10 Utang Usaha Rp50.000.000,00
Maret
Kas Rp49.000.000,00
Persediaan Rp1.000.000,00
(mencatat pembayaran
utang usaha)
Pada contoh di atas, utang dibayar pada tanggal 10 Maret, yang berarti tanggal
pembayaran dilakukan dalam masa 10 hari, sehingga diperoleh potongan tunai.
Jika utang dibayar tanggal 20 Maret, jumlah uang yang dikeluarkan untuk
membayar adalah Rp50.000.000,00 tanpa potongan tunai. Jurnalnya sebagai
berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019
Maret 20 Utang Usaha Rp50.000.000,00
Kas Rp50.000.000,00

(3) Pengangkutan Pembelian


Pada tanggal 23 Agustus 2019, dibayar ongkos pengangkutan barang-
barang yang dibeli dari pemasok sebesar Rp245.000,00. jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 23 Persediaan Rp245.000,00
Agust Kas Rp245.000,00
b) Transaksi Penjualan
(1) Penjualan Tunai
Contoh : Pada tanggal 16 Mei 2019 perusahaan menjual barang dagangan
secara tunai sebesar Rp150.000.000,00 (setelah trade discount). Diketahui
bahwa biaya perolehan yang melekat pada barang yang dijual adalah
Rp120.000.000,00 atau 80% dari harga jual. Jurnal yang dibuat adalah sebagai
berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019
Mei 16 Kas Rp150.000.000,00
Penjualan Rp150.000.000,00

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019 Harga Pokok
Mei 16 Penjualan Rp120.000.000,00
Persediaan Rp120.000.000,00

Jika dari penjualan di atas terdapat retur penjualan pada 17 Mei 2019 sebesar
Rp15.000.000,00 dengan Harga Pokok Penjualan Rp12.000.000,00, jurnalnya
sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019
Mei 17 Retur Penjualan Rp15.000.000,00
Kas Rp15.000.000,00

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019
Mei 17 Persediaan Rp12.000.000,00
Harga Pokok Penjualan Rp12.000.000,00

(2) Penjualan Kredit


Contoh : Pada 20 Mei 2019 perusahaan menjual barang dagangan secara kredit
sebesar Rp200.000.000,00. Diketahui bahwa biaya perolehan barang yang
dijual ini adalah Rp160.000.000,00. Ini adalah 80% dari harga jual. Transaksi
ini dicatat sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019
Mei 20 Piutang Usaha Rp200.000.000,00
Penjualan Rp200.000.000,00

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019
Mei 20 Harga Pokok Penjualan Rp160.000.000,00
Persediaan Rp160.000.000,00

Retur Penjualan Kredit

Misalnya, dari penjualan kredit di atas, pada 22 Mei 2019 dikembalikan


Rp30.000.000,00 karena barangnya tidak cocok dengan pesanan. Biaya
perolehan barang yang diretur ini adalah Rp24.000.000,00. Transaksi ini dicatat
sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019
Mei 22 Retur Penjualan Rp30.000.000,00
Piutang Usaha Rp30.000.000,00
Persediaan Rp24.000.000,00
Harga Pokok Penjualan Rp24.000.000,00

Pada tanggal 5 Desember 2019, perusahaan menjual barang dagangan secara


kredit dengan harga Rp250.000.000,00, syarat 3/10, n/30. Biaya perolehan
barang yang dijual ini adalah Rp200.000.000,00. Pada tanggal 12 Desember
2019, diterima pelunasan dari penjualan tanggal 5 Desember 2019 tersebut.
Transaksi-transaksi ini dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019
Des 5 Piutang Usaha Rp250.000.000,00
Penjualan Rp250.000.000,00
Harga Pokok Penjualan Rp200.000.000,00
Persediaan Rp200.000.000,00
12 Kas Rp242.500.000,00
Potongan Penjualan (3% x
Rp250.000.000) Rp7.500.000,00
Piutang Usaha Rp250.000.000,00

Jika pelanggan membayar utangnya pada tanggal 26 Desember (di luar masa
potongan), jumlah yang harus dibayar pelanggan adalah Rp250.000.000,00 Jika
transaksinya seperti itu, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


Des 26 Kas Rp250.000.000,00
Piutang Usaha Rp250.000.000,00

(3) Beban Angkut Penjualan


Pada tanggal 24 Agustus 2019, dibayar beban pengangkutan atas barang-barang
yang dijual sebesar Rp42.500.000,00 Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019
Agust 24 Beban Angkut Penjualan Rp42.500.000,00
Kas Rp42.500.000,00

E. Asumsi Arus Biaya


Umumnya perusahaan membeli atau memproduksi persediaan selama
suatu periode beberapa kali dengan harga yang berbeda-beda. Pertanyaan yang
timbul adalah biaya perolehan mana yang digunakan perusahaan untuk menilai
persediaan dan mencatat Harga Pokok Penjualan?
Penilaian persediaan dan Harga Pokok Penjualan berdasarkan biaya
perolehan (acquisition cost) dapat dilakukan dengan 3 (tiga) macam metode:
1) Identifikasi Khusus (Specific Identification)
2) Rata-rata (Average)
3) Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP/FIFO)
4) Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP/LIFO), metode ini merupakan
metode penilaian persediaan tambahan, akan tetapi metode ini tidak
dianjurkan dalam PSAK 14.
Perusahaan dapat memilih metode manapun untuk menentukan nilai
persediaan, tapi perusahaan harus menerapkan asas konsistensi. Persediaan
yang sejenis harus menggunakan metode yang sama, tetapi persediaan yang
jenisnya berbeda dapat menggunakan metode yang berbeda. Satu hal penting
yang juga harus diingat adalah asumsi arus biaya tidak harus sama dengan arus
fisik barang. Jadi terlepas dari metode arus biaya mana yang akan digunakan,
menurut logika yang benar, untuk barang yang mudah rusak atau berlaku
tanggal kedaluwarsa (expired date), arus fisik umumnya berlaku masuk
pertama keluar pertama.
1. Metode Identifikasi Khusus
Metode identifikasi khusus merupakan metode apabila perusahaan
dapat mengidentifikasi unit yang terjual dan unit yang menjadi persediaan
akhir. Metode identifikasi khusus lazimnya diaplikasikan untuk
perdagangan atau produksi barang dagang yang khusus atau unik dan
lazimnya bernilai tinggi. Misalnya barang antik, karya seni, intan mustika,
gaun pengantin yang dirancang khusus, bangunan rumah, bangunan kantor,
kavling tanah menurut lokasi dan ukuran, dan lain-lain produk terancang
secara khusus. Dalam akuntansi biaya kita kenal metode biaya pesanan (job
order costing) untuk menghitung biaya pokok produk khusus sejenis ini.
Ilustrasi Metode Identifikasi Khusus
Jenis Total Biaya
Tanggal Unit
Barang (dalam ribuan)
Pembelian Februari 3 1 TV 700
Maret 5 1 TV 750
May 22 1 TV 800
Penjualan Juni 1 1 TV (700)
1 TV (800)
Berdasarkan ilustrasi di atas, persediaan akhir dan Harga Pokok Penjualan
adalah sebagai berikut :

Persediaan Akhir : Rp 750.000,00

Harga Pokok Penjualan: Rp 700.000 + Rp 800.000 = Rp1.500.000,00

2. Metode Rata-Rata
Dalam metode rata-rata atau metode rata-rata tertimbang (weighted
average) biaya barang tersedia untuk dijual (persediaan awal dan
pembelian) dibagi dengan unit tersedia untuk dijual, untuk mendapatkan
biaya rata-rata per unit. Apabila perusahaan menggunakan metode
pencatatan periodik, maka biaya rata-rata per unit hanya akan dihitung di
akhir periode saja. Sedangkan dalam metode pencatatan perpetual, setiap
kali dilakukan pembelian maka akan dihitung biaya rata-rata per unit yang
baru. Untuk metode pencatatan perpetual, asumsi arus biaya rata-rata
dikenal dengan nama metode biaya rata-rata bergerak (moving average
method).
Karena metode pencatatan periodik menghitung biaya rata-rata
hanya 1 kali saja di akhir periode sedangkan metode pencatatan perpetual
menghitung biaya rata-rata setiap kali terjadi pembelian, maka nilai
persediaan akhir dan Harga Pokok Penjualan akan berbeda antara metode
pencatatan periodik dan metode pencatatan perpetual.
Ilustrasi :
Metode Rata-Rata Periodik versus Perpetual
Harga Pokok
Jumlah
Tanggal Pembelian Penjualan
(Dalam Ribuan)
(Dalam Ribuan)
Janu. 1 Persediaan 10 @ Rp 100 Rp 1.000,00
Awal
April 15. 20 @ Rp 110 Rp 2.200 30 @ Rp 106,667 Rp 3.200,00
April 24. 30 @ Rp 120 Rp 3.600 60 @ Rp 113,333 Rp 6.800,00
Sept. 10. 55 x Rp 113,333 = 5 @ Rp 113,333 Rp 567
Rp 6.233,00
Nov. 27. 40 @ Rp 130 Rp 5.200 45 @Rp 128,156 Rp 5.767

Metode Rata-Rata Periodik


Dibawah ini merupakan data Toko Elektronik Lina pada tahun 2019
Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 Persediaan 10 Rp 100 Rp 1.000
Awal
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
November 27 Pembelian 40 Rp 130 Rp 5.200

Total unit 100 Rp 12.000


tersedia
untuk dijual
Persediaan (45)
akhir
Unit terjual 55
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka tahap untuk melakukan perhitungan biaya
pada metode rata-rata yaitu :

a) Menghitung rata-rata biaya per unit


Total biaya yang tersedia untuk dijual adalah Rp 12.000.000,00
Unit yang tersedia untuk dijual adalah 100 unit
Rata – rata biaya per unit=Rp 12.000.000,00 : 100= Rp 120.000,00
b) Menghitung besarnya persediaan akhir
Persediaan akhir = unit persediaan akhir x rata-rata biaya per unit
= 45 unit x Rp 120.000,00
= Rp 5.400.000,00
c) Menghitung Harga Pokok Penjualan
Biaya tersedia untuk dijual = Rp 12.000.000,00
Dikurangi : Persediaan Akhir = (Rp 5.400.000,00)
Harga Pokok Penjualan = Rp 6.600.000,00

Metode Rata-Rata Perpetual


Berdasarkan ilustrasi pada metode rata-rata di atas, maka perhitungan metode
rata– rata dengan menggunakan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
a) April 15.
Harga Satuan Total Biaya
Tanggal Keterangan Unit
(Dalam Ribuan) (Dalam Ribuan)
Janu. 1 Persediaan Awal 10 Rp 100 Rp 1.000
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
Total Unit 30 Rp 3.200
Rata-rata unit Rp 3.200 : 30 Rp 106,667
b) April 24
Harga Satuan Total Biaya
Tanggal Keterangan Unit
(Dalam Ribuan) (Dalam Ribuan)
Januari. 1 Persediaan Awal 10 Rp 100 Rp 1.000
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
Total unit 60 Rp 6.800
Rata-rata unit Rp 6.800 : 60 Rp 113,333

c) September 10.
Penjualan pada September 10 menggunakan harga per unit sesuai dengan harga
per unit pada tanggal 15 April.
Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 Persediaan Awal 10 Rp 100 Rp 1.000
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
Septem. 10 Penjualan (55) Rp 113,333 (Rp 6.233)
Total unit 5 Rp 567

d) November 27.
Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 Persediaan Awal 10 Rp 100 Rp 1.000
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
Septem. 10 Penjualan (55) Rp 113,333 (Rp 6.233)
Novem. 27. Pembelian 40 Rp130 Rp 5.200
Persediaan akhir 45 (Rp 567 + Rp Rp 128,156
5.200):45
3) Metode First In First Out (FIFO)
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama dibeli
merupakan barang yang pertama terjual. Keunggulan metode ini terletak
pada nilai persediaan yang dilaporkan di laporan posisi keuangan (neraca).
Karena barang yang dibeli pertama diasumsikan dijual pertama, maka nilai
barang yang dilaporkan sebagai persediaan di neraca mencerminkan harga
perolehan yang terbaru, sehingga dalam keadaan perputaran persediaan
normal, nilai persediaan di neraca lazimnya lebih mendekati nilai sekarang
dari persediaan. Tetapi, kelemahan metode ini adalah pada nilai Harga
Pokok Penjualan yang dilaporkan di laporan laba rugi. Harga Pokok
Penjualan merupakan biaya perolehan masa lalu yang ditandingkan dengan
pendapatan sekarang. Sehingga jika tingkat inflasi cukup tinggi dapat
timbul laba semu, terutama untuk barang yang perputarannya agak lambat.
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir dan Harga
Pokok Penjualan yang sama, baik menggunakan metode pencatatan
periodik maupun metode pencatatan perpetual.

Ilustrasi Metode FIFO Periodik versus Perpetual


Metode FIFO Periodik
Dibawah ini merupakan dataToko Elektronik Lina pada tahun 2019

Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 Persediaan Awal 10 Rp 100 Rp 1.000
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
Nove. 27 Pembelian 40 Rp 130 Rp 5.200

Total unit tersedia 100 Rp 12.000


untuk dijual
Persediaan akhir (45)
Unit terjual 55
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka tahap untuk melakukan perhitungan biaya
per unit:
a) Menghitung besarnya persediaan akhir
Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 Persediaan 10 Rp 100 Rp 1.000
Awal
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
September 10 Penjualan 55
(10) Rp 100 (Rp 1.000)
(20) Rp 110 (Rp 2.200)
(25) Rp 120 (Rp 3.000)
November 27. Pembelian 40 Rp 130 Rp 5.200
Persediaan Rp 5.800
Akhir

Dalam metode FIFO, persediaan akhir perusahaan menghitung persediaan


dengan menghitung unit per biaya dengan menghitung unit biaya pada
pembelian terakhir dan pembelian sebelumnya.

b) Menghitung Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok
Ta Jumlah
Pembelian Penjualan (Dalam
ngg (Dalam Ribuan)
Ribuan)
al
Januari. Persediaan 10 @ Rp 100 Rp 1.000,00
1 Awal
April 20 @ Rp 110 Rp 2.200 10 @ Rp 100 Rp 1.000,00
15. 20@ Rp 110 Rp 2.200,00
April 30 @ Rp 120 Rp 3.600 10 @ Rp 100 Rp 1.000,00
24. 20@ Rp 110 Rp 2.200,00
30 @ Rp 120 Rp 3.600,00
Septem 10@Rp 100: Rp1.000
ber 10. 20@ Rp 110: Rp 2.200
30 @ Rp120: Rp 3.600
Rp 6.200 5@Rp120 Rp 600,00
Novem 40 @ Rp 130 Rp 5.200 5@Rp120 Rp 600,00
ber 27. 40@Rp 130 Rp 5.200,00
Rp 5.800,00
Biaya tersedia untuk dijual = Rp 12.000.000,00
Dikurangi : Persediaan Akhir = (Rp 5.800.000,00)
Harga Pokok Penjualan = Rp 6.200.000,00
Metode FIFO Perpetual

Persediaan Akhir sebesar Rp 5.800,00


Harga Pokok Penjualan sebesar Rp 6.200,00

4) Metode Last In First Out (LIFO)


Dalam metode ini, diasumsikan barang yang dibeli terakhir adalah
barang yang dijual pertama, sehingga persediaan yang tersisa di persediaan
akhir adalah barang yang paling awal diperoleh. Hal ini umumnya tidak
mencerminkan penyajian yang andal dari arus aktual persediaan. IAS 2 dan
PSAK 14 melarang penggunaan metode LIFO.
Penggunaan LIFO dalam pelaporan keuangan seringkali disebabkan
karena faktor pajak. Dalam keadaan tren harga barang menunjukkan
kenaikan, khususnya dalam inflasi, metode LIFO umumnya menghasilkan
Harga Pokok Penjualan yang lebih tinggi dan laba netto yang lebih rendah
dibandingkan metode lainnya, sehingga beban pajak perusahaan juga lebih
rendah. Oleh karena itu IASB memutuskan untuk menghilangkan metode
LIFO karena metode tersebut secara umum tidak mencerminkan penyajian
yang andal dari arus aktual persediaan. Di beberapa negara, penggunaan
metode LIFO diperbolehkan untuk tujuan pajak hanya jika metode tersebut
juga digunakan untuk tujuan akuntansi. Tetapi IASB berpendapat
pertimbangan pajak tidak menjadi dasar konseptual yang memadai untuk
memilih perlakukan akuntansi yang sesuai, sehingga tidak dapat diterima
untuk memperbolehkan perlakuan akuntansi yang inferior semata-mata
karena peraturan perpajakan di negara-negara tertentu.
Ilustrasi :
Dibawah ini merupakan data Toko Elektronik Lina pada tahun 2019

Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 Persediaan 10 Rp 100 Rp 1.000
Awal
April 15. Pembelian 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. Pembelian 30 Rp 120 Rp 3.600
November 27 Pembelian 40 Rp 130 Rp 5.200

Total unit 100 Rp 12.000


tersedia
untuk dijual
Persediaan (45)
akhir
Unit terjual 55

Berdasarkan ilustrasi di atas persediaan akhir diketahui sebanyak 45


unit, maka penghitungan persediaan akhir dengan menggunakan metode LIFO
adalah sebagai berikut :

Total Biaya
Harga Satuan
Tanggal Keterangan Unit (Dalam
(Dalam Ribuan)
Ribuan)
Januari. 1 10 Rp 100 Rp 1.000
April 15. 20 Rp 110 Rp 2.200
April 24. 15 Rp 120 Rp 1.800
Total 45 Rp 5.000

Harga Pokok Penjualannya adalah :


Biaya tersedia untuk dijual = Rp 12.000.000,00
Dikurangi : Persediaan Akhir = (Rp 5.000.000,00)
Harga Pokok Penjualan = Rp 7.000.000,00
5. Forum Diskusi
PT. Indira baru saja selesai melakukan penghitungan persediaan barang
dagang sebesar Rp 200.000.000,00. Terdapat beberapa informasi yang harus
disesuaikan yang akan mempengaruhi saldo persediaan, yaitu :
a. Persediaan yang siap dikirimkan ke pelanggan sebesar Rp 15.000.000,00
b. PT. Indira membeli persediaan barang dagang sebesar Rp 10.000.000,00
yang saat ini masih transit (FOB Shipping Point)
c. Persediaan yang dijual sebesar Rp12.000.000,00 dalam proses transit (FOB
Shipping point).
Jelaskan menurut pendapat anda apakah pengaruh transaksi di atas pada saldo
persediaan barang dagang PT. Indira?

C. PENUTUP
1. Rangkuman
Persediaan adalah salah satu aset lancar yang signifikan bagi perusahaan
pada umumnya, terutama perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.
Berdasarkan hal tersebut persediaan menjadi penting bagi perusahaan. Menurut
PSAK 14 Persediaan adalah aset :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Dalam metode perpetual, catatan persediaan selalu dimutakhirkan
(updated) Setiap kali terjadi transaksi yang melibatkan persediaan, sehingga
perusahaan selalu mengetahui kuantitas dan nilai persediaanya setiap saat.
Metode periodik, jumlah persediaan ditentukan secara berkala (periodik)
dengan melakukan penghitungan fisik dan mengalikan jumlah unit tersebut
dengan harga satuan untuk memperoleh nilai persediaan yang ada pada saat itu.
Metode First in First Out ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama dibeli
merupakan barang yang pertama terjual. Keunggulan metode ini terletak pada
nilai persediaan yang dilaporkan di laporan posisi keuangan (neraca). Dalam
metode Last In First Out, diasumsikan barang yang dibeli terakhir adalah
barang yang dijual pertama, sehingga persediaan yang tersisa di persediaan
akhir adalah barang yang paling awal diperoleh
2. Tes Formatif
1. Pada perusahaan dagang, salah satu aktivitas operasionalnya adalah
membeli barang dagang dan menjualnya kembali. Pembelian barang
dagang akan dimasukkan dalam persediaan. Standar Akuntansi yang
membahas mengenai persediaan adalah PSAK 14, dalam PSAK 14
Persediaan dapat diartikan. ..
A. Aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
B. Aset barang dagangan
C. Aset dari produk manufaktur
D. Aset dari produk Jasa
E. Produk tidak laku
2. PT. A memiliki data persediaan sebagai berikut :
Unit Biaya (Rp)
Persediaan, Jan 1 8,000 11.000
Pembelian, Juni 19 13,000 12.000
Pembelian, Nov 8 5,000 13,000
Pada akhir bulan PT. A memiliki persediaan akhir secara fisik sebanyak
9,000 unit, Harga Pokok Penjualan persediaan akhir dengan menggunakan
metode FIFO adalah :
A. Rp 99.000.000,00
B. Rp 108.000.000,00
C. Rp 113.000.000,00
D. Rp 117.000.000,00
E. Rp 120.000.000,00
3. PT. A memiliki data persediaan sebagai berikut :
Unit Biaya (Rp)
Persediaan, Jan 1 5,000 8.000
Pembelian, Juni 19 15,000 10.000
Pembelian, Nov 8 20,000 12,000
Pada akhir bulan PT. A memiliki persediaan akhir secara fisik sebanyak
7,000 unit, Harga Pokok Penjualan persediaan akhir dengan menggunakan
metode rata-rata adalah :
A. Rp 84.000.000,00
B. Rp 70.000.000,00
C. Rp 56.000.000,00
D. Rp 75.250.000,00
E. Rp 120.000.000,00
4. Pada aktivitas pembelian dan penjualan, perusahaan akan mendapatkan
potongan pembelian atau penjualan. Potongan dapat berupa Trade discount
dan cash discount, trade discount merupakan. ..
A. Potongan harga resmi
B. Potongan pembelian
C. Potongan perdagangan
D. Potongan harga yang diberikan oleh penjual dari harga resmi yang
tertera pada daftar harga atau katalog.
E. Potongan pada syarat kredit
5. Pada aktivitas pembelian dan penjualan, perusahaan akan mendapatkan
potongan pembelian atau penjualan. Potongan dapat berupa Trade discount
dan cash discount, cash discount merupakan. ..
A. Potongan harga yang diberikan oleh penjual dari harga resmi yang
tertera pada daftar harga atau katalog.
B. Potongan harga resmi
C. Potongan perdagangan
D. Potongan pembelian
E. Potongan yang diberikan oleh penjual kepada pembeli karena pembeli
membayar dalam masa potongan tunai sebagaimana tertera dalam syarat
pembayaran
6. Persediaan akhir PT. A dicatat kurang catat sebesar Rp 122.000.000,00.
Pengaruh kesalahan pencatatan tersebut pada perhitungan Harga Pokok
Penjualan dan laba bersih adalah. ..
A. Kurang catat, lebih catat
B. Lebih catat, kurang catat
C. Lebih catat, lebih catat
D. Kurang catat, kurang catat
E. Tidak ada perubahan
7. PT. A memiliki data persediaan sebagai berikut :
Unit Biaya (Rp)
Persediaan, Jan 1 8,000 11.000
Pembelian, Juni 19 13,000 12.000
Pembelian, Nov 8 5,000 13,000
Pada akhir bulan PT. A memiliki persediaan akhir secara fisik sebanyak
9,000 unit, Harga Pokok Penjualan persediaan akhir dengan menggunakan
metode LIFO adalah :
A. Rp 84.000.000,00
B. Rp 70.000.000,00
C. Rp 99.000.000,00
D. Rp 100.000.000,00
E. Rp 120.000.000,00
8. Dalam perhitungan persediaan yang tersedian untuk dijual, terdiri dari dua
elemen. ..
A. Persediaan awal dan persediaan akhir
B. Persediaan awal dan beban pokok pembelian
C. Persediaan akhir dan beban pokok pembelian
D. Persediaan awal dan Harga Pokok Penjualan
E. Persediaan awal dan harga per unit persediaan
9. Apabila persediaan awal sebesar Rp 600.000,00,beban pokok pembelian
Rp 3.800.000,00 dan persediaan akhir Rp 500.000,00 maka Harga Pokok
Penjualan. ..
A. Rp 3.900.000,00
B. Rp 3.700.000,00
C. Rp 3.500.000,00
D. Rp 3.300.000,00
E. Rp 4.200.000,00

10. PT. A merupakan perusahaan alat tulis membutuhkan metode yang dapat
memberikan data persediaan secara mutakhir , maka metode yang sebaiknya
digunakan. ...
A. FIFO
B. LIFO
C. Rata-rata
D. Perpetual
E. Periodik

Anda mungkin juga menyukai