Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERSEDIAAN PENDEKATAN DASAR BIAYA

Oleh :

NAMA:

1. NI KADEK DIAH MEILINA DEWI (1902622010569)


2. I GUSTI LANANG AGUNG DWI PRANATA (1902622010577)
3. NI KETUT AYU KRISNAYANTI (1902622010572)
4. NI MADE MELLYAYUNI (1902622010581)
5. A.A. ISTRI LEONIKA DARMAPUTRI (1902622010594)
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Persediaan
Pendekatan Dasar Biaya “ dengan sebaik mungkin. Makalah ini merupakan salah satu bagian
dari tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan I.

Pada makalah ini penulis banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi serta
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu
sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya.

Gianyar, 11 Juni 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

1
Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

Bab II Pembahasan

2.1 Klasifikasi
2.2 Harga Pokok Persediaan
2.3 Metode-Metode Penilaian
2.3.1 Fifo
2.3.2 LIFO
2.3.3 Rata-Rata
2.4 Pelaporan dan Analisis Persediaan
2.4.1 Laporan Persediaan Barang
2.4.2 Analisis Persediaan

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak yang salah paham tentang arti kata persediaan. Barang-barang yang
harusnya masuk menjadi aset di masukkan dalam persediaan. Dalam perusahaan,
seperti halnya dengan kas dan investasi, persediaan merupakan pos yang cukup
penting untuk dilaporkan. Hal ini karena persediaan merupakan aktiva yang dalam
kondisi normal oleh perusahaan siap untuk dijual. Persediaan dalam suatu
perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur),
apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir lima puluh persen
dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan
bangunan.
Ketika persediaan meningkat lebih cepat dari pertumbuhan penjualan, itu
adalah sinyal dari penurunan keuntungan masa depan. Artinya ketika perusahaan
menghadapi perlambatan penjualan dan persediaan terus tumbuh, biasanya terjadi
penurunan harga. Nilai persediaan barang dagang ditentukan oleh gabungan dua
fakor, yaitu kuantitas dan harga pokok. Kuantitas persediaan dapat diperoleh melalui
perhitungan secara fisik. Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh
persediaan tersebut

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja klasifikasi dan pengendalian pada persediaan?
2. Apa maasalah dasar dalam penilaian pengendalian?
3. Apa saja barang-barang fisik yang dimasukkan pada persediaan?
4. Biaya-biaya apa saja yang dimasukkan pada persediaan?
5. Metode apa yang digunakan dalam persediaan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan pengendalian persediaan
2. Untuk mengetahui masalah dasar penilaian pengendalian
3. Untuk mengetahui jenis barang fisik dalam persediaan
4. Untuk mengetahui biaya-biaya yang dimasukkan pada persediaan
5. Untuk mengetahui dasar pemilihan metode persediaan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi
Persediaan (inventories) merupakan aset yang dimiliki perusahaan untuk dijual
dalam kegiatan bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi
dalam produksi barang yang akan dijual. Investasi dalam persediaan sering kali
menjadi aset lancar terbesar dari perusahaan dagang dan manufaktur. Perusahaan
dagang biasanya membeli barang dalam bentuk yang siap dijual. Perusahaan dagang
melaporkan biaya dari unit yang tidak terjual sebagai persediaan barang dagang
(merchandise inventory). Hanya ada satu akun persedian, yaitu Persedian Barang
Dagang yang muncul dalam laporan keuangan. Persediaan barang dagangan adalah
barang yang dibeli oleh perusahaan dari pihak lain dalam kondisi sudah siap untuk
dijual tanpa melakukan pemrosesan lebih lanjut. Salah satu contoh dari perusahaan
dagang adalah Carrefour. Sementara itu, perusahaan manufaktur memproduksi barang
untuk dijual ke perusahaan dagang. Meskipun produk yang dihasilkan mungkin
berbeda, produsen memiliki tiga akun persedian yaitu sebagai berikut.
a. Persediaan bahan baku yaitu, barang yang dibeli oleh perusahaan dalam keadaan
harus dikembangkan atau diproses lebih lanjut yang akan menjadi bagian utama
dari barang jadi.
b. Persediaan barang dalam proses yaitu, bahan yang sudah dimasukkan dalam
suatu proses tetapi belum selesai diolah, sehingga baru menyerap sebagian biaya
bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang sedang dalam proses
produksi.
c. Persediaan barang jadi yaitu, produk selesai yang dihasilkan suatu produksi dan
telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik secara
penuh.
2.2 Harga Pokok Persediaan
Persediaan merupakan aktiva lancar yang sangat penting bagi perusaahan. Nilai
persediaan barang dagang ditentukan oleh gabungan dua fakor, yaitu kuantitas dan
harga pokok. Kuantitas persediaan dapat diperoleh melalui perhitungan secara fisik.
Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan tersebut.
Disamping harga beli, semua biaya yang terjadi sampai dengan persediaan siap dijual

2
seperti, biaya pengangkutan, bea masuk dan asuransi termasuk dalam harga pokok
persediaan.
Kesulitan dalam menetapkan harga pokok persediaan adalah apabila selama satu
periode, barang yang sama diperoleh dengan beberapa harga yang berbeda. Apabila
demikian, perlu ditentukan harga yang akan digunakan untuk menetapkan harga
pokok persediaan.
Perusahaan menggunakan sistem untuk mengelola catatan persediaan yang akurat
untuk biaya tersebut. Sistem yang digunakan untuk mengelola catatan persediaan
yang akurat untuk biaya ada dua yaitu, Sistem Persediaan Perpetual dan Sistem
Persediaan Periodik.
a. Sistem Persediaan Perpetual (perpetual inventory system) terus melacak
persediaan dalam akun Persediaan. Artinya, perusahan mencatat semua
pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang lansung dalam akun
Persediaan pada saat terjadinya. Sistem persediaan perpetual memberikan
catatan saldo terus-menerus dalam akun Persediaan dan Beban Pokok
Penjualan. Fitur akuntansi sistem persediaan perpetual adalah sebagai berikut.
1. Pembeliaan barang dagang untuk dijual kembali atau bahan baku untuk
produksi didebit ke Persediaan bukan Pembelian.
2. Biaya angkut didebit ke Persediaan, bukan Pembelian, Retur dn
penyisihan pembelian serta diskon pembelian dikreditkan ke Persediaan
bukan ke akun terpisah.
3. Beban pokok penjualan dicatat pada setiap penjualan dengan mendebit
Beban Pokok Penjualan dan mengkredit Persediaan.
4. Buku besar pembantu catatan persediaan individual dipertahankan sebagai
pengukuran. Catatan buku besar pembantu menunjukkan jumlah dan
biaya setiap jenis persediaan yang ada. Apabila terdapat perbedaan antara
saldo persediaan
b. Sistem Persediaan Periodik (periodic inventory system) perusahaan dalam
sistem tersebut menentukan jumlah persediaan secara berkala. Perusahaan
mencatat semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dengan
mendebit akun Persediaan. Perusahaan kemudian menambahkan total dalam
akun Pembeliaan pada akhir periode akuntansi untuk biaya persediaan yang
ada pada awal periode. Jumlah tersebut menentukan total beban popkok yang
tersedia untuk dijual selama periode tersebut. Untuk menghitung beban pokok

3
penjualan, perusahaan kemudian mengurangi persediaan akhir dari beban
pokok yang tersedia untuk dijual. Berdasarkan sistem persediaan periodik,
beban pokok penjualan adalah jumlah residu yang tergantung pada
perhitungan fisik persediaan akhir. Proses tersebut disebut sebagai “mengtung
fisik persediaan”. Perusahaan yang menggunakan sistem persediaan periodik
menghitung fisik persediaan minimal satu kali dalam setahun. Dalam sistem
ini perusahaan tidak melaporkan akun Persediaan Lebih atau Kurang karena
sistem ini tidak memiliki catatan akuntansi untuk membandingkan jumlah
fisik. Akibatnya, perusahaan memasukkan kekurangan dan kelebihan
persediaan pada beban pokok penjualan.
2.3 Metode-Metode Penilaian Persediaan
2.3.1 Fifo
Fifo (first in first out) mengasumsikan bahwa “barang yang pertama dibeli
adalah barang yang pertama digunakan atau dijual”. Oleh karena itu,
persediaan yang tersisa merupakan pembeliaan terbaru perusahaan tersebut.
Metode memudahkan perusahaan untuk mengerti aliran dana masuk dan aliran
dana keluar yang seharusnya sama. Dengan metode ini juga persediaan akhir
bisa ditentukan karena persediaan pada akhir periode akan bertanggung jawab
untuk menentukan harga jual berdasarkan informasi berapa biaya persediaan
yang terakhir masuk.
Salah satu tujuan dari metode ini adalah untuk mendekati arus fisik
barang. Keuntungan lainnya adalah persediaan akhir mendekati biaya terkini.
Oleh karena barang pertama masuk adalah barang pertama yang keluar,
jumlah persediaan akhir terdiri dari pembeliaan baru. Pendekatan ini
umumnya mendekati biaya penggantian pada laporan posisi keuangan saat
perubahan harga belum terjadi sejak pembeliaan terbaru.
Namun metode ini tidak mampu mengaitkan biaya kini dengan
pendapatan kini pada laporan laba rugi. Perusahaan mengenakan biaya lama
dengan pendapatan terkini, sehingga dapat mendistorsi laba netto. Contoh
tabel perhitungan metode FIFO sebagai berikut.

Tabel 2.1 Contoh Perhitungan FIFO

Tangga Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan

4
l Unit Harga/ Total Unit Harga/ Total Uni Harga/Unit Total
Unit Harga Unit Harga t (Rp)* Harga
(Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)*
01 Jan - - - - - - 100 100 10.000
05 Feb 300 120 36.000 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 300 120 36.000
07 Mar - - - 100 100.000 10.000.000 300 120 36.000
10 Apr - - - 100 120.000 12.000.000 200 120 24.000
02 Mei 100 130 12.000 - - - 200 120 24.000
- - - - - - 100 130 13.000
05 Jun - - - 200 120 24.000 100 130 13.000
06 Jul 300 125 37.500 - - - 100 130 13.000
- - - - - - 300 125 37.500
07 Okt - - - 100 130 13.000 300 125 37.500
10 Nov - - - 200 125.000 25.000.000 100 125 12.500
03 Des 100 130 13.000 - - - 100 125 12.500
- - - - - - 100 130 13.000
Total 800 - 98.500 700 - 84.000 200 - 25.500

2.3.2 Lifo
Metode LIFO (last in first out) menyesuaikan beban pokok yang
terakhir dibeli terhadap pendapatan. Artinya barang yang terakhir masuk itu
yang pertama di keluarkan, karena pendapatan dari barang yang baru akan
lebih tinggi dari barang lama yang mungkin sudah sedikit peminat. Setiap
terjadi transaksi penjualan atau pembelian akan langsung dicatat dalam
kartu persediaan. Harga Pokok Penjualan (HPP) sendiri dicatat sesuai
dengan harga pokok barang ketika pertama kali diterima. Jumlah yang
tersisa artinya menjadi nilai persediaan akhir. Perusahaan yang biasanya
menggunakan metode ini adalah yang bergerak dibidang elektronik,
pakaian, mobil, dll.
Berikut ini adalah contoh penggunaan metode persediaan LIFO pada
perusahaan.
Perusahaan PT Adi Jaya bergerak di bidang elektronik yang mengguanakan
sistem perpetual dengan metode LIFO untuk mencatat persediaan barang

5
dagangannya untuk periode bulan Juni 2020. Adapun informasi yang
tersedia sebagai berikut .
Tanggal 1 Persediaan awal 25 unit @ 8.000 = Rp 200.000
9 Penjualan 7 unit @ 8.000 = Rp 56.000
10 Retur penjualan 1 unit @ 8.000 = Rp 8.000
14 Pembelian 10 unit @ 8.000 = Rp 80.000
15 Retur pembelian 2 unit @ 8.000 = Rp 16.000
26 Penjualan 9 unit @ 8.000 = Rp 72.000
Perhitungan HPP menurut metode LIFO :
Penjualan 9 Juni 7 unit
9 Juni 7 x 8.000 = Rp 56.000
Retur penjualan 10 juni 1 unit
10 Juni 1 x 8.000 = Rp (8.000)
Penjualan 26 Juni 9 unit
Dihitung dari :
Juni 14 8 x 8.000 = 64.000
1 1 x 8.000 = 8.000
Jumlah Rp 72.000
Sehingga HPP selama bulan Juni 2020 menurut metode LIFO
HPP 9 Juni Rp 56.000
Retur 10 Juni Rp (8.000)
HPP 26 Juni Rp 72.000 +
Total HPP = Rp 120.000
Berikut adalah perhitungan persediaan metode LIFO menggunakan kartu
persediaan.

Tabel 2.2 Kartu Persediaan Metode LIFO

PT ADI JAYA
INVENTORY CARD
JUNI 2020
ITEM NO : 610LCD NAMES : TV LCD
(dalam ribuan rupiah)

6
In Out Balance
Descriptio U
Date U Un
n Price Total ni Price Total Price Total
nit it
t
Juni 1 Saldo awal             25 8.000 200.000
20 9 Penjualan       7 8.000 56.000 18 8.000 144.000

Retur
  10 penjualan       -1 -8.000 -8.000 19 8.000 152.000
  14 Pembelian 10 8.000 80.000       19 8.000 152.000
                  10 8.000 80.000

Retur
  15 pembelian -2 -8.000 -16.000       19 8.000 152.000
                  8 8.000 64.000
  26 Penjualan       8 8.000 64.000      
            1 8.000 8.000 18 8.000 144.000

Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa :

Persediaan awal periode 25 unit Rp 200.000

Total pembelian bulan Juni 10 unit Rp 80.000

Retur pembelian (2) unit (Rp 16.000)

Total barang tersedia dijual 33 unit Rp 264.000

Total HPP bulan Juni 15 unit Rp 120.000

Saldo persediaan akhir periode 18 unit Rp 144.000

Terdapat beberapa masalah khusus mengenai metode LIFO adalah sebagai


berikut.

a. Cadangan LIFO
Cadangan LIFO adalah selisih antara metode persediaan yang
digunakan untuk tujuan pelaporan internal. Perbedaan antara metode

7
persediaan yang digunakan untuk tujuan pelaporan internal dan LIFO
dicatat dalam akun penyisihan untuk mengurangi persediaan ke
cadangan LIFO (LIFO reserve). Perubahan dalam saldo penyisihan dari
satu periode ke periode berikutnya adalah pengaruh LIFO (LIFO
effect).
Untuk mengilustrasikan, asumsi bahwa Acme Boot Company
menggunakan metode FIFO untuk tujuan pelaporan internal dan LIFO
intuk tujuan pelaporan eksternal. Pada tanggal 1 Januari 2011, saldo
penyisihan untuk mengurangi persediaan ke LIFO adalah $20.000. Pada
tanggal 31 Desember 2011, saldo tersebut harus menjadi $50.000.
Akibatnya, Acme Boot merealisasikan pengaruh LIFO sebesar $30.000
dan membuat ayat jurnal berikut pada akhir tahun.
Beban Pokok Penjualan $30.000
Penyisihan untuk Mengurangi Persediaan ke LIFO $30.000
Acme Boot memastikan bahwa perusahaan menyatakan persediaan
atas dasar LIFO pada akhir tahun.
a. Likuidasi LIFO
Pendekatan barang khusus untuk mengkalkulasikan biaya persediaan
LIFO (LIFO tradisional atau LIFO unit) seringkali tidak realistis karena
dua alasan:
1. Ketika perusahaan memiliki banyak persediaan yang berbeda, biaya
akuntansi melacak setiap item persediaan mahal.
2. Erosi persediaan LIFO dapat dengan mudah terjadi. Hal ini
dimaksud dengan likuidasi LIFO (LIFO liquidation) yang sering
mendistorsi laba neto dan menyebabkan pembayaran pajak yang
cukup besar

Agar dapat meminimalkan masalah likuidasi dan


menyederhanakan akuntansi, barang dapat digabungkan dalam pool.
Sebuah pool didefenisikan sebagai kelompok item yang bersifat
serupa. Jadi sejumlah unit atau produk yang serupa, bukan hanya
unit-unit yang identik, digabungkan dan diperlakukan sama. Metode
ini dinamakan specific goods pooled LIFO approach. Dengan
metode ini kecil kemungkinan likuidasi LIFO akan terjadi.

8
Pendekatan ini sering kali tidak realistis karena dua alasan :

Untuk pemahaman lebih lanjut masalah likuidasi LIFO, sebagai


contoh bahwa Basler Co. memiliki 30.000 pon baja dalam
persediaan pada tanggal 31 Desember 2011, dengan biaya yang
ditentukan dengan pendekatan LIFO.

Tabel 2.3 Persediaan Akhir

Persediaan Akhir (2011)

Poursd Biaya Per Unit Biaya LIFO

2008 8.000 $4 $32.000

2009 10.000 6 60.000

2010 7.000 7 63.000

2011 5.000 10 50.000

30.000 $205.000

Sebagaimana yang telah ditunjukkan, persediaan akhir Baser


tahun 2011 terdiri dari biaya periode-periode sebelumnya. Biaya ini
disebut lapisan.

b. LIFO Nilai Dollar


Untuk mengatasi masalah pengubahan pool dan erosi lapisan
persediaan, maka dikembangkan metode metode LIFO nilai dollar.
Karakteristik penting dari metode ini adalah bahwa kenaikan atau
penurunan dalam sebuah pool ditentukan dan diukur dari segi total nilai
dollar, bukan kuantitas fisik barang dalam pool persediaan.
Pendekatan ini memiliki dua keunggulan penting. Pertama, berbagai
jenis barang bisa dimasukan dalam pool LIFO nilai dollar. Kedua,
penggantian dibolehkan jika penggantinya merupakan bahan yang sama
atau pemakain untuk tujuan yang sama.

9
Jadi, teknik LIFO nilai dollar membantu melindungi lapisan LIFO
dari erosi. Karena keunggulan ini metode LIFO nilai dollar kini dipakai
secara luas dalam praktek.
Berikut adalah contoh soal perhitungan dengan metode LIFO nilai
Dollar:

Tabel 2.4 Metode LIFO Nilai Dolar

Ending
Inventory Price
(End-of-Year
Date Prices) Index
31-Dec-03 $70,000 100
31-Dec-04 90300 105
31-Dec-05 95120 116

Gunakanlah metode awal LIFO nilai Dollar untuk menghitung


persediaan akhir dari 2003 sampai 2005
Tabel 2.5 Contoh Metode LIFO Nilai Dolar
Persediaan Persediaan       $ Nilai  
End-of-Year Base-Year Base   $ Value LIFO LIFO
Tahun Harga Index Harga Layers Index LIFO Total Cadangan
$70,00
2003 0 1.00 $70,000 $70,000 1.00 $70,000 $70,000 $-
                 
2004 90,300 1.05 86,000 70,000 1.00 70,000    
        16,000 1.05 16,800 86,600 3,500
                 
2005 95,120 1.16 82,000 70,000 1.00 70,000    
        12,000 1.05 12,600 82,600 12,520

31-Dec 31-Dec 31-Dec


2003 2004 2005
$70,000 $90,000 $95,120

10
(12,520
  (3,500) )
$70,000 $86,800 $82,600

d. Keunggulan utama dari pendekatan LIFO


Kelebihan LIFO adalah pengukuran pendapatan yang lebih
baik, karena barang yang dijual dibebani dengan yang terakhir.
Artinya perussahaan bisa mendapat keuntungan lebih jika menjual
barang yang lebih baru, dan barang lama mereka pasti sudah
mendapat keuntungan lebih awal. Maka dari itu, jika peusahaan
melakukan cuci gudang bukan berarti dia akan merugi, karena pada
awal peluncuran barang tersebut sudah mendapat keuntungan, dan
mereka melakukan cuci gudang untuk mendapat modal kembali dan
agar barang tidak menumpuk di gudang.
e. Kelemahan utama pendekatan LIFO
Di lain sisi metode LIFO juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Sedangkan kekurangan LIFO adalah manajer
perusahaan melihat keuntungan yang lebih rendah yang dilaporkan
dengan metode LIFO pada periode inflasi. Mereka lebih suka
memiliki laba dilaporkan yang lebih tinggi, untuk meyakinkan
dalam berinvestasi.

2.3.3 Metode Average (rata-rata)


Metode average atau metode rata-rata, harga pokok penjualan per unit
barang dagangan dihitung dengan membagi total pembelian barang dengan
jumlah barang yang tersedia. Untuk menghitung nilai persediaan akhir
adalah jumlah barang yang tersedia dikalikan dengan harga rata-rata
barang. Metode ini banyak digunakan karena tidak perlu memilah antara
barang yang masuk pertama dan masuk terakhir. Namun tetap melihat
barang dagangan dan tergantung pilihan perusahaan itu sendiri.
Berikut adalah contoh perusahaan yang menggunakan metode average
dalam menghitung persediaannya :
Perusahaan PT Antara bergerak di bidang elektronik yang mengguanakan
sistem perpetual dengan metode LIFO untuk mencatat persediaan barang

11
dagangannya untuk periode bulan Juli 2020. Adapun informasi yang
tersedia sebagai berikut.
Tanggal 1 Persediaan awal 40 unit @ 10.000.000 = Rp 400.000.000
10 Penjualan 9 unit @ 10.000.000 = Rp 90.000.000
11 Retur penjualan 1 unit @ 10.000.000 = Rp 10.000.000
18 Pembelian 11 unit @ 10.100.000 = Rp 111.100.000
19 Retur pembelian 1 unit @ 10.100.000 = Rp 10.100.000
28 Penjualan 7 unit @ 10,023,810 = Rp 701,166,670
Perhitungan HPP menurut metode Average :
Penjualan 10 Juni 9 unit
Dihitung dengan mencari harga pokok rata-rata terlebih dahulu :
Sediaan 1 Juli 40 x 10.000.000 = Rp 400.000.000
HP rata-rata per unit = Rp 10.000
Retur penjualan tangal 11 Juli, untuk penjualan pada tanggal 10
Penjualan 28 Juni 7 unit
Dihitung dengan mencari harga pokok rata-rata terlebih dahulu :
Sediaan 1 Juli (dikurangi retur pembelian 32 x 10.000.000 = Rp
320.000.000
Pembelian 18 Juli (dikurangi retur pembelian)10 x 10.100.000= Rp
101.000.000
42 unit = Rp 421.000.000
HP rata-rata per unit yaitu Rp 421.000.000 : 42 unit = Rp 10,023,809
Jadi, penjualan 7 unit adalah 7 x 10,023,809 = Rp 701,166,663
Perhitungan persediaan metode rata-rata (Average) menggunakan kartu
persediaan.

Tabel 2.6 Kartu Persediaan Metode Rata-Rata

PT ANTARA
INVENTORY CARD
Jun-20
ITEM NO : 478CL NAMES : KULKAS DJ
(dalam rupiah)

Date In Out Balance

12
Un Un Un
Price Total Price Total Price Total
it it it

Jul
i 1             40 10,000,000 400,000,000

20 10       9 10,000,000 90,000,000 31 10,000,000 310,000,000

  11       -1 10,000,000 -10,000,000 32 10,000,000 320,000,000


  18 11 10,100,000 111,100,000       43 10,025,581 431,100,000

  19 -1 10,100,000 -10,100,000       42 10,023,809 421,000,000


  28       7 10,023,809 701,166,663 35 10,023,809 350,833,330

Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa :

Persediaan awal periode 40 unit Rp 400.000.000

Total pembelian bulan Juli 11 unit Rp 111.100.000

Retur pembelian (1) unit (Rp 10.100.000)

Total barang tersedia dijual 50 unit Rp 501.000.000

Total HPP bulan Juni 15 unit Rp 781.166.663

Saldo persediaan akhir periode 35 unit Rp 350,833,330

Kelebihan metode Average yaitu paling sering digunakan dikalangan


masyarakat umum karena sistem perhitungannya yang mudah dan sederhana.
Sedangkan kelemahannya yaitu harga barang saat masuk berbeda-beda dan
dikeluarkan dengan harga jual yang sama, menyebabkan laba masing-masing
item barang tidak maksimal.

Dari ketiga metode tersebut, semua memiliki kelebihan dan kelemahan


masing-masing. Penggunaan metode tersebut sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Perusahaan dapat memilih metode mana yang menurut mereka
mudah diterapkan dan lebih menguntungkan

2.4 Pelaporan dan Analisis Persediaan


2.4.1 Laporan Persediaan Barang

13
Laporan persediaan barang adalah suatu laporan yang menyajikan tentang
data-data barang yang keluar dan masuk  dalam suatu perusahaan. Hal ini
penting sekali bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan
untuk melakukan pengecekan barang yang tersedia dan barang-barang yang
akan habis persediaannya. Hal ini perlu dilakukan agar kinerja perusahaan
dapat lebih optimal dalam melakukan tugas-tugasnya, sehingga dapat
memenuhi order dari pemesanan. Dari adanya pelaporan persediaan kita
dapat menentukan HPP untuk barang yang akan kita jual, mengingat
kemungkinan harga per item berbeda-beda. Membuat laporan persediaan
sangat penting untuk perusahaan. Berikut merupakan pentingnya membuat
laporan persediaan.
1. Meminimalisir kehilangan barang atau kelebihan barang
2. Bisa untuk meantisipasi jika stock barang habis atau kurang
3. Tahu pasti arus masuk dan arus keluar barang
4. Mengetahui kondisi barang yang tersedia
5. Mengantisipasi barang kadaluarsa (untuk produk makanan + minuman)

Dalam membuat laporan persediaan barang, perusahaan harus


memperhatikan beberapa hal yaitu sebagai berikut.

1. Buku pembelian; buku pembelian kredit, buku pembelian tunai, dan buku
persediaan barang.
2. Buku penjualan; buku penjualan kredit, buku penjualan tunai, faktur dan
nota, buku voucher untuk mencatat prioritas utang, materai, kuitansi,
surat jalan.
3. Pencatatan yang digunakan.
4. Kelengkapan perlengkapan administrasi.
a. Sistem Membuat Laporan Persediaan Barang
Sistem membuat laporan persediaan barang agar efektif ada dua sistem;
perpetual sistem (sistem pencatatan terus menerus) dan subsidiary ledger
(buku pembantu persediaan).
- Sistem Perpetual adalah pencatatan secara terus menerus
penambahan dan pengurangan keseluruhan dengan cara yang sama
seperti kas, jenis barang akan dibuat perkiraan sendiri-sendiri. 

14
- Subsidiary ledger untuk pengurangan harga yang dibukukan. Agar
mempermudah nanti saat kamu akan membuat laporan persediaan
barang, kamu harus mencatatnya di kartu gudang untuk mutasi
barang yang keluar dan masuk. Tembusan faktur penjualan tunai,
surat order pengiriman, tembusan memo kredit dicatat dalam mutasi
keluar. Tembusan laporan penerimaan barang dicatat sebagai mutasi
masuk.
b. laporan kartu stok
Laporan kartu stok berisikan informasi mengenai informasi barang
masuk, barang keluar, dan saldo barang. Selain melihat kuantitasnya, harga
pokok juga dapat dilihat pada laporan Kartu Stok.

Tabel 2.7 Contoh Kartu Stok

15
● Laporan kartu stok per-gudang merupakan Laporan yang berisikan
informasi mengenai jumlah barang persediaan per gudang. Dalam
laporan kartu stok per gudang ini, dapat diketahui arus keluar masuk
barang atau mutasi barang serta sisa atau stok barang dari tiap - tiap
gudang yang ada.
● Laporan Mutasi merupakan laporan yang berisikan informasi
mengenai perpindahan barang persediaan yang terjadi pada periode
tertentu.

16
2.4.2 Analisis Persediaan
Analisis pengelolaan persedian barang dagang untuk mengoptimalkan laba
persediaan barang dagang memegang peranan penting dalam proses kegiatan
jual beli pada perusahaan dagang, sehingga penting bagi perusahaan untuk
mengelola dan mengawasi persediaan yang dimilikinya. Masalah yang
dihadapi oleh perusahaan tempat penelitian adalah masih kurangnya
pengelolaan persediaan barang dagang jenis konsentrat 144, karena jenis
konsentrat ini sering mengalami kekurangan stock,serta belum efisiennya
biaya yang berkaitan dengan persediaan yang mengakibatkan laba belum
optimal. Penelitian ini dilakukan di Gading Maspoultryshop yang merupakan
salah satu cabang dari PT. Jatinom Indah Agri divisi poultry shop. Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan metode
pengumpulan data yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
analisa data yang dilakukan yakni menghitung EOQ, safety stock, reorder
point, persediaan maksimal, total biaya persediaan, serta membandingkan
laba sebelum dan setelah analisa menggunakan metode EOQ. Hasil
penelitian ini menunjukkah bahwa penerapan metode EOQ merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam mengelola persediaan
barang dagang, metode ini dapat mengefisienkan biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan barang sehingga laba perusahaan dapat dioptimalkan. PT.
Jatinom Indah Agri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang peternakan yang berada di Kabupaten Blitar. Perusahaan ini
melakukan jual beli berbagai macam produk peternakan. Pakan ternak
merupakan penyumbang omset terbesar dari kegiatan utama perusahaan, dan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya, maka PT.Jatinom Indah Agri
Blitar khususnya divisi Poultry Shop memiliki persediaan barang dagang
yang tersimpan di gudang perusahaan. Persediaan barang dagang merupakan
faktor penentu dari keberhasilan perusahaan dagang dalam mencapai
tujuannya, karena apa yang dijual akan berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan yang berpotensi untuk meningkatkan laba perusahaan.Persediaan
barang dagang yang sering mengalami kekurangan persediaan adalah
konsentrat bebek petelur jenis144. Hal ini dikarenakan banyaknya peternak
bebek petelur yang berada di sekitar wilayah salah satu divisi poultry shop
PT. Jatinom Indah Agri, yakni Gading Mas Poultry Shop. Kurangnya

17
persediaan barang dagang tersebut mengakibatkan perusahaan kehilangan
kesempatan untuk memperoleh pendapatan dan kesempatan untuk
memperoleh laba, selain itu kurangnya persediaan pakan ternak di gudang
juga berakibat pada peningkatan biaya pengiriman barang dari gudang divisi
poultry shop ke peternak. Selama ini pengelolaan persediaan di PT.Jatinom
Indah Agri (divisi poultry shop) masih kurang efektif, karena belum adanya
prosedur yang pasti dalam melakukan order pembelian. Pesanan pembelian
dilakukan berdasarkan perkiraan kebutuhan masing–masing Poultry Shop
tanpa ada metode pasti yang digunakan.
a. Metode analisa ABC
Metode analisa ABC adalah metode penggolongan persediaan yang
dibedakan berdasarkan nilai persediaan. Nilai persediaan yang dimaksud
adalah nilai total dari persediaan, bukan nilai atau harga persediaan per
unit. Persediaan akan digolong ke dalam kelas kelas. Seperti kelas A,
kelas B, kelas C dan seterusnyaPembagian kelas dilakukan untuk
memudahkan perlakuan persediaan perusahaan. Setiap item persediaan
memiliki perlakuan yang berbeda-beda. Misalnya pabrik furniture/mebel.
Persediaan bahan baku bisa berupa kayu, cat (coating), paku dan mur.
Persediaan kayu, walaupun secara jumlah kuantitas tidak sebanyak cat
dan paku. Tapi nilai nominal kayu adalah yang paling besar. Perusahaan
bisa menggolongkannya kedalam kelas A. Perawatan kayu berbeda
dengan perawatan cat dan paku. Kayu lebih sulit. Kayu yang berkualitas
tinggi tidak boleh ditempatkan ditempat yang lembab. Tidak boleh
terkena air. Tidak boleh ditumpuk rapat sehingga memakan banyak
tempat digudang. Dijaga agar tidak dimakan rayap. Kadar air kayu harus
dijaga dan perlakuan khusus lainnya. Intinya ada biaya tambahan agar
kualitas kayu terjaga. Cat atau jenis coating lainnya seperti thinner,
melamine dan sejenisnya memiliki nilai yang mungkin dibawah kayu
namun lebih tinggi nilainya dibandingkan paku yang kuantitas per
unitnya sangat banyak. Cat/Coating bisa dimasukkan ke dalam kelas B.
Walaupun ada teknik khusus agar kualitas cat masih terjaga namun secara
umum perlakuan penyimpanan cat digudang lebih mudah daripada kayu.
Yang terakhir paku dan mur. Paku secara kuantitas paling banyak
jumlahnya, namun secara nilai, paku nilainya paling sedikit daripada

18
kayu dan cat. Paku bisa dimasukkan kedalam kelas C Selain hanya
membutuhkan sudut ruangan yang kecil, penyimpanan paku juga sangat
mudah, tinggal diletakkan begitu saja. Dimana saja. Tidak memerlukan
banyak perlakuan khusus. Walaupun ada yang hilang atau rusak, nilai
nominalnya tidak terlalu material. Penentuan kelas kelas tersebut tidak
mutlak dan bisa berbeda beda tergantung kebijakan manajemen dan
perusahaan. Kelasnya punya pun bisa lebih dari sekedar kelas A, kelas B,
kelas C. Bisa kelas D dan seterusnya jika diperlukan. Yang perlu
diperhatikan adalah nilai dari persediaan, biaya persediaan per jenis item,
kesulitan dan risiko terhadap kerusakan dalam penyimpanan digudang.
Metode Analisis ABC pada umumnya persediaan terdiri dari
berbagai jenis barang yang sangat banyak jumlahnya. Masing-masing
jenis barang membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya
order size dan order point. Namun demikian harus kita sadari bahwa
berbagai macam jenis barang yang ada dalam persediaan tidak
seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama. Sehingga untuk
mengetahui jenis-jenis barang mana saja yang perlu mendapatkan
prioritas, kita dapat menggunakan amalisa ABC. Analisis ABC ini dapat
mengklarifikasikan seluruh jenis barang berdasarkan tingkat
kepentingannya. Analisa ABC merupakan langkah pertama dalam usaha
untuk mendapatkan penanganan terhadap situasi persediaan.
● Pengklasifikasian item persediaan pada basis kepentingan
relatif.Penetapan kendali penanganan yang berbeda terhadap
klasifikasi yang berbeda dimana derajat pengendalian disesuaikan
dengan tingkat kepentingan setiap klasifikasi.
● Analisa ABC dilakukan dengan menggunakan kriteria volume biaya
tahunan dengan langkah-langkah sebagai berikut:a.Penentuan
penggunaan tahunan setiap item dalam persediaan.b.Mengalikan
penggunaan tahunan setiap item dengan biaya setiap item untuk
mendapatkan total biaya penggunaan tahunan setiap item.
● Menjumlahkan total biaya penggunaan tahunan seluruh item untuk
menentukan pengeluaran persediaan tahunan agregat.d.Bagi total
biaya penggunaan tahunan setiap item dengan pengeluaran persediaan

19
tahunan agregat untuk mendapatkan persentase penggunaan total
setiap item.
● Daftarkan item-item tersebut dalam urutan tingkat atas dasar
persentase pengunaan agregat.f.Uji distribusi penggunaan tahunan
dalam kelompok item dasar persentase penggunaan tahunan.Dari hasil
analisis ini akan didapatkan klasifikasi item investor kedalam tiga
kelas, yakni kelas A, kelas B, kelas C. Kelas A yang mendapat
perhatian terdiri dari item yang memiliki volume biaya sekitar 75 %
sampai 80 % dari seluruh biaya material dengan hanya 15 % sampai
20 % dari volum item.Pada prinsipnya analisa ABC ini adalah
mengklasifikasikan jenis barang yang didasarkan atas tingkat
investasi tahunan yang terserap di dalam persediaan investor pada
setiap jenis barang. Diagram pareto disusun berdasarkan atas
persentase kumulatif penyerapan danadan persentase jenis dari barang
yang dikelola. Untuk keperluan penyusunan diagram pareto di
perlukan data dasar sebagai berikut: jenis barang yang di kelola,
jumlah pemakaian tiap jenis barang (biasanya selama satu tahun),
harga satuan barang. Untuk mengambarkan diagram pareto dan
memiliki barang atas beberapa katagori dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
1. Hitung jumlah penyerapan dana untuk setiap jenis barang(𝑀𝑖)
yaitu dengan mengendalikan antara jumlah pemakaian tiap jenis
barang (𝐷𝑖) dengan harga suatu barang (𝑃𝑖), secara matematis
dapat di nyatakan :𝑀𝑖 = 𝐷𝑖 x 𝑃𝑖.
2. Hitung jumlah total penyerapan dana untuk semua jenis barang
3. Hitung persentase penerapan dana untuk semua jenis barang
4. Hitung jumblah total penyerapan dana untuk semua jenis barang
(𝑃𝑖) 𝑃𝑖=𝐷𝑖𝑋𝑃𝑖
5. Hitung persentase penyerapan dana untuk setiap jenis barang.
6. Hitung persentase setiap jenis item𝐼𝑖=1𝑁×100% ; dimana N
jumlah jenis item barang.

20
7. Urutkan persentase penyerapan dana sesuai dengan besarnya
persentase penyerapan dana, dimulai dari persentase penyerapan
dana dari terbesar sampai terkecil.
8. Hitung nilai komulatif persentase penyerapan dana dan nilai
kumulatif persentase jenis barang berdasarkan atas urutan yang
diperoleh.
9. Tentukan katagori bahan, yaitu :Katagori A (80-20):Terdiri dari
jenis barang yang menyerap dana sekitar 80% dari seluruh modal
yang disediakan untuk investori dan jumlah jenis barang sekitar
20 % dari semua jenis barang yang dikelola. Katagori B (15-
30):Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 15% dari
seluruh modal yang disediakan untuk investori (sesudah katagori
A) dan jumlah jenis barangnya sekitar 30% dari semua jenis
barang yang dikelola. Katageri C (5-50):Terdiri dari jenis barang
yang menyerap dana hanya sekitar 5% dari seluruh modal yang
disediakan untuk investori (yang tidak termasuk katagori A dan
B) dan jumlah jenis barangnya sekitar 50% dari semua jenis
barang

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan
pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi
normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual
atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan
aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu
perusahaan. Dengan gambaran tersebut maka persediaan untuk perusahaan pada
umumnya yaitu, bahan baku, barang dalam proses, barang jadi dan persediaan barang
dagangan.
Dalam hal ini ditentukan juga harga pokok persediaan untuk memperoleh
persediaan tersebut. Selain itu harga beli, termasuk dalam harga pokok persediaan

21
adalah semua biaya yang terjadi sampai dengan persediaan siap untuk dijual, seperti
biaya pengangkutan, bea masuk, dan asuransi.
Terdapat dua sistem dalam menghitung persediaan barang dagangan yaitu
system periodik dan system perpetual. Sistem periodik adalah pencatatan perhitungan
persediaan yang dilakukan Sedangkan metode perpetual adalah pencatatan 
persediaan yang dilakukan setiap hari ketika terjadi perpindahan persediaan barang
dagang yang diakibatkan oleh pembelian, penjualan atau retur persediaan barang.
Beberapa metode dalam perhitungan persediaan seperti FIFO (fist in fist out), LIFO
(last in first out), dan Average (rata-rata). Serta dibuatnya pelaporan dan analis
persediaan pada akhir periode.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kedepannya akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggungjawabkan dan merasa masih perlu belajar lagi dalam membuat makalah.
Dengan demikian, kami berharap kepada pembaca mau memberikan saran dan kritik.

Daftar Pustaka

Ahmad Syafi”i Syakur. 2009. Intermediate Accounting. AV Publiser. Jakarta.

Yuesti, anik. 2017. Akuntansi Pengantar 1. AB Publisher.

PSAK No. 14 Tahun 2009

Kieso, D.E., Weygandt, J.J., dan Warfield, T.T., 2004, Intermediate Accounting, 11 th

Ed (Edisi 10 Bahasa Indonesia).

22

Anda mungkin juga menyukai