Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MATA KULIAH APLIKASI KOMPUTER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aplikasi


Komputer
Dosen: Medhanita Dewi Renanti, S.Kom, M.Kom

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN


PENILAIAN PERSEDIAAN (Inventory Valuation)

Disusun Oleh :
Valerie Paulina Samosir
(J3N217408)

PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
Daftar Isi 2017

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah Aplikasi Komputer dengan judul Akuntansi
Keuangan Penilaian Persediaan (Inventory Valuation). Makalah ini berisi
prinsip penilaian persediaan dengan beberapa metode dan cara
perhitungannya.
Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan pembuatan makalah di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Amin.

Bogor, Oktober 2017

Penyusun

i
Daftar Isi 2017

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penyusunan........................................................................1
D. Manfaat Penyusunan......................................................................2
BAB II...........................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................3
A. Pengertian Persediaan...................................................................3
1. Pengertian Umum..................................................................................3
2. Inventory Perusahaan Dagang.............................................................3
3. Inventory Perusahaan Industri..............................................................3
B. Metode Pencatatan Persediaan Barang........................................4
1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)...........................5
2. Metode Perpetual..................................................................................5
C. Masalah Pemilikan Persediaan Barang.........................................6
1. Kepemilikan Persediaan dalam Perjalanan..........................................7
2. Barang-barang yang Dipisahkan (Segregated Goods).........................7
3. Barang Konsinyasi (Consignment Goods)............................................7
4. Penjualan Angsuran (Installment Sales)...............................................8
D. Metode Penentuan Harga Pokok Penjualan..................................8
E. Penilaian Persediaan Barang.......................................................10
1. .Metode Harga Pokok..........................................................................11
2. Metode Harga Pokok atau Nilai Realisasi yang Lebih Rendah..........11
3. Metode Laba Bruto (Laba Kotor).........................................................11
4. Metode Harga Eceran (Retail Inventory Method)...............................13
BAB III........................................................................................................18
PENUTUP..................................................................................................18
1. Simpulan.......................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................21

DAFTAR TABEL

Table 1 Penentuan Harga Pokok.................................................................5


Table 2 Metode Perpetual............................................................................6
Table 3 Retail Method................................................................................10
Table 4 Metode Harga Pokok atau Nilai Realisasi.....................................11
Table 5 perhitungan persediaan akhir dengan metode harga eceran.......16
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1FOB (Free On Board destination point).......................................7


Gambar 2 Barang Konsinyasi......................................................................8

ii
Bab I Pendahuluan 2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tahun-tahun terakhir ini penilaian persediaan mendapat
perhatian lebih besar karena laju inflasi yang tinggi. Pemilihan prinsip atau
metode penilaian persediaan mempunyai suatu pengaruh penting pada
pendapatan yang dilaporkan dan posisi keuangan perusahaan tertentu.
Oleh karena persediaan biasanya merupakan harta lancar yang
terpenting, maka metode penilaian persediaan merupakan suatu faktor
yang penting dalam menetapkan hasil operasi dan kondisi keuangan.
Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian
persediaan adalah untuk menetapkan penghasilan yang wajar dengan
membebankan biaya yang bersangkutan terhadap penghasilan
perusahaan. Dalam proses penjualan dan pembelian dapat dilihat bahwa
persediaan merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah
dibebankan terhadap penjualan atau sebagai jumlah biaya yang tersisa
untuk dibebankan terhadap penjualan di masa yang akan datang.
Tujuan dari penilaian persediaan adalah untuk menyajikan secara
wajar posisi keuangan perusahaan sebagai suatu going concern dan
bukan sebagai perusahaan yang sedang menuju pembubaran atau dalam
kondisi likuidasi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut ini.

1. Apa pengetian persediaan?

2. Bagaimanakah penilaian persediaan itu?

3. Bagaimana cara menghitung nilai persediaan akhir dengan


sistem periodik dan perpetual?

4. Bagaimana perhitungan harga pokok dan laba kotor?

C. Tujuan Penyusunan
Tujuan penyususnan makalah ini adalah sebagai berikut ini.

1. Menjelaskan pengertian persediaan.

2. Menjelaskan bagaimana persediaan dinilai.

1
Bab I Pendahuluan 2017

3. Menghitung nilai persediaan akhir sistem periodik dan sistem


perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan rata-rata (average).

4. Menjelaskan perhitungan harga pokok penjualan dan laba


kotor.

D. Manfaat Penyusunan
Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah agar pembaca
dapat mengerti dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
persediaan dan penilaian persediaan barang dengan beberapa sistem dan
berbagai metode.

2
Bab II Pembahasan 2017

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan

1. Pengertian Umum
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang
dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual
atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain
yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi
tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan
aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam
suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan
industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang
konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam
persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan.

2. Inventory Perusahaan Dagang


Persediaan merupakan barang-barang yang dibeli oleh
perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali dengan tanpa
mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat dikatakan tidak
ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh
perusahaan.

3. Inventory Perusahaan Industri


Pengertian persediaan untuk perusahaan industri adalah
barang-barang atau bahan yang dibeli oleh perusahaan dengan
tujuan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi atau setengah
jadi atau mungkin menjadi bahan baku bagi perusahaan lain, hal ini
tergantung dari jenis dan proses usaha utama perusahaan.

Misalnya : Perusahaan industri permintaan kapas, bahan bakunya


adalah kapas dari petani atau perkebunan, diolah menjadi benang,
benang merupakan barang jadi baginya. Sedangkan perusahaan
industri kain bahan bakunya adalah benang yang diolah menjadi kain
sebagai barang jadi, dan perusahaan industri pakaian jadi
membutuhkan bahan baku kain dan seterusnya.

Dengan gambaran diatas maka persediaan untuk perusahaan-


perusahaan manufaktur pada umumnya mempunyai tiga jenis
persediaan yaitu:

3
Bab II Pembahasan 2017

a. Bahan baku (direct material)

Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui


proses produksi, sehingga akan menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. Besarnya
persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat
musiman produksi, dapat diandalkannya pihak pemasok serta
tingkat efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan produksi.

b. Barang dalam proses (work in proses)

Adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk


menjadi barang jadi, sehingga persediaan barang dalam proses
sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu yang
dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk keproses produksi
sampai dengan saat penyelesaian barang jadi. Perputaran
persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek
lamanya produksi. Dalam rangka memperpendek waktu produksi
salah satu cara adalah dengan menyempurnakan tekhnik-tekhnik
rekayasa, sehingga dengan demikian proses pengolahan bisa
dipercepat. Cara laian adalah dengan membeli bahan-bahan dan
bukan membuatnya sendiri.

c. Barang jadi (finished goods)

Adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga


dapat segera dijual, pada persediaan ini besar kecilnya
persediaan barang jadi sebenarnya merupakan masalah
koordinasi produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat
merangsang peningkatan penjualan dengan cara mengubah
persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk resiko
yang kecil (marginal risk). Tetapi tidak peduli apakah barang-
barang tercatat sebagai persediaan atau sebagai piutang dagang,
manajer keuangan harus tetap membiayainya. Sebenarnya
perusahaan lebih suka menjualnya (dan tercatat sebagai piutang
dagang), karena dengan demikian untuk menuju realisasi kas
tinggal satu langkah saja. Dan laba potensial dapat menutup
tambahan resiko penagihan piutang.

B. Metode Pencatatan Persediaan Barang

Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya


dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu sebagai berikut
ini.

4
Bab II Pembahasan 2017

1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)

Persediaan yang merupakan komponen cost of goods


sold (CGS) maka perhitungan kuantitas persediaan yang
dilakukan dengan stock opname tergantung dari kelengkapan data
atau catatan dan perhitungan barang. Dengan cara ini perhitungan
persediaan yang dibebankan pada CGS ada kemungkinan
overstatement, karena hanya membandingkan dan menghitung
jumlah barang yang dimiliki dikurangi dengan persediaan akhir.
Sehingga kalau terjadi adanya barang yang hilang, rusak,
menguap, turun kualitasnya dsb, maka hal ini bila tidak terungkap
akan menyebabkan laporan laba–rugi tidak atau kurang informatif.
Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka
harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu.
Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan
akhir sudah dihitung. Di samping itu, karena adanya kerugian-
kerugian yang seharusnya diperlukan sebagai kerugian
extraordinary item, kemudian dengan perhitungan stock opname
secara berkala tidaklah cukup sebagai dasar pembuatan
keputusan yang bersifat manajerial secara cepat.
Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:

Table 1 Penentuan Harga Pokok


Persediaan barang awal Rp xxx
Pembelian xxx (+)

Brg tersedia untuk dijual Rp xxx


Persediaan barang akhir xxx (-)

Harga Pokok Penjualan Rp xxx

2. Metode Perpetual
Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan pada
saat menentukan nilai dan jumlah barang, karena dengan
metode pencatatan yang kontinyu ini berarti saldo persediaan
setiap saat dapat diketahui, namun perlu diperhatikan bahwa
dengan hanya menghitung jumlah barang bedasarkan catatan
akan mengakibatkan nilai persediaan overstatement, karena
adanya persediaan yang rusak dsb. Oleh karena itu yang lebih
tepat dalam menentukan jumlah persediaan adalah kalau
menggunakan metode gabungan antara metode perpetual
dengan stock opname (metode fisik).Perbedaan perhitungan

5
Bab II Pembahasan 2017

atau pencatatn antara metode stock opname (metode fisik)


dengan metode perpetual dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Table 2 Metode Perpetual


TRANSAKSI METODE FISIK METODE PERPETUAL

Persediaan brg
Pada saat Pembelian xx dgng xx
pembelian barang Kas/Utang xx Kas/ Utang xx
dagangan

Pada saat
penjualan Kas/piutang xx Kas/Piutang xx
barang dagangan Penjualan xx Penjualan xx

__ Harga Perolehan xx
Persediaan brg dgng
xx

Retur Penjualan Retur Penjualan xx Retur penjualan xx


Piutang xx Piutang xx

Persediaan brg
dgng xx
Harga
perolehan xx

Retur Pembelian Utang Dgng xx Utang Dagang xx


Retur
Retur Pemb xx Pembelian xx

Penyesuaian Ikhtisar L/R xx


Prsdiaan brg dgng xx __

Persediaan brg
dgng xx
Ikhtisar L/R xx

6
Bab II Pembahasan 2017

Persed

C. Masalah Pemilikan Persediaan Barang

1. Kepemilikan Persediaan dalam Perjalanan


Persediaan barang dalam perjalanan, meliputi pihak
yang berhak menerima persediaan.Persediaan barang dalam
perjalanan, meliputi pihak yang berhak menerima persediaan.
a. FOB (Free on Board) shipping point. Kepemilikan
barang menjadi milik pembeli pada saat diserahkan penjual
kepada penyelenggara transportasi atau pihak perusahaan
pengirim barang yang independen.

b. FOB (Free on Board) destination point. Kepemilikan


barang masih berada di penjual sampai barang tersebut
diterima oleh pembeli.

Gambar 1FOB (Free On Board destination point)

2. Barang-barang yang Dipisahkan (Segregated Goods)

Kadang-kadang terjadi suatu kontrak penjualan barang


dalam jumlah besar hingga pengirimannya tidak dapat dikirim
sekaligus. Barang-barang yang dipisahkan tersendiri dengan
maksud untuk memenuhi kontrak-kontrak atau pesanan-pesanan
walaupun belum dikirim, haknya sudah berpindah kepada pembeli.
Oleh karena itu pada tanggal penyusunan laporan keuangan jika
ada barang-barang dipisahkan, harus dikeluarkan dari jumlah
persediaan penjual dan dicatat sebagai penjualan. Begitu pula
pembeli dapat mencatat pembelian dan menambah persediaan
barangnya.

3. Barang Konsinyasi (Consignment Goods)

7
Bab II Pembahasan 2017

Dalam cara penjualan titipan, barang-barang yang

dititipkan untuk dijualkan (dikonsinyasikan) haknya masih tetap

Gambar 2 Barang Konsinyasi


pada yang menitipkan sampai barang-barang tersebut
dijual. Sebelum barang-barang tersebut dijual masih tetap
menjadi persediaan pihak yang menitipkan (consignor). Pihak
yang menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas
barang-barang tersebut sehingga tidak mencatat barang-barang
tersebut sebagai persediaannya. Apabila barang-barang itu
sudah dijual maka yang menerima titipan membuat laporan
pada yang menitipkan. Pada waktu menerima laporan, pihak
yang menitipkan mencatat penjualan dan mengurangi
persediaan barangnya.

4. Penjualan Angsuran (Installment Sales)

Dalam penjualan angsuran, hak atas barang tetap pada


penjual sampai seluruh harga jualnya dilunasi. Penjual akan
melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya
dikurangi jumla yang sudah dibayar. Pembeli akan melaporkan
barang-barang tersebut dalam persediannya sejumlah yang
sudah dibayarkannya.

D. Metode Penentuan Harga Pokok Penjualan

1. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic


flow approach) ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan
yaitu sistem periodik dan sistem perpetual yang masing-masing
ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu:

a. FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar


pertama (MPKP) Metode ini menyatakan bahwa
persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama)
masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu,
sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai
perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli).

8
Bab II Pembahasan 2017

Metode ini cenderung menghasilkan persediaan


yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva
perusahaan yang dibeli.

b. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar


pertama (MTKP) Metode ini menyatakan bahwa
persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk
akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga
persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan
nilai perolehan persediaan yang awal (pertama)
masuk atau dibeli. Metode ini cenderung
menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah
dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang
rendah.

c. Metode Rata-rata (average method)

Dengan menggunakan metode ini nilai


persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai
persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO.
Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga
pokok penjualan dan laba kotor.

2. Penilaian Persediaan Selain Arus Harga Pokok

Dalam pendekatan ini ada tiga metode yang digunakan,


yaitu:

a. Lower Cost of Market

Yaitu metode harga terendah antara harga


pokok dan harga pasar. Metode ini dapat diterapkan
dalam kondisi persediaan tidak normal, misalnya
cacat, rusak dan kadaluarsa. Pokok dari metode ini
adalah membandingkan nilai yang lebih rendah antara
nilai pasar (replacement value) dan nilai perolehan
(cost). Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi,
yaitu tidak boleh lebih rendah dari batas bawah (floor
limit) dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas
(ceiling limit).

b. Gross Profit Method

Metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam


penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena
keterbatasan dokumen yang terkait dengan
persediaan, misalnya karena terjadi bencana

9
Bab II Pembahasan 2017

kebakaran dan banjir. Dasar penilaian persediaannya


adalah pada persentase laba kotor perusahaan tahun
berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1) mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan,

2) menghitung nilai harga pokok penjualan


berdasarkan pada persentase laba kotor yang
telah diketahui, dan

3) menghitung estimasi nilai persediaan akhir


dengan mengurangkan harga pokok penjualan
terhadap penjualan.

c. Retail Method

Metode eceran ini menilai persediaan akhir


dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai
persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilai
persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui
dengan cara menghitung rasio antara nilai
persediaan yang tersedia untuk dijual dengan
pendekatan harga pokok dibandingkan dengan
pendekatan ritel. Kemudian rasio yang diperoleh
dikalikan dengan persediaan akhir yang dinilai
dengan pendekatan eceran dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Table 3 Retail Method


Barang sedia dijual
menurut harga
Persediaan
Persediaan akhir pokok
akhir
menurut harga
menurut
pokok Barang sedia dijual
eceran

menurut harga
eceran

10
Bab II Pembahasan 2017

E. Penilaian Persediaan Barang

Yang dimaksud dengan penilaian persediaan barang


dagang adalah menentukan nilai persediaan yang dicantumkan
dalam neraca. Persediaan akhir bisa dihitung harga pokokny
menggunakan beberapa cara penentuan harga pokok persediaan
akhir, tetapi nilai ini tidak terlalu nampak dalam neraca, jumlah
yang ditampilkan dalam neraca tergantung pada metode penilaian
yang digunakan.

1. .Metode Harga Pokok

Dalam metode ini harga pokok persediaan akhir akan


dicantumkan dalam neraca. Di sini tidak ada perbedaan antara
harga pokok persediaan dan nilai persediaan dalam neraca. Harga
pokok persediaan barang dapat dilakukan dengan cara MPKP
(FIFO), rata-rata tertimbang, MTKP (LIFO) atau yang lain dan
hasilnya dicantumkan dalam neraca tanpa perubahan. PSAK N0.
14 tidak membenarkan digunakannya metode harga pokok untuk
menentukan nilai persediaan dalam neraca.

2. Metode Harga Pokok atau Nilai Realisasi yang Lebih Rendah

Nilai realisasi bersih merupakan batas maksimum yang


diperkenankan untuk mencantumkan persediaan dan disebut
batas atas (ceiling). Nilai realisasi bersih dikurangi laba normal
merupakan batas minimum di mana nilai persediaan barang tidak
boleh lebih rendah.

Untuk menentukan dengan nilai berapakah persediaan


barang yang akan dicantumkan dalam neraca, pertama kali
dibandingkan antara harga pokok dengan nilai realisasi bersih,
dipilih yang lebih rendah. Jumlah yang lebih rendah tersebut
kemudian dibandingkan dengan batas atas dan batas bawahnya.
Apabila jumlah yang lebih rendah tersebut masih dalam batas-
batas atas dan bawah maka nilai persediaan dalam neraca adalah
jumlah yang lebih rendah tersebut. Tetapi apabila jumlah yang
lebih rendah tersebut di luar batas atas dan batas bawah, maka
persediaan akan dinilai dengan batas atas atau batas bawah.

Table 4 Metode Harga Pokok atau Nilai Realisasi


Biaya penjualan barang A per Rp400,0
unit = 0
Laba normal per unit = 300,00

11
Bab II Pembahasan 2017

3. Metode Laba Bruto (Laba Kotor)

Menentukan jumlah persediaan dengan metode laba


bruto, biasanya dilakukan dalam keadaan-keadaan sebagai
berikut ini.

a. Untuk menaksir jumlah persediaan barang yang


diperlukan untuk menyusun laporan-laporan
jangka pendek, di mana perhitungan fisik tidak
mungkin dijalankan
b. Untuk menaksir jumlah persediaan barang yang
rusak karena terbakar dan menentukan jumlah
barang sebelum terjadinya kebakaran.
Perhitungan ini sering diperlukan untuk
menentukan besarnya klaim terhadap
perusahaan asuransi. Dalam keadaan seperti ini
metode laba bruto dapat digunakan bila sebagian
catatan-catatan yang diperlukan ada dan tidak
musnah terbakar.
c. Untuk mengecek jumlah persediaan yang
dihitung dengan cara-cara lain, disebut test laba
bruto.
d. Untuk menyusun taksiran harga pokok penjualan,
persediaan akhir dan laba bruto. Taksiran ini
dihitung sesudah dibuat budget penjualan.

Dalam metode laba bruto, pertama kali harus ditentukan


besarnya persentase laba bruto. Persentase ini bisa didasarkan
pada penjualan atau harga pokok penjualan. Biasanya persentase
laba bruto ditentukan dengan menggunakan data tahun-tahun lalu.
Sesudah persentase laba bruto diketahui, kemudian dikalikan
pada penjualan dan hasilnya dikurangkan pada penjualan,
sehingga dapat ditentukan jumlah harga pokok penjualan selisih
antara harga pokok penjualan dengan barang-barang yang
tersedia untuk dijual merupakan persediaan akhir.

Evaluasi atas Metode Laba Bruto (Laba Kotor)

Apa kelemahan utama metode laba kotor? Salah satu


kelemahan utamanya adalah bahwa metode ini menghasilkan
suatu estimasi. Akibatnya, perhitungan fisik persediaan harus
dilakukan sekali setahun untuk memeriksa jumlah persediaan
yang sebenarnya ada di tangan. Kedua, metode laba kotor
menggunakan persentase masa lalu dalam menentukan markup.
Walaupun masa lalu sering kali dapat memberikan jawaban atas
masalah masa depan, namun persentase masa kini pasti lebih
akurat. Di sini harus diperhatikan bahwa setiap kali fluktuasi yang
signifikan terjadi, persentase ini harus disesuaikan. Ketiga, aplikasi

12
Bab II Pembahasan 2017

persentase-laba-kotor-kelompok harus dilakukan secara hati-hati.


Sering kali, sebuah toko atau departemen menangani barang
dagang yang memiliki persentase laba kotor yang beragam.
Dalam situasi ini, metode laba kotor mungkin harus diaplikasikan
menurut subbagian, lini barang dagang, atau dasar serupa yang
mengklasifikasikan barang dagang menurut persentase laba
kotornya masing-masing.

Metode laba kotor biasanya tidak boleh dipakai bagi


tujuan pelaporan keuangan karena hanya menyediakan suatu
estimasi. Perhitungan fisik persediaan diharuskan oleh GAAP
sebagai verifikasi tambahan bahwa persediaan yang ditunjukkan
dalam catatan benar-benar ada di tangan. Meskipun demikian,
metode laba kotor dibolehkan untuk menentukan persediaan akhir
bagi tujuan pelaporan interim (biasanya kuartalan) dan pemakaian
metode ini harus diungkapkan dalam catatan kaki. Perhatikan
bahwa metode laba kotor akan menyerupai metode persediaan
yang dipakai (FIFO, LIFO, biaya rata-rata) karena metode itu
didasarkan atas catatan historis.

4. Metode Harga Eceran (Retail Inventory Method)

Metode harga eceran biasanya digunakan dalam toko-


toko yang menjual bermacam-macam barang secara eceran,
termasuk toko serba ada. Dalam perusahaan-perusahaan seperti
itu biasanya digunakan metode fisik untuk pencatatan persediaan
karena metode buku akan menimbulkan banyak pekerjaan.
Metode harga eceran ini memungkinkan dihitungnya jumlah
persediaan tanpa mengadakan perhitungan fisik. Metode ini bisa
digunakan untuk :

a. Menaksir jumlah persediaan barang untuk


penyusunan laporan keuangan jangka pendek

b. Mempercepat perhitungan fisik, karena jumlah yang


dihitung itu dicantumkan dengan harga jualnya, maka
untuk mengubahnya ke harga pokok ialah dengan
mengalikannya dengan presentase harga pokok
tanpa perlu memperhatikan masing-masing
fakturnya.

c. Mutasi barang dapat diawasi yaitu dengan


membandingkan hasil perhitungan fisik yang dinilai
dengan harga jual dengan hasil perhitungan dari
metode harga eceran.

13
Bab II Pembahasan 2017

Metode persediaan eceran (retail inventory


method), mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan
atas dasar:

a. Total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli

b. Total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia untuk


dijual.

c. Penjualan periode berjalan

Ada beberapa versi metode persediaan eceran yaitu:

a. Metode Konvensional, yaitu nilai terendah antara


biaya rata-rata dan harga pasar.

b. Metode Biaya

c. Metode Eceran LIFO

d. Metode Eceran LIFO nilai-dolar

Tanpa memperhatikan versi mana yang dipakai, metode


persediaan eceran didukung oleh IRS, berbagai asosiasi perusahaan
eceran, dan profesi Akuntansi. Salah satu keunggulannya adalah saldo
persediaan dapat diestimasi tanpa perhitungan fisik. Namun untuk
menghindari kemungkinan lebih-saji persediaan, Perhitungan persediaan
periodikharus dilakukan terutama dalam bisnis eceran dimana kerugian
akibat pencurian dan kerusakan sering terjadi.

Metode persediaan eceran sangat berguna bagi setiap jenis


laporan Interim, karena pengukuran nilai persediaan yang handal dan
cepat biasanya dibutuhkan. Para penaksir Asuransi biasanya memakai
metode ini untuk mengestimasi kerugian akibat kebakaran, banjir atau
bencana lainnya. Metode ini juga berfungsi sebagai perangkat
pengendalian (control device) karena setiap penyimpangan dari hasil fisik
pada akhir tahun harus dijelaskan. Selain itu, metode eceran juga
mempercepat perhitungan fisik persediaan pada akhir tahun. Petugas
yang melakukan perhitungan fisik persediaan hanya perlu mencatat harga
eceran setiap barang tidak perlu melihat biaya faktur setiap barang
sehingga bisa menghemat waktu dan uang.

1) Konsep Metode Harga Eceran

14
Bab II Pembahasan 2017

Dalam praktek, harga jual sering kali di-markup atau di-


markdown. Bagi peritel, istilah di markup berarti markup
tambahan atas harga eceran awal. Sedangkan pembatalan
markup (markup cancellations) adalah penurunan harga barang
dagang yang sebelumnya telah di markup di atas harga eceran
awal.

Dalam pasar kompetitif, peritel seringkali perlu menggunakan


markdown yakni penurunan harga jual awal. Hal ini mungkin
diperlukan karena adanya penurunan tingkat harga umum,
penjualan khusus, kerusakan barang, kelebihan persediaan, dan
persaingan. Sedangkan Pembatalan markdown (markdown
cancellation) terjadi apabila markdown kemudian di offset oleh
kenaikan harga barang yang sebelumnya sudah di markdown
seperti setelah penjualan satu hari.

2) Metode Persediaan Eceran dengan Markup dan Markdown –


Metode Konvensional

Metode ini dirancang untuk memperkirakan nilai terendah


antara biaya rata-rata dan harga pasar.

Pos-pos khusus yang berhubungan dengan metode Eceran


Metode persediaan eceran menjadi lebih rumit apabila pos-pos
seperti transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan
harga, dan diskon pembelian terlibat. Dalam metode eceran, kita
memperlakukan pos-pos semacam itu sebagai berikut:

a) Biaya pengangkutan (freight cost) diperlakukan


sebagai bagian dari biaya pembelian.

b) Retur Pembelian (purchase return) biasanya


dipandang sebagai pengurang baik pada biaya
maupun harga eceran.

c) Diskon pembelian dan pengurangan harga (purchase


discount and allowances) biasanya dipandang
sebagai pengurang biaya pembelian.

Perlu diingat bahwa retur penjualan dan pengurangan harga


(sales return and allowance) dipandang sebagai penyesuaian
terhadap penjualan kotor, namun diskon penjualan (sales
discount) tidak diakui apabila penjualan dicatat sebagai penjualan
kotor.

Selain itu, sejumlah pos-pos khusus juga memperlukan


analisis yang seksama, diantaranya :

15
Bab II Pembahasan 2017

a) Transfer-masuk (transfer-in) dari departemen lain,


misalnya harus dilaporkan dengan cra yang sama
seperti pada pembelian dari perusahaan lain.

b) Kekurangan normal (normal shortages) bisa


disebabkan pecah, rusak, hilang, atau aus. Biaya
semacam ini harus dicerminkan dalam harga jual
karena kekurangan dalam jumlah tertentu dipandang
normal dalam perusahaan eceran. Akibatnya, jumlah
ini tidak diperhitungkan dalam menghitung rasio
biaya terhadap harga eceran. Hal ini akan
ditunjukkan sebagai pengurangan terhadap
penjualan yang sama untuk mendapatkan persediaan
akhir menurut harga eceran.

c) Kekurangan abnormal (abnormal shortages)

d) Diskon untuk karyawan (employee discount)

Penggunaan Metode persediaan eceran untuk menghitung


persediaan karena alasan sebagai berikut

a) Agar laba bersih dapat dihitung tanpa harus


melakukan perhitungan fisik persediaan

b) Sebagai ukuran pengendalian dalam menentukan


kekurangan persediaan

c) Dalam pengaturan kuantitas barang dagang ditangan

d) Untuk informasi asuransi

Salah satu karakteristik dari metode persediaan eceran adalah


bahwa metode itu memiliki pengaruh rata-rata terhadap berbagai
tingkat laba kotor. Jika diaplikasikan kepada perusahaan secara
keseluruhan, dimana tingkat laba kotor bervariasi di
antardepartemen, maka tidak ada penyisihan yang dibuat untuk
menutupi distorsi hasil akibat perbedaan seperti itu.
Contoh perhitungan persediaan akhir dengan metode harga
eceran.

Table 5 perhitungan persediaan akhir dengan metode harga eceran.


Harga Harga
eceran pokok
R Rp
Persediaan barang awal p 100.000,00 60.000,00
Pembelian (netto) 1.100.000,0 780.000,00

16
Bab II Pembahasan 2017

Rp1.200.000,0 Rp
Barang tersedia untuk dijual 0 840.000,00
1.040.000,0
Penjualan 0

Persediaan barang akhir Rp 160.000,00

Persentase harga pokok:

(Rp 840.000,00 : Rp1.200.000,00) x 100% = 70%

Persediaan barang akhir dengan harga pokok:

70% x Rp160.000,00 = Rp112.000,00

17
Bab III Penutup 2017

BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang


yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan
untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal
perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak
untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi
persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang
menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan.

Dengan gambaran tersebut maka persediaan untuk


perusahaan-perusahaan manufaktur pada umumnya
mempunyai tiga jenis persediaan yaitu:

1. Bahan baku (direct material)

2. Barang dalam proses (work in proses)

3. Barang jadi (finished goods).

Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya


dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu:

1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)

2. Metode Perpetual.

Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in


transit) sangat tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping
Point dan (2) Fob Destination. Tidak semua barang yang
berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan,
misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain
dengan tujuan akan dijual untuk dan atas nama pihak lain
tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment
in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya
untuk barang yang sifatnya consigment out, yang sampai
dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan di
Neraca.

18
Bab III Penutup 2017

Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua,


yang pertama sistem fisik/periodik (periodic inventory system),
berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan
melakukan menghitung fisik terhadap persediaan.
Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik.
Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak
selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik
persediaan pada akhir periode harus dilakukan (mandatory
procedure) untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan
dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik ini
dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan. Yang kedua,
sistem perpetual (perpetual inventory system), Pencatatan
terhadap mutasi persediaan selalu diikuti secara konsisten,
dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan
berkurang atau bertambahnya persediaan.

Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost


basic flow approach) terdapat dua sistem pencatatan
persediaan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual yang
masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu:

1. FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama


(MPKP), metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan
nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual
(digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir
dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir
masuk (dibeli).

2. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama


(MTKP), metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan
nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan)
terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan
dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang
awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung
menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan
berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.

3. Metode Rata-rata (average method), dengan menggunakan


metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai
antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan
LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga
pokok penjualan dan laba kotor.

Dalam penilaian persediaan selain arus harga pokok ada


tiga metode yang

digunakan, yaitu:

19
Bab III Penutup 2017

1. Lower Cost of Market, yaitu metode harga terendah antara


harga pokok dan harga pasar. Metode ini dapat diterapkan
dalam kondisi persediaan tidak normal, misalnya cacat,
rusak dan kadaluarsa.
2. Gross Profit Method, metode laba kotor ini bersifat estimasi
dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan
karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan
persediaan, misalnya karena terjadi bencana kebakaran
dan banjir.

3. Retail Method, metode eceran ini menilai persediaan akhir


dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan
akhir berdasarkan eceran.

20
Daftar Pustaka 2017

DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Donald E, dkk. Akuntansi Intermediate.2007. Jakarta:


Erlangga

Zaki Baridwan. Intermediate Accounting. 2004. Yogyakarta: BPPE

21
Daftar Pustaka 2017

22

Anda mungkin juga menyukai