Anda di halaman 1dari 26

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Dosen Pembimbing :

Dra. Musfiana, M.M

NIP 196203131987032002

Disusun Oleh :

Kelompok 3
Rina Ulvia 2106101030022

Nelli Desianti 2106101030011

Izzatul Firdaus 2106101030064

Mulyana 2106101030030

Husnah 2106101030028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam mempelajari materi Manajemen Persediaan pada mata kuliah
Manajemen Keuangan ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 17 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGENTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Pengertian Manajemen Persediaan..............................................................4
2.2 Economical Order Quantity.......................................................................11
2.3 Reorder Point.............................................................................................15
2.4 Soal Dan Penyelesaiaannya......................................................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan................................................................................................22
3.2 Saran..........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam operasi


perusahaan,selain itu persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya
kegiatan normal pada suatu perusahaan yang dilakukan secara rutin untuk
memproduksi barang yang diperuntukkan bagi konsumen. Bahan baku untuk
barang dalam proses dan barang jadi merupakan macam-macam bentuk dari
persediaan, dan persediaan berhubungan dengan stokdari apapun yang diperlukan
untuk menjalankan bisnis. Meskipun persediaan mewakili sebagian besar dari
investasi bisnis yang harus dikelola dengan baik untuk memaksimalkan
keuntungan.

Persediaan berhubungan dengan bermacam-macam tujuan yaitu : mencari


perimbangan antara jumlah stok yang benar tetapi tidak terlalu banyak,
meningkatkan turnover persediaan tanpa mengorbankan tingkat pelayanan,
menjaga stok terendah tetapi tidak membahayakan kinerja, memelihara
bermacammacam stok yang sangat banyak tetapi tidak menghabiskan dengan
cepat sehingga menipis, mempunyai persedian yang mencukupi tanpa item-
itemyang usang atau tidak terpakai, selalu mempunyai stok yang diinginkan tetapi
tidak item yang lambat, Ketika persediaan tidak dikelola dengan benar dan
menjadi tidak dipercaya, tidak efisien dan mahal, tidak hanya item yang disimpan,
pajak asuransi dan juga biaya yang ada dalam inventory.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat


diambil adalah sebagai berikut :

• Apa yang dimaksud dengan manajemen persediaan ?


• Apa saja tujuan dan fungsi serta jenis manajemen persediaan ?
• Bagaimana memaksimalkan manajemen persediaan ?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengertian


manajemen persediaan, tujuan dan macam-macamnya serta hasil yang maksimal
dengan adanya manajemen persediaan bagi perusahaan. Dan memenuhi tugas
mata kuliah manajemen keuangan.

1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan Rumusan masalah dan latar belakang diatas, maka manfaat


yang bisa diambil adalah sebagai berikut :

• Agar penulis serta pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
manajemen persediaan.
• Agar penulis serta pembaca dapat mengetahui serta memahami tentang
fungsi dan tujuan serta jenis dari manajemen persediaan.
• Agar dapat mengetahui bagaimana cara untuk memaksimalkan manajemen
persediaan.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan (inventory management) yang baik merupakan


kunci keberhasilan setiap perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun
perusahaan dagang. Perusahaan manufaktur mempertahankan persediaan, baik
persediaan bahan baku maupun persediaan barang setengah jadi dalam jumlah
tertentu selama masa produksi. Dalam perusahaan manufaktur terdapat jenis-jenis
persediaan seperti persediaan barang jadi (inventory of finished goods), persediaan
barang setengah jadi (inventory of work in process) dan persediaan bahan baku
atau bahan mentah (inventory of raw material). Sedangkan pada perusahaan
dagang, persediaan yang ada merupakan persediaan barang dagangan (inventory
of merchandise).

Persediaan dalam proses atau persediaan dalam perpindahan, yaitu persediaan


antara berbagai tahap produksi atau penyimpanan Pengelolaan persediaan ini
secara baik memungkinkan penggunaan sumber daya dan penjadwalan produksi
secara efisien. Perusahaan harus memelihara persediaan barang dalam proses
dalam jumlah tertentu selama proses produksi. Persediaan bahan mentah dan
persediaan barang jadi tidak harus ditentukan secara tepat apabila perusahaan
dapat bertindak fleksibel. Begitu pentingnya manajemen persediaan, sehingga
semua level manajer akan terlibat dalam pengelolaan persediaan untuk menjaga
besarnya persediaan guna mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.
Kebijakan persediaan perlu dilakukan oleh manajer agar :

1. Dapat menjamin kelancaran proses produksi.


2. Dapat dijangkau oleh dana yang tersedia.
3. Dapat mencapai jumlah pembelian optimal.

Pada perusahaan manufaktur, faktor-faktor yang menentukan besarnya


persediaan (khususnya persediaan bahan baku) adalah:

1. Lead time, yaitu lamanya masa tunggu bahan yang dipesan datang.
2. Frekuensi penggunaan bahan selama satu periode.
3. Jumlah dana yang tersedia.

3
4. Daya tahan bahan.

 Keakuratan Catatan Persediaan


Keakuratan catatan persediaan adalah prasyarat bagi manajemen persediaan,
penjadwalan, produksi dan pada akhirnya penjualan. Keakuratan bisa
dipertahankan dengan sistem priodik atau perpetual. Sistem priodik
memerlukan persediaan secara teratur (priodik) untuk menentukan kuantitas
persediaan ditangan. Beberapa peritel kecil dan dimana fasilitas persediaan
yang dikelola oleh penjual barang (penjual barang memeriksa kuantitas
persediaan di tangan dan menyediakannya kembali seperlunya)
menggunakan sistem priodik. Meskipun demikian kelemahan sistem priodik
adalah kurangnya pengendalian antara tinjauan dan perlunya membawa
persediaan tambahan untuk melindunginya dari kekurangan persediaan.
Variasi dari sistem periodik adalah sistem dua tempat sampah. Dalam
praktiknya, manajer toko akan mempersiapkan dua wadah (masing masing
wadah dengan persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan
sepanjang waktu yang diperlukan untuk menerima pesanan lainnya) dan
menempatkan pesanan ketika wadah kosong. Alternatif lainnya adalah
persediaan perpetual menelusuri penerimaan dan pengurangan persediaan
secara berkelanjutan. Penerimaan persediaan biasanya dicatat di departemen
penerimaan dalam beberapa cara setengah otomatis, seperti melalui
pembaca kode batang (barcode), dan pengeluaran persediaan dicatat saat
barang meninggalkan ruang penyimpanan atau di perusahaan ritel dicatat di
kasir penjualan. Terlepas dari sistem persediaan yang ada, keakuratan
catatan penjualan membutuhkan penyimpanan catatan persediaan masuk
dan keluar yang baik, termasuk keamanan yang baik. Ruang penyimpanan
yang tertata dengan baik, akses terbatas, tata graha yang baik serta tempat
penyimpanan yang bisa menyimpan dalam jumlah yang tetap. Dalam
fasilitas penyimpanan manufaktur ataupun ritel dimana wadah, rak dan
bagian penyimpanan diberi label secara akurat. Keputusan penting
mengenai pemesanan, penjadwalan, dan pengiriman hanya dibuat ketika
perusahaan mengetahui persediaan apa saja yang ada ditangan (Heizer &
Render, 2014:515).

4
2.1.1 Persediaan
Persediaan adalah salah satu aset termahal dari banyak perusahaan, dan mewakili
sebanyak 50% dari keseluruhan modal yang diivestasikan (Heizer &
Render, 2014:512). Persediaan merupakan barang menganggur yang
menunggu untuk digunakan atau dijual mengingat tiap perusahaan
memiliki jenis persediaan yang berbeda dan memiliki tujuan yang berbeda
pula dalam penggunaannya.(Blanc, 2011 ) Jadi, persediaan merupakan
keseluruhan barang atau perlengkapan yang digunakan bagi perusahaan,
baik untuk menjalankan proses produksi ataupun menjaga kelangsungan
kegiatan operasional perusahaan, baik itu perusahaan manufaktur ataupun
perusahaan dagang yang bertujuan untuk memenuhi permintaan
konsumen. Persediaan juga merupakan salah satu aspek yang terpenting
bagi suatu perusahaan, karena sebagian besar atau lebih dari 50% modal
dari perusahaan berupa persediaan. Persediaan (Inventory) adalah stok
barang atau sumber daya apa pun yang digunakan dalam sebuah
organisasi. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijakan dan
pengendalian yang mengawasi tingkat persediaan dan menentukan tingkat
persediaan yang harus selalu ada, kapan persediaan harus diisi kembali,
dan berapa besar pesanan yang harus dipesan (Jacobs & Chase 2014:209).
Seluruh perusahaan (termasuk operasi JIT) menyimpan pasokan
persediaan karna alasan sebagai berikut :
1. Untuk mempertahankan operasi yang independen. Pasokan bahan
baku pada suatu workcenter memungkinkan fleksibilitas workcenter
tersebut dalam operasi. Contohnya karena adanya biaya untuk setiap
pengaturan produksi baru, persediaan ini memungkinkan manajemen
untuk mengurangi banyaknya pengaturan. Stasiun kerja yang
independen juga diharapkan ada pada lini perakitan. Waktu yang
dperlukan untuk melakukan operasi yang serupa akan bervariasi pada
suatu unit dan unit berikutnya. Oleh karena itu, diharapkan terdapat
cushion dari beberapa bagian dalam stasiun kerja, sehingga waktu
kinerja yang lebih pendek dapat mengkompensasi waktu kinerja yang

5
lebih panjang. Hal ini dapat membuat outpu rata-rata menjadi cukup
stabil.
2. Untuk memenuhi variasi permintaan produk. Jika permintaan produk
diketahui dengan tepat, produksi produk tersebut dalam jumlah yang
tepat sesuai dengan permintaan akan memungkinkan (meskipun tidak
menghemat biaya). Namun, permintaan biasanya tidak sepenuhnya
diketahui, dan stok pengaman atau penyangga harus tetap ada untuk
menyerap variasi.
3. Untuk memungkinkan fleksibilitas dalam penjadwalan produksi. Stok
persediaan meringankan beban pada system produksi karena produk-
produk keluar dari system tersebut. Ini menyebabkan lead time yang
lebih lama, yang memungkinkan perencanaan produksi dengan aliran
yang lebih lancer dan biaya yang lebih rendah melalui produksi
dengan ukuran lot yang lebih besar. Jika biaya pengaturan tinggi
misalnya, akan lebih menguntungkan ketika jumlah unit yang
diproduksi lebih besar untuk satu kali pengaturan.
4. Sebagai pengaman untuk waktu pengiriman bahan baku yang
bervariasi. Ketika bahan baku dipesan dari vendor, penundaan dapat
terjadi karena beragam alasan, misalnya variasi waktu pengiriman,
kurangnya bahan baku di pabrik vendor yang menyebabkan backlog,
pemogokan yang terjadi di pabrik vendor atau di salah satu perusahaan
pengiriman, lost order, atau pengiriman bahan baku yang tidak tepat
atau cacat.
5. Untuk memanfaatkan ukuran ekonomis pesanan pembelian. Untuk
melakukan suatu pemesanan diperlukan biaya, antara lain tenaga
kerja, panggilan telepon, pengetikan, pengiriman, dan lain-lain. Oleh
karena itu, semakin besar ukuran pemesanan, semakin sedikit
pemesanan yang harus ditulis. Selain itu, Biaya pengiriman juga akan
lebih menguntungkan jika pemesanan semakin besar---semakin besar
pengiriman, semakin kecil biaya per unit.
6. Banyak alasan lain berdasarkan situasi tertentu. Berdasarkan
situasinya, persediaan mungkin perlu disimpan. Contohnya,
persediaan dalam perjalanan (in-transit) adalah bahan baku yang

6
sedang dipindahkan dari pemasok kepada pelanggan dan bergantung
pada kuantitas pesanan dan lead time transit. Contoh lainnya adalah
persediaan yang dibeli sebagai antisipasi terhadap perubahan harga
seperti bahan bakar untuk pesawat jet atau semikonduktor untuk
computer. Terdapat banyak contoh lainnya (Jacobs & Chase
2014:209-210)

2.1.2. Fungsi Persediaan

Persediaan dapat memiliki berbagai fungsi yang dapat menambah flexibilitas


operasi perusahaan keempat fungsi persediaan adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan pilihan barang agar dapat memenuhi permintaan


pelanggan yang diantisipasi dan memisahkan perusahaan dari
fluktuasi permintaan . Persediaan seperti ini digunakan secara umum
pada perusahaan ritel.
2. Untuk memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi.
Contohnya, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi,
persediaan tambahan mungkin diperlukan agar bisa memisahkan
proses produksi dari pemasok.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah kerana
pembelian dalam jumlah besar dapat menurunkan biaya pengiriman
barang.
4. Untuk menghindari inflasi dan kenaikan harga. (Heizer & Render
2014:512)

Tujuan dari pengelolaan persediaan adalah untuk menjaga ketersediaan


barang agar bisa memenuhi kebutuhan pelanggan dan juga untuk efektifitas biaya.
Secara traditional, perusahaan mengelola level persediaan untuk menjaga
kebutuhan pelanggan dalam jangka panjang, untuk melindungi pasar terhadap
beberapa produk dan maupun pesaing. Dengan banyaknya pesaing dan tingginya
diversitas pasar dimana produk baru dan fitur produk baru secara masiv dan terus
menerus diperkenalkan, dimana ini juga menambah biaya persediaan dari
cepatnya produk menjadi usang, pada saat yang sama perusahaan secara terus
menerus menginginkan biaya yang rendah agar dapat menyediakan produk dengan

7
harga yang murah. Karna itu persediaan sangat jelas sekali adalah salah satu untuk
menurunkan biaya perusahaan (Russel & Taylor, 2011:554).

2.1.3. Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan sistem yang digunakan perusahaan


sebagai laporan untuk manejemen puncak maupun manajer persediaan sebagai
alat ukur kinerja persediaan dan dapat digunakan untuk membantu membuat
kebijakan persediaan. Di dalam laporan tersebut berisi tingkat persediaan yang
diinginkan, biaya operasi persediaan dan tingkat investasi sebagai bahan
perbandingan terhadap periode lainnya (Wahyudi, 2015).

Sistem pengendalian persediaan adalah tingkat persediaan


dengan menentukan berapa banyak pesanan (level replenishment) dan kapan
melakukan pesanan. Ada dua jenis tipe dalam sistem persediaan : pertama adalah
sistem berkelanjutan (jumlah pemesanan tetap), dan system priodik (waktu
pemesanan tetap). Pada system berkelanjutan pesanan ditentukan dengan jumlah
yang sama secara konstan ketika inventory on hand berkurang pada level tertentu.
Sedangkan pada periodik system, pesanan ditentukan sebagai jumlah variable
setelah ditentukan interval pesanan secara spesifik (Russel & Taylor, 2011:559).

2.1.4. Jenis-Jenis Persediaan

Untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan, perusahaan harus


memelihara empat jenis persediaan:

a) Persediaan bahan baku (Raw Material Stock)

Bahan-bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses


manufaktur. Persediaan ini dapat digunakan untuk melakukan
decouple pemasok dari proses produksi.

b) Persediaan barang setengah jadi (Work In Process – WIP Inventory)

Produk-produk atau komponen-komponen bahan mentah yang telah


melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai.

c) Persediaan pasokan pemeliharaan/ perbaikan/ operasi (MRO)

8
Persediaan-persediaan yang untuk persediaan pemeliharaan,
perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin
dan proses- proses tetap produktif

d) Persediaan barang jadi (Finished goods stock)

Barang yang sudah siap dijual, tetapi masih meruapakan aset dalam
pembukuan perusahaan (Heizer & Render 2014:512-513).

Ketika Permintaan sulit diprediksi dalam presisi yang besar serta menjaga
stock supaya resiko berkaitan dengan kehabisan persediaan (stockout) dapat
dikelola, terdapat tiga model berikut :

1. Media Periode Tunggal (single-period model). Model ini digunakan pada


waktu melakukan pembelian suatu kali atas suatu produk. Contohnya
ketika membeli kaus yang akan dijual karena ada suatu pertandingan
olahraga tertentu.
2. Model Kuantitas Pesanan Tetap (fixed-order quantity model). Model ini
digunakan ketika kita ingin menyimpan suatu produk dalam persediaan,
dan setiap kali akan memasok ulang, telah ditentukan jumlah tertentu yang
harus dipesan. Persediaan barang tersebut diawasi sampai volumenya
turun ke level yang mana risiko akan habisnya persediaan cukup besar,
sehingga terpaksa melakukan pemesanan.
3. Model Periode Waktu Tetap (fixed-time period model). Model ini serupa
dengan model kuantitas pesanan tetap, yaitu digunakan ketika persediaan
barang harus ada dan siap digunakan. Dalam model ini tidak dilakukan
pengawasan terhadap tingkat persediaan dan pemesanan ketika volumenya
menurun hingga mencapai kuantitas kritis, tetapi barang tersebut dipesan
pada interval waktu tertentu, misalnya setiap Jum’at pagi. Model ini sangat
sesuai ketika pemesanan sedang dilakukan atas sekelompok barang secara
bersama. Contohnya adalah pengiriman beberapa jenis roti yang berbeda
ke toko bahan makanan. Produk roti yang distok oleh pemasok tersebut
pada sebuah toko mungkin ada 10 atau lebih. Pengiriman sepuluh produk
tersebut pada waktu dan jadwal yang sama akan jauh lebih efisien daripada

9
pengiriman masing-masing produk secara terpisah pada waktu yang
berbeda (Jacobs & Chase 2014 : 208)

2.1.5. Sistem Persediaan Independen

Manajemen persediaan merupakan kegiatan perencanaan dan pengendalian


persediaan barang dalam rangka memenuhi prioritas bersaing perusahaan terhadap
permintaan konsumen. Pada kegiatan manajemen persediaan tersebut mencakup
proses menentukan informasi tentang estimasi permintaan barang, jumlah
persediaan yang saat ini ada di gudang (inventory of hand) dan besarnya pesanan
yang harus dilakukan untuk setiap periode pemesanan, serta waktu atau periode
setiap kali dilakukan pemesanan barang.

Persediaan merupakan salah satu komponen aset yang dinilai paling mahal
oleh beberapa perusahaan, karena dapat mmencapai 50% dari total investasi
modal. Oleh karena itu, seorang manajer operasional harus dapat membuat
penyeimbangan terhadap investasi persediaan tersebut dengan pelayanan terhadap
konsumen. Manajemen persediaan yang efektif merupakan upaya merealisasikan
semua potensial value chain, sehingga perusahaan dapat beroperasional dengan
biaya persediaan yang paling minimal. Fungsi persediaan pada kegiatan
operasional sebagai berikut :

1. Untuk memisahkan berbagai bagian dari proses produksi.


2. Untuk mengklasifikasi aktivtas perusahaan dari permintaan yang fluktuatif
dan menyediakan barang yang akan ditawarkan kepada konsumen tertentu.
3. Untuk mendapatkan manfaaat dari quantity discount yang ditawarkan
supplier.
4. Untuk melindungi kenaikan harga barang karena dampak inflasi.

Berdasarkan jenis barang dalam sistem persediaan dapat dikelompokkan


menjadi :

1. Persediaan bahan mentah (raw material), yaitu persediaan terhadap bahan


baku yang akan digunakan sebagai materi dasar produksi. Perusahaan
melakukan pembelian bahan baku kepada supplier tanpa harus
memprosesnya lebih lanjut.

10
2. Persediaan barang dalam proses (work-in process) yaitu persediaan bahan
baku oleh perusahaan, namun belum sepenuhnya selesai (not completed)
karena masih menunggu proses produksi selanjutnya.
3. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan terhadap barang-
barang yang sepenuhnya telah selesai dilakukan proses produksi. Barang
hanya menunggu proses pengiriman, karena perusahaan akan
mendistribusikan kepada konsumen berdasarkan pesanan yang masuk.

Berdasarkan sistem persediaan yang digunakan, dapat dikelompokkan


menjadi:

1. Sistem persediaan independen, yaitu suatu sistem persediaan, dalam hal


jumlah persediaan dipengaruhi oleh kondisi pasar dan tidak dipengaruhi
oleh kebutuhan atas proses produksi di suatu organisasi. Contoh :
persediaan barang jadi.
2. Sistem persediaan dependen, yaitu suatu sistem persediaan, dalam hal
permintaan terhadap item produk tertentu tergantung atau dipengaruhi oleh
permintaan terhadap satu atau lebih item produk lainnya dalam sistem
persediaan.

Bagian ini memperkenalkan tiga model persediaan yang menjawab dua


pertanyaan penting: kapan harus memesan dan berapa pesanan yang harus
dipesan.
Berikut adalah model-model permintaan independen tersebut.

1. Model kualitas pesanan ekonomis (economic order quantity/EOQ dasar)


2. Model kuantitas pesanan produksi.
3. Model diskon kuantitas (Heizer & Render, 2014:518-519).

2.2 Economical Order Quantity


Untuk menentukan kebijakan persediaan yang tepat dapat digunakan
analisis Kuantitas Pesanan yang Ekonomis (Economical Order Quantity)
Economical Order Quantity (EOO) adalah jumlah bahan yang dapat dibeli dengan
biaya persediaan yang minimal atau sering disebut jumlah pesanan bahan yang

11
optimal. Dalam pengelolaan persediaan bahan ada 2 jenis biaya yang
dipertimbangkan, yaitu:
1. Biaya pesan (ordering cost) yaitu biaya yang dikeluarkan dalam proses
pemesanan suatu batang Biaya pesan ini meliputi: a. Biaya selama
proses pesanan
b. Biaya pengiriman permintaan
c. Biaya penerimaan bahan
d. Biaya penempatan bahan kedalam gudang
e. Biaya proses pembayaran.

Apabila dalam satu tahun suatu perusahaan membutuhkan bahan untuk


dibeli sebanyak R unit, dan setiap kali pembelian bahan sebanyak Q unit, serta
biaya pesanan setiap kali pesan sebesar O (Ordering Cost) rupiah atau S (Set-up
cost) rupiah, maka dapat dihitung dengan rumus:

𝑹 𝑹
Biaya Pesan = × O atau ×𝑺
𝑸 𝑸

2. Biaya simpan (Carrying casu yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan


dalam rangka proses penyimpanan suatu barang yang dibeli. Biaya
simpan ini meliputi:
a. Biaya sewa gudang
b. Biaya pemeliharaan bahan di gudang
c. Biaya modal (bunga) yang diperlukan untuk investasi barang yang
disimpan
d. Biaya asuransi
e. Biaya keuangan barang (kadaluwarsa barang).

Apabila bahan yang dipesan setiap kali pesan Q unit, maka rata-rata
𝑄
persediaan adalah ⁄2. Apabila biaya simpan sebesar C rupiah dari rata-rata
bahan yang disimpan, maka biaya simpan dapat dihitung dengan rumus :

12
Biaya Simpan =
𝑪

Jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EOO) dapat dicapai pada saat
biaya. pesan sama dengan biaya simpan. Untuk lebih jelasnya kita ikuti
keterangan berikut:
Jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOO) tercapai pada biaya pesan sama
dengan biaya simpan :

Atau C

𝑄2.C = 2.R.O

Q = √ 2.𝑅.𝑂
𝐶

di mana:
Q = Jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EOO)
R = Jumlah kebutuhan barang yang dibeli selama setahun
O = Biaya pesanan setiap kali pesan, kadang-kadang diberi simbul S C =
Biaya simpan bahan (barang) per unit atau dihitung dari persentase rata-
rata persediaan dikalikan dengan harga barang. Oleh karena itu EOQ
juga dapat dicar dengan formula:

Q = √ 2.𝑅.𝑂
𝑃𝐼

di mana PI adalah perkalian antara harga barang dengan persentase biaya simpan.

Contoh :

PT "SADAR" merencanakan untuk melakukan pembelian bahan selama satu


tahun sebanyak 160.000 unit, Biaya pesan Rp 10.000 setiap kali pesan. Biaya

13
simpan Rp 2 per unit. Harga beli Rp 1.000 per unit. Besarnya jumlah pembelian
atau pesanan yang paling ekonomis (EOQ) adalah:

EOQ = = 40.000 unit

Untuk membuktikan apakah benar bahwa 40.000 unit merupakan jumlah pesanan
yang optimal, maka dapat dijelaskan dengan membuat tabel berikut:

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Total Cost terendah sebesar Rp 80.000
tercapai pada frekuensi pembelian 4 kali. Pada saat itu besarnya biaya pesan sama
dengan biaya simpan (Ordering Cost Carrying Costs Frekuensi pembelian yang
kurang dari atau lebih dari 4 kali tersebut akan menanggung biaya yang lebih
besar. Misalnya frekuensi pembelian sebanyak 5 kali menychabkan biaya pesan
sebesar 5 & Rp 10.000 Rp 50.000 dan biaya simpannya 16.000 unit x Rp 2-Rp
32.000.
Sehingga total biaya pembelian jika dilakukan sebanyak 5 kali Rp 50.000 Rp
32.000 Rp 82,000 Jumlah biaya ini lebih besar daripada biaya pada pesanan yang
paling ekonomis yaitu Rp 80.000. Analisis EOQ ini sebenarnya merupakan
analisis yang cukup lemah dalam analisis keuangan. Hal ini karena ada beberapa
asumsi yang mendasari berlakunya analisis EOQ ini yang mungkin sulit untuk
ditepati. Asumsi berlakunya EOQ yaitu:

a. Bahan atau barang yang dibutuhkan hanas tersedia di pasar ketika


dibutuhkan
b. Harga barang selalu tetap (stabil) selama periode analisis.
c. Biaya simpan selalu stabil selama periode analisis
d. Biaya-biaya yang berhubungan dengan pemesanan relatif tetap

Dari keterangan di atas, biaya pesan memiliki sifat yang positif-linier dengan
frekuensi pesanan. Artinya semakin sering memesan, maka biaya pesanan
semakin tinggi. Sebaliknya. biaya simpan memiliki hubungan yang negatif-tidak

14
linier dengan frekuensi pesanan, yaitu semakin sering pesanan barang dilakukan,
maka semakin kecil biaya simpannya. Hubungan biaya pesan, haya simpan dan
jumlah biaya pada keadaan EOQ dapat digambarkan sebagai berikut:

2.3 Reorder Point


Reorder Paint (titik pemesanan kembali), disingkat ROP, adalah saat harus
diadakan pesanan lagi sehingga penerimaan bahan yang dipesan tepat pada waktu
persediaan di atas safely stock sama dengan nol. Saat kapan pemesanan harus
dilakukan kembali perlu ditentukan secara baik karena kekeliruan saat pemesanan
kembali tersebut dapat berakibat terganggunya proses produksi. Ada 2 faktor yang
menentukan Reorder Point, yaitu:
1. Penggunaan bahan selama load time.
Lead time adalah masa tungga sejak pesanan barang atau bahan dilakukan
sampai bahan tersebut tiba di perusahaan. Waktu tunggu ini berbeda-beda
antara barang yang satu dan lainnya. Di samping itu, waktu tunggu juga
disentakan oleh jarak antara perusahaan dan sumber hahan, alat
transportasi yang digunakan dan lain sebagainya. Selama waktu tunggu
ini, proses produksi di perusahaan tidak boleh terganggu. Oleh karena itu
penggunaan bahan selama waktu tunggu perlu diperhitungkan dengan
cermat sehingga perusahaan tidak sampai kekurangan bahan.
2. Safety Stock, adalah persediaan minimal (persediaan besi) yang ada
dalam perusahaan. Persediaan besi ini merupakan persediaan yang
dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan

15
barang atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai di
perusahaan.

Dari kedua faktor yang mempengaruhi waktu pemesanan kembali di atas,


maka pemesanan kembali (ROP) harus dilakukan ketika jumlah barang atau bahan
tepat dengan jumlah barang yang dijadikan Safety stock ditambah kebutuhan
selama waktu tunggu atau :

Reorder Point = Kebutuhan Safety Stock + Kebutuhan Lead


Time
Hubungan antara Reorder Point, Safety Stock dan Lead Time dapat diperlihatkan
pada gambar berikut:

Keterangan:

AB = Besarnya EOQ

C = Reorder point

D = bahan yang dipesan tiba

EF = Lead Time

Contoh :

Diketahui bahwa penggunaan bahan selama satu tahun 160.000 unit. Apabila
ditentukan lead time (waktu tunggu) % bulan dan safety stock 10.000 unit.
Apabila tahun dihitung 360 hari, maka Reorder Point dapat dihitung sebagai
berikut: Penggunaan bahan per hari 160.000 unit: 360-444,44 unit atau 444 unit
Penggunaan bahan selama waktu tunggu 15 hari x 444,44 unit 6.667 unit. Reorder
Point-safety stock + penggunaan selama waktu tunggu 10.000 unit+6.667 unit
16.667 unit.

16
Keterangan:

Besarnya EOQ-50.000 unit-10.000 unit-40.000 unit

Besarnya ROP-10.000 unit+6.667 unit-16.667 unit

Besarnya Lead Time-6.667 unit

2.4 Soal Dan Penyelesaiaannya

Soal 1 :

Kebutuhan bahan PT."TIDAR" selama 1 tahun 480.000 unit dengan harga per unit
Rp 10,-. Biaya pesan (ordering cost) setiap kali pesan Rp 60.000,-. Biaya simpan
(carrying cost) sebesar 40% dari nilai rata-rata persediaan. Safety stock 30.000
unit, dan waktu tunggu (lead time) selama ½ bulan. Dari data tersebut:

1. Hitunglah EOQ

2. Hitunglah ROP

3. Gambarkan grafik hubungan EOQ, ROP dan Safety stock

4. Gambarkan hubungan antara Total Cost, Ordering Cost dan Carrying Cost

Penyelesaiaannya :

1. Menghitung besarnya EOQ

EOQ =

17
di mana :
R = Jumlah bahan yang dibutuhkan selama periode tertentu
S = Biaya pesan setiap kali pesan\
P = Harga pembelian bahan per unit
1 = Biaya simpan dinyatakan dalam persentase dari nilai persediaan

EOQ = = 120.000 unit

2. Menghitung ROP
Penggunaan 1 tahun 480.000 unit→ Penggunaan per bulan = 40.000 unit
Penggunaan Penggunaan selama lead time (1/2 bulan) 1⁄2 x 40.000 unit =
20.000 unit
ROP = Safety stock + Penggunaan selama lead time
= 30.000 unit+20.000 unit-50.000 unit.
Jadi pemesanan kembali dilakukan ketika persediaan tinggal 50.000 unit.
3. Gambar grafik hubungan EOQ, ROP dan Safety Stok adalah sebagai berikut

4. Grafik hubungan Total Cost (TC), Ordering Cost (OC), dan Carrying Cost
(CC)
Untuk menggambar grafik hubungan antara total biaya, (total cost), biaya
pesan (ordering cost) dan biaya simpan (carrying cost) terlebih dahulu

18
disusun tabel perhitungan untuk mencari total biaya yang paling ekonomis
(minimal). Tabel ini menunjukkan berbagai alternatif jumlah yang akan
dibeli pada setiap kali pembelian/pesanan. Kita tahu bahwa biaya
persediaan terdiri dari biaya pesan dan biaya simpan. Dengan
mengkombinasikan biaya pesan dan biaya simpan pada berbagai frekuensi
dan jumlah pembelian, akan diperoleh biaya yang paling minimal seperti
pada tabel berikut:

Total cost terendah sebesar Rp 480.000,- pada frekwensi pembelian empat


kali di mana ordering cost = carrying cost. (atau biaya pesan sama dengan
biaya simpan). Apabila ditunjukkan dengan grafik hubungan antara Total
Cost, Ordering Cost dan Carrying Cost akan terlihat sebagai berikut:

Soal 2 :
Perusahaan "ANTARTIKA" dalam setahun membutuhkan bahan mentah
sebanyak 150.000 unit dengan harga Rp 2.000,- per unitnya. Biaya
pesanan setiap kali pesan sebesar Rp 150.000,- dan biaya simpan 10% dari
rata-rata nilai persediaan. Pada saat ini perusahaan memiliki gudang yang
terbatas kapasitasnya, sehingga hanya bisa menyimpan maksimum 12.000

19
unit. Perusahaan akan meningkatkan kapasitas gudangnya menjadi 15.000
unit. Untuk meningkatkan kapasitas gudang menjadi 15.000 unit
membutuhkan biaya perbaikan sebesar Rp 1.500.000,-, sehingga
perusahaan perlu utang ke bank. Apabila biaya modal untuk menambah
kapasitas tersebut adalah 20% apakah sebaiknya gudang tersebut diperluas
menjadi 15.000 unit atau tetap saja berkapasitas 12.000 unit?
Penyelesaiaannya :
Jumlah pembelian ekonomis adalah :

EOQ = = 15.000 unit


Jadi jumlah pembelian yang ekonomis sebesar 15.000 unit, berarti
kapasitas gudang tidak mencukupi karena hanya mampu menampung
maksimum 12.000 unit. Dengan demikian perlu dipertimbangkan untuk
memperluas gudang sampai kapasitas 15.000 unit, yang memerlukan biaya
Rp 1.500.000,- dengan biaya modal 20%
Alternatif Pertama: Tidak memperluas gudang, sehingga pembelian
hanya sesuai kapasitas gudang yaitu 12.000 unit setiap kali pesan.
• Biaya pesan 1 tahun = (150.000/12.000) x Rp.150.000 = Rp. 1.875.000

• Biaya simpan 1 tahun = Rp.2.000 x 10% x (12.000/2) =


Total biaya = Rp. 3.075.000
Alternatif Kedua : memperluas gudang agar kapasitas mencapai 15.000
unit sesuai dengan pembelian ekonomis.
• Biaya pesan 1 tahun = (150.000/15.000) x Rp.150.000 = Rp. 1.500.000
• Biaya simpan 1 tahun = (2.000 x 10%) x (15.000/2) = Rp. 1.500.000

• Biaya modal investasi = 20% x Rp. 1.500.000


Total biaya = Rp. 3.300.000

Ternyata dengan menambah kapasitas, biaya persediaan yang dikeluarkan


menjadi lebih besar yaitu Rp 3.300.000 dihanding apabila kapasitasnya
12.000 unit yaitu sebesar Rp 3.075.000,- Oleh karena itu, sebaiknya
perusahaan tidak melakukan perluasan gudang dan pembelian setiap kali
beli sebesar 12.000 unit sesuai dengan kapasitas gudang.

20
BAB III PENUTUP

21
3.1 KESIMPULAN
Perusahaan dalam melakukan pelaporan mengenai persediaan sangat
penting bagi perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan
merupakan salah satu dari beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi
perusahaan yang secara terus meneru diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh
karena itu, sistem akuntansi itu sendiri harus dilaksanakan sebaik mungkin
sehingga tidak mengalami hal-hal yang mengganggu jalannya operasi perusahaan.
Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan
informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam
pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan
besarnya laba perusahaan yang diperoleh.

3.2 SARAN
Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka penulis mengemukakan saran bahwa
penerapan Manajemen Persediaan yang baik harus dilaksanakan secara efektif,
karena akan menunjang keberhasilan perusahaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Resista Vikaliana, Yayan Sofian, Novi Solihati dkk, 2020. Manajemen

22
Persediaan. Bandung : CV MEDIA SAINS INDONESIA http://e-
journal.uajy.ac.id/13971/3/EM203092.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai