Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENGELOLA PERMINTAAN DAN PERENCANAAN PRODUKSI

DOSEN PENGAMPU:

Ni Luh Putu Sariani S.E., M.M.,

DIBUAT OLEH KELOMPOK 4 :

I Gusti Ayu Aristya Rismayanti ( 121113804 )


I Komang Bagus Tri Ananta Dita (121113799)
Putu bagus diva surya dinatha (121113803)
Kadek Gita Jesiska Putri (121113800)
Kadek Ayu Setiawati (121113797)
Kelvin Cahya Utomo (121113798)
Sheillania ( 121113805)
Ni Putu Satya Wiryani ( 121113801)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Segala puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Tidak lupa, Penulis mengucapkan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dama mata kuliah Manajemen Rantai Pasokan “Mengelola
Persediaan pada Supply Chain”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadimakalah yang lebih baik lagi.

Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian yang bisa kami sampaikan semoga makalah kami dapat bermanfaat, sekian dan
terima kasih.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 26 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................3

BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
2.1 Penjelasan Alat Ukur Persediaan dan Klasifikasi......................................................................... 5
2.2 Penjelasan Model Persediaan Produk dengan Permintaan Relatif Stabil .................................. 6
2.3 Model Persediaan Produk dengan Permintaan Musiman .......................................................... 9
2.4 Menjelaskan Pendekatan Kapasitas Reaktif ................................................................................ 10
2.5 Menjelaskan Vendor Managet Inventory ( VMI ) ..................................................................... 10
2.6 Penjelasan Hambatan dalam Manajemen Persediaan ............................................................. 11
BAB III .................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan barang atau jasa adalah kegiatan awal pada supply chain, kegiatan
produksi, perancangan produk, pengiriman, dan pembelian material yang disesuaikan
dengan permintaan pasar yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan terhadap
barang/jasa dari sisi konsumen.
Pada kegiatan memproduksi barang sangat sulit utuk meramalkan permintaan
konsumen secara akurat secara pasti, misalnya pada perusahaan yang berproduksi
dengan system make to stock (MTS) menerapkan sistem pada kegiatan produksi,
pembelian material, dan pengiriman produk ke toko atau tempat penjualan dilakukan
sebelum perusahaan tahu seberapa banyak produk yang akan terjual pada setiap
produknya. Sytem make to order (MTO) menerapkan aktivitas yang mirip seperti
MTS dan pembuatan produknya dibuat sesuai dengan permintaan pasar , namun tetap
ketika melakukan aktivitas penyediaan bahan baku dan kapasitas atas dasar perkiraan.
Permintaan pada suatu produk baik itu berupa barang/jasa tidak mudah untuk
dapat dipenuhi oleh produsen secara efektif dikarenakan jika terdapat permintaan
yang bersifat musiman dapat menyebabkan sebagian dari permintaan tersebut
terpaksa untuk tidak penuhi atau bisa dipenuhi dengan biaya-biaya yang lebih tinggi
sehingga harus menemukan metode yang sesuai agar dapat memproduksi secara
efektif.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa saja alat ukur persediaan dan klasifikasi?


b. Bagaimna model persediaan untuk produk dengan permintaan relatif stabil?
c. Bagaimna model persediaan untuk produk dengan permintaan relatif musiman?
d. Apa yang dimaksud pendekatan kapasitas reaktif?
e. Apa Vendor Managed Inventory (VMI)?
f. Apa saja hambatan dalam manajemen persediaan?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui alat ukur persediaan dan klasifikasi


b. Mengetahui model persediaan untuk produk dengan permintaan relatif stabil
c. Mengetahui model persediaan untuk produk dengan permintaan relatif musiman
d. Mengetahui pendekatan kapasitas reaktif
e. Mengetahui Vendor Managed Inventory (VMI)
f. Mengetahui hambatan dalam manajemen persediaan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Alat Ukur Persediaan dan Klasifikasi

Alat ukur persediaan:


Suatu Perusahaan perlu menggunakan ukuran-ukuran untuk melihat kinerja
persediaan. Beberapa ukuran yang bisa digunakan untuk memonitor kinerja
persediaan adalah:
1. Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate)
Inventory Turnover adalah indikator yang digunakan untuk mengukur jumlah
stok barang yang terjual dalam satu periode atau satu tahun.

Fungsi dari melakukan perhitungan ini diperuntukqn untuk mengambil


keputusan bisnis perusahaan yang melihat perputaran stok sehingga dapat
menghindari kerigiab untuk mendapatkan gambaran rasio investasi yang baik sesuai
dengan kebutuhan perusahaan

Rumus :

penjualan/rata-rata persediaan

Untuk melihat seberapa cepat produk atau barang mengalir relatif terhadap
jumlah yang rata-rata tersimpan sebagai persediaan. Nilainya bisa diukur untuk tiap
individu produk atau secara mewakili satu kelompok atau keseluruhan produk.
Tingkat perputaran biasanya diukur selama setahun.

Misalkan sebuah perusahaan menjual 150 jenis produk. Nilai persediaan yang
dimiliki rata-rata Rp. 3 milyar. Nilai penjualan dalam setahun untuk keseluruhan
produk adalah 40 milyar dimana 25%nya merupakan margin. Berarti nilai persediaan
yang terjual dalam setahun adalah 30 milyar sehingga tingkat perputarannya 10 kali
dalam setahun. Semakin besar nilainya semakin bagus.

2. Inventory days of supply


Dengan adanya perhitungan ini maka nantinya dapat diketahui likuiditas dari
suatu persediaan yang mewakili berapa lama stok yang ada akan bertahan di
perusahaan.
Tidak hanya itu saja namun efisiensi perusahaan juga bisa dilihat melalui
perhitungan DII ini. Bahkan bukan hanya DII saja yang perlu diketahui namun
juga inventory turnover sebaiknya juga diketahui secara lebih lanjut sebab hal ini
turut berpengaruh pada perhitungan Days Sales in Inventory.
Tujuan perhitungan ini adalah menghitung rata-rata jumlah hari suatu
perusahaan yang bisa beroprasi dengan jumlah persediaan yang dimiliki

5
Rumus :

3. Fill rate
Digunakan untuk mengukur produk yang dihitung secara satuan ataupun
secara keseluruhan dengan cara melakukan persentase dari produk yang tersedia
ketika terjadi transaksi (order). Fill rate perlu dilakukan oleh perusahaan agar
dapat melakukan pemisahan target fill rate sesuai dengan segementasi produk dan
segmentasi konsumen sehingga hasil pengukuran performa supply chain ini dapat
membantu perusahaan untuk mendapatkan data yang akurat dan dapat memenuhi
order yang ada.

Rumus :

Klasifikasi persediaan

a. Berdasarkan bentuk: Bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi


b. Berdasarkn fungsi: Pipeline, cycle stok, safety stok, anticipation stock
c. Berdasarkan sifat kebergantugan: Independent demmand item, dependent
demmand item

2.2 Penjelasan Model Persediaan Produk dengan Permintaan Relatif Stabil

EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah pemesanan yang dapat


menekan biaya persediaan.
Berikut adalah pengertian EOQ :

Berdasarkan pendapat Hendra Kusuma (2009), menyatakan bahwa, EOQ


(Economic Order Quantity) ialah model dasar yang diturunkan dari kondisi ideal.
Penerapan EOQ dalam suatu perusahaan disebut sebagai teknik jumlah pemesanan
dan waktu pemesanan yang tetap. Dalam kondisi aktual, kebijaksanaan ini jarang
dapat terlaksana dengan sempurna karena adanya variasi laju kebutuhan dan saat
kebutuhan .

rumus EOQ

Setelah mengetahui apa itu EOQ, saatnya mempelajari sendiri rumus EOQ.
Hasil perhitungan EOQ menentukan pesanan barang dagangan yang ideal bagi

6
perusahaan. Anda dapat menggunakan rumus untuk menemukan EOQ yang
benar.
Adapun rumus EOQ adalah:
EOQ = √2RS/PI

Untuk rumus frekuensi pemesanan setiap tahun adalah: R/EOQ

Keterangan:

EOQ: Economic Order Quantity

R: jumlah barang yang dibutuhkan suatu usaha

S: biaya pemesanan yang diperlukan

P: harga beli satuan barang

I: persentase biaya penyimpanan Barang

Cara Menghitung EOQ


Penghitungan EOQ membutuhkan data akurat dari masing-masing
pengeluaran dalam pemesanan dan penyimpanan barang. Adapun contoh dan cara
menghitung EOQ seperti digambarkan di bawah ini:
PT. Mentari Abadi membutuhkan bahan baku sebanyak 360.000 unit.
Pengeluaran untuk bahan baku per unit sebesar Rp 150.000,-, sedangkan harga bahan
baku per unitnya adalah Rp 2.000,-. Biaya satu kali pemesanan adalah Rp 200.000,-.
Untuk biaya penyimpanannya adalah sekitar 25% dari nilai bahan baku.
Berikut penyelesaiannya:

EOQ = √(2 x 360.000 x 150.000) / 2.000 x 25%

= √ 216.000.000

= 14.696,9

= 14.697 unit

Frekuensi pemesanan tiap tahun = 360.000 / 14.697


= 24 kali pemesanan

Keuntungan dan kerugian EOQ


Keuntungan rumus EOQ merupakan perkiraan yang bermanfaat dalam praktek.
Rumusan ini memberikan asumsi-asumsi yang tepat beralasan. Selain itu, rumus
EOQ juga memberikan wawasan ke dalam perilaku ekonomi dari sediaan.
Menurut Render dan Heizer (2008), salah satu keuntungan model EOQ adalah
model ini robust. Robust berarti model ini memberikan jawaban yang

7
memuaskan, bahkan dalam variasi yang cukup besar dalam parameter-
parameternya.

Sedangkan kelemahan dari EOQ adalah:


1. Permintaan diasumsikan secara konstan, sedangkan dalam banyak situasi yang nyata
permintaan bervariasi secara substansial. Dalam bagian berikutnya, permintaan acak
akan dipertimbangkan.
2. Biaya/unit diasumsikan menjadi konstan, tetapi dalam prakteknya sering kali ada
potongan kuantitas untuk pembelian yang besar. Kasus ini membutuhkan suatu
modifikasi dari model EOQ dasar.
3. Bahan dalam partai diasumsikan semuanya sekali diterima, tetapi dalam beberapa
kasus bahan akan ditempatkan dalam persediaan secara kontinyu selama diproduksi.
4. Diasumsikan produk tunggal, tetapi terkadang satuan-satuan beragam dibeli dari satu
pemasok tunggal dan semuanya dikirim pada waktu yang sama.
5. Biaya persiapan diasumsikan tetap meskipun pada kenyataan biaya ini sering dapat
dikurangi.

2.3 Model Persediaan Produk dengan Permintaan Musiman

A. Supply Chain
Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-
sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai
akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk pemasok, pabrik,
distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan
jasa logistik (Pujawan, 2005) Supply Chain adalah suatu sistem pada organisasi yang
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini
merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang
mempunyai tujuan yang sama. (Indrajit & Djokopranoto, 2006) Supply Chain
mengacu pada aliran material, informasi, uang, dan jasa dari pemasok bahan baku,
melalui pabrik dan gudang ke pelanggan akhir. Sebuah supply chain juga mencakup
organisasi dan proses yang menghasilkan dan mengirimkan produk, informasi, dan
layanan untuk konsumen akhir (Rainer Jr. & Cegielski, 2011) Teori Supply Chain ini
mengacu pada ketiga identifikasi masalah. Supply Chain merupakan proses penting
bagi PT. United Tractors Tbk. dalam kegiatan bisnis mereka, karena proses ini
merupakan sebuah proses secara menyeluruh yang dimiliki setiap perusahaan dalam
menjalankan sebuah bisnis. Dari proses pengadaan bahan baku suku cadang hingga
produksi suku cadang menjadi sebuah barang jadi, dan seterusnya proses distribusi
hingga ke konsumen akhir. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang
disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan
persediaan bahan jadi. Persediaan bahan baku dan bahan jadi disimpan sebelum
digunakan atau dimasukan ke dalam proses produksi, sedangkan persediaan bahan
jadi atau barag dagangan disimpan sebelum dijual atau dipasarkan (Ristono, 2009).

8
Persediaan merupakan stock yang dibutuhkan perusahaan untuk mengatasi adanya
fluktuasi permintaan. Tanpa persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada resiko
besar yaitu tidak terpenuhinya permintaan produk pada waktu yang diinginkan, tetapi
sebaliknya jika perusahaan memiliki persediaan yang berlebih maka akan
menimbulkan biaya yang disebut dengan biaya penyimpanan. Persediaan merupakan
stock yang dibutuhkan perusahaan untuk mengatasi adanya fluktuasi permintaan
(Sofyan, 2013). Adanya persediaan menimbulkan konsekuensi berupa resiko-risiko
tertentu yang harus ditanggung perusahaan akibat adanya persediaan tersebut.
Persediaan yang disimpan perusahaan bisa saja rusak sebelum digunakan. Selain itu
perusahaan juga harus menanggung biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan
tersebut (Ginting, 2007). Bila melakukan kesalahan dalam menetapkan besarnya
persediaan maka akan merembet ke masalah lain, misla tidak terpenuhinya
permintaan konsumen atau bahkan berlebihnya persediaan sehingga tidak semuanya
terjual, timbulnya biaya ekstra penyimpanan atau pesanan bahan dan sebagainya
(Ristono, 2009). Maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan salah satu
bagian yang sangat penting bagi perusahaan, selain merupakan bentuk investasi yang
berupa bahan baku, bahan setengah jadi dan bahan jadi namun juga berkaitan
langsung dengan biaya yang harus ditangung perusahaan karena adanya persediaan.
Untuk item-item yang permintaannya bersifat musiman, ongkos simpan dan ongkos
pesan bukanlah isu utama yang harus diperhatikan. Untuk item-item dengan
permintaan musiman, isu yang mendasar adalah mencari keseimbangan antara ongkos
kelebihan dengan ongkos kekurangan produk selama suatu musim penjualan. Produk-
produk yang permintaannya bersifat musiman akan beresiko tinggi bila tidak habis
pada musim jualnya. Resiko ini bisa berupa tidak terjual sama sekali karena melewati
masa kadaluarsa (seperti makanan, minuman, sayuran segar, daging, surat kabar dan
majalah mingguan) atau harus didiskon sampai dibawah harga pabrik pada akhir
musim jualnya (seperti garmen dan kamera digital). Keputusan persediaan yang harus
diambil pada jenis barang seperti ini adalah banyak yang harus dipesan untuk
memenuhi permintaan suatu musim jual. Musim jual untuk tiap komoditi atau barang
tentu berbeda-beda (Nyoman, 2010). Model Newsboy Problem adalah model
stokastik yang mempertimbangkan adanya faktor ketidakpastian dalam jumlah
permintaan setiap periode produksi. Model Newsboy merupakan model yang
dikembangkan oleh chen Federgruen dimana rata-rata (mean) merupakan keuntungan
sedangkan penyimpangan dari rata-rata ( Varians ) di jadikan risiko. Pada umumnya
model Newsboy memiliki periode produksi yang tidak terlalu panjang, dikarenakan
barang yang diproduksi memiliki batasan waktu yang tidak terlalu lama (short live).
Selain dilihat dari masa kadaluarsa barang, umur barang juga dapat dilihat dari hasil
penjualan barang tersebut, jika barang yang bersangkutan bisa dijual dengan harga
yang normal maka barang tersebut masih dalam batasan waktu (umur barang belum
habis). Tujuan dasar dari model Newsboy yaitu untuk menentukan jumlah produksi
optimal yang memberikan keuntungan yang maksimal dan prediksi besarnya risiko
atau penyimpangan dari keuntungan yang akan diperoleh tersebut.

9
2.4 Menjelaskan Pendekatan Kapasitas Reaktif

Pendekatan Kapasitas Reaktif Produk terjual pada musim realtif pendek, dapat
mengakibatkan resiko tinggi jika dilakukan pemesanan barang di awal musim jual.
sebuah ritel melakukan pemesanan sebanyak dua kali mulai bulan Pebruari dan Juli. Pada
gambar ramalan, order pertama awal Oktober. Order baru datang di akhir Januari
(sehingga, lead time pemesanan adalah 4 bulan). Pengamatan penjualan dua bulan
pertama, ritel menentukan berapa yang dipesan pertama. Pemenuhan pesanan kedua
dalam waktu 1 bulan. Pemendekan lead time berdampak biaya menjadi naik, karena
supplier melemburkan karyawan dan transportasi lebih cepat dan mahal. Berapakah
ekspektasi ukuran order kedua? Dengan mencari ekspektasi besarnya lost sales dengan
ukuran pemesanan pertama, yaitu ekspektasi nilai D-Q1 bila D . Q1 dengan D merupakan
variabel random rata-rata 1.000 dan standar deviasi 300, sedangkan Q1 adalah ukuran
pertama. Ekspektasi lost sales dapat dirumuskan sebagaiberikut:

Ekspektasi lost sales = σ x L (z)

Dengan:

σ adalah standar deviasi permintaan L (z) adalah loss function pada distribusi normal standar.
Nilainya dapat dicari pada Excel dengan Normdist (z, 0, 1, 0) – z * (1-Normsdist (z))

Untuk contoh tersebut diatas, ekspektasi besarnya order kedua 300 x 0,679 =204 unit.

2.5 Menjelaskan Vendor Managet Inventory ( VMI )

Vendor managed inventory adalah praktik manajemen persediaan di mana pemasok


barang, biasanya produsen, bertanggung jawab untuk mengoptimalkan persediaan yang
dimiliki oleh distributor.
- Proses Vendor Managed Inventory
Dalam pelaksanaan proses vendor managed inventory memiliki beberapa
proses diantaranya sebagai berikut:
1. Kesepakatan Perusahaan dengan Vendor
Proses vendor managed inventory yang pertama yang dilakukan adalah diawali
dengan adanya kesepakatan antara perusahaan dengan vendor atau supplier
dengan memberikan daftar barang yang akan dibeli, komitmen jumlah barang
yang akan dibeli dalam periode tertentu dan harga yang telah disepakati bersama.
2. Pembuatan Purchase Order
Proses vendor managed inventory berikutnya adalah kesepakatan-kesepakatan
diatas kemudian akan di tuangkan sebagai purchase order. Setelah itu vendor atau

10
supplier akan mengirimkan barang pertama sesuai kesepakatan. Dalam
pembukuannya akan vendor akan membuat purchase receive tanpa approval dari
perusahaan.
3. Pembayaran Tagihan Perusahaan
Proses vendor managed inventory yang terakhir adalah pembayaran tagihan
perusahaan berdasarkan pada invoice yang dikeluarkan oleh pihak vendor atau
supplier sesuai dengan jumlah pengiriman-pengiriman yang telah dilakukan. Besar
kecil dari jumlah yang ada di purchase order karena vendor akan mengirimkan
barang berkali-kali sesuai jumlah stock yang dipantau pada sistem informasi
perusahaan.
- Manfaat Vendor Managed Inventory Bagi Supply Chain PerusahaaN
Dalam prosesnya, pihak pemasok / vendor mendapatkan informasi terkait
persediaan stok di perusahaan pelanggan yang menipis, untuk kemudian dilakukan
proses restok jadwal produksi serta distribusi yang terstruktur dan menyesuaikan
kebutuhan perusahaan.
Melalui proses tersebut, perusahaan yang menerapkan strategi VMI ini dapat
mengurangi resiko stok habis, karena perusahaan tidak perlu memesan ulang barang
di saat-saat terakhir tanpa mengetahui apakah pemasok memiliki kemampuan untuk
mengisi stok kembali di waktu dan tempat yang sesuai tanpa mengganggu operasional
perusahaan.
Beberapa keuntungan lainnya dari implementasi VMI selain pengurangan
ketidakpastian permintaan pelanggan, adalah perusahaan dapat melakukan
pengurangan tingkat persediaan sehingga stok tidak over-supply, pengurangan jumlah
dan frekuensi pemenuhan persediaan sehingga perusahaan dapat menghemat biaya
distribusi, serta memudahkan fleksibilitas dalam perencanaan produksi.
2.6 Penjelasan Hambatan dalam Manajemen Persediaan
Menurut Lee dan Billington dalam Sloan Management Review 1992
mengemukakan bahwa terdapat 14 jebakan dalam mengelola persediaan pada supply
chain, sebagaiberikut: a. Tidak ada matrik kinerja. b. Tidak akuratnya data pesanan. c.
Fungsi informasi kurang optimal. d. Kebijakan persediaan kurang dominan. e.
Perencanaan persediaan tidak efisien. f. Jaringan supply chain tidak terintegrasi.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

12
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/502527164/MRP-F-TUGAS-KELOMPOK-6-MAKALAH-
PENGELOLAAN-PERMINTAAN-DAN-PERENCANAAN-PRODUKSI

jbptunikompp-gdl-yoikomaiso-35012-10-unikom_y-2.pdf

https://www.neliti.com/id/publications/127686/perancangan-model-vmi-vendor-managed-
inventory-dengan-satu-pemasok-dan-banyak-re

https://press.umsida.ac.id/index.php/umsidapress/article/download/1294/1066/

13

Anda mungkin juga menyukai