Anda di halaman 1dari 17

PAPER SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

PERSEDIAAN

KELOMPOK 3 :

APRILIANTI (1702110014)

AMANDA AGNES SILVIANI (1702122515)

NOVA DESMAYANTI (1702114721)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan
ilmu serta limpahan nikmat, rahmat dan hidayahnya sehingga tugas Paper Seminar Akuntansi
Keuangan tentang “Persediaan” ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad SAW. Penyusun menyadari bahwa masih banyak
kekurangan pada tugas makalah ini. Oleh sebab itu penulis menantikan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan untuk penulisan yang akan datang.

Dalam kegiatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Hariadi,
MBA,Ak selaku dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan juga saya ucapkan
terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang saling mendukung adanya tugas
makalah ini. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
khususnya bagi penulis sendiri

Pekanbaru, 9 maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan ..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3


2.1. Pengertian Persediaan........................................................................................................3
2.2. Jenis-Jenis Persediaan.......................................................................................................3
2.3. Fungsi-Fungsi Persediaan..................................................................................................4
2.4. Hal-Hal yang perlu dipertimbangkan................................................................................5
2.5. Metode Pencatatan............................................................................................................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................................13


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persediaan adalah segala sesuatu / sumber-sumber daya organisasi yang di simpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk physical pada
berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses dan kemudian
barang jadi (Handoko, 1997 : hal 333). Persediaan merupakan salah satu aset yang paling
mahal dibanyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang
diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajemen
persediaan yang baik itu sangatlah penting disatu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi
biaya dengan cara menurunkan tiket persediaan ditangan. Dipihak lain, konsumen akan
merasa tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus
mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu memiliki persediaan di toko
maupun di gudang. Persediaan tersebut dapat berupa persediaan bahan baku, barang dalam
proses, atau barang jadi. Persediaan harus dimiliki karena merupakan produk perusahaan
yang harus dijual sebagai sumber pendapatan. Persediaan merupakan salah satu aset
perusahaan yang sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap kemampuan
perusahaan untuk memperoleh pendapatan. Karena itu, persediaan harus dikelola dengan baik
dan dicatat dengan baik agar perusahaan dapat menjual produknya serta memperoleh
pendapatan sehingga tujuan perusahaan tercapai.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan dan pengendalian
persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan
membeli atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini diterapkan, langkah berikutnya
adalah meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang
diperlukan untuk melayani permintaan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan persediaan?
2. Apa saja jenis-jenis persediaan?
3. Apa saja fungsi-fungsi persediaan?
4. Apa saja hal-hal yang perlu dipertimbangkan?
5. Bagaimana metode pencatatan?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu persediaan, jenis-jenis persediaan, fungsi persediaan, hal-
hal yang perlu dipertimbangkan, serta bagaimana metode pencatatan persediaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persediaan
Pengertian persediaan menurut PSAK no 14 adalah :
 Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
 Dalam proses produksi atau dalam perjalanan
 Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa
Persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, dan barang dalam proses yang dimiliki
perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut. Perusahaan dagang yang
aktivitasnya adalah membeli dan menjual barang jadi, memiliki persediaan dalam bentuk
barang jadi atau barang dagang. Sedangkan perusahaan manufaktur yang harus memproses
bahan baku hingga menjadi barang jadi, memiliki tiga jenis persediaan, yaitu persediaan
bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Barang dagang
yang berada digudang perusahaan tetapi bukan milik perusahaan dapat dikelompokkan
sebagai persediaan.

2.2 Jenis-Jenis Persediaan


Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam
urutan pengerjaan produk, yaitu :
 Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi.
Barang ini bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari supplier yang
menghasilkan barang tersebut.
 Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari
perusahaan lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa melalui
proses produksi.
 Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk
membantu kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.
 Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih diproses
lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.
 Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
untuk disalurkan kepada distributor, pengecer, atau langsung dijual ke pelanggan.

2.3 Fungsi-Fungsi Persediaan


Efisiensi operasional suatu perusahaan dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi
penting persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk
fisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses,
dan kemudian barang jadi. Fungsi – fungsi dari persediaan antara lain :
 Fungsi “ Decoupling “
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi – operasi perusahaan
internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan “decouples” ini
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi langganan tanpa terganggu supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya
tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan
barang dalam proses diadakan agar departemen – departemen dan proses – proses
individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk
memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang
diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat
diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.
 Fungsi “Economic Lot Sizing”
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli
sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya per unit. Persediaan “Lot
Size” ini perlu mempertimbangkan penghematan dalam hal pembelian. Biaya
pengangkutan per unit lebih murah karena perusahaan melakukan pembelian dalam
kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan biaya – biaya yang timbul karena
besarnya persediaan ( biaya sewa gedung, investasi, resiko dan sebagainya ).
 Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan
diramalkan berdasar pengalaman atau data – data masa lalu, yaitu permintaan
musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman.
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan akan barang selama periode permintaan kembali,
sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan
pengaman. Pada kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi “
decoupling “ yang telah diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar
kelancaran proses produksi tidak terganggu.

2.4 Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan


a. Struktur Biaya Persediaan
Terdiri atas :
 Biaya per unit (item cost)
 Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
-         Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
-         Biaya pengiriman pemesanan
-         Biaya transportasi
-         Biaya penerimaan (Receiving cost)
 Biaya pengelolaan persediaan (carrying cost)
-         Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang
yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi
(Cost of capital).
-         Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak
(Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai
persediaan.
 Biaya risiko kerusakan dan kehilangan
 Biaya akibat kehabisan persediaan
2.5 Metode Pencatatan
Persediaan perusahaan dicatat dan diakui sebesar harga belinya, bukan harga jualnya.
Harga beli adalah harga yang tercantum di faktur pembelian. Jika dalam transaksi pembelian
terdapat pengeluaran tambahan seperi ongkos angkut pembelian, maka akan dicatat di akun
yang terpisah, yaitu akun ongkos angkut pembelian. Jika dalam transaksi pembelian tersebut
perusahaan memperoleh potongan pembelian, maka harus dicatat di akun yang terpisah, yaitu
akun potongan pembelian. Walaupun akun-akun tersebut pada akhirnya akan di jumlahkan
ketika menghitung beban pokok penjualan, tetapi pada dasarnya persediaan barang dagang
harus dicatat sebesar harga belinya.

1. Metode Fisik (Periodikal)


Metode fisik atau metode periodik adalah metode pengelolaan persediaan, di mana arus
keluar masuknya barang tidak dicacat secara terinci sehingga untuk mengetahui nilai
persediaan pada saat tertentu harus melakukan perhitungan barang secara fisik (stock
opname) di gudang. Penggunaan metode fisik mengharuskan perhitungan barang yang ada
(tersisa) pada akhir periode akuntansi ketika menyususn laporan keuangan.
 Persediaan awal barang xxx
 Pembelian xxx
 Persediaan total xxx
 Persediaan akhir (xx)
 Beban pokok penjualan xxx

Beban pokok penjualan adalah harga beli atau beban produksi dari sejumlah barang yang
telah laku terjual pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui beban pokok penjualan pada
suatu periode tertentu, harus diketahui volume dan persediaan akhir pada periode tersebut.
Dan untuk mengetahui nilai persediaan akhir, harus dilakukan perhitungan fisik (stock
opname) digudang. Metode ini lebih cocok dipakai oleh perusahaan yang frekuensinya tinggi
dan nilai uang per transaksi yang rendah, seperti dalam perusahaan eceran.
Dalam Perhitungan Fisik (Stock Opname) persediaan tersebut, harus ditentukan jumlah
persediaan yang dimiliki perusahaan secara pasti. Setelah diketahui volume persediaannya,
jumlah barang dikalikan dengan harga beli per unit barang dagang tersebut. Persoalannya,
jika harga beli barang berbeda satu dengan lainnya, maka perusahaan memiliki perusahaan
untuk menggunakan beberapa harga beli yang berbeda. Untuk menentukan harga beli sebagai
dasar penentuan nilai persediaan yang dimiliki perusahaan pada suatu periode, terdapat
beberapa metode, yaitu :
 FIFO (First In First Out)
Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) terlebih dahulu akan
dikeluarkan (dijual) pertama kali, sehingga yang tersisa pada periode adalah barang
yang berasal dari pembelian atau produksi terakhir. Sebagai contoh, PT Niaga Jaya
adalah distributor microwave merek “Hotmix” yang belokasi di Jakarta. Selama bulan
Januari 2002, data yang dimiliki perusahaan ini berkaitan dengan persediaan
microwave adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Volume Harga/unit Nilai


1 Januari 20012 Persediaan 250 unit 550.000 137.500.000
12 Januari 2012 Pembelian 300 unit 600.000 180.000.000
21 Januari 2012 Pembelian 350 unti 640.000 224.000.000
31 Januari 2012 Pembelian 100 unit 675.000 67.500.000
Total 1.000 unit 609.000.000

Selama bulan Januari 2012, perusahaan ini menjual 700 unit microwave kepada para
pelanggannya secara tunai dengan harga jual Rp900.000 per unit, dan perusahaan
tidak mencatat keluar masuknya barang tersebut secara terinci. Pada akhir bulan
Januari 2012 bagian akuntansi dan gudang perusahaan melakukan stock opname
persediaan. Hasil perhitungan fisik menunjukkan jumlah persediaan pada akhir bulan
Januari sebanyak 300 unit pada akhir microwave. Karena perusahaan menggunakan
metode FIFO, maka dari 300 unit persediaan pada akhir bulan Januari itu, harga beli
microwave yang digunakan adalah harga terakhir, yaitu sebanyak 100 unit
menggunakan harga Rp675.000 per unit dan sebanyak 200 unit menggunakan harga
Rp640.000 per unit. Jadi, nilainya adalah :

-    100 unit @ Rp 675.000 = 67.500.000


-    200 unit @ Rp 640.000 = 128.000.000
-    Total Rp 195.500.000

Karena hasil stock opname menunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan Januari
2012 sebesar 300 unit bernilai Rp195.500.000, maka beban pokok penjualan (BPP)
bulan Januari adalah Rp413.500.000 yang dihitung sebagai berikut :
-    Persediaan, awal (1 Januari 2012) 137.500.000
-    Pembelian 417.500.000
-    Persediaan total 609.000.000
-    Persediaan, akhir (31 Januari 2012) (195.500.00)
-    Beban pokok penjualan 413.500.000

Nilai beli sebesar Rp471.500.000 adalah nilai beli pada bulan Januari 2012 untuk 3
kali transaksi pembelian, yaitu pada tanggal 12, 21, 31 Januari 2012.

 LIFO (Last In Firs Out)


Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi paling akhir akan
dikeluarkan/dijual paling awal). Jadi, barang yang tersisa pada akhir periode adalah
barang yang berasal dari pembelian atau diproduksi awal periode. Dalam kasus PT.
Niaga Jaya, jika perusahaan menggunakan metode LIFO, maka akan menghasilkan
nilai persediaan akhir yang berbeda dimana hasil perhitungan fisik (stock opnamme)
menunjukkan jumlah persediaan pada akhir bulan Januari sebanyak 300 unit
microwave. Karena perusahaan menggunakan metode LIFO, maka dari 300 unit
persediann pada akhir bulan Januari harga beli microwave yang digunakan adalah
harga awal, yaitu sebanyak 250 unit menggunakan harga Rp550.000 per unit dan
sebanyak 50 unit menggunakan harga Rp600.000 per unit. Jadi nilainya adalah :

-    250 unit @ Rp550.000 = 137.500.000


-    50 unit @ Rp600.000 = 30.000.000
-    Total RP 167.500.000

Karena hasil stock opname menunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan Januari
2012 sebanyak 300 unitt bernilai Rp167.500.000, maka beban pokok penjualan (BPP)
bulan Januari 2012 adalah Rp441.500.000 yang dihitung sebagai berikut :

-    Persediaan, awal (1 Januari 2012) 137.500.000


-    Persedian 471.500.000
-    persediaan total 609.000.000
-    persediaan, akhir (31 Januari 2012) (167.500.000)
-    beban pokok penjualan 441.500.000
 Rata-Rata Average
Dalam metode ini barang yang di keluarkan/dijual maupun barang yang tersisa dinilai
berdasarkan harga rata-rata, sehingga barang yang tersisa pada akhir periode adalah
barang yang dimiliki nilai rata-rata. Dalam kasus PT.Niaga Jaya, jika perusahaan
menggunakan metode Rata-rata, maka akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang
berbeda di mana hasil perhitungan fisik (stock opname) menunjukkan jumlah
persediaan pada akhir bulan januari sebanyak 300 unit persediaan pada akhir bulan
Januari harga beli Microwave yang digunakan adalah harga rata-rata. Selama bulan
januari 2012, PT. Niaga Jaya memilika 1.00 unit microwave dengan nilai sebesar Rp.
609.000.000. karena dari 1.000 unit persediaan tersebut memiliki harga beli yang
berbeda, maka harga beli rata-rata persediaan adalah Rp. 609.000.000 : 1.000 unit =
Rp. 609.000 per unit. Jadi, nilai persediaan perusahaan pada akhir bulan januari 2012
adalah Rp.609.000 x 300 unit = Rp. 182.700.000 Karena hasil stock
opnamemenunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan januari 2012 sebanyak 300
unit bernilai Rp. 182.700.000, maka beban pokok penjualan (BPP) bulanjanuari 2012
adalah Rp. 426.300.000 yang dihitung sebagai berikut :

-    Persediaan, awal ( 1 januari 2012) 137.500.000


-    Pembelian 471.500.000
-    Persediaan Total 609.000.000
-    Persediaan, akhir (31 Januari 2012) (182.700.000)
-    Beban Pokok Penjualan 426.300.000

2. Metode Perpektual
Ini adalah metode pengelolaan persediaan di mana arus masuk dan arus keluar
persediaan dicatat secara rinci. Dalam metode ini setiap jenis persediaan di buatkan kartu
stock yang mencatat secara rinci keluar masuknya barang di gudang beserta harganya.
Metode ini dipilah lagi ke dalam berapa metode, antara lain :

 FIFO (First In First Out )


Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) terlebih dahulu akan di
keluarkan (dijual) pertama kali, sehingga yang tersisa pada akhir periode adalah
barang yang berasal dari pembelian atau produksi terakhir.
 LIFO (Last In First Out)
Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi paling akhir akan
dikeluarkan/ dijual paling awal), sehingga barang yang tersisa pada akhir periode
adalah barang yang berasal dari pembelian atau produksi awal periode.
 Moving Average
Dalam metode ini, barang yang dikeluarkan/dijual maupun barang yang tersisa dinilai
berdasarkan harga rata-rata bergerak. Jadi, barang yang tersisa pada akhir periode
adalah barang yang memiliki nilai rata-rata.

Karena metode perpetual mengharuskan perusahaan memiliki kartu stock, maka


setiap arus keluar barang dapat diketahui beban pokoknya. Jadi, dalam membuat jurnal
transaski penjualan, metode perpetual mengharuskan akuntan mencatat beban pokok
penjualannya dari setiap transaksi penjualan yang dilakukan. Dengan demikian, dari setiap
jurnal transaksi penjualan, dapat diketahui laba kotor yang diperoleh perusahaan. Metode ini,
jika diterapkan secara murni, lebih cocok digunakan dalam perusahaan yang frekuensi
transaksinya tidak terlalu tinggi, tetapi nilai perunit transaksinya tinggi.
Metode periodikal dan metode perpektual tidak hanya memiliki perbedaan dalam cara
menghitung beban pokok penjualan dan cara mengelola persediannya, tetapi juga dalam
metode membuat jurnal transaksi yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan persediaan
seperti terlihat berikut ini :
Transaksi Jurnal
Periodik Prepetual
Pembelian barang dagang Pembelian xxx
Kas xxx
Penjualan Barang dagang Kas xxx Kas xxx
Penjualan xxx Penjualan xxx
BPP xxx
Perssediaan xxx

Kedua metode pencatatan tersebut memiliki cara mencatat yang berbeda, khususnya
untuk transaksi pembelian dan penjualan seperti terlihat pada table diatas. Karena kedua
transaski tersebut memiliki metode pencatatan yang berbeda, maka dalam penyusunan
laporan laba-rugi pun menghasilkan susunan berbeda.

3. Metode Taksiran
Terdapat metode taksiran yang juga dapat dipergunakan dalam penentuan harga
pokok persediaan. Metode ini kadang diperlukan dengan pertimbangan :
 Perusahaan menghendaki penyusunan laporan keuangan jangka pendek dengan
segera. Jika persediaan dicacat dengan menggunakan metode fisik, perhitungan
jumlah fisik persediaan akan memakan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu,
harga pokok persediaan diperkirakan jumlahnya dengan menggunakan metode
taksiran.
 Apabila terjadi suatu peristiwa yang tidak diinginakan seperti bencana alam,
kebakaran, banjir dan sebagainya, maka metode taksiran ini dapat dipergunakan untuk
menaksir jumlah persediaan yang telah musnah dan yang tersisa.
 Metode ini juga dapat dipergunakan untuk menaksir jumlah persediaan yang ada
sebelum terjadi pembelian dan penjualan.

Terdapat dua metode taksiran yang sering digunakan yaitu :


 Metode Laba Kotor
Harga pokok persediaan umumnya ditentukan berdasarkanpresentase laba kotor
penjualan yang telah ditetapkan sebelumnya. Presentase laba kotor biasanya dihitung
berdasarkan data laba kotor dari periode-periode yang lalu. Dalam metode ini
diperlukan data-data mengenai hasil penjualan, persediaan awal dan pembeliaan
bersih (pembelian + biaya angkut pembelian – retur & potongan pembelian,
disamping data mengenai presentase laba kotor).
 Metode harga Eceran
Pada dasarnya metode ini tidak berbeda dengan metode laba kotor dalam menentukan
harga pokok persediaan dengan menggunakan taksiran. Jika metode laba kotor
menggunakan presentase laba kotor sebagai dasar penentuan persediaan akhir, namun
metode ini menggunakan presentase dari harga pokok barang yang tersedia untuk
dijual dengan harga jual barang yang tersedia diual. Dengan demikian disamping data
mengenai harga pokok persediaaan awal dan harga pokok barang yang dibeli, metode
ini memerlukan data mengenai harga jual dari persediaan awal dan barang yang
dibeli. Metode ini banyak digunakan dalam perusahaan yang menjual berbagai jenis
barang dagangan secara eceran, karena perhitungan fisik persediaan yang jumlah
maupun macamnya relative banyak memakan waktu yang relative lama.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada
saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal
perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi
tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang
menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan. Metode yang dapat digunakan
dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu :
1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)
2. Metode Perpetual.
Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit) sangat tergantung dari
perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob
Shipping Point dan (2) Fob Destination. Tidak semua barang yang berada di gudang/toko
bisa diakui menjadi milik perusahaan, misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak
lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan
sejumlah komisi (consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya
untuk barang yang sifatnya consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual
harus dicantumkan di Neraca. Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang
pertama sistem fisik/periodik (periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan
ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan.

DAFTAR PUSTAKA
Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi (Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan keuangan),
Adaptasi IFRS. Jakarta: Erlangga
Surharyati, Ely dan Sri Dewi Anggadini. 2009. Akuntansi Keuangan, EdisiPertama,
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai