Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MANAJEMEN PERSEDIAN

MANAJEMEN PEMBELIAN

PEMELIHARAAN DAN KETERANDALAN

NAMA : MEGA RISTA

NIM :182126042000019

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

DWI SAKTI BATURAJA

2019/ 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah


Sejalan dengan laju perkembangan yang terus berkembang di Indonesia, maka banyak
bermunculan perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Tujuan utama
suatu perusahaan yaitu memperoleh laba seoptimal mungkin dan mengawasi berjalannya
perusahaan serta berkembangnya perusahaan, maka hal yang perlu dilakukan oleh suatu
perusahaan adalah mengadakan penilaian terhadap persediaan dan pengaruhnya terhadap laba
perusahaan. Hal ini dilakukan karena persediaan bagi kebanyakan perusahaan merupakan
salah satu modal kerja yang sangat penting didalam suatu perusahaan, dimana prosedurnya
terus menerus mengalami perubahan dan perputaran.
Dalam suatu perusahaan, pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi
perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu dari
beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus
diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, sistem akuntansi itu sendiri harus
dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang mengganggu jalannya
operasi perusahaan. Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk
memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam
pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya
laba perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir dinilai terlalu rendah dan
mengakibatkan harga pokok barang yang dijual terlalu rendah, maka pendapatan bersih akan
mengalami peningkatan. Begitu juga dengan lamanya persediaan yang tersimpan di gudang
akan mempengaruhi biaya sehingga kemungkinan akan terjadinya kerusakan yang
mengakibatkan kerugian dan kemungkinan juga persediaan akan kadaluarsa sehingga tidak
laku dipasar.
Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa persediaan sangat penting artinya bagi
perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih mengetahui dan memahami
bagaimana persediaan dimanage secara benar yang diterapkan dalam suatu perusahaan agar
membawa manfaat yang baik dalam pencapaian laba yang diinginkan.

B.       Rumusan Masalah


1.        Apakah yang dimaksud dengan manajemen persediaan?
2.        Apa sajakah jenis-jenis persediaan?
3.        Apa sajakah tingkat perputaran persediaan?
4.        Bagaimanakah biaya persediaan?
5.        Bagaimanakah Economical Order Quantity?
6.        Bagaimanakah Reorder Point?
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Manajemen Persediaan


Persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam operasi perusahaan, selain itu
persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan normal pada suatu
perusahaan yang dilakukan secara rutin untuk memproduksi barang yang selanjutnya
ditimbulkan pada konsumen. Pengertian persediaan menurut Freddy Rangkuti yaitu “salah
satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara continue diperoleh, diubah
kemudian dijual kembali”.
Sedangkan  pengertian  persediaan  menurut C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan
Carl S. Wareen yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik
Hendrawan yaitu “digunakan untuk mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk
kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan (2) bahan yang digunakan dalam
proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu
Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumber daya-sumber daya
organisasi) yang disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan tertentu,
misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun
untuk dijual. Walaupun persediaan hanya merupakan suatu sumber dana yang menganggur,
akan tetapi dapat dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan.
Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan
perusahaan industri serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan
dihadapkan pada keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi
keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber
utama pendapatan perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan
kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.
Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan.
Persediaan barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual yang
merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu perusahaan
dagang maupun perusahaan industri. Penjualan barang dagangan merupakan sumber utama
penghasilan bagi perusahaan, karena sebagian besar sumber perusahaan tertanam dalam
persediaan.
B.       Jenis-Jenis Persediaan
Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri pabrik
(manufaktur), persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi.
Karena itu jenis-jenis persediaan menurut Freddy Rangkuti berdasarkan jenis dan posisi
barang, terdiri dari
1.        Persediaan Bahan Baku (raw material stock)
2.        Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased parts/components)
3.        Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock)
4.        Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process stock)
5.        Persediaan Barang Jadi (finished good stock)
Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan barang-barang berwujud,
seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses
produksi.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari
perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang-
barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau
komponen barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu persediaan barang-barang
yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah
diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu di proses lebih lanjut menjadi barang
jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan  barang- barang yang
telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim pada
langganan.
Jenis-jenis persediaan dalam suatu perusahaan menurut fungsinya dapat dibedakan atas
1. Bath Stock/Lot Size Inventory adalah persediaan yang diadakan karena kita membeli
atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar
daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
Keuntungannya:
a. Potongan harga pada harga pembelian.
b. Efisiensi produksi.           
c. Penghematan biaya angkutan.
2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam
satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang
meningkat.

C.       Tingkat Perputaran Persediaan


Macam persediaan, tergantung jenis perusahaan (bahan baku, barang dalam proses,
barang jadi, suku cadang dan lain-lain). Pada perusahaan manufaktur umumnya mempunyai 3
jenis persediaan yaitu:
1. Bahan baku/material.
2. Barang dalam proses (barang setengah jadi).
3. Barang jadi.

Secara umum besar-kecilnya inventory tergantung pada beberapa faktor, yaitu:


1. Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan datang.
2. Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi pembelian yang tinggi
menyebabkan jumlah inventory menjadi lebih kecil untuk 1 periode pembelian.
3. Jumlah dana yang tersedia.
4. Daya tahan material
Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah:
1. Bahan baku, dipengaruhi oleh: perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat
diandalkan pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan
produksi.
2. Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu waktu yang
dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat
penyelesaian barang jadi.
3. Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan
penjualan.
Tingkat perputaran persediaan barang dagangan:
Penjualan Bersih
Inventory Turnover = = ......
kali
Persediaan Rata-rata

 
Penjualan Bersih
Inventory Turnover = _________________________ = ...... kali
Persediaan Rata-rata
Atau
Harga Pokok Penjualan
= ________________________________________ = ...... kali
Persediaan Rata-Rata

Harga Pokok Penjualan


= ________________________________________ = ...... kali
Persediaan Rata – Rata
Persediaan Awal + Persediaan Akhir tahun

Persediaan Awal + Persediaan Akhir Tahun


Persediaan Rata-Rata = ______________________________________
2
Persediaan Rata-rata =
2
365 Hari
Hari Rata – rata Barang di simpan digudang = ----------------------------------
365 Hari
Hari Rata-Rata Barang di simpan di gudang =
----------------------------------
Inventory Turnover

Inventory Turnover

Contoh Soal
Diketahui Persediaan Barang per tanggal 31 Desember tahun 2009 sebesar Rp.
100.000.000,- dan persediaan barang per tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp.
150.000.000,-. Dalam laporan laba rugi tahun 2009, diperoleh data penjualan sebesar
315.000.000,-. Hitunglah berapa kali perputaran persediaan di gudang?
Jawab:
100.000.000,- + 150.000.000,-
Persediaan Rata – rata = ----------------------------------------
2
= 125.000.000,-

Penjualan Bersih
Perputaran Persediaan = -------------------------
Rata- rata persediaan

315.000.000,-
Perputaran Persediaan = ------------------
125.000.000,-
= 2,52 kali

365 hari
Rata-Rata Barang di gudang = ----------- = 144, 84 hari sekali dalam setahun
2,52 kali
D.      Biaya Persediaan
Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan sebagian lainnya merupakann
biaya tetap. Biaya inventory yang bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena
adanya perubahan jumlah inventory yang ada di dalam gudang. Biaya tersebut akan naik
kalau kita meningkatkan jumlah persediaan yang disimpan. Adapun jenis biaya ini antara lain
dalam bentuknya biaya modal yang ditanamkan dalam persediaan tersebut, biaya asuransi
persediaan, biaya atau upah buruh yang mengurusi penerimaan barang.
Adapun biaya inventory yang bersifat tetap adalah elemen-elemen biaya inventory yang
relatif tetap dalam jumlah totalitasnya dalam jangka pendek dengan tidak memandang adanya
variasi yang normal dan jumlah persediaan yang disimpan, misalnya depresiasi/penyusutan
ruangan yang digunakan, biaya pemeliharaan gudang, pajak, pemanasan, buruh penjaga
gudang.
Ada 3 macam biaya yang berhubungan dengan inventory yaitu:
1. Ordering cost (biaya pesan dan pemasaran)
Contohnya: biaya pemesanan, set up cost, biaya pengiriman dan penangannya (bongkar-
muat), potongan harga karena jumlah pembelian besar.
2. Carrying cost (biaya penyimpanan)
Contohnya: biaya gudang, asuransi, pajak kekayaan, biaya modal, penyusutan.
3. Biaya persediaan pengaman
Contohnya: kehilangan penjualan, kehilangan kepercayaan pelanggan, gangguan jadwal
produksi.

E.       Economical Order Quality


Economical order quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh
dengan biaya yang mininmal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembeliaan yang optimal.
Dalam menentukan besarnya jumlah pembelian yang optimal ini kita hanya memperhatikan
biaya variabel dari penyediaan persediaan tersebut, baik biaya variabel yang sifat
perubahannya searah dengan perubahan jumlah persediaan yang dibeli/disimpan maupun
biaya variabel yang sifat perubahannya berlawanan dengan perubahan jumlah inventory
tersebut.
Biaya variabel dari inventory pada prinsipnya dapat digolongkan dalam:
1. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan, yang kini sering
dinamakan “procurement costs” atau “set-up costs”.
2. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya “average inventory” yang biasa
disebut “storage” atau “carrying costs”.
Cara menentukan besarnya EOQ
EOQ =
R = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhan selama satu periode tertentu, misalnya 1 tahun.
S = Biaya pesanan setiap kali pesan.
P = Harga pembelian per unit yang dibayar.
I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang dinyatakan dalam persentase dari nilai
rata-rata dalam rupiah dari persediaan.
Syarat utama dalam metode economical order quality (EOQ), adalah:
1. Harga pembelian bahan per unitnya konstan.
2. Setiap saat kita membutuhkan bahan mentah selalu tersedia di pasar.
3. Jumlah produksi yang menggunakan bahan mentah tersebut stabil yang ini berarti
kebutuhan bahan mentah tersebut relatif stabil sepanjang tahun.
Contoh soal
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang (carrying cost) adalah 40% dari nilai
average inventory. Biaya pesanan (procurement cost) adalah Rp. 15,00 setiap kali pesanan.
Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun sebanyak 1,200 unit dengan harga Rp. 1,00
per unitnya.
Jawab

EOQ = = = = 300 unit


Dengan demikian cara pembelian yang paling ekonomis ialah pembelian bahan
sebanyak 300 unit setiap kali pesanan, yang ini berarti bahwa kebutuhan material sebanyak
1.200 unit selama 1 tahun akan dipenuhi dengan 4 kali pesanan 300 unit.
Selain menggunakan rumus diatas, kita dapat juga menetapkan besarnya EOQ
berdasarkan besranya biaya penyimpanan per unit, yaitu dengan menggunakan rumus:
EOQ =

C = besarnya biaya penyimpanan per unit.


Contoh:
Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun = 1.600 unit. Biaya pesanan sebesar
Rp. 100,00 setiap kali pesanan. Biaya penyimpanan per unit = Rp. 0,50. Besarnya EOQ
adalah ?

EOQ = = = 800 unit

F.       Reorder Point


Reorder Point adalah saat atau titik di mana harus diadakan pesanan lagi sedemikian
rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu
di mana persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Dengan demikian diharapkan
datangnya material yang dipesan itu tidak akan melewati waktu sehingga akan melanggar
safety stock.
Dalam penentuan reorder point haruslah kita memperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut:
1. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement
leadtime).
2. Besarnya safety stock.

Cara menentukan Reorder Point


1.   Menetapkan jumlah penggunaan selama “lead time” dan ditambah dengan persentase
tertentu. Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama “lead
time” dan ditetapkan bahwa “lead time”-nya adalah 5 minggu, sedangkan kebutuhan material
setiap minggunya adalah 40 unit.
Reorder Point = (5 x 40) + 50% (5 x 40)
= 200 + 100
= 300 unit
2.        Dengan menetapkan penggunaan selama “lead time” dan ditambah dengan penggunaan
selama periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 minggu.
Reorder Point = (5 x 40) + (4 x 40)
= 200 + 160
= 360 unit
Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan bahwa “reorder point”-nya adalah
pada jumlah 360 unit, yang ini berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah
persediaan tinggal 360 menit. Apabila pesanan, baru dilakukan sesudah persediaan tinggal
300 unit, maka ini berarti bahwa pada saat barang yang dipesan datang, perusahaan terpaksa
sudah mengambil material dari safety stock sebesar 60 unit. Pada waktu barang yang dipesan
persediaan dalam gudang tinggal 100 unit (300 - 200), padahal safety stock telah ditetapkan
sebesar 160 unit. Dengan demikian safety stock di sini sudah terlanggar. Apabila pesanan
sudah dilakukan pada waktu persediaan sebesar 360 unit, maka pada waktu barang yang
dipesan datang, persediaan di dalam gudang masih 160 unit (yaitu 360 - 200), persis sama
besarnya dengan baesranya safety stock, yang ini berarti bahwa safety stock tidak terlanggar.
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan
perusahaan industri serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan
dihadapkan pada keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi
keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber
utama pendapatan perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan
kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.
Jenis-jenis persediaan berdasarkan jenis dan posisi barang, terdiri dari: Persediaan
Bahan Baku (raw material stock), Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased
parts/components), Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock), Persediaan
Barang Setengah Jadi (work in process stock), Persediaan Barang Jadi (finished good stock).
Sedangkan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan atas: Bath Stock/Lot Size Inventory,
Fluctuation Stock dan Anticipation Stock.
Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan sebagian lainnya merupakann
biaya tetap. Biaya inventory yang bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena
adanya perubahan jumlah inventory yang ada di dalam gudang. Adapun baiya inventory yang
bersifat tetap adalah elemen-elemen biaya inventory yang relatif tetap dalam jumlah
totalitasnya dalam jangka pendek dengan tidak memandang adanya variasi yang normal dan
jumlah persediaan yang disimpan.

B. Saran
Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka penulis mengemukakan saran bahwa
penerapan Manajemen Persediaan yang baik harus dilaksanakan secara efektif, karena akan
menunjang keberhasilan perusahaan tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah


Sistem informasi manajemen merupakan salah satu jenis sistem informasi yang
diperlukan oleh perusahaan dalam menangani kegiatan operasionalnya sehari-hari untuk
menghasilkan informasi-informasi akuntansi serta informasi lainnya mengenai proses bisnis
perusahaan yang diperlukan oleh manajemen dan pihak-pihak terkait lainnya sehubungan
dengan pengambilan keputusan dan kebijakan-kebijakan lainnya. Pembelian merupakan salah
satu fungsi penting untuk kelancaran operasional perusahaan, di mana perusahaan akan
mendapatkan pasokan barang dari pemasok untuk pengadaan atau penyediaan barang agar
permintaan pelanggan dapat dipenuhi dengan baik. Pembelian dibagi menjadi dua, yaitu
pembelian tunai yang terkait dengan pengeluaran kas dan pembelian kredit yang terkait
dengan utang usaha.

Kesalahan-kesalahan dalam melakukan pembelian barang dagang akan berpengaruh


buruk pada perusahaan tanpa adanya perencanaan dan pengendalian yang tepat dalam
melakukan pembelian memungkinkan terjadinya pembelian yang terlalu sedikit atau mungkin
terlalu banyak, harga beli yang terlalu tinggi yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan.
Untuk itu, pengendalian atas pembelian dan persediaan akan sangat membantu perusahaan
mencegah terjadinya kesalahan dalam penanganan.
B.       Rumusan Masalah
1.        Pentingnya Manajemen Pembelian dalam Perusahaan
2.        Klasifikasi Transaksi Pembelian
3.       Siklus Pembelian
BAB II
PEMBAHASAN
 

A. Pentingnya Manajemen Pembelian dalam Perusahaan


Pembelian (purchasing) adalah salah satu fungsi dasar yang umum ada di semua jenis
perusahaan.Dikatakan fungsi dasar karena perusahaan tidak dapat beroperasi dengan baik
tanpanya.  Dari sifatnya, pembelian adalah bagian dasar dan integral dari manajemen bisnis.
Material merupakan faktor sangat penting bagi industri. Material dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat harus tersedia pada waktu yang tepat, di lokasi dimana diperlukan, dan
pada harga yang dapat diterima. Kegagalan dalam memenuhi tanggung jawab yang berkaitan
dengan material akan meningkatkan biaya perusahaan dan menurunkan laba seperti juga
keuangan metode produksi, personel yang tidak efisien, dan pemasaran yang tidak efektif.
Departemen pembelian bukan lagi sekedar bagian yang memproses pemesanan material dan
bersifat administratif.  "Pembelian" yang efektif juga mencakup kegiatan seperti
mewawancara penjual, negosiasi dengan pemasok potensial, menganalisa tawaran dan
menentukan pilihan, memilih pemasok, mengeluarkan perintah pembelian (purchase order),
menangani masalah dengan pemasok, dan menyimpan rekaman informasi yang diperlukan.

B. Klasifikasi Transaksi Pembelian


Adapun klasifikasi dari transaksi pembelian yang mendukung sistem informasi
pembelian adalah sebagai berikut :
1. Pembelian secara kontan, yaitu pembelian yang dilaksanakan secara cash and carry,
kebiasaan yang umum dimasa sekarang yaitu jangka waktu satu bulan pun dianggap
kontan.
2. Pembelian secara kredit, yaitu pembelian yang mendapat fasilitas pembayaran lebih
dari satu bulan.
3. Pembelian secara tender, yaitu pembelian yang dilaksanakan apabila menyangkut
nilai cukup besar.
4. Pembelian dengan cara impor, yaitu pembelian yang menggunakan prosedur impor
dengan memanfaatkan letter of credit (L/C).
5. Pembelian secara komisi, yaitu pembelian barang yang bersifat titipan, atas barang-
barang yang terjualah yang kemudian dibayar.
6. Pembelian dipasar berjangka/ future trading, yaitu pembelian atas barang-barang yang
memiliki standar kualitas yagn ditawarkan dipasar berjangka, selain kuallitas telah
terjamin juga dapat menutup kemungkinan kerugian karena adanya kenaikan harga.
7. Pembelian secara cicilan pada sewa guna usaha (Leasing), yaitu suatu cara pembelian
dimana harga atas barang dibayar secara mencicil setelah diperhitungkan bunga bank.
Bentuk lain adalah beli sewa yaitu pembayaran berupa sewa atas barang tersebut
dianggap angsuran barang.
8. Pembelian secara kontrak, yaitu suatu pembelian dengan menggunakan prosedur
kontrak yang memuat hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak. Biasanya
pembelian secara kontrak dilaksanakan apabila terjadi penjualan secara kontrak pula.
9. Pembelian melalui perantara (komisioner, makelar), yaitu suatu jenis pembelian yang
menggunakan jasa komisioner atau makelar sebagai perantara dalam pembelian dan
untuk jasa yang mereka berikan,mereka menerima komisi atau provisi.
10. Pembelian secara remburs, lebih bersifat cara pembayaran, yaitu pembayaran
dilakukan kepada pembawa atau yang mengangkut barang.

C. Siklus Pembelian
Prosedur Pembelian Tunai

Bodnar dan hopwood (2003 : 417) pembelian merupakan sinomim dari pengadaan, yang
diartikan sebagai berikut. Pengadaan adalah proses bisnis memilih sumber, pemsanan, dan
memperoleh barang dan jasa. Siklus pembelian adalah suatu kegiatan atau transaksi
pembelian, baik itu secara tunai maupun kredit dalam suatu organisasi.

Sistem Informasi Pembelian berarti suatu sistem pembelian atau suatu sistem transaksi untuk
mendapatkan barang-barang baik secara kredit maupun secara tunai di dalam suatu organisasi
perusahaan yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media,
prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi
yang penting, memberi sinyal kepada management dan menyediakan suatu dasar informasi
pembelian untuk pengambilan keputusan yang cerdik.

Dalam sistem pembelian terdapat 2 kegiatan utama yaitu kegiatan pembelian dan kegiatan
penerimaan barang yang dibeli.
Fungsi pembelian dalam suatu perusahaan meliputi :
Pembelian barang dagangan, bahan baku, bahan penolong, suku cadang, dan berbagai
supplies seperti supplies kantor,dll.
Dalam pembahasan kali ini, siklus pembelian terdiri atas :

 Pembelian Tunai berdasarkan penawaran supplier


 Pembelian Tunai berdasarkan inisiatif perusahaan
 Pembelian kredit berdasarkan penawaran supplier
 Pembelian kredit berdasarkaninisiatif perusahaan 

Prosedur permintaan pembelian


    Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian dalam formulir surat
perrnintaan pembelian kepada fungsi pembelian. Jika barang tidak disimpan di gudang,
misalnya untuk barang langsung pakai, fungsi yang memakai barang mengajukan permintaan
pembelian langsung ke fungsi pembelian dengan menggunakan surat permintaan pembelian.
 Prosedur permintaan penawaran harga dan penelitian pemasok
       Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga
kepada petnasok untuk memperoleh informasi mengenai harga barang dan berbagai syarat
pembelian yang lai, untuk memungkinkan pemilihan pemasok yang akan ditunjuk sebagai
pemasok barang yang diperlukan oleh perusahaan.
·       Prosedur order pembelian

        Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirimkan surat order pembetian kepada
pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit organisasi lain dalam
perusahaan, mengenai order pembelian yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan.
 Prosedur penerimaan barang
      Dalam prosedur ini fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan mengenai jenis, kualitas
dan mutu barang yang diterima dari pemasok, dan kemudian membuat laporan penerimaan
barang untuk menyatakan peneriinaan barang dari pemasok tersebut.
 Prosedur pencatatan utang
       Dalam prosedur ini fungsi akuntansi memriksa dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan pembelian dan menyelenggarakan pencatatan utang atau mengarsipkan dokumen
sumber sebagai catatan utang.
 Prosedur distribusi pembelian
       Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang di debit dari transaksi pembelian untuk
kepentingan pembuatan laporan manajemen.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hasil dari kegagalan dari suatu sistem dapat merusak seluruh komponen yang telah
dirancangkan dalam sebuah perusahaan, misalnya dari segi peralatan, yakni bisa merusak,
membuat rasa tidak nyaman, boros dan mahal dari nominalnya. Oeh sebab itu diperlukan
suatu sistem maupun strategi yang baik dalam suatu perusahaan untuk mencapai kualitas
yang tinggi pada perusahaan, seperti strategi pemeliharaan dan keandalan yang akan
melindungi kinerja dan investasi perusahaan. Setiap manajer harus menghindari hasil yang
tidak diinginkan dari kegagalan yang menjadi resiko dalam perusahaan.

B. Tujuan Penulisan

Kegagalan mesin dan produk dapat memiliki dampak yang sangat luas pada operasi,
reputasi dan keuntungan organisasi. Para manajer sebaiknya membuat rancangan yang baik
dalam mekanisme perusahaan, seperti memperhatikan seluruh keadaan teknologi yang
menjadi penggerak dalam menciptakan suatu produk yang berkualitas, sehingga tidak ada
yang mengalami kerusakan total yang berdampak pada produk. Teknik pemeliharaan dan
keandalan ini menjadi strategi yang sangat penting dalam menganalisis peralatan maupun
teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, agar para manajer dapat meninjau dan
mengantisipasi risiko peralatan yang akan terjadi, sehingga dapat membuat suatu keputusan
antisipasi dan tidak terlalu berakibat fatal kepada para pekerja.

C. Perumusan Masalah

Dari makalah ini, muncullah beberapa permasalahan dalam sistem pemeliharaan dan
keandalan di perusahaan yang akan dibahas melalui analisa kasus berikut :
a. Apa itu pemeliharaan?

b. Konsep keandalan

c. Jenis – jenis keandalan

d. Efisiensi dalam pemeliharaan


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemeliharaan dan Keandalan

 Pemeliharaan

Secara defenisi, dikatakan bahwa pemeliharaan merupakan semua aktivitas yang


berkaitan untuk mempertahankan peralatan sistem dalam kondisi layak bekerja. Dalam hal ini
terdapat dua jenis pemeliharaan yakni, pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan
kerusakan:

1. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) mencakup pemeriksaan dan


pemeliharaan rutin dan menjaga fasilitas teteap dalam kondisi baik. Pemeliharaan
pencegahan juga mencakup perancangan sistem teknis dan manusia yang akan
mempertahankan proses produktif agar tetap bekerja dalam batas toleransi dan
menjadikan sistem dapat menjalankan proses produktifitas tersebut.
2. Pemeliharaan kerusakan (breakdown maintenance) terjadi ketika peralatan gagal dan
harus diperbaiki pada kondisi darurat atau dengan dasar prioritas.

Pemeliharaan pencegahan dapat diterapkan dengan mengimplimasikan bahwa ketika sebuah


sistem membutuhkan pemeliharaan atau akan membutuhkan perbaikan, maka hal tersebut
dapat ditentukan. Kegagalan terjadi pada terbagai tingkat yang berbeda di sepanjang hidup
sebuah produk. Perlu dicatat bahwa banyak kematian dini yang seluruh nya berupa kegagalan
produk, tetapi lebih kepada kegagalan yang disebabkan pemakaian yang tidak selayaknya.

Setelah perusahaan memiliki calon untuk pemeliharaan pencegahan, perlu ditentukan kapan
dilakukan pemelihararaan pencegahan yang ekonomis. Pada sisi lain, biaya pemeliharaan
pencegahan bisa sangat insidential sehingga pemeliharaan pencegahan layak dilakukan hanya
jika didistribusi MTBF (waktu rata-rata antara kegagalan) agak landai. Dalam setiap pristiwa,
konsisten dengan praktik pengayaan pekerjaan, operator mesin harus bertanggung jawab pada
pemeliharaan pencegahan peralatan dan perkakas mereka sendiri. Dengan teknik pelaporan
yang baik, perusahaan dapat menjaga arsip proses, mesin, atau peralatan individu. Arsip
seperti itu dapat menyediakan profil yang berisi baik jenis pemeliharaan yang diperlukan
maupun waktu pemeliharaan yang dibutuhkan.
Karena keandalan dan pemeliharaan pencegahan jarang yang sempurna, maka
kebanyakan perusahaan memiliki beberapa tingkatan kemampuan perbaikan. Memperbesar
atau meningkatkan fasilitas pemeliharaan dapat menjadikan sistem bekerja secara lebih cepat.
Sebuah fasilitas pemeliharaan yang baik memerlukan enam fitur berikut :

1. Personel yang terlatih dengan baik.


2. Sumber daya yang cukup.
3. Kemampuan untuk menetapkan sebuah rencana perbaikan dan prioritas.
4. Kemampuan dan otoritas untuk melakukan perencanaan material.
5. Kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab kerusakan.
6. Kemampuan untuk mendesain cara untuk memperluas MTBF.
 Keandalan

Keandalan yaitu ,Sistem terdiri atas serangkaian komponen yang saling berhubungan,
dan bekerja secara spesifik, sehingga apabila satu komponen gagal dilaksanakan, maka
sistem secara keseluruhan akan menjadi gagal terlaksana. Keandalan merupakan peluang
sebuah komponen mesin atau produk akan bekerja secara baik untuk waktu tertentu di bawah
kondisi tertentu,

B. Konsep Keandalan (Reliability)

Dasar pemikiran konsep analisa keandalan adalah bertolak dari pemikiran layak atau
tidaknya suatu sistem melakukan fungsinya. Keandalan / Reliability dapat didefinisikan
sebagai nilai probabilitas bahwa suatu komponen atau sistem akan sukses menjalani
fungsinya, dalam jangka waktu dan kondisi operasi tertentu. Keandalan dapat dirumuskan
sebagai integral dari distribusi probabilitas suksesnya operasi suatu komponen atau sistem,
sejak waktu mulai beroperasi (switch on) sampai dengan terjadinya kegagalan (failure)
pertama

1. Laju Kerusakan ( Failure Rate)

Dalam masa kerjanya, suatu komponen atau sistem mengalami berbagai kerusakan.
Kerusakan – kerusakan tersebut akan berdampak pada performa kerja dan efisiensinya.
Kerusakan – kerusakan tersebut apabila dilihat secara temporer, maka ia memiliki suatu laju
tertentu yang berubah – ubah. Laju kerusakan (failure rate) dari suatu komponen atau sistem
merupakan dinamic object dan mempunyai performa yang berubah terhadap waktu t ( sec,
min, hour, day, week, month and year). Keandalan komponen / mesin erat kaitannya dengan
laju kerusakan tiap satuan waktu. Hubungan antara kedua hal tersebut ditunjukan apabila
pada saat t = 0 dioperasikan sebuah komponen kemudian diamati banyaknya kerusakan pada
komponen tersebut maka akan didapat bentuk kurva seperti pada gambar berikut:

Grafik laju kerusakan (failure rate) terhadap waktu

Grafik diatas, yang sering disebut sebagai Bathtub Curve, terbagi menjadi tiga daerah
kerusakan, ketiga daerah tersebut adalah:

1. Burn – in Zone (Early Life)

Daerah ini adalah periode permulaan beroperasinya suatu komponen atau sistem yang masih
baru (sehingga reliability – nya masih 100% ), dengan periode waktu yang pendek. Pada
kurva ditunjukan bahwa laju kerusakan yang awalnya tinggi kemudian menurun dengan
bertambahnya waktu, atau diistilahkan sebagai Decreasing Failure Rate (DFR). Kerusakan
yang terjadi umumnya disebabkan karena proses manufacturing atau fabrikasi yang kurang
sempurna.

2.Useful Life Time Zone

Periode ini mempunyai laju kerusakan yang paling rendah dan hampir konstan, yang disebut
Constant Failure Rate (CFR). Kerusakan yang terjadi bersifat random dan dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Ini adalah periode dimana sebagian besar umur pakai komponen atau
sistem berada. Dalam analisa, tingkat kehandalan sistem diasumsikan berada pada periode
Useful life time, dimana failure rate - nya konstan terhadap waktu. Asumsi ini digunakan
karena pada periode early life time, tidak dapat ditentukan apakah sistem tersebut sudah
bekerja sesuai dengan standar yang ditentukan atau belum. Sedangkan pada periode wear out
time, tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi failure.Pada periode useful life time, dimana
failure rate - nya adalah konstan, persamaan reliability yang digunakan

3. Wear Out Zone

Periode ini adalah periode akhir masa pakai komponen atau sistem. Pada periode ini, laju
kerusakan naik dengan cepat dengan bertambahnya waktu, yang disebut dengan istilah
Increasing Failure Rate (IFR). Periode ini berakhir saat reliability komponen atau sistem ini
mendekati nol, dimana kerusakan yang terjadi sudah sangat parah dan tidak dapat diperbaiki
kembali.
C. Jenis-Jenis Pemeliharaan

Pemeliharaan Tidak Terencana (Unscheduled Maintenance)

Hanya ada satu jenis pemeliharaan tak terencana yaitu pemeliharaan darurat atau
breakdown/emergency. Dikenal sebagai jenis pemeliharaan yang paling tua. Aktivitas
pemeliharaan jenis ini adalah mudah untuk dipahami semua orang. Jenis pemeliharaan ini
mengijinkan peralatan-peralatan untuk beroperasi hingga rusak total (fail). Kegiatan ini tidak
bisa ditentukan / direncanakan sebelumnya, maka aktivitas ini juga dikenal dengan sebutan
unschedule maintenance. Ciri-ciri jenis pemeliharaan ini adalah alat-alat mesin dioperasikan
sampai rusak dan ketika rusak barulah tenaga kerja dikerahkan untuk memperbaiki dengan
cara ‘penggantian’.

Keuntungan pemeliharaan jenis ini hanya satu yaitu mudah dilaksanakan dan tidak perlu
melakukan perencanaan pemeliharaan.

Kelemahannya :

 Karena tidak bisa diketahui kapan akan terjadi breakdown, maka jika waktu
breakdown adalah pada saat-saat periode produksi maksimal, maka akan
mengakibatkan tidak tercapainya target produksi pada periode ini.
 Jika suku cadang untuk perbaikan ternyata sukar untuk dipenuhi berarti
dibutuhkan waktu tambahan untuk membeli atau memperoleh dengan cara lain
suku cadang tersebut.
 Karena kegiatan ini sifatnya mendadak, dalam tugasnya bagian pemeliharaan
bekerja dibawah tekanan bagian produksi yang akan berakibat :
 rendahnya efisiensi dan efektifias pekerja
 tidak optimalnya mutu hasil pekerjaan perbaikan / pemeliharaan
 biaya relatif lebih besar.

2. Pemeliharaan Terencana (Scheduled Maintenance)

Pemeliharaan Terencana adalah pemeliharaan yang diorganisasi dan dilakukan dengan


pemikiran kemasa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai rencana yng telah
ditentukanPemeliharaan Terencana terdiri dari Pemeliharaan Pencegahan (Preventive
Maintenance) , Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance) dan Predictive
Maintenance.

 Preventive Maintenance

Preventive Maintenance (PM) adalah deteksi dan tindakan secara cepat pada ketidaknormalan
peralatan sebelum mengakibatkan kerusakan atau kerugian. Dua aktivitas dasar pada PM
adalah:

1. Pengecekan berkala pada peralatan.

2. Perbaikan secara terencana pada kerusakan

Preventive Maintenance adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk menjaga setiap
alat/komponen berjalan sesuai dengan kondisi yang diharapkan, melalui pemeriksaan, deteksi
dan pencegahan kerusakan total yang tiba-tiba (breakdown). Lalu mengapa semua peralatan
(mesin) tidak dijalankan atau dioperasikan saja sampai rusak ? kemudian baru diperbaiki.
Jawabnya adalah bahwa kerusakan itu dapat terjadi kapan saja (unpredictable) bisa saja
terjadi pada waktu yang sangat tidak menguntungkan, mungkin juga mengakibatkan
timbulnya korban pada pekerjanya, membuat peralatan menjadi cepat aus, mengurangi
produksi, dan yang jelas menjadikan biaya perbaikan relatif lebih mahal dibandingkan biaya
pemeliharaan.

Tetapi di lain pihak ada perusahaan-perusahaan yang terlalu khawatir dengan kegagalan-
kegagalan, sehingga melakukan terlalu banyak kegiatan pemeliharaan. Hal ini menimbulkan
masalah-masalah lain dan terjerumus ke dalam pemeliharaan yang berbiaya tinggi.

Meskipun demikian, menghilangkan kegiatan pemeliharaan pencegahan bukanlah jawaban


yang tepat. Sebuah pendekatan Total System diperlukan untuk menentukan kombinasi dari
faktor-faktor tersebut.

Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance), yaitu suatu kegiatan inspeksi secara


periodic untuk mendeteksi adanya tanda-tanda gangguan yang akan mengakibatkan
breakdown atau stop produksi, penurunan kondisi mesin atau alat-alat kelengkapannya.
Pemeliharaan pencegahan ini dapat dijadikan sebagai system deteksi terhadap mesin atau alat
sebelumnya terjadi gangguan yang akan mengakibatkan cacatnya hasil produksi serta
kerugian lainnya yang ditimbulkan. Untuk preventive maintenance sendiri terbagi menjadi
beberapa jenis kegiatan diantaranya sebagai berikut.
Inspeksi, yaitu kegiatan pemeliharaan secara periodic dengan melakukan pemeriksaan
terhadap kondisi mesin dan komponen terkaitnya termasuk didalamnya kegiatan pelumasan
dan penyetelan.Lihat, Dengar, dab Rasakan, yaitu suatu kegiatan pemeliharaan dengan
melakukan pemeriksaan kondisi mesin dan komponen terkaitnya dengan cara
penglihatan,perasaan / feeling dan pendengaran.Pemeliharaan jalan, yaitu kegiatan
pemeliharaan yang bisa dilaksanakan tanpa menghentikan proses produksi atau kerja dari
mesin dan peralatannya.

Penggantian komponen minor, yaitu kegiatan pemeliharaan yang berupa penggantian


sebagian kecil komponen mesin dan peralatannya.Pemeliharaan berhenti, yaitu kegiatan
pemeliharaan yang hanya bisa dilaksanakan pada saat peralatan tidak bekerja atau stop mesin

Keuntungan PM:

 Preventive Maintenance adalah anticipative maintenance. Dengan demikian bagian


produksi dan pemeliharaan dapat mengerjakan pekerjaan pembuatan peramalan
(forecasting) dan pembuatan schedule pemeliharaan yang lebih baik.
 Preventive maintenance akan meminimalisasi waktu yang mengganggu produksi.
 Preventive Maintenance memperbaiki kontrol atas komponen-komponen mesin.
 Preventive Maintenance memotong/mengurangi pekerjaan emergency.

Kerugian :

 Preventive Maintenance menghilangkan sisa umur komponen ketika komponen


tersebut harus diganti sebelum rusak total.
 Banyak melibatkan tenaga kerja
 Biaya pemeliharaan relatif lebih tinggi dibandingkan metode predictive
maintenance.
 Corrective Maintenance
Pemeliharaan Korektive adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu
bagian mesin (termasuk penyetelandan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi
suatu kondisi yang bisa diterima. Kegiatan corrective maintenance sendiri terbagi
menjadi beberapa kegiatan diantaranya:
 Reparasi minor, yaitu suatu kegiatan pemeliharaan berupa perbaikan-perbaikan kecil
pada suatu mesin atau peralatan terkaitnya (yang tidak ditemukan ketika pemeriksaan),
terutama untuk rencana jangka pendek yang mungkin timbul diantara pemeriksaan,
 Overhoul, yaitu kegiatan pemeliharaan berupa penggantian komponen mesin secara
serentak atau keseluruhan (juga overhaul terencana misalnya overhaul tahunan atau dua
tahuan, atau suatu perluasan kapasitas produksi)
 Predictive Maintenance

Tipe pemeliharan jenis ini lebih maju dibanding dengan dua tipe sebelumnya. Ditandai
dengan menggunakan teknik-teknik mutakhir (advance scientific techniques) termasuk
statistik probabilitas untuk memaksimalkan waktu operasi dan menghilangkan pekerjaan-
pekerjaan yang tidak perlu. Predictive Maintenance dipakai hanya pada sistem-sistem yang
akan menimbulkan masalah-masalah serius jika terjadi kerusakan pada mesin atau pada
proses-proses yang berbahaya.

D. Efisiensi dalam pemeliharaan

Ada dua persoalan dalam kegiatan maintenance:

1. Persoalan Teknis

Persoalan teknis adalah persoalan yang menyangkut usaha-usaha untuk menghilangkan


kemungkinan-kemungkinan timbulnya kemacetan yang disebabkan karena kondisi fasilitas
atau peralatan produksi yang tidak baik.

Tujuan yang akan dicapai dalam mengatasi persoalan teknis adalah untuk dapat menjaga
atau menjamin agar produksi pabrik dapat berjalan lancar.

Dalam persoalan teknis ini perlu diperhatikan adalah:

a. Tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk memelihara/merawat peralatan


yang ada, dan untuk memperbaiki / mereparasi mesin-mesin atau peralatan yang
rusak.
b. Alat-alat atau komponen-komponen apa yang dibutuhkan dan harus disediakan agar
tindakan-tindakan pada bagian (a) dapat dilakukan.

Jadi dalam persoalan teknis ini semua mesin atau peralatan yang rusak harus diperbaiki.

2. Persoalan Ekonomis

Persoalan ekonomis adalah persoalan yang menyangkut bagaimana usaha yang harus
dilakukan supaya kegiatan maintenance yang dibutuhkan secara teknis dapat efisien.
Jadi dalam persoalan ekonomis yang ditekankan adalah efisiensi, dengan memperhatikan
besarnya biaya yang terjadi, dan tentunya alternatif tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan
adalah yang menguntungkan perusahaan. Adapapun biaya-biaya yang terdapat dalam
kegiatan maintenance adalah biaya-biaya pengecekan, dan penyetelan, biaya service, biaya
penyesuaian (adjustment) dan perbaikan/reperasi.

3. Pemilihan kebijakan dalam pemeliharaan

Pemilihan preventive maintenance secara teknis perlu dilakukan untuk menjamin kelancaran
bekerjanya suatu mesin atau peralatan tetapi secara ekomomis belum tentu yang terbaik.

Pemilihan kebikjakan dalam pemeliharaan perlu memperhatikan:

a. Jumlah biaya yang terjadi


b. Penentuan apakah mesin atau peralatan merupakan “strategic point atau critical unit”.
Kalau iya, maka sebaiknya diadakan preventive maintenance.

4. Penanganan Bahan (Marerial Handling)


a. Arti dan peran penaganan bahan
Penangan bahan (material handling) adalah kegiatan mengangkat, mengangkut dan
meletakkan bahan-bahan/barang-barang dalam proses di dalam pabrik, kegiatan mana
dimulai dari sejak bahan-bahan masuk atau diterima di pabrik sampai pada barang
jadi/produk akan dikeluarkan dari pabrik.Material handling memiliki peran penting
dalam suatu pabrik. Pada perusahaan yang maju, pekerjaan material handling
merupakan sebagian besar dari kegiatan perusahaan pabrik dan memakan biaya lebih
dari lima puluh persen (50%) dari seluruh biaya produksi.
b. Biaya penanganan bahan

Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan dalam suatu perusahaan pabrik/industry terdiri atas:

1. Menyediakan atau menempatkan bahan-bahan di tempat kerja yang disebut “make


ready”.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata dalam pengolahan atau pembuatan barang-
barang yang disebut “do”
3. Memindahkan barang-barang dan bahan-bahan dari tempat kerja yang disebut “put
away”
Biaya penanganan bahan terdiri atas upah untuk orang yang memindahkan bahan (material
handler), biaya investasi dari berbagai alat pemindahan bahan yang digunakan, dan biaya-
biaya yang tidak dapat dipisahkan dan termasuk dalam biaya produksi untuk mengerjakan
produk hasilnya. Dari biaya-biaya material handling ini ada sebagian yang termasuk dalam
biaya langsung (direct cost) dan ada sebagian lagi yang merupakan biaya tak langsung
(indirect cost).

c. Efisiensi dalam penanganan bahan

Sebagian dari biaya material handling yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja dan
biaya-biaya lainnya adalah kurang produktif dan tidak efisien, karena merupakan pemborosan
(inefisiensi). Sehingga perlu dilakukan usaha-usaha agar biaya material handling dapat
diperkecil.

Sebab-sebab adanya pemborosan yang besar dalam biaya material handling:

a. Adanya kelambatan aliran atau jalannya bahan-bahan yang sedang atau akan
dikerjakan dalam proses produksi.
b. Sering di handle-nya hasil-hasil proses tambahan (by-product) dan barang-barang sisa
(srap) secara tidak efisien.
c. Sering dibutuhkannya waktu yang lama untuk memindahkan bahan-bahan atau
barang-barang di tempat-tempat pengiriman, penerimaan dan pemeriksaan atau
pengecekan, yang disebabkan karena tempat tersebut tidak diatur dengan baik.
d. Adanya pemborosan dalam meng-handle bahan-bahan di bagian pemeliharaan
(maintenance department), yang disebabkan kurangnya pengawasan langsung (direct
supervision) dalam menyusun barang-barang dan memindahkan bahan-bahan atau
barang-barang.

Usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk mengurangi atau memperkecil biaya material
handling

Biaya material handling dapat dikurangi atau diperkecil dengan memperhatiakan prinsip-
prinsip material handling:

a. Material handling harus dikurangi atau dihindari apabila mungkin dari semua pekerjaan
dalam pabrik.
b. Pekerjaan material handling yang tak dapat dihindarkan atau dikurangi harus
dimekanisasikan, seperti dengan menggunakan ban berjalan (conveyor) atau
forktruck/forklift.
c. Alat-alat handling harus dipilih berdasarkan pertimbangan ekonomi atau efisiensi dan
dapat berguna bagi kepentingan keseluruhan pabrik.
d. Alat-alat handling yang ada harus digunakan secara lebih efisien dalam pabrik.
e. Dalam mempersiapkan plant lay out baru atau memperbaiki layout yang ada, semua
pekerjaan material handling harus direncanakan dengan baik.
f. Sebelum memutuskan penggunaan suatu jenis peralatan handling yang mekanis, perlu
dibuatkan suatu analisis yang lengkap untuk dapat ditentukan jenis peralatan apa yang
paling sesuai dan paling ekonomis untuk pekerjaan tersebut.
g. Rencana untuk memperkenalkan peralatan handling atau membuat perubahan atas
peralatan-peralatan yang ada haruslah dibicarakan, dan diterima oleh semua pihak yang
berkepentingan beserta usul-usul sebelum penerapan dilakukan.

Dalam masalah material handling ini perlu pula diperhatikan dan dipertimbangkan bahwa:

a. Uang yang dikeluarkan untuk pemindahan/handling bahan akan hilang untuk selama-
lamanya, sedang uang yang dikeluarkan untuk membeli alat-alat handling (handling
devices) yang digunakan akan kembali dalam bentuk saving.
b. Penyelidikan perlu dilakukan untuk memungkinkan diadakannya perbaikan guna
mengurangi pemborosan dalam biaya material handling.

Tugas-tugas dari bagian material handling antara lain:

1. Mengadakan penyelidikan dan analisis untuk dapat menentukan bagaimana kegiatan


material handling dilakukan sehingga dapat lebih efisien.
2. Merencanakan, mengadakan pengujian/pengetesan dari perkembangan alat-alat material
handling yang baru.
3. Memberikan nasehat-nasehat/ rekomendasi mengenai perbaikan-perbaiakan yang perlu
dilakuakan dalam cara-cara pemindahan bahan (material handling) dan dalam
pemasangan perlengkapan atau [peralatan handling yang baru.
4. Mengikuti pelaksanaan dan membuat laporan mengenai pemasangan perlengkapan atau
peralatan handling yang baru tersebut.
Aspek-aspek produksi yang menyangkut material handling:

1. Product design, dimana produk yang direncanakan haruslah dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah diangkut atau dipindahkan.
2. Plant lay out, dimana bagian-bagian dan peralatan haruslah diatur agar supaya
pemindahan bahan-bahan/barang-barang dalam proses dapat berjalan dengan lancar,
sehingga dapat mengurangi waktu pengerjaan dan waktu material handling.
3. Production planning, di mana urutan-urutan proses produksi haruslah diatur sedmikian
rupa sehingga pemindahan bahan-bahannya mudah dilaksanakan.
4. Pengepakan (packaging) haruslah memperhatikan agar handling-nya mudah, dimana
bungkusan atau pakannya mudah diangkut atau dipindahkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pemeliharaam dan keandalan yang baik akan menghasilkan kualitas perawatan
peralatan / mesin yang tinggi, sehingga dapat bertahan lebih dari umur yang diperkirakan
sebelumnya. Peralatan yang andal dan terpelihara tidak hanya memberikan utilisasi yang
tinggi tetapi juga meningkatkan kualitas dan kinerja penjadwalan. Para manajer operasi
memusatkan perhatian untuk memperbaiki desain dan mencadangkan komponen untuk
meningkatkan keandalan. Karyawan yang terlatih dengan baik dan diberdayakan,
memastikan adanya sistem yang andal melalui penggunaan pemeliharaan pencegahan

B. Saran
Peningkatan kualitas mesin atau peralatan produksi dapat dicapai, apabila para
manajer dapat menciptakan suatu kebijakan dalam membuat teknik pemeliharaan dan
keandalan yang baik. Sehingga, dengan adanya kebijakan tersebut, biaya risiko kerusakan
dapat diminimalisirkan dari biaya awal yang telah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai