Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MAKALAH

Disusun Oleh

1. Anggi Ersia Ningsih 19101155310591


2. Fahrul Salim 19101155310599
3. Irfandi Agusti 19101155310607
4. Nanda Hendrawan 19101155310616
5. Rini Amelia Gusti 19101155310625
6. Wina Daventa 19101155310633

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”
PADANG
2020/2021
I.               PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah


Sejalan dengan laju perkembangan yang terus berkembang di Indonesia, maka banyak
bermunculan perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Tujuan utama suatu
perusahaan yaitu memperoleh laba seoptimal mungkin dan mengawasi berjalannya perusahaan
serta berkembangnya perusahaan, maka hal yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah
mengadakan penilaian terhadap persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Hal ini
dilakukan karena persediaan bagi kebanyakan perusahaan merupakan salah satu modal kerja
yang sangat penting didalam suatu perusahaan, dimana prosedurnya terus menerus mengalami
perubahan dan perputaran.
Dalam suatu perusahaan, pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi perusahaan
dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu dari beberapa unsur
yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diproduksi dan
dijual. Oleh karena itu, sistem akuntansi itu sendiri harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga
tidak mengalami hal-hal yang mengganggu jalannya operasi perusahaan. Pelaporan persediaan
yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan informasi yang berguna bagi
perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan
kesalahan dalam menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir
dinilai terlalu rendah dan mengakibatkan harga pokok barang yang dijual terlalu rendah, maka
pendapatan bersih akan mengalami peningkatan. Begitu juga dengan lamanya persediaan yang
tersimpan di gudang akan mempengaruhi biaya sehingga kemungkinan akan terjadinya
kerusakan yang mengakibatkan kerugian dan kemungkinan juga persediaan akan kadaluarsa
sehingga tidak laku dipasar.
Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa persediaan sangat penting artinya bagi
perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih mengetahui dan memahami
bagaimana persediaan dimanage secara benar yang diterapkan dalam suatu perusahaan agar
membawa manfaat yang baik dalam pencapaian laba yang diinginkan.

B.       Rumusan Masalah


1.        Apakah yang dimaksud dengan manajemen persediaan?
2.        Apa sajakah jenis-jenis persediaan?
3.        Apa sajakah tingkat perputaran persediaan?
4.        Bagaimanakah biaya persediaan?
5.        Bagaimanakah Economical Order Quantity?
6.        Bagaimanakah Reorder Point?
II.               PEMBAHASAN
A.      Pengertian Manajemen Persediaan
Persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam operasi perusahaan, selain itu
persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan normal pada suatu
perusahaan yang dilakukan secara rutin untuk memproduksi barang yang selanjutnya
ditimbulkan pada konsumen. Pengertian persediaan menurut Freddy Rangkuti yaitu “salah satu
unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara continue diperoleh, diubah
kemudian dijual kembali”.1[1]
Sedangkan  pengertian  persediaan  menurut C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl
S. Wareen yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan yaitu
“digunakan untuk mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual
dalam operasi bisnis perusahaan, dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang
disimpan untuk tujuan itu.”2[2]
Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumber daya-sumber daya
organisasi) yang disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya
untuk proses produksi atau perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun untuk dijual.
Walaupun persediaan hanya merupakan suatu sumber dana yang menganggur, akan tetapi dapat
dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan.3[3]
Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan
perusahaan industri serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan
dihadapkan pada keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi
keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber
utama pendapatan perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan
kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.
Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan. Persediaan
barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual yang merupakan salah satu unsur
1[1] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 1, hlm.
3.

2[2] Carl S. Wareen, dkk., Prinsip-Prinsip Akuntansi, Ed. 19, Jil. 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999), hlm. 65.

3[3] J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, Manajemen Keuangan, Ed. 9, Jil. 1, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1989), hlm. 500.
yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan
industri. Penjualan barang dagangan merupakan sumber utama penghasilan bagi perusahaan,
karena sebagian besar sumber perusahaan tertanam dalam persediaan.

B.       Jenis-Jenis Persediaan


Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri pabrik (manufaktur),
persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi. Karena itu jenis-jenis
persediaan menurut Freddy Rangkuti berdasarkan jenis dan posisi barang, terdiri dari4[4]:
1.        Persediaan Bahan Baku (raw material stock)
2.        Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased parts/components)
3.        Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock)
4.        Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process stock)
5.        Persediaan Barang Jadi (finished good stock)
Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut:
1.        Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti
besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
2.        Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan
barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain,
dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3.        Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang-barang yang
diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4.        Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu persediaan barang-barang yang
merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi
suatu bentuk, tetapi masih perlu di proses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5.        Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan  barang- barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim pada langganan.
Jenis-jenis persediaan dalam suatu perusahaan menurut fungsinya dapat dibedakan atas5[5]:

4[4] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, hlm. 8

5[5] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, hlm. 10.


1.        Bath Stock/Lot Size Inventory adalah persediaan yang diadakan karena kita membeli atau
membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang
dibutuhkan pada saat itu.
Keuntungannya:
a.         Potongan harga pada harga pembelian.
b.         Efisiensi produksi.           
c.         Penghematan biaya angkutan.
2.        Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3.        Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk
menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.

C.       Tingkat Perputaran Persediaan


Macam persediaan, tergantung jenis perusahaan (bahan baku, barang dalam proses, barang
jadi, suku cadang dan lain-lain). Pada perusahaan manufaktur umumnya mempunyai 3 jenis
persediaan yaitu:
1.        Bahan baku/material.
2.        Barang dalam proses (barang setengah jadi).
3.        Barang jadi.

Secara umum besar-kecilnya inventory tergantung pada beberapa faktor, yaitu:


1.        Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan datang.
2.        Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi pembelian yang tinggi menyebabkan
jumlah inventory menjadi lebih kecil untuk 1 periode pembelian.
3.        Jumlah dana yang tersedia.
4.        Daya tahan material
Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah:
1.        Bahan baku, dipengaruhi oleh: perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkan
pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan produksi.
2.        Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu waktu yang dibutuhkan sejak
saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi.
3.        Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan.
Tingkat perputaran persediaan barang dagangan:
Penjualan Bersih
Inventory Turnover = = ......
kali
Persediaan Rata-rata

 
Penjualan Bersih
Inventory Turnover = _________________________ = ...... kali
Persediaan Rata-rata

Atau
Harga Pokok Penjualan
= ________________________________________ = ...... kali
Persediaan Rata-Rata

Harga Pokok Penjualan


= ________________________________________ = ...... kali
Persediaan Rata – Rata
Persediaan Awal + Persediaan Akhir tahun

Persediaan Awal + Persediaan Akhir Tahun


Persediaan Rata-Rata = ______________________________________
2
Persediaan Rata-rata =
2
365 Hari
Hari Rata – rata Barang di simpan digudang = ----------------------------------
365 Hari
Hari Rata-Rata Barang di simpan di gudang =
----------------------------------
Inventory Turnover

Inventory Turnover

Contoh Soal
Diketahui Persediaan Barang per tanggal 31 Desember tahun 2009 sebesar Rp.
100.000.000,- dan persediaan barang per tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp. 150.000.000,-.
Dalam laporan laba rugi tahun 2009, diperoleh data penjualan sebesar 315.000.000,-. Hitunglah
berapa kali perputaran persediaan di gudang?
Jawab:
100.000.000,- + 150.000.000,-
Persediaan Rata – rata = ----------------------------------------
2
= 125.000.000,-

Penjualan Bersih
Perputaran Persediaan = -------------------------
Rata- rata persediaan

315.000.000,-
Perputaran Persediaan = ------------------
125.000.000,-
= 2,52 kali

365 hari
Rata-Rata Barang di gudang = ----------- = 144, 84 hari sekali dalam setahun
2,52 kali

D.      Biaya Persediaan


Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan sebagian lainnya merupakann
biaya tetap. Biaya inventory yang bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena
adanya perubahan jumlah inventory yang ada di dalam gudang. Biaya tersebut akan naik kalau
kita meningkatkan jumlah persediaan yang disimpan. Adapun jenis biaya ini antara lain dalam
bentuknya biaya modal yang ditanamkan dalam persediaan tersebut, biaya asuransi persediaan,
biaya atau upah buruh yang mengurusi penerimaan barang.6[6]
Adapun biaya inventory yang bersifat tetap adalah elemen-elemen biaya inventory yang
relatif tetap dalam jumlah totalitasnya dalam jangka pendek dengan tidak memandang adanya
variasi yang normal dan jumlah persediaan yang disimpan, misalnya depresiasi/penyusutan
ruangan yang digunakan, biaya pemeliharaan gudang, pajak, pemanasan, buruh penjaga gudang. 7
[7]
Ada 3 macam biaya yang berhubungan dengan inventory yaitu:
1.        Ordering cost (biaya pesan dan pemasaran)
Contohnya: biaya pemesanan, set up cost, biaya pengiriman dan penangannya (bongkar-muat),
potongan harga karena jumlah pembelian besar.
2.        Carrying cost (biaya penyimpanan)
Contohnya: biaya gudang, asuransi, pajak kekayaan, biaya modal, penyusutan.
3.        Biaya persediaan pengaman
Contohnya: kehilangan penjualan, kehilangan kepercayaan pelanggan, gangguan jadwal
produksi.

E.       Economical Order Quality


Economical order quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh
dengan biaya yang mininmal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembeliaan yang optimal.
Dalam menentukan besarnya jumlah pembelian yang optimal ini kita hanya memperhatikan
biaya variabel dari penyediaan persediaan tersebut, baik biaya variabel yang sifat perubahannya
searah dengan perubahan jumlah persediaan yang dibeli/disimpan maupun biaya variabel yang
sifat perubahannya berlawanan dengan perubahan jumlah inventory tersebut.8[8]

Biaya variabel dari inventory pada prinsipnya dapat digolongkan dalam:

6[6] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Ed. 4, (Yogyakarta: BPFE,


2013), Cet. 13, hlm. 78.

7[7] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 78.

8[8] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 78.


1.        Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan, yang kini sering dinamakan
“procurement costs” atau “set-up costs”.
2.        Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya “average inventory” yang biasa disebut
“storage” atau “carrying costs”.
Cara menentukan besarnya EOQ
EOQ =
R = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhan selama satu periode tertentu, misalnya 1 tahun.
S = Biaya pesanan setiap kali pesan.
P = Harga pembelian per unit yang dibayar.
I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang dinyatakan dalam persentase dari nilai rata-rata
dalam rupiah dari persediaan.
Syarat utama dalam metode economical order quality (EOQ), adalah:
1.        Harga pembelian bahan per unitnya konstan.
2.        Setiap saat kita membutuhkan bahan mentah selalu tersedia di pasar.
3.        Jumlah produksi yang menggunakan bahan mentah tersebut stabil yang ini berarti kebutuhan
bahan mentah tersebut relatif stabil sepanjang tahun.
Contoh soal
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang (carrying cost) adalah 40% dari nilai
average inventory. Biaya pesanan (procurement cost) adalah Rp. 15,00 setiap kali pesanan.
Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun sebanyak 1,200 unit dengan harga Rp. 1,00 per
unitnya.
Jawab

EOQ = = = = 300 unit


Dengan demikian cara pembelian yang paling ekonomis ialah pembelian bahan sebanyak
300 unit setiap kali pesanan, yang ini berarti bahwa kebutuhan material sebanyak 1.200 unit
selama 1 tahun akan dipenuhi dengan 4 kali pesanan 300 unit.
Selain menggunakan rumus diatas, kita dapat juga menetapkan besarnya EOQ berdasarkan
besranya biaya penyimpanan per unit, yaitu dengan menggunakan rumus:
EOQ =

C = besarnya biaya penyimpanan per unit.


Contoh:
Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun = 1.600 unit. Biaya pesanan sebesar Rp.
100,00 setiap kali pesanan. Biaya penyimpanan per unit = Rp. 0,50. Besarnya EOQ adalah ?

EOQ = = = 800 unit

F.       Reorder Point


Reorder Point adalah saat atau titik di mana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa
sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu di mana
persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Dengan demikian diharapkan datangnya
material yang dipesan itu tidak akan melewati waktu sehingga akan melanggar safety stock.
Dalam penentuan reorder point haruslah kita memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1.        Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement leadtime).
2.        Besarnya safety stock.

Cara menentukan Reorder Point


1.        Menetapkan jumlah penggunaan selama “lead time” dan ditambah dengan persentase tertentu.
Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama “lead time” dan
ditetapkan bahwa “lead time”-nya adalah 5 minggu, sedangkan kebutuhan material setiap
minggunya adalah 40 unit.
Reorder Point = (5 x 40) + 50% (5 x 40)
= 200 + 100
= 300 unit
2.        Dengan menetapkan penggunaan selama “lead time” dan ditambah dengan penggunaan selama
periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 minggu.
Reorder Point = (5 x 40) + (4 x 40)
= 200 + 160
= 360 unit
Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan bahwa “reorder point”-nya adalah pada
jumlah 360 unit, yang ini berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan
tinggal 360 menit. Apabila pesanan, baru dilakukan sesudah persediaan tinggal 300 unit, maka
ini berarti bahwa pada saat barang yang dipesan datang, perusahaan terpaksa sudah mengambil
material dari safety stock sebesar 60 unit. Pada waktu barang yang dipesan persediaan dalam
gudang tinggal 100 unit (300 - 200), padahal safety stock telah ditetapkan sebesar 160 unit.
Dengan demikian safety stock di sini sudah terlanggar. Apabila pesanan sudah dilakukan pada
waktu persediaan sebesar 360 unit, maka pada waktu barang yang dipesan datang, persediaan di
dalam gudang masih 160 unit (yaitu 360 - 200), persis sama besarnya dengan baesranya safety
stock, yang ini berarti bahwa safety stock tidak terlanggar.9[9]

9[9] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 84.


III.               PENUTUP
A.      Kesimpulan
Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan
perusahaan industri serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan
dihadapkan pada keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi
keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber
utama pendapatan perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan
kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.
Jenis-jenis persediaan berdasarkan jenis dan posisi barang, terdiri dari: Persediaan Bahan
Baku (raw material stock), Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased
parts/components), Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock), Persediaan
Barang Setengah Jadi (work in process stock), Persediaan Barang Jadi (finished good stock).
Sedangkan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan atas: Bath Stock/Lot Size Inventory,
Fluctuation Stock dan Anticipation Stock.
Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan sebagian lainnya merupakann
biaya tetap. Biaya inventory yang bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena
adanya perubahan jumlah inventory yang ada di dalam gudang. Adapun baiya inventory yang
bersifat tetap adalah elemen-elemen biaya inventory yang relatif tetap dalam jumlah totalitasnya
dalam jangka pendek dengan tidak memandang adanya variasi yang normal dan jumlah
persediaan yang disimpan.
DAFTAR PUSTAKA

Freddy, Rangkuti. Manajemen Persediaan. Cet. 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Ed. 4. Cet. 13. Yogyakarta: BPFE, 2013.

Wareen, Carl S. dkk. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Ed. 19. Jil. 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. Manajemen Keuangan. Ed. 9. Jil. 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1989.

Anda mungkin juga menyukai