kita mengetahui apa itu manajemen pemasaran, baik itu meliputi bentuknya, seluk beluknya
dan juga manfaatnya
Dalam
JENIS-JENIS PERSEDIAAN
Jenis persediaan setiap perusahaan tidaklah sama karena setiap perusahaan
membutuhkan bahan persedian bergantung pada aktivitas produksi yang dikerjakan. Namun,
secara teori persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan atas:
1. Jenis Persediaan Menurut Fungsinya
a. Bacth Stock/Lot Size Inventory
Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahanbahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar yang dibutuhkan
pada saat itu. Jadi, dalam hal ini pembelian atas pembuatan yang dilakukan
dalam jumlah besar sedangkan penggunaan atau pengeluarannya dalam jumlah
kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan barang atau bahan yang
dilakukan lebih banyak lagi yang dibutuhkan. Keuntungan yang akan
diperoleh dari adanya Bacth Stock/Lot Size Inventory ini adalah :
b. Fluctuation Stock
Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan
persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Apabila tingkat
permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan
fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan yang dibutuhkan
sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan
tersebut.
c. Anticipation Stock
Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun
dan untuk menghadapi penggunaan/penjualan atau permintaan yang
meningkat. Disamping itu, menurut Rangkuti Freddy dalam buku Manajemen
Persediaan, anticipation stock juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan
sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya
produksi atau untuk menghindari kemacetan produksi.
barang
setengah
jadi/barang
dalam
proses
(Works
in
Biaya transportasi
Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost),
yaitu surat menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan
peralatan.
Barang Musiman
Dimana:
Q = Kuantitas Pesanan
S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi Pemesanan
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
Biaya TCC ini mencakup sewa gudang, pemeliharaan barang didalam gudang,
modal yang tertanam dalam inventori, pajak dan ansuransi. Besarnya biaya
TCC dapat diperhitungkan dengan dua cara yaitu berdasarkan presentasi
tertentu dari nilai Inventori rata-rata dan berdasarkan biaya perunit barang
yang disimpan (dari jumlah rata-rata).
b. Total Biaya Pemesanan ( Total Ordering Cost / TOC)
Biaya pemesanan persediaan dalam bersifat variabel terhadap frekuensi
pesanan yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:
Dimana :
Q = Kuantitas Pesanan
S = Penjualan Tahunan
F = Biaya Tetap
Dimana :
Q = Kuantitas Pesanan
S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi Pemesanan
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut
perlu dibeli kembali Replenishment Cycle.
EOQ =
Dimana :
F = Biaya Tetap
S = Penjualan Tahunan
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
Model EOQ tidak lepas dari beberapa asumsi agar perhitungannya akurat. Berikut ini
beberapa asumsi mengenai model EOQ:
Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dulu secara
pasti untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode.
Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau
diatas safety stock.
Metode EOQ
dinamakan Analisis ABC. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang
sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi. Adapun langkah-langkah atau
prosedur klasikasi barang dalam analisis ABC adalah sebagai berikut:
a. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.
b. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
c. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai
uang dari masing-masing tipe barang.
d. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan
pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
e. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
f. Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
g. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai
uang barang.
h. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat
kepentingan masalah.
5. Model Just In Time (JIT)
Salah satu metode untuk mengendalikan persediaan yang modern adalah metode Just
In Time atau bisa disebut juga JIT. Metode ini bertujuan untuk meminimalkan biaya
persediaan karena menggunakan metode JIT setiap pemesanan dari konsumen akan
langsung di produksi. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada
tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan
untuk tujuan pelaporan keuangan. Rumusan JIT yang digunakan adalah:
Pengawasan Persediaan
Dimana :
= Unit produk yang harus dijual untuk
mencapai laba tertentu
I = Laba Sebelum Pajak
= Total Biaya Tetap
= Jumlah kuantitas Non Unit
= Biaya Variable Non Unit
= Biaya Variable per unit
P = Harga Jual per unit
Hakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan sampai
produk jadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai, dan biaya.
Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses,
dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan bahan pembantu dimulai dari
bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian bahan dalam proses produksi;
pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan, keuangan, kehilangan, dan tingkat
perputaran), biayanya, dan nilainya dala bentuk satuan uang.
Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk hilang
dalam proses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana penjualan,
jadwal pengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu (bahan baku, bahan
pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah persediaannya secara fisik harus
dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan. Kekurangan persediaan bahan
baku dan bahan pemabantu dapat mengakibatkan proses produksi terganggu, dan kekurangan
persediaan barang jadi akan mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan konsumen.
Sebaliknya jika terjadi kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yang ditanamkan
dalam persediaan tersebut besar, dan biaya modalnya besar.