Anda di halaman 1dari 18

PeRAMALAN KEUANGAN

(Tugas Kelompok Manajemen Keuangan)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

1. Nelly Fitria (1601103010079)


2. Firzatullah (1601103010083)
3. Arfini Lestari (1601103010085)
4. Nurjannah (1601103010087)
5. Maulana Mandar Daeng M. (1601103010090)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2017
PERAMALAN KEUANGAN

Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen, berhasil atau


gagalnya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bergantung pada perencanaan.
Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi
mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan adalah proses penyusunan tujuan-
tujuan perusahaan dan pemilihan tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Supriyanto, 1994:4).

Perencanaan keuangan adalah salah satu cara memikirkan masa depan


secara sistematis dan mengantisipasi kemungkinan masalah sebelum masalah itu
terjadi. Perencanaan keuangan merupakan aspek penting dari operasi dan sumber
penghasilan perusahaan karena memberikan petunjuk yang mengarahkan,
mengkoordinasikan dan mengontrol kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan.
Dua aspek penting dalam proses perencanaan keuangan : (1) Perencanaan uang
tunai, meliputi persiapan dari penyusunan budget kas perusahaan. (2) Perencanaan
laba, perencanaan laba perusahaan yang dibuat dalam bentuk laporan keuangan
proforma. Kedua hal tersebut tidak hanya berguna bagi perencanaan keuangan intern
tetapi juga dibutuhkan bagi pemberi pinjaman baik sekarang maupun yang akan
datang.(Sundjaja dan Barlian, 2003:162)

Langkah awal dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan perencanaan


keuangan adalah peramalan penjualan, yaitu merupakan ramalan unit dan nilai
uang penjualan suatu perusahaan. Penyusunan perencanaan keuangan apabila
disajikan dengan benar, maka informasi tersebut akan berguna bagi pihak
manajemen perusahaan dalam rangka pengembangan usaha yang dilakukan.
Apabila perencanaan keuangan dilakukan secara tepat maka pihak manajemen
perusahaan mampu untuk berusaha secara maksimal dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan keuangan berhubungan dengan masa depan yang penuh


dengan ketidakpastian. Kepala bagian finansial harus selalu mengadakan forecasting
(peramalan dan pengiraan) terhadap masa yang akan datang tersebut dengan tepat,
meliputi perencanaan finansial jangka panjang (long range financial planning) dan
perencanaan-perencanaan jangka pendek (short range financial planning). Salah satu
keuntungan yang diperoleh dari adanya perencanaan finansial adalah
dihindarkannya pemborosan-pemborosan yang diakibatkan oleh adanya aktivitas
yang sangat kompleks. (Gitosudarmo dan Basri, 1999:265)

Perusahaan-perusahaan yang dijalankan dengan baik umumnya


mendasarkan rencana operasi mereka pada seperangkat ramalan laporan keuangan.
Proses perencanaan itu dimulai dengan ramalan penjualan untuk masa limat tahun
mendatang atau lebih. Kemudian aktiva yang dibutuhkan untuk memenuhi target
penjualan itu ditentukan, dengang keputusan diambil dengan mempertimbangkan
bagaimana kativa yang dibutuhkan itu akan dibiayai. Pada tahap tersebut, laporan
rugi dan neraca dapat diproyeksikan, sehingga laba, dividen per saham, serta rasio-
rasio utama dapat diramalkan.

Dimensi perencanaan keuangan

1. Planning horizon
Penting bagi pihak manajemen perusahaan untuk berpikir tentang masa
yang akan datang berdasarkan dimensi waktu, yaitu jangka pendek dan
jangka panjang.
2. Aggregation
Dalam menyusun rencana keuangan, semua proyek dan investasi yang
akan dilakukan perusahaan digabungkan untuk menentukan jumlah
investasi yang diperlukan.

A. Bentuk Perencanaan Keuangan


a. Neraca

Menurut Fress dan Warren (1992:25), neraca adalah: “Suatu daftar aktiva,
kewajiban dan modal pemilik perusahaan pada tanggal tertentu yang biasanya pada
tanggal terahir suatu bulan atau tahun”. Jadi tujuan neraca adalah untuk
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu,
biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir
tahun fiskal atau tahun kelender, sehingga neraca sering disebut balance sheet.

Pengertian-pengertian tersebut diatas menunjukkan bahwa posisi keuangan


perusahaan yang dimaksud adalah keadaan asset (harta) yang dimililki perusahaan
dan juga sumber-sumber dari mana asset diperoleh baik dari liabilities (hutang) dan
owner’s equity (modal sendiri). Neraca (balance sheet) merupakan laporan keuangan
yang menggambarkan besar kecilnya asset (harta), liabilities (hutang) dan modal
perusahaan pada suatu saat tertentu yaitu pada saat neraca tersebut disusun yaitu
pada waktu dimana buku-buku fiskal atau tahun kalender.

Kegunaan dari neraca menurut Kieso dan Weygandt (1995:252) adalah


untuk:

1. Perhitungan tingkat pengembalian.


2. Pengevaluasian struktur modal perusahaan
3. Penilaian likuiditas dan fleksibilitas dari keuangan tersebut.

Artinya bahwa untuk mengadakan pertimbangan tertentu atas resiko


perusahaan dan untuk menilai arus kas masa depan, seseorang harus menganalisa
neraca dan menentukan likuiditas perusahaan dan fleksibilitas keuangan.

b. Laporan Laba Rugi


Laporan rugi laba merupakan suatu laporan sistematis tentang pendapatan/
hasil usaha, beban, laba perusahaan atau rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu. Menurut Keiso dan Waygandt (1995:177), perhitungan laba
rugi adalah: “Laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu
periode waktu tertentu.” Pentingnya perhitungan laba rugi karena beberapa alasan,
alasan utamanya adalah bahwa laporan yang membantu mereka dalam meramalkan
jumlah, waktu dan ketidak pastian dari arus kas masa depan. Ramalan yang akurat
akan arus kas masa depan membantu investor untuk menilai ekonomi perusahaan
dan kreditur sehingga dapat menentukan profitabilitas dari pembayaran kembali
sahamnya terhadap perusahaan.
Perhitungan laba rugi membantu pemakai laporan keuangan untuk
meramalkan arus kas masa depan dalam beberapa cara yang berbeda (Keiso dan
Waygandt, 1995:179)

 Investor dan kreditor dapat menggunakan informasi pada perhitungan


laba rugi untuk mengevaluasi prestasi masa lalu perusahaan. Keberhasilan
pada masa yang akan datang kecenderungan penting dapat ditentukan.
Artinya jika suatu korelasi antara prestsi masa lalu dan masa depan dapat
diasumsikan, maka prediksi atas arus kas masa depan dapat dibuat dengan
kenyakinan tertentu.
 Perhitungan laba rugi membantu pemakai menentukan resiko (tingkat
ketidakpastian) dari tidak mencapai arus kas tertentu. Informasi mengenai
berbagai komponen laba pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian
menyoroti hubungan di antara berbagai komponen ini. Komponen ini
memungkinkan seseorang, misalnya untuk menilai secara lebih baik
perubahan dalam permintaan akan produk suatu perusahaan terhadap
penetapan beban.

B. Manfaat Perencanaan Keuangan:

Mengacu pada Stanley B. Block dan Geofrrey A. Hirt (2002), bahwa manfaat
perencanaan keuangan adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan sebelum pembuatan keputusan mengenai


keuangan.
2. Sebagai dasar penilaian mengenai apakah rencana yang akan dijalankan
oleh suatu perusahaan memiliki prospek yang baik atau tidak.
3. Sebagai standar mengenai kinerja keuangan yang akan mendatang.

C. Model Perencanaan Keuangan


1. Memproyeksikan laporan keuangan dan menggunakannya untuk
menganalisis dampak dari rencana operasi terhadap proyeksi laba dan
berbagai rasio keuangan.
2. Menentukan dana yang dibutuhkan untuk mendukung rencana lima
tahunan.
3. Meramalkan ketersediaan dana selama lima tahun ke depan.
4. Menetapkan dan menjaga suatu sistem pengendalian yang mengatur
alokasi dan penggunaan dana di dalam perusahaan.
5. Mengembangkan prosedur guna menyesuaikan rencana dasar jika
ramalan ekonomi yang mendasari rencana tersebut tidak terjadi.
6. Menetapkan suatu sistem kompensasi manajemen berbasis kinerja.

Menurut Brigham dan Huston, (1999:117) proses perencanaan keuangan


dimulai dengan:

1. Ramalan Penjualan

Ramalan penjualan (sales forecast) umumnya dimulai demgam tinjauan atas


penjualan lima atau sepuluh tahun yang lalu, yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk grafik pertumbuhan penjualan untuk 5 tahun terakhir (Brigham dan
Houston, 1999:117). Ramalan penjualan dibuat dengan mencoba mengukur volume
penjualan di masa yang akan dating. Pengukuran tersebut dapat dilakukan secara
kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran secara kualitatif biasanya menggunakan
metode statistic dan matematik, sedangkan pengukuran secara kualitatif biasanya
menggunkan judgement/pendapatan

Ada enam faktor yang dipertimbangkan dalam mengembangkan ramalan


penjualan:

1. peramalan divisi-divisi yang dibuat berdasarkan pertumbuhan historis untuk


menghasilkan ramalan “taksiran pertama” atas penjualan perusahaan.
2. Peramalan tingkat aktivitas ekonomi disetiap wilayah pemasaran peusahaan.
3. Memperhatikan kemungkinan pangsa pasar perusahaan dalam setiap
wilayah distribusi. Pertimbangan dberikan pada faktor-faktor seperti
kapasitas produksi dan distribusi perusahaan, kapasitas para pesaing,
pengenalan produk baru yang direncanakan oleh perusahaan atau para
pesaing, dan potensi perubahan alokasi rak-rak barang, yang merupakan
faktor vital untuk penjualan makanan.
4. Memperhitungkan pengaruh inflasi terhadap harga produk-produk
perusahaan.
5. Kampanye iklan, potongan harga untuk promosi, syarat penjualan kredit, dan
sebagainya yang juga mempengaruhi penjualan.
6. Berbagai ramalan dibuat untuk setiap divisi baik secara total maupun
berdasarkan setiap jenis produk. Ramalan penjualan atas masing-masing
produk dijumlahkan dan jumlah ini akan dibandingkan dengan ramalan atas
divisi secara keseluruhan. Dan perbedaannya direkonsiliasikan dan hasil
akhirnya berupa ramalan penjualan untuk perusahaan secara keseluruhan,
yang disertai perincian untuk divisi masing-masing produk.

Jika ramalan penjualan tersebut menyimpang, konsekuensinya dapat sangat


berpengaruh. Pertama, jika pasar berkembang lebih besar daripada yang
diperkirakan, perusahaan tidak akan mampu memenuhi permintaan. Pelanggan
akhirnya akan membeli produk dari perusahaan pesaing dan perusahaan akan
kehilangan pangsa pasar. Dilain pihak, jika proyeksinya terlalu optimis, perusahaan
dapat memiliki terlalu banyak pabrik, peralatan, dan persediaan. Ini berarti rasio
perputaran menjadi rendah, biaya penyusutan dan penyimpanan akan berlebihan,
dan mungkin perlu dilakukan penghapusan atas persediaan dan peralatan yang
sudah usang. Semua ini akan mengakibatkan laba yang rendah, tingkat
pengembalian yang rendah atas ekuitas, dan harga saham perusahaan yang
merosot. Jadi, ramalan penjualan yang tepat sangat menentukan profitabilitas.

2. Peramalan laporan Keuangan: Metode Rasio Konstan

Suatu metode untuk meramalkan laporan keuangan dan kebutuhan keungan


di masa mendatang, dengan asumsi rasio-rasio keuangan tertentu akan tetap
konstan. Langkah-langkah dalam prosedur metode rasio konstan:

1. Meramalkan Laporan Laba Rugi


Laporan rugi laba untuk tahun mendatang diramalkan untuk
mendapatkan suatu estimasi atas laba yang dilaporkan dan jumlah laba yang
ditahan yang akan dihasilkan perusahaan selama tahun trsebut. Hal ini
memerlukan asumsi-asumsi tentang risiko biaya operasi, tarip pajak, beban
bunga dan rasio pembayaran dividen. Dalam kasus yang paling sederhana,
dibuat asumsi bahwa biaya akan naik dengan laju yang sma sejalan dengan
kenaikan penjualan dalam situasi yang lebih rumut, biaya-biaya tertentu akan
diramalkan secara terpisah. Namun, tujuan utana dari peramalan ini adalah
untuk menentukan beberapa banyak laba yang akan diperoleh perusahaan
dan tahun untuk diinvestasikan kembali dlam tahun yang diramalkan.
2. Meramalkan Neraca
Jika penjualan dinaikkan, maka aktivitasnya harus tumbuh. Karena
perusahan beroperasi pada kapasitas yang penuh, maka setiap pos aktivitas
harus ditambah jika ingin penjualan yang lebih tinggi untuk dicapai. Lebih
banyak kas yang dibutuhkan untuk transaksi, penjualan yang lebih tinggi
akan menyebabkan piutang yang lebih besar, persediaan tambahan harus
disimpan, dan pabrik serta peralatan baru harus bitambah.
Jika aktiva ditambah, kewajiban dan ekuitasnya juga harus dinaikkan-
dana aktiva tambahan itu harus dibiayai. Dana yang dihasilkan secara
spontan (dana yang diperoleh secara otomatis dari transaksi bisnis yang
rutin) akan disediakan oleh utang usaha dan pos-pos akrual. Sebagai contoh,
jika penjualan meningkat, perusahaan akan membeli bahan baku, dan
pembelian yang lebih besar ini secara spontan akan memperbesar utangg
usaha. Demikian pula, tingkat operasi yang lebih tinggi akan membutuhkan
lebih banyak tenaga kerja, sementara penjualan yang lebih tinggi akan
menghasilkan laba kena pajak yang lebih tinggi. Karena itu, upah dan pajak
yang masih harus dibayar juga akan naik. Secara umu pos-pos kewajiban
yang spontan ini akan naik dengan lajuyang sama seperti pada pejualan.
Laba ditahan juga akan naik, tetapi tidak dengan laju yang sama
seperti pada penjualan: saldo laba ditahan yang baru akan menjadi jumlah
yang lama ditambah dengan penambahan pada laba ditahan, yang dihitung
dalam wesel bayar, obligasi jangka panjang, saham preferen dan saham biasa
juga tidak naik secara spontan mengikjti penjualan-sebaliknya, tingkat yang
diproyeksikan untuk pos-pos ini tergantung pada pembiayaannya.
Sehingga dapat disimpulkan, (1) penjualan yang lebih tinggi harus
didukung oleh penambahan aktiva, (2) kenaikan sebagian aktiva dapat
dibiayai oleh kenaikan spontan dalam utang usaha dan pos-pos akrual serta
laba ditahan, dan (3) setiap kekurangan harus dibiayai oleh sumber-sumber
eksternal, dengan menggunakan kombinasi dari utang dan saham preferen
atau saham biasa.
Karena neraca harus seimbang, maka jika nilai aktiva lebih besar dari
pembelanjaannya, maka harus ada daba tambahan yang diperlukan. AFN
(additional funds needed) dana tambahan yang diperlukan adalah dana yang
harus diperoleh perusahaan secara eksternal melalui pinjaman atau dengan
menjual saham biasa atau saham preferen baru.

3. Mendapatkan Dana Tambahan yang Diperlukan

Staf keuangan akan mendasarkan keputusan bauran keuangan


(financial mix) pada beberapa faktor, termasuk struktur modal perusahaan
yang ditargetkan, pengaruh pinjaman jangka pendek pada rasio lancar,
kondisi pasar utang dan ekuitas, dan pembatasan yang berlakudalam
perjanjian utang yang sudah ada. Setelah memepertimbangkan semua faktor
yang relevan, kemudian akan memutuskan bauran pembiayaan untuk
mendapatkan jumlah tambahan.

Umpan Balik Pembiayaan

proyeksi laporan keuangan tidak mencerminkan kenyataan bahwa


bunga harus dibayar atas utang yang digunkan untuk membantu membiayai
AFN dan dividen harus dibayar atas saham yang diterbitkan untuk
memperoleh bagian ekuitas dari AFN. Pembayaran ini akan menurunkan
laba bersih dan laba ditahan yang diperlihatkan dalam laporan-laporan yang
diproyeksikan tersebut. Kita dapat memperhitungkan “pengaruh umban
balik” ini dengan menambahakan kemudian mengadakan penyesuaian. Yang
melibatkan perhitungan aritmatik.

Analisi Ramalan

Menganalisis laporan-laporan proyeksi untuk menentukan apakah


ramalan tersebut memenuhi target-target keuangan perusahaan seperti yang
dikemukakan dalam rencana keuangan jangka 5-10 tahun kedepan. Jika
laporan-laporan tersebut tidak memenuhi target, maka elemen-elemen
ralaman yang sebelumnya harus diubah.

Peramalan adalah sebuah proses yang berulang, baik dalam cara


laporan keuangan dihasilkan maupun dalam cara rencana keuangan
dikembangkan. Untuk tujuan perencanaan, staf keungan mengembangkan
ramalan pendahuluan berdasrakan kebijakan dan kecenderungan masa lalu
yang berkelanjutan. Hal ini merupakan suatu titik awal, atau ramalan
“baseline”. Kemudial model tersebut dimodifikasi untuk melihat bagaimana
pengaruh rencana operasi alternatif pada laba dan kondisi keungan
perusahaan. Ini akan menghasilkan ramalan yang revisi. Rencana operasi
alternatif ini kemudian diteliti dalam berbagai skenario laju pertumbuhan
penjualan, dan model ini digunakan untuk mengevaluasi kebijakan dividen
maupun keputusan struktur modal.

Model tersebut juga dapat digunakan untuk menganalisis alternatif


kebijakna modal kerja-yakni, untuk melihat pengaruh perubahan dalam
manajemen kas, kebijakan kredit, kebijakan persediaan, dan penggunaan
berbagai jenis kredit jangka pendek.

3. Rumus AFN

Suatu perusahaan dapat menentukan dana tambahan yang diperlukan (AFN =


additional funds needed) dengan cara:
1. mengestimasi jumlah aktiva baru yang diperlukan untuk mendukung tingkat
penjualan yang diramalkan.
2. mengurangi jumlah tersebut dengan dana spontan yang akan dihasilkan
opersi.

Sebagian besar perusahaan meramalkan kebutuhan modal mereka dengan


menyusun laporan laba rugi dan neraca pro forma. Jika rasio-rasio diperkirakan
konstan, kebutuhan keuangan dapat diramalkan dengan.

𝐴𝐹𝑁 = (𝐴∗ ⁄𝑆0 )∆𝑆 − (𝐿∗ ⁄𝑆0 )∆𝑆 − 𝑀𝑆1 (1 − 𝑑)

𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛


𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛
( )=( )− ( ) − ( 𝑙𝑎𝑏𝑎 )
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎
𝑠𝑝𝑜𝑛𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛

Keterangan:

AFN : Dana tambahan yang diperlukan

A* : Total aktiva yang harus naik jika penjulan A dinaikkan (A* tidak sama
dengan A)

S0 : penjualan selama tahun lalu

A*/S0 : Persentase kenaikan aktiva yang diperlukan terhadap kenaikan


penjualan.

L* : Kewajiban yang naik secara spontan (L* lebih kecil dari total kewajiban
L).

L*/S0 : Kewajiban yang naik secara spontan sebagai persentase dari penjualan,
atau dana pembiayaan yanng dihasilakan secara spontan untuk setiap
keinakan $1 dalam penjualan.

S1 : Total penjualan yang diproyeksikan untuk tahun berikutnya.

∆𝑆 : perubahan penjualan = S1 – S0

M : Marjin laba, atau besarnya laba untuk setiap $1 penjualan.

d : Persentase laba yang dibagikan sebagai dividen, atau rasio pembagian


dividen.
Hubungan Antara Pertumbuhan Penjualan Dan Kebutuhan Keuangan

Makin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, makin besar pula


kebutuhannya akan tambahan pembiaya. Adapun hubungan tersebut yaitu
meliputi:

 Kelayakan keuangan.

Pada tingkat pertumbuhan yang rendah, perusahaan tidak membutuhkan


pembiayaan eksternal, bahkan kas surplus. Akan tetapi perusahaan tersebut tumbuh
lebih pesat maka modal dari sumber eksternal harus diusahakan. Selanjutnya makin
cepat tingkat pertumbuhan, makin besar kebutuhan modal.

 Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebutuhan pembiayaan.

Kebijakan pembayaran deviden seperti tercermin pada rasio pembayaran


deviden juga mempengaruhi kebutuhan modal eksternal. Makin tinggi rasio
pembayaran deviden makin kecil penambahan laba yang ditahan, sehingga makin
besar pula modal eksternal yang diperlukan

 Kepadatan modal.

Jumlah aktiva yang diperlukan untuk setiap dolar penjualan yaitu sering
disebut rasio kepadatan modal (capital intensity ratio). Rasio ini berpengaruh besar
terhadap kebutuhan modal. Jika rasio kepadatan modal rendah, penjualan bisa
tumbuh pesat tanpa terlalu banyak modal dari luar. Akan tetapi jika perusahaan
bersangkutan padat modal, pertumbuhan yang kecil sekalipun akan memerlukan
sejumlah besar modal dari luar.

 Marjin laba.

Marjin laba merupakan determinan penting dalam persamaan kebutuhan


modal, makin tinggi marjin makin rendah kebutuhan akan dana. Dalam bentuk
grafik suatu kenaikan dalam marjin menyebabkan garis persamaan kebutuhan
modal akan menurun.
4. Meramalkan Kebutuhan Keuangan Apabila Rasio-rasio Neraca
Berubah

Rumus AFN dan metode proyeksi laporan keuangan yang kita gunakan
mengansumsikan rasio-rasio aktiva dan kewajiban terhadap penjualan tetap konstan
sepanjang waktu. Dengan demikian diperlukan asumsi bahwa setiap pos aktiva dan
kewajiban akan naik “spontan” sesuai dengan tingkat kenaikan penjualan.

Asumsi mengenai rasio yang konstan dan pertumbuhan yang sama kadang-
kadang tepat, tetapi ada saat-saat dimana asumsi ini kurang begitu tepat. Tiga hal
tersebut adalah:

1. Skala Ekonomis
Terdapat penghematan dalam skala besar, yang terjadi dalam penggunaan
berbagai jenis aktiva, dan jika penghematan semacam itu terjadi, rasio-rasio
cenderung terus berubah seiring dengan makin besarnya perusahaan.
Sebagai contoh, perusahaan seringkali perlu mempertaankan sejumlah stok
dasar dari berbagai jenis persediaan, meskipun tingkat penjualan sangat
rendah. Dengan meningkatnya penjualan, persediaan tidak tumbuh secepat
kenaikan penjualan, sehingga rasio persediaan terhadap penjualan menurun.
Hubungan yang digunakan untuk menjelaskan skala ekonomis adalah
hubungan linear, tetapi hubungan nonlinear seringkali terjadi. Jika
perusahaan menggunakan suatu metode yang terkenal untuk menentukan
tingkat persediaan, kenaikan persediaan akan sebesar akar pangkat dua dari
penjualan.

2. Aktiva Bernilai Satuan Besar


Dalam banyak industri, pertimbangan teknologi memaksa perusahaan yang
bersaing untuk menambah aktiva tetap dalam jumlah satuan yang besar,
aktiva tersebut dikenal denngan “lumpy asset” (aktiva dengan nilai satuan
yang besar).aktiva yang tidak dapat dibeli sedikit demi sedikit tetapi harus diperoleh
dalam unit yang besar.
Lumpy asset berpengaruh besar pada rasio aktiva tetap/penjualan pada
berbagai tingkat penjualan, yang berarti juga pada kebutuhan keuangan.
Penambahan penjualan sekecil apa pun akan memerlukan kapasitas pabrik
dua kali lipat sehingga proyeksi kenaikan penjualan yang kecil sekalipun
akan menyebabkan kebutuhan keuangan yang sangat besar.
3. Kelebihan Aktiva Karena Kesalahan Peramalan
Memfokuskan pada tingkat atau proyeksi hubungan penjualan denngan
aktiva. Tetapi, penjualan yang sebenarnya seringkali berbeda dari proyeksi
penjualan, dan rasio aktiva/penjualan yang sebenarnya untuk periode
tertentu mungkin sangat berbeda dari rasio yang direncanakan.

5. Tehnik-tehnik Peramalan Lain

Jika ada dari kondisi-kondisi diatas yang berlaku (skala ekonomis,


kapasitas berlebih, atau lumpy asset), rasio A*/S0 tidak akan konstan, dan metode
peramalan dengan pertumbuhan konstan tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu,
teknik-teknik lain harus digunakan untuk meramalkan tingkat aktiva serta
kebutuhan pembiayaan tambahan yang diperlukan. Dua dari metode-metode lain
tersebut:

1. Regresi linier yang sederhana

Jika diasumsikan hubungan jenis aktiva tertentu dengan penjualan bersifat


linear, kita dapat menggunakan teknik regresi linear yang sederhana untuk
memperkirakan kebutuhan jenis aktiva tersebut pada setiap kenaikan penjualan.

Metode ini mencari hubungan regresi dari variabel dependen (semua pos
aktiva dan pasiva yang terkait dengan penjualan) dengan variabel independen
(tingkat penjualan) dan menyatakan hubungan tersebut dalam persamaan regresi
(Husnan, 1992).

Regresi adalah suatu model matematis yang dapat digunakan untuk


mengetahui pola hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan utama analisis
regresi adalah untuk membuat ramalan nilai suatu variabel (variabel dependen) jika
nilai variabel lainna (variabel independen) sudah ditentukan (Algifari, 1997 :112).
Untuk meramalkan nilai suatu variabel dependen bila variabel independen
diketahui digunakan persamaan garis regresi dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan :
Y = adalah variabel dependen
a = adalah intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)
b = adalah kemiringan (slope) kurva linier
X = adalah variabel independen

Berdasarkan persamaan di atas dapat digunakan untuk menaksir nilai Y,


jika nilai a, b, dan X diketahui. Nilai a merupakan nilai Y yang dipotong oleh kurva
linier pada sumbu vertikal Y (a adalah nilai Y, bila X = 0). Nilai b adalah kemiringan
(slope) kurva linier yang menunjukkan besarnya perubahan nilai Y sebagai akibat
perubahan setiap unit nilai X. Besarnya nilai a dan b konstan sepanjang kurva
linear.

Persamaan regresi digunakan untuk meramal nilai pos-pos tersebut untuk


masa yang akan datang. Dari sini dapat disusun neraca proforma untuk tahun yang
akan datang. Dengan mengurangkan total kewajiban dari total aktiva pada neraca
proforma ini, kebutuhan tambahan dana untuk tahun yang akan datang dapat
ditentukan.

2. Penyesuaian Kelebihan Kapasitas


Dalam kenyataannya, kapasitas penggunaan aktiva tetap tidaklah
sepenuhnya, misalnya hanya 96% penggunaan dari kapasitasnya.

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝/𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 = ( )( )
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝/𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Bila ada kelebihan kapasitas, penjulan dapat tumbuh sampai pada kapasitas
penjualan, seperti yang telah ditentukan, tanpa ada kenaikan apa pun pada aktiva
tetap. Tetapi, penjulanyang melampaui tingkat itu akan membutuhkan tambahan
aktiva tetap. Situasi yang sama dapat terjadi pada persediaan, dan tambahan yang
diperlukan akan ditentukan dengan cara yang tepat sama persis seperti yang telah
diterapkan untuk aktiva tetap. Secara teoritis, situasi yang sama dapat terjadi pada
jenis-jenis aktiva yang lain, namun dalam praktik, kelebihan kapasitas biasanya
terjadi pada aktiva tetap dan persediaan.
KESIMPULAN

Pembahasan ini menguraikan secara garis besar bagaimana perusahaan-perusahaan


menyusun proyeksi laporan keungan mereka dan menentukan kebutuhan modal.
Konsep-konsep penting yang disajikan adalah:

 Manajemen menetapkan target neraca berdasarkan analisis rasio.


 Peramalan keuangan umumnya diawali dengan meramalkan penjualan
perusahaan, dalam jumlah unit dan dalam nilai uang, untuk suatu periode
mendatang.
 Metode proyeksi laporan keuangan, aau pro forma dan metode rumus
digunakan untuk meramalkan kebutuhan keungan.
 Suatu perusahaan dapat menentukan dana tambahan yang diperlukan (AFN
= additional funds needed) dengan mengestimasi jumlah aktiva baru yang
diperlukan untuk mendukung tingkat penjualan yang diramalkan lalu
mengurangi jumlah tersebut denngan dana spontan yang akan dihasilkan
dari operasi. Kemudian perusahaan dapat merencanakan untuk
mendapatkan AFN dengan meminjam dari bank atau menerbitkan sekuritas,
atau keduannya.
 Makin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, makin besar
kebutuhannya akan tambahan pembiayaan. Demikian pula, makin besar rasio
pembayaran dividen, makin besar kebutuhannya akan dana tambahan.
 Penyesuaian harus dilakukan apabila terdapat skala ekonomis dalam
penggunaan aktiva, apabila ada kelebihan kapasitas , atau pabila aktiva harus
ditambahkan dalam satuan yang besar (lumpy asset).
 Regresi linier dan penyesuaian kelebihan kapasitas dapat digunakan untuk
meramalkan kebutuhan aktiva pada situasi dimana aktiva diperkirakan
untuk tidak bertumbuh pada laju yang sama seperti penjualan.

Jenis peramalan yang telah diuraikan penting karena beberapa alasan.


Pertama, jika proyeksi hasil-hasil operasi tidak memuaskan, manajemen dapat
“menyusunnya kembali”, merumuskan kembali rencana-rencananya, dan
menetapkan target yang lebih masuk akal untuk tahun yang mendatang. Kedua,
mungkin saja dana yang diperlukan untuk memenuhi ramalan penjualan tidak
dapat diperoleh; jika demikian, akan lebih baik jika diketahui sejak dini sehingga
tingkat operasi yang diproyeksikan dapat diturunkan daripada tiba-tiba kekurangan
uang kas dan operasi terpaksa harus berhenti secara mendadak. Dan ketiga,
sekalipun dana yang diperlukan dapat disediakan, namun akan lebih baik jika
penyediaannya direncanakan jauh sebelumnya.

DAFTAR REFERENSI

Brigham F. Eugene. Houston F. Joel. Manajemen Keuanngan. VOL.2. Jakarta:


Erlangga, 2001.

abdulgofar855.blogspot.co.id/2014/02/perencanaan-keuangan_7119.html

https://www.courshero.com/file/12263741/MKP-Bab-4/

Anda mungkin juga menyukai