Anda di halaman 1dari 14

PENGUKURAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

KELOMPOK 1
ANUGRAH ISMAIL PRATAMA 201910160311108
AHMAD RIFQI FATURRAHMAN 201910160311112
RAMADA AGVA ADYAKSA 201910160311134
YANDI KURNIA 201910160311133

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
MANAJEMEN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena
persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos
aktiva lancer. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan,
menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai
“opportunity cost” yang lebih besar. Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai
persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya – biaya terjadinya kekurangan
bahan.
Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan  dari sekumpulan produk phisikal
pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses,
dan kemudian barang jadi ( Handoko, 1997: hal 333)
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi
diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu
sangatlah penting. Di satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara
menurunkan tingkat persediaan di tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak
puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai
keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan dan pengendalian
persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan
membeli atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini ditetapkan, langkah
berikutnya adalah meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan
persediaan yang diperlukan untuk melayani permintaan tersebut. Pada makalah ini,
akan dibahas fungsi, jenis, dan pengelolaan persediaan. Kemudian akan dibicarakan
mengenai metode Economic Order Quantity serta Analisis ABC yang digunakan dalam
manajemen persediaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Persediaan


Manajemen Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses
produksi atau perakitan, untuk dijual kembali atau untuk suku cadang dari suatu
peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang
dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang.
B. Konsep Manajemen Persediaan
Bisa dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun
sebenarnya persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum
persediaan digunakan berarti dana yang terikat didalamnya tidak dapat digunakan untuk
keperluan yang lain. Begitu pentingnya persediaan ini sehingga para akuntan
memasukkannya dalam neraca sebagai salah satu pos aktiva lancar.
Persediaan juga sebagai salah satu aset penting dalam perusahaan, karena biasanya
mempunyai nilai yang cukup besar serta mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya
biaya operasi perencanaan dan pengendalian, persediaan merupakan suatu kegiatan
penting yang mendapat perhatian khusus dari manajemen perusahaan.
Setiap bagian dalam perusahaan dapat memandang persediaan dari berbagai sisi
yang berbeda. Sebagai contoh bagian pemasaran misalnya, menghendaki tingkat
persediaan yang tinggi agar dapat melayani permintaan pelanggan sebaik mungkin.
Demikian juga bagian produksi, menghendaki tingkat persediaan yang besar untuk 
mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan. Di pihak lain, bagian
keuangan memilih untuk persediaan yang serendah mungkin agar dapat memperkecil
investasi dalam persediaan dan biaya pergudangan.
C. Tantangan Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kebijakan
pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan
untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan.
Sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam
kuantitas dan waktu yang tepat.
Mengendalikan persedian yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila jumlah
persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar,
meningkatnya biaya penyimpana, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar.
Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan
persediaan karena seringkali bahan atau barang tidak dapat didatangkan secara
mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses
produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya pelanggan.
D. Konsep Manajemen Persediaan
Sebagaimana keputusan manajemen operasi lainnya, kebijaksanaan yang paling
efektif ialah dengan mencapai keseimbangan diantara berbagai kepentingan dalam
perusahaan. Pengendalian persediaan harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat
melayani kebutuhan bahan atau barang dengan tepat dan dengan biaya yang rendah.
Menurut blog yang ditulis oleh Khairil Anwar tentang Manajemen persediaan
dalam memenuhi kebutuhan perusahaan mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang
dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan rusak sehingga harus
dikembalikan.
3. Menghilangkan risiko terhadap risiko kenaikan harga atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasar.
5. Mendapat keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas.
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang
diperlukan.
E. Jenis-Jenis Persediaan
Adapun jenis-jenis persediaan yang tergantung pada karateristik perusahaan itu sendiri
yaitu apakah perusahaan dagang atau perusahaan industri atapun perusahaan
jasa.Menurut Freddy Rangkuti (2004 : 14) dalam buku “Manajemen Persediaan
Aplikasi di Bidang Bisnis” menjelaskan bahwa persediaan dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Persediaan Bahan mentah (Raw Materials)
Yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti besi, kayu, serta komponen-
komponen lain yang di gunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchases Part/Components)
Yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
diperolehdari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu
produk.
3. Perusahaan Bahan Pembantu atau Penolong (Supplies)
Yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Proccess)
Yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap dalam
proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu
diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods)
Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam
pabrik dan sip untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.
F. Fungsi-Fungsi Persediaan
Persediaan yang dimiliki perusahaan bertujuan untuk menjaga kelancaran usaha.
Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk
memenuhi permintaan pembeli. Sedangkan bagi perusahaan industri, persediaan bahan
baku dan barang dalam proses bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi,
sedangkan persediaan barang jadi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Menurut Zulian Yamit (2003:6), ada empat faktor yang dijadikan fungsi dari persediaan,
yaitu:
1. Faktor Waktu
Menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai
kepada komsumen.
2. Faktor Ketidakpastian waktu Datang dari Supplier
Menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan agar tidak menghambat proses
produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen.
3. Faktor Ketidakpastian Penggunaan dari Dalam Perusahaan
Disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin,
keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai aspek lainnya.
4. Faktor Ekonomis
Adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam
memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis.
Menurut Freddy Rangkuti (2007:15), Persediaan mempunyai fungsi :
1. Fungsi Decoupling
Yaitu persediaan  yang memungkinkan suatu organisasi dapat memenuhi
permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan diadakan agar
organisasi tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal
kuantitas dan waktu pengiriman.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan mempertibangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian,
biaya pengakutan per unit menjadi lebih murah. Hal ini disebabkan karena
organisasi melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan
dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gedung,
investasi, resiko).
3. Fungsi Antisipasi
Yaitu persediaan untuk menghadapi flukuasi permintaan yang dapat diperkirakan
dan diramalkan atau data masa lalu, yaitu permintaan musiman.
G. Tantangan Manajemen Persediaan
Dalam sebuah perusahaan, persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba
rugi. Dalam neraca perusahaan dagang, persediaan merupakan nilai yang paling
signifikan dalam aset lancar. Sedangkan dalam laporan laba rugi, persediaan bersifat
penting untuk menentukan hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu.
Terdapat dua macam sistem pencatatan persediaan, yaitu :
1. Sistem Persediaan Periodik
Di dalam sistem periodik ini, jika terjadi penjualan maka hanya revenue
(pendapatan) saja yang dilakukan pencatatan dan persediaan barang dagang
dihitung pada akhir periode.
2. Sistem Persediaan Perpetual
Selain mencatat revenue (pendapatan), mutasi persediaan akan dicatat sehingga
setiap saat jumlah persediaan yang ada dapat dilihat.
H. Metode Penilaian Persediaan
Penilaian persediaan bertujuan untuk mengetahui nilai persediaan yang dipakai, dijual
atau persediaan yang tersisa dalam suatu periode. Persediaan merupakan pos yang
sangat berarti dalam aktiva lancar. Hal ini menyebabkan metode penilaian persediaan
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
Menurut Eddy Harjanto (2008, h263) terdapat dua metode yang digunakan untuk dalam
menilai persediaan, yaitu :
1. First In First Out (FIFO)
Adalah suatu metode akunting untuk menilai persediaan dengan asumsi bahwa
barang-barang yang dibeli lebih dahulu selama suatu periode akunting digunakan
lebih dahulu pula. Dapat disimpulkan, First In First Out (FIFO) yang pertama
masuk menjadi yang pertama keluar.
2. Last In First Out (LIFO)
Adalah suatu metode akunting untuk menilai persediaan dengan asumsi bahwa
barang-barang yang terakhir masuk selama suatu periode akunting digunakan lebih
dahulu. Dapat disimpulkan, Last In First Out (LIFO) yang terakhir masuk menjadi
yang pertama keluar.
I. Pengukuran Persediaan
Persediaan ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam
kegiatan bisnis, untuk itu persediaan haruslah diukur untuk melihat realisasi dari
persediaan mana yang pantas atau tidak untuk dijual. Pengukuran persediaan menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:14.2) melalui Pernyataan Standar Akuntansi No.14
dalam buku Standar Akuntansi Keuangan adalah sebagai berikut:
“Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang
lebih rendah (the lower of cost and net realizable valve).”
Dari pengertian pengukuran persediaan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengukuran persediaan harus diukur dari biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang
pantas atau tidak untuk dijual.
J. Perputaran Persediaan
Dalam persediaan yang diadakan dalam suatu perusahaan, haruslah diadakannya
perputaran persediaan untuk menanggulangi persediaan-persediaan yang tidak
terpakai.Pengertian perputaran persediaan menurut Michell Suharli (2006:303) dalam
buku “akuntansi untuk bisnis dan jasa” mengungkapkan bahwa: “Perputaran persediaan
(Inventory Turnover) menentukan berapa kali persediaan (inventory) terjual atau
digantikan dengan persediaan yang baru selama satu tahun, dan memberikan beberapa
pengukuran mengenai likuiditas dan kemampuan suatu perusahaan untuk
mengkonversikan barang persediaannya menjadi uang secara tepat.” Sedangkan
menurut Susan Irawati (2006:56) dalam buku yang berjudul “Manajemen keuangan”
menyatakan bahwa:  “Perputaran persediaan (Inventory Turnover) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas kemampuan dana suatu perusahaan yang
tertanam dalam persediaan (Inventory) yang berputar dalam suatu periode tertentu, atau
likuiditas dari inventory dan perkiraan untuk adanya overstock.”Menentukan pesanan
persediaan ialah dengan menentukan berapa banyak jumlah persediaan yang
dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan kegiatannya. Untuk itu diperlukan metode
EOQ (Economic Order Quantily) agar dapat menentukan kualitas persediaan yang
ekonomis.
Menurut Carter, William K (2009,h.314) Kuantitas Pemesanan Ekonomis
(Economic Order Quantily - EOQ) adalah jumlah persediaan yang di pesan pada suatu
waktu yang meminimalkan biaya persediaan tahunan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan perputaran persediaan menggantikan
persediaan yang sudah usang digantikan dengan persediaan yang baru ataupun
menggantikannya dengan uang. Turnover menunjukkan berapa kali jumlah persediaan
barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan digantikan).Untuk mengetahui
rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang dapat ditentukan dengan membagi jumlah
hari-hari dalam satu tahun dengan turnover dari persediaan tersebut. Adapun cara
perhitungan dari perputaran persediaan material adalah sebagai berikut:
Inventory = penjualan bersih : Persediaan rata-rata

Hasil perhitungan  dari perputaran persediaan  bertujuan untuk mengetahui


kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu.

K. Persediaan Pengaman (Safety Stock)


Untuk memesan suatu barang sampai barang itu datang, diperlukan jangka waktu
yang bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa bulan.
Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang dikenal dengan
istilah waktu tenggang (Lead Time). Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak lokasi antara pembeli dan pemasok
berbeda. Maka dari itu safety stock sangat diperlukan.Besarnya persediaan pengamanan
dapat dihitung sebagai berikut:
Z = SS : Q / SS = Z.Q
Keterangan:

Z    = Safety Factor

SS = Persediaan pengaman

 Q  = Standar deviasi permintaan selama waktu tenggang

2.2.5    Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)


Menurut Heizer, Jay dan Barry Render (2010, h.98) Tingkat pemesanan kembali
(Reorder Point / ROP) adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada
suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali.

Cara menghitung titik pemesanan kembali (Reorder Point / ROP):

ROP = (LT x AU) + SS

Keterangan;

ROP = Titik pemesanan kembali

LT    = Waktu tenggang

AU   = Pemakaian rata-rata dalam satuan waktu tertentu

SS   = Persediaan pengaman

L. Macam-macam Metode yang Digunakan dalam Manajemen Persediaan


Manajemen persediaan menggunakan beberapa metodologi untuk menjaga jumlah
barang yang tepat untuk memenuhi permintaan pelanggan dan beroperasi secara
menguntungkan. Tugas ini sangat kompleks ketika organisasi perlu berurusan dengan
ribuan unit stockkeeping (SKU) yang dapat menjangkau beberapa gudang. Metodologi
meliputi:
1. Peninjauan Stok Manual
Metode ini merupakan metodologi manajemen persediaan paling sederhana
dan umumnya lebih banyak digunakan  bagi bisnis kecil. Peninjauan stok secara
manual melibatkan analisis stok reguler di tangan versus kebutuhan masa depan
yang diproyeksikan.
Metode ini menggunakan upaya manual, meskipun dapat ada peninjauan stok
otomatis untuk menentukan tingkat stok minimum yang kemudian memungkinkan
inspeksi inventaris reguler dan pemesanan ulang persediaan untuk memenuhi level
minimum. Peninajauan stok secara manual dapat memberikan ukuran kontrol atas
proses manajemen inventaris, tetapi bisa sangat memakan waktu dan rentan
terhadap kesalahan.
2. Metodologi Just-in-time (JIT)
Metode ini di mana produk tiba saat mereka dipesan oleh pelanggan, dan yang
didasarkan pada analisis perilaku pelanggan, ini berarti perusahaan tidak menyetok
atau memiliki persediaan.
Pendekatan ini melibatkan meneliti pola pembelian, permintaan musiman dan
faktor-faktor berbasis lokasi yang menyajikan gambaran akurat tentang barang apa
yang dibutuhkan pada waktu dan tempat tertentu.
Keuntungan dari metode ini adalah bahwa permintaan pelanggan dapat
dipenuhi tanpa perlu menjaga jumlah produk di tangan, tetapi risikonya termasuk
salah membaca permintaan pasar atau memiliki masalah distribusi dengan pemasok,
yang dapat menyebabkan masalah kehabisan stok.
3. Metodologi analisis ABC
Yang mengklasifikasikan persediaan menjadi tiga kategori yang mewakili
nilai persediaan dan signifikansi biaya barang. Kategori A mewakili barang bernilai
tinggi dan kuantitas rendah, kategori B mewakili barang bernilai sedang dan
kuantitas sedang, dan kategori C mewakili barang bernilai rendah dan kuantitas
tinggi.
Setiap kategori dapat dikelola secara terpisah oleh sistem manajemen
inventaris, dan penting untuk mengetahui item mana yang merupakan penjual
terbaik untuk menjaga jumlah stok buffer di tangan. Misalnya, barang kategori A
yang lebih mahal mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk dijual, tetapi
barang tersebut mungkin tidak perlu disimpan dalam jumlah besar.
Salah satu keuntungan dari analisis ABC adalah bahwa ia memberikan kontrol
yang lebih baik atas barang-barang bernilai tinggi, tetapi kerugiannya adalah bahwa
ia dapat membutuhkan sejumlah besar sumber daya untuk terus menganalisis
tingkat inventaris semua kategori.
4. Metodologi Economic Order Quantity (EOQ)
Metodologi digunakan dalam manajemen inventori dengan menghitung
jumlah unit yang harus ditambahkan perusahaan ke dalam inventarisnya dengan
setiap order batch untuk mengurangi total biaya inventarisnya. Biaya
inventarisasinya termasuk biaya penyimpanan dan pengaturan.
Model EOQ berusaha untuk memastikan bahwa jumlah persediaan yang tepat
dipesan per batch sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pemesanan terlalu
sering dan tidak ada kelebihan persediaan yang ada. Ini mengasumsikan bahwa ada
trade-off antara biaya penyimpanan persediaan dan biaya pengaturan persediaan,
dan total biaya persediaan diminimalkan ketika biaya pengaturan dan biaya
penyimpanan diminimalkan.

Rumus yang digunakan untuk mencari EOQ dengan kebutuhan tetap adalah
sebagai berikut:
Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pesanan 100 unit adalah Rp. 600,00. Jika D
diukur dengan rupiah, maka CC dan Q juga diukur dengan rupiah, dengan
menggunakan rumus di atas maka diperoleh hasilnya sebagai berikut: Harga per unit
Rp. 15,00

D/Tahun = 15 x 6.000 = Rp. 90.000,00

𝑅𝑝. 6,00
𝐶𝐶 = = 𝑅𝑝. 40,00/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑅𝑝. 15,00
𝑄(𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑝) = = 𝑅𝑝. 1.500,00

Jadi, optimal order adalah Rp. 1.500,00


BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan  dari sekumpulan produk
phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang
dalam proses, dan kemudian barang jadi
2. Jenis – jenis Persediaan
 Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
 Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
 Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
 Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
 bahan Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
3. Fungsi Persediaan antara lain:
 Sebagai penyangga proses produksi sehingga proses operasi dapat berjalan
terus
 Menetapkan banyaknya barang yang harus disimpan sebagai sumber daya
agar tetap ada
 Sebagai pengganggu inflasi
 Menghindari kekurangan/kelebihan.
4. Metode – metode dalam Manajemen Persediaan
 Metoda EOQ ( Economic Order Quantity )
 Metoda Sistim Pemeriksaan Terus Menerus
 Metoda Sistim Pemeriksaan Periodik
 Metode  ABC
5. Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang
meminimumkan  biaya langsung penyimpanann persediaan dan biaya
kebalikannya ( inverse cost ) pemesanan persediaan.
6. Analisis ABC membagi persediaan yang ada ke dalam tiga kelompok berdasarkan
volume tahunan dalam jumlah uang. Kelas A merupakan barang – barang dalam
jumlah unit berkisar 15 sampai 20%, kelas B merupakan barang – barang dengan
jumlah fisik 30 sampai 40% dan kelas C merupakan barang – barang dengan
jumlah fisik 40 sampai 60%.

Anda mungkin juga menyukai