Anda di halaman 1dari 23

DIAH

A. KONSEP JUST IN CASE INVENTORY


A) Pengertian Persediaan dan Manajemen Persediaan
Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumber daya
organisasi) yang disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan
tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk suku cadang dari
peralatan, maupun untuk dijual. Walaupun persediaan hanya merupakan suatu
sumber dana yang menganggur, akan tetapi dapat dikatakan tidak ada perusahaan
yang beroperasi tanpa persediaan.
B) Jenis – Jenis Persediaan
Freddy Rangkuti dalam bukunya “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang
Bisnis” (2002;8&15) menjelaskan jenis-jenis persediaan terdiri dari 2
karakteristik, yaitu:
1. Jenis-jenis persediaan menurut fungsi, antara lain:
1) Batch Stock, persediaan yang diadakan karena membeli atau
membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih
besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu.
2) Fluctuation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3) Anticipation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola
musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi
penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.
2. Jenis-jenis persediaan menurut jenis dan posisi barang antara lain:
1) Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), yaitu persediaan barang-
barang berwujud seperti besi, kayu serta komponen-komponen
lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Handoko
(2002). Persediaan bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan
barang- barang berwujud mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari
sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier atau dibuat sendiri
oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya
2) Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchased
Parts/Components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari

1
komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, di mana
secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3) Persediaan Bahan Pembantu Atau Penolong (Supplies), yaitu
persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi,
tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4) Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), yaitu persediaan
barang-barang yangmerupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi.
5) Persediaan Barang Jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-
barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan. Dari pernyataan diatas
dapat diketahui bahwa setiap jenis persediaan memiliki karakteristik
tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Persediaan ditujukan
untuk mengantisipasi kebutuhan permintaan. Permintaan ini meliputi:
persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi atau produk
akhir bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-
komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
C) Fungsi – Fungsi Persediaan
Fungsi persediaan yaitu untuk menghindari keterlambatan barang, hilangnya
barang dan dengan adanya persediaan, maka operasional perusahaan dapat terus
berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat terus berjalan sehingga
pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Menurut
Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis”,
fungsi utama persediaan yaitu:
a) Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan
bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung
pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan
barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses- proses
individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan
untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan.
Persediaan yang diadakanuntuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen
yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut Fluctuations Stock

2
b) Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan
penghematan-penghematan atau potongan pembelian., biaya pengangkutan per
unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena
perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,
dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan
(biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
c) Fungsi Antisipasi., apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data
masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat
mengadakan persediaan musiman (Seasional Inventories).
Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi
penting yangdikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan
antara lain:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang
yangdibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaantidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas
(Quantity Discount).
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang
diperlukan.
D) Manfaat Manajemen Persediaan
Dalam menejemen persediaan sudah tentu ada manfaatnya, berikut merupakan
manfaat darimanajemen persediaan.
a) Memanfaatkan Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas diperoleh jika perusahaan membeli dalam kuantitas yang
besar. Perusahaan membeli melebihi kebutuhan sehingga ada yang disimpan
sebagai persediaan.
b) Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of Stock)
Jika pelanggan datang untuk membeli barang dagangan, kemudian perusahaan
tidak mempunyai barang tersebut, maka perusahaan kehilangan kesempatan

3
untuk memperoleh keuntungan. Untuk menghindari situasi tersebut,
perusahaan harus mempunyai persediaan barang jadi.
c) Manfaat Pemasaran.
Jika perusahaan mempunyai persediaan barang dagangan yang lengkap, maka
pelanggan/calon pelanggan akan terkesan dengan kelengkapan barang
dagangan yang kita tawarkan. Reputasi perusahaan bisa meningkat. Disamping
itu jika perusahaan selalu mampumemenuhi keinginan pelanggan pada saat
dibutuhkan maka kepuasan pelanggan semakin baik,dan perusahaan semakin
untung.
d) Peningkatan Tingkat Pelayanan
Pelanggan tidak hanya meminta kecepatan pengantaran tetapi juga ketepatan,
kepercayaan, dan macam-macam pengapalan. Pengintegrasian dengan
penjualan meningkatkan pengetahuan pelanggan akan preferensi pengepakan
dan pengiriman, dan memungkinkan otomatisasi untuk memenuhi instruksi;
indetifikasi dari daerah distribusi untuk dibagi antara beberapa pelanggan atau
grup dan mudah untuk menyortir dari staging area dan pergerakan stok. Hal ini
menjamin bahwa produk yang benar berada ditempat yang benar pada waktu
yang tepat. Tingkat pelayanan tertinggi dapat menyediakan pelanggan
sehubungan dengan respons yang cepat terhadap permintaan atau perubahan
persyaratan dimana hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
e) Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik
Fleksibilitas dari distribusi dan penyimpanan barang-barang secara
menyeluruh memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengontrol
persediaan sesuai dengan bisnis mereka. Akses yang instan terhadap data-data
yang kritis meliputi ketersediaan peresediaan, jumlah yang ada, jumlah yang
harus diorder lagi dan biaya yang dapat diketahui pada saat itu juga terhadap
persediaan untuk direspons secara cepat. Dalam rangka pengambilan
keputusan, sistem dengan kemampuan mengelolah beberapa lokasi yang
berbeda-beda memungkinkan manajemen dari gudang-gudang yang berbeda-
beda dan penelusuran persediaan melalui lot secara seri atau menggunakan
level.
E) Teori – Teori Persediaan
Teori persediaan adalah suatu pendekatan atau kerangka kerja yang digunakan
untuk mengelola persediaan atau stok barang dalam suatu perusahaan. Tujuan utama

4
teori persediaan adalah untuk memastikan ketersediaan barang yang memadai untuk
memenuhi permintaan pelanggan, sambil mengurangi biaya persediaan yang terkait.
Ada beberapa model teori persediaan yang umum digunakan, di antaranya:
1. Model Persediaan EOQ (Economic Order Quantity): Model EOQ digunakan
untuk menentukan jumlah pemesanan optimal yang harus dibuat agar biaya
persediaan minimum. Model ini didasarkan pada hubungan antara biaya
pemesanan, biaya penyimpanan, dan tingkat permintaan barang.
2. Model Persediaan dengan Permintaan Tidak Tetap: Model ini digunakan
ketika permintaan barang tidak stabil atau tidak tetap dari waktu ke waktu.
Beberapa metode yang digunakan dalam model ini antara lain metode rata-rata
bergerak, metode eksponensial, dan metode ramalan waktu.
3. Metode Just In Time (JIT): JIT adalah pendekatan yang berfokus pada
pengurangan persediaan dengan cara menghasilkan atau memesan barang
hanya saat dibutuhkan, sehingga mengurangi biaya penyimpanan dan risiko
penimbunan persediaan yang tidak perlu.
4. Metode ABC (Activity-Based Costing): Metode ABC digunakan untuk
mengelompokkan barang berdasarkan tingkat nilai dan aktivitas yang
dihasilkan. Barang dengan nilai tinggi dan aktivitas yang tinggi akan
dikelompokkan secara berbeda dengan barang dengan nilai dan aktivitas
rendah. Hal ini membantu dalam penentuan tingkat persediaan yang tepat
untuk setiap kelompok barang.
5. Model Persediaan Stok Kritis: Model ini berfokus pada mengidentifikasi
barang yang memiliki pengaruh besar terhadap kinerja perusahaan dan
memastikan ketersediaan stok yang memadai untuk barang-barang tersebut.
Barang-barang ini sering disebut sebagai barang stok kritis atau barang A.
Selain model-model di atas, ada juga berbagai metode dan strategi lain yang
digunakan dalam pengelolaan persediaan, seperti analisis siklus hidup produk,
penggunaan teknologi informasi dan sistem manajemen persediaan, dan
strategi pengendalian persediaan seperti metode just in case atau metode just
in time. Penting untuk mencocokkan strategi dan model yang digunakan
dengan kebutuhan dan karakteristik bisnis spesifik perusahaan.

5
ARISTYA
F) Konsep Metode Just In Case
Just in Case Inventory Management adalah strategi persediaan dimana perusahaan
menyimpan persediaan dalam jumlah besar. Jenis strategi manajemen persediaan ini
bertujuan untuk mengurangi resiko tidak dapat terpenuhinya permintaan customer
sehingga persediaan barang yang akan diproses tidak boleh kosong, jumlahnya tidak
boleh kurang dari stok aman (safety stock) yang sudah dijadikan patokan. Just in Case
Inventory Management digunakan oleh perusahaan yang memiliki masalah
meramalkan permintaan. Dengan strategi ini, perusahaan memiliki cukup bahan
produksi di tangan untuk memenuhi lonjakan permintaan yang tak terduga. Biaya
penyimpanan yang lebih tinggi adalah kerugian utama dari strategi ini.

Keuntungan sistem Just In Case:


1. Resiko tidak bisa terpenuhinya permintaan customer kecil.
2. Efek nilai tukar mata uang ataupun efek perubahan harga dari suplier dampaknya
tidak sebesar pada sistim "Just in Time".
Kelemahan sistem Just In Case:
1. Lama penyimpanan secara langsung mempengaruhi kualitas barang.
2. Resiko terjadinya barang rusak (reject) lebih besar dibanding JIT.
3. Memerlukan sumber daya manusia dan area (gudang) yang lebih besar dalam
mengelola inventaris.

❖ Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ)


Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola
persediaan, yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung
kelancaran proses produksi. Di samping itu, perusahaan juga memperhitungkan
biaya persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic
Order Quantity atau EOQ. EOQ akan menjawab pertanyaan berapa banyak
kualitas bahan baku yang harus dipesan dan berapa biayanya yang paling murah
atau paling ekonomis. Biaya-biaya dalam manajemen persediaan sudah dipaparkan
dalam bab tiga dalam pertimbangan-pertimbangan manajemen persediaan. Pada
bab ini kita tinggal mengaitkan biaya-biaya yang sudah dipaparkan pada bab tiga
dengan metode EOQ. Pada umumnya biaya-biaya dalam manajemen persediaan

6
saling berkaitan dan dapat mempengaruhi harga persediaan. Sehingga seorang
manajer harus jeli dan teliti dalam memutuskan berapa persedeiaan yang harus
dibeli. Hal ini tidak bisa dilihat dari kasat mata saja tentunya.

Metode ini, Manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada setiap
jumlah barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan antara
harga bahan baku, biaya penyimpanan yang umumnya dihitung berdasar persentase
tertentu dari nilai persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam
satu periode misalnya dalam satu tahun, dan biaya pesanan. Untuk itu mari kita
bahas satu persatu agar lebih jelas dalam memahaminya.
1. Total Biaya Penyimpanan Persediaan ( Total Carrying Cost / TCC)
Biaya penyimpanan persediaan dalam EOQ bersifat Variabel terhadap jumlah
inventori yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:

Dimana :
- Total Biaya Penyimpanan
Q = Kuantitas Pesanan
TCC = C. P. A S = Penjualan Tahunan
- Persediaan Rata-Rata N = Frekuensi
Pemesanan
A = Q/2 C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
=(S/N)/2
-

Biaya TCC ini mencakup sewa gudang, pemeliharaan barang didalam gudang,
modal yang tertanam dalam inventori, pajak dan ansuransi. Besarnya biaya
TCC dapat diperhitungkan dengan dua cara yaitu berdasarkan presentasi
tertentu dari nilai Inventori rata-rata dan berdasarkan biaya perunit barang yang
disimpan ( dari jumlah rata-rata).

2. Total Biaya Pemesanan ( Total Ordering Cost / TOC)


Biaya pemesanan persediaan dalam bersifat Variabel terhadap frekuensi
pesanan yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:

Dimana :
- Total Biaya Pesanan
Q = Kuantitas Pesanan
TOC = F. ( S / S = Penjualan Tahunan
F = Biaya Tetap 7
Q)
3. Total Biaya Persediaan ( Total Inventory Cost / TIC)
Total Biaya Perseddiaan atau TIC ini didapat dari penjumlahan toatal biaya
persediaan dan total biaya pemesanan. Sehingga hasilnya diketahui total biaya
persediaan tersebut. Jadi rumusnya sebagai berikut:

Dimana :
- Total Biaya Persediaan
Q = Kuantitas Pesanan
TIC = TCC + S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi
TOC Pemesanan
Atau C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
TIC = C.P.( Q/2 ) + F. (
S/Q )
Ketiga perhitungan diatas bertujuan untuk mengetahui besaran biaya dimasing-
masing kategori. Setelah itu kita bisa mengaitkannya dengan Kuantitas
Pemesanan yang Ekonomis atau dikenal dengan EOQ ( Economic Ordering
Quantity Model).

Terdapat dua dasar keputusan dalam model EOQ ini dalam manajemen
persediaan, diantaranya yaitu:
1. Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut
perlu dibeli kembali – Replenishment Cycle.
2. Kapan perlu dilakukan pembelian kembali – Reorder point.

Rumus Model EOQ sebagai Beriku:

Dimana :

𝟐.𝐅.𝐒 F = Biaya Tetap


EOQ = √ S = Penjualan Tahunan
𝐂.𝐏
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit

8
Model EOQ tidak lepas dari beberapa asumsi agar perhitungannya akurat.
Berikut ini beberapa asumsi mengenai model EOQ:
- Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dulu secara pasti
untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode.
- Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
- Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau
diatas safety stock
- Harga konstan selama periode tersebut.

Metode EOQ memiliki kaitan dengan beberapa aktifitas disebuah industri


manufaktur, seperti aktifitas dalam manajemen persediaan di bawah ini:
- Permesanan ulang ( Reorder Point )
- Persediaan Pengaman (Safety Stocks)
- Penentuan Besaran Safety Stocks
Agar pemahaman tentang aktifitas diatas lebih mendalam lagi. Mari kita bahas
perhitungan atau rumus – rumusnya sekali lagi.

a. Pemesanan Ulang ( Reorder Point )


Pada dasarnya, sebuaah perusahaan dalam mempersiapkan bahan persediaan
tidak menunggu bahan perssediaan di gudang habis secara keseluruhan. Hal ini
dapat menghambat dan memperlambat proses produksi didalam perusahaan
tersebut. Sehingga seorang manajer akan menentukan titik minimum atau
standar dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali untuk
mengisi persediaan yang telah kosong. Rusmus Pemesanan Ulang atau Reorder
Point yaitu:

Titik Pemesanan Ulang


Waktu Tunggu X Tingkat
Penggunaan

b. Persediaan Pengaman ( Safety Stocks )

9
Persediaan Pengaman ini memang disengaja disediakan oleh perusahaan untuk
dijadikan alternatif pengganti terhadap perubahan tingkat penjualan atau
keterlambatan produksi-pengiriman. Tujuannya tidak lain sebagai jaga-jaga
agar aktifitas disebuah perusahaan tidak berhenti.
Dari gambaran itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan awal
mengandung safety stock. Jadi bisa di simpulkan menjadi:

Persediaan Awal
EOQ + Safety Stock
Persediaan Rata-rata
( EOQ / 2 ) + Safety Stock

Penentuan besar kecilnya Safety Stock dipengaruhi oleh faktor pengalaman,


Faktor dugaan, Faktor Biaya dan Faktor keterlambatan. Jadi, setiap perusahaan
dalam menentukan besar kecilnya safety stock persediaan tidaklah sama.
Contohnya sebagai berikut:
Diketahui:
- Penggunaan perhari 15 Kg.
- Keterlambatan Pengiriman 10 hari

Ditanya:
- Berapa besarnya Safety stock yang harus disiapkan??
Jawab:
Safety stock = Penggunaan per hari X Kendala atau faktor-faktor
= 10 x 15 kg
= 150 Kg.
Jadi Safety stock yang harus disediakan sebesar 150 kg.

Metode EOQ dalam manajemen persedian mempunyai kelebihan dan juga


kekurangan. Sehingga kita harus mengetahuinya. Berikut beberapa kelebihan
dan kelemahan dalam metode ini:
- Keunggulan Model EOQ:
1. Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off) antara biaya penyimpanan
dengan biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost).

10
2. Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau
persediaan besi (safety stock).
3. Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah
memiliki standar tertentu dan diproduksi secara massal.
4. Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada
pasien yang sakit mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit
dapat melayani dengan cepat.

- Kelemahan Model EOQ:


Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai
mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka,
sehingga penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini
dapat mengganggu proses produksi.

11
SINTYA
B. KONSEP JUST IN TIME INVENTORY MANAGEMENT
Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan yang
membutuhkan barang untuk ditarik melalui sistem oleh permintaan yang ada,
bukan didorong ke dalam sistem pada waktu tertentu berdasarkan permintaan yang
diantisipasi. Just in Time Inventory menyelaraskan pemesanan bahan baku dari
pemasok dengan jadwal produksi. JIT memiliki dua tujuan strategis yaitu
meningkatkan laba dan memperbaiki posisi bersaing perusahaan. Kedua tujuan itu
dicapai dengan mengendalikan biaya (yang memungkinkan persaingan harga yang
lebih baik dan peningkatan laba), memperbaiki kinerja pengiriman, dan
meningkatkan kualitas. Sistem JIT menawarkan peningkatan efisiensi biaya dan
mempunyai fleksibilitas secara simultan untuk merespon permintaan pelanggan
akan kualitas yang lebih baik dan variasi yang lebih banyak. Produksi dan
pembelian melalui sistem JIT mewakili usaha terus menerus dalam mengejar
produktivitas melalui penghapusan pemborosan. Jelas sekali, JIT lebih dari sekedar
sistem manajemen persediaan. Namun, persediaan dipandang sebagai pemborosan.
Persediaan mengikat sumber daya, seperti kas, ruang, dan tenaga kerja. Persediaan
juga menyembunyikan ketidakefisienan dalam produksi dan meningkatkan
kompleksitas sistem informasi perusahaan. Jadi, meskipun fokus JIT lebih dari
sekedar manajemen persediaan, pengendalian persediaan adalah keuntungan
tambahan yang penting.
1) Karakteristik Dasar JIT
a. Tata Letak Pabrik.
Jenis dan efisiensi tata letak pabrik dikelola secara berbeda dalam proses
manufaktur JIT. JIT mengganti tata letak pabrik tradisional dengan suatu pola
sel manufaktur. Sel manufaktur terdiri atas mesin-mesin yang dikelompokkan
dalam kumpulan yang biasanya berbentuk setengah lingkaran secara
berurutan. Tiap sel dipersiapkan untuk menghasilkan produk atau kumpulan
produk tertentu. Produk pindah dari satu mesin ke mesin lain dari awal hingga
selesai. Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih untuk mengoperasikan
semua mesin dalam sel. Jadi, tenaga kerja dalam lingkungan JIT memiliki
beberapa keahlian sekaligus, tidak berkeahlian khusus. Tiap sel manufaktur
pada dasarnya adalah sebuah pabrik mini dengan sel-sel tersebut sering disebut

12
pabrik dalam pabrik. Struktur sel biasanya menghasilkan penurunan waktu
tunggu dan menurunkan harga pokok produksi. Desain manufaktur sel juga
dapat mempengaruhi ukuran pabrik dan jumlah pabrik.
b. Pengelompokan dan Pemberdayaan Karyawan.
Perbedaan struktural utama lainnya antara organisasi JIT dan tradisional
berhubungan dengan pengelompokan sebagai suatu pabrik mini. Jadi, tiap sel
membutuhkan akses yang mudah dan cepat untuk mendukung pelayanan. Hal
tersebut berarti skala Departemen Pelayanan terpusat harus diturunkan dan
personelnya ditugaskan ulang untuk bekerja secara langsung dengan berbagai
sel manufaktur. Akibatnya para personel dari Departemen pelayanan seperti
teknisi proses manufaktur dan kualitas, sering ditugaskan ke sel. Para pekerja
sel juga diberikan suatu tingkat partisipasi yang lebih tinggi dalam manajemen
organisasi. Masukan pekerja dipandang dan digunakan untuk memperbaiki
proses produksi. Pelatihan pekerja sel untuk melakukan tugas-tugas ganda juga
memiliki pengaruh pada relokasi dukungan pelayanan pada sel.
c. Total Quality Control.
JIT memberikan tekanan yang lebih kuat pada pengelolaan kualitas. Suku
cadang yang cacat menghambat proses gerinda. Kualitas yang rendah tidak
dapat ditoleransi dalam suatu lingkungan manufaktur yang beroperasi tanpa
persediaan. Secara sederhana JIT tidak dapat diimplementasikan tanpa suatu
komitmen dalam pengendalian kualitas total (total quality control). Pada
intinya TQC adalah suatu pengejaran tanpa henti untuk suatu kualitas
sempurna, usaha untuk mendapatkan suatu desain produk, dan proses
manufaktur tanpa cacat.
d. Ketelusuran Biaya Overhead
Suatu sistem pembayaran menggunakan tiga metode untuk membebankan
biaya pada produk individual yaitu penelusuran langsung, penelusuran
penggerak, dan alokasi. Dari ketiga metode tersebut, penelusuran langsung
adalah yang paling akurat , sehingga lebih sering digunakan daripada dua
metode lainnya.
e. Pengaruh Persediaan
JIT umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat yang sangat rendah.
Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikan dari persediaan adalah vital
bagi kesuksesan JIT. Akan tetapi, ide pencapain persediaan yang tidak

13
signifikan menentang alasan tradisional untuk menyimpan persediaan. JIT
meolak menggunakan persediaan sebagai solusi dari masalah-masalah.
Manajemen persediaan JIT menawarkan penyelesaian alternatif yang tidak
membutuhkan banyak persediaan.
2) Biaya Persiapan dan Penyimpanan: Pendekatan JIT
Kontrak Jangka Panjang, Pengisian Kembali yang Berkelanjutan, Pertukaran
Data Elektronik dan JIT II Dengan pengisian kembali berkelanjutan, pembuat
barang mengambil alih fungsi manajemen persediaan pengecer. Pembuat barang
memberitahu pengecer kapan dan berapa banyak persediaan yang harus dipesan
kembali. Pertukaran data elektronik adalah suatu bentuk awal dari perdagangan
elektronik yang pada intinya adalah suatu metode terotomatisasi dari pengiriman
informasi dari komputer ke komputer. Pengaturan bersama sering didukung
dengan kontrak terbuka, jangka panjang yang dianggap sebagai suatu kontrak
abadi. Kontrak abadi tidak memiliki tanggal berakhir, tidak membutuhkan
penawaran ulang, sehingga menurunkan resiko permintaan bagi pemasok.
3) Manajemen Persedian dan Dilema Etis
Mengurangi waktu persiapan mengharuskan perusahaan mencari cara baru yang
lebih efisien untuk melakukan persiapan. Untungnya, pengalaman telah
menunjukkan pengurangan yang dramatis atas waktu persiapan yang dicapai.
4) Kinerja Jatuh Tempo: Solusi JIT
Kinerja jatuh tempo adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menanggapi
kebutuhan pelanggan. Sistem JIT memecahkan masalah kinerja jatuh tempo
bukan dengan menimbun persediaan, tetapi dengan mengurangi tenggang waktu
secara dramatis.
5) Menghindari Penghentian Produksi dan Keandalan Proses: Pendekatan JIT
Kebanyakan penghentian produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan:
kegagalan mesin, kecacatan bahan baku atau subperakitan, dan
ketidaktersediaan bahan baku atau subperakitan. Memiliki persediaan adalah
suatu solusi tradisional atas semua masalah tersebut.
a. Pemeliharaan Pencegahan Total
Kegagalan mesin nol adalah tujuan pemeliharaan pencegahan total.
Dengan memberikan perhatian lebih pada pemeliharaan pencegahan,
sebagian besar kegagalan mesin dapat dihindari.
b. Pengendalian Kualitas Total

14
Masalah komponen yang cacat dipecahkan dengan berusaha mencapai
tingkat kerusakan nol. Menurunya komponen yang cacat juga menghapus
justifikasi untuk persedian berdasarkan proses yang tidak dapat diandalkan
c. Sistem Kanban
Untuk menjamin bahwa komponen atau bahan baku tersedia ketika
dibutuhkan, digunakan sebuah sistem yang disebut sistem kanban. Ini
adalah sebuah sistem informasi yang mengendalikan produksi melalui
penggunaan tanda atau kartu. Kanban penarikan merinci kuantitas proses
berikutnya yang harus ditarik dari proses sebelumnya. Kanban produksi
merinci kualitas yang harus diproduksi oleh proses sebelumnya. Kanban
pemasok digunakan untuk memberitahukan pemasok agar menyerahkan
lebih banyak komponen; dan juga merinci komponen tersebut dibutuhkan.
6) Diskon dan Kenaikan Harga: Pembelian JIT versus Menyimpan Persediaan
Secara tradisional, persediaan disimpan sehingga perusahaan dapat mengambil
keuntungan diskon kuantitas dan melindungi diri dari kenaikan harga di masa
mendatang atas barang yang dibeli. Tujuannya adalah untuk menurunkan biaya
persediaan. Sistem JIT mencapai tujuan yang sama tanpa harus menyimpan
persediaan. Solusi JIT adalah menegosiasikan kontrak jangka panjang dengan
sejumlah kecil pemasok terpilih yang berlokasi sedekat mungkin dengan
fasilitas produksi dan membangun keterbatasan pemasok secara lebih intensif.
7) Keterbatasan JIT
JIT bukan merupakan pendekatan yang dapat dibeli dan diterapkan dengan hasil
segera. Implementasinya merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner. Di
sini dibutuhkan kesabaran. JIT sering kali disebut sebagai program
penyederhanaan namun ini bukan berarti ia mudah atau sederhana untuk
diterapkan. Pekerja juga dapat terpengaruh oleh JIT. Dari studi yang dilakukan
terlihat bahwa pengurangan dan penyangga persediaan secara tajam dapat
menyebabkan arus kerja yang terpecah dan tingkat stress yang tinggi diantara
para pekerja produksi. Kekurangan yang paling menonjol dari JIT adalah tidak
adanya persediaan untuk menyangga berhentinya produksi. Pilihan lain, yang
mungkin sebagai pendekatan pelengkap, adalah teori kendala (TOC).

C. KONSEP CONSTRAINED OPTIMIZATION (OPTIMISASI


TERKENDALA)

15
Optimasi adalah sebuah konsep yang ada didalam analisis ekonomi. Suatu
Perusahaan mempunyai tujuan untuk mencapai tujuan dalam memaksimalkan laba
dan meminimalkan biaya. Didalam model sederhana, optimasi disebutkan tanpa
batasan. Namun dalam praktik di realita kehidupan, optimasi cenderung dibatasi.
Sebagai contoh, pada kegiatan di sektor usaha, pengusaha akan mencoba untuk
memaksimalkan laba, yang ternyata juga sangatlah ditentukan oleh biaya yang
harus ditanggung oleh pengusaha tersebut.
Suatu perusahaan pasti pernah menghadapi keterbatasan pada kelompok
kapasitas produksinya atau pada persediaan tenaga ahli dan bahan mentah yang
sangat penting. Perusahaan juga pasti pernah berhadapan dengan kendala
hukum/lingkungan. Permasalahan ini disebut dengan optimisasi terkendala
(constrained optimization). Optimisasi terkendala yaitu maksimisasi atau
minimalisasi fungsi tujuan dengan berbagai kendala. Adanya kendala tersebut
mengurangi kebebasan berperilaku sebuah perusahaan dan cenderung menghalang-
halangi tercapainya optimisasi tanpa kendala. Masalah optimisasi terkendala pada
umumnya dapat dipecahkan atau diselesaikan dengan cara, mula-mula dengan
memecahkan persamaan- persamaan yang ada di beberapa kendala untuk satu
variabel keputusan, dan kemudian mensubstitusikan nilai variabel ini dalam fungsi
tujuan yang ingin dicapai perusahaan yang nantinya akan dapat dipecahkan hanya
dengan mempergunakan satu variabel keputusan sebagai fungsi eksplisit variabel
yang lain, maka kita dapat menggunakan metode penggali langrange.
Metode langrange multiplier hampir menyerupai dengan metode substitusi.
Bedanya terletak pada perhitungan pembentukan fungsi baru setelah diketahui
fungsi batasannya. Model langrange lebih mengarah pada substitusi yang lebih
kompleks atau jumlah variabel dua atau lebih variabel. Pembahasan yang pertama
adalah dengan menggunakan dua variabel independen. Proses untuk menemukan
nilai stasioner juga dimulai dengan fungsi tujuan dan selalu ada Batasan.
Contoh Soal :
Misalnya suatu perusahaan ingin memaksimalkan profit dengan fungsi :
p = 80X – 2X2 – XY – 3Y2 + 100Y
tetapi perusahaan tersebut menghadapi kendala bahwa output komoditi X dan Y
harus berjumlah 12. Kalau ditulis dalam persamaan menjadi X + Y = 12.
Jawaban:

16
Dengan menggunakan fungsi langrange akan dipersamakan dengan 0 menjadi X +
Y – 12 = 0. Maka dengan menggunakan metode langrange multiplier ini akan
dituliskan menjadi: Lp = 80X – 2X2 – XY – 3Y2 +100Y+l(X+Y-12).
Untuk mendapatkan nilai maksimisasi profit, maka perlu dilakukan partial
derivative atas Lp dengan variabel X, Y, dan l secara bergantian. Hasil dari partial
derivative tersebut masing-masing perlu dipersamakan dengan nol.
ɚLπ
= 80 – 4X–Y+λ = 0
ɚX
ɚLπ
= -X– 6Y + 100 +λ= 0
ɚY
ɚLπ
= =X+Y –12 = 0
ɚλ

untuk mendapat nilai X, Y, l dan memaksimalkan Lp dan p, maka perlu substraksi


atas masing-masing hasil derivasi yang dipersamakan dengan nol tersebut. 100 – X
– 6Y + 1 = 0 dikalikan -1 menjadi
-100 + X + 6Y – l = 0
80 – 4X – Y + l = 0
-20 – 3X + 5Y = 0
Untuk dapat disubstrasikan dengan X+Y-12=0, maka angka ini dimultiplikasi
dengan angka 3 hingga menjadi :
3X + 3Y– 36 = 0
-3X + 5Y– 20 = 0
8Y – 56 = 0
Dengan demikian nilai Y diketahui, yaitu 56/8=7. Nilai X juga menjadi diketahui,
yaitu X+7-12=0; jadi X=5. Nilai p juga diketahui, yaitu:
p = 80(5) – 2(5)2 – (5)(7) – 3(7)2+ 100(7)
= 868
Dengan ditemukannya nilai X, Y, p, maka nilai l juga dapat diketahui. Caranya
dengan memasukkan angka-angka tersebut ke dalam salah satu persamaan yang
mengandung unsure l. misalnya hendak dimasukkan ke dalam persamaan :
100 – X – 6Y + l = 0
l = -100 + 5 + 6(7)
l = -53
Nilai l ini penting untuk diterjemahkan. Nilai ini merupakan efek marginal yang
menunjukkan besarnya nilai perubahan profit akibat adanya perubahan pada
kendala. Dengan nilai tersebut dapat diartikan bahwa jika kendala meningkat 1 unit,

17
maka profit akan berkurang sebesar 53 rupiah. Sebaliknya jika kendala berkurang
sebesar 1 unit, maka profit akan meningkat sebesar 53 rupiah.

DIVA

D. TEORI KENDALA DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN


INVENTORY
A) Teori Kendala
Teori kendala atau Theory of Constraints (TOC) adalah suatu filosofi
manajemen yang pertama kali dikemnbangkan oleh Eliyahu M. Goldratt. Teori ini
dituangkan dalam buku ciptaannya yang berjudul The Goal. Definisi dari teori ini
adalah sebuah pendekatan yang mengarah pada peningkatan proses dengan
berfokus di elemen yang terbatas untuk menghasilkan suatu tingkatan output. Teori
ini digunakan di dalam perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi
dengan cara memaksimalkan tingkat produksinya dan meminimalisir tingkat biaya
simpan, langsung, tidak langsung, dan modal.
Teori kendala diterapkan dengan memfokuskan pada pengelolaan operasi yang
memiliki kendala yang dimana hal tersebut merupakan kunci di dalam
meningkatkan proses produksi yang memiliki pengaruh pada keseluruhan
profitabilitas. Menurut Hansen dan Mowen, kendala tersebut dapat dikelompokkan
ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Berdasarkan Asalnya
a. Kendala Internal
Kendala internal yang berasal dari perusahaan itu sendiri, misalnya
keterbatasan jam mesin. Kendala internal harus dimanfaatkan secara
optimal untuk meningkatkan throughput semaksimal mungkin tanpa
meningkatkan persediaan dan biaya operasional.
b. Kendala Eksternal
Kendala eksternal yang berasal dari luar perusahaan, misalnya permintaan
pasar atau kuantitas bahan baku yang tersedia dari pemasok. Kendala
eksternal berupa volume produk yang dapat dijual, dapat diatasi dengan

18
menemukan pasar, meningkatkan permintaan pasar atau dengan
mengembangkan produk baru.
2. Berdasarkan Sifatnya
a. Kendala Mengikat
Dalam kendala mengikat, hal yang terdapat dalam sumber daya dan sudah
dimanfaatkan sepenuhnya.
b. Kendala Tidak Mengikat
Dalam kendala tidak mengikat, hal yang ada dalam sumber daya yang
terbatas yang tidak dimanfaatkan sepenuhnya. Kaplan dan Atkinson juga
membedakan kendala ke dalam beberapa hal, yaitu:
1) Kendala Sumber Daya
Dalam kendala sumber daya, dapat berupa kemampuan faktor input
produksi seperti bahan baku,tenaga kerja dan jam mesin.
2) Kendala Pasar
Dalam kendala pasar, kendala yang merupakan tingkat minimal dan
maksimal dari penjualan yang mungkin selama dalam
periode perencanaan.
3) Kendala keseimbangan
Kendala keseimbangan didefinisikan sebagai produksi dalam
siklus produksi.
Kendala-kendala tersebut yang membatasi kinerja perusahaan memerlukan
pendekatan kendala yang nantinya untuk mendukung kemajuan perusahaan. Teori
kendala difokuskan dalam 3 ukuran kinerja organisasi, yaitu:
1) Throughput
Adalah tingkat dimanasuatu organisasi menghasilkan uang melalui
penjualan.
2) Persediaan
Adalah seluruh uang yang dikeluarkan organisasi dalam mengubah
bahan baku menjadi throughput.
3) Biaya Operasi
Adalah seluruh uang yang dikeluarkan organisasi uantuk mengubah
persediaan menjadi throughput.
Dengan meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan, dan menurunkan
biaya operasi akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja keuangan

19
seperti laba bersih, ROI, dan cash flow. TOC mengakui bahwa penurunan
persediaan akan mengurangi biaya penyimpanan sehingga menurunkan beban
operasi serta memperbaiki laba bersih. Lebih dalam lagi, TOC menyatakan bahwa
penurunan persediaan akan membantu menghasilkan sisi kompetitif dengan
mempunyai produk yang lebih baik, harga yang lebih rendah, dan tanggapan yang
lebih cepat atas kebutuhan pelanggan.

1. Produk yang Lebih Baik


Produk yang lebih baik berarti kualitas yang lebih tinggi. Hal ini juga berarti
bahwa perusahaan mampu memperbaiki produk dan menyediakan produk
yang sudah diperbaiki tersebut secara cepat ke pasar.
2. Harga yang Lebih Rendah
Persediaan yang rendah akan mengurangi biaya penyimpanan, biaya
investasi per unit, dan beban operasi lainnya seperti lembur dan pengiriman
khusus. Dengan menurunkan investasi dan biaya operasi, margin per unit
setiap produk meningkat sehingga menyebabkan keputusan penetapan
harga menjadi lebih fleksibel. Harga yang lebih rendah atau margin produk
yang lebih tinggi dapat saja terjadi jika kondisi kompetitif tidak
memerlukan pemotongan harga.
3. Daya tanggap Lebih Cepat
Mengirim barang secara tepat waktu dan memproduksi barang dengan
waktu tunggu yang lebih pendek daripada yang diminta pasar adalah alat
kompetitif yang penting.
Tingkat persediaan menandakan kemampuan perusahaan untuk merespon.
Tingkat yang tinggi secara relative terhadap pesaing akan mengakibatkan
kelemahan kompetitif. Dengan kata lain, TOC menekankan pengurangan pada
waktu tunggu.
B) Langkah-Langkah TOC
Goldratt mengembangkan beberapa langkah yang dapat diambil dalam TOC
untuk mencapai tujuan memperbaiki kinerja organisasi, yaitu:
1. Mengidentifikasi kendala-kendala perusahaan (sumber daya atau kebijakan
organisasi yang mencegah dari mendapatkan lebih banyak tujuan).
2. Mengeksploitasi kendala-kendala yang mengikat.

20
3. Mensubordinasi semua proses lain untuk keputusan atas (menyelaraskan
seluruh system atau organisasi untuk mendukung keputusan yang dibuat
atas).
4. Mengangkat kendala-kendala yang mengikat (membuat perubahan besar
lainnya untuk memecahkan kendala).
5. Mengulangi proses.
Selain itu, terdapat 10 prinsip yang harus diperhatikan dalam menerapkan
TOC, yaitu:
1. Menyeimbangkan aliran produk.
2. Tingkat utilitas non bottleneck ditentukan oleh stasiun kerja bottleneck atau
oleh beberapa sumber kritis yang lain.
3. Aktifitas bisa berbeda dengan utilitas.
4. Satu jam kehilangan bottleneck sama saja kehilangan system keseluruhan.
5. Satu jam penghematan pada non bottleneck adalah fatamorgana.
6. Throughput dan inventori dipengaruhi oleh bottleneck.
7. Batch proses jumlahnya tidak selalu sama dengan batch transfer.
8. Batch proses lebih baik variable.
9. Penjadwalan dilihat dari kendala secara simultan.
10. Optimum local berbeda dengan optimum keseluruhan.
Teori kendala diterapkan dengan lebih focus pada pengelolaan operasi yang
mana terdapat kendala yang sekaligus sebagai kunci untuk meningkatkan
kinerja produksi.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/12553959/Konsep_Just_in_time_inventory_management
https://www.scribd.com/doc/262903915/Per-9-RMK-Inventory-Management#
https://www.scribd.com/document/329401752/13-RMK-Inventory-Management
https://www.academia.edu/35148268/MAKALAH_INVENTORY_MANAGEMENT_M
anajemen_Persediaan \
http://shinnekosroom.blogspot.com/2016/09/just-in-time-just-in-case.html?m=1

22

Anda mungkin juga menyukai