Anda di halaman 1dari 37

RINGKASAN MATA KULIAH

SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (APBD)


MATA KULIAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (B4)

Dosen Pengampu Matakuliah: Ni Putu Sri Harta Mimba,


S.E.,M.Si.,Ph.D.,Ak.,CA.,CMA Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Ni Luh Gede Prita Enggie Cahyani (2107531011) (03)


2. Ni Kadek Dina Dwiananda (2107531014) (04)
3. Ayu Adelia Safitri (2107531022) (05)
4. Ni Gusti Ayu Marcella Zerlyanti (2107531023) (06)
5. Kadek Meira Pertiwi (2107531024) (07)
6. Ni Wayan Sulistiani (2107531025) (08)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas RMK yang berjudul Siklus Akuntansi Keuangan
Pemerintah Daerah (APBD). Adapun tujuan penulisan dari RMK ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Ni Putu Sri Harta Mimba, S.E.,M.Si.,Ph.D.,Ak,CA,CMA. Selain itu, RMK ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Proses penyusunan rencana dan anggaran pemerintah
daerah (APBD),Siklus pengelolaan keuangan daerah (APBD) dan Laporan keuangan pemerintah
daerah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni Putu Sri Harta Mimba,
S.E.,M.Si.,Ph.D.,Ak,CA,CMA, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan mata kuliah yang kami dapatkan di kampus. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan RMK ini. Kami menyadari, RMK yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Jadi kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan serta
penyampaian isi dalam RMK ini. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan RMK ini pada masa yang akan datang.

Jimbaran, 13 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Perumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses Penyusunan Rencana dan Anggaran Pemerintah Daerah (APBD)...2
2.2 Siklus Pengelolahan Keuangan Daerah (APBD).......................................11
2.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah......................................................19
BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan..................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang
mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan
tersebut. Tujuan laporan keuangan adalah meyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Sedangkan tujuan laporan keuangan
organisasi nirlaba yaitu diharapkan laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah
dipahami, memiliki relevansi dan memiliki daya banding yang tinggi. Saat ini tidak sedikit
organisasi nirlaba seperti yayasan, membiayai sendiri kegiatan opersionalnya sebagai entitas
yang akan senantiasa hidup dan beraktivitas (going concern). Namun tetap pada landasan
utama, kegiatan organisasi ini tidak berorientasi terhadap laba. Pengawasan atas yayasan
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sebagai stakeholders. Karena itu, transparansi
keuangan dalam bentuk publikasi laporan keuangan kepada masyarakat luas menjadi salah
satu kewajiban yang diatur.
1.2 Perumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Proses Penyusunan Rencana dan Anggaran Pemerintah Daerah (APBD)?

1.2.2 Bagaimana Siklus Pengelolahan Keuangan Daerah (APBD)?

1.2.3 Bagaimana Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?


1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui Proses Penyusunan Rencana dan Anggaran Pemerintah Daerah (APBD)

1.3.2 Mengetahui Siklus Pengelolahan Keuangan Daerah (APBD)

1.3.3 Mengethui Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Penyusunan Rencana dan Anggaran Pemerintah Daerah (APBD)


Mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis
besar proses perencanaan dan penyusunan APBD adalah sebagai berikut.

1. Penyusunan rencana kerja pemerintah daerah


2. Penyusunan rancangan kebijakan umum dan anggran
3. Penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara
4. Penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD
5. Penyusunan rancangan perba APBD
6. Penetapan APBD
Keenam tahapan tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut.

Rencama Kerja Prioritas


Pemerintah Kebijakan Umum
Plafon
Daerah (RKPD) APBD
Anggaran
Sementara

Rencana Kerja
Rancangan Perda
Perda APBD dan Anggaran
APBD
SKPD (RKA-SKPD

2
1) Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Penyusunan APBD didasarkan apda perencanaan yang sudah ditetapkan terlebih
dahulu mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila dilihat dari perspektif
waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan pemerintah daerah
untuk periode 20 tahun; Rencana Jangka Menengah daerah (RPJMD) merupakan
perencanaan pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) merupakan perencaaan tahunan daerah. Sedangkan perencanaan di tingkat
SKPD terdiri dari: Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan rencana untuk periode 5
tahun; dan Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan rencana kerja tahunan SKPD. Proses
penyusunan perencanaan di tingkat satker dan pemda dapat diuraikan sebagai berikut :
a. SKPD menyusun rencana strategis (Renstra-SKPD) yang memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
b. Penyusunan Renstra-SKPD dimaksud berpedoman pada rencana pembangunan jangka
menengah daerah (RPJMD). RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD, dan
program kewilayahan.
c. Pemda menyusun rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang merupakan
penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka
waktu satu tahun yang mengacu kepada Renja Pemerintah.
d. Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang disusun berdasarkan
evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya.
e. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas, pembangunan dan
kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemda maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakatan
f. Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud di atas adalah mempertimbangkan prestasi
capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

3
g. RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan
h. Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun anggaran
sebelumnya.
i. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Diagram alur perencanaan dan Penyusunan APBD terlihat sebagai berikut:

4
2) Kebijakan Umum APBD (KUA – APBD)
KUA – APBD adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan,
belanja dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 tahun. Proses
penyusunan KUA adalah sebagai berikut.
a. Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum APBD
(RKUA)
b. Penyusunan RKUA berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan
oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
c. Kepala daerah menyampaikan RKUA tahun anggran berikutnya sebagai landasan
penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat – lambatnya pertengahan bulan JUni
tahun anggaran berjalan.
d. RKUA yang telah dibahas kepala daerah bersama DPRD disepakati menjadi Kebijakan
Umum APBD (KUA).
3) Penetapan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Untuk penyusunan rancangan APBD diperlukan adanya urutan prioritas dan
plafon anggran sementara (PPAS). PPAS ini merupakan program prioritas dan patokan
batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan
dalam penyusunan RKA-SKPD. Proses penyusunan dan pembahasan PPAS menjadi PPA
adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan KUA yang telah disepakati, Pemda dan DPRD membahas PPAS yang
disampaikan oleh kepala daerah
b. Pembahasan PPAS dilaksanakan dengan Langkah sebagai berikut.
 Menentukan skala prioritas dan urusan wajib dan urusan pilihan.
 Menentukan urutan program dalam masing – masing urusan.
 Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing – masing program.
c. KUA dan PPAS yang disepakati Pemda dan DPRD dituangkan dalam nota kesepakatan.
d. Berdasarkan Nota Kesepakatan, diterbitkan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran (SKPD (RKA-SKPD) sebagai pedoman kepala SKPD dalam menyusun
RKA-SKPD.

5
Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Suatu
jembatan antara proses perumusan kebijakan dan penganggaran merupakan hal penting dan
mendasar agar kebijakan menjadi realitas dan bukannya hanya sekedar harapan. Untuk
tujuan ini harus ditetapkan setidaknya dua aturan yang jelas yaitu :
a. Implikasi dari perubahan kebijakan (kebijakan yang diusulkan) terhadap sumber
daya harus dapat diidentifikasi, meskipun dalam estimasi yang kasar, sebelum
kebijakan ditetapkan. Suatu entitas yang mengajukan kebijakan baru harus dapat
menghitung pengaruhnya terhadap pengeluaran publik, baik pengaruhnya terhadap
pengeluaran sendiri maupun terhadap departemen pemerintah yang lain.
b. Semua proposal harus dibicarakan/dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan
para pihak terkait: Ketua TAPD, Kepala Bappeda dan Kepala SKPD.
Dalam proses penyusunan anggaran, tim anggaran pemerintah daerah
(TAPD) harus bekerjasama dengan baik dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
untuk menjamin bahwa anggaran disiapkan dalam koridor kebijakan yang sudah
ditetapkan (KUA dan PPAS); dan menjamin semua stakeholders terlibat dalam proses
penganggaran sesuai dengan peraturan yang berlaku. Konsultasi dapat memperkuat
legislatif untuk menelaah strategi pemerintah dan anggaran. Dengan pendapat antara
legislatif dan pemerintah, demikian juga dengan adanya tekanan dari masyarakat,
dapat memberi mekanisme yang efektif untuk mengkonsultasikan secara luas
kebijakan yang terbaik. Pemerintah harus berusaha untuk mengambil umpan balik atas
kebijakan dan pelaksanaan anggarannya dari masyarakat, misalnya melalui survey,
evaluasi, seminar, dsb. Akan tetapi, proses penyusunan anggaran harus menghindari
tekanan yang berlebihan dari pihak-pihak yang berkepentingan dan para pelobi, agar
penyusunan anggaran dapat diselesaikan tepat waktu.

6
4) Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
Menurut Pasal 89 ayat (3) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, setelah ada
Nota Kesepakatan tersebut di atas Tim Anggaran (TAPD) menyiapkan surat edaran
kepala daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD yang harus diterbitkan
paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan. Pengaturan pada aspek
perencanaan diarahkan agar seluruh proses penyusunan APBD semaksimal mungkin
dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah
kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan alokasi serta distribusi sumber daya
dengan melibatkan partisipasi masayarakat. Sementara itu, penyusunan anggaran
dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah (KPJM), pendekatan anggaran terpadu, dan pendekatan anggaran kinerja.
Penganggaran terpadu merupakan penyusunan rencana keuangan tahunan
yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan
kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana
dan untuk menghindari terjadinya duplikasi belanja. Sedangkan penyusunan anggaran
berbasis kinerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan
dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil
dan keluaran tersebut. Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan
indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis
kegiatan.
Anggaran Berbasis Kinerja ini disusun berdasarkan pada:

a. Indikator kinerja;

b. Capaian atau target kinerja;

c. Analisis standar belanja (ASB);

d. Standar satuan kerja; dan

e. Standar pelayanan minimal.

7
Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing satuan
kerja perangkat daerah (SKPD) yang disusun dalam format Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA) SKPD harus betul-betul dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan,
sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan
manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang
dianggarkan. Oleh karena itu penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna
bahwa setiap pengguna anggaran (penyelenggara pemerintahan) berkewajiban untuk
bertanggungjawab atas hasil proses dan penggunaan sumber dayanya.

RKA-SKPD merupakan dokumen yang digunakan untuk penyusunan, rencana


kerja dan anggaran SKPD yang antara lain memuat:

a. Rencana program dan kegiatan,


b. Anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan SKPD.
c. Informasi tentang urusan pemerintah daerah, organisasi, standar biaya, presentasi kerja
yang akan dicapai dari program dan kegiatan.
Kepada SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 Tahun
Anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan. RKA-
SKPD disusun dengan menggunakan2 pendekatan sebagai berikut:

a. Pendekatan prakiraan maju:


Perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam
tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan,
b. Pendekatan penganggaran terpadu:
Penyusunan rencana keuangan tahunan dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh
jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip
pencapaian efisiensi alokasi dana.
c. Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja:
Suatu sistem anggaran yang mengutamakan pencapaian hasil kerja berdasarkan input
dan output dari perencanaan alokasi biaya.

8
1. Iput (masukan) :
Besarnya sumber-sumber: dana sumber daya manusia, material, waktu dan teknologi
yang digunakan untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan.
2. Output (keluaran) :
Barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan input yang
digunakan.
3. Kinerja / prestasi kerja :
Hasil dari kegiatan atau program yang akan atau telah dicapai sehubungan
dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
Beberapa formulir yang digunakan untuk penyusunan RKA-SKPD adalah sebagai berikut:
a. Formulir RKA-SKPD: Ringkasan anggaran pendapatan dan belanja.
b. Formulir RKA-SKPD 1: Ringkasan Jumlah pendapatan menurut kelompok dan jenis.
c. Formulir RKA-SKPD 2.1: Jumlah belanja tidak langsung menurut kelompok dan jenis.
d. Formulir RKA-SKPD 2.2.1: Penggabungan dari seluruh kelompok dan jenis belanja
langsung.
e. Formulir RKA-SKPD 2.2: Jumlah belanja langsung menurut kelompok dan jenis.
f. Formulir RKA-SKPD 3.1: Penerimaan pembiayaan, dan
g. Formulir RKA-SKPD 3.2: Pengeluaran pembiayaan.
5) Penetapan APBD
Penetapan APBD Pemerintah kabupaten atau kota dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Penyiapan Raperda tentang APBD
RKA-SKPD yang telah disetujui disampaikan kepada ppkd sebagai bahan penyusunan
Rancangan peraturan daerah atau Raperda tentang APBD serta rancangan Peraturan
Kepala Daerah tentang penjabaran APBD. Raperda tentang APBD dilengkapi dengan
lampiran lampiran sebagai berikut:
1. Ringkasan APBD menurut urusan wajib dan urusan pilihan;
2. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;
3. Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan;

9
4. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program,
dan kegiatan;
5. Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan
pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;
6. Daftar jumlah pegawai per-golongan dan per-jabatan;
7. Daftar piutang daerah;
8. Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
9. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;
10. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset-aset lain;
11. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan
dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;
12. dafar dana cadangan daerah; dan
13. daftar penjaman daerah.
b. Penyampaian dan pembahasan Raperda tentang APBD
1. Raperda APBD yang telah disusun disampaikan kepada DPRD untuk dibahas
2. Atas dasar persetujuan bersama tersebut, kepala daerah menyiapkan Rancangan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD disertai dengan nota
keuangan.
c. Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD
Raperda tersebut dalam waktu paling lama 3 hari kerja harus disampaikan kepada
Gubernur terkait untuk dievaluasi.
1. Jika hasil evaluasi sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan yang
lebih tinggi maka bupati atau walikota dapat menempatkan kedua rancangan
tersebut menjadi Perda tentang APBD dan peraturan bupati atau walikota tentang
penjabaran APBD.
d. Penetapan Raperda tentang APBD dan Rancangan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD
1. Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran
APBD tersebut harus dilakukan paling lambat tanggal 31 Desember sebelum
tahun anggaran baru dimulai.

1
2. Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka dapat ditunjuk pejabat yang
berwenang untuk menetapkan Perda tersebut untuk kemudian disampaikan kepada
Gubernur yang bersangkutan untuk "diketahui"

2. 2 Siklus Pengelolahan Keuangan Daerah (APBD)


Pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dengan fungsi-fungsi manajemen yang
dikenal selama ini. Dalam suatu organisasi, pada dasarnya manajemen dapat diartikan
sebagai suatu proses yang melibatkan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan
dan mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan fungsi-
fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau
kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan
(controlling). Begitu pula dalam pengelolaan keuangan daerah, fungsi manajemen tersebut
diwujudkan dalam siklus pengelolaan keuangan daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, dalam Bab I, Bagian Pertama Pasal 1 tentang ketentuan umumnya
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut. Selanjutnya, dalam Bagian Ketiga Pasal 4 menyebutkan
bahwa pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu rangkaian proses pengelolaan
keuangan daerah yang dimulai dari penganggaran yang ditandai dengan ditetapkan APBD,
pelaksanaan dan penatausahaan atas APBD, serta pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah yang gambarannya adalah sebagai berikut.

1
- Perencanaan
Untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan tepat
sasaran maka diperlukan perencanaan pengelolaan keuangan daerah serta keseragaman
peraturan yang berlaku guna tercapainya tujuan otonomi daerah dan menghindarkan
dari ketimpangan permasalahan antar wilayah. Perencanaan tersebut harus mencakup:
penyelenggaraan perencanaan makro atau perencanaan yang berada pada tataran
kebijakan daerah atas semua fungsi pemerintahan dan meliputi semua bidang kehidupan
secara terpadu dalam daerah masing-masing.
Perencanaan daerah akan menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang.
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
pemerintahan di daerah dengan melibatkan masyarakat. Adapun tujuan perencanaan
adalah untuk hal berikut ini.
1. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan.
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,
antarruang. antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah.
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan.

1
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya
penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.

Perencanaan pengelolaan keuangan pemerintah daerah akan tergambar di dalam


Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), yang di dalam penyusunan APBD harus
mempertimbangkan sinergitas antara perencanaan pusat dan daerah, yaitu:
1. Keterkaitan antarwilayah dari segi sosial, ekonomi, budaya dan politik sebagai
perwujudan wawasan nusantara dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Potensi strategis di setiap wilayah.
3. Tujuan dan sasaran pembangunan setiap wilayah.
4. Rencana tata ruang dan pola pemanfaatan ruang yang optimal.
5. Keterkaitan lintas sektor dan lintas wilayah secara lebih efektif dan efisien.
Didalam penyusunan APBD, maka terdapat beberapa hal yang menjadi prinsip yang
harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
2. APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai tahapan dan jadwal.
3. Penyusunan APBD dilakukan secara transparan, yang memudahkan masyarakat
untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD.
4. Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat.
5. APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Substansi APBD tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan
yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
- Pelaksanaan
Untuk anggaran pemerintah pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan
diterbitkannya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran/DIPA. Segera setelah suatu tahun
anggaran dimulai (1 Januari tahun berjalan), maka DIPA harus segera diterbitkan untuk
dibagikan kepada satuan satuan kerja sebagai pengguna anggaran pada
kementerian/lembaga. Seperti pada pemerintah pusat, pemerintah daerah juga harus
menempuh cara yang sama, dengan sedikit tambahan prosedur. Setelah terbit Peraturan
Daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun DPA.

1
Dengan demikian, maka fleksibilitas penggunaan anggaran diberikan kepada
Pengguna Anggaran. DPA disusun secara rinci menurut klasifikasi organisasi. fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja disertai indikator kinerja. Dokumen ini disertai
dengan rencana penarikan dana untuk mendanai kegiatan dan apabila dari kegiatan
tersebut menghasilkan pendapatan maka rencana penerimaan kas (pendapatan) juga
harus dilampirkan. Jika DIPA bagi kementerian/lembaga sudah dapat dijadikan
dokumen untuk segera melaksanakan anggaran pemerintah pusat, pada pemerintah
daerah masih diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD merupakan suatu
dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan. SPD ini
diperlukan untuk memastikan bahwa dana yang diperlukan melaksanakan kegiatan
sudah tersedia pada saat kegiatan berlangsung. Setelah DPA dan SPD terbit, maka
masing-masing satuan kerja wajib melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Selanjutnya, atas pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja, ada dua sistem
yang terkait dengan pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem
pembayaran.
1. Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum Daerah dan
tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan kerja yang
melakukan pemungutan (azas bruto). Oleh karena itu, penerimaan wajib disetor
ke Rekening Kas Umum selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam
rangka mempercepat penerimaan pendapatan, Bendahara Umum Daerah (BUD)
dapat membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib
menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas Umum
Daerah.
2. Sistem Pembayaran
Belanja membebani anggaran daerah setelah barang/jasa diterima. Oleh karena
itu, terdapat pengaturan yang ketat tentang sistem pembayaran. Dalam sistem
pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna Anggaran/Barang
dan BUD. Terdapat 2 cara pembayaran, yaitu pembayaran yang dilakukan
secara langsung oleh BUD kepada yang berhak menerima pembayaran atau
lebih dikenal dengan sistem Langsung (LS).

1
Pembayaran dengan sistem LS dilakukan untuk belanja dengan nilai yang cukup
besar atau di atas jumlah tertentu. Cara lainnya adalah dengan menggunakan
Uang Persediaan (UP) melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran dengan UP
dilakukan untuk belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu untuk
membiayai keperluan sehari-hari perkantoran. Pelaksanaan anggaran dilakukan
dengan mengikuti suatu sistem dan prosedur akuntansi. Sistem ini diperlukan
untuk tujuan tiga hal berikut.
1. Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang terkait
sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab di antara mereka.
2. Untuk terselenggarakannya pengendalian intern dalam menghindari
terjadinya penyelewengan.
3. Untuk menghasilkan laporan keuangan pemerintah yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
- Penatausahaan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
pedoman pengelolaan keuangan daerah menyebutkan pengguna anggaran/ kuasa
pengguna anggaran, bendahara penerimaan/bendahara pengeluaran, dan orang atau
badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib
menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penatausahaan merupakan prosedur pada saat kegiatan menerima, menyimpan,
menyetor, membayar, menyerahkan, mencatat, mempertanggungjawabkan, dan
melaporkan.
Penatausahaan merupakan lanjutan dari pelaksanaan APBD yang terdiri atas berikut
ini;
1. Sekretaris daerah memulai kegiatan penatausahaan dengan memberikan
persetujuan pengesahan DPA SKPD.
2. PPKD/Kepala DPPKAD mengesahkan DPA-SKPD dan anggaran kas.
3. PPKD/Kepala DPPKAD selaku bendahara umum daerah/BUD menerbitkan SPD.
4. PPTK di seluruh SKPD menyiapkan dokumen SPP-LS.

1
5. Bendahara penerimaan dan pengeluaran diusulkan PPKD kepada KDH untuk
ditetapkan sebagai bendahara untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam
rangka pelaksanaan anggaran SKPD. Bendahara pengeluaran mengajukan SPP-
UP/ GU/TU (sistem UYHD) dan SPP-LS.
6. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional.
Baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan
perdagangan pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai
penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos
atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama
pribadi.
7. Bendahara dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara
penerimaan asisten dan/atau asisten bendahara produksi.
8. Bendahara secara fungsional bertanggung jawab kepada PPKD selaku BUD.
9. Bendahara secara administratif bertanggung jawab kepada kepala SKPD.
10. Kepala SKPD mengajukan SPM-UP/GU/TU dan SPM-LS.
11. PPKD selaku Kuasa BUD Menerbitkan SP2D.
12. PPK SKPD mengakuntansikan dan menyiapkan laporan keuangan SKPD, serta
melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA SKPD. Kepala SKPD
menetapkan pejabat yang melaksanakan tata usaha keuangan pada SKPD sebagai
PPK SKPD. PPK SKPD yang mempunyai tugas meneliti kelengkapan SPP-LS
(pengadaan barang), UP, GU, TU dan SPP-LS gaji tunjangan dan lainnya.
Melakukan verifikasi SPP, menyiapkan SPM, melakukan verifikasi harian atas
penerimaan, melaksanakan akuntansi SKPD dan menyiapkan laporan SKPD. 1
13. Kepala SKPD menyusun Pertanggungjawaban Dana (SPJ).
14. PPKD/kepala DPPKAD/BUD menyusun laporan keuangan dan pertanggung
jawaban pelaksanaan APBD.

1
Salah satu tahapan penting dalam tahap ini adalah penatausahaan bendahara
penerimaan dan penausahaan bendahara pengeluaran, yaitu seperti berikut.

1. Penatausahaan bendahara penerimaan.


Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh
penerimaan dan menyetorkan seluruh penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Prosedur penatausahaan bendahara penerimaan merupakan prosedur yang digunakan
menatausahakan kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar,
menyerahkan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang berada dalam
pengelolaan bendahara penerimaan.
2. Penatausahaan bendahara pengeluaran.
Prosedur penatausahaan bendahara pengeluaran merupakan prosedur yang
digunakan untuk menatausahakan kegiatan menerima, menyimpan, menyetor,
membayar, menyerahkan, dan mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yang
berada dalam pengelolaan bendahara pengeluaran.
- Pelaporan
Laporan keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu wujud bentuk
pertanggungjawaban pemerintah daerah atas penggunaan keuangan daerah dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah dan operasional pemerintah daerah, hal tersebut
menjadi tolak ukur kinerja untuk dapat dipertanggungjawaban pada setiap akhir tahun
anggaran. Tujuan umum pelaporan keuangan daerah adalah untuk menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas
entitas pelaporan atas sumber daya.
Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang telah
diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan pemerintah daerah setiap tahun akan
diperiksa oleh BPK dan setelah itu dipertanggungjawabkan ke DPRD
propinsi/kabupaten/kota.

1
- Pertanggungjawaban
Dengan munculnya otonomi daerah dalam bidang keuangan, pemerintah daerah
mempunyai kebebasan untuk mengelola keuangan daerahnya sendiri. Pemerintah daerah
bisa merencanakan sendiri, melaksanakan sendiri serta mempertanggungjawabkan
sendiri.
Dengan banyaknya regulasi, saat ini baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, baik di tingkat kementerian maupun di tingkat SKPD dituntut 2 (dua) jenis
pertanggungjawaban, yaitu: pertanggungjawaban keuangan dan
pertanggungjawaban kinerja. Gambaran menyeluruh dari pertanggungjawaban
keuangan dan kinerja pemerintah daerah adalah sebagai berikut.

- Pengawasam
Pengelolaan keuangan pemerintah daerah setiap tahun akan mengalami dua kali
pengawasan, yaitu dari pihak internal (APIP) dan pihak eksternal (BPK). Pemeriksaan
APIP dilakukan dalam tahun berjalan karena itu disebut interim audit, sedangkan
pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal dilakukan setelah tahun berjalan
disebut post audit.

1
Dasar hukum pemeriksaan internal audit, yaitu PP Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pembinaan dan Pengawasan dan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah serta PP Nomor
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), sedangkan dasar
hukum untuk eksternal adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara oleh BPK.

2.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Laporan keuangan pemerintah daerah (LPKD) memberikan gambaran megenai kondisi
dan kinerja keuangan pemerintah daerah. Pada dasarnya LKPD merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas penggunaan dana publik (APBD). Dalam pasal 32 UU No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan
pertangguangjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan
standar akuntansi pemerintahan (SAP). Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan
SAP berbasis akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku
kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah,
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip
akuntansi, yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
A. Tujuan Pelapora Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan,
baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik. Pelaporan keuangan pemerintah
bertujuan meyediakan informasi mengenai:
1) Sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan;
2) Kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;
3) Jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan
serta hasil-hasil yang telah dicapai;
4) Bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi
kebutuhan kasnya;
5) Posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber
penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal
dari pungutan pajak dan pinjaman; dan

1
6) Perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau
penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
B. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan pokok terdiri dari laporan realisasi anggaran, laporan
perubahan saldo anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan
1) Laporan Realisasi Anggarran (LRA)
LRA menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, pusat/daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur-
unsur yang dicakup secara langsung oleh LRA adalah sebagai berikut.
a) Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh bendahara umum negara/daerah atau
oleh entitas lainnya yang menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.
b) Belanja adalah semua pengeluaran yang oleh bendahara umum negara/daerah
yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
c) Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi
hasil.
d) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan atau pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya.
Gambar 1.1 Ilustrasi Laporan Realisasi Anggaran

2
2
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)
Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Gambar 1.2 Ilustrasi Laporan Perubahan SAL

3) Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenaik aset,
kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca yaitu
sebagai berikut.
a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang.
b) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelessaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.
c) Ekuitas adalah kewajiban bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset
dan kewajiban pemerintah.
Gambar 1.3 Ilustrasi laporan neraca

2
2
4) Laporan Operasional
Laporan operasional (LO) menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya dikelola oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintah dalam satu periode
pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam LO ini yaitu sebagai berikut.
a) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.
b) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurangan nilai
kekayaan bersih.
c) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari atau oleh
suatu entitas pelaporan dari atau kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
d) Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi
karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak
diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh
entitas bersangkutan.
Gambar 1.4 Ilustrasi Laporan Laba Operasional

2
5) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungn dengan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat atau daerah selama periode
tertentu. Unsur yang dicakup dalam laporan arus kas yaitu sebagai berikut.
a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke bendahara umym
negara/daerah.
b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari bendahara umum
negara/daerah.
Gambar 1.5 Ilustrasi Laporan Arus Kas

2
6) Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelapora dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Gambar 1.6 Ilustrasi Laporan Perubahan Ekuitas

2
7) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
CaLK meliputi penjelasan naratif atau rinci dari angka yang tertera dalam LRA,
laporan perubahan SAL, laporan operasional, LPE, neraca, dan laporan arus kas.
CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan
oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk
diungkapkan di dalam SAP serta ungkapan-ungkapan yang diperlakukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
C. Sistem Akuntansi
Perbedaan antara basis akrual dengan basis cash toward accrual adalah saat
timbulnya pengakuan (recognition). Pada basis akrual, pendapatan dan beban sudah
diakui pada saat timbulnya hak atau timbulnya kewajiban bagi suatu entitas, tanpa
menunggu adanya kas masuk atau kas keluar dari entitas yang bersangkutan. Dengan
demikian, suatu transaksi mungkin sudah diakui sebagai pendapatan akrual dan
dilaporkan dalam laporan operasional, tetapi pada saat yang bersamaan belum dapat
dilaporkan sebagai pendapatan kas dan dilaporkan dalam LRA.
Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013,
sistem akuntansi pemerintah daerah dibedakan menjadi dua, yaitu sistem akuntansi
PPKD (pejabat pengelola keuangan daerah) dan sistem akuntansi SKPD (satuan kerja
perangkat daerah). Berikut uraiannya.
1. Sistem Akuntansi SKPD
SKPD harus menyelenggarakan sistem akuntansi guna menghasilkan laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang
dikelolanya. Sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang
oleh SKPD disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan
dari rekening Kas Umum Daerah (Kasda). Pengelola Kasda adalah PPKD yang
secara otomatis adalah BUD.

2
Degan demikian, walaupun SKPD telah memiliki Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA), aliran kas masuk ke pengguna anggaran yang berasal dari
pendapatan daerah harus disetorkan ke kas daerah. Demikian juga untuk setiap
pembayaran belanja SKPD, uang yang digunakan adalah uang yang berasal dari kas
daerah yang dibayarkan baik dengan cara pembayaran langsung (LS) oleh BUD ke
pihak penerima pembayaran ataupun melalui bendahara pengeluaran SKPD dengan
mekanisme uang persediaan/tambah uang persediaan (UP/GU/TU).
Mekanisme tersebut akan menimbulkan hubungan antara SKPD dengan
PPKD (selaku BUD). Dalam konteks akuntansi, hubungan antara SKPD dan PPKD
selaku BUD meliputi dua aspek berikut:
a. Hubungan keuangan, yakni hubungan antara SKPD dan PPK dipandang sebagai
hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang.
b. Pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran, yakni hubungan antara SKPD dan
PPKD sebagai entitas yang mandiri, sehingga baik SKPD maupun PPKD
mempunyai tanggung jawab untuk menyusun laporan keuangannya masing-
masing.
Hubungan kantor pusat dan cabang pada akuntansi di SKPD dan PPKD
dapat dilihat dengan digunakannya akun Rekening Koran PPKD (RK-PPKD) pada
setiap SKPD. Sementara itu, PPKD menggunakan akun Rekening Koran SKPD
(RK-SKPD). Dengan demikian, akun RK-SKPD dan akun RKPPKD merupakan
akun resiprokal yang mencerminkan hubungan timbal balik keuagan antara PPKD
(selaku BUD) dan SKPD (selaku pengguna anggaran).
2. Sistem Akuntansi PPKD
Sistem akuntansi yang harus diselenggarakan di PPKD/SKPKD terdiri dari:
a. Sistem akuntansi SKPD (SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD), yang
menghasilkan laporan keuangan SKPD berupa LRA, LO, LPE, neraca, dan
CaLK
b. Sistem akuntansi PPKD terdiri dari:
1) Sistem akuntansi PPKD sebagai BUD, yang menghasilkan laporan
keuangan PPKD berupa LRA, LO, LPE, dan neraca, serta CaLK selaku
PPKD

2
2) Sistem akuntansi konsolidasian pemda, yang menghasilkan laporan
keuangan pemda (laporan keuangan gabungan) secara lengkap berupa
laporan tersebut pada nomor 1) ditambah dengan laporan perubahan SAL
dan laporan arus kas (LAK).
Untuk tujuan pelaporan keuangan, baik SKPD maupun PPKD mengikuti
siklus akuntansi yang mencakup tahapan atau langkah-langkah umum berikut:
a. Pecatatan Jurnal Anggaran di Buku Jurnal
b. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
c. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
d. Postig ke Buku Besar
e. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
f. Penyusunan Laporan Keuangan
g. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
h. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Tahapan selanjutnya dari siklus akuntansi pemerintah daerah adalah
penyusunan laporan keuangan konsolidasian (Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah, LKPD). Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan
yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan atau
entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal. Laporan keuangan
pemda disusun dengan melakukan proses konsolidasi dari seluruh laporan keuangan
entitas akuntansi yang terdapat pada pemda.
Proses peyusunan laporan keuangan konsolidasian pada dasarnya hanya
menjumlahkan akun-akun yang sifatnya sama di dalam laporan keuangan dari
seluruh SKPD ditambah dengan akun-akun yang ada dalam laporan keuangan
PPKD, termasuk melakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal, yaitu akun RK-
PPKD lawan RK-SKPD.

2
Semua transaksi dan/atau kejadian keuangan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dicatat pada buku jurnal berdasarkan bukti
transaksi yang sah. Pencatatan dilakukan secara kronologis sesuai dengan terjadinya
transaksi dan/atau kejadian keuangan. Dalam akuntansi akrual pemerintahan dikenal
dua jenis jurnal, yaitu jurnal anggaran dan jurnal financial.
1) Jurnal anggaran adalah jurnal yang dibuat untuk menatausahakan transaksi
yang berkaitan dengan anggaran dan realisasinya. Keluaran utama dari jurnal
ini adalah laporan arus kas.
2) Jurnal finansial adalah jurnal yang dibuat untuk menatausahakan seluruh
transaksi keuangan pemerintah daerah. Keluaran utama dari jurnal ini adalah
laporan operasional dan neraca.
Berikut ini hubungan antar jurnal dan laporan keuangan yang sering digunakan
dalam proses penyusunan laporan keuangan baik manual maupun aplikasi.

D. Reviu LKPD
Reviu LKPD adalah peelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian
LKPD oleh Inspektorat untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah
diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan LKPD telah
disajikan sesuai dengan SAP dalam upaya membantu kepala daerah untuk menghasilkan
LKPD yang berkualitas. Reviu LKPD dilaksanakan dengan berpedoman kepada
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 8 /PMK.09/2015 tentang
Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

3
Tujuan reviu LKPD adalah sebagai berikut:
a. Membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LKPD
b. Memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan
SAPD dan LKPD telah disajikan sesuai dengan SAP
Untuk mencapai tujuan tersebut, apabila pereviu menemukan kelemahan dalam
penyelenggaraan akuntansi dan/atau kesalahan dalam penyajian laporan keuangan,
pereviu memberikan rekomendasi kepada entitas akuntansi dan/atau entitas pelaporan
untuk segera melakukan penyesuaian dan/atau koreksi atas kelemahan dan/atau
kesalahan tersebut secara berjenjang.
Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan opini sebagaimana dalam audit
karena dalam reviu tidak mencakup pengujian atas pengendalian intern, penetapan risiko
pengendalian, pengujian catatan akuntansi, dan pengujian atas respons terhadap
permintaan keterangan dengan cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui
inspeksi, pengamatan, atau konfirmasi, dan prosedur tertentu lainnya yang biasa
dilaksanakan dalam suatu audit.
Reviu LKPD melalui tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
Berikut penjelasannya.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan reviu pada intinya meliputi kegiatan penyeleksian dan penentuan
unit objek reviu, pemilihan objek kegiatan penyelenggaraan akuntansi, serta
penetapan langkah-langkah reviu. Pada tahap perencanaan diperlukan pembangunan
komitmen pada tingkat pimpinan untuk menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas yang di antaranya melalui penetapan target opini. Komitmen tersebut
dapat dibangun dengan melakukan koordinasi secara intensif dengan SKPD atau
lembaga terkait untuk mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan dalam
pemeriksaan LKPD sebelumya dan tingkat penyelesaian rekomendasi atas
permasalahan tersebut.

3
b. Pelaksanaan Reviu LKPD
Reviu terutama dilakukan rnelalui serangkaian aktivitas berikut.
1) Penelusuran Angka
Penelusuran angka dilakukan dengan menandingkan angka pada catatan
akuntansi dengan dokumen sumber.
2) Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan dilakukan atas proses pengumpulan, pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan transaksi, serta proses
kompilasi dan rekonsiliasi laporan SKPD dan laporan konsolidasian secara
berjenjang
3) Prosedur Analitis
Prosedur analitis dilakukan untuk mengetahui hubungan dari hal-hal yang
kelihatannya tidak biasa.
c. Pelaporan
Rangkaian aktivitas dalam pelaporan reviu dititikberatkan pada pertanggungjawaban
pelaksanaan reviu yang pada pokoknya mengungkapkan prosedur reviu yang
dilakukan, kesalahan atau kelemahan yang ditemui, langkah perbaikan yang
disepakati, langkah perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan yang tidak
atau belum dilaksanakan. Laporan tersebut merupakan dasar penyusunan Pernyataan
Telah Direviu (PTD).

3
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Penyusunan Rancangan APBD memiliki beberapa tahapan yang mempunyai tugas


masing-masing yang saling berkaitan erat satu sama lain untuk mempermudakan segala
kegiatan yang telah disusun untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Penyusunan APBD ini
diawali dengan menyusun rencana kerja, rancangan kebijakan umum dan anggaran,
menentapkan prioritas dan plafon anggaran sementara. Setelah itu dilanjutkan dengan proses
menyusun rencana kerja dan anggaran, rancangan perba APBD sehingga dapat dilakukan
penetapan APBD. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu rangkaian proses
pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dari penganggaran yang ditandai dengan
ditetapkan APBD, pelaksanaan dan penatausahaan atas APBD, serta pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD. Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah (LPKD) memberikan gambaran
megenai kondisi dan kinerja keuangan pemerintah daerah. Pada dasarnya LKPD merupakan
bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan dana publik (APBD). Dalam pasal 32 UU No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan
pertangguangjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan
standar akuntansi pemerintah (SPA).

3
DAFTAR PUSTAKA

Lavanya-Bimal. (2014, November 6). Penyusunan Dan Penetapan APBD. SlideServe. Retrieved
November 5, 2022, from https://www.slideserve.com/lavanya-bimal/penyusunan-dan-
penetapanapbd#:~:text=Proses%20perencanaan%20dan%20penyusunan%20APBD%2C%2
0mengacu%20pada%20PP,%3B%202.%20Penyusunan%20rancangan%20kebijakan%20u
mum%20anggaran%20%3B

Elsye, R., Suwanda, D., & Muchidin, U. (2016). Dasar - Dasar Akuntansi Akrual Pemerintah
Daerah. Jatinangor.
Dr. H. Moermahadi S. Djanegara, S. A. (2017). Laporan Keuangan Pemerintah Darah. Bogor:
Kesatuan Press.

Anda mungkin juga menyukai