Anda di halaman 1dari 18

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Mata Kuliah : Keuangan Daerah

Dosen Pembimbing : Nufaisa S.Sos.I, M.Ak,

Disusun Oleh :

1). Dwi Novita (08040120088)


2). Robiatuadawiah (08040120101)
3). Yessi Faradhila (08040120105)

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah senantiasa kita ucapkan, tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Baginda Muhammad SAW yang telah
membimbing kita menuju jalan yang benar. Penyusunan makalah yang berjudul “Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah ( APBD )”. Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Keuangan Daerah Ibu Nufaisa S.Sos.I,
M.Ak, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
menyempurnakan tugas makalah ini. Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 02 April 2023

(Kelompok 4)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................3
BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................5
C. Tujuan Pembelajaran ........................................................................................................5
BAB II ........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................6
A. Pengertian APBD .............................................................................................................6
B. Konsep dan Struktur APBD ..............................................................................................8
C. Kebijakan Penyusunan APBD ..........................................................................................9
D. Tujuan APBD ................................................................................................................. 11
E. Kedudukan APBD .......................................................................................................... 11
F. Fungsi APBD ................................................................................................................. 11
G. Unsur APBD .................................................................................................................. 12
H. Alur Proses dan Jadwal Penyusunan APBD .................................................................... 13
BAB III .................................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan
pemerintah daerah selama satu tahun yang ditetapkan oleh peraturan daerah. APBD dapat
dijadikan sebagai sarana komunikasi pemerintah daerah kepada masyarakatnya mengenai
prioritas pengalokasian yang dilakukan oleh pemerintah daerah setelah berkoordinasi
dengan pihak legislatif, DPRD. APBD terdiri dari tiga komponen utama yaitu pendapatan
daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah terdiri dari pos
Pendapatan Asli Daerah (PAD), pos Dana Perimbangan, dan pos Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah. Di dalam pos PAD ada komponen Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
yang merupakan sumber pendapatan utama dari pemerintah daerah itu sendiri yang
diperoleh dari wajib pajaknya. Selanjutnya untuk Dana Perimbangan merupakan dana yang
diperoleh pemerintah daerah dari pemerintah pusat sebagai perwujudan dari pelaksanaan
desentralisasi fiskal. Selain sumber pendapatan yang diperoleh dari daerah tersebut dan
pemerintah pusat, pemerintah daerah juga memperoleh pendapatan dari daerah lain yang
berupa komponen Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan pemda lainnya yang ada di
dalam pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Komponen belanja daerah merupakan
perwujudan pemerintah daerah dalam mengeluarkan uangnya untuk pelayanan publik.
Terdapat empat pos utama di dalam belanja daerah yaitu pos Belanja Pegawai, pos Belanja
Barang dan Jasa, pos Belanja Modal, dan pos Belanja lainnya. Melalui belanja daerah ini
diperoleh informasi prioritas belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang dapat
berdampak pada kesejahteraan warganya.
Dalam APBD, Pemda dapat merencanakan defisit atau surplus APBD. Pada
kenyataannya, di dalam dokumen APBD seringkali terjadi defisit daerah. Defisit daerah
dapat ditutup dengan pembiayaan daerah. Pembiayaan daerah terdiri dari dua pos yaitu
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Pemerintah daerah memiliki
kecenderungan untuk menutup defisit daerah dari Sisa Lebih Penghitungan Anggaran
(SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya atau dengan melakukan pinjaman daerah atau
obligasi daerah yang berada di pos penerimaan pembiayaan. Pos pengeluaran pembiayaan

4
juga memiliki dua komponen utama yang banyak digunakan oleh pemda yaitu penyertaan
modal (investasi daerah) dan pembayaran pokok utang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian APBD
2. Bagaimana konsep dan struktur APBD
3. Bagaimana kebijakan penyusunan APBD
4. Apa tujuan APBD
5. Bagaimana kedudukan APBD
6. Apa fungsi APBD
7. Bagaimana unsur APBD
8. Bagaimana alur proses dan jadwal penyusunan APBD
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk menjelaskan pengertian APBD
2. Untuk menjelaskan konsep dan struktur APBD
3. Untuk mengetahui kebijakan penyusunan APBD
4. Untuk mengetahui tujuan APBD
5. Untuk menjelaskan kedudukan APBD
6. Untuk mengetahui fungsi APBD
7. Untuk mengertahui unsur APBD
8. Untuk menjelaskan alur proses dan jadwal penyusunan APBD

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian APBD
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 1 butir 8 tentang
Keuangan Negara). Menurut Achmad Fauzi adalah program pemerintah daerah yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun mendatang, yang diwujudkan dalam satu bentuk uang.
Menurut Alteng Syafruddin, Pengertian APBD ialah rencana kerja atau program kerja
pemerintah daerah untuk tahun kerja tertentu, di dalamnya memuat rencana pendapatan
dan rencana pengeluaran selama tahun kerja tersebut. R.A. Chalit mengemukakan bahwa
pengertian APBD merupakan suatu bentuk konkret rencana kerja keuangan daerah yang
komprehensif yang mengaitkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah yang
dinyatakan dalam bentuk uang, untuk mencapai tujuan yang direncanakan dalam jangka
waktu tertentu dalam satu tahun anggaran.1
Menurut M. Suparmoko, pengertian APBD ialah anggaran yang memuat daftar
pernyataan rinci tentang jenis dan jumlah penerimaan, jenis dan jumlah pengeluaran negara
yang diharapkan dalam jangka waktu satu tahun tertentu. Dari pengertian APBD di atas,
dapat ditarik kesimpulan, yaitu komprehensif dan mengaitkan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah daerah dengan pendapatan-pendapatan. Ciri lainnya yang penting dari APBD
ialah bahwa anggaran daerah memuat semuaraan-perkiraan dalam suatu jangka waktu
(periode) tertentu dari semua pembiayaan yang diperlukan untuk keperluan pengeluaran,
karena itulah anggaran daerah tidak dapat dipisahkan dengan program tahunan. Hal ini
disebabkan karena anggaran daerah merupakan pelaksanaan program tahunan yang
dinyatakan dalam bentuk uang. Menurut Halim dan Nasir, Pengertian APBD adalah
"Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetuju bersama oleh
pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan ditetapkan dengan
peraturan daerah." Menurut Halim, Definisi APBD adalah suatu anggaran daerah, di mana
memiliki unsur-unsur sebagai berikut.
1) Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.

1
Windhu Putra, Tata Kelola Ekonomi Keuangan Daerah, Depok, Rajawali Pers, 2018, Hal 1-3

6
2) Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-
biaya sehubungan dengan aktivitas- aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang akan
dilaksanakan.
3) Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.
4) Periode anggaran, yaitu biasanya 1 tahun.

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran.
APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan dan belanja daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
penerimaan daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD.
Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan
dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah maka APBD
juga menjadi dasar bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan, dan pengawasan keuangan
daerah.

APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya
atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD
merupakaan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap
sumber pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah
ditetapkan. Berkaitan dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas
tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah
anggaran belanja yang telah ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat
dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.
Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah baik dalam bentuk uang, barang
dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan. harus dianggarkan dalam APBD.
Setiap penganggaran penerimaan dan pengeluaran dalam APBD harus memiliki dasar
hukum penganggaran. Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk melaksanakan

7
kewajiban pemerintah daerah sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
B. Konsep dan Struktur APBD
APBD merupakan rencana pendapatan, belanja daerah, dan pembiayaan di suatu
daerah untuk satu tahun. APBD juga merupakan wujud tahunan dari rencana jangka
panjang daerah serta rencana jangka menengah yang dibuat berdasarkan visi. misi kepala
daerah. APBD dipersiapkan oleh pemerintah daerah, disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah sehingga pada akhirnya menjadi produk hukum berupa Peraturan Daerah
yang harus diikuti oleh segenap lembaga di daerah.
Sejalan dengan adanya pelimpahan sebagian wewenang dari pemerintah pusat ke
daerah melalui Undang-Undang No.22 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, terjadi perubahan dalam sumber pendapatan daerah,
yakni dengan dimasukkannya komponen dana perimbangan ke dalam struktur APBD.
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk
membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan
merupakan bentuk pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal pemerintah pusat di era
otonomi daerah. Secara garis besar, struktur APBD dapat dilihat pada tabel berikut:
a) Pendapatan Daerah
Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain pendapatan
(PAD) daerah yang sah
1. Pajak Daerah 1. Dana Bagi Hasil 1. Hibah
2. Retribusi Daerah (DBH) 2. Dana darurat
3. Hasil pengelolaan 2. Dana Alokasi 3. Lain-lain
kekayaan daerah yang Umum (DAU) pendapatan yang
dipisahkan 3. Dana Alokasi ditetapkan oleh
4. Lain-lain PAD yang Khusus pemerintah
sah

8
b) Belanja Daerah
Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung
1. Belanja pegawai 1. Belanja pegawai
2. Belanja barang dan jasa 2. Bunga
3. Belanja modal 3. Subsidi
4. Hibah
5. Bantuan sosial
6. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan
Keuangan
7. Belanja tidak terduga

c) Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan
1. SILPA tahun anggaran 1. Pembentukan dana cadangan
sebelumnya 2. Penyertaan modal pemerintah
2. Pencairan dana cadangan daerah
3. Hasil penjualan kekayaan daerah 3. Pembayaran pokok utang
yang dipisahkan 4. Pemberian pinjaman
4. Penerimaan pinjaman
5. Penerimaan kembali pemberian
pinjaman
Sumber : Permendagri No. 13 Tahun 2006
C. Kebijakan Penyusunan APBD
1. Kebijakan Penganggaran Pendapatan
Yang perlu disadari dalam merencanakan penganggaran pendapatan antara lain
adalah
a. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum
daerah, yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam
1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
b. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, mempunyai
makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan

9
belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau
dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
c. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
2. Kebijakan Penganggaran Belanja
Dalam merencanakan pengalokasian penganggaran belanja yang perlu dipahami
bagi pembuatan anggaran, antara lain adalah

a. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang


menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/ kota yang terdiri dari urusan wajib
dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
b. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan umum yang layak serta mengembangkan
sistem jaminan sosial.
c. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi
pada pencapaian output dan outcome dari input yang direncanakan. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta
memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
d. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan
tugas dan fungsi SKPD dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah
yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Penyediaan dana untuk penanggulangan bencana alam/bencana sosial dan/atau
memberikan bantuan kepada daerah lain dalam rangka penanggulangan bencana
alam/bencana sosial dapat memanfaatkan saldo anggaran yang tersedia dalam sisa
lebih perhitungan APBD tahun anggaran sebelumnya dan/atau dengan melakukan
penggeseran belanja tidak terduga atau dengan melakukan penjadwalan ulang atas
program dan kegiatan yang tidak mendesak.
3. Kebijakan Penganggaran Pembiayaan

10
Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.2
D. Tujuan APBD
Sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran dalam melaksanakan kegiatan
daerah untuk meningkatkan produksi dan kesempatan kerja dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi masyarakat daerah3.
E. Kedudukan APBD
Dalam menjalan kebijakan eksekutif dan legislative harus memahami posisi dan
kewenangan dalam penganggaran. Oleh karena kedudukan APBD adalah sebagai berikut4:
1. Sebagai dasar kebijakan menjalankan keuangna yang akan dilakasanakan oelh
pemerintah daerah untuk masa tertentu, yaitu satu tahun anggaran.
2. Sebagai pemberian kuasa dari pihak legislative, yaitu DPRD kepada kepala daerah
sebagai pimpinaneksekutif untuk melakukan pengeluaran dalam rangka menjalankan
roda pemerintahan daerah.
3. Sebagai penetapan kewenangan kepada kepala daerah untuk melaksanakan
pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat.
4. Sebagai baha supaya pengawasan yang dilakukan oleh yang berhak melaksankan
pengawasan dapat lebih baik.
F. Fungsi APBD
Pada awalnya fungsi APBD adalah sebagai pedoman pemerintah daerah dalam
mengelola keuangan daerah untuk satu periode. Selanjutnya, sebelum anggaran dijalankan
harus mendapat persetujuan dari DPRD sebagai wakil rakyat maka fungsi anggaran
juga sebagai alat pengawasan dan pertanggungjawaban terhadap kebijakan publik.
Dengan melihat fungsi anggaran tersebut maka seharusnya anggaran merupakan power
relation antara eksekutif, legislatif dan rakyat itu sendiri.5 Selain itu APBD sebagai agen

2
Windhu Putra, Tata Kelola Ekonomi Keuangan Daerah, Depok, Rajawali Pers, 2018, Hal 3 - 5
3
Windhu Putra, TATA KELOLA EKONOMI KEUANGAN DAERAH, Rajagrafindo persada, Depok, 2018,hlm 5
4
Ibid.,
5
Lucyanda, REFORMASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KUALITAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH (APBD), vol. 1, No.2, 2009, hlm 83

11
dalam pembangunan peran pemerintah sebagai kuasa dalam penggaran dibagi fungsi-
fungsinya sebagai berikut.
1. Otorisasi, APBD menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam melkasanakan
pendapatan dan belanja di tahun yang bersangkutan.
2. Perencanaan, APBD sebagai pedoman dalam pemerintah dalam pemerintah daerah
merencanakan kegiatan di tahun yang bersangkutan.
3. Pengawasan, sebagia pedoman untuk menilai dan mengawasi kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan.
4. Alokasi, sebagai pembagian yang diarahkan dengan tujuan mengurangi pengangguran,
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efesiensi dan efektiviytas
perekonomian.
5. Distribusi, sebagai pendistribusian yang memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Stabilisasi, APBD menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
7. Fundamental perekonomian daerah
G. Unsur APBD
APBD terdiri dari tiga komponen utama yaitu pendapatan daerah, belanja daerah,
dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah terdiri dari pos Pendapatan Asli Daerah (PAD),
pos Dana Perimbangan, dan pos LainLain Pendapatan Daerah yang Sah. Di dalam pos
PAD ada komponen Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan sumber
pendapatan utama dari pemerintah daerah itu sendiri yang diperoleh dari wajib pajaknya.
Selanjutnya untuk Dana Perimbangan merupakan dana yang diperoleh pemerintah daerah
dari pemerintah pusat sebagai perwujudan dari pelaksanaan desentralisasi fiskal. Selain
sumber pendapatan yang diperoleh dari daerah tersebut dan pemerintah pusat, pemerintah
daerah juga memperoleh pendapatan dari daerah lain yang berupa komponen Dana Bagi
Hasil Pajak dari Provinsi dan pemda lainnya yang ada di dalam pos Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah.6
Menurut Abdul Halim dalam Setiadarma 2011, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) adalah suatu anggaran daerah yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut
:

6
Kemenkeu, 2017 “ Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah” diakses pada 29/03/2023
https://djpk.kemenkeu.go.id/

12
1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya
terkait aktivitas tersebut
3. Adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan
dilaksanakan
4. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka
5. Periode anggaran yang biasanya satu tahun7
H. Alur Proses dan Jadwal Penyusunan APBD
Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana kerja pemerintah daerah;
2. Penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran;
3. Penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara;
4. Penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD;
5. Penyusunan rancangan perda APBD; dan
6. Penetapan APBD.
Dalam gambar, tahapan penyusunan rancangan APBD terlihat sebagai berikut:

7
AA Setiadarma, 2011 “ Anggaran Pendapatan Daerah” http://e-Journal.uajy.ac.id diakses pada 29/03/2023

13
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan
terlebih dahulu, mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila dilihat
dari perspektif waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi
tiga kategori yaitu: Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan
pemerintah daerah untuk periode 20 tahun; Rencana Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan tahunan daerah.
Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari: Rencana Strategi (Renstra) SKPD
merupakan rencana untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja (Renja) SKPD
merupakan rencana kerja tahunan SKPD.
a. Proses penyusunan perencanaan di tingkat satker dan pemda dapat diuraikan
sebagai berikut: SKPD menyusun rencana strategis (Renstra-SKPD) yang memuat

14
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang
bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
b. Penyusunan Renstra-SKPD dimaksud berpedoman pada rencana pembangunan
jangka menengah daerah (RPJMD). RPJMD memuat arah kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas
SKPD, dan program kewilayahan.
c. Pemda menyusun rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang merupakan
penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk
jangka waktu satu tahun yang mengacu kepada Renja Pemerintah.
d. Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang disusun berdasarkan
evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya.
e. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas, pembangunan dan
kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemda maupun ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
f. Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud di atas adalah mempertimbangkan
prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
g. RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
h. Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun
anggaran sebelumnya.
i. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.8
Diagram alur perencanaan dan Penyusunan APBD terlihat sebagai berikut :

8
Saifulrahman “Struktur, Penyusunan dan Penetapan APBD” http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id

15
16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 1 butir 8 tentang
Keuangan Negara). APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu
tahun anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan dan belanja
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu.
APBD merupakan rencana pendapatan, belanja daerah, dan pembiayaan di suatu
daerah untuk satu tahun. APBD juga merupakan wujud tahunan dari rencana jangka
panjang daerah serta rencana jangka menengah yang dibuat berdasarkan visi. misi kepala
daerah. APBD dipersiapkan oleh pemerintah daerah, disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah sehingga pada akhirnya menjadi produk hukum berupa Peraturan Daerah
yang harus diikuti oleh segenap lembaga di daerah.
Pada awalnya fungsi APBD adalah sebagai pedoman pemerintah daerah dalam
mengelola keuangan daerah untuk satu periode. Selanjutnya, sebelum anggaran dijalankan
harus mendapat persetujuan dari DPRD sebagai wakil rakyat maka fungsi anggaran
juga sebagai alat pengawasan dan pertanggungjawaban terhadap kebijakan publik.
Dengan melihat fungsi anggaran tersebut maka seharusnya anggaran merupakan power
relation antara eksekutif, legislatif dan rakyat itu sendiri

17
DAFTAR PUSTAKA

AA Setiadarma, 2011 “ Anggaran Pendapatan Daerah” http://e-Journal.uajy.ac.id diakses pada


29/03/2023
Kemenkeu, 2017 “ Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah” diakses pada
29/03/2023 https://djpk.kemenkeu.go.id/
Lucyanda, REFORMASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KUALITAS ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD), vol. 1, No.2, 2009
Saifulrahman “Struktur, Penyusunan dan Penetapan APBD” http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id
Windhu Putra, TATA KELOLA EKONOMI KEUANGAN DAERAH, Rajagrafindo persada, Depok,
2018

18

Anda mungkin juga menyukai