Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

APBN (ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA)


APBD (ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH)

DISUSUN OLEH : VINA SAPUTRI


NPM : 20103160201096
KELAS : KAPITAL
DOSEN PENGAMPU : IRMANELLY,SE.ME

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAMBI FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

1
‫الرحِيم‬ َّ ِ ‫ِب ْس ِم هَّللا‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah APBN dan APBD ini dapat diselesaikan dengan baik.Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai
manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Jambi,20 Juni 2022

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

2
Sistem prosedur, format, dan struktur APBN dan APBD yang berlaku selama ini kurang
mampu mendukung tuntutan perubahan sehingga perlu perencanaan yang sistematis, terukur
dan komprehensif. Terdapat berbagai definisi tentang arti penganggaran, namun secara umum
penganggaran (budgeting) dapat diartikan sebagai suatu cara atau metode yang sistematis
untuk mengalokasikan sumber-sumber daya keuangan. Sedangkan anggaran (budget)
dirumuskan sebagai rencana yang dituangkan dalam angka-angka finansial.
Berkaitan dengan organisasi pemerintahan, penganggaran berarti proses pengalokasian
sumber daya keuangan negara yang terbatas untuk digunakan 10 membiayai pengeluaran
oleh unit pemerintahan (kementerian dan lembaga sebagai pengguna anggaran).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Apa pengertian APBN dan APBD?
2. Apa saja fungsi APBN dan APBD?
3. Apa tujuan dari APBN dan APBD?
4. Apa saja jenis-jenis pengeluaran pemerintah pusat dan daerah?
5. Pengaruh apbn dan apbd terhadap perekonian rakyat
6. Pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian negara

C. Tujuan Penulisan
1. Untung mengetahui pengertian mendalam mengenai APBN DAN APBD
2. Untuk mengetahui fungsi dari APBN dan APBD
3. Untuk mengetahui tujuan dari APBN dan APBD
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis pengeluaran pemerintah pusat dan daerah
5. Untuk mengetahui apa pengaruh dari APBN dan APBD terhadap perekonomian
Rakyat
6. Untuk mengetahui pengaruh APBN dan APBD terhadapa perekonomian negara

D. Manfaat penulisan
Bagi penulis
Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan dan
mengetahui ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenai APBN dan APBD
Bagi pembaca
Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan dan pedoman
mengenai APBN dan APBD
Bagi pendidikan
Makalah ini dapat dijadikan refrensi dalam pembuatan makalah selanjutnya

BAB II
LANDASAN TEORI

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana kerja pemerintah
yang dinyatakan secara kuantitatif, biasanya dalam satuan moneter yang mencerminkan
sumber-sumber penerimaan daerah dan pengeluaran untuk membiayai kegiatan dan proyek
3
daerah dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Pada hakekatnya anggaran daerah (APBD)
merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab.
Dengan demikian APBD harus benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan masyarakat
dengan memperhatikan potensi-potensi keanekaragaman daerah (Lasminingsih, 2004 : 223).
Dalam APBD pendapatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Selanjutnya Belanja
digolongkan menjadi 4 yakni Belanja Aparatur Daerah, Belanja Pelayanan Publik, Belanja
Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, dan Belanja Tak Tersangaka. Belanja Aparatur Daerah
diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan
Pemeliharaan, dan Belanja Modal / Pembangunan. Belanja Pelayanan Publik dikelompokkan
menjadi 3 yakni Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, dan
Belanja Modal. Pembiayaan seperti sudah dikatakan di atas, adalah sumber - sumber
penerimaan dan pengeluaran daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran atau
sebagai alokasi surplus anggaran. Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber-sumber
pembiayaan, yaitu : sumber penerimaan daerah dan sumber pengeluaran daerah. Sumber
pembiayaan berupa penerimaan daerah adalah: sisa lebih anggaran tahun lalu, penerimaan
pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan, dan transfer dari dana
cadangan. Sedang sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas: pembayaran
utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa
lebih anggaran tahun sekarang.
Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan Daerah yang dimaksud
bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 tahun 2004 disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan
Daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. PAD merupakan semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok PAD dipisahkan menjadi
empat Jenis Pendapatan, yaitu:
1. Pajak Daerah.
2. Retribusi Daerah.
3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang
Dipisahkan.
4. Lain-lain PAD yang Sah.

4
PENYUSUNAN ABPBD

langkah-langkah penyusunannya adalah sebagai berikut.


Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD kepada DPRD
yang disertai dengan penjelasan dan dokumen pendukung pada bulan Oktober minggu
pertama tahun sebelumnya. DPRD mengambil keputusan setuju atau tidak mengenai
rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut dilaksanakan selambat-lambatnmya satu
bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
Apabila DPRD setuju, maka RAPBD diterapkan menjadi APBD melalui peraturan
daerah,dan sebaliknya apabila DPRD tidak setuju,maka untuk membiayai pembiayaan
pengeluaran setiap bulannya pemerintah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBD tahun sebelumnya.
Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah,maka pelaksanaannya lebih lanjut
dituangkan melalui keputusan gubernur/walikota/bupati.
JENIS-JENIS BELANJA DAERAH

APBN (ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA)


Anggaran negara atau anggaran pendapatan dan belanja negara adalah suatu dokumen yang
memuat perkiraan, penerimaan, dan pengeluaran serta perincian berbagai kegiatan di bidang
5
pemerintahan negara yang berasal dari pemerintah untuk waktu satu tahun (Rachmat, 2010:
139). Anggaran tersebut merupakan batas tertinggi dari pengeluaran negara untuk
melaksanakan tugas dan keperluan negara dan penerimaan negara yang diperkirakan dapat
menutup pengeluaran dalam periode tertentu, agar tidak menimbulkan defisit anggaran.
Sony berpendapat, bahwa anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi biaya dari
kinerja pemerintah yang hendak dicapai dalam periode tertentu dimana anggaran tersebut
harus dikonfirmasikan kepada publik untuk diberi masukan dan kritik (Sony, 2010: 57).
Penyusunan anggaran akan mengandung suasana politik yang sangat kental karena
memerlukan pembahasan dan pengesahan dari wakil rakyat di parlemen yang terdiri dari
berbagai utusan politik (Sony, 2010: 58). Rancangan anggaran negara yang memuat
perkiraan pendapatan dan pengeluaran tersebut harus memperoleh persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat agar memperoleh legitimasi dalam bentuk undang-undang.
Setelah memperoleh persetujuan, rancangan anggaran negara berubah menjadi undang-
undang anggaran negara yang disingkat menjadi anggaran negara (Rachmat, 2010: 143).
Dasar Hukum Pelaksanaan Anggaran
Rachmat (2010: 175) menyebutkan dasar hukum pelaksanaan anggaran belanja negara adalah
sebagai berikut:
1. Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2. Keputusan Presiden Perincian Anggaran Rutin dan Pembangunan.
3. Daftar Isian Kegiatan (DIK) dan Daftar Isian Proyek (DIP) yang telah
disahkan.
4. Keputusan Presiden mengenai Pelaksanaan Anggaran Pendpaatan dan
Belanja Negara.
Apabila pembahasan atas rancangan UU APBN telah selesai dan telah
disetujui oleh DPR, maka selanjutnya Rancangan UU APBN akan ditandatangani oleh
Presiden dan diundangkan dalam lembaran negara.
Para Pejabat dan Petugas Pelaksanaan APBN
Dalam melaksanakan anggaran terdapat dua jenis pengelolaan berdasarkan subjek pengelola
dana APBN (Rachmat, 2010: 177) yakni pengelola administratif atau pengelola umum dan
pengelola kebendaharaaan atau pengelola khusus.
Pejabat yang terkait dalam pelaksanaan administratif adalah otorisator dan ordonator.
Sedangkan pejabat yang terkait dalam pengelolaan khusus adalah bendaharawan.
Komposisi Pokok APBN
Rachmat berpendapat bahwa bentuk dan komposisi pokok APBN memiliki komponen yang
jelas. APBN yang ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang terdiri atas dua komponen,
yaitu:
1. Anggaran pembangunan yaitu penerimaan dan belanja pembangunan
2. Anggaran rutin yaitu penerimaan dan belanja rutin (Rachmat, 2010: 154)
Anggaran pembangunan adalah bagian dari APBN yang terdisi atas
anggaran penerimaan pembangunan yang berasal dari utang atau bantuan luar negeri
(Rachmat, 2010: 155). Sedangkan belanja pembangunan adalah pengeluaran pemerintah yang
berbentuk investasi (proyek-proyek), baik berbentuk fisik maupun nonfisik.
Anggaran rutin adalah bagian dari APBN yang terdiri atas anggaran penerimaan dalam negeri
dan anggaran belanja rutin (Rachmat, 2010: 155). Sesuai dengan Undang-undang Republik
Indonesia nomor 10 tahun 2010 pasal 1 nomor 2 bahwa Pendapatan negara dan hibah adalah
semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara
bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri”. Sedangkan belanja
rutin adalah pengeluaran pemerintah yang bersifat bahan habis pakai dan. Noninvestasi.
Pelaksanaan APBN dalam Belanja Negara
Tercantum dalam Undang-undang Republik nomor 10 tahun 2010 pasal 1 nomor 8-9 bahwa
“Belanja negara adalah semua pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai belanja
Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah. Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah

6
belanja pemerintah pusat uang dialokasikan kepada kementerian negara/lembaga (K/L),
sesuai dengan program-program Rencana Kerja Pemerintah yang akan dijalankan”.
Sesuai dengan PSAP No. 2 paragraf 7 belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas
umum negara yang akan mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran
tersebut yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah (Erlina, 2015:
153).Belanja negara dapat dikatakan sebagai nilai pengurang kekayaan negara berdasarkan
belanja pemerintah untuk keperluan RKP yang telah dijadikan sebagai pedoman untuk
penyusunan APBN.
Jenis-jenis belanja Negara
Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintahan nomor 71 tahun 2010 adalah:
1. Belanja operasi
2. Belanja modal
3. Dana Perimbangan
4. Transfer lainnya (disesuaikan dengan program yang ada)
Erlina berpendapat bahwa sesuai dengan Permendagri nomor 21 Tahun 2011, belanja
dikelompokkan menjadi dua yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung sebagai
berikut:
1. Belanja tidak langsung
Belanja tidak langsung adalah belanja yang pelaksaannya tidak berkaitan langsung dengan
program pelaksanaan dan kegiatan, yang terdiri dari:
a. Belanja pegawai
b. Belanja bunga
c. Belanja subsidi
d. Belanja hibah
e. Bantuan sosial
f. Belanja bagi hasil
g. Bantuan keuangan
h. Belanja tidak terduga
2. Belanja langsung
Belanja langung adalah belanja yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
atau kegiatan, yang terdiri dari:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja modal
Sedangkan belanja yang dikategorikan sesuai dengan sumber dana asal yang
digunakan untuk pelaksanaan tersebut dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pengeluaran belanja melalui rekening kas umum negara atau daerah (belanja-LS) diakui
ketika terjadi arus kas keluar dari rekening tersebut.
2. Pengeluaran belanja melalui kas di bendahara pengeluaran (belanja UP/TUP/GU) diakui
pada saat pertanggung jawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan, atau dengan kata lain ketika Surat Pertanggungjawaban
(SPJ) pengeluaran dinyatakan definitive (Erlina, 2015: 162).

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian APBN dan APBD
1. Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
7
2. Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu
tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
B. Fungsi ABPN dan APBD
Fungsi APBN dan APBD menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, yaitu sebagai
berikut:
1. Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara dan daerah harus
memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
C. Tujuan Penyusunan APBN dan APBD
Tujuan penyusunan APBN atau APBD adalah sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran
negara atau daerah, agar terjadi keseimbangan yang dinamis, demi tercapainya peningkatan
produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Adapun
tujuan akhirnya adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur material dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan UUD 1945, pemerintah wajib menyusun APBN. Sebelum menjadi APBN,
pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Di
Indonesia, pihak yang bertugas menyusun RAPBN adalah pemerintah, dalam hal ini presiden
dibantu para menterinya. Biasanya, presiden menyusun RAPBN dalam bentuk nota
keuangan. Nota keuangan tersebut kemudian disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) untuk disidangkan.
RAPBN biasanya disampaikan sebelum tahun anggaran yang akan dilaksanakan. RAPBN
yang diajukan presiden kepada DPR akan disidangkan dan dibahas kelayakannya oleh DPR.
Jika disetujui oleh DPR, RAPBN tersebut akan menjadi APBN. APBN ini akan dikembalikan
kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Jika RAPBN tersebut ditolak DPR, pemerintah harus
menggunakan kembali APBN tahun lalu tanpa perubahan.
D. Jenis- jenis Pengeluaran negara dan daerah
1. Jenis-Jenis Pengeluaran Negara
Pengeluaran atau belanja negara adalah semua pengeluaran Negara untuk membiayai belanja
pemerintah pusat dan belanja untuk daerah.
I. Belanja Pemerintah Pusat
Belanja pemerintah Pusat ini direncanakan mencapai jumlah 264.877,3 miliar rupiah yang
meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembayaran Bunga Utang,
Subsidi, Belanja Hibah, Bantuan Sosial dan Belanja Lain-lain.
Dari keseluruhan anggaran belanja pemerintah pusat, sebesar Rp 264,877,3 miliar rupiah
dialokasikan kepada sekitar 53 kementerian/lembaga. Dari sejumlah kementerian/lembaga
tersebut, prioritas pertama adalah Kementerian Pertahanan dan Keamanan, kedua Pendidikan,
8
ketiga Prasarana Wilayah, keempat Kepolisian, dan kelima Kesehatan, sesuai dengan
prioritas kebijakan pembangunan nasional.
Belanja pegawai
Dalam RAPBN 2005 alokasi untuk belanja pegawai adalah Rp 62.238,1 miliar rupiah dan
belanja barang adalah Rp 320.971,8 miliar rupiah. Anggaran belanja pegawai dalam tahun
2005 direncanakan meningkat 3,9 persen
Belanja Modal
Disamping itu, dalam rangka mendukung pembangunan nasional, dianggarkan belanja modal
Rp 42,7 triliun, yang berarti jumlahnya bertambah 8,6 persen dari anggaran yang sama tahun
2004. Belanja modal tersebut akan dipergunakan untuk kegiatan investasi sarana dan
prasarana pembangunan, yaitu dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jaringan, serta belanja modal fisik lainnya.
Pembayaran Bunga Utang
Selanjutnya, pemerintah juga menganggarkan pembayaran bunga utang sebesar Rp 63.986,8
miliar rupiah, terdiri atas bunga utang dalam negeri Rp 38,844,5 miliar rupiah dan bunga
utang luar negeri Rp 25,142,4 miliar rupiah.
Subsidi.Subsidi merupakan bentuk pengeluaran pemerintah yang mengakibatkan kenaikan
daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli bisa terjadi melalui dua hal, (i) harga barang/jasa
yang dibayar masyarakat lebih rendah dari yang seharusnya; dan (ii) penghasilan masyarakat
meningkat karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk memperoleh suatu barang/jasa.
Contoh, pemberian subsidi pada Pertamina dimaksudkan agar harga jual bahan bakar minyak
(BBM) pada masyarakat lebih rendah dari biaya pengadaannya sehingga sebagian dari
penghasilan masyarakat yang seharusnya dipakai untuk membayar konsumsi BBM dapat
dipakai untuk keperluan lain. Berdasarkan sifat subsidi yang meningkatkandaya beli
masyarakat atau seolah-olah menambah penghasilan, maka subsidi sering disebut sebagai
pajak negatif. Pengeluaran untuk subsidi selalu terkait dengan kebijakan stabilisasi ekonomi
yang ditempuh melalui pengendalian harga barang-barang yang banyak dikonsumsi
masyarakat atau dianggap merupakan hajat hidup orang banyak. Bentuk-bentuk subsidi
tersebut diantaranya adalah (i) subsidi tariff listrik; (ii) subsidi BBM; (iii) subsidi pupuk; (iv)
subsidi harga benih; (v) subsidi pengadaan pangan pada Badan Urusan Logistik (BULOG);
(vi) subsidi bunga pada kredit program, dan lain-lain.
Dalam tahun 2005 dianggarkan subsidi BBM, listrik, pangan, pupuk, kredit program, dan
kepada BUMN pelaksana jasa layanan umum Rp 33,645,2 miliar rupiah, yang menunjukkan
peningkatan 26,3 persen dari anggarannya tahun 2004.

2.Jenis-Jenis Pengeluaran Daerah


Seperti halnya pengeluaran negara dalam APBN, pengeluaran daerah juga merupakan salah
satu komponen yang harus ada dalam setiap penyusunan APBD. Secara singkat, komponen
yang menyusun APBD, yaitu pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan. Secara
umum komposisi pengeluaran bagi daerah adalah sama dengan komposisi pengeluaran
negara. Setiap daerah memiliki komposisi pengeluaran daerah yang berbeda-beda.
Bagaimanapun, komposisi dari APBD suatu daerah harus disesuaikan dengan perkembangan
keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan. Setiap daerah tidak harus memaksakan diri
untuk memperbesar pengeluaran tanpa diimbangi dengan kemampuan pendapatannya,
khususnya kapasitas pendapatan asli daerahnya.
E.PENGARUH APBN DAN APBD TERHADAP PEREKONOMIAN
Dengan APBN dan APBD, dapat diketahui arah, tujuan, serta prioritas pembangunan yang
akan dan sedang dilaksanakan. Dengan demikian, peningkatan pembangunan sarana dan
prasarana ekonomi juga akan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi.
Peningkatan sumber daya manusia yang dapat menerapkan teknologi tinggi dalam proses
produksi, sehingga hasil-hasil produksi semakin meningkat. Peningkatan produksi yang tidak
9
dikonsumsi akan meningkatkan tabungan masyarakat. Akhirnya, peningkatan tabungan akan
meningkatkan investasi sehingga semakin banyak barang dan jasa yang tersedia bagi
masyarakat.
Adapun pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian masyarakat antara lain :
 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat maksudnya dapat mengetahui
besarnya GNP dari tahun ke tahun.
 Menciptakan kestabilan keuangan atau moneter negara, karena dapat mengatur jumlah
uang yang beredar di masyarakat.
 Menimbulkan investasi masyarakat karena dapat mengembangkan industri-industri
dalam negeri.
 Memperlancar distribusi pendapatan maksudnya dapat mengetahui sumber
penerimaan dan penggunaan untuk belanja pegawai dan belanja barang, serta yang
lainnya.
 Memperluas kesempatan kerja, karena terdapat pembangunan proyek-proyek negara
dan investasi negara, sehingga dapat membuka lapangan kerja yang baru dan dapat
meningkat.
Pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian rakyat salah satunya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat untuk Membuka lapangan kerja baru dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengaruh APBN dan APBD terhadap Perekonomian
Pembangunan di berbagai sektor yang merupakan alokasi APBN seperti pembangunan rumah
sakit, sekolah, pemberian subsidi untuk petani dan masyarakat non industri, serta pengiriman
TKI ke luar negeri. Seperti telah dijelaskan di depan, APBN memuat arah kebijakan
pemerintah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun ke depan.
Kebijakan-kebijakan tersebut salah satunya adalah kebijakan di bidang ekonomi. APBN
merupakan pedoman bagi perekonomian bertujuan untuk menstabilkan perekonomian negara,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan pemerataan pendapatan.Dalam rangka mencapai

tujuan tersebut, akan terasa dampak yang dapat dirasakan oleh seluruh komponen bangsa
(penyelenggaraan negara baik pusat maupun daerah), dan masyarakat termasuk dunia usaha.
Misalnya, subsidi BBM yang dirasakan semakin membebani APBN sehingga diambillah
kebijakan penggantian subsidi BBM dengan dana kompensasi subsidi bagi rakyat; kebijakan
ini berpengaruh bagi dunia usaha yang berarti biaya produksi meningkat sehingga
memengaruhi tingkat harga di pasar. Begitu pula sebaliknya, apabila subsidi diberikan maka
akan menurunkan tingkat harga.
APBN akan memengaruhi rencana-rencana sektor swasta dan meyakinkan lembaga-lembaga
lain mengenai apa yang akan ditempuh oleh Negara yang bersangkutan di masa mendatang,
serta bagi pemerintah akan lebih efisien dalam mengambil keputusan mendatang.
Pengaruh APBN
a. Meningkatkan kesejahteraan

10
Anggaran sebagai besar dialokasikan pada kemajuan negara dengan asusmsi mempercepat
kesejahteraan rakyat.
b. Terjadi pembangunan di berbagai sektor
APBN merupakan pedoman bagi perekonomian yang bertujuan untuk menstabilkan
perekonomian negara, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.
c. Mempengaruhi rencana-rencana sektor swasta
Asumsi yang digunakan dalam APBN merupakan salah satu pertimbangan bagi investor
dalam menanamkan modalnya.
d. Berpengaruh dalam perdagangan internasional
Kebijakan pengaturan tarif pajak ekspor dilakukan untuk melindungi kepentingan produsen
dalam negeri, serta mengamankan neraca perdagangan internasional.
e. Sebagai alat politik fiskal
Pemerintah dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan guna mencapai
kestabilan ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran dan penerimaan yang dilakukan oleh
pemerintah disebut dengan kebijakan fiskal.
Dampak APBD terhadap perekonomian adalah:
a. Terjadi pembangunan di berbagai sektor
APBD merupakan pedoman bagi perekonomian yang bertujuan untuk menstabilkan
perekonomian daerah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.
b. Mempengaruhi rencana-rencana sektor swasta
Asumsi yang digunakan dalam APBD merupakan salah satu pertimbangan bagi investor
dalam menanamkan modalnya.
c. Berpengaruh dalam perdagangan internasional
Kebijakan pengaturan tarif pajak ekspor dilakukan untuk melindungi kepentingan produsen
dalam negeri, serta mengamankan neraca perdagangan internasional.
d. Sebagai alat politik fiskal
Pemerintah daerah dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan guna
mencapai kestabilan ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran dan penerimaan yang
dilakukan oleh pemerintah disebut dengan kebijakan fiskal.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
APBD dan APBN disusun untuk memperoleh gambaran lebih dalam tentang kondisi
keuangan pusat atau daerah serta menilai kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan dan
memperkirakan kondisi keuangan dimasa depan.
APBD dan APBN disusun dengan tujuan untuk mengatur pembelanjaan daerah dari
penerimaan yang direncanakan supaya mendapat sasaran yang ditetapkan, antara lain untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat.
Keberhasilan pembangunan perlu didukung oleh kerjasama yang baik oleh semua komponen
Negara. Baik itu pemerintah (Pusat maupun daerah), BUMN, swasta, akademisi, dan
masyarakat. Maka diperlukan kesamaan pemahaman antar komponen tersebut sehingga
semua akan mengerti arah beserta visi misi pembangunan yang telah dirumuskan pemerintah.
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai garda terdepan dalam pelayanan masyarakat
diharapkan lebih mengerti akan dokumen perencanaan pembangunan, dan mampu
menyosialisasikan program-program pemerintah kepada masyarakat. Selayaknya ASN
mampu untuk memahami dinamika global terkait penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan, dan mampu menrangkannya kepada masyarakat umum.
Masyarakat selayaknya mengerti dan paham bahwa perekonomian bangsa akan selalu
mendapatkan tantangan –baik yang bersumber dari eksternal maupun internal. Dari eksternal,
seperti eskalasi perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok, penurunan permintaan serta
stagnasi harga komoditas dunia, Brexit, ketegangan dan konflik politik di sejumlah kawasan,
11
dan krisis ekonomi di sejumlah negara Amerika Latin, perlu untuk menjadi perhatian
bersama. Sementara itu, dari sisi domestik, sejumlah tantangan kita hadapi, seperti
perlambatan pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat, membesarnya sektor informal,
posisi wait and see investor, sampai dengan tidak tercapainya pendapatan dari sektor
perpajakan.

B. Saran
Tentunya masih banyak lagi yang perlu atau bisa kita pelajari mengenai APBN atau APBD
ini, seperti untuk apa saja digunakannya atau bagaimana mekanisme atau proses penyusunan
APBN dan APBD dan juga banyak hal lainnya lagi yang bisa kita pelajari berkenaan dengan
segala sesuatu hal yang berhubungan dengan APBN atau APBD.

12

Anda mungkin juga menyukai