Anda di halaman 1dari 18

APBN

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Sistem Penganggaran

ANGGOTA KELOMPOK:
1 DESTIA WIDHA ANGGRAENI

(143010004459)

2 GALANG JUNIAR

(143010004505)

3 GHAZA ARIQ KADHAFI

(143010004571)

4 MOHAMMAD FADLI

(143010004424)

5 NOOR MALIDA RAHMAH

(143010004461)

6 SITI MAYSARAH

(143010004534)

PRODIP KEBENDAHARAAN NEGARA


SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN

2015
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkah, rahmat dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul Pendapatan dan Hibah Negara pada APBN ini. Adapun maksud
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem
Penganggaran yang diampu Bapak Suyono.
Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa hasil yang dicapai masih
jauh dari sempurna, terdapat banyak kekurangan, baik dari segi penyajian materi
maupun tata bahasa penulisan. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih atas
kritik dan saran yang bersifat membangun dalam perbaikan serta koreksi bagi
penulis.
Akhir kata penulis persembahkan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.

Tangerang Selatan, April 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan


Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran yaitu
dari

Januari

sampai

31

Desember. APBN, Perubahan

APBN,

dan

Pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.


Anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN ), bukanlah sekedar instrument
untuk mencapai stabilitasi suatu pemerintahan dalam jangka waktu yang relatif
pendek namun pada esensinya sebuah APBN sebagaimana fungsinya yakni:

Sebagai mobilisasi dana investasi yang merupakan instrument untuk


mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara dalam rangka menbiayai

pelaksanaan kegiatan pemerintahan berupa pembangunan.


Mencapai pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan pendapatan

nasional.
Mencapai stabilitas perekonomian dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum. Dalam konteks yang lebih spesifik anggaran
suatu Negara secara sederhana bisa pula kita ibaratkan dengan anggaran
rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang memiliki 2(dua) sisi,
yakni:
o Sisi penerimaan/pemasukan dan pengeluaran/pemakaian.
o Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidak pastian
antara kedua sisi tersebut, misalnya: sisi penerimaan anggaran
rumah tangga akan sangat tergantung pada ada/tidaknya perubahan
upah/gaji. Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga
banyak dipengaruhi perubahan harga barang dan jasa yang di

konsumsi. Jadi, anggaran pendapatan dan belanja Negara dalam


suatu pemerintahan merupakan salah satu struktural yang berperan
sebagai tulang punggung dalam menopang kehidupan Negara baik
itu dalam hal kemakmuran, kesejahteraan, bahkan berlangsungnya
perkembangan suatu Negara untuk mencapai sebuah kemajuan.
Selain itu persoalan APBN sangatlah penting tatkala Negara
tersebut sedang mengalami kondisi dimana pengeluaran jauh lebih
banyak daripada pemasukannya. Jangankan sebuah Negara,
sebagimana yang kita singgung diatas sebuah rumah tangga saja
harus

dianggarkan

berapa

pengeluaran

dan

berapa

pula

pemasukannya. Mungkin tidak terlalu jadi masalah manakala


disuatu Negara pengeluaran lebih sedikit dari pendapatannya tapi
akan jadi masalah yang cukup besar apabila pengeluaran jauh lebih
banyak daripada pendapatannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa teori APBN secara umum?
2. Bagaimana struktur APBN?
3. Bagaimana siklus APBN?
C. Tujuan
Agar pembaca mengerti tentang pengertian APBN dan struktur APBN.

BAB II

PEMBAHASAN
1. Teori APBN Secara Umum
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan
terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran yaitu dari 1 Januari sampai 31 Desember.
APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan dengan Undang-Undang.
2. Struktur APBN
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara terdiri dari :
1.
Belanja negara
Belanja terdiri atas dua jenis:
Belanja pemerintah pusat, adalah belanja yangdigunakan
untuk membiayai kegiatan pembangunan pemerintah pusat,
baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah. Belanja
pemerintah pusat dapat di kelompokkan menjadi: belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, pembiayaan bunga
utang, subsidi BBM dan subsidi non-BBM, belanja hibah,
belanja sosial (termasuk penangulangan bencana), dan

belanja lainnya.
Belanja daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke
pemerintah daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan
APBD daerah yang bersangkutan. Belanja daerah meliputi:
1. Dana bagi hasil
2. Dana alokasi umum
3. Dana alokasi khusus
4. Dana otonomi khusus

2.

Pembiayaan
Pembiayaan disini meliputi:
Pembiayaan dalam negeri, meliputi pembiayaan perbankan,
privatisasi, surat utang Negara, serta penyertaan modal

Negara.
Pembiayaan luar negeri, meliputi:

Penarikan pinjaman luar negeri, terdiri atas pinjaman

program dan pinjaman proyek.


o Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, terdiri atas
3.

jatuh tempo dan monatorium.


Penyusunan APBN
Proses penyusunan dan penetapan APBN dapat dikelompokkan
dalam dua tahap, yaitu:
(1) pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR, dari bulan
Februari sampai dengan pertengahan bulan Agustus
(2) Pengajuan pembahasan dan penetapan APBN, dari pertengahan
bulan Agustus sampai dengan bulan Desember. Berikut ini diuraikan
secara singkat kedua tahapan dalam proses penyusunan APBN
tersebut.
I.
Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR.
Tahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara
pemerintah dan DPR untuk menentukan mekanisme dan
jadwal pembahasan APBN. Kegiatan dilanjutkan dengan
persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain
meliputi

penentuan

asumsi

dasar

APBN,

perkiraan

penerimaan dan pengeluaran.


Pengajuan, pembahasan dan penetapan APBN. Tahapan ini

II.

dimulai dengan Pidato Presiden sebagai pengantar RUU


APBN dan Nota Keuangan. Selanjutnya akan dilakukan
pembahasan baik antara Menteri Keuangan dengan Panitia
4.

Anggaran.
Prinsip penyusunan APBN
Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada
tiga, yaitu:
Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan

kecepatan penyetoran.
Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara
dan penuntutan denda.

Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan


APBN adalah:

Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.


Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau

kegiatan.
Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam
negeri dengan memperhatikan kemampuan atau potensi

5.

nasional
Fungsi APBN
APBN adalah sebagai alat mobilisasi dana investasi. Semua
penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi
keajiban negar dalam suatu tahun. Anggaran harus dimasukkan
dalam APBN. Surplus penerimaan Negara dapat digunakan untuk
membiayai pengeluaran Negara tahun anggaran berikutnya. Oleh
karena itu apbn mempunyai beberapa fungsi, sebagai berikut:
Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran Negara
menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja
pada

tahun

yang

bersangkutan,

pembelanjaan

atau

pendapatan

dengan

dapat

demikian

dipertanggung

jawabkan kepada rakyat.


Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran
Negara dapat menjadi pedoman bagi Negara untuk
merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
penbelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka Negara
dapat

membuat

rencana-rencana

untuk

mendukung

pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan


dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan
dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat
mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut

agar bias berjalan dengan baik dan lancer.


Fungsi pengawasan, berartianggaran Negara harus menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelengaraan

pemerintah Negara sesuai dengan ketentuan yang telah


ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi masyarakat
untuk menilai apakah tindakan pemerintah mengunakan
uang Negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau

tidak.
Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran Negara harus
diarahkan

untuk

mengurangi

pengangguran

dan

pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan

efektivitas perekonomian.
Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran Negara

harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.


Fungsi stabilitasi, memiliki makna bahwa anggaran
pemerintah

menjadi

alat

untuk

memelihara

dan

mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.


3. Siklus APBN
Siklus APBN adalah masa atau jangka waktu saat anggaran
disusun sampai dengan laporan keuangan disahkan oleh undang-undang.
Tahap Tahap Siklus APBN :
1. Tahap Penyusunan Rancangan APBN
2. Tahap Penetapan APBN
3. Tahap Pelaksanaan APBN
4. Tahap Pengawasan Pelaksanaan APBN
5. Tahap Pertanggungjawaban APBN

1. Tahap Penyusunan Rancangan APBN


Proses penyusunan RAPBN berlangsung dari bulan Januari sampai
dengan bulan Juli tahun n-1. Misalnya RAPBN untuk tahun 2009 sudah

mulai disusun bulan Januari sampai dengan Juli 2008. Penyusunan


RAPBN dimulai dengan dikeluarkannya surat edaran pagu indikatif dan
prioritas program dari Departemen Keuangan dan Bappenas. Penyusunan
pagu indikatif dan progam ini didasarkan pada arah rencana kerja
pemerintah tahun bersangkutan yang kemudian diberikan kepada masingmasing Kementrian Negara/Lembaga (K/L).
Berdasarkan pagu indikatif dan prioritas program K/L menyusun
Rencana Kerja K/L (RKK/L) yang dibuat berdasarkan rencana strategis
(renstra) masing-masing K/L.Pada bulan Mei sampai dengan bulan
Agustus DPR dan pemerintah membahas pokok-pokok kebijakan fiskal
dan rencana kerja pemerintah yang kemudian disusun pagu sementara
tahun anggaran yang dating oleh Departemen Keuangan (Depkeu).
Tahap berikutnya berdasarkan dokumen surat edaran (SE) bersama
pagu indikatif yang dikeluarkan Depkeu dan Bappenas, prioritas program
K/L dan SE pagu sementara dari Depkeu, K/L membuat Rencana Kerja
Anggaran K/L (RKA-KL). Selanjutnya K/L membahas konsistensi dengan
prioritas anggaran dari RKA-KL yang telah dibuat bersama Depkeu dan
membahas konsistensi dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) bersama
Bappenas.
Setelah RKA-KL dibahas bersama Depkeu, semua RKA-K/L
dihimpun menjadi satu untuk dijadikan lampiran RAPBN yang selanjutnya
disampaikan kepada Presiden untuk dibacakan pada sidang paripurna DPR
yang biasanya diadakan pada tanggal 16 Agustus. Sehari sebelum
perayaan hari kemerdekaan.
Dalam penyusunan APBN ada tiga pendekatan yang digunakan
berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 dan selanjutnya dijabarkan dalam PP
No. 21 Tahun 2004 yaitu :
A. Unified Budget

Dalam pendekatan ini tidak dikenal pemisahan anggaran dalam


bentuk anggaran rutin dan anggaran pembangunan belanja dalam APBN
secara ekonomi diklasifikasikan dalam delapan klasifikasi sesuai
dengan Government Finance Statistics (GFS) tahun 2001. Delapan
klasifikasi itu adalah:
Belanja Pegawai : Dialokasikan antara lain untuk membayar gaji,
honorarium, lembur dan vakasi PNS baik yang berada didalam negeri
maupun di luar negeri;
Belanja Barang: Dialokasikan untuk pengadaan barang dan jasa,
pemeliharaan, dan perjalanan dinas yang mendukung Tugas Pokok dan
Fungsi (TOPUKSI) tiap-tiap K/L;
Belanja Modal: Dialokasikan untuk pengeluaran-pengeluaran yang
sifatnya menambah modal atau aset pemerintah. Contohnya adalah
pengadaan tanah, gedung dan bangunan, jaringan jalan dan irigasi,
peralatan dan mesin maupun dalam bentuk fisik lainnya seperti bukubuku, kitab suci, bibit atau benih dan binatang;
Bunga: Dialokasikan untuk pembayaran kewajiban atas penggunaan
pokok utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun
utang luar negeri yang dihitung berdasarkan porsi pinjaman (Loan);
Subsidi: Dialokasikan untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
ataupun swasta yang memproduksi, menjual, mengimpor ataupun
mengekspor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak
sehingga harga jualnya terjangkau masyarakat. Contonya adalah subsidi
terhadap beras dan pupuk.
Bantuan Sosial: Dialokasikan untuk melindungi masyarakat dari
gangguan-gangguan sosial semisal terjadi bencana alam, kerusuhan
maupun wabah. Termasuk didalamnya adalah bantuan kepada lembaga
pendidikan, kesehatan, peribadatan serta menanggulangai kemiskinan.

Hibah: Dialokasikan bila ada negara sahabat memerlukan suntikan


dana untuk menanggulangi bencana, krisis nasional ataupun diberikan
kepada lembaga internasional untuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan
sosial lainnya.
Belanja Lain-lain: Dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat
yang tidak tertampung didalam tujuh klasifikasi belanja diatas.
B. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
Suatu metode pendekatan anggaran terhadap pengambilan suatu
kebijakan dalam prespektif lebih dari satu tahun anggaran dengan
mempertimbangkan implikasi biaya dari kebijakan bersangkutan dengan
tahun anggaran sebelumnya. KPJM merupakan proyeksi pengeluaraan
selama beberapa tahun kedepan, proyeksi pengeluaran mencerminkan
dampak kebijakan yang dilaksanakan pada tahun berjalan dan atau tahuntahun sebelumnya.

C. Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Base Budgeting)


Penganggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai pengalokasian
dana untuk mencapai tujuan secara terprogram atau untuk mencapai suatu
indikator pengkuran kerja, efisiensi, dan produktifitas. Tujuan utama
Penganggaran Berbasis Kinerja adalah akuntabilitas. Kinerja dan data
yang

terdapat

dalam

PBK

mendorong

pejabat

publik

untuk

bertanggungjawab terhadap kuliatas layananan, efisiensi, biaya dan


efektifitas program yang dijalankan.

2. Tahap Penetapan APBN


Jangka waktu pengesahannya terhitung sejak nota keuangan
dibacakan presiden (16 Agustus) sampai dengan bulan Oktober (dua bulan
sebelum APBN dilaksanakan). Jika DPR setuju dengan RUU APBN maka
RUU tersebut disahkan menjadi UU APBN. Akan tetapi bila DPR tidak
menyetujui RUU APBN dari Pemerintah maka Pemerintah menjalankan
APBN tahun anggaran yang lalu (pasal 23 ayat 1 UUD 1945). Agar
mempunyai sifat yang mengikat maka UU APBN diundangkan dalam
Lembaran Negara dan penjelasannya dalam tambahan Lembaran
Negara. UU APBN mempunyai sifat :
a. Formal (hukum): bahwa anggaran tersebut membatasi ruang
gerak pemerintah, maksudnya adalah segala tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran negara harus sesuai dengan jumlah pagu yang telah ditetapkan
(tidak boleh melampuai batas pagu yang ada).
b. Material (keuangan): bahwa anggaran tersebut bagi pemerintah
merupakan

rencana

keuangan

yang

perlu

disesuaikan

dengan

perkembangan atau perubahan dengan mengadakan pergeseran anggaran.


c. Menggambarkan kebijakan pemerintah dalam menentukan hak
dan kewajiban dalam masa anggaran yang bersangkutan.

3. Tahap Pelaksanaan APBN


Setelah RUU APBN disahkan menjadi UU APBN kemudian
Presiden menetapkan Peraturan Presiden tentang Rincian APBN atau
Pedoman Pelaksanaan APBN. Perpres ini berisi tentang hal-hal yang
belum dirinci dalam UU APBN seperti alokasi anggaran untuk kantor
pusat/daerah K/L, pembayaran gaji, dana perimbangan dan alokasi subsidi.

a. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Negara:


Penerimaan anggaran adalah penerimaan Departemen yang terjadi
di dalam negeri dan luar negeri;

Departeman tidak diperkenankan untuk mendakan pungutan yang tidak

mencakup dalam anggaran;


Departemen menetapkan kebijakan jenis dan besarnya pungutan dengan
persetujuan Menteri Keuangan.
Instansi yang terlibat:

Penerimaan pajak, bea masuk, bea keluar, dan penerimaan cukai oleh

Departemen Keuangan;
Penerimaan non pajak oleh departemen yang mempunyai sumber
penerimaan, dengan menunjuk bendahara penerimaan.

b. Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara


Didasarkan pada prinsip:

Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang

disyaratkan.
Efektif, terarah, dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan
serta fungsi setiap Departemen ataupun Lembaga Pemerintah Non

Departemen.
Mengutamakan

penggunaan

produksi

dalam

negeri

dengan

memperhatikan kemampuan.
Pedoman Pokok yang harus diperhatikan dalam mengelola APBN:

Tidak diperbolehkan melakukan tindakan yang mempunyai akibat bagi


negara apabila tidak tersedia dana dalam anggaran belanja negara serta
tidak sesui dengan tujuan pengeluaran Negara.

Pengeluaran anggaran belanja negara harus didasarkan pada Daftar Isian


Pelaksanaan Anggaran (DIPA)/Dokumen sejenis lainnya -contohnya
adalah SKPA- serta berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM), Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau tanda bukti pembayaran lainnya
yang sah.
4. Tahap Pengawasan Pelaksanaan APBN
Yang berkepentingan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
anggaran adalah Menkeu. Pengawasan anggaran dapat dikelompokkan
berdasar :

Asal: intern dan ekstern


Waktu: preventif dan represif
Bukti: dekat dan Jauh
Keabsahan: kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid)
dan

kebenaran

material

mengenai

maksud

tujuan

pimpinan

organisasi

yang

(dochmatihgeid)
a. Pengawasan Intern
Adalah

alat

pengawasan

dari

bersangkutan untuk mengawasi apakah keigatan telah dilaksanakan sesuai


dengan kebijakan yang ditentukan.
Pengawasan Intern dilaksanakan oleh:
1.
2.
3.
4.

BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan)


Inspektorat Jenderal Departemen
Bawasda Propinsi
Bawasda Kabupaten/Kota
b. Pengawasan Ekstern
Dilaksanakan oleh masyarakat atau organisasi yang berkepentingan

dengan lembaga atau organisasi yang diawasi. Aparat pengawas ekstern

adalah BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Kewenangan BPK dalam


melakukan pemeriksaan anggaran meliputi:
Pemeriksaan Keuangan: adalah pemeriksaan keuagan atas Laporan
Keuangan

Pemerintah

Pusat

(LKPP)

maupun

Laporan

Keuagan

Pemerintah Daerah (LKPD). Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan


opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah.
Pemeriksaan Kinerja: adalah pemeriksaan atas aspek dan efisiensi
serta efektifitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen.
Secara khusus pemeriksaan ini bertujuan untuk: Bagi Legislatif
mengidentifikasi hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga legislatif
dan bagi eksekutif bertujuan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan
negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis, efisien dan efektif.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu: adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan tujuan khusus diluar pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan ini ada pemeriksaan
investigatif.

c. Pengawasan Preventif
Dilaksanakan

untuk

mencegah

terjadinya

kesalahan

atau

penyimpangan dalam pelaksanaan tugas, biasanya berbentuk prosedur


yang harus ditempuh. Untuk keuangan negara yang menjadi objek
pengawasan adalah:

UU APBN
Keppres Pelaksanaan APBN
DIPA
Limit penyimpangan uang bagi bendaharawan

Larangan pembayaran oleh bank kepada bendaharawan atas


saldo bendaharawan bersangkutan pada bank tersebut.

d. Pengawasan Represif
Dilakukan dengan membandingkan apa yang terjadi dengan apa
yang seharusnya terjadi.
e. Pengawasan Dari Jauh (Pengawasan Pasif)
Pengujian dan penelitian terhadap Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
beserta bukti pendukung. Pemeriksaan ini hanya meninjau dari segi
formalnya tanapa diteliti segi materialnya.
f. Pengawasan Dari Dekat (Pengawasan Aktif)
Pengawasan di tempat kejadian transaksi secara langsung terhadap
pelaksanaan administrasi sebagai bukti kelengkapan SPJ yang telah
dikirimkan.
g. Pemeriksaan Kebenaran Formal Menurut Hak
Dilakukan terhadap transaksi yang mengakibatkan pembayaran atau
tagihan kepada negara, dengan memperhatikan jangka waktu, dasar
hukum, dan keabsahan dokumen.
h. Pemeriksaan Kebenaran Material Mengenai Maksud dan Tujuan
Pengeluaran
Dilakukan untuk menghindari pemborosan dengan memperhatikan
kebutuhan barang dan dana yang dianggarkan.
5. Tahap Pertanggujawaban APBN
Selambat-lambatnya 6 bulan setelah anggaran berakhir, Presiden
menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN

kepada DPR berupa Laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan. Laporan Keuangan meliputi :
a.
b.
c.
d.

Laporan realisasi APBN


Neraca
Laporan Arus Kas
Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan
Laporan Keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa dalam APBN
(anggara pendapatan belanja Negara), adalah hasil dari perencanaan yang
berupa daftar mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu,baik yang
menyakut penerimaan maupun pengeluarannya yang dinyatakan dalam
satuan uang dalam jangkah waktu tertentu,biasanya adalah satu tahun.

Siklus APBN terdiri dari 5 tahap yaitu tahap penyusunan Rancangan


APBN, tahap penetapan APBN, tahap pelaksanaan APBN, tahap
pengawasan pelaksanaan APBN, tahap pertanggungjawaban APBN.

B. Saran
Di sini juga kami mengharapkan kepada teman-teman pembaca atau pun
di lain pihak agar memberikan suatu masukan atau hal-hal yang berkaitan
dalam penulisan makalah ini, karena disini kami membutuhkan kritik dan
saran untuk membangun atau memberikan motivasi ke depanya agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bisa sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
http://dheyzsbloger.blogspot.com/2012/09/makalah-apbn_13.html
http://titihardianty.blogspot.com/2010/06/siklus-anggaran-apbn.html

Anda mungkin juga menyukai