Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK

Dosen : Prof. Dr. Hj. Mulyaningish, M.Si.

T e m a:

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

(APBN)

Oleh :

Edi Tito
NPM : 24091121008

PASCA SARJANA UNIVERSITAS GARUT


2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan

dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku

umatnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah

dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan

dalam penulisan makalah ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan

dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, dan kekurangan

pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semuanya.

Garut, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang............................................................Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah.......................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II
PEMBAHASAN...............................................................Error! Bookmark not defined.
A. Pengertian APBN dan APBD......................................Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian APBN.........................................................Error! Bookmark not defined.
2. Pengertian APBD........................................................Error! Bookmark not defined.
B. Fungsi ABPN dan APBD............................................Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penyusunan APBN dan APBD......................Error! Bookmark not defined.
D.Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah.Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP........................................................Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Saran...........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA.......................................................Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN ), bila kita simak secara

seksama bukanlah sekedar instrument untuk mencapai stabilitasi suatu

pemerintahan dalam jangka waktu yang relatif pendek namun pada esensinya

sebuah APBN sebagaimana fungsinya yakni :

1.     Sebagai mobilisasi dana investasi yang merupakaninstrument untuk mengatur

pengeluaran dan pendapatan Negara dalam rangka membiayai pelaksanaan

kegiatan pemerintahan berupa pembangunan.

2.     Mencapai pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan pendapatan nasional.

3.     Mencapai stabilitas perekonomian dan menentukanarah serta prioritas

pembangunan secara umum.

4.     Dalam konteks yang lebih spesifik anggaran suatu Negara secara sederhana

biasa pula kita ibaratkan dengan anggaran rumah tangga ataupun anggaran

perusahaan yang memiliki 2(dua) sisi, yakni:

a.   Sisi penerimaan/pemasukan dan pengeluaran/pemakaian.

b.     Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan padaketidakpastian antara

kedua sisi tersebut, misalnya:

1)      Sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada

ada/tidaknya perubahan upah/gaji.

Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga banyak dipengaruhi

perubahan harga barang dan jasa yang di konsumsi. Jadi, anggaran pendapatan

1
dan belanja Negara dalam suatu pemerintahan merupakan salah satu structural

yang berperan sebagai tulang punggung dalam menopang kehidupan Negara baik

itu dalam hal kemakmuran, kesejahteraan, bahkan berlangsungnya perkembangan

suatu Negara untuk mencapai sebuah kemajuan.

Jangankan sebuah Negara, sebagaimana yang kita singgung diatas sebuah

rumah tangga saja harus dianggarkan berapa pengeluaran dan berapa pula

pemasukannya.

Mungkin tidak terlalu jadi masalah manakala disuatu Negara pengeluaran

lebih sedikit dari pendapatannya tapi akan jadi masalah yang cukup besar apabila

pengeluaran jauh lebih banyak daripada pendapatannya.

B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan di

bahas dalam makalah ini adalah:

1.      Bagaimana pengertian dan tujuan penyusunan APBN ?

2.      Bagaimana struktur APBN saat ini ?

3.      Bagaimana fungsi APBN ?

4.      Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi ?

5.      Bagaimana hubungan antara APBN dengan pertumbuhan ekonomi ?

C.    Manfaat Penulisan

Selain sebagai tugas, penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan

ilmu pengetahuan kita terutama tentang maksud dan tujuan dari APBN tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pemerintahan suatu negara memerlukan pedoman dalam mengelola

keuangannya. Dalam rangka mencapai sasaran seperti yang diharapkan diperlukan

peraturan mengenai penerimaan dan pengeluaran uang negara. Oleh karena itu

setiap awal periode disusun APBN yang digunakan sebagai pedoman dalam

mengatur keuangan negara.

A.    Pengertian APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat APBN, adalah

rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang

memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran

(1 Januari - 31 Desember). APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban

APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.

Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara

penyusunan APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada

pasal 23 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN)sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan

setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan

bertanggung jawab untuk sebesar-besanya kemakmuran rakyat. Pada pasal 23

ayat 2 disebutkan bahwa Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan

belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan

3
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Pada pasal 23 ayat 3

disebutkan apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden,

pemerintah menjalankan APBN tahun lalu.

Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan

penerim

aan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan

kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi,

peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta

pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material

maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Kebijakan ekonomi makro Indonesia pada dasarnya merupakan

kesinambungan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mengingat bahwa

konsistensi kebijakan sangat diperlukan dalam mencapai sasaran pembangunan,

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu kebijakan

ekonomi makro tersebut ditujukan untuk memperkuat fundamental ekonomi yang

sudah membaik dan mengantisipasi berbagai tantangan baru yang mungkin

timbul. Tantangan dan sasaran kebijakan ekonomi makro tersebut adalah menjaga

stabilitas ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang didasarkan atas

peningkatan kualitas dan kinerja perekonomian.

B.     Struktur APBN

Pemerintah melaksanakan sistem anggaran yang dikenal dengan “dual

budgeting,” dimana anggaran belanja negara dipisahkan antara anggaran belanja

4
rutin dan anggaran pembangunan. Pemisahan anggaran rutin dan anggaran

pembangunan tersebut semula dimaksudkan untuk menekankan arti pentingnya

pembangunan, namun dalam pelaksanaannya telah menunjukan banyak

kelemahan (Anggito Abimanyu - 4 Juli 2005) yaitu :

1.      Duplikasi antara belanja rutin dan belanja pembangunan oleh karena kurang

tegasnya pemisahan antara kegiatan operasional organisasi dan proyek, khususnya

proyek-proyek non-fisik. Dengan demikian, kinerja sulit diukur karena alokasi

dana yang ada tidak mencerminkan kondisi yang sesungguhnya.

2.      Penggunaan “dual budgeting” mendorong dualisme dalam penyusunan daftar

perkiraan mata anggaran keluaran (MAK) karena untuk satu jenis belanja, ada

MAK yang diciptakan untuk belanja rutin dan ada MAK lain yang ditetapkan

untuk belanja pembangunan.

3.      Analisis belanja dan biaya program sulit dilakukan karena anggaran belanja rutin

tidak dibatasi pada pengeluaran untuk operasional dan belanja anggaran

pembangunan tidak dibatasi pada pengeluaran untuk investasi.

4.      Proyek yang menerima anggaran pembangunan diperlakukan sama dengan satuan

kerja, yaitu sebagai entitas akuntansi, walaupun proyek hanya bersifat sementara.

Jika proyek sudah selesai atau dihentikan tidak ada kesinambungan dalam

pertanggungjawaban terhadap asset dan kewajiban yang dimiliki proyek tersebut.

Hal ini selain menimbulkan ketidakefisienan dalam pembiayaan kegiatan

pemerintahan, juga menyebabkan ketidakjelasan keterkaitan antara

output/outcome yang dicapai dengan penganggaran organisasi.

5
Dalam sistem dual budgeting, pengeluaran rutin dimaksudkan sebagai

pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang dialokasikan untuk membiayai

kegiatan rutin pemerintahan, yang terdiri dari (i) belanja pegawai, (ii) belanja

barang, (iii) pembayaran bunga utang, (iv) subsidi, dan (v) pengeluaran rutin

lainnya.

Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan oleh UU No.6 Tahun 2021 tentang

Keuangan Negara, maka sistem penganggaran mengacu pada praktek-praktek

yang berlaku secara internasional. Menurut GFS (Government Financial

Statistics) Manual 2021, sistem penganggaran belanja negara secara implisit

menggunakan sistem unified budget (anggaran terpadu), dimana tidak ada

pemisahan antara pengeluaran rutin dan pembangunan, sehingga klasifikasi

menurut ekonomi akan berbeda dari klasifikasi sebelumnya. Dalam hal ini,

belanja negara menurut klasifikasi ekonomi dikelompokkan ke dalam (1)

kompensasi untuk pegawai; (2) penggunaan barang dan jasa; (3) kompensasi dari

modal tetap berkaitan dengan biaya produksi yang dilaksanakan sendiri oleh unit

organisasi pemerintah; (4) bunga hutang; (5) subsidi; (6) hibah; (7) tunjangan

sosial (social benefits); dan (8) pengeluaran-pengeluaran lain dalam rangka

transfer dalam bentuk uang atau barang, dan pembelian barang dan jasa dari pihak

ketiga untuk dikirim kepada unit lainnya.

Dalam melaksanakan perubahan format dan struktur belanja negara telah

dilakukan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian, namun tetap mengacu

GFS Manual 2021 dan UU No. 6 Tahun 2021.

6
Beberapa catatan penting berkaitan dengan perubahan dan penyesuaian

format dan struktur belanja negara yang baru antara lain :

1.      Dalam format dan struktur I-account yang baru, belanja negara tetap dipisahkan

antara belanja pemerintah pusat dan belanja untuk daerah, karena pos belanja

untuk daerah yang berlaku selama ini tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah

satu pos belanja negara sebagaimana diatur dalam UU No.6 Tahun 2021.

2.      Semua pengeluaran negara yang sifatnya bantuan/subsidi dalam format dan

struktur baru diklasifikasikan sebagai subsidi.

3.      Semua pengeluaran negara yang selama ini ‘mengandung’ nama lain-lain yang

tersebar di hampir semua pos belanja negara, dalam format dan struktur baru

diklasifikasikan sebagai belanja lain-lain.

Beberapa pengertian dasar terhadap komponen-komponen penting dalam

belanja tersebut, antara lain :

Belanja pegawai menampung seluruh pengeluaran negara yang digunakan

untuk membayar gaji pegawai, termasuk berbagai tunjangan yang menjadi

haknya, dan membayar honorarium, lembur, vakasi, tunjangan khusus dan belanja

pegawai transito, serta membayar pensiun dan asuransi kesehatan (kontribusi

sosial).

Belanja modal menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan

untuk pembelian barang-barang kebutuhan investasi (dalam bentuk aset tetap dan

aset lainnya). Pos belanja modal dirinci atas (i) belanja modal aset tetap/fisik, dan

(ii) belanja modal aset lainnya/non-fisik. Dalam prakteknya selama ini belanja

7
lainnya non-fisik secara mayoritas terdiri dari belanja pegawai, bunga dan

perjalanan yang tidak terkait langsung dengan investasi untuk pembangunan.

Subsidi menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk

membayar beban subsidi atas komoditas vital dan strategis tertentu yang

menguasai hajat hidup orang banyak, dalam rangka menjaga stabilitas harga agar

dapat terjangkau oleh sebagian besar golongan masyarakat. Subsidi tersebut

dialokasikan melalui perusahaan negara dan perusahaan swasta. Sementara itu,

selama ini ada jenis subsidi yang sebetulnya tidak ada unsur subsidinya, maka

belanja tersebut akan dikelompokkan sebagai bantuan sosial. Bantuan sosial

menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan sebagai transfer

uang/barang yang diberikan kepada penduduk, guna melindungi dari

kemungkinan terjadinya resiko sosial, misalnya transfer untuk pembayaran dana

kompensasi sosial.

Secara sederhana, maka struktur APBN dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Pendapatan Negara dan Hibah terdiri atas:

1.      Penerimaan Dalam Negeri, terdiri atas:

a.       Penerimaan Perpajakan, terdiri atas

1)      Pajak Dalam Negeri, terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan

Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan pajak lainnya.

2)      Pajak Perdagangan Internasional, terdiri atas Bea Masuk dan Tarif Ekspor.

3)      Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdiri atas:

8
a)      Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas)

b)      Bagian Laba BUMN

c)      PNBP lainnya

2.      Hibah yaitu bantuan yang berasal dari swasta, baik dalam negeri maupun luar

negeri, dan pemerintah luar negeri

a.       Belanja terdiri atas dua jenis:

1)      Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai

kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat

maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan).

2)      Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk

kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja

Daerah meliputi:

a)      Dana Bagi Hasil

b)      Dana Alokasi Umum

c)      Dana Alokasi Khusus

d)     Dana Otonomi Khusus.

b.      Pembiayaan meliputi:

1)      Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi,

Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara.

2)      Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:

a)      Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman

Proyek

9
b)      Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan

Moratorium.

C.    Penyusunan dan Penetapan APBN

1.      APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap

tahun dengan Undang-Undang

2.      APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan

3.      Pendapatan Negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan

hibah

4.      Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas

pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah

pusat dan daerah

5.      Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja

6.      Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN,

disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR pada

bulan Agustus tahun sebelumnya.

7.      Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan

undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR.

8.      DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah pen

perimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.

9.      Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai Rancangan Undang-undang tentang

APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang

bersangkutan dilaksanakan.

10
10.  APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,

kegiatan, dan jenis belanja.

11.  Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Undang-undang tentang APBN,

Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka

APBN tahun anggaran sebelumnya.

D.    Fungsi APBN

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan

negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan

pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan

nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas

pembangunan secara umum.

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,

distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran

yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan

dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai

pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

1.      Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan

demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada

rakyat.

2.      Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi

pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut.

11
3.      Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk

menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.

4.      Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi

pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan

efektivitas perekonomian.

5.      Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan

rasa keadilan dan kepatutan

6.      Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat

untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Sumber ketidakpastian itu menjadi asumsi dasar yang digunakan sebagai

pedoman dalam menyusun APBN. Asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :

NO ASUMSI APBN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1 Pertumbuhan  Pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya
ekonomi tahunan
 Perkembangan ekonomi global dan tahun
(%)
berjalan
 Kondisi sosial, politik dan keamanan dalam
negeri tahun berjalan
 Kebijakan restrukturisasi di berbagai bidang
yang akan dilaksanakan dalam tahun berjalan
 Kebijakan ekonomi makro yang dilaksanakan
pada tahun berjalan
 Pertumbuhan ekonomi : konsumsi swasta,
investasi, ekspor
2 Produk Domestik
Bruto (PDB)
dalam rupiah
3 Inflasi (%)  Kenaikan TDL
 Menguatnya rupiah

12
 Lancarnya distribusi barang
 Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati
4 Nilai tukar rupiah Koreksi undervalued, membaiknya konsisi
per USD keamanan, social, politik
5 Suku bunga SBI Menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah
3 bulan (%)
6 Harga minyak Permintaan dan penawaran minyak dunia
indonesia
(USD/barel)
7 Produksi minyak Kuota OPEC, kapasitas sumur yang semakin
Indonesia menurun sementara penemuan sumur baru relatif
(barel/hari) kecil, gangguan keamanan

E. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu

perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi

peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi

merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

F.     Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi :

APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa

dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk

pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan

ekonomi. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua indikator yang

penting dalam menentukan tingkat kemakmuran rakyat. Indikator-indikator yang

menjadi asumsi di dalam penyusunan APBN adalah indikator makro ekonomi

yang menjadi indikator dalam proses pertumbuhan ekonomi.

13
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      APBN adalah daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan

dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. Tujuan penyusunan APBN

adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi

keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan

kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan

kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan

untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2.      Mulai tahun 2005, Pemerintah telah mengusulkan penyusunan RAPBN dengan

menggunakan format baru, yakni anggaran belanja terpadu (unified budget).

Sejalan dengan itu, format dan struktur APBN berubah dari T-Account menjadi I-

Account. Format dan struktur I-account yang berlaku saat ini terdiri atas (i)

pendapatan negara dan hibah, (ii) belanja negara, dan (iii) pembiayaan.

3.      APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,

dan stabilisasi.

4.      Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu

perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

14
5.      APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan.

Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi.

B. Saran

Bagi para penyelenggara negara sebagai pengelola anggaran negara hendaknya

menghindarkan diri dari praktek-praktek KKN karena KKN secara materiil akan

sangat merugikan warga masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang No.6 Tahun 2021 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara

Perpres Nomor 113 Tahun 2021 Tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/185161/uu-no-6-tahun 2021

https://www.gramedia.com/literasi/apbn

https://setjen.pu.go.id/birokeuangan/pdf/Peraturan/

16

Anda mungkin juga menyukai