Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

APBN MONETER & PERBANKAN


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu : Edy Purwo. Saputro, Dr.SE,.M.Si

Disusun Oleh :

Megayana Indritia Suhendar B300182105


KELAS H

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA


2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.Latar Belakang...............................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...............................................................................................2
3. Tujuan..................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................3
1. Definsi singkat APBN.........................................................................................3
2. Orientasi di dalam negeri dan luar negeri...........................................................4
3. Penerimaan dan Pengeluaran Pembangunan.......................................................5
4. Inflasi...................................................................................................................4
BAB III : PENUTUP.........................................................................................................6
1. Kesimpulan..........................................................................................................6
2. Saran....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjantkan kepada kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta masih memberikan saya nikmat sehat wal’afiat sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah APBN Moneter dan Perbankan ini.
Dalam penyusunan makalah ini, telah saya tuangkan usaha yang maksimal, dan
penyusunan makalah ini mungkin tidak akan selesai jika saya tidak mendapatkan dukungan
dan bantuan-bantuan dari berbagai pihak dan media,baik dukungan berupa materi maupun
dukungan lainnya. Oleh karena itu, izinkan saya mengucapkan rasa terima kasih saya kepada
seluruh pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan makalah
ini.
Namun terlepas dari itu semua, saya sepenuhnya menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan-kekurangan, baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa yang saya
gunakan dalam makalah yang saya susun ini. Oleh karena itu saya dengan senang hati
menerima kritik dan saran dari para pembaca agar dikemudian hari saya dapat memperbaiki
kesalahan saya.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun berharap bahwa makalah ini akan dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca sebagaimana makalah ini memberi manfaat
kepada penyusun, aamiin.

31 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


APBN atau Anggaran Pendapatan Belanja Negara merupakan rencana anggaran
dan penerimaan yang diterima oleh negara yang dikaitkan dengan suatu rencana dan
sebuah proyek pelaksanaan dengan jangka waktu yang berlangsung lama, dan
berfungsi sebagai pedoman pendapatan dan pengelolaan keuangan negara agar dapat
teratur dan dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Dasar hukum yang mengatur
tentang APBN ialah bab VIII di Undang-Undang Dasar 1945 Amanden IV, tepat nya
didalam Pasal 23 Ayat (1), (2), dan (3), dimana didalamnya secara garis besar pasal-
pasal tersebut telah mengatur mengenai pengelolaan anggaran beserta rancangan nya.
Selain itu juga, dikarenakan APBN merupakan seruntuntutan rangkaian dari rencana
dan pewujudan atau rencana yang diwujudkan, maka masing-masing dari renana dan
pewujudan tersebut ditetapkan menggunakan Undang-Undang yang telah ditentukan.

Prinsip-prinsip APBN yang telah dibentuk dan diatur harus dapat dilaksanakan
semaksimal mungkin sesuai dengan ketentuan yang telah diputuskan. APBN tentu nya
tidak lepas dari pembangunan ekonomi maupun ekonomi pembangunan, dan untuk
dapat mengelola hal tersebut maka dibutuhkan orientasi yang tepat dalam melaksankan
rencana yang telah dibuat secara matang-matang

Orientasi adalah suatu perubahan untuk dapat menentukan sikap, yang berupa arah
dan pandangan mengenai suatu hal, di dalam APBN terdapat orientasi yang juga
merupakan peninjauan untuk menentukan sikap atas suatu tindakan atau keputusan
yang bersangkutan dengan APBN, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri.

APBN juga tidak terlepas dari pembangunan ekonomi maupun ekonomi


pembangunan di Indonesia. APBN ialah merupakan salah satu Instrumen pendorong
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional di Indonesia yang secara tidak
langsung juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, hal ini dikarenakan
anggaran utama dari APBN akan dialokasikan untuk kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat, selain itu akan mempengaruhi rencana-rencana sektor, serta memberi
pengaruh dalam perdagangan dan juga sebagai alat politik fiskal, dimana pemerintah
mengubah pengeluaran dan penerimaan untuk mencapai kestabilan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


Melihat dari latar belakang yang telah menjelaskan garis besar mengenai APBN
beserta tujuan dan penyusunannya, maka dengan itu, penyusun dapat merumuskan
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah prinsip APBN?
2. Bagaimana Orientasi APBN didalam negeri dan diluar negeri ?
3. Seperti apa kah penerimaan dan pengeluaran APBN untuk pembangunan?
4. Bagaimana kah Inflasi dalam APBN

1.3 Tujuan
Dalam perumusan masalah yang telah terbuat, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan dalam penyusunan makalah ini diantara lain adalah :
1. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip APBN
2. Mengetahui dan memahami orientasi APBN didalam dan diluar negeri
3. Mengetahui bagaimana penerimaan dan pengeluaran APBN untuk
pembangunan
4. Mengetahui Inflasi dalam APBN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi singkat mengenai APBN


APBN atau kepanjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, memiliki
sebuah definsi yang artinya adalah suatu rencana dan penerimaan negara untuk tahun-
tahun mendatang yang dihubungkan dengan rencana dan proyek jangka panjang, dan
juga berfungsi sebagai pedoman agar pedoman pendapatan serta pengeluaran keuangan
negara dapat teratur sesuai dengan apa yang telah disahkan dan mempermudah
pencapain dari beragam sasaran yang telah dibuat. APBN biasanya diperbaharui setiap
1 tahun sekali dan bersifat transparan, yang mana artinya dapat diketahui juga oleh
rakyat Negara Republik Indonesia

Selain itu APBN masih memiliki beragam fungsi lainnya, diantara nya :
1. Fungsi Otorisasi, yaitu suatu fungsi yang menjadikan pedoman untuk dapat
melaksanakan pendapatan dan belanja yang diperlukan pada tahun yang
bersangkutan agar dapat dipertanggung jawabkan kepada rakyat.
2. Fungsi Perencanaan, yakni pedoman atau patokan bagi negara dalam
merencakan kegiatan dalam tahun yang bersagkutan, dimana perencanaan yang
sudah ada dapat ditambah dengan rencana yang mendukung pembangunan oleh
pemerintah.
3. Fungsi pengawasan, yaitu fungsi yang menjadikan APBN sebagai pedoman
dalam menilai suatu kegiatan pemerintah apakah sudah memenuhi ketentuan
yang ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi, yakni fungsi penyediaan barang publikasi, dimana didalam
rincian APBN terdapat penjelasan mengenai sumber pendapatan dan
pendistibusiannya.
5. Fungsi Pengorganisasian, yaitu fungsi sebagai pedoman dalam tujuan
menyeimbangkan berbagai pos-pos agar semua kepentingan yang telah
tersusun dalam rencana dapat terlaksana dengan baik.

APBN sendiri tentu nya diatur didalam Undang-Undang Dasar 1945, dimana yang
menjadi dasar hukum APBN ialah bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen
IV dalam Pasal 23 ayar (1), (2), dan (3). Bunyi dari Pasal 23 ialah sebagai berikut :
 Pasal 23 ayat (1), disebutkan bahwa APBN adalah wujud pengelolaan atau
pengaturan keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah yang berwenang
dan ditetapkan setiap tahun nya dengan undang-undang serta dilaksanakan
secara transparan, yang artinya dapat diketahui oleh rakyat dan bertanggung
jawab untuk mendapatkan kemakmuran masyarakat yang sebesar-besarnya.
 Pasal 23 ayat (2) menyebutkan bahwa RAPBN atau Rancangan Undang-
Undang dari APBN diajukan oleh Presiden Repbulik Indonesia, yang kemudian
dibahas bersama dengan DPR atau Dewan Perwakilan Rakyat dengan serta
menimbangkan pertimbangan dari Dewan Perwakilan Daerah.
 Pasal 23 ayat (3) mengatakan bahwa jika DPR tidak menyetujui usulan dari
Presiden Repbulik Indonesia atas rancangan APBN nya, maka pemerintah yang
berwenang akan menjalankan atau melanjutkan rencana APBN dengan
menggunakan rencana APBN tahun sebelumnya.

Selain itu juga, dikarenakan APBN merupakan sertuntutan dari rangkain


perencanaan dan realisasi, maka masing-masing dari perencanaan dan realisasi tersebut
ditetapkan dengan dasar hukumnya, Undang-Undang. Salah satu Undang-Undang
yang menetapkan mengenai APBN ialah UU No.19 Tahun 2001 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.

2.2 Prinsip APBN


APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran, baik peneimaan yang
berasal dari perpajakan maupun non perpajakan, contohnya seperti hibah yang diterima
oleh pemerintah. Oleh karena itu terdapat aspek-aspek yang penting untuk diperhatikan
dalam penyusunan APBN.

Jika dilihat berdasarkan dari aspek pendapatannya, maka prinsip-prinsip dalam


penyusunan APBN ada 3, yakni sebagai berikut:
1. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran
2. Intensifikasi penagihan & pemungutan piutang negara
3. Penuntun ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan
denda
Sedangkan jika dilihat dari aspek pengeluarannya, maka prinsip penyusunan
APBN ialah seperti yang disebutkan dibawah ini :
1. Hemat, Efisien dan sesuai dengan kebutuhan
2. Terarah, terkendali, serta sesuai dengan rencana program atau kegiatan
3. Semaksimal mungkin akan menggunakan hasil produk dari dalam negeri
dengan memperhatikan kemampuan potensi yang ada pada nasional.

Dan jika melihat prinsip-prinsip yang terdapat didalam APBN, maka terdapat juga
sebuah prinsip Anggaran APBN, yang didalamnya terdapat Prinsip Anggaran Dinamis
atau Prinsip Anggaran Berimbang serta Prinsip Anggaran Fungsional. Namun sejak
tahun 1999, Prinsip Anggaran Berimbang ini tak lagi termasuk atau tidak lagi
digunakan dalam penyusunan APBN dan digantikan dengan Prinsip Anggaran defisit.
1. Prinsip Anggaran Defisit, didalam nya menentukan bahwa pinjaman Luar
Negeri tidak dicatat sebagai sumber penerimaaan, namun akan dicatat sebagai
sumber pembiayaan dan Defisit dari anggaran akan ditutup dengan sumber
pembiayaan dari Dalam Negeri ditambah dengan sumber pembiayaan Luar
Negeri secara bersih.
2. Prinsip Anggaran Fungsional, yakni bantuan atau pinjaman dari luar negeri
hanya berfungsi untuk membiayai anggaran belanja pembangunan atau
pengeluaran pembangunan dan tidak digunakan untuk membiayai anggaran
belanja rutin, dan prinsip ini sesuai dengan azas yang mengatakan bahwa
“bantuan dari luar negeri hanyalah sebagai pelengkap” yang berarti semakin
kecil bantuan atau pinjaman dari luar negeri yang didapatkan terhadap
pembiayaan anggaran pembangunan, maka semakin besar juga fungsiolitas
anggaran Indonesia.

2.3 Orientasi Dalam Negeri & Luar Negeri


Dalam suatu pembangunan, tentu nya lekat dengan ekonomi. Dalam buku nya yang
berjudul Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, Mubyarto (1994) mengemukakan
bahwa Ekonomi Pancasila merupakan sistem perekonomian nasional dengan produksi
dan distribusi lain hasil produksi, dikerjakan dalam bentuk usaha-usaha bersama
dengan dilandasi nya asas-asas kekeluargaan. Orientasi ialah perubahan yang berupa
arah dan pandangan untuk dapat menentukan sikap. Orientasi di dalam APBN sangat
diperlukan guna menentukan sikap dalam mengambil atau melaksanakan suatu rancana
atas permasalahan yang kemungkinan muncul. Orientasi ini juga akan berhubungan
dengan perekonimian Orde Baru, dan di dalam buku nya “Ekonomi Orde Baru”, Anne
Booth menjelaskan bahwa perekonomian di masa awal orde baru, pemerintah
membuat kebijakan dengan menerima aliran modal asing untuk Indonesia yang mana
hal itu juga memberikan dampak terhadap lapangan pekerjaan. Selain itu juga
kebijakan pangan pada awal masa Orde Baru memberikan tekanan pada bidang
produksi dan konsumsi beras. Dan yang menjadi salah satu sasaran utama dalam
kebijakan fiskal masa Orde Baru ialah tercapainya laju pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dengan mendorong pemanfaatan sumber-sumber yang berasal dari dalam
negeri secara lebih efisien, dan khusus nya di dalam sistem perpajakan. Tujuan dari
kebijakan ini sendiri adalah untuk mempertahankan stabilitas proses pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi di Indnoesia.

Selain itu juga mengacu kepada dasar hukum UUD Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945 beserta Undang-undang No.17 Tahun 2003, disebutkan pada salah satu
asas dalam penyelenggaraan pengelolaan daerah yaitu Akuntabilitas yang berorientasi
pada hasil, dimana suatu pengeloalaan keuangan yang menekankan bentuk
penganggaran dilandaskan pada keterkaitan anatara pengeluraan yang direncanakan
dengan manfaat yang dihasilkan. Seorang atau pihak Pengelola keuangan harus dapat
mendorong pengguna dari anggaran agar dapat meningkatkan hasil dengan
meningkatkan transparansi, akuntabilitas serta disiplin dalan penerapan rencama
strategis.

2.4 Penerimaan dan Pengeluaran Pembangunan


Suatu Pendapatan Nasional tergantung pada komponen-komponen seperti
pengeluaran pemerataan dan pembentukan model tetap dari domestik bruto serta
kegiatan dari ekspor-impor. Hal tersebut dikemukakan oleh Ace Partadirejo dalam
bukunya Perhitungan Pendapatan Nasional (1998). Selain itu juga salah satu
komponen Pendapatan Nasioanl adalah fungsi konsumsi, yaitu sebuah fungsi yang
menghubungkan laju pengeluaran konsumsi dengan tingkat Pendapatan Nasional.

Dalam ruang lingkupnya, APBN merupakan penghasilan atau pendapatan yang


diterima dan juga pengeluraran yang dapat berasal dari penerimaan pajak maupun
penerimaan non pajak, seperti hibah yang diberikan kepada Indonesia oleh pihak
tertentu, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pengeluaran atau belanja
merupakan belanja yang digunakan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Apabila
belanja untuk kebutuhan negara lebih besar dari pada penerimaan yang didapatkan atau
yang disebut dengan defisit, maka untuk itu dapat dicari pembiayaan yang sumber nya
bisa didapatkan dari dalam atau luar negeri Indonesia.

Pendapatan atau penghasilan yang diterima beserta pengeluaran atas belanja negara
akan dijadikan menjadi satu didalam satu rekening, yaitu rekening BUN, dimana
semua pengelolaan mengenai penerimaan dan pengeluaran yang digunakan oleh
negara harus tercakup didalam APBN dan dapat dipertanggungjawabkan dengan
perwujudan penghasilan atau pendapatan dan juga belanja-belanja pemerintahan dalam
rekening khusus yang kemudian akan di-konsolidasikan ke dalam rekening tersebut.

2.5 Inflasi
Kebijakan moneter dapat dibagi menjadi 2 golongan, yakni Kebijakan Moneter
Ekpansif yang merupakan suatu kebijakan pemerintahan untuk menaikkan jumlah
uang yang beredar. Sedangkan Kebijakan Moneter Kontraktif merupakan
kebalikannya, yaitu kebijakan yang dikeluarkan untuk dapat menurunkan jumlah uang
yang beredar, selain itu ada juga Kebijakan Fiskal yang merupakan suatu kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan mengubah alur penerimaan dan pengeluaran oleh pemerintah.

Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang dilakukan
secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu dan dapat disebabkan oleh banyak
faktor, seperti besarnya jumlah uang yang beredar di ekonomi dan jumlah permintaan
terhadap barang dari konsumen, dan yang menjadi salah satu faktornya ialah APBN
yang dapat mempengaruhi tinggi rendah nya inflasi. Bentuk dan besarnya angka dari
pembelanjaan anggaran dalam APBN akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
inflasi, sebagai contoh adalah besarnya angka pada pengeluaran dan pajak akan
mempengaruhi jumlah uang yang akan beredar di ekonomi.
Inflasi sebisa mungkin agar dapat terkendali dan terjaga, pembiayaan yang akan
digunakan untuk menutupi defisit pada APBN, dapat sangat berpengaruh terhadap
inflasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
APBN, yang definsinya merupakan suatu anggaran pembelanjaan negara dengan
dasar hukum didalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV dalam
Pasal 23 ayat (1), (2), dan (3). APBN berfungsi sebagai pedoman dalam suatu rencana
pembangunan dengan waktu jangka panjang. Selain itu juga APBN memiliki 5 fungsi
lainnya, yakni Fungsi Otorisasi, Fungsi Perencanaan, Fungsi Pengawasan, Fungsi
Alokasi dan Fungsi Pengorganisasian, yang mana seluruh fungsi itu saling berkaitan
dalam pengelolaan penerimaan dan pengeluaran negara atau Pendaparan Nasional.

Penyusunan APBN didasarkan pada asepek-aspek penting seperti aspek


penerimaan, aspek pengeluaran dan didalamnya juga terdapat prinsip-prinsip Anggaran
APBN lainnya, seperti Prinsip Anggaran dinamis serta Prinsip Anggaran Fungsional
yang telah ditetapkan bersama oleh Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat

Penerimaan Nasional yang didapatkan bersumber dari Pajak yang dipungut oleh
negara dan juga dapat bersumber dari sumber-sumber non Perpajakan seperti hibah
yang diberikan oleh suatu pihak, baik pihak yang berasal dari dalam negeri maupun
yang berasal dari luar negeri. Penerimaan Nasional ini kemudian akan digabungkan
secara menyeluruh bersama dengan Pegeluaran Negara didalam satu rekening yang
terdapat di Bank Indonesia, yakni BUN atau Bendahara Umum Negara, dimana dalam
rekening BUN, semua penerimaan dan pengeluaran negara akan dikelola dan di
konsolidasikan dalam rekening tersebut sehingga APBN dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat. dan didalam pengelolaannya, APBN akan sangat berpengaruh
terhadap tingkat inflasi,

3.2 Saran
Sebagai alat yang digunakan sebagai rencana atas anggaran pendapatan serta
pengeluaran belanja negara, akan lebih baik jika APBN tidak hanya didiskusikan oleh
Pemerintah Pusat dan DPR sebagai wakil rakyat, namun akan lebih baik jika
penyusunan APBN melibatkan rakyat secara langsung dengan cara-cara yang
memungkinkan.
Selain itu, mengetahui bahwa rencana penyusunan APBN diperbaharui setiap
tahun, alangkah lebih baik jika pada tahun-tahun berikutnya, negara tidak perlu
merancang banyak rencana baru, melainkan menitikfokuskan pada rencana-rencana
yang pelaksanaan nya sedang berjalan. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengurangi
terjadi nya defisit pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Inflasi yang terpengaruh
akan APBN juga dapat menjadi pertimbangan untuk dapat memberikan fokus terhadap
rencana yang sedang berjalan, agar Indonesia dapat berkembang menjadi lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Booth, Anne dan Peter Mc Cawley. Ekonomi Orde Baru, 1981


Dumairy. Perekonomian Indonesia, 1997
Mubyarto. Sistem dan moral ekonomi Indonesia, 1994
Partadirejo, Ace. Perhitungan Pendapatan Nasional, 1998
Dawam, M.Rahardjo. Sistem Perekonomian Indoesia:Tinjauan Historis*. Dikases
pada 1 Apil 2021, dari http://pusdi-ebi.feb.unpad.ac.id/sistem-perekonomian-indonesia-
tinjauan-historis/
Sarjana ekonomi.co.id (2021, 11 Januari). Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN). Diakses pada 31 Maret 2021, dari https://sarjanaekonomi.co.id/tujuan-apbn/
Dosen Pendidikan.co.id (2021, 24 Feburari). Pengertian Pendapatan Belanja Negara
(APBN). Diakses pada 31 Maret 2021, dari https://sarjanaekonomi.co.id/tujuan-apbn/
Kemenkeu.go.id. (2017, 12 Juni). Pengukuran Inflasi Secara Tepat Sangat Penting
bagi APBN. Diakses pada 1 April 2021, dari
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pengukuran-inflasi-secara-tepat-sangat-penting-
bagi-apbn/

Anda mungkin juga menyukai