Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN MATERI

ANALISA BIAYA DAN MANFAAT


Tambahan Manfaat, Tambahan Biaya

Rp. A I. 10 B MC Kriteria Investasi Suatu prinsip yang ideal dalam kebijaksanaan pembuat adalah jelas, yaitu membuat pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi setiap tujuan sedemikian rupa sehingga 0 Gambar IV.I C Proyek MB manfaat (benefit) dari pengeluaran kesatuan rupiah yang terakhir lebih besar daripada atau paling tidak sama dengan hilangnya manfaat timbulnya pengeluaran pemerintah itu.

dari kegiatan-kegiatan lain karena

Dalam Gambar IV.I, kita lihat bahwa Kurva Biaya Marginal (Marginal Cost = MC) merupakan garis horizontal, karena kita menganggap bahwa tambahan biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan pemerintah adalah tetap yaitu sebesar Rp. 10,-. Kurva Manfaat Marginal (Marginal Benefit = MB) nampak mula-mula menanjak, dan kemudian menurun. Ini disebabkan karena tambahan manfaat dengan adanya tambahan satu unit biaya. Mula-mula kalau tambahan itu terus dilakukan maka manfaat juga akan bertambah, tetapi setalah mencapai suatu tingkat tertentu, tambahan biaya yang sama tidak lagi mengakibatkan tambahan manfaat yang semakin besar tetapi justru sebaliknya dan bahkan dapat tidak bertambah lagi melainkan justru mengurangi total manfaat yang pernah dicapai oleh kegiatan pemerintah tersebut. Jadi tampak di sini adanya Law of Diminishing Benefit atau hukum tambahan manfaat yang semakin menurun. Dengan menyamakan tambahan manfaat (Marginal Benefit = MB) dengan tambahan biaya (Marginal Cost = MC), dan kalau ini dapat dicapai oleh pemerintah, maka akan berarti tercapainya pemecahan 2 masalah alokasi faktor-faktor produksi (input) yang maksimal dalam kegiatan pemerintahan itu.

Ini akan berarti terpenuhinya suatu keadaan dimana setiap pengeluaran pemerintah itu menghasilkan suatu manfaat yang paling tidak sama dengan nilai barang-barang yang hilang dari sektor swasta. Disamping itu juga akan membuktikan bahwa tidak mengurangi kemungkinan tercapainya manfaat yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang lain. Dengan demikian akan berarti bahwa manfaat dari tambahan pengeluaran pemerintah tersebut akan melebihi atau paling tidak sama dengan biaya alternatif (opportunity costs) di kedua sektor baik sektor swasta maupun sektor pemerintah sendiri. Nampaknya analisa perbandingan biaya dan manfaat dapat kita gunakan dalam masalah pengeluaran negara. Walaupun demikian kita harus memperhatikan hal-hal berikut : 1. Dalam keadaan yang nyata, seringkali kenyataan-kenyataan itu berbeda dengan rencana-rencana yang dibuat berdasarkan suatu ramalan. 2. Kita harus memperluas definisi kita mengenai biaya tambahan dan manfaat tambahan itu tidak hanya pada biaya individu dan manfaat individu, tetapi menjadi tambahan biaya sosial (Social Marginal Cost = SMC) dan tambahan manfaat sosial (Social Marginal Benefit = SMB). 3. Yang paling penting adalah menyatakan besarnya manfaat dan biaya dalam suatu jumlah rupiah. Tanpa mengetahui nilai ini, maka analisa SMB = SMC juga akan tetap tidak ada gunanya, atau setidak-tidaknya kurang bermanfaat. Untuk itu biasanya lalu digunakan harga bayangan (shadow price atau accounting price). Yang menjadi persoalan selanjutnya ialah bagaimana kita dapat membandingkan antara manfaat total (total benefit) dan biaya total (total cost), sehingga dapat ditentukan proyek mana yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dari berbagai alternatif proyek. Diantara berbagai proyek itu hendaknya dipilih proyek yang memberikan manfaat bersih (net benefit) yaitu selisih antara manfaat total dan biaya total yang terbesar yaitu dimana SMB = SMC. Prinsip pertama yang harus diingat adalah bahwa proyek-proyek itu harus memiliki B/C ratio yang lebih besar dari satu, artinya manfaatnya harus lebih besar dari biaya atau pengorbanannya. Kemudian diantara proyek-proyek yang B/C rationya lebih besar dari satu itu dipilih yang nilai perbandingannya paling tinggi dengan biaya yang sama. Dapat pula proyek yang dipilih adalah yang memiliki B/C > 1 dan meminimumkan sisa anggaran proyek (SIAP). Kalau misalnya dari suatu proyek diharapkan akan diperoleh manfaat R1 pada tahun ke 1, R2 pada tahun ke 2 dan seterusnya, dan biaya yang dikeluarkan juga B1 pada tahun ke 1, B2 pada tahun ke 2 dan seterusnya, maka untuk mendapatkan nilai sekarang (present value) dari seluruh manfaat dan seluruh biaya, perhitungan berikut dapat dipakai :

dimana : MS BS r = Manfaat sekarang (present value of benefits) = Biaya sekarang (present value of costs) = Tingkat bunga

Benefit / costs ratio atau perbandingan biaya dengan manfaatnya adalah :

II.

Macam Manfaat dan Biaya Suatu Proyek Manfaat dan biaya dari suatu proyek dapat dibedakan antara manfaat dan biaya riil (real benefits and costs) dan manfaat dan biaya semu (pecuniary benefits and costs).

a.

Manfaat riil adalah manfaat yang timbul bagi seseorang yang tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat bagi pihak lain. Demikian pula biaya riil adalah biaya yang sungguh-sungguh ada dalam masyarakat dan tidak diimbangi oleh pengurangan beban biaya bagi pihak lain. Selanjutnya manfaat semu adalah manfaat yang timbul dari suatu proyek dan diterima oleh sekelompok orang tertentu, tetapi ada sekelompok orang lain yang menjadi menderita karena adanya proyek tersebut. Manfaat semu ini tidak diperhitungkan dalam perhitungan manfaat dan biaya proyek, sedangkan manfaat riil diperhitungkan dalam perhitungan manfaat dan biaya suatu proyek.

b.

Pembedaan lebih lanjut terhadap manfat dan biaya riil dari suatu proyek adalah antara manfaat dan biaya langsung (direct benefits and costs) dengan manfaat dan biaya tidak langsung (indirect benefits and costs).

c.

Manfaat dan biaya riil dibedakan pula menjadi manfaat dan biaya yang tangible (yang dapat diraba), dan yang intangible (yang tak dapat diraba). Istilah dapat diraba diterapkan bagi manfaat dan biaya yang dapat dinilai di pasar, sedangkan manfaat dan biaya yang tidak dapat dipasarkan adalah tidak dapat diraba.

d.

Disamping pembedaan diatas, manfaat dan biaya riil dapat pula dibedakan menjadi manfaat dan biaya internal dan external.

Analisa Manfaat dan Biaya (AMB) ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut : Analisa ini digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek khususnya proyek pemerintah. Konsep AMB sangat sederhana, yaitu mengenali manfaat (benefit) dan biaya (cost) atas suatu proyek, kemudian mengukurnya dalam ukuran yang dapat diperbandingkan. Tetapi dalam pelaksanaannya akan banyak mendapat kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut berhubungan dengan : a. b. c. bagaimana mengenal dan mengukur manfaat, bagaimana mengenal dan mengukur biaya, bagaimana menentukan waktu dan tingkat diskonto (discounting rate).

III.

Mengenal dan Mengukur Manfaat Suatu Proyek Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa ini ialah :

a. b.

Menentukan dampak dari proyek, yaitu barang dan jasa apa yang akan dperoleh dari proyek tersebut, Menyatakan dampak dari proyek tersebut secara kuantitaif. Biasanya dilakukan pendekatan sebesar nilai rupiah yang secara maksimum orang-orang bersedia membayarnya karena manfaatkan jasa-jasa proyek itu.

IV.

Mengenal dan Mengukur Biaya Proyek Konsekuensi dari suatu proyek adalah beban serta pengorbanan, yang ini merupakan biaya dari proyek tersebut. Penggunaan sumber-sumber daya yang terlibat dalam pembangunan suatu proyek, akan meliputi pula opportunity cost dikarenakan pengorbanan atau hilangnya jasa produktif pada sektor lain. Sekalipun dalam menghitung biaya dalam suatu proyek jauh lebih mudah daripada dalam menghitung manfaat, namun toh tidak terlepas dari adanya kesulitan, misalkan timbul perhitungan ganda (double counting).

V.

Menentukan Waktu dan Bunga DIskonto Manfaat suatu proyek biasanya akan diterima beberapa tahun setelah proyek itu selesai dan proyek itu akan selalu memberikan jasa-jasa yang akan diterima pada tahun-tahun yang akan datang. Kesulitannya adalah untuk menentukan tingkat diskonto atau tingkat bunga (discount rate) dan juga menentukan umur proyek tersebut. Sering suatu proyek secara ekonomis sudah tidak berfungsi, tetapi secara teknis masih ada atau sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai