Anda di halaman 1dari 11

FUNGSI DAN PERAN PAJAK DALAM PEMBANGUNAN

“Peran pajak sebagai alat untuk mengatur kebijakan sosial”

MAKALAH EKONOMI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Ekonomi


Tahun Pelajaran 2019/2020

Disusun oleh :

NAMA : DINAR AYU INDHANI


KELAS : XI MIPA 1
NO.ABSEN : 11

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMA NEGERI 1 CEPIRING

2019/2020
BAB 1

PENDAHULUAN

       I.  Latar Belakang


             Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar. Dari tahun
ke tahun pajak juga menjadi perbincangan dari pemerintah sendiri karena dari realisasi
penerimaan yang kurang dari target yang sudah direncanakan oleh Menteri Keuangan. Oleh
karena itu perlu adanya perhatian yang khusus dari semua kalangan baik dari Menteri
Keuangan, Direktorat Jendral Pajak, maupun masyarakat itu sendiri.

             Pajak menempati posisi terpenting di sebagian besar negara berkembang karena


pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan
negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaaan uang pajak meliputi mulai dari belanja
pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Uang pajak juga
digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan
masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia,
menikmati fasilitas dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari
pajak. Dengan demikian lelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara  menjadi
sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintah dan pembiayaan pembangunan.

 II.  Permasalahan
·         Apa kebijakan sosial itu?
·         Apakah peran pajak dalam mengatur kebijakan sosial?
BAB II
PEMBAHASAN

I.  Kebijakan Sosial
        Kebijakan sosial adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tindakan yang
memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan warga negara melalui penyediaan
pelayanan sosial atau bantuan keuangan (Marshal, 1965).
        Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon
isu-isu yang bersifat publik yaitu mengatasi masalah sosial, kebijakan sosial memiliki fungsi
preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan development (pengembangan). Sebagai
wujud kewajiban negara (state obligation) dalam memenuhi hak-hak sosial warga negaranya.
Secara garis besar kebijakan sosial diwujudkan dalam 3 kategori: yaitu perundang-undangan,
program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan. Berdasarkan kategori ini maka dapat
dinyatakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum / peraturan yang menyangkut masalah
kehidupan sosial adalah wujud dari kebijakan sosial.
        Ada berbagai dimensi dasar dari kebijakan sosial itu yaitu :
1.      Redistribusi kekayaan artinya pengaturan pemerintah dalam pemerataan pendapatan.
2.      Kebebasan artinya kebebasan masyarakat dari ketakutan, terror, eksploitasi dll.
3.      Perlindungan resiko
4.      Keselamatan publik artinya penyediaan sarana umum yang berkualitas.

Kebijakan Sosial dan Analisis Kebijakan Sosial


        Keberhasilan pembangunan, kesejahteraan sosial selain  ditentukan oleh kualitas
pelayanan langsung  yang bersifat mikro juga dipengaruhi  oleh  sistem dan arah kebijakan
sosial yang bersifat mikro. Kebijakan sosial tersebut sangat menentukan tipe, jenis, sistem
dan pendekatan pemberian pelayanan sosial kepada kelompok  sasaran. Pengetahuan
mengenai analisis kebijakan sosial sangat penting untuk menentukan apakah suatu kebijakan
tersebut memiliki dampak positif atau negative terhadap masyarakat, apakah kebijakan
tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan apakah kebijakan tersebut mampu
merespon masalah-masalah sosial yang dirasakan oleh masyarakat.
        Analisis kebijakan sosial (policy analysis) dapat dibedakan dengan pembuatan atau
pengembangan kebijakan (policy development). Analisis tidak mencakup pembuatan proposal
perumusan kebijakan yang akan datang. Analisis kebijakan lebih menekankan pada
penelaahan kebijakan yang sudah ada. Sementara itu, pengembangan kebijakan lebih
difokuskan pada proses pembuatan proposal perumusan kebijakan yang baru.
        Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis kebijakan sosial adalah usaha
terencana yang berkaitan dengan pemberian penjelasan (explanation) dan preskripsi atau
rekomendasi terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial yang telah
diterapkan.  Penelaahan terhadap kebijakan sosial tersebut didasari oleh prinsip-prinsip
umum yang dibuat berdasarkan pilihan-pilihan tindakan sebagai berikut:
1.      Penelitian dan rasionalisasi yang dilakukan untuk menjamin keilmiahan dari analisis yang
dilakukan.
2.      Orientasi nilai yang dijadikan patokan atau kriteria untuk menilai kebijakan sosial tersebut
berdasarkan nilai benar dan salah.
3.      Pertimbangan politik yang umumnya dijadikan landasan untuk menjamin keamanan dan
stabilitas.

II.           Peran pajak sebagai  alat pengatur kebijakan sosial


        Pajak merupakan salah satu penghasilan atau penerimaan  yang sangat penting bagi
pemerintah untuk mencapai tujuan ekonomi, sosial, politik. Peranan pemerintah yang sangat
menonjol dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang sangat membutuhkan biaya yang
cukup besar menyebabkan pemerintah cenderung untuk memungut pajak sampai mencapai
tingkat penerimaan pajak yang sangat optimal. Pajak yang ditarik ini terutama untuk
pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam rangka menyediakan barang dan jasa publik saat
ini sekitar 70% APBN Indonesia dibiayai oleh pajak dan dua penyumbang penerimaan
terbesar adalah pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPn).
        Selain berfungsi sebagai sumber penerimaan negara, pajak juga memiliki fungsi
mengatur. Dalam fungsi ini pajak mengarahkan atau digunakan sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi sosial. Melalui pajak
pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi, karena pajak bisa digunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan. Contohnya: dalam rangka menarik penanaman modal baik dari dalam
negeri maupun luar negeri diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam
rangka melindungi  produksi dalam negeri,  Pemerintah menerapkan bea masuk untuk produk
luar negeri.
        Fungsi pajak sebagai regulasi atau pengatur berkaitan dengan pajak untuk mengatur
alokasi sumber-sumber ekonomi, stabilitasi, distribsi pendapatan dari berbagai kelompok
masyarakat. Dalam hal ini pajak merupakan salah satu instrument yang dapat digunakan
untuk mengatur ekonomi, sehingga dinamika nasional berjalan sesuai yang diharapkan.
Pemanfaatan dana pajak dalam APBN didistribusikan ke masing-masing departemen selaku
penanggungjawab dalam memanfaatkan dana. Artinya pajak yang dibayarkan akan
dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas umum yang diberikan pemerintah
misalnya perbaikan jalan yang rusak dan pembangunan jalan tol, penyelenggaraan
pendidikan nasional, pemeliharaan kesehatan masyarakat, penanggulangan bencana alam,
penyelenggaraan pertahanan dan keamanan.

Fungsi mengatur dalam pajak digunakan untuk :


1.      Perbaikan iklim usaha
                   Fungsi pajak dalam perbaikan iklim usaha yaitu dengan (1) penurunan tarif PPh
Pribadi dan Badan, hal ini ditujukan agar perusahaan dapat memproduksi lebih baik dan pasti
akan menyerap tenaga kerja. (2) PPN untuk Eksplorasi MIGAS tujuannya untuk
meningkatkan produksi minyak dan gas bumi serta panas bumi. (3) kebijakan-kebijakan
Proteksi Terhadap Produsen Dalam Negeri diantaranya Bea Masuk ditanggung Pemerintah
(BMDTP) yaitu untuk memajukan produksi dalam negeri agar dapat lebih bersaing dan
ekspor meningkat dengan cara meringankan bea masuk untuk bahan baku produksi, Bea
Masuk Anti Dumping (BMAD)  yaitu untuk meminimalisir praktek dumping, Bea Masuk
Imbalan yaitu tambahan bea masuk yang dikenakan terhadap barang yang mengandung
subsidi yang menyebabkan industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis
mengalami kerugian.

2.      Perlindungan masyarakat
                   Pengenaan cukai merupakan salah satu fungsi pajak sebagai perlindungan
terhadap masyarakat. Barang kena cukai adalah barang yang berdampak negatif bagi
kesehatan, lingkungan hidup dan norma-norma serta tata tertib sehingga harus dibatasi secara
ketat peredaran dan pemakaiannya. Maka cara membatasinya adalah dengan instrumen tarif,
sehingga barang yang dimaksud dapat dikenai tarif cukai paling tinggi. Contohnya yaitu
cukai rokok,dan cukai terhadap minuman yang mengandung alkohol.

3.      Perlindungan lingkungan
                   Dalam perlindungan lingkungan pemerintah memberlakukan pajak untuk
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan hal ini dimaksudkan
untuk mempertahankan ekosistem serta untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan

4.      Infrastruktur publik
                   Dalam memperbaiki infraksturktur publik pemerintah menaikan Tarif Parkir
untuk mengurangi ruang parkir dan mengurangi kemacetan lalu lintas, memberikan
Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Progresif yang bertujuan untuk mendorong
kepemilikan tunggal kendaraan bermotor dalam rangka mengurangi kepadatan lalu lintas.

                   Institusi yang berwenang menarik dana pajak yaitu Direktorat Jenderal Pajak
(DPJ), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang diawasi oleh Menteri Keuangan.
Hasil yang diharapkan setelah pajak digunakan untuk mengatur hal-hal diatas yaitu stabilitas
ekonomi, fiskal dan SOSPOL dapat tercapai, tersedianya lapangan pekerjaan dan mengurangi
penggangguran, terlindungnya hak-hak dan tertib sosial, dan keseimbangan lingkungan alam
terjaga. Jika masyarakat sadar akan pentingnya pajak maka hal ini dapat meningkatkan
penerimaan pajak sehingga pertumbuhan berkelanjutan sehingga mampu mengembangkan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang berdampak pada  tujuan negara tercapai.

            Peran pajak sebagai alat untuk mengatur kebijakan sosial dapat dilihat dari sistem
perpajakannya apakah dapat dikatakan efektif ,apabila pajak mampu memberikan manfaat
maksimal bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini akan terjadi apabila
jumlahnya memadai, sehingga mampu menopang berbagai kegiatan pemerintah untuk
melakukan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik. Selain jumlah yang memadai,
struturnya pun mencerminkan keadilan dalam perpajakan artinya orang-orang yang
berpendapatan lebih tinggi dikenakan beban pajak yang tinggi dibandingkan orang-orang
yang berpendapatan lebih rendah. Selanjutnya penggunaanya tepat sasaran, tugas pemerintah
meyakinkan masyarakat apabila pajak yang dipungut dari masyarakat memenuhi asas
keadilan dalam perpajakan dan akan kembali kepada masyarakat berupa sarana dan prasarana
umum.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari beberapa uraian tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa:
·         Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu
yang bersifat publik yaitu mengatasi masalah sosial, atau Kebijakan sosial merupakan
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tindakan yang memiliki dampak langsung
terhadap kesejahteraan warga negara melalui penyediaan pelayanan sosial atau bantuan
keuangan (Marshal, 1965).
·         Peran pajak sebagai alat untuk mengatur kebijakan sosial berkaitan dengan fungsi pajak itu
sendiri, dari fungsi pajak sebagai penerimaan atau pendapatan Negara (Budgetair) maupun
fungsi pajak sebagai pengatur (Reguleren). Keduanya memberikan kontribusi terhadap
tercapainya suatu kesejahteraan sosial dalam masyarakat melalui kebijakan-kebijakan
pemerintah dalam hal ekonomi, sosial, dan politik misalnya : Pengentasan kemiskinan,
pengurangan pengangguran, menyediakan lapangan pekerjaan, pelayanan kesehatan untuk
masyarakat, sarana dan prasarana untuk pendidikan, penaggulangan bencana alam, perbaikan
jembatan, jalan tol dsb.
B.     Saran
1.      Guna mencapai target penerimaan pajak, pemerintah perlu  melakukan berbagai perbaikan
dalam sistem perpajakan nasional. Misalnya pemerintah perlu melakukan  perluasan basis
pajak (melalui Sensus Pajak Nasional), terutama pajak penghasilan, serta penggalian potensi
pajak, terutama atas sektor-sektor unggulan, seperti sektor pertambangan dan batubara. Selain
itu pemerintah juga harus memperkuat aspek perpajakan internasional dalam rangka
penguatan keberpihakan perpajakan pada kepentingan nasional dan pencegahan penghindaran
pajak dengan strategi sesuai ketentuan dalam tax treaty, namun tetap berpedoman pada
praktek internasional yang berlaku.
2.      Memaksimalkan sosialisasi tentang pentingnya pajak kepada masyarakat (wajib pajak) agar
masyarakat sadar akan kewajiban membayar pajak, disamping itu sosialisasi terhadap petugas
pajak (karena  penggunaan pajak itu sendiri didistribusikan ke kementerian dan
lembaga) agar dapat bekerja secara amanah, tegas dan adil sehingga baik masyarakat maupun
petugas pajak akan lebih sadar, peduli serta mendukung target penerimaan pajak demi
kelangsungan pembangunan nasional dan penyelenggaraan Negara.
3.      Selain kebijakan-kebijakan perpajakan yang ditujukan untuk mendongkrak penerimaan
pajak, Pemerintah juga perlu  membuat kebijakan-kebijakan perpajakan yang memberikan
keringanan perpajakan bagi masyarakat. Kebijakan itu antara lain rencana kenaikan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Kenaikan PTKP ini diharapkan akan membantu
meringankan beban masyarakat yang berpenghasilan rendah. Kenaikan PTKP juga
diharapkan dalam jangka panjang akan meningkatkan penerimaan pajak. Hal ini karena
peningkatan PTKP akan memberikan insentif bagi masyarakat kecil, baik untuk
pengembangan usaha baru, maupun ke arah konsumsi.
4.      Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi,
masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan
tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah,
maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:

1).         Pemungutan pajak harus adil


                  Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan
keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam
pelaksanaannya.
Contohnya:
a. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak
b. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak
c. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran
      2). Pengaturan pajak harus berdasarkan UU
            Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat
untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang
     3). Pemungutan pajak harus efesien.
            Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan.
Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut.
Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.
Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik
dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.
     4). Sistem pemungutan pajak harus sederhana
                  Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan
pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak
yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk
meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak
rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.
Contoh:
* Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%
* Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan
menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi)
           
DAFTAR PUSAKA

www.pajak.go.id
harian seputar Indonesia
detik.com
republika.co.id
http://andi-wb.blogspot.com/2010/06/peran-dari-manfaat-pajak.html
http://iguide post.blogspot.com/2008/06/peranan-pajak.html
http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_17.htm
http://arya-muhamad.blogspot.com/2010/05/funggsi-mengatur-dalam-pajak.html Miyasto, ket
ua Tax Centre Universitas Diponegoro-33
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 TAHUN 2007 tentang ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 TAHUN 2008 tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 TAHUN 2009 tentang Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah

Anda mungkin juga menyukai