Anda di halaman 1dari 202

MENEMBUS BADAI EKONOMI

DALAM PERSPEKTIF KEARIFAN LOKAL

Dr. Patta Rapanna, S.E., M.Si.


Dr. Yana Fajriah, S.E., M.M.

Kata Pengantar i
Patta Rapanna dan Yana Fajriah
Menembus Badai Ekonomi/Patta Rapanna
Cet. 1—Makassar. CV Sah Media 2018
23 cm x 15,5 cm, 202 Halaman
ISBN 978-602-6928-39-9
1. Menembus Badai Ekonomi I. Judul

Hak cipta 2018, pada penulis


Dilarang mengutif sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit
Dr. Patta Rapanna, S.E., M.Si. dan Dr. Yana Fajriah, S.E., M.M.
Menembus Badai Ekonomi dalam Perspektif Kearifan Lokal
Cetakan Pertama, Januari 2018

Hak penerbit pada CV SAH MEDIA, Makassar

Editor: Sahidah SE, M.Si.Ak,CA

Setteng layout: Kardiana Mahmud

Desain cover: Sobirin

CV SAH MEDIA
Jl. Antang Raya No. 83
Kel. Antang, Kec. Manggala, Kota Makassar
Telp. 0411-497150, HP. 081343617376
Email: sah_media@yahoo.com www.sahmedia.co.id

ii MENEMBUS BADAI EKONOMI


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT


yang tiada henti-hentinya memberikan limpahan rahmat, rezki,
dan kesehatan bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan
penulisan Buku ”Menembus Badai Ekonomi dalam Perspektif
Kearifan Lokal ”.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai
dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi
suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk
suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan
ekonomi.
Pembahasan tentang pembangunan akan terus
mengalami perubahan, disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Tetapi pada umumnya, pembangunan diartikan sebagai suatu
proses perubahan dari kondisi yang tidak baik menjadi yang
lebih baik. Dalam perspektif pembangunan secara umum,
pembangunan ekonomi mendapatkan porsi yang lebih karena
indikator kemajuan suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi
yang baik. Namun, untuk memahami pembangunan ekonomi,
mesti melibatkan perspektif politik. Hal itu disebabkan karena
perumusan kebijakan pembangunan merupakan proses politik
yang melibatkan beragam actor dengan beragam kepentingan
pula, yang interaksinya bisa jadi saling berbenturan. Untuk itu,
dalam memahami kebijakan pembangunan dengan benar perlu
ditelusuri secara cermat perilaku, motivasi atau pun preferensi
para aktornya.

Kata Pengantar iii


Dalam kerangka politik ekonomi pembangunan, kearifan
lokal tidak mendapatkan tempat sama sekali karena telah
disingkirkan oleh sistem pasar dan negara. Investasi demi
pertumbuhan ekonomi negara adalah lebih penting daripada
suatu tindakan berkelanjutan bagi masa depan manusia yang
menjadi inti dari kearifan masyarakat lokal. Dalam beberapa
kasus, bukan saja sistem pengetahuan lokal masyarakat
yang terpinggirkan, tetapi juga masyarakat lokal secara fisik
dipinggirkan atau direlokasi dengan alasan pembangunan. Selain
itu, dengan alasan investasi pula, keamanan menjadi faktor
penting dalam pembangunan. Struktur pengamanan dibangun
sampai ke pelosok-pelosok negeri dengan melibatkan aparat-
aparat negara yang cenderung tidak memahami cara-cara
masyarakat lokal menyelesaikan sengketa di antara mereka.
Buku ini disusun dengan maksud untuk memberikan
tambahan wawasan tentang pembangunan ekonomi melalui
pengembangan kearifan lokal yang ada di masyarakat.
Disadari bahwa buku ini masih terbuka untuk selalu
disempurnakan sehingga masukan konstruktif akan diterima
dengan senang hati. Kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian buku ini kami sampaikan terima kasih sebesar-
besarnya.

Makassar, Januari 2018

Patta Rapanna
Yana Fajriah

iv MENEMBUS BADAI EKONOMI


DAFTAR ISI

PENGANTAR................................................................ iii
DAFTAR ISI................................................................... V
BAB I KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI NEGARA
BERKEMBANG................................................. 1
A. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi. 1
B. Ciri Proses Pertumbuhan Ekonomi Profesor
Kuznets ..................................................... 4
C. Dampak Positif dan Negatif Pembangunan
Ekonomi ................................................... 7
D. Strategi Pembangunan Ekonomi . ............... 8
E. Macam-macam Strategi Pembangunan
Ekonomi ................................................... 8

BAB 2 PEMBANGUNAN DI NEGARA MAJU


DAN NEGARA BERKEMBANG ........................ 11
A. Pembangunan di Negara Maju dan Negara
Berkembang ................................................ 11
B. Indikator Pembangunan .............................. 15
C. Pembangunan di Negara Berkembang ......... 19
D. Masalah yang di Hadapi Negara 
Berkembang................................................. 25

BAB 3 BADAI EKONOMI BELUM BERLALU................ 31


A. Tenaga Kerja Negara Berkembang Masuk
Ke Negara Maju........................................... 31
B. Permasalahan yang Terjadi di Negara
Berkembang................................................. 33

Daftar Isi v
C. Cara Mengatasi Permasalahan di Negara
Maju dan Berkembang ................................ 35
D. Permasalahan Ekonomi di Negara
E. Berkembang ................................................ 36

BAB 4 SUMBER DAYA PEMBANGUNGAN.................. 39


A. Sumber Daya Pembangungan....................... 39
B. Unsur-unsur Sumber Daya Manusia.............. 40
C. Penyedian Sumber Daya Manusia................. 41
D. Masalah yang Timbul Dalam Sumber
Daya Manusia ............................................. 41
E. Solusi Untuk Menghadapi Masalah
di Dalam Sumber Daya Manusia................... 46

BAB 5 GLOBALISASI .................................................. 49


A. Pengertian Globalisasi................................... 49
B. Dampak Globalisasi di Sejumlah Bidang. ...... 53
C. Faktor Pendukung Munculnya Globalisasi..... 61
D. Pengaruh Globalisasi. ................................... 61
E. Dampak Globalisasi...................................... 64
F. Pancasila dan Globalisasi.............................. 65
G. Konsep Globalisasi....................................... 68
H. Proses Globalisasi......................................... 69

BAB 6 PENGARUH GLOBALISASI DI NEGARA


BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU.............. 71
A. Implikasi Globalisasi Terhadap Negara
Berkembang................................................. 72
B. Pengaruh Globalisasi di Negara Maju. .......... 77

BAB 7 HARAKIRI, BUSHIDO BUDAYA JEPANG.......... 83


A. Harakiri....................................................... 83
B. Motif Harakiri.............................................. 85

vi MENEMBUS BADAI EKONOMI


C. Ritual Harakiri. ............................................ 87
D. Contoh Harakiri........................................... 89
E. Dampak Harakiri bagi Masyarakat Jepang.... 90
F. Ikebana........................................................ 91
G. Samurai........................................................ 91
H. Dhogun. ...................................................... 98
I. Baju Tradisional Jepang................................ 100
J. Upacara Minum Teh Jepang......................... 104
K. Etika Budaya Masyarakat Jepang.................. 105
L. Alat Musik. .................................................. 107

BAB 8 KEMAJUAN DAN POTRET NEGARA CINA


DAN JEPANG................................................... 109
A. Kebudayaan Asli Jepang dari Prasejarah
sampai Sekarang........................................... 109
B. Sendi Kebudayaan Jepang............................ 111
C. Pengaruh Kebudayaan Cina Terhadap
Kebudayaan Jepang..................................... 113
D. Sikap Orang Jepang Terhadap Kebudayaan
Cina............................................................. 116

BAB 9 PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA... 119


A. Koperasi Zaman Dahulu............................... 119
B. Koperasi pada Masa Kini.............................. 125
C. Sumber Modal Koperasi............................... 129
D. Koperasi pada Masa yang Akan Datang........ 132
E. Koperasi Menghadapi Era Global................. 134
F. Koperasi dan Tantangan Globalisasi.............. 137
G. Koperasi Juru Selamat.................................. 138
H. Peluang dan Tantangan Koperasi di Era
Global.......................................................... 140

Daftar Isi vii


BAB 10 KEARIFAN LOKAL DAN TANTANGAN
ZAMAN........................................................... 143

BAB 11 KEARIFAN LOKAL DI INDONESIA................... 151


A. Kearifan Lokal.............................................. 151
B. Tantangan Terhadap Kearifan Lokal.............. 153
C. Posisi Kearifan Lokal Guna Pemecahan
Masalah Masa Kini....................................... 156
D. Kebudayaan Jawa........................................ 157
E. Kearifan Lokal Masyarakat Desa................... 167
F. Ruang Lingkup Kearifan Lokal. ..................... 169
G. Fungsi Kearifan Lokal. .................................. 170
H. Pendekatan Kearifan Lokal. .......................... 171
I. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan
Lingkungan................................................... 173
J. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber
Daya Alam................................................... 176
K. Gotong Royong Dalam Perspektif Kearifan
Lokal............................................................ 190

DAFTAR PUSTAKA........................................................ 193


viii MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB KEBIJAKAN
I PEMBANGUNAN DI NEGARA
BERKEMBANG

A. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Setiap negara selalu berusaha mewujudkan masyarakat


adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap negara
melaksanakan pembangunan ekonomi. Salah satu ukuran berhasilnya
pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Hampir semua
negara di dunia pasti melaksanakan pembangunan ekonomi. Hal ini
karena pembangunan ekonomi merupakan upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan
pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi
tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth);
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi,
dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional [1]. Suatu negara dikatakan
mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP
riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Perbedaan antara
keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih
bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan
dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan

Kebijakan Pembangunan di Negara Berkembang 1


ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi,
tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi
dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam
lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat
dalam jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi.

1. Pembangunan sebagai suatu proses


Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwapembangunan
merupakan suatu tahap yang harus dijalani olehsetiap masyarakat
atau bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung
menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui
tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa
harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk menuju
kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.

2. Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan


pendapatan perkapita
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang
harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan
pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran
serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat
dalam suatu negara untuk berpartisipasiaktif dalam proses
pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan
perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan
masyarakat.

3. Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung


dalam jangka panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan
berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang
cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan

2 MENEMBUS BADAI EKONOMI


perkapita harus mengalami kenaikanterus menerus. Misalnya,
suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupunkekacauan
politik, maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut
mengalami kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah
bersifat sementara yang terpenting bagi negara tersebut kegiatan
ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan
faktor nonekonomi.
Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber
daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti
kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan
hasil laut, sangat memengaruhi pertumbuhan industri suatu negara,
terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara
itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan
mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi
(disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan
pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk.
Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk
memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk
menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. Sementara itu,
sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan
mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk
menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa
barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal
juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang
ada di masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang
berkembang dan berlaku.

Kebijakan Pembangunan di Negara Berkembang 3


Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan Ekonomi

 Merupakan proses naiknya  Merupakan proses perubahan yang


produk per kapita dalam terus menerus menuju perbaikan
jangka panjang. termasuk usaha meningkatkan produk
 Tidak memperhatikan per kapita.
pemerataan pendapatan.  Memperhatikan pemerataan
 Tidak memperhatikan pendapatan termasuk pemerataan
pertambahan penduduk pembangunan dan hasil-hasilnya.
 Belum tentu dapat  Memperhatikan pertambahan
meningkatkan taraf hidup penduduk.
masyarakat.  Meningkatkan taraf hidup
 Pertumbuhan ekonomi masyarakat.
belum tentu disertai  Pembangunan ekonomi selalu
dengan pembangunan dibarengi dengan pertumbuhan
ekonomi ekonomi.
 Setiap input dapat  Setiap input selain menghasilkan
menghasilkan output yang output yang lebih banyak juga terjadi
lebih banyak perubahan-perubahan kelembagaan
dan pengetahuan teknik.

B. Ciri Proses Pertumbuhan Ekonomi Profesor


Kuznets:
Simon Kuznets merupakan seorang profesor dari Universitas
Pensylvania, Universitas John Hopkins dan juga Universitas Harvard.
Kuznet juga merupakan presiden dari asosiasi ekonomi Amerika
pada tahun 1954.
Menurut pendapat Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah
suatu kenaikan kemampuan jangka panjang suatu negara di dalam
menyediakan berbagai macam jenis barang-barang ekonomi dalam
jumlah yang banyak untuk penduduknya.

4 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Teori pertumbuhan Ekonomi Modern Kuznets adalah
kemampuan ini akan tumbuh seiring dengan adanya perkembangan
atau kemajuan teknologi dan juga penyesuaian kelembagaan serta
idiologi.
Pertumbuhan ekonomi modern merupakan pertanda penting
di dalam kehidupan perekonomian. Kuznets menunjukkan enam
ciri pertumbuhan ekonomi modern yang muncul dalam analisa yang
didasarkan pada produk nasional dan komponennya, penduduk,
tenaga kerja dan sebangsanya. Dari keenam ciri itu, dua diantaranya
adalah kuantitatif yang berhubungan dengan pertumbuhan produk
nasional dan pertumbuhan penduduk, yang dua berhubungan dengan
peralihan struktural dan dua lagi dengan penyebaran internasional.
1. Laju pertumbuhan penduduk dan produk per kapita.
Pertumbuhan ekonomi modern, sebagaimana terungkap
dari pengalaman negara maju sejak akhir abad ke-18 atau awal
abad ke-19, ditandai dengan laju kenaikan produk per kapita yang
tinggi dibarengi dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat.
Laju kenaikan yang luar biasa itu paling sedikit sebesar lima kali
untuk penduduk dan paling sedikit sepuluh kali untukproduksi.
2. Peningkatan Produktivitas.
Pertumbuhan ekonomi modern terlihat dari semakin
meningkatnya laju produk per kapita terutama sebagai akibat
adanya perbaikan kualitas input yang meningkatkan efesiensi
atau produktivitas per unit input. Halini dapat dilihat dari semakin
besarnya masukan sumber tenaga kerja dan modal atau semakin
meningkatnya efesiensi atau kedua-duanya. kenaikan efisiensi
berarti penggunaan output yang lebih besar untuk setiap unit
input. Laju kenaikan produktivitas ternyata dapat menjelaskan
hampir keseluruhan pertumbuhan produk perkapita di negara
maju. bahkan kendala dengan beberapa penyesuaian untuk
menampung biaya dan input yang tersembunyi, pertumbuhan
produktivitas tetapdapat menjelaskan lebih dari separuh
pertumbuhan dalam produk perkapita.

Kebijakan Pembangunan di Negara Berkembang 5


3. Laju perubahan struktural yang tinggi
Perubahan struktural dalam pertumbuhan ekonomi modern
mencakup peralihan dari kegiatan pertanian ke non-pertanian,
dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-unit produktif,
dan peralihan dari perusahaan perseorangan menjadi perusahaan
terhadap hukum serta perubahan status kerja buruh.
4. Urbanisasi.
Pertumbuhan ekonomi modern ditandai pula dengan
semakin banyaknya penduduk negara maju yang berpindah
dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. inilah yang disebut
urbanisasi.
5. Ekspansi Negara Maju
Pertumbuhan negara maju kebanyakan tidak sama. Pada
beberapa bangsa, pertumbuhan ekonomi modern terjadi lebih
awal dari bangsa yang lain. Hal ini sebagian besar disebabkan
perbedaan latar belakang sejarah dan masa lalu. ketika ilmu
pengetahuan modern mulai berkembang.
ekspansi negara-negara maju yang bermula dari bangsa-
bangsa Eropa tidak lain adalah akibat revolusi teknologi di
bidang transportasi dan komunikasi. Hal ini melahirkan dominasi
politik langsung atas negara-negara jajahan, pembukaan daerah
yang semula tertutup seperti Jepang dan pemecahan daerah
seperti Afrika sub-sahar. Ancaman kekuatan negara maju inilah
yang menyebabkan pertumbuhan Jepang dan Uni Soviet. Pada
sisi lain, pemecahan Afrika dan dominasi politik yang kian besar
terhadap jajahan merupakan akibat dari bangkitnya imperialisme
yang menjadi penyebab ekspansi negara maju seperti Jerman
dan Amerika Serikat kuartal akhir abad ke-19. Jadi unsur politik
atau kekuatan dalam hubungan internasional merupakan faktor
penting dalam penyebaran pertumbuhan ekonomi modern. Ini
berarti saling ketergantungan semakin meningkat antara bangsa,
baik karena semakin kuatnya potensi untuk saling berhubungan
satu sama lain atau karena mereka secara bersama-sama
mempergunakan ilmu pengetahuan dan bersifat transnasional.

6 MENEMBUS BADAI EKONOMI


6. Arus barang, modal, dan orang antarbangsa
Arus barang, modal, dan orang antarbangsa kian
meningkat sejak kuartal kedua abad ke-19 sampai perang dunia
I tetapi mulai mundur pada perang dunia I dan berlanjut sampai
akhir perang dunia II. Namun demikian sejak awal tahun lima
puluhan terjadilah peningkatan dalam arus barang, modal dan
antarbangsa.

C. Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Ekonomi


Pembangunan ekonomi yang berlangsung di suatu negara
membawa dampak, baik positif maupun negative.
1. Dampak Positif Pembangunan Ekonomi
a. Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan
perekonomian akan berjalan lebih lancar dan mampu
mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
b. Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan
terciptanya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan
oleh masyarakat, dengan demikian akan mengurangi
pengangguran.
c. Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya
pembangunan ekonomi secara langsung bisa memperbaiki
tingkat pendapatan nasional.
d. Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya
perubahan struktur perekonomian dari struktur ekonomi
agraris menjadi struktur ekonomi industri, sehingga
kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan
semakin beragam dan dinamis.
e. Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas
SDM sehingga dalam hal ini, dimungkinkan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan berkembang dengan
pesat. Dengan demikian, akan makin meningkatkan
kesejahteraan masyarakat

Kebijakan Pembangunan di Negara Berkembang 7


2. Dampak Negatif Pembangunan Ekonomi
a. Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana
dengan baik mengakibatkan adanya kerusakan
lingkungan hidup.
b. Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan
pertanian.
c. hilangnya habitat alam baik hayati atau hewani

D. Strategi Pembangunan Ekonomi


Strategi pembangunan merupakan suatu cara untuk mencapai
Visi dan Misi  yang rumusankan dalam bentuk strategi sehingga
dapat meningkatan kinerja. Kinerja sangat dipengaruhi oleh
bagai mana suatu organisasi (pemerintah)  menerima sukses atau
mengalami kegagalan dari suatu misi organisasi pemerintah.
Faktor – faktor keberhasilan berfungsi untuk lebih memfokuskan
strategi dalam rangka mencapai tujuan dan misi organisasi
pemerintah secara sinergis dan efisien. Untuk merumuskan
strategi maka dibutuhkan analisis lingkungan strategis.

E. Macam-macam Strategi Pembangunan Ekonomi


Dalam mempelajari perekonomian suatu Negara, salah satu
konsep yang penting untuk diperhatikan yaitu mengetahui
strategi pembangunan ekonomi. menurut Suroso ( 1993 ) strategi
pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan
pemilihan atas factor – factor ( variable ) yang akan dijadikan
factor / variabel utama yang menjadi penentu jalannya proses
pertumbuhan. adapun beberapa strategi pembangunan ekonomi
yaitu:
1. Strategi pertumbuhan
Adapun inti dari konsep strategi yang pertama ini adalah:
a. Strategi pembangunan ekonomi suatu negara akan
terpusat pada upaya pembentukan modal, serta bagaimana

8 MENEMBUS BADAI EKONOMI


menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah dan
memusat, sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan
ekonomi.
b. Selanjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi akan dinikmati
oleh golongan lemah melalui proses merambat ke bawah (
trickle – down – effect ) pendistribusian kembali.
c. Jika terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan hal tersebut
merupakan syarat terciptanya pertumbuhan ekonomi.
d. Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini adalah
bahwa pada kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan
yang semakin tajam.
2. Strategi dengan pembangunan pemerataan
Inti dari konsep strategi ini adalah dengan ditekankannya
peningkatan pembangunan melalui teknik sosial engineering,
seperti halnya melalui penyusunan perencanaan induk, dan
paket program terpadu.
3. Strategi ketergantungan
Tidak sempurnanya konsep strategi pertama dan kedua
mendorong para ahli ekonomi mencari alternatif lain
sehingga pada tahun 1965 muncul strategi pembangunan
dengan nama  strategi ketergantungan. Inti dari konsep
strategi tergantungan adalah:
a. Kemiskinan di negara – negara berkembang lebih
disebabkan karena adanya ketergantungan negara
tersebut dari pihak / negara lainnya. Oleh karena itu
jika suatu Negara ingin terbebas dari kemiskinan
dan keterbelakangan ekonomi, Negara tersebut harus
mengarahkan upaya pembangunan ekonominya pada
usaha melepaskan diri dari ketergantungan dari pihak
lain. Langkah yang dapat ditempuh diantaranya adalah:
meningkatkan produksi nasional yang disertai dengan
peningkatan kemampuan dalam bidang produksi, lebih
mencintaiproduk nasional, dan sejenisnya.
b. Teori ketergantungan ini kemudian dikritik

Kebijakan Pembangunan di Negara Berkembang 9


oleh  Kothari  dengan mengatakan “……. Teori
ketergantungan tersebut memang cukup relevanm
namun sayangnya telah mnjadi semacam dalih terhadap
kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun
masyarakat sendiri  (Self Development). sebab selalu
akan gampang sekali bagai kita untuk menumpahkan
semua kesalahan pada pihak luar yang memeras,
sementara pemerasan yang terjadi di dalam lingkungan
masyarakat kita sendiri dibiarkan saja …….” (Kothari
dalam Ismid Hadad, 1980)
4. Strategi yang berwawasan ruang
Strategi ini dikemukakan oleh Myrdall dan Hirschman,
yang mengemukakan sebab – sebab kurang mampunya
daerah miskin berkembang secepat daerah yang lebih kaya
/ maju. Menurut mereka kurang mampunya daerah miskin
berkembang secepat daerah maju dikarenakan kemampuan
/ pengaruh menyetor dari kaya ke miskin (Spread Effects)
lebih kecil daripada terjadnya aliran sumber daya dari daerah
miskin ke daerah kaya (Back-wash-effects). Perbedaan
pandangan kedua tokoh tersebut adalah, bahwa Myrdall
tidak percaya bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin
akan tercapai, sedangkan Hirschman percaya, sekalipun
baru akan tercapai dalam jangka panjang.
5. Strategi pendekatan kebutuhan pokok
Sasaran dari strategi ini adalah menanggulangi
kemiskinan secara masal. Strategi ini selanjutnya
dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO)
pada tahun 1975, dengan menekankan bahwa kebutuhan
pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika
pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber
pada pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha
diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan
kebutuhan pokok dan sejenisnya.

10 MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB PEMBANGUNAN
II DI NEGARA MAJU
DAN NEGARA BERKEMBANG

A. Pembangunan Di Negara Maju Dan Negara


Berkembang
Struktur ekonomi dan masyarakat di Negara Maju dan di
Negara yang sedang  Berkembang sangat berbeda. Perbedaan tersebut
menyebabkan masalah pembangunan daerah yang ada di Negara
Maju dan di Negara yang sedang Berkembang dan kemampuan
masing-masing golongan negara tersebut dalam menghadapi masalah
pembangunan daerah yang terdapat di negaranya sangatlah berbeda.
Keadaan yang demikian menyebabkan pula perbedaan dalam corak
prioritas dari tujuan maupun kebijaksanaan pembangunan daerah di
kedua golongan negara tersebut. (Sadono Sukirno, 1982: 27).

1. Proses pembangunan ekonomi di negara maju


Perkembangan ekonomi di negar maju telah dimulai sejak
beberapa abad yang lalu dan mengalami akselerasi sejak terjadinya
revolusi industri di Inggris. Dengan dimulainya Revolusi Industri
di Inggris maka Inggris merupakan negara dimana modernisasi
ekonomi permulaan sekali berlangsung. Dalam dua dasawarsa
pada abad ke 18, negara ini mencapai taraf take-off dalam
pembangunan ekonominya. Negara-negra Eropa Barat lainya
dan negara-negara yang dibentuk oleh bangsa-bangsa Eropa
Barat seperti Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat dan
Kanada baru mengikuti jejak Inggris dan mengalami percepatan
dan mencapai taraf take-oof pembangunan ekonominya pada
permulaan abad ke-19. Dan dalam bagian kedua abad itu
Revolusi Industri menjalar pula ke Russia dan Jepang. Dengan

Pembangunan di Negara Maju dan Negara Berkembang 11


demikian negara maju telah mengalami pertumbuhan ekonomi
yang berterusan sejak satu atau dua abad yang lalu sebelum
mencapai tingkat kesejateraan yang tinggi yang dialaminya.
(Sadono Sukirno, 1982: 27).
Perkembangan ekonomi yang telah berlaku di Negara Maju
bukan saja telah menyebabkan peningkatan di dalam kesejateraan
masyarakat tetapi juga menimbulkan pula perombakan dalam
struktur ekonominya. Peran sektor industri dan sektor jasa-jasa,
ditinjau dari peranan dalam menciptakan pendapatan nasional dan
menyediakan pekerjaan kepada penduduk, menjadi bertambah
besar dari masa ke masa. (Sadono Sukirno, 1982: 27)
Meningkatnya peranan sektor industri dan jasa-jasa di
sebabkan pula oleh perubahan dalam corak penawaran barang-
barang yang digunakan masyarakat. Perkembangan ekonomi
yang telah terjadi di Negara Maju diikuti oleh perbaikan dalam
kwalitet dari barang-barang yang telah ada dan pertambahan di
dalam jenis barang dan jasa-jas yang digunkan oleh masyarakat.
Hal ini terutama di sebabkan oleh dua faktor yaitu kemajuan
teknologi dan bertambah peliknya pola kegiatan ekonomi sebagai
akibat dari adanya pembangunan ekonomi.
Dinegara-negra Maju tingkat teknologi juga mengalami
kemajuan yang pesat. Kemajuan teknologi akan menyebabkan
kwalitet barang yang telah ada menjadi bertambah baik dan
jenis barang yang tersedia dalam masyarakat menjadi bertambah
banyak. Pekembangan yang demikian sifatnya menyebabkan 
permintaan terhadap barang yang dihasilkan oleh sektor
industri bertambah lama bertambah besar dan dengan demikian
mempebesar peranan sektor industri dalam menciptakan
pendapatan nasional. Karena kegiatan perdangangan, jasa-jasa,
pengangkutan, kegiatan bank dan keungan juga ikut meningkat.
Kemajuan ekonomi di suatu negara akan menyebabkan meluasnya
kegiatan pemerintah untuk menjamin agar perdagangan berjalan
lancar, masyarakat menjalankan perkerjaannya dengan tertib dan

12 MENEMBUS BADAI EKONOMI


menurut peraturan, dan kestabilan dalam perekonomian akan
terbentuk.
Proses perubahan struktur ekonomi di negara maju
mempunyai bebrapa sifat yaitu: (Sadono Sukirno, 1982: 31-32)
a. Sektor pertanian merupakan sektor terlebih dahulu mengalami
perkembangan. Fakta diberbagai negara menunjukan bahwa
perkembangan dimulai dari berlakunya kemajuan di sektor
pertanian.
b. Kemajuan sektor pertanian tersebut mendorong perkembangan
jasa-jasa dan sektor industri. Nilai dan volume perdangan
bertambah, spesialisasi berkembang dan sektor insusri sedikit
demi sedikit bertambah penting.
c. Perkembangan sektor industri di samping meniptakan
permintaan atas bahanmentah menciptakan pula atas
sumber tenaga. Sedangkan perluasaan kegiatan perdangan
menciptakan pula dorongan untuk memperluas jaringan
pengankutan dan perkembangan lat pengangkutan dan
akibatnya timbul industri baja untuk pembangunan
transportasi.
d. Kemajuan-kemajuan diatas menyebabkan pendapatn
masyarakat meningkat dengan demikan masyarakat akan terus
mengembang teknologi untuk membantu berkembangannya
jaringan industri.
e. Pencapaian ekonomi masyarakat mencapai taraf kesejateraan
yang lebih tinggi tidak terlepas oleh peran pemerintah yang
mengontrol, sebagai pertahanan, adminstrasi dan pembuatan
kebijakan.

2. Pembangunan ekonomi di negara sedang berkembang


Pembangunan ekonomi di Negara yang sedang Berkembang
yaitu di negra-negara Asia, Afrika dan Amerika latin sangat
terbatas sekali. Perkembangan yang terjadi umumnya kegitan
menghasilkan barang export yang pada umumnya terdiri dari

Pembangunan di Negara Maju dan Negara Berkembang 13


barang pertanian dan pertambangan. Berbeda dengan Negara
Maju di Negara yang sedang Berkembang pembangunan di sektor
exsport telah menjadi pemimpin dan menggerakan pembangunan
di sektor lainnya. (Sadono Sukirno, 1982: 39)
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peran sektor
export di negara yang sedang berkembang berbeda dengan Negara
Maju salah satunya yaitu di negra yang sedang berkembang
perkembang sektor export tidak mendorong kemajuan di bidang
lain dan  sektor export lebih banyak menguntungkan negara
penjajah atau negara-negra Barat karena perkembangan export
di negra yang sedang berkembang memungkinkan mereka untuk:
(Sadono Sukirno, 1982: 40).
a. Memperoleh bahan mentah dengan harga yang murah
b. Menjual hasil-hasil industri bahan modal yaitu kepada
penguasa pengembangan sektor export di negara yang
sedang berkembang dan kepada pemerintah jajahan yang
mengembangakan prasarana untuk mengembangkan sektor
export dan
c. Menjual hasil industri barang konsumsinya,yaitu kepada
penduduk yang sekarang memperoleh pendapatan berupa
uang dari kegiatan mereka yang menghasilkan barang
export.
Pengaruh buruk yang timbur dari sifat export negara yang
sedang berkembang terhadap pembangunan ekonomi bersumber
dari beberapa faktor yaitu: (Sadono Sukirno, 1982: 41)
a. Permintaan terhadap bahan mentah sangat tergantung kepada
keadaan ekonomi di negara maju.
b. Kalau dibandingkan dengan harga barang indutri, harga-harga
hasil pertanian dan pertambangan mengalami perkembangan
yang sangat lambat.
c. Dalam jangka pendek naik turunnya harga barang export dari
sektor pertanian dan pertambangan sangat besar sedangkan
jenis barang yang dieksport sangat terbatas

14 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Akhirnya yang menyebabkan sektor eksport gagal dalam
mendorong pembangunan  ekonomi negara sedang berkembang
bersumber pada dua faktor yang saling berkaitan, yaitu
pertambahan penduduk yang cepat dan tingkat pendapatan yang
rendah pada waktu sektor export mengalami perkembangan yang
pesat. (Sadono Sukirno, 1982: 41-42)

B. Indikator Pembangunan
Berbicara mengenai pembangunan yang dilakukan oleh
otoritas suatu negara tentu tidak dapat dilepaskan dari indikator yang
digunakan sebagai alat untuk mengukurnya. Hal ini penting dilakukan
agar upaya yang dilakukan dalam bingkai pembangunan dapat
diketahui dampaknya bagi kehidupan masyarakat. Apakah beragam
upaya ‘pembangunan’ yang dilakukan berdampak positif ataukah
berimplikasi negatif terhadap kehidupan masyarakat dan negara.
Dengan adanya indikator tersebut di samping dapat mengetahui
dampaknya, juga akan dapat diketahui beragam kelebihan dan
mungkin kekurangan yang ada dalam upaya tersebut sehingga dapat
dilakukan perbaikan di waktu berikutnya.
Penggunaan indicator dan variable pembangunan bisa
berbeda untuk setiap Negara. Di Negara-negara yang masih
miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih
sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa,
layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang
rendah. Sebaliknya, di Negara-negsara yang telah dapat memenuhi
kebutuhan tersebut, indicator pembangunan akan bergeser kepada
factor-faktor sekunder dan tersier (Tikson, 2005).
Sejumlah indicator ekonomi yang dapat digunakan oleh
lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan perkapita
(GNP atau PDB), struktur perekonomin, urbanisasi, dan jumlah
tabungan. Disamping itu terdapat pula dua indicator lainnya

Pembangunan di Negara Maju dan Negara Berkembang 15


yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu
bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI)
dan Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan
disajikan ringkasan Deddy T. Tikson (2005) terhadap indicator
tersebut: (Syamsiah Badruddin, 2009)

1. Pendapatan Per Kapita


Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun
PDB merupakan salah satu indikaor makro-ekonomi yang telah
lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam
perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan bagian
kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat
menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator
makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki
beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan
nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di
negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis
ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional
(pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli
menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola
distribusi pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur
distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan, termasuk
pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.

2. Struktur Ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan
per kapita akan mencerminkan transformasi struktural
dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan
adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita,
konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap
pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan
sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan

16 MENEMBUS BADAI EKONOMI


permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti
oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di
lain pihak, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan
nasional akan semakin menurun.

3. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya
proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan
dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan
tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban
sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi
di negara-negara eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi
penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi
industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan
semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi.
Di Negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di
wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang
berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan.
Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah
satu indicator pembangunan.

4. Angka Tabungan
Perkembangan sector manufaktur/industri selama tahap
industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial
capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi
dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggeris
pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme
yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang
memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun
melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah.

5. Indeks Kualitas Hidup


IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI)
digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran

Pembangunan di Negara Maju dan Negara Berkembang 17


masyarakat. Indeks ini dibuat indicator makroekonomi
tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan
masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya,
pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi
tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks
ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan
hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan
(3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata
harapan hidup dan kematian b yi akan dapat menggambarkan
status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan
keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan
keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf,
dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh
akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini
menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya
status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan
para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap
sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia
sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per
kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.

6. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development


Index)
The United Nations Development Program (UNDP)
telah membuat indicator pembangunan yang lain, sebagai
tambahan untuk beberapa indicator yang telah ada. Ide dasar
yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya
memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP,
pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan
sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan
dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan m
ngembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh
manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan

18 MENEMBUS BADAI EKONOMI


kualitas sumberdaya manusia akan diikuti oleh terbukanya
berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia
secara bebas.
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting
dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan
mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia.
Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling
menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat,
perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan
terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini
dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen, (1) rata-
rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian
pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per
kapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity.
Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan
kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan
knowledge, attitude dan skills, disamping derajat kesehatan
seluruh anggota keluarga dan lingkungannya

C. Pembangunan Di Negara Berkembang
Negara berkembang adalah negara yang sedang membangun
menuju negara modern. Didalamnya terdapat suatu proses perubahan
di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan
suatu rencana tertentu. Untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia yang menuntut adanya perubahan sosial dan budaya sebagai
pendukung keberhasilannya. Sifat / Karakteristik / Ciri-Ciri Negara
Berkembang. Di Dunia Negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia memiliki karakter atau ciri sebagai berikut:

1. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tinggi


Tingkat pertambahan penduduk di negara berkembang
umumnya lebih tinggi dua hingga empat kali lipat dari negara

Pembangunan di Negara Maju dan Negara Berkembang 19


maju. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan dan budaya di
negara berkembang yang berbeda dengan di negara maju. Hal
tersebut dapat mengakibatkan banyak masalah di masa depan
yang berkaitan dengan makanan, rumah, pekerjaan, pendidikan,
dan lain sebagainya.

2. Tingkat Pengangguran Tinggi


Akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk mengakibat-
kan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi tinggi.
Jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada kesempatan lapangan
kerja yang tersedia dan tungkat pertumbuhan keduanya yang
tidak seimbang dari waktu ke waktu.

3. Tingkat Produktivitas Rendah


Jumlah faktor produksi yang terbatas yang tidak diimbangi
dengan jumlah angkatan kerja mengakibatkan lemahnya
daya beli sehingga sektor usaha mengalami kesulitan untuk
meningkatkan produksinya.

4. Kualitas Hidup Rendah


Akibat rendahnya tingkat penghasilan, masyarakat
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok,
pendidikan, kesehatan, dll. Banyak yang kekurangan gizi, tidak
bisa baca tulis, rentan terkena penyakit, dan lain sebagainya.

5. Ketergantungan Pada Sektor Pertanian/Primer


Umumnya masyakat adalah bermata pencaharian petani
dengan ketergantungan yang tinggi akan hasil sektor pertanian.

6. Pasar & Informasi Tidak Sempurna


Kondisi perekonomian negara berkembang kurang
berkompetisi sehingga masih dikuasai oleh usaha monopoli,
oligopoli, monopsoni dan oligopsoni. Informasi di pasar hanya
dikuasai oleh sekelompok orang saja

20 MENEMBUS BADAI EKONOMI


7. Tingkat Ketergantungan Pada Angkatan Kerja Tinggi
Perbandingan jumlah penduduk yang masuk dalam
kategori angkatan kerja dengan penduduk non angkatan kerja di
negara sedang berkembang nilainya berbeda dengan dengan di
negara maju. Dengan demikian di negara maju penduduk yang
berada dalam usia nonproduktif lebih banyak bergantung pada
yang masuk angkatan kerja.

8. Ketergantungan Tinggi Pada Perekonomian Eksternal yang


Rentan
Negara berkembang umumnya memiliki ketergantungan
tinggi pada perekonomian luar negeri yang bersifat rentan
akibat hanya mengandalkan ekspor komoditas primer yang tidak
menentu.
Ciri-ciri lainnya dari negara yang sedang berkembang:
1. Tidak cukup makan.
2. Struktur agraria lemah, karena pemilikan tanah yang
kecil
3. Industri kurang berkembang di sebagian daerah.
4. Tidak banyak menggunakan yang dibangkitkan dengan
mesin.
5. Ketergantungan ekonomi, karena perusahaan-perusahaan
besar ada di tangan orang asing, atau negara tersebut
masih tergantung pada luar negeri.
6. Struktur sosial yang masih feodal (menggunakan paham
lama).
7. Tingkat pengangguran yang sangat besar jumlahnya dan
tersebar di beberapa wilayah.
8. Tingkat pengajaran rendah atau mutu pendidikan yang
kurang baik.
9. Angka kelahiran tinggi.
10. Kesehatan yang kurang memadai
11. Orientasi kepada tradisi dan kepada kelompok
12. Kekayaan alam belum diolah semaksimal mungkin.

Pembangunan di Negara Maju dan Negara Berkembang 21


Saat ini permasalahan tersebut cukup serius dan setiap
negara berkembang harus melakukan proses perubahan ke
arah modernisasi dengan cara melaksanakan pembangunan
di segala bidang. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua
pembangunan tersebut membawa kemajuan. Sering pada bidang-
bidang tertentu bisa juga mengalami kemunduran. Apabila
mengalami kemajuan, berarti:
1. Masyarakat menerima adanya suatu perubahan dengan
segala resikonya
2. Masyarakat harus menyadari bahwa perubahan tersebut
memang sengaja dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Karena hanya dengan perubahan melalui pembangunan
akan diperoleh suatu kemajuan yang akan meningkatkan taraf
kehidupan. Apabila mengalami kemunduran, berarti masyarakat
kurang siap menerima perubahan yang terjadi. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Terlalu banyak kekuatan dominan yang tidak menyetujui
adanya perubahan
b. Terjadinya revolusi yang mengakibatkan masyarakat
mengalami disorganisasi
c. Perubahan yang terlalu cepat karena terjadi bencana
alam
d. Dalam negara yang sedang dijajah, pihak penjajah
memaksakan perubahan.
Masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat dan bangsa
dalam suatu negara berkembang yang sedang berkembang
adalah:
a. Kemiskinan, dan hal ini memang sangat mengkhwatir-
kan.
b. Kebodohan dan keterbelakangan.
c. Kurangnya tenaga ahli di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
d. Kesehatan

22 MENEMBUS BADAI EKONOMI


e. Pendidikan
f. Ketahanan nasional

Oleh karena itu, pembangunan di negara berkembang harus


dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini tidak lain adalah untuk
mengatasi permasalahan-permasalahn di atas. Secara umum,
permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang seperti
yang terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin adalah tingkat
kehidupan yang rendah, tingkat produktivitas yang rendah, dan
pertumbuhan populasi serta tanggungan beban yang tinggi.
Kesenjangan sosial ekonomi merupakan suatu keadaan
yang tidak seimbang di bidang sosial ekonomidalam kehidupan
masyarakat. Atau adanya jurang pemisah yang semakin lebar
antara si kaya dan si miskin. Kesenjangan ini timbul sebagai
suatu kedaan yang menggambarkan tidak adanya kesamaan
kemampuan dari para warga masyarakat di bidang sosial
dan ekonomi. Ada individu dalam masyarakat yang mampu
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Sehingga
dapat mencapai kedudukan sosial ekonomi yang tinggi. Seperti
menduduki jabatan tertentu atau berhasil menjadi orang kaya.
Tetapi ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan dengan tuntutan lingkungannya, sehingga tidak
dapat meraih suatu status sosial dan ekonomi yang tinggi. Seperti
hidupnya miskin, menjadi pengangguran, atau menjadi pekerja
rendahan (buruh).
Berdasarkan sejarah kehidupan manusia, gejala yang
menggambarkan kedaaan kaya dan miskin secara berdampingan
dalam kehidupan masyarakat tidak merupakan masalah
sosial. Atau merupakan gejala sosial yang wajar terjadi dalam
perkembangan masyarakat. Tetapi setelah masyarakat berencana
melakukan modernisasi di segala bidang penghidupan, terutama
di bidang industrialisasi/ekonomi, maka timbullah nilai-
nilai sosial yang baru. Seperti munculnya konsep masyarakat

Pembangunan di Negara Maju dan Negara Berkembang 23


tradisional dan masyarakat modern, masyarakat ekonomi maju
dan masyarakat ekonomi terbelakang, sehingga muncul sebagai
makhluk sosial. Pada waktu itulah individu sadar akan kedudukan
sosial dan ekonominya, sehingga menggolongkan dirinya sebagai
orang kaya dan miskin. Kemiskinan kemudian dianggap sebagai
pemicu masalah sosial yang sangat dibenci oleh masyarakat.
Diikuti oleh timbulnya kecemburuan sosial, tindakan
provokasi, dan aksi-aksi sosial warga masyarakat miskin,
seperti berupa gerakan demontrasi atau pemogokan dari pekerja
rendahan (buruh). Tuntutan kebebasan berusaha, kenaikan
gajiatau upah, dan lain sebagainya. Kemudian muncul anggapan
bahwa lembaga ekonomi masyarakat belum berfungsi dengan
baik. Sehingga perlu dibenahi agar lebih adil dan merata.
Bila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka hal-
hal yang bersifat kriminalitas (kejahatan) tumbuh subur dengan
baik. Seperti korupsi, kolusi, nepotisme, pencurian, perkelahian,
pembunuhan, penipuan, dan lain sebagainya. Tindak kriminalitas
ini berhubungan langsung dengan kondisi dan proses-proses
sosial ekonomi. Secara umum seperti terjadinya gerak dan
perubahan sosial, persaingan dan pertentangan, konflik budaya,
ideologi, politik, ekonomi, agama, dan lain-lain. Sebagai wujud
imitasi (tiruan), kompensasi, identifikasi, konsepsi pribadi, dan
kekecewaan yang agresif tanpa bisa berpikir panjang lagi.
Dari uraian diatas akhirnya kita tahu bahwa masalah sosial
ekonomi merupakan hasil dari perkembangan masyarakat dan
perubahan zaman yang begitu cepat. Terlebih lagi saat memasuki
era perdagangan bebas nanti.

24 MENEMBUS BADAI EKONOMI


D. Masalah Yang Di Hadapi Negara Berkembang
1. Masalah-masalah di Negara Berkembang
Masalah-masalah yang dihadapi negara yang sedang
berkembang di antaranya:
a. Standar hidup yang rendah, yaitu pendapatan nasional
perkapita, tingkat pertumbuhan relative pendapatan nasional
dan pendapatan perkapita, distribusi pendapatan nasioanal,
tingkat kemiskinan, kesehatan dan pendidikan.
b. Produksi yang rendah, yaitu sumber daya manusia yang tidak
memadai dan kesehatan fisik yang rendah.
c. Tingkat pertumbuhan penduduk dan ketergantungan yang
terlalu tinggi.
d. Tingkat pengangguran terbuka dan terselubung yang terlalu
tinggi dan terus melonjak.
e. Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor
barang-barang primer. Hal ini dikarenakan:
a. tingkat produksivitas pertanian yang rendah
b. ketergantungan pada ekspor primer
c. Sistem hukum dan infrastruktur yang mapan.
d. Ketergantungan yang dominan pada dunia internasional.
2. Sifat/Karakteristik/Ciri-Ciri Negara Berkembang di Dunia
Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
memiliki karakter atau ciri sebagai berikut:
a. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tinggi
Tingkat pertambahan penduduk di negara berkembang
umumnya lebih tinggi dua hingga empat kali lipat dari negara
maju. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan dan budaya
di negara berkembang yang berbeda dengan di negara maju.
Hal tersebut dapat mengakibatkan banyak masalah di masa
depan yang berkaitan dengan makanan, rumah, pekerjaan,
Pendidikan dan lain sebagainya.

Pembangunan di Negara Maju dan Negara Berkembang 25


b. Tingkat Pengangguran Tinggi
Akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk mengakibatkan
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi tinggi.
Jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada kesempatan
lapangan kerja yang tersedia dan tingkat pertumbuhan
keduanya yang tidak seimbang dari waktu ke waktu.
c. Tingkat Produktivitas Rendah
Jumlah faktor produksi yang terbatas yang tidak diimbangi
dengan jumlah angkatan kerja mengakibatkan lemahnya
daya beli sehingga sektor usaha mengalami kesulitan untuk
meningkatkan produksinya.
d. Kualitas Hidup Rendah
Akibat rendahnya tingkat penghasilan, masyarakat mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok, pendidikan,
kesehatan, dll. Banyak yang kekurangan gizi, tidak bisa baca
tulis, rentan terkena penyakit, dan lain sebagainya.
e. Ketergantungan Pada Sektor Pertanian /Primer
Umumnya masyakat adalah bermata pencaharian petani
dengan ketergantungan yang tinggi akan hasil sektor
pertanian.
f. Pasar & Informasi Tidak Sempurna
Kondisi perekonomian negara berkembang kurang
berkompetisi sehingga masih dikuasai oleh usaha monopoli,
oligopoli, monopsoni dan oligopsoni. Informasi di pasar
hanya dikuasai oleh sekelompok orang saja.
g. Tingkat Ketergantungan Pada Angkatan Kerja Tinggi
Perbandingan jumlah penduduk yang masuk dalam kategori
angkatan kerja dengan penduduk non angkatan kerja di
negara sedang berkembang nilainya berbeda dengan dengan
di negara maju. Dengan demikian di negara maju penduduk
yang berada dalam usia nonproduktif lebih banyak bergantung
pada yang masuk angkatan kerja.

26 MENEMBUS BADAI EKONOMI


h. Ketergantungan Tinggi Pada Perekonomian Eksternal Yang
Rentan
Negara berkembang umumnya memiliki ketergantungan
tinggi pada perekonomian luar negeri yang bersifat rentan
akibat hanya mengandalkan ekspor komoditas primer yang
tidak menentu.

3. Ciri-ciri lainnya dari negara yang sedang berkembang:


a. Tidak cukup makan.
b. Struktur agraria lemah, karena pemilikan tanah yang kecil.
c. Industri kurang berkembang di sebagian daerah.
d. Tidak banyak menggunakan yang dibangkitkan dengan
mesin.
e. Ketergantungan ekonomi, karena perusahaan-perusahaan
besar ada di tangan orang asing, atau negara tersebut masih
tergantung pada luar negeri.
f. Struktur sosial yang masih feodal (menggunakan paham
lama).
g. Tingkat pengangguran yang sangat besar jumlahnya dan
tersebar di beberapa wilayah.
h. Tingkat pengajaran rendah atau mutu pendidikan yang
kurang baik.
i. Angka kelahiran tinggi.
j. Kesehatan yang kurang memadai
k. Orientasi kepada tradisi dan kepada kelompok.
l. Kekayaan alam belum diolah semaksimal mungkin.
m. Kemiskinan, dan hal ini memang sangat mengkhwatirkan.
n. Kebodohan dan keterbelakangan.
o. Kurangnya tenaga ahli di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
p. Kesehatan kurang.
q. Pendidikan tidak memadai
r. Ketahanan nasional lemah.

Pembangunan di Negara Maju dan Negara Berkembang 27


4. Upaya Pembangunan di Negara Berkembang
Saat ini permasalahan-permasalahan yang tersebut pada
pembahasan sebelumnya sudah menjadi cukup serius dan
setiap negara berkembang harus melakukan proses perubahan
ke arah modernisasi dengan cara melaksanakan pembangunan
di segala bidang. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua
pembangunan tersebut membawa kemajuan. Sering pada bidang-
bidang tertentu bisa juga mengalami kemunduran.
Faktor-faktor yang membuat pembangunan di suatu negara
mengalami kemajuan di antaranya:
1. Masyarakat mampu menerima adanya suatu perubahan
dengan segala resikonya.
2. Masyarakat harus menyadari bahwa perubahan tersebut
memang sengaja dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Dikarenakan negara berkembang adalah negara yang
sedang membangun menuju negara modern, di dalamnya
terdapat suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan
yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana
tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia
yang menuntut adanya perubahan sosial dan budaya sebagai
pendukung keberhasilannya.
Hanya dengan perubahan melalui pembangunan akan
diperoleh suatu kemajuan yang akan meningkatkan taraf
kehidupan. Apabila mengalami kemunduran, berarti masyarakat
kurang siap menerima perubahan yang terjadi. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Terlalu banyak kekuatan dominan yang tidak menyetujui
adanya perubahan.
2. Terjadinya revolusi yang mengakibatkan masyarakat
mengalami disorganisasi.
3. Perubahan yang terlalu cepat karena terjadi bencana alam
(bagi negar yang sedang tertimpa bencana).
4. Dalam negara yang sedang dijajah, pihak penjajah
memaksakan perubahan.

28 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Oleh karena itu, pembangunan di negara berkembang harus
dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini tidak lain adalah untuk
mengatasi permasalahan-permasalahn di atas. Secara umum,
permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang seperti
yang terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin adalah tingkat
kehidupan yang rendah, tingkat produktivitas yang rendah, dan
pertumbuhan populasi serta tanggungan beban yang tinggi.

5. Masalah Sosial Ekonomi di Negara Berkembang


Kesenjangan sosial ekonomi merupakan salah satu
permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang,
yaitu suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang sosial ekonomi
dalam kehidupan masyarakat atau adanya jurang pemisah
yang semakin lebar antara si kaya dan si miskin. Kesenjangan
ini timbul sebagai suatu keadaan yang menggambarkan tidak
adanya kesamaan kemampuan dari para warga masyarakat di
bidang sosial dan ekonomi. Ada individu dalam masyarakat
yang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya,
sehingga dapat mencapai kedudukan sosial ekonomi yang tinggi.
Seperti menduduki jabatan tertentu atau berhasil menjadi orang
kaya. Tetapi ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan dengan tuntutan lingkungannya, sehingga tidak
dapat meraih suatu status sosial dan ekonomi yang tinggi. Seperti
hidupnya miskin, menjadi pengangguran, atau menjadi pekerja
rendahan (buruh).
Berdasarkan sejarah kehidupan manusia, gejala yang
menggambarkan kedaaan kaya dan miskin secara berdampingan
dalam kehidupan masyarakat merupakan masalah sosial atau
merupakan gejala sosial yang wajar terjadi dalam perkembangan
masyarakat. Tetapi setelah masyarakat berencana melakukan
modernisasi di segala bidang penghidupan, terutama di bidang
industri/ekonomi, maka timbullah nilai-nilai sosial yang baru.
Seperti munculnya konsep masyarakat tradisional dan masyarakat

Pembangunan di Negara Maju dan Negara Berkembang 29


modern, masyarakat ekonomi maju dan masyarakat ekonomi
terbelakang, sehingga muncul individu sebagai makhluk sosial.
Pada waktu itulah individu sadar akan kedudukan sosial dan
ekonominya, sehingga menggolongkan dirinya sebagai orang
kaya dan miskin. Kemiskinan kemudian dianggap sebagai
pemicu masalah sosial yang sangat dibenci oleh masyarakat.
Diikuti oleh timbulnya kecemburuan sosial, tindakan
provokasi, dan aksi-aksi sosial warga masyarakat miskin,
seperti berupa gerakan demontrasi atau pemogokan dari pekerja
rendahan (buruh). Tuntutan kebebasan berusaha, kenaikan
gajiatau upah, dan lain sebagainya. Kemudian muncul anggapan
bahwa lembaga ekonomi masyarakat belum berfungsi dengan
baik. Sehingga perlu dibenahi agar lebih adil dan merata.
Bila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka hal-
hal yang bersifat kriminalitas (kejahatan) tumbuh subur dengan
baik. Seperti korupsi, kolusi, nepotisme, pencurian, perkelahian,
pembunuhan, penipuan, dan lain sebagainya. Tindak kriminalitas
ini berhubungan langsung dengan kondisi dan proses-proses
sosial ekonomi. Secara umum seperti terjadinya gerak dan
perubahan sosial, persaingan dan pertentangan, konflik budaya,
ideologi, politik, ekonomi, agama, dan lain-lain. Sebagai wujud
imitasi (tiruan), kompensasi, identifikasi, konsepsi pribadi, dan
kekecewaan yang agresif tanpa bisa berpikir panjang lagi.
Dari uraian diatas akhirnya kita tahu bahwa masalah sosial
ekonomi merupakan hasil dari perkembangan masyarakat dan
perubahan zaman yang begitu cepat. Terlebih lagi saat memasuki
era perdagangan bebas nanti.

30 MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB
III BADAI EKONOMI BELUM
BERLALU

A. Tenaga Kerja Negara Berkembang Masuk Ke


Negara Maju
Negara maju memiliki pertumbuhan penduduk yang lambat
sehingga negara maju kekurangan tenaga kerja. Meskipun di
negara maju peraturan ketenagakerjaan sudah baik, tetapi tetap saja
arus masuk tenaga kerja dari negara berkembang ke negara maju
membawa dampak negative. Hal ini disebabkan perbedaan budaya
antara penduduk asli dan penduduk pendatang. Dampak negative
itu diantaranya, terjadi bentrokan fisik atau konflik sosial lain antara
penduduk asli dan penduduk pendatang.

1. Produk negara berkembang masuk ke negara maju


Globalisasi ekonomi menyebabkan hambatan perdagangan
antarnegara semakin berkurang. Produk negara berkembang
banyak beredar dipasar negara Eropa sehingga konsumen lebih
banyak memiliki pilihan produk. Produk dari negara berkembang
tidak kalah bersaing dari segi inovasi maupun kualitasnya
dan  biasanya lebih murah sehingga dapat mengancam produk-
produk eropa yang biasanya lebih mahal harganya.

2. Investasi negara maju masuk ke negara berkembang


Banyak pengusaha dari negara maju yang menanamkan
investasi di negara berkembang. Mereka berusaha menghindari
pajak yang tinggal di negaranya sendiri dan berusaha untuk
menghemat biaya produksi. Disamping itu, negara berkembang
merupakan pasar potensial bagi produk-produk dari luar negeri.
Akibat  langsung dari pengusaha negara maju yang berinvestasi

Badai Ekonomi Belum Berlalu 31


di negara berkembang adalah menurunnya tingkat investasi di
negara maju tersebut.

3. Kerusakan lingkungan meningkat


Negara maju mengklaim bahwa negara berkembanglah
yang banyak membuat kerusakan lingkungan. Hal tersebut dapat
dimaklumi karena memang sebagian besar negera berkembang
belum memiliki peraturan yang jelas mengenai pencemaran
lingkungan. Akan tetapi, hal tersebut tidak sepenuhnya benar
karena banyak juga pengusaha dari negara maju yang mengeruk
sumber daya alam sebesar-besarnya  untuk keperluan produksi.
Bahkan, ada pengusaha dari negara maju yang mengambil
sumber daya alam dari negara berkembang tanpa memperhatikan
kelestarian lingkungan.

4. Kurangnya jumlah tenaga kerja


Kurangnya tenaga kerja yang berasal dari negaranya
dikarenakan oleh jumlah kelahiran yang relatif sangat sedikit.
Inilah yang menyebabkan mereka memperkerjakan sumber daya
manusia yang berasal dari luar dan kurang profesional.

5. Kekurangan bahan mentah untuk menunjang kegiatan


industry
Permasalahan lain dari negara maju adalah kurangnya
pasokan bahan mentah yang berasal dari negaranya karena pada
umumnya negara maju memiliki luas negara yang relatif kecil
sehingga bahan mentah dari negaranya tidak mencukupi untuk
kebutuhan industri di negaranya dan berakibat negara tersebut
harus mengimpor bahan mentah tersebut dari negara luar.

6. Tingginya beban oprasional perusahaan


Tingginya biaya operasional perusahaan ini di akibatkan
tingginya biaya pajak, gaji para pekerjanya dan perawatan mesin
mesin industri.

32 MENEMBUS BADAI EKONOMI


B. Permasalahan yang Terjadi di Negara
Berkembang
Sesuai namanya, negara berkembang pastilah memiliki
berbagai macam permasalahan yang masih harus ditangani.
Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang terjadi di negara berkembang.
Berikut ini akan di jelaskan berbagai permasalahan yang
terjadi di negara berkembang.

1. Penduduk
Permasalahan utama di negara berkembang adalah
pertumbuhan penduduk yang tidak dapat dikendalikan. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya
membatasi jumlah anak dalam keluarga. Jika pertumbuhan
penduduk tidak diimbangi dengan peingkatan kualitas
penduduknya, maka hal ini dapat membuat rendahnya tingkat
Indeks Pembangunan. Oleh karena itu maka diperlukan
pengembangan sistem pendidikan yang lebih intens untuk
memperkecil resiko ledakan penduduk ini.

2. Ekonomi
Dengan jumlah penduduk yang meningkat pesat, maka
akibatnya adalah terjadi banyak pengangguran yang tidak
mendapat kesempatan kerja. Hal ini menyebabkan angka
kemiskinan juga meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi di
negara berkembang juga terhambat.
Angka kemiskinan dan pengangguran yang terus melonjak
dan relatif tinggi ini menyebabkan rendahnya pendapatan
perkapita. Hal ini disebabkan ketergantungan terhadap produksi
pertanian dan ekspor barang-barang primier dan kurangnya
tenaga kerja yang berkualitas serta sektor perdagangan yang
tidak mampu bersaing dengan negara-negara maju sehingga
mengakibakan keterbelakangan serta kurang adanya inovasi
dalam meningkatkan nilai tambah suatu barang guna mencapai
keuntungan maksimal.

Badai Ekonomi Belum Berlalu 33


3. Pendidikan
Di negara berkembang karena jumlah penduduk yang
terlalu banyak, maka pendidikan masih kurang merata. Banyak
penduduk yang belum mendapatkan pendidikan yang layak.
Hal ini menyebabkan banyaknya pengangguran dan rendahnya
kualitas sumber daya manusia tersebut.
4. Kesehatan
Kesehatan juga merupakan salah satu permasalahan di
negara berkembang yang harus ditangani. Karena di negara
berkembang pastilah fasilitas kesehatannya masih kurang merata
dan kualitasnya masih rendah. Selain itu, kesadaran masyarakat
di negara berkembang akan pentingnya menjaga kesehatan dan
kebersihan masih sangat kurang.
5. Infrastruktur
Negara berkembang pada umumnya memiliki luas wilayah
yang cukup luas dibandingkan negara maju. Dengan luas wilayah
tersebut, sarana infrastruktur haruslah berkembang dengan baik.
Namun karena kurangnya anggaran yang ada, pastilah banyak
infrastruktur yang belum dibangun atau tidak dirawat dengan
baik.
6. Penegakan Hukum
Penduduk di negara berkembang umumnya kurang
menyadari akan pentingnya mematuhi hukum yang berlaku di
suatu negara. Jangankan penduduk, dalam pemerintahan pun
masih banyak yang suka melanggar hukum seperti koruptor
misalnya. Orang yang mengetahui seluk-beluk hukum akan
menggunakan hukum untuk menguntungkan dirinya sendiri.
7. Tingkat Produksi
Tingkat produksi di negara berkembang masih rendah. Hal
ini diakibatkan oleh kualitas sumber daya manusia yang kurang
dan kurangnya inovasi dari masyarakat. Industri di negara
berkembang umumnya masih menggunakan tenaga manusia
sehingga hasilnya kalah banyak dibandingkan dengan negara
maju yang menggunakan mesin.

34 MENEMBUS BADAI EKONOMI


8. Kualitas Penduduk
Kualitas penduduk rata-rata di negara berkembang masih
rendah. Hal ini disebabkan oleh pendidikan yang kurang merata.
Ini juga berpengaruh pada pertumbuhan di negara tersebut hal ini
di sebabkan sumber daya manusia yang tidak memadai sehingga
meyebabkan beban keergantungan yang terlampau tinggi.
9. Ketidakmerataan Hasil Pembangunan
Infrastruktur yang kurang menyebabkan ketidakmerataan
pada hasil pembangunan. Sehingga hanya daerah ibukota saja
yang mendapatkan hasil pembangunan yang layak. Hal ini juga
disebabkan oleh ketidak merataan pendapatan masyarakat.
10. Ketergantungan Pada Luar Negeri
Negara berkembang umumnya masih belum mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri dan masih mengimpor barang-
barang dari luar negeri. Selain itu, kecintaan terhadap produk
dalam negeri masih kurang sehingga masyarakat hanya ingin
menggunakan barang impor.
11. Kekurangan Modal
Kekurangan modal adalah satu cirri setiap negara yang
sedang mengalami proses pembangunan ekonomi. Kekurangan
modal tidak hanya menghambat percepatan pembangunan,
tetapi juga  menyebabkan kesukaran negara tersebut keluar dari
kemiskinan. Hal ini disebabkan tingkat tabungan dan tingkat
pembentukan modal yang rendah.

C. Cara Mengatasi Permasalahan di negara maju dan


Berkembang
Adapun cara mengatasi permasalahan ekonomi di negara maju
dan berkembang adalah sebagai berikut:

Badai Ekonomi Belum Berlalu 35


1. Cara mengatasi permasalahan ekonomi di negara maju:
a. Membatasi jumlah pekerja dan produk yang berasal dari
negara berkembang
b. Menambah investasi di negaranya sendiri.
c. Membuat inovasi daur ulang atau penekan jumlah limbah
industri.
d. Memaksimalkan sebaik mungkin bahan mentah yang berasal
dari negaranya.
e. Mengurangi jumlah biaya operasional perusahaan.
2. Cara mengatasi Permasalahan ekonomi di negara
berkembang
a. Menekan jumlah kelahiran.
b. Pemanfaatan sumber daya manusia agar dapat bersaing jadi
bukan hanya menang kuantitas tapi juga kualitasnya.
c. Menciptakan lapangan pekerjaan dan Peningkatan bidang
industri sehingga pertumbuhan perekonomian lebih cepat.
d. Mengoptimalkan penegakan hukum dan mengembalikan tugas
dan wewenang penegak hukum seperti yang seharusnya
e. Tidak terlalu bergantung pada bangsa asing.
f. Meningkatkan kualitas infrastruktur karena infrastruktur
merupakan salah satu komponen penting dalam kemajuan
suatu bangsa.
g. Kemauan bersama dari jajaran birokrat dan masyarakat untuk
gotong royong memajukan negaranya.
h. Mengurangi impor dan melakukan ekspor berupa barang jadi
bukan barang mentah.
i. Meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan.
j. Melakukan pemerataan ekonomi.

D. Permasalahan Ekonomi Di Negara Berkembang


Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata
pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relative terbelakang, dan
indeks perkembangan manusia yang kurang dibandingkan negara
global

36 MENEMBUS BADAI EKONOMI


1. Permasalahan ekonomi yang sering di alami Negara-negara
berkembang:
a. Pertumbuhan penduduk yang sangat besar jumlahnya
menambah kerumitan masalah-masalah pembangunan yang
dihadapi.
b. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan sehingga
tidak seluruh penduduk dapat melakukan kegiatan ekonomi
karena untuk berinvestasi kita harus memiliki uang lebih,
sedangkan para pengangguran dan masyarakat miskin untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari pun sangat sulit.
c. Tingkat Produksi yang rendah, produksi yang rendah ini
diakibatkan oleh sumber daya manusia yang kurang memadai
sehingga kurang adanya inovasi dalam meningkatkan nilai
tambah suatu barang guna mencapai keuntungan yang
maksimal.
d. Ekonomi yang sangat tergantung kepada ekonomi eksternal,
dalam hal inieksternal yang dimaksud yaitu silkus ekonomi
internasional.
e. Tingkat pendidikan, terdapat kegagalan dalam
mengembangkan projek di Negara-negara berkembang
menimbulkan kesadaran kepada ahli-ahli ekonomi bahwa
kemampuan suatu masyarakat untuk merencanakan dan
melaksanakan pembangunan antara lain tergantung kepada
taraf pendidikan masyarakatnya
Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi diharapkan
upaya mengatasi masalah yang ada agar Negara-negara
berkembang dapat bersaing dalam perekonomian internasional
dan bersaing dengan Negara-negara maju, adapun solusi yang
diharapkan mampu mengatasi permasalahan perekonomian di
Negara berkembang:
a. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
b. Perlu adanya kebijakan dari Pemerintah yang dapat
mendorong kemajuan ekonomi
c. Mengurangi ketergantungan terhadap pihak asing
d. Menciptakan iklim investasi yang baik
e. Revitalisasi pembagian keuntungan perusahaan asing

Badai Ekonomi Belum Berlalu 37


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
yang tentunya memilik permasalahan ekonomi, masalah
perekonomian Indonesia akhir-akhir ini semakin meningkat.
Kondisi perekonomian yang rapuh dengan system financial yang
tidak berfungsi baik, menempatkan Indonesia pada posisi yang
kian rentan.
2. Penyebab perekonomian Indonesia mengalami banyak
permasalahan :
a. Tingkat kelahiran di Indonesia umumnya sangat tinggi
yakni sekitar 35-40 setiap 1000 orang penduduk. Sedangkan
di Negara-negara maju kurang dari setengahnya. Begitu
pula dengan tingkat kematian di Indonesia relative tinggi
dibanding Negara maju.
b. Banyaknya pengganguran di usia produktifitas serta rakyat
miskin di Indonesia.
c. Kurangnya lapangan pekerjaan dan kurangnya penyebaran
lapangan pekerjaan yang merata. Apabila lapangan pekerjaan
merata pada seluruh daerah, maka tidak perlu lagi untuk
masyarakat desa mengadu nasib di kota-kota besar seperti
Jakarta.
d. Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya
permintaan terhadap ekspor Indonesia, yang pada gilirannya
akan melemahkan kemampuan Indonesia dalam kegiatan
impor.
e. Taraf pendidikan di Indonesia rendah dan tidak merata
disetiap daerah.

38 MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB
IV SUMBER DAYA
PEMBANGUNGAN

A. Sumber Daya Pembangungan


Manusia selain sebagai konsumen bagi barang dan jasa
juga merupakan sumber daya yang membawa manfaat besar bagi
masyarakat apabila kemampuan dimanfaatkan secara maksimal
sebab manusia sebagai makhluk ciptaaan Tuhan diberikan kelebihan
berupa kecerdasan dan hati nurani.
Negara-negara yang memiliki sumber daya alam yang kurang,
tetapi memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dapat menjadi
Negara yang menguasai perekonomian dunia.Misalnya, Jepang dan
Singapura.
Sumber daya manusia yang berkualitas harus memenuhi
unsur-unsur seperti berikut: 
1. Akhlak yang baik
Akhlak yang baik dapat mendasari segala tingkah laku
manusia untuk senantiasa melakukan yang terbaik, jujur, adil,
serta berusaha untk tidak merugikan orang lain  dan dirinya
sendiri. Sehingga keberadaannya akan selalu berguna dan tidak
sia-sia.
2. Keahlian
Manusia yang memiliki keahlian akan dapat menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditentukan baik dalam
segi waktu maupun kualitas. Jadi , manusia yang mempunyai
keahlian akan sangat berguna untuk dapat menghasilkan barang
dan jasa yang berkualitas.

Sumber Daya Pembangunan 39


3. Kekuatan fisik
Kekuatan fisik manusia akan sangat berguna jika diarahkan
pada hal-hal yang positif.

B. Unsur-unsur Sumber Daya Manusia


Sumber daya timbul dari tujuan interaksi antara manusia yang
merupakan sebagai  suatu alat untuk mencapai tujuan dan maksud
dari manusia pada saat itu. Seiring  dengan kemajuan teknologi
pada masa sekarang ini peningkatan mutu dan kualitas sumber daya
manusia menjadi sesuatu masalah yang perlu ditangani dengan
cermat dan teliti.
Peranan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi bagian
dari sumberyang sekaligus menjadi bagian dari kultur
yakni hasil dari perubahan yang menyeluruh disebabkan
oleh olah manusia itu sendiri yang disertai dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dikumpulkan dari jerih payah dan perjuangan
berat untuk mencapai tujuan yang  diinginkan. Ada beberapa unsur
Sumber Daya Manusia, meliputi:
1. Kemampuan-kemampuan (capabilitas)
2. Sikap (attitude)
3. Nilai-nilai (values)
4. Kebutuhan-kebutuhan (needs)
5. Karakteristik demografis
Unsur-unsur Sumber Daya Manusia sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya seperti norma-norma, nila-nilai masyarakat,
tingkat pendidikan, dan peluang-peluangyang tersedia. Yang pada
akhirnya mempengaruhi peranan dan perilaku individual  karena
unsur-unsur tersebut saling berinteraksi satu dengan lainnya.

40 MENEMBUS BADAI EKONOMI


C. Penyedian Sumber Daya Manusia
Untuk menyediakan sumber daya manusia yang tepat bagi
organisasi kewirausahaan ketika  berbagai posisi menjadi terbuka
atau lowong, manager hendaknya mengikuti 4 langkah di bawah ini,
yaitu: 
1. Perekrutan Karyawan
Penarikan atau pencarian tenaga kerja adalah sebuah
langkah pertama di dalam  menyediakan sumber daya manusia
bagi organisasi kewiraswastaan setiap  kali terdapat posisi yang
kosong.
2. Seleksi calon karyawan
Seleksi tenaga kerja adalah penyaringan awal dari calon
sumber daya manusia yang tersedia untuk mengisi suatu posisi.
Tujuannya adalah untuk memperkecil hingga jumlah yang relatif
sedikit calon karyawan dari mana seseorang akhirnya akan
disewa.
3. Pelatihan karyawan
Pelatihan karyawan adalah keterampilan yang diajarkan
pihak perusahaan kepada karyawannya.
4. Penilaian hasil kerja
Penilaian tentang hasil kerja yang telah dilakukan oleh
karyawannya, apakah sesuai dengan yang diharapkan atau
belum.

D. Masalah Yang Timbul Dalam Sumber Daya


Manusia
1. Kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah SDM yang
komperhensip dalam berpikir dan selalu mengantisipasi tuntutan
di masa depan, memiliki sikap positif, berperilaku  terpuji, dan
berwawasan, serta memiliki kemampuan, keterampilan , dan

Sumber Daya Pembangunan 41


keahlian yang sesuai dengan kebutuhan diberbagai bidang serta
sektor pembangunan
2. Kurangnya tingkat pendidikan yang tinggi yang disediakan
sumber daya manusia
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya
manusia untuk pembangunan. Perhatian pemerintah kita masih
terasa sangat minim.Gambaran ini tercermin dari  beragamnya
masalah pendidikan yang makin rumit.Kualitas siswa masih
rendah,  pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang
mahal, bahkan aturan  UU Pendidikan kacau.Dampak dari
pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya  makin
terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya
rata-rata alokasi  anggaran pendidikan baik di tingkat nasional,
propinsi, maupun kota dan kabupaten.
3. Kurangnya keterampilan sumber daya manusia
Kurangnya keterampilan sumber daya manusia adalah tidak
menguasai Keterampilan yang dibutuhkan oleh para penyedia
kesempatan kerja. Sumber daya manusia yang tidak mempunyai
keterampilan tidak akan dapat bersaing untuk mendapatkan suatu
pekerjaan.
4. Kurangnya keahlian sumber daya manusia
Keahlian sumber daya manusia untuk menguasai
sesuatu yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah faktor yang
sangat penting yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia
tersebut. Dengan memiliki keahlian yang khusus maka dia akan
dengan mudah untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan
keahliannya.
5. Keterbatasan penyediaan kesempatan kerja
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang
menggambarkan ketersediaan pekerjaan  untuk diisi oleh para
pencari kerja. Namun bisa diartikan juga sebagai permintaan
atas tenaga kerja.

42 MENEMBUS BADAI EKONOMI


6. Rendahnya tingkat pendapatan per kapita sumber daya
manusia
Pendapatan perkapita yang masih rendah berakibat
penduduk tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya,
sehingga sulit mencapai manusia yang sejahtera.  Pendapatan
per kapita rendah juga berakibat kemampuan membeli (daya
beli) masyarakat  rendah, sehingga hasil-hasil industri harus
disesuaikan jenis dan harganya. 
7. Rendahnya ilmu pengetahuan yang dimiliki sumber daya
masyarakat
Ilmu pengetahuan  adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia  dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia.
8. Kurangnya pengetahuan teknologi baru yang digunakan
Teknologi adalah suatu benda atau objek yang diciptakkan
oleh manusia yang bisa bermanfaat bagi kelangsungan hidup
manusia. Teknologi yang diciptakkan oleh manusia pada mulanya
hanya sebuah alat-alat sederhana namun besar akan manfaatnya.
Dengan inovatif nya manusia membuat teknologi sangat cepat
berkembang.
9. Pembangunan perekonomian di setiap daerah tidak merata
Pembangunan yang kurang merata disebabkan
perekonomian yang kurang lancar disuatu negara pada
umumnya dan khususnya daerah satu dengan daerah
lain.  Pembangunan memiliki dampak yang sangat penting
dalam menanggulangi  pengangguran khususnya pembangunan
perekonomian. Apabila pembangunan  perekonomian suatu
daerah maju atau lancar, maka lapangan pekerjaan yang tersediadi
suatu daerah akan semakin banyak. Akan tetapi bila kurangnya
lapangan pekerjaan  tetap terjadi maka akan menimbulkan
pengangguran.

Sumber Daya Pembangunan 43


10. Rendahnya produktivitas tenaga kerja
Produktivitas tenaga kerja menunjukkan kemampuan
seseorang tenaga kerja atau pekerja untuk menghasilkan sejumlah
output dalam satu satuan waktu tertentu. Produktivitas tenaga kerja
tersebut dapat merupakan ukuran efisiensi pemanfaatan  tenaga
kerja
11. Adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan
angkatan kerja
Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi
tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara
jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67  juta
orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka
(open unemployment).  Angka ini meningkat terus selama krisis
ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
12. Rendahnya mutu hasil pendidikan
Penduduk buta huruf usia 10 tahun ke atas masih tinggi
yaitu sekitar 18,7 juta orang (11%) dan usia 10-44 tahun tercatat
5,9 juta orang. Tingginya angka buta huruf karena masih terus
terjadi siswa putus SD di kelas awal (1-3) yaitu 250.000-300.000
per tahun.
13. Tingginya pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk
di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu
sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk  Indonesia dari
tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk
Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000.
14. Lesunya dunia usaha
Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya
kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi.

44 MENEMBUS BADAI EKONOMI


15. Minimnya pelatihan dan keterampilan sumber daya
manusia
Minimnya pelatihan dan keterampilan sumber daya
manusia adalah terbatasnya  kemampuan seseorang karena
kurangnya pengetahuan dan berlatih untuk menguasai
keterampilan tertentu
16. Tingginya tingkat kemiskinan
Upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan
melalui berbagai cara, misalnya Program Inpres Data Tertinggal
(IDT), pemberian kredit untuk para petani dan pengusaha kecil
berupa Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Modal Kerja Permanen
(KMKP),  Program Kawasan Terpadu (PKT), Program bapak
Angkat, Gerakan Nasional Orang Tua  Asuh (GN-OTA) dan
program wajib belajar.
17. Rendahnya tingkat pendidikan formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri
dan pendidikan formal berstatus swasta
18. Rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang
digunakan untuk memberikan layanan kesehatan kepada seluruh
masyarakat.
19. Inflasi dan Tingkat Pengangguran yang Terus Meningkat
Inflasi atau kenaikan tingkat harga secara umum dan terus
menerus bagi sebuah  negara sebenarnya merupakan hal yang
wajar, selama tidak melebihi batas normal, berlangsung singkat
dan masih dapat terkendalikan oleh pemerintah.Inflasi ini
dianggap berbahaya karena dapat menyebabkan dampak negatif
seperti menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya
distribusi pendapatan dan mengganggu stabilitas ekonomi. Seperti

Sumber Daya Pembangunan 45


halnya inflasi, pengangguran yang terus meningkat merupakan
masalah  bagi pebangunan ekonomi.Pengangguran yang terus
meningkat biasanya berdampak buruk terhadap kehidupan sosial
ekonomi masyarakat dan stabilitas nasional
20. Masalah Pemerataan Pendapatan
Masalah lain yang dihadapi pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan ekonomi   adalah masalah
pemerataan pembangunan. Pembangunan ekonomi Indonesia
terkonsentrasi  hanya di kota-kota besar terutama di Pulau
Jawa dan didominasi oleh kelompok tertentu.Pada hakikatnya,
pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya sehingga keberhasilan pembangunan nasional tidak
hanya diukur dengan keberhasilan dibidang ekonomi (secara
materi).

E. Solusi Untuk Menghadapi Masalah Di Dalam


Sumber Daya Manusia
1. Kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas.
Solusi:
a. Perusahaan harus secara komprehensif mengatasi masalah
tenaga kerja dan kepemimpinan secara berkala.
b. Perusahaan harus membuat kegiatan program pengembangan
keterampialan  dan keahlian untuk para pegawai baru dan
para pemimpin perusahaan.
c. Perusahaan harus melakukan delapan pendekatan yang
dapat digunakan untuk perencanaan tenaga kerja, rekrutmen,
pelatihan, pengembangan karir manajemen kinerja, merek
perusahaan, keahlian pekerja, dan sistem meritokrasi.

46 MENEMBUS BADAI EKONOMI


2. Kurangnya tingkat pendidikan yang tinggi yang disediakan
sumber daya manusia.
Solusi:
a. Pemerintah harus membuat program sekolah gratis 12
tahun.
b. Memberikan beasiswa pendidikan kepada anak-anak yang
miskin.
c. Pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana fasilitas
yang memadai staf pengajar yang berkompetensi, kurikulum
yang tepat, dan memiliki sistem administrasi dan birokrasi
yang baik dan tidak berbelit-belit.
d. Membuka lowongan pekerjaan agar masyarakat di daerah
bisa bekerja  dan mendapatkan pendapatan yang tinggi
sehingga dapat  menyekolahkan anak-anak mereka sampai
jenjang perguruan tinggi.
3. Minimnya pelatihan dan keterampilan sumber daya
manusia
Miniminya pelatihan dan keterampilan sumber daya manusia
adalah terbatasnya kemampuan seseorang karena kurangnya
pengetahuan dan berlatih untuk menguasai keterampilan
tertentu.
Solusi:
a. Pemerintah dan pihak swasta harus memberikan bantuan
pelatihan.  Beberapa bantuan pelatihan yang diberikan itu
antara lain  meliputi keterampilan   kerajinan rotan, tenun
tekstil, makanan, minuman, jamu, peternakan dan pertanian.
b. Pemerintah dan pihak swasta memberikan bantuan modal.
Bantuan modal itu diharapkan bisa menjadi tambahan
masyarakat dan sumber  daya manusia untuk menggerakan
usahanya atau membuka usaha baru  yang dapat banyak
menyerap tenaga kerja.
c. Perusahaan harus memberikan pelatihan keterampilan
teknologi terbaru secara berkala kepada seluruh tenaga kerja
yang berkerja di perusahaan tersebut.

Sumber Daya Pembangunan 47


d. Perusahaan memberikan beasiswa pendidikan kepada
seluruh karyawan di perusahaan tersebut untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi.
e. Perusahaan memberikan danakesejahteraan kepada seluruh
karyawannya supaya kesejahteraan karyawannya terjamin.
f. Pemerintah dan perusahaan harus menyediakan sarana dan
prasarana untuk  melatih ketermpilan para karyawannya.
Seperti menyediakan computer dan  alat-alat teknologi
lainnya.

                     
                                     

48 MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB
V GLOBALISASI

A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi
karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-
aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi
dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet,
merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong
saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan
budaya. Meski sejumlah pihak menyatakan bahwa globalisasi berawal
di era modern, beberapa pakar lainnya melacak sejarah globalisasi
sampai sebelum zaman penemuan Eropa dan pelayaran ke Dunia
Baru. Ada pula pakar yang mencatat terjadinya globalisasi pada
milenium ketiga sebelum Masehi. Pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan budaya dunia berlangsung
sangat cepat.
Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan
tahun 1980-an dan lebih sering lagi sejak pertengahan 1990-an. Pada
tahun 2000, Dana Moneter Internasional (IMF) mengidentifikasi
empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi,
pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia,
dan pembebasan ilmu pengetahuan. Selain itu, tantangan-tantangan
lingkungan seperti perubahan iklim, polusi air dan udara lintas
perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada
hubungannya dengan globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi
dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja, ekonomi, sumber daya
sosial-budaya, dan lingkungan alam. Pengertian Globalisasi menurut
bahasa adalah Global dan sasi, Global adalah mendunia, dan Sasi
adalah Proses, jadi apabila pengertian Globalisasi menurut ahasa ini
di gabungkan menjadi “Proses sesuatu yang mendunia”

Globalisasi 49
Globalisasi menurut para ahli diantaranya diungakpan
oleh:
1. Thomas L. Friedman: Globalisasi memiliki dimensi idiology
dan tekhnologi. Dimensi tekhnologi yaitu kapitalisme dan
pasar bebas, sedangkan dimensi tekhnologi adalah tekhnologi
informasi yang telah menyatukan dunia.
2. Malcom Waters: Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang
berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial
budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran
orang.
3. Emanuel Ritcher: Globalisasi adalah jaringan kerja global
secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya
terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan
dan persatuan dunia.
4. Achmad Suparman: Globalisasi adalah sebuah proses menjadikan
sesuatu benda atau perilaku sebagai ciri dan setiap individu di
dunia ini tampa dibatasi oleh wilayah.
5. Martin Albrown: Globalisasi menyangkut seluruh proses dimana
penduduk dunia terhubung ke dalam komunitas dunia tunggal,
komunitas global.
6. Laurence E. Rothenberg: Globalisasi adalah percepatan
dan intensifikasiinteraksi dan integrasiantara orang-orang,
perusahaan, dan pemerintah dari negarayang berbeda.
7. Selo Soemardjan: globalisasi adalah suatu proses terbentuknya
sistem organisasidan komunikasi antarmasyarakat di seluruh
dunia. Tujuan globalisasi adalahuntuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya terbentuknya PBB,
OKI
8. Scholte: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan
internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap
mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi
semakin tergantung satu sama lain.

50 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Didalam globalisasi ini Cochrane dan Pain menegaskan
bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi
teroritis yang dapat dilihat, yaitu:
1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan
yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan
lembagadi seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-
negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan
dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para
globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi
terhadap proses tersebut.
2. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik
perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi
akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan
bertanggung jawab.
3. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah
sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah
bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang
memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen
dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa
dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang
globalisasi (antiglobalisasi).
4. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi.
Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos
semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka
merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena
internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami
saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari
produksi dan perdagangan kapital.
5. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan
tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah
sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka
juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal
keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa
globalisasi seharusnya dipahami sebagai “seperangkat hubungan
yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan,

Globalisasi 51
yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung”. Mereka
menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal
tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
Sedangkan faktor terjadinya globalisasi dikarenakan oleh
faktor ekternal dan faktor internal.
Faktor Ekstern munculnya globalisasi berasal dari luar negeri
dan perkembangan dunia. Faktor tersebut sebagai berikut.
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknology (Iptek).
b. Penemuan sarana komunikasi yang semakin canggih.
c. Adnya kesepakatan internasional tentang pasar bebas.
d. Modersisasi atau pembaruan di berbagai bidang yang
dilakukan negara-negara di dunia mempengaruhi negara lain
untuk mengadupsi atau meniru hal yang sama.
e. Keberhasilan perjuangan prodemokrasi di beberapa negara
di dunia sedikit banyak memberi inspiransi bagi munculnya
tuntutan tranparansi dan globalisasi di sebuah negara.
f. Meningkatnya peran dan fungsi lembaga-lembaga
internasional.
g. Perkembangan HAM.
Faktor intern munculnya globalisasi berasal dalam negeri.
Berikut faktor-faktor intern tersebut.
a. ketergantungan sebuah negara terhadap negara-negara lain
di dunia.
b. Kebebasan pers.
c. Berkembangnya transparansi dan demokrasi pemerintahan
d. Munculnya berbagai lembaga politik dan lembaga awadaya
masyarakat.
e. Berkembangnya cara berpikir dan semakin majunya
pendidikan masyarakat.

52 MENEMBUS BADAI EKONOMI


B. Dampak Globalisasi Di Sejumlah Bidang
1. Dampak Positif:
a. Memperoleh informasi dan penambahan ilmu pengetahuan
alam maupun sosial akan mudah dijangkau bagi setiap
individu di berbagai belahan dunia manapun.
b. Jalinan komunikasi akan semakin mudah dan semakin
canggih.
c. Mobilitas yang tinggi akan memudahkan siapapun di era
globalisasi akan mudah dalam melakukan perjalanan baik
perjalanan jauh maupun perjalanan pendek dengan adanya
alat transportasi yang semakin beragam.
d. Sikap kosmopolitan ataupun toleransi antara satu individu
dengan yang individu lain akan meningkat.
e. Perkembangan ekonomi, sosial dan budaya dengan
globalisasi ini akan membawa individu semakin semangat
dalam meningkatkan potensi dirinya.
f. Pemenuhan kebutuhan yang semakin kompleks dan tidan
terbatas sedikit demi sedikit akan mulai terpenuhi secara
berkala pada era globalisasi

2. Dampak Negatif:
a. Masyarakat yang konsumtif
b. Segala informasi tidak tersaring untuk informasi baik maupun
informasi buruk
c. Pemborosan dan perilaku yang menyimpang dari adat
ketimuran
d. Lebih condong pada budaya barat sehingga budaya pribadi
sering ditinggalkan
e. Sikap individualis dan menutup diri sering terjadi pada
individu yang mengikuti arus globalisasi secara terus-
menerus

3. Dampak Krisis Globalisasi Dalam Moral


Fenomena globalisasi yang telah merong-rong ideologi
pancasila semakin jelas terlihat. Nilai-nilai sosial yang dulu

Globalisasi 53
dijunjung tinggi kini perlahan mulai terkikis oleh kebudayaan
“pop” yang menyebar dengan leluasa. Banyak diantara masyarakat
yang tidak menyadari akan dampak-dampak globalisasi ini.
Akibatnya dengan begitu mudah dampak negatif ini mengotori
dan akan segera menggeser peradaban. Masyarakat awam
cenderung menikmati globalisasi ini bukan sebagai kemajuan
namun hanya kesenangan materi semata. Remaja yang menjadi
korban paling banyak dalam globalisasi ini. Gaya hidup “pop”
yang mulai membudaya semakin memperburuk keadaan moral
remaja. Sekarang ini, tawuran antar pelajar sudah menjadi berita
yang biasa. Pornografi dan kekerasan yang mereka lakukan juga
tak luput merupakan efek dari globalisasi ini.
Canggihnya koneksi akses internet tanpa batas semakin
mempermudah para remaja untuk terjangkit dampak negatif itu.
Remaja saat ini juga lebih mementingkan penampilan semata.
Mereka menjadi korban iklan dan mode yang sebenarnya
merupakan penjajahan besar-besaran. Akan tetapi sayangnya
hanya sedikit sekali diantara mereka yang menyadari semua
itu. Kebanyakan dari mereka justru terbawa arus hedonisme.
Pendidikan seakan-akan bukan lagi menjadi kebutuhan, namun
hanya menjadi pelengkap saja. Penyebab utama penyimpangan
perilaku hilangnya kendali para remaja karena;

4. Dampak Globalisasi Dalam Beragama


Pengaruh globalisasi yang semakin mendunia juga
merambat ke bidang agama. Tidak dapat dipungkiri nilai-nilai
agama kini mengalami kepudaran. Munculnya pemikiran-
pemikiran baru yang liberal dan cenderung merusak kaidah agama
membuat masyarakat bingung dan akhirnya justru terjerumus ke
dalam sudut-sudut yang mengkotak-kotakkan agama. Hadirnya
paham sekulerisme juga menambah keterbatasan agama dalam
mengatur kehidupan manusia. Sekulerisme adalah sebuah paham
yang memisahkan antara urusan dunia dengan urusan agama.
Jadi, dalam urusan duniawi tidak boleh dicampur dengan agama,
padahal seharusnya kita selalu menyatukan keduanya secara
seiringan sehingga tercipta kehidupan yang selaras.

54 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Globalisasi datang bersama dengan kapitalisme. Pemikiran
ini memasarkan ideologi barat, dan dapat menghapus otoritas
agama. Kemunduran dalam bidang agama juga dirasakan terkait
dengan perbedaan paham dalam satu agama. Misalnya saja ketika
menentukan hari raya, pasti terdapat perbedaan dari masing-
masing kubu agama. Lunturnya nilai-nilai keagamaan sangat
terlihat jelas dalam masyarakat saat ini, terutama pada kalangan
remaja. Budaya freesex, narkoba, minum-minuman keras, boros,
tamak sudah menjadi hal yang biasa.
Di sisi lain, dengan adanya globalisasi ini, ada perkembangan
bidang agama juga yang cukup menguntungkan. Misalnya saja
dalam kaitannya dengan teknologi bidang astronomi. Ilmu
pengetahuan astronomi yang semakin berkembang memudahkan
para ulama dalam menetapkan waktu-waktu hari besar dan
sebagainya

5. Dampak Globalisasi Di Bidang Sosial & Budaya


Globalisasi di era moderen ini, dirasa sangat kental. Ia
masuk kesetiap bagian dalam suatu Negara, misalnya ekonomi,
pendidikan, IPTEK, sosial budaya dan lain lain. Bahkan semua
orang dapat merakan efek dan pengaruh yang dibawa Globalisasi.
Pengaruh positif tentu sangat baik dan bisa diterima. Namun
selain pengaruh positif, juga terdapat pengaruh negatif. Sebelum
membahas dampak positik maupun negatif Globalisasi dalam
bidang Sosial Budaya. Ada baiknya kita memahami dulu apa
yang dimaksud dengan globalisasi.

6. Dampak Globalisasi Bidang Sosial Budaya


a. Dampak Negatif Globalisasi Bidang Sosial Budaya
Pengaruh Globalisasi bidang Sosial Budaya yang
paling dapat kita rasakan adalah “Masuknya Budaya
Barat” (westernisasi). Budaya barat sangat bertentangan
dengan Bangsa Asia khusunya Indonesia yang dianggap
Budaya  Timur. Di era Globalisasi ini, dengan mudahnya
Budaya Barat masuk   melalui media internet, tv, ataupun
media cetak yang kemudian diserap oleh banyak anak-anak

Globalisasi 55
muda di Indonesia. Hal ini saling berkesinambungan dengan
pengaruh buruk lainnya dari globalisasi.
Bagi Bangsa Indonesia, Masuknya Budaya
Barat dapat menyebabkan:
1) Aculturasi
Biasanya ditandai dengan perubahan budaya
maupun kebiasaan dalam masyarakat. Norma
masyarakat yang sebelumnya menjadi pedoman bagi
seseorang bertindak perlahan-lahan berubah menjadi
tidak dipedulikan lagi. Misalnya kebiasaan memberikan
salam dan mencium tangan pada orang tua sudah pudar
di kalangan generasi muda.
Budaya atau kebiasaan pada masyarakat seperti
memberikan salam dan mencium tangan pada orang tua
sudah pudar di kalangan generasi muda sebagian besar
disebabkan oleh masuknya budaya Barat.
Memberi salam atau mencium tangan orang
tua sudah tergantikan oleh “Cipika-Cipiki” yang
diperkenalkan budaya Barat. Padahal ini tidak sesuai
dengan Bangsa Timur yang lebih mengedepankan etika
dalam bermasyarakat. Terlebih dalam Agama Islam
“Cipika-Cipiki” dianggap dosa bila dengan lawan jenis.
Aculturasi juga ditandai dengan kebiasaan anggota
masyarakat melanggar aturan atau hukum. Hal yang
tidak biasa dalam masyarakat kini telah menjadi lazim
untuk dilakukan. Hal ini akibat kebebasan yang diajarkan
budaya Barat sehingga dirasa terlalu bebas tanpa disertai
tanggung jawab.
2) Sikap Meniru
Banyak sekali adegan dalam film Barat yang
tidak sepatutnya dicontoh oleh kaum muda. Misalnya,
perkelahian antar pelajar dan adegan-adegan kekerasan
lainnya serta pelajar yang terintimidasi atau sering ejek
dan diganggu dalam sekolah, sifat tawuran dan saling
mengejek Antara sesama pelajar di Indonesia sudah

56 MENEMBUS BADAI EKONOMI


sering terjadi belakangan ini, padahal kalau kita lihat
pada masa-masa lalu tidak ada yang namanya tawuran
maupun saling mengejek Antara pelajar di Indonesia.
Seseorang yang mengidolakan suatu tokoh seperti
aktris/actor atau penyanyi, pasti ingin sama persis
menjadi seperti idolanya, setidaknya dalam hal bergaya
atau berpakaian. Cara berpakaian para aktris/actor atau
penyanyi dari barat (luar Indonesia) sangat bertentangan
dengan cara berpakaian di Indonesia bahkan ada yang
bahkan dianggap tak lazim bahkan mungkin dapat
dikatakan “gila”. Tapi semua itu seolah tak berarti dan
tak diindahkan oleh kaum muda di Indonesia, dan tetap
diikuti
3) Cara berpakaian
Barat yang identik dengan liberalisme, sangat
bebas dalam berpakaian. Dan karena tren pakaian dunia
berkiblat pada bangsa Barat, maka style/cara berpakaian
bangsa Barat pun perlahan masuk dalam budaya kita
dan berpakaian sangat sexy dengan rok pendek sudah
mejadi hal yang lumrah. Padahal berpakaian seperti itu di
Indonesia sangat bertentangan dengan budaya dan adat,
apa lagi kalau di masukkan dalam peraturan agama islam
yang mengharuskan kita berpakaian sopan dan menutup
semua aurat kita, jadi ini sangat bertentangan dengan
gaya berpakaian orang Indonesia.
4) Sekularisme
Merupakan  Ideologi yang menyatakan
bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah
dari agama atau kepercayaan. Dalam kajian keagamaan,
masyarakat dunia barat pada umumnya di anggap sebagai
sekular. Hal ini di karenakan kebebasan beragama yang
hampir penuh tanpa sangsi legal atau sosial, dan
juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak
menentukan keputusan politis. Tentu saja, pandangan
moral yang muncul dari tradisi kegamaan tetap penting
di dalam sebagian dari negara-negara ini.

Globalisasi 57
Selain Masuknya Budaya Barat yang menjadi akar
dari semua dampak negatif Globalisasi bidang sosial
budaya, ada unsur lain yang ikut berperan dalam hal ini
yaitu  “Kemajuan IPTEK”.  Kemajuan IPTEK adalah
dampak positif dari globalisasi dalam bidang Teknologi,
namun ini sedikit banyak membawa dampak negatif
bidang Sosial Budaya yang diantaranya melahirkan gaya
hidup yang :
5) Individualistis
Dulu sosialisasi hanya dapat terjadi jika kita pergi
keluar rumah, menyapa tetangga ataupun mengobrol.
Namun dizaman modern ini, hanya dengan duduk dialam
rumah dengan internet, bahkan kita bisa bersosialisasi
dengan orang-orang yang berada sangat jauh. Inilah
akar dari individualistis yang tercipta karena tidak
bersosialisasi secara langsung. Hal ini akan sangat
merusak karena menciptakan seseorang dengan sikap
yang tidak memperdulikan orang lain selain dirinya.
6) Pragmatisme
Pragmatisme adalah sikap yang menilai sesuatu dari
untung ruginya bagi diri sendiri.  Padahal menolong tanpa
pamrih adalah pelajaran dasar dalam bermasyarakat. Tapi
semakin majunya jaman, menyebabkan lunturnya nilai-
nilai gotong royong dan tolong-menolong dalam hal-hal
kebaikan. Individu lebih mengarahkan pada kegiatan
yang menguntungkan dirinya saja.
7) Materialisme
Materialsme adalah doktrin yang menyatakan bahwa
kenyamanan, kesenangan, dan kekayaan merupakan satu-
satunya tujuan atau nilai tertinggi. materialisme adalah
kecenderungan untuk lebih peduli dengan materi dari
pada rohani atau tujuan dan nilai intelektual.
Materialisme adalah pandangan hidup yang
mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan
manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan

58 MENEMBUS BADAI EKONOMI


mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam
indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa indonesia.
Jika ada kata benda berhubungan dengan kata isme maka
artinya adalah paham atau aliran.
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang
menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-
benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal
terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil
interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi.
Sebagai teori materialisme termasuk paham ontologi
monistik. Materialisme berbeda dengan teori ontologis
yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam
memberikan penjelasan tunggal tentang realitas,
materialisme berseberangan dengan idealisme.
Materialisme tidak mengakui entitas-entitas
nonmaterial seperti : roh, hantu, setan dan malaikat.
Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada tuhan
(Allah) atau dunia adikodrati/supranatural. Realitas satu-
satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan
manifestasi dari aktivitas materi. Materi dan aktivitasnya
bersifat abadi. Tidak ada Penggerak Pertama atau Sebab
Pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang
kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui
eksistensi, yang kembali lagi ke dasar material primordial,
abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi dari
materi.
Jadi materialism tidak mengakui adanya tuhan
dan berpikir bahwa semua di dunia ini hanya materi. Ini
bertentangan dengan nilai agama di Indonesia dimana
agama mengatakan ada entitas selain entitas material
yaitu roh, jin, setan dan malaikat, serta meyakini adanya
tuhan (Allah).
8) Hedonisme
Hedonisme  adalah pandangan hidup atau pola
hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan

Globalisasi 59
kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para
penganut paham ini, bersenang-senang, pesta pora, dan
berpoya-poya merupakan tujuan utama hidup, entah itu
menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka
beranggapan hidup ini hanya satu kali, sehingga mereka
merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di
dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani
dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu
yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham inilah
muncul Nudisme (gaya hidup bertelanjang). Pandangan
mereka terangkum dalam pandangan Epikuris yang
menyatakan, “Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah
nafsumu, karena besok engkau akan mati”.
9) Konsumerisme
Konsumerisme merupakan paham dimana
seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan
proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil
produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara
sadar dan berkelanjutan.  Dan inilah hal yang paling
sering terjadi seperti berbelanja pakaian terlalu banyak.
Padahal pakaian tersebut tidak semuanya dipakai dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pengaruh Positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya
Banyak sekali pengaruh buruk akibat Globalisasi
yang kita rasakan. Namun tentunya masih ada pengaruh
positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya yang dapat kita
rasakan, atau mungkin bagi sebagian banyak orang sudah
mengalaminya.
Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai
sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah
maju.
Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja
keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional,
sportif, dan lain sebagainya.

60 MENEMBUS BADAI EKONOMI


C. Faktor-faktor Pendukung Munculnya Globalisasi
1. Berkembangnya Teknologi Komunikasi.
Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi
dimungkinkan oleh perkembangan dalam infrastruktur dan
telekomunikasi dunia. Di negara-negara yang infrastruktur
komunikasinya sangant berkembang, di setiap rumah dan
kantor dilengkapi dengan telepon, mesin fax, televisi kabel,
dan internet.
2. Adanya Integrasi Ekonomi Dunia
Globalisasi juga makin terjadi oleh adanya integrasi
ekonomi dunia. Berbanding terbalik dengan era sebelumnya,
perkonomian global tidak hanya didasarkan pada pertanian
dan industri, melainkan makin didominasi oleh kegiatan
perekonomian tanpa bobot (weightless economy).
Globalisasi merupakan keadaan yang akan sulit
terhindarkan. Dunia menjadi demikian terbuka tanpa
proteksi. Dengan globalisasi akan terjadi apa yang disebut
era pasar bebas, yaiutu ketika semua negara dengan bebas
memasarkan produknya ke negara-negara lain dan setiap
orang bebas mencari pekerjaan ke negara lain. Semua itu
merupakan tantangan bagi setiap bangsa dan rakyat Indonesia
karena kualitas produk dan sumber daya manusia akan
sangat menentukan, apakah dapat bersaing dengan negara-
negara lain lebih maju atau, apakah akan menjadi penonton
di negara sendiri?

D. Pengaruh Globalisasi
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi
kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut
meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh
globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik,
ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan mempengaruhi
nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.

Globalisasi 61
1. Pengaruh Positif Globalisasi Terhadap Nilai - Nilai
Nasionalisme
a. Pengaruh Dari Aspek Politik
Pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu
negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih
dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari
rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme
terhadap negara menjadi meningkat
b. Pengaruh Dari Aspek konomi
Terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan
adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi
bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa. Juga
masyarakat mengenal kemajuanteknologi, serta pusat
perbelanjaan yang modern mempermudah masyarakat untuk
memperoleh barang yang dibutuhkannya.
c. Pengaruh Dari Aspek Sosial Budaya
Kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos
kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang
sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang
pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal
rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
d. Pengaruh Dari Aspek Teknologi dan Komunikasi
Adanya kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi
menjadikan hidup manusia menjadi lebih mudah. Orang
yang ketika dahulu hendak pergi ke suatu tampat yang jauh
membutuhkan waktu lama, sekarang dengan waktu yang
singkat kita bisa pergi keluar negeri.

2. Pengaruh Negatif Globalisasi Rerhadap Nilai - Nilai


Nasionalisme
a. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa
liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran.
Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari

62 MENEMBUS BADAI EKONOMI


ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut
terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
b. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri
(seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri
di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk
dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa
nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
c. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan
identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya
cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia
dianggap sebagai kiblat.
d. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara
yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas
dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat
mengganggu kehidupan nasional bangsa.
e. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan
ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan
adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan
kehidupan bangsa.
f. Terjadinya kesenjangan ekonomi sebagai akibat kekalahan
berkompetisi dalam penguasaan teknologi.
g. Negara-negara yang kuat ekonominya akan bersekongkol
dalam rangka mencari keuntungan sebesar-besarnya. hal ini
seringkali merugikan negara-negara miskin yang ketahanan
ekonominya lemah.
h. Timbulnya fanatisme, etnis, dan agama sebagai upaya untuk
menunjukkan kehadirannya melalui berbagai forum dan
organisasi.
i. Makin menurunnya sumber daya alam yang vital seperti air,
hutan, dan terjadinya    pencemaran global.
j. Keguncangan budaya, yaitu guncangan jiwa seseorang
sebagai akibat belum adanya kesiapan menerima kebudayaan
asing yang datangsecara tiba-tiba.

Globalisasi 63
E. Dampak Globalisasi
Bangsa Indonesia, seperti halnya bangsa-bangsa lain dalam
era globalisasi ini, tidak dapat menghindar dari arus derasnya
perubahan (inovasi) sebagai akibat canggihnya teknologi informasi,
telekomunikasi, dan transportasi. Beberapa rofessio dampak
globaliasai yang melanda bangsa dan rofes Indonesia yaitu:

1. Bidang Politik
Penyebaran nilai-nilai politik barat baik secara langsung
atau tidak langsung dalam bentuk unjuk rasa, demonstrasi yang
semakin berani dan terkadang ”mengabaikan kepentingan umum”
dengan cara membuat kerusuhan dan anarkis. Semakin lunturnya
nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan,
masyarakat mufakat dan gotong royong. Semakin menguatnya
nilai-nilai politik berdasarkan semangat individual, kelompok,
oposisi, rofessi mayoritas atau tirani minoritas.
2. Bidang Ekonomi.
Berlakunya the survival oe the fittest sehingga siapa yang
memiliki modal yang besar akan semakin kuat dan yang lemah
tersingkir. Pemerintah hanya sebagai regulasi dalam pengaturan
ekonomi yang mekanismenya akan ditentukan oleh pasar.
Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi
semakin berkurang, koperasi semakin sulit berkembang, dan
penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya sudah semakin
ditinggalkan.
3. Bidang Sosial dan Budaya
Mudahnya nilai-nilai barat yang masuk baik milalui
internet, antene parabola, media rofessi, maupun media cetak yang
kadang-kadang ditiru habis-habisan. Semakin lunturnya semangat
gotong royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan
rofes sehingga dalam keadaan tertentu hanya ditangani oleh
segelintir orang. Semakin memudarnya nilai-nilai keagamaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karna
dianggap tidak ada hubungannya (sekularisme).

64 MENEMBUS BADAI EKONOMI


4. Bidang Informasi
Kemajuan iptek dan arus komunikasi global yang makin
canggih, cepat, dan berkapasitas tinggi. Laju pertumbuhan dan
akumulasi pengetahuan serta informasi meningkat sangat cepat
secara tajam (eksponensial)
5. Bidang Hukum, Pertahanan dan Keamanan
Semakin menguatnya supremasi rofe, demokratisasi,
dan tuntutan terhadap dilaksanakannya hak-hak asasi manusia.
Menguatnya regulasi rofe dan pembuatan peraturan perundang-
undangan yang memihak dan bermanfaat untuk kepentingan
rakyat.
Semakin menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas
penegak rofe (polisi, jaksa, dan hakim) yang lebih rofessional,
transparan dan akuntabel.

F. Pancasila dan Globalisasi


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah
ditentukan oleh para pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan
dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,berbagai
tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak
mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia,pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa
Indonesia sebagai dasar negara,itu membuktikan bahwa pancasila
merupakan ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia. Oleh karena
itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi
kepribadian bangsa,dan kini mau tak mau,suka tak suka ,bangsa
Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus
diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan
jatidiri,kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia.Rakyat yang
tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan
kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut
menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jatidiri yang
sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.

Globalisasi 65
Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-
batasan yang jelas antar setiap bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa
Indonesia harus membuka diri. Dahulu,sesuai dengan tangan terbuka
menerima masuknya pengaruh budaya hindu,islam,serta masuknya
kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme. Pengalaman
pahit berupa kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk
kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang
ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk
fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi.
Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi
nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan
pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup
diri rapat-rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh
kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara
sosialis seperti Uni Soviet—yang terkenal anti dunia luar—tidak
bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep
pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia
membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat
modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal,
teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa
masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa
lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia
mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan
sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya,
nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya
nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan
tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-
nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak
baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam
kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri bangsa
Indonesia tengah berada pada titik nadir.
Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal
dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang

66 MENEMBUS BADAI EKONOMI


sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang
datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai
luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari
rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi yang kini tengah
berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme.
Padahal, negara Indonesia—seperti ditegaskan dalam pidato Bung
Karno di depan Sidang Umum PBB—menganut faham demokrasi
Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta
musyawarah dan mufakat.
Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung
dengan faham liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik
berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan
rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan
sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan
keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli
apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari
luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang
dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata
hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup
dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi
politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya
memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata.
Dalam kondisi seperti itu—sekali lagi—peran Pancasila
sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan
penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap
untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan
begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di
atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia
sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh
dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai.
Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam
memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari
persoalan tersebut . Dalam pandangan hidup terkandung konsep
mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga
terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa

Globalisasi 67
mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya
pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari
nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya
serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk
mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa
dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh
atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan
dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.

G. Konsep Globalisasi
Dibawah ini beberapa konsep globalisasi menurut para ahli
adalah:
1. Malcom Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat
bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi
kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.
2. Emanuel Ritcher
Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan
menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan
terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3. Thomas L. Friedman
Globlisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi.
Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan
dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah
menyatukan dunia.
4. Princenton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas
saling ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara
didunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
5. Leonor Briones
Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan
ekonomi namun juga mencakup globalisasi institusi-institusi
demokratis, pembangunan sosial, hak asasi manusia, dan
pergerakan wanita

68 MENEMBUS BADAI EKONOMI


H. Proses Globalisasi
Perkembangan yang paling menonjol dalam era globalisasi
adalah globalisasi informasi, demikian juga dalam bidang sosial
seperti gaya hidup. Serta hal ini dapat dipicu dari adanya penunjang
arus informasi global melalui siaran televise baik langsung maupun
tidak langsung, dapat menimbulkan rasa simpati masyarakat namun
bisa juga menimbulkan kesenjangan sosial. Terjadinya perubahan
nilai-nilai sosial pada masyarakat, sehingga memunculkan kelompok
spesialis diluar negeri dari pada dinegaranya sendiri, seperti meniru
gaya punk, cara bergaul.
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
1. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan
barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan
internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian
cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang
berbeda.
2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda
menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan
perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).
3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media
massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan
olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan
mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal
yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang
fashion, literatur, dan makanan.
4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang
lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-
lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi
ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan

Globalisasi 69
pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan
bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita
turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa
terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal
sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin
terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi
sebagai zaman transformasi sosial

70 MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB PENGARUH GLOBALISASI
VI DI NEGARA BERKEMBANG
DAN NEGARA MAJU

Perkembangan ekonomi dunia yang begitu pesat telah


meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan dan
mempertajam persaingan yang semakin rumitnya strategi
pembangunan yang mengandalkan ekspor di satu pihak, hal ini
merupakan tantangan dan kendala yang membatasi. Di pihak lain
hal tersebut merupakan peluang baru yang dapat dimanfaatkan
untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan bagi negara yang
sedang berkembang atau maju. Perekonomian dunia mengalami
perubahan sejak dasawarsa tujuh puluh hingga tahun 2000-an yang
bersifat mendasar atau struktural dan mempunyai kecenderungan
jangka panjang atau konjungtural. Perkembangannya menarik yang
istilahnya sangat populer belakangan ini adalah “Globalisasi”. Gejala
globalisasi terjadi dalam kegiatan finansial, produksi, investasi, dan
perdagangan yang kemudian mempengaruhi tata hubungan ekonmi
antar bangsa. Proses globalisasi telah meningkatkan kadar hubungan
saling ketergantungan antarnegara, bahkan menimbulkan proses
menyatunya ekonomi dunia sehingga batas-batas antar negara dalam
berbagai praktik dunia usaha/ bisnis seakan-akan dianggap tidak
berlaku lagi.
Globalisasi muncul pada akhir dekade ke- 20, globalisasi
telah menjadikan pertukaran barang dan jasa dengan mudah terjadi
melewati batas-batas territorial Negara. Globalisasi menjadikan
dunia seperti Global Village. Dengan adanya Globalisasi, negara-
negara dapat dengan mudah melakukan suatu interaksi, bahkan
individu dalam suatu negara dengan individu di negara lain
dapat dengan mudah melakukan suatu interaksi, baik dalam hal

Pengaruh Globalisasi di Negara Berkembang dan Negara Maju 71


komunikasi, pertukaran komoditi, pertukaran informasi, dll. Hal
tersebut menjadikan globalisasi sebagai arah baru bagi perkembangan
negara-negara selanjutnya..Sejak berakhirnya perang dingin, dunia
dilanda oleh suatu arus perubahan yang bersifat global. Pada mulanya
wujud daripada perubahan tersebut terutama sekali terlihat dalam
perkembangan sistem informasi dan transportasi dengan fenomena
yang mempersingkat jarak didalam hubungan antara negara atau antara
wilayah, baik dalam arti ruang maupun waktu. Jelas sekali bahwa
perkembangan yang demikian telah dimungkinkan oleh terjadinya
kemajuankemajuan yang menakjubkan dalam bidang Iptek. Tentu
saja kemajuan-kemajuan Iptek tersebut telah tercapai berkat adanya
kemampuan ekonomi untuk mendukungnya Adanya keterkaitan
antara kedua faktor ini menimbulkan peruhahan-perubahan yang
luar biasa didalam masyarakat. Sekarang ini keterbukaan semakin
kuat berembus, dengan dipayungi oleh globalisasi yang berarti
menjadikan segala sesuatunya global, meraksasa menjangkau seluruh
dunia, keterbukaan dan globalisasi sepertinya menjadi pasangan yang
sangat ideal, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Globalisasi
kemungkinan besar tidak akan ada bila keterbukaan tidak muncul
dan begitu sebaliknya. Seluruh entitas yang mewarnai kehidupan
masyarakat dunia tidak ada lagi yang tidak terpengaruh oleh sihir
globalisasi. Produk, teknologi, kebudayaan sampai informasi
merasuk jauh pada kehidupan masyarakat, tidak hanya di negara
asalnya tetapi sampai ke seluruh dunia.

A. Implikasi Globalisasi terhadap negara berkembang


Era globalisasi adalah sebuah era di mana proses integrasi
dalam bidang ekonomi demikian jelas sehingga sistem ekonomi
nasional harus mengintegrasikan diri dengan sistem ekonomi
global berdasarkan keyakinan pada perdagangan bebas yang telah
dicanangkan pada era sebelumnya, baik era kolonialisme maupun
neo-kolonialisme.

72 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Dengan masuknya era global seperti itu, yang terjadi
kemudian adalah adanya dominasi global atas Negara-negara
Selatan (khususnya) seperti Indonesia pada sistem ekonomi, politik,
dan budaya. Negara-negara Utara sebagai Negara pemberi utang.
Ideologi TNCs (Trans National Corporations) adalah buah paling
mutakhir dari sistem global ekonomi dunia, sehingga pasar bebas
menjadi ideologi tunggalnya. Efek langsung dari globalisasi adalah
bidang ekonomi. Ekonomi suatu negara akan diintegrasikan kedalam
sistem ekonomi global. Barang-barang luar negeri akan dengan
sangat mudah masuk ke dalam suatu negara (tidak ada intervensi
negara dalam pasar karena pasar sudah ter-integrasi kedalam pasar
global). Melalui berbagai perjanjian internasional dan adanya
organisasi internasional yang mengatur kebijakan ekonomi dunia
(IMF dan World Bank), dominasi negara dalam pasar terus-menerus
digerus oleh berbagai kebijakan-kebijakan IMF dan World Bank.
Meski tujuan IMF tidak pernah dirubah, namunsudah bertahun-
tahun sudah diminta memberi nasehat dan bantuan dalam berbagai
problem dan situasi yang sangat beraneka ragam. Ada masalah
yang berkaitan dengan neraca pembayaran baik di perekonomian
negara industri maupun negara berkembang. Lalu ada pula masalah
transisi ekonomi, dimana sebuah negara berjuang untuk membangun
prasarana ekonomi berorientasi pada pasar bebas. Sementara di
negara-negara dengan pasar yang berkembang masalah stabilitas arus
modal swasta menjadi masalah yang sangat krusial. Tentu saja, fokus
utama IMF adalah menjaga keuangan yang sehat, kebijakan fiskal
yang bijaksana dan pasar terbuka sebagai sarana untuk stabilitas dan
pertumbuhan makro.
Demikianlah meski corak masing-masing negara yang
dibantu berbeda IMF selalu mendesak bersama Bank Dunia agar
ada sistem keuangan domestik yang sehat agar ada perbaikan
dalam kualitas pembelanjaan publik, hingga pengeluaran untuk
kesehatan dan pendidikan dasar tidak dikurangi demi pembangunan
militer yang mahal serta proyek prasarana besar-besaran yang
hanya menguntungkan segelintir orang tetapi merugikan banyak

Pengaruh Globalisasi di Negara Berkembang dan Negara Maju 73


orang, agar ada transparansi dan pertanggungjawaban dalam
urusan pemerintahan dan perusahaan guna menghindari kebijakan
yang salah maupun penyia-nyiaan sumber daya nasional, agar ada
jaringan pengaman sosial yang kuat dan bisa dijangkau oleh anggota
masyarakat yang paling lemah dan agar di beberapa negara ada
deregulasi dan penghapusan monopoli guna menciptakan sebuah
“lapangan bermain” yang lebih seimbang bagi aktivitas sektor
swasta. Ada yang secara tajam mengecam IMF karena telah terlalu
dalam mencampuri urusan domestik sebuah bangsa yang berdaulat
dan mengecam bahwa IMF kurang bergerak cepat. Akhirnya,
keagamaan keanggotaan dan problem yang dihadapi oleh IMF telah
membuat lembaga itu harus memperluas perangkat dan kebijakan
mereka. Kini selain perangkat tradisional, stand-by arrangement.
Yang biasanya berlangsung selama 12 sampai 18 bulan dan ditujukan
untuk menanggulangi defisit neraca pembayaran sementara atau
rutin. Selain itu ada pula ada pula “Enhanched Structural Adjusment
Facility” (ESAF) yang mendanai program-program jangka panjang,
tetapi dengan tingkat bunga rendah yang bisa dirundingkan bagi
negara-negara berpenghasilan rendah.
IMF bukanlah sekedar sumber pembiayaan atau sebuah
mekanisme manajemen krisis seperti biasanya diyakini orang. IMF
adalah sebuah lembaga kerja sama untuk pengawasan multiteral.
Dari asal usulnya yang sederhana IMF memnga telah berkembang
menjadi sebuah lembaga yang rumit dengan tugas-tugas rumit
pula. Begitulah meski IMF tetap nampak dikalangan negara-negara
anggota melalui teropong yang sama yaitu sebuah lembaga yang
dibutuhkan guna kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi. IMF harus
menangani semua persoalan dengan cara yang sangat beragam.
Selain IMF peran lembaga dunia terhadap negara berkembang yang
paling dominan adalah Bank Dunia (World Bank), bank tersebut
semmula didirikan dalam rangka membantu negara-negara yang
rusak akibat perang untuk melakukan transisi lewat rekontruksi.
Pentingnya lembaga ini diakui sangat dirasakan negara berkembang
yang pernah menerima pinjaman atau bantuan lembaga ini. Bukan

74 MENEMBUS BADAI EKONOMI


saja karena dana yang disalurkan lebih besar dari lembaga keuangan
internasional lainnya. Namun dibandingkan dengan pinjaman
lembaga keuangan komersial, pinjaman Bank Dunia bunganya
rtelatif cukup rendah yakni disesuaikan dengan bunga yan harus
dibayar lembaga itu atas dana yang diperolehnya dari pasar modal
dunia. Selain itu, juga berjangka pengembalian lebih lama. Meskipun
tujuannya begitu, pandangan atau saran kebijakan lembaga tidak
selalu ditanggapi positif oleh kalangan dunia berkembang. Saran
kebijakan yang melekat pada pinjaman yang diberikan Bank ini baik
menyangkut pengurangan utang luar negeri, upaya memperbesar
arus masuk modal asing menekan pengeluaran pemerintah, kenaikan
harga public utilities atau lainnya titidak jarang dituduh justru
memperparah situasi ekonnomi sosial atau runyamnya posisi neraca
Pembayaran internasional negara-negara berkembang itu.
Kecaman para ahli lebih keras lagi para ahli lebih keras lagi dimana
negara bersangkutan adalah negara yang kondisi sosial ekonominya
tidak memungkinkan bagi diterapkannya kebijakan yang dianjurkan
oleh Bank Dunia, di indonesia reaksi kritis terhadap saran kebijakan Bank
Dunia baik yang pro maupun kontra. Namuun sebagian besar pengamat
sependapat selain sangat membantu memenuhi kebutuhan akan dana
untuk meningkatakan produktivitas bagi negara sperti indonesia
pinjaman bank dunia merupakan indikasi dari kepercayaan dunia.
Indonesia termasuk penerima banttuan Bank Dunia terbesar diantara
negara-negara berkembang.
Di indonesia pinjaman Bank Dunia ini dipakai untuk
membiayai sektor sangat luas mulai dari pertanian, pendidikan/
pelatihan, kependudukan, kesehatan dan program nutrisi dan
tranportasi , sumber daya/listrik, gas, telekomunikasi dan bidang
keuangan dan bantuan khusus untuk strukturisasi ekonomi. Pinjaman
terbesar kepada indonesia ini dimungkinkan karena diantara negara-
negara berkembang, indonesia dinilai memiliki prestasi baik selain
termasuk jajaran negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di
Asia-Pasifik pada beberapatahun terakir. Ini karena meskipun
tercatat sebagai pengutang terbesar kedua di dunia, indonesia tetap

Pengaruh Globalisasi di Negara Berkembang dan Negara Maju 75


mampu memenuhi komitmen pembayaran kembali cicilan dan bunga
pinjaman pada waktunya. Yang jelas tidak semua negara berkembang
seberuntung indonesia, artinya memiliki perekonomian dan kondisi-
kondisi yang mendukungnya yang mampu menyerap utang untuk
kegiatan produktif yang kemudian menghasilkan penerimaan,
dimana kemudian sebagian bisa disisihkan untuk membayar kembali
utang dan bunganya. Lepas dari pro-kontra dan ditunggangi Bank
Dunia oleh kepentingan negara maju keberadaan lembaga ini akan
tetap dibutuhkan oleh negara berkembang dan miskin. Terutama
dengan semakin langkanya dana pembangunan dan pada saat kondisi
penyebaran kemakmuran dunia tidak semakin berpihak pada mereka
dewasa ini.
Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia karena ekonomi Indonesia
belum siap untuk menghadapi arus Globalisasi. Jika Indonesia
memaksakan diri, maka kemungkinan produk-produk lokal akan
disingkirkan oleh produk luar negeri dan menjadikan negara ini
sebagai negara konsumen. Jika hal itu terjadi maka efek domino
terhadap kondisi social-politik di Indonesia akan terjadi. Jika produk-
produk Indonesia tidak bisa bersaing maka perusahaan lokal dapat
mengalami kerugian dan mengadakan PHK terhadap karyawannya.
Imbas dari globalisasi bukan hanya hal-hal yang berhubungan dengan
ekonomi, tetapi masuk kedalam bidang social. Globalisasi membuat
arus masuk informasi menjadi tanpa batas, termasuk pornografi,
pelecehan seksual dan kekerasan yang dapat mempengaruhi
generasi muda bangsa. Dengan adanya televisi, internet, email dan
layanan komunikasi lainnya yang merupakan imbas dari globalisasi
membuat informasi bagi remaja dan anak-anak tidak terkontrol.
Globalisasi berimbas juga pada masalah lingkungan. Dengan
masuknya modal tanpa batas, perusahaan pertambangan asing akan
berlomba untuk mengeksploitasi alam Indonesia. Dengan masuknya
perusahaan tambang asing, maka pencemaran lingkungan pasti tidak
akan bisa dihindarkan. Kebijakan pemerintah mengizinkan operasi
pertambangan pada kawasan hutan lindung dan konservasi, sudah

76 MENEMBUS BADAI EKONOMI


pasti akan mempercepat lenyapnya hutan Indonesia. “Industri keruk”
tambang akan mengubah hamparan hutan hijau Indonesia menjadi
padang pasir kekuningan dengan lubang-lubang beracun didalamnya.
Saat ini saja terdapat 150 perusahaan yang telah mengantongi izin
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral untuk membuka
tambang.

B. Pengaruh Globalisasi di Negara Maju


1. Singapura

Berbagai fenomena atau isu globalisasi telah memberikan


dampak berupa peluang atau tantangan yang bisa dimanfaatkan
oleh suatu negara. Peluang atau tantangan tersebut direspon atau
ditanggapi dengan cara yang berbeda-beda dengan melihat ke-
mampuan dari negara itu sendiri. Salah satu contoh respon atau
tanggapan yang bisa diamati adalah reformasi atau pembaruan
kebijakan sistem pendidikan (Education System Policy Reform)
di Singapura. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dika-
takan oleh Ohmae (1995), Green (1997) dan Gopinathan (2007)
yaitu some major effects of globalization, though they vary
widely from country to country, include internationalization,
denationalization of economies, weakening of the nation-state
and commodification of education (Ohmae, 1995; Green, 1997;
Gopinathan, 2007). Di dalam pernyataan tersebut mereka ingin
mengatakan bahwa dampak globalisasi dapat berupa terjadinya
internasionalisasi, de-nasionalisasi ekonomi, melemahnya neg-
ara-bangsa dan komodifikasi pendidikan.
Selanjutnya, paper ini akan lebih mengelaborasi per-
tanyaan mengenai bagaimana reformasi atau pembaruan kebi-
jakan sistem pendidikan Singapura dalam merespon atau me-
nanggapi fenomena atau isu globalisasi. Argumen atau jawaban
yang ditawarkan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah
bahwa Singapura telah mengalami tiga kali reformasi atau pem-

Pengaruh Globalisasi di Negara Berkembang dan Negara Maju 77


baruan kebijakan sistem pendidikan yaitu; Pertama, terjadi pada
sekitar tahun (1959 – 1978). Kedua, terjadi pada sekitar tahun
(1979 – 1996). Ketiga, terjadi pada sekitar tahun (1997 – seka-
rang).  

2. Globalisasi dan Sistem Pendidikan (Education System)

Berbagai macam penjelasan yang menerangkan tentang


definisi globalisasi, salah satunya adalah menurut Green (1997)
yang mengatakan bahwa globalization is commonly understood
as “the rapid acceleration of cross-border flows of capital,
goods, service, people and ideas” (Green, 1997;23). Sedangkan
percepatan yang dimaksud pada definisi tersebut menurut Mo-
ten (2005) adalah sebuah proses pertumbuhan keterkaitan atau
keterhubungan yang memiliki tujuan untuk menciptakan sistem
dunia (world system) yang banyak menggeser perhatian-perha-
tian nasional sebelumnya ke panggung geo-politik dunia (Moten,
2005). Selanjutnya, terdapat salah satu indikator penting pada
penjelasan mengenai dampak globalisasi yang telah dijelaskan
oleh Ohmae (1995), Green (1997) dan Gopinathan (2007) sebe-
lumnya, yaitu tentang komodifikasi pendidikan. Kemudian, in-
dikator ini (komodifikasi pendidikan) akan menjadi konsen atau
fokus penjelasan di dalam paper ini. Menurut Polanyi (2004)
commodification is the tranformation of goods and services, as
well as ideas or other entities that normally may not be considered
goods (includes money itself, human beings and the natural envi-
ronment) into a commodity (Polanyi, 2004 in Marxist approach).
Sedangkan disisi lain, definisi pendidikan (education) menurut
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002) adalah
proses pengubahan sikap dan tata-laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pen-
gajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002; 263). Dari dua
pengertian tersebut, maka secara umum definisi komodifikasi
pendidikan (education commodification) bisa diartika sebagai
sebuah proses transformasi ide-ide berupa pengajaran, pelati-

78 MENEMBUS BADAI EKONOMI


han, proses, cara dan perbuatan mendidik yang menjadi sebuah
komoditas. Kondisi ini diyakini mampu memberikan kontribusi
terhadap perkembangan dan kemajuan dibidang ekonomi yang
semakin mengglobal dan kompetitif.
Menurut Organization for Economic Cooperation and
Development (1996) given the value of intellectual capital in
a globalised economy, many states are attemting to upgrade
their human capital through promoting wider access to a range
of skills, especially the capacity to learn (OECD, 1996). Dari
penjelasan tersebut memperlihatkan bahwa terjadinya sebuah
perlombaan dibanyak negara terhadap akses-akses peningkatan
kemampuan-kemampuan atau skills pendidikan, dalam hal ini
kapasitas untuk belajar. Tidak terkecuali untuk kasus yang diba-
has di dalam tulisan ini yaitu Singapura. Globalisasi telah mem-
pengaruhi sistem pendidikan (Education System) di Singapura,
sehingga membuat negara ini mengalami beberapa kali reforma-
si atau pembaruan kebijakan sistem pendidikan.

3. Reformasi Sistem Pendidikan (Education System) di Sin-


gapura

Pendidikan merupakan salah satu indikator penting dalam


pembangunan dan kemajuan di dalam suatu negara. Dan ke-
berhasilan atau kesuksesan pendidikan tersebut tidak bisa lepas
dan ditentukan oleh sistem yang dibangun atau dibuat di dalam
pendidikan itu sendiri. Menurut studi dari Tan (2008), Singapura
telah tiga kali mengalami reformasi atau pembaruan sistem pen-
didikan yaitu; Tahap pertama, terjadi pada sekitar tahun 1959 –
1978, Tahap kedua, terjadi pada sekitar tahun 1979 – 1996. Tahap
ketiga, terjadi pada sekitar tahun 1997 – sekarang (Tan, 2008).
Selain itu, reformasi yang dimaksud menurut Gopinathal (2007)
adalah reformasi atau pembaruan yang menekankan perlunya
perhatian yang lebih besar terhadap proses, tingkat keterampi-
lan berpikir yang lebih tinggi, pemanfaatan yang lebih baik dari
tekhnologi dalam pendidikan, perubahan penilaian, memberikan

Pengaruh Globalisasi di Negara Berkembang dan Negara Maju 79


kekuatan devolusi yang lebih besar untuk para kepala sekolah
dan lain sebagainya (Gopinathal,2007;56). Kemudian, lebih jauh
Tan (2008) di dalam studinya menjelaskan, pada tahap pertama
terjadi pada sekitar tahun 1959 – 1978, yang memiliki tujuan
untuk menghasilkan pekerja-pekerja terlatih ditahun-tahun awal
kemerdekaan dan industrialisasi di Singapura. Hingga sampai
pada tahun 1955, Singapura berada dibawah jajahan kolonial
pemerintah Inggris yang membagi dua garis sosial yaitu etnis
dan agama. Pada tahun 1956, adanya penganjuran pengadopsian
sistem pendidikan China yang menyebarkan nilai-nilai budaya
dan bahasa terutama terhadap kelompok etnis. Pada tahun 1959,
sebagai self-government, yang kemudian lebih mementingkan
kepedulian terhadap kohesi (kepaduan) sosial dengan memben-
tuk identitas nasional.
Langkah yang diambil agar terwujudnya identitas nasional
tersebut yaitu melalui pembuatan dan pengenalan kurikulum dan
buku pelajaran yang seragam yang diproduksi secara lokal. Dan
dalam pendidikan Moral, kurikulum yang telah diadopsi berlaku
untuk semua pelajar dengan menekan pada sejarah Singapura.
Pada tahun 1965, setelah memperoleh kemerdekaan, lebih lan-
jut sistem pendidikan di Singapura berbudi halus, beradab,
sopan, yang kemudian di tahun 1966 memperkenalkan bilingual
(dwibahasa). Disisi lain, pendidikan teknis juga menekankan
pada perkembangan pendidikan teknis dan kejuran pasca-seko-
lah menengah di Politeknik untuk mendidik pelajar agar menjadi
tenaga kerja yang memiliki kemampuan-kemampuan linguistik
dan teknis.
Tahap kedua terjadi pada sekitar tahun 1979 – 1996, yang
memiliki tujuan untuk menghasilkan pekerja-pekerja terampil
untuk pertumbuhan ekonomi dengan atau melalui cara yang pal-
ing efisien. Dengan kata lain, pemerintah mencanangkan adanya
kebutuhan akan pelatihan tenaga kerja untuk di tugaskan di ber-
bagai sektor bidang ekonomi tersebut. Perubahan faktor-faktor
ekonomi di pertengahan tahun 1980an, lebih jauh mempenga-

80 MENEMBUS BADAI EKONOMI


ruhi perubahan sistem pendidikan selama dekade itu. Perubahan
tersebut diakibatkan oleh adanya resesi (kemerosotan) ekonomi
yang dialami oleh Singapura sekaligus berdampak pada tenaga
kerja yang tidak berpendidikan. Pada tahun 1987, sekolah-seko-
lah yang bervisi Menuju Keunggulan “Towards Excellence” me-
nawarkan sebuah inisiatif kebijakan agar mampu menghasilkan
pelajar yang terdidik, kreatif dan inovatif. Semua pelajar dihar-
uskan mampu menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar dan
sekolah menegah setidaknya selama 10 tahun, sebelum mereka
melanjutkan pendidikan dibidang yang lebih khusus atau spesi-
fik. Dengan kondisi konsisten terhadap kemampuan kuat yang
dimiliki oleh para pelajar dibidang seni dan ilmu pengetahuan,
namun lemah dibidang pelatihan kejuruan. Untuk itulah dibu-
tuhkan sebuah strategi yang mampu meningkatkan pertumbuhan
jumlah tenaga kerja yang terdidik melalui sistem pendidikan
yang baik. Seperti apa yang dikatakan oleh Sharpe dan Gopi-
nathan (2002) bahwa the education system was used as a ma-
jor vehicle in nation building, with the state acting as “strategic
trader” to allign provision with the needs of the economy and
social cohesion (Sharpe & Gopinathan, 2002;66-151).
Tahap ketiga terjadi pada sekitar tahun 1997 – sekarang,
yang merupakan reformasi sistem pendidikan paling signifikan
yang memiliki visi “Thinking Schools, Learning Nation”. Visi
ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan
berpikir kreatif, semangat belajar seumur hidup dan komitmen
nasionalistik dijiwa para anak muda. Menurut mantan Perdana
Menteri Singapura Goh Chok Tong (1997), yang menjelaskan
tentang konsep “Thinking Schools” yaitu menekankan urgensi
bagi sekolah-sekolah Singapura agar memelihara pemikiran dan
berkomitmen menjadi warga negara Singapura untuk tetap men-
jaga semangat dan sukses di era globalisasi. Menurut Goh (1997)
konsep “Thinking Schools” merupakan sebuah tempat atau wa-
dah untuk mencari dan mempertanyakan, baik di dalam mau-
pun di luar kelas, untuk membangun keinginan atau semangat
besar untuk belajar dikalangan anak muda (Goh, 1997). Visi ini

Pengaruh Globalisasi di Negara Berkembang dan Negara Maju 81


didorong oleh sebuah paradigma pendidikan yang dikenal seba-
gai Ability Driven Education, yang diperkenalkan pada sekitar
tahun 1999. Paradigma bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengembangkan bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan se-
tiap anak secara maksimal, baik dibidang seni, olahraga maupun
bermasyarakat. Melalui paradigma tersebut, Menteri Pendidikan
(Ministry of Education) berharap kepada para pelajar agar mena-
namkan keyakinan dan komitmen untuk bangsa dan memberikan
kontribusi dari bakat dan kemampuan mereka untuk kebaikan
masyarakat

82 MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB
VII HARAKIRI, BUSHIDO
BUDAYA JEPANG

A. Harakiri
Dari perspektif sejarah, perkembangan tradisi harakiri tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh beberapa kepercayaan masyarakat
Jepang seperti Neo-Konfusius, Konfusius, Tao, Zen dan Shinto.
Tindakan bunuh diri dibuat dalam sebuah ritual yang sering disebut
harakiri atau secara harfiah berarti membelah perut. Harakiri ( 腹切
り) (Hara = perut, Kiru = menusuk). Jadi, harakiri berarti tindakan
menghukum diri sendiri dengan cara memotong perut. Walaupun
demikian, orang Jepang sendiri jarang yang menggunakan kata
Harakiri. Mereka lebih senang menggunakan kata Seppuku (切腹)
yang memiliki arti yang sama dengan Harakiri. Tindakan harakiri
dianggap terhormat karena untuk melakukan ini, harus memiliki
keberanian yang sangat luar biasa. Hal ini sangat menyiksa, ditambah
lagi tidak boleh menunjukkan ekspresi ketakutan ataupun kesakitan
karena hal tersebut merupakan hal yang memalukan bagi seorang
samurai yang terhormat dan pemberani. Akan tetapi, bagi mereka
yang tidak ingin mempermalukan diri dengan menunjukkan ekspresi
tersebut, maka ditugaskanlah seorang kaishaku yang bertugas untuk
memenggal kepala si pelaku untuk mempercepat kematian tanpa
harus berlama-lama tersiksa. Ritual inilah yang dikenal masyarakat
dengan sebutan harakiri.
Pada awal masa pemerintahan Tokugawa, harakiri sering
digunakan sebagai hukuman bagi para samurai yang telah melakukan
kejahatan (sedangkan untuk orang biasa, mereka dipukuli sampai
mati, atau dipenggal kepalanya). Peningkatan kematian disebabkan
harakiri menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan hingga pada
akhirnya harakiri pun dilarang. Semenjak saat itu, para samurai

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 83


kemudian berganti pekerjaan berdasarkan keahlian lain yang mereka
miliki, ada yang menjadi pedagang, ataupun pegawai pemerintahan.
Bisa dikatakan regenerasi samurai mulai terhambat dan harakiri
dalam sistem hukuman juga berkurang. Akan tetapi, walaupun
mereka tidak lagi bekerja sebagai samurai namun budaya harakiri
telah melekat kuat pada pada diri mereka sehingga harakiri tetap
dilakukan dan jumlah kematian pun semakin meningkat. Semangat
ini juga telah dianut pada sebagian masyarakat Jepang yang sangat
menjunjung tinggi harga diri dan memilih cara bunuh diri sebagai
bentuk penebusan atas kegagalan dan penyesalan yang mereka. Hal
ini dapat dilihat dengan tingginya tingkat bunuh diri yang terjadi
di Jepang, seperti dilakukan oleh Far Easteren Economi Review
(1983), Japan Times, dan Ministry of Health and Welfare (2006),
menyebutkan tak kurang dari 3.000 kasus bunuh diri terjadi di Jepang.
Walaupun dengan cara yang berbeda, tetapi tetap saja penghilangan
nyawa masih dianggap sebagai jalan akhir yang dapat ditempuh.
Melihat keprihatinan ini pemerintah melakukan penelitian
untuk mengetahui penyebab bunuh diri agar dapat dilakukan tindak
pencegahannya. Namun sampai sekarang belum terdengar hasilnya.
Masih banyak yang melakukan bunuh diri oleh kalangan non Samurai
yang membuat masyarakat Jepang resah. Aksi bunuh diri ini kerap
melanda warga biasa. Mulai dari seniman, pelajar, hingga pejabat
yang merasa malu karena terlibat skandal. Terlebih lagi “tradisi” ini
makin berkembang dengan beragam cara, mulai dari menusukkan
pisau ke perut seperti yang dilakukan oleh kaum samurai, menenggak
racun, gantung diri, menabrakan diri di kereta, hingga loncat dari
ketinggian tertentu yang mematikan. Beberapa publikasi menyebut,
pemerintah Jepang mengeluarkan anggaran yang sangat besar guna
menghentikan ”tradisi” bunuh diri di Jepang.
Di saat pemerintah sibuk mengatasi tingkat bunuh diri,
para seniman Jepang tetap melestarikan harakiri dalam sebuah
pertunjukkan panggung sandiwara, sebagai salah satu budaya Jepang.
Akan tetapi, bukan bertujuan untuk memberikan inspirasi bagi
masyarakat untuk melakukan harakiri, tapi untuk mempertunjukkan
kepada masyarakat umum sebagai sebuah hiburan. Salah satu

84 MENEMBUS BADAI EKONOMI


pertunjukan teater musikal yang sangat terkenal adalah Kabuki.
Kabuki yang diperuntukan bukan untuk kelas bangsawan ataupun
samurai, tapi untuk masyarakat biasa ini, lebih membahas tentang
tema-tema terlarang yang digambarkan dengan sangat detail. Kabuki
yang sudah ada sejak tahun 1600-an inilah harakiri dimainkan dengan
sangat detail

B. Motif Harakiri
1. HARGA DIRI, dengan motif ini, para samurai melakukan
bunuh diri demi menjaga harga dirinya. Tindakan kamikaze
di saat PD II pun digolongkan dalam motif ini. Jepang tidak
ingin sejengkal pun tanah mereka di injak oleh Amerika Serikat
dan sekutunya. Hingga dengan cara apapun, pergerakan
musuh mereka harus ditahan. Kisah pertempuran di Iwojima
menunjukkan heroisme tentara Jepang yang melakukan
pertempuran hingga titik tenaga dan titik darah terakhir. Ken
Watanabe yang berperan sebagai seorang samurai melakukan
adegan harakiri demi menjaga harga dirinya ketimbang
bertekuk lutut pada tentara. Sehingga tidaklah aneh apabila
para korban harakiri tersebut mendapatkan penghormatan
yang besar dari masyarakat, termasuk dari orang yang pada
masa hidup tidak menyukainya.
2. MALU, Motif ini paling dominan dilakukan oleh pelaku
harakiri di masa kini. Motif “tidak bisa menahan malu”
dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat, mulai dari
pejabat, akademisi, hingga rakyat biasa. Tahun 2007 kita
masih ingat “kejutan” di jajaran Kabinet Shinzo Abe (PM
Jepang pengganti Koizumi) dengan tewasnya Menteri
Pertanian akibat kasus bunuh diri. Diyakini, tindakan tersebut
dilakukan karena Sang Menteri tidak bisa menahan malu
akibat skandal kasus korupsi yang diduga membelitnya.
Di tahun yang 2006, seorang professor tewas bunuh diri di
dalam laboratoriumnya (Universitas Osaka) yang diduga

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 85


melakukan pemalsuan data risetnya dalam sebuah jurnal
ilmiah terkemuka dibidang bioscience. Kelompok pelaku
bunuh diri ini didorong oleh ketidakmampuan mereka
menahan malu akibat kasus-kasus yang menimpanya.
3. BALAS DENDAM. Pada kasus ini, biasanya dilakukan
oleh seseorang yang kecewa pada keluarganya. Misalnya
seorang anak yang merasa tidak diperlakukan adil, dan
lain sebagainya. Tindakan bunuh diri dilakukan dengan
menabrakan diri pada kereta api. Dengan tindakan seperti
ini, umumnya keluarga si pelaku akan kerepotan karena
dikenai tuntutan mengganggu ketertiban umum. Keluarga
pelaku akan dituntut membayar ganti rugi oleh perusahaan
kereta akibat keterlambatan yang disebabkan oleh peristiwa
tabrakan tersebut. Bukan hanya itu, keluarga pelaku juga
harus menanggung kerugian dan meminta maaf pada semua
penumpang yang merasa dirugikan dengan kejadian ini.
Repotnya keluarga inilah yang dimaksudkan dengan upaya
“balas dendam” si pelaku.
4. KEADAAN EKONOMI YANG TIDAK BAIK (alasan
terbanyak karena kehilangan pekerjaan/ bukan karena
kemiskinan). Pria setengah baya sekalipun akan setia bekerja
terus puluhan tahun di perusahaan yang sama. Kehilangan
pekerjaan membuat kehilangan harga diri dan diliputi rasa
malu terhadap tanggung jawab pada keluarganya. Diantara
motif bunuh diri ini karena ingin agar keluarganya mendapat
warisan asuransi jiwa. Bunuh diri juga tidak didasarkan
karena alasan malu saja, tapi sebagai artikulasi protes pada
perusahaan atau bentuk permintaan maaf atas ketidakmampuan
keluarganya. Jadi berbanding terbalik dengan logika umum,
filosofi bunuh diri di Jepang malah bisa dianggap sebagai
tindakan moral dan bentuk pertanggungjawaban.

86 MENEMBUS BADAI EKONOMI


C. Ritual (tata upacara) Harakiri
Menurut pandangan diluar bangsa Jepang, harakiri dianggap
tindakan bunuh diri. Akan tetapi, bagi orang Jepang sendiri pada
masa sebelum pemerintahan Meiji kematian dengan cara harakiri
adalah tindakan mulia dan terhormat. Harakiri dilakukan untuk
menjaga kehormatan dan penebusan dosa.
Harakiri bukanlah sekedar bunuh diri secara begitu saja,
melainkan melalui upacara ritual yang jelas dan telah ditentukan
sebelumnya. Upacara Harakiri ini telah dipersiapkan berbulan-
bulan sebelumnya. Sebelumnya orang melakukan harakiri harus
mendapatkan seorang pendamping sebagai asisten yang berfungsi
sebagai algojo. Sang algojo ini mendapatkan tugas untuk memancung
kepala dari orang yang melakukan harakiri. Seorang yang akan
melakukan harakiri, dilarang mengeluh, menggerang, mengaduh
ataupun memperlihatkan wajah nyeri ataupun takut pada saat ia mau
mati. Ia harus mati dengan tabah dan gagah. Untuk menghindari
terjadinya hal ini, maka setelah sang pelaku harakiri menusukkan
pisau ke perutnya, maka sang algojo harus segera memancung
kepalanya dengan samurai. Dengan demikian ia bisa mempercepat
proses kematian dan tidak perlu menderita. Asisten pembunuh ini
lebih lazim dengan sebutan Kaishaku-Nin. Ilmu memancung kepala
dengan cepat dan baik ini bisa dipelajari dan disebut Seiza Nanahome
Kaishaku.
Para pelaku harakiri selalu mengenakan baju putih yang
melambangkan kebersihan dan kesucian.  Mereka menusuk perutnya
dengan menggunakan pisau kecil berukuran 30 s/d 60 cm yang disebut
Wakizashi atau Tanto yang kemudian dibungkus dengan kertas putih.
Pisau tersebut ditusukan keperut 6 cm dibawah pusar yang disebut
Tanden.  Berdasarkan ajaran Zen disitulah letak pusatnya Chi atau
letaknya jiwa manusia. Mereka bukan hanya sekedar menusuk
begitu saja melainkan harus dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah
agar perutnya bisa benar-benar robek dan ususnya keluar. Prosedur
merobek perut ini disebut Jumonji-giri.  Mereka melakukan harakiri
disaksikanoleh beberapa orang, bahkan oleh anggota keluarganya
sendiri dan juga oleh bikshu Shinto.

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 87


Tata cara memotong perut memiliki aturan yang disesuaikan
dengan seberapa besar seseorang yang akan ber-harakiri melakukan
kesalahannya. Bila seorang samurai merasa kesalahannya biasa,
namun menganggap hanya dapat ditebus dengan jalan harakiri, maka
ia akan melakukan harakiri dengan cara memotong perut dari kiri
ke kanan. Bila seorang samurai merasa kesalahannya begitu besar,
maka ia akan melakukannya dengan cara memotong perut dari kiri
ke kanan, kembali ke tengah, lalu ke atas membelah ulu hati. Bila
ia masih merasa bersalah dan sulit untuk menebus kesalahannya
dengan apa pun, maka kesalahan hanya dapat ditebus dengan cara
melakukan harakiri dengan cara terakhir, yaitu dipenggal kepalanya
oleh seorang Kaishaku-Nin . Sebelum mereka harakiri mereka
menulis puisi kematian atau death poem (jisei no ku).
Ada sebuah perkataan dari seorang samurai, Hagakure, pada
kurun ke- 18, yang terkandung dalam hukum ihwal kematian. Petikan
berikut ini merupakan isi buku Hagakure : “Kita semua mau hidup.
Dalam kebanyakan perkara, kita melakukan sesuatu berdasarkan
apa yang kita suka. Tetapi, sekiranya tidak mencapai tujuan kita
dan terus untuk hidup adalah sesuatu tindakan yang pengecut.
Tiada keperluan untuk malu dalam soal ini. Ini adalah jalan samurai
(bushido). Jika sudah ditetapkan jantung seseorang untuk setiap pagi
dan malam, seseorang itu akan hidup walaupun jasadnya sudah mati.
Dia telah mendapat kebebasan dalam jalan tersebut. Keseluruhan
hidupnya tidak akan dipersalahkan dan dia akan mencapai apa yang
dihayatinya.”.
Harakiri tidak dilakukan oleh kaum pria saja melainkan juga
para samurai wanita meskipun jarang yang bertarung di medan
perang namun para wanita ini terlatih dalam menggunakan kaiten
(belati Jepang) & naginata, yang akan mereka gunakan untuk bunuh
diri atau menyerang musuh dengan menjadikan diri mereka sebagai
anak panah hidup (living spear). Akan tetapi, ritual harakiri bagi
kaum wanita dilakukan dengan cara yang berbeda dan harus meminta
izin terlebih dahulu. Harakiri tersebut dikenal dengan istilah Jigai.
Dalam ritual ini, mereka tidak menusukkan pisau ke perut melainkan
dengan memotong tenggorokannya atau dengan menusuk jantung
menggunakan pisau/jepit rambut yang panjang dan tajam.

88 MENEMBUS BADAI EKONOMI


D. Contoh Harakiri
1. Kisah seorang samurai yang bernama Saigo Takamori, yang
hidup pada Zaman Edo akhir mendekati era Meiji (1827-
1877). Saigo Tkamori adalah pemimpin pemberontakan
terhadap pemerintah. Dalam peperangan yang dikenal dengan
pemberontakan setsuma, Saigo kalah dalam pergolakan
akhirnya menghabisi hidupnya dengan cara hara-kiri
2. Pada tahun 1945 saat Perang Dunia ke-II, Harakiri
berkembang menjadi sebuah adegan yang lebih dahsyat.
Para pilot Jepang menabrakan dirinya ke kapal-kapal sekutu
untuk menghambat pergerakan musuh yang semakin dekat
ke Jepang. Gerakan ini dikenal dengan nama “Kamikaze”
(angin yang besar). Tindakan yang dilakukan Kamikaze pun
tiada lain adalah harakiri yang diwujudkan dalam bentuk
super “heroik”.
3. Peristiwa yang terjadi di Tokyo pada 25 November 1970
. Pada hari itu seorang pengarang ternama bernama Yukio
Mishima melakukan harakiri disebuah markas militer di
Tokyo . Penulis novel Kinkakuji itu melakukan harakiri
dibantu oleh beberapa anak buahnya. Mishima bersama
sejumlah anak buahnya yang terlatih secara militer, hari itu
menyerbu markas militer. Dia kemudian berpidato mengenai
Jepang yang kehilangan keagungan klasik. Lalu di hadapan
perwira tinggi yang ia sandera di markas tersebut, Mishima
melakukan harakiri. Tak lama berselang, seorang pengikutnya
yang setia, memenggal leher Mishima, sampai putus setelah
empat kali pancung.
4. Yorozu (587), dikenal sebagai pemberani yang mengakhiri
hidupnya demi membela kaisar.
5. Minatomo no Tametomo (1139-1170), mengakhiri hidupnya
dengan membelah perut & telah membuatnya menjadi
terkenal & dihormati sebagai seorang samurai pemberani.
6. Minamoto Yorimasa (1106-1180), seorang samurai sekaligus
penyair

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 89


7. Oda Nobunaga (1577), seorang samurai yang terkenal karena
ambisinya untuk menaklukan semua wilayah Jepang.
8. Nogi Maresuke (1849-1912), seorang jendral sekaligus tokoh
penting dalam perang Jepang-Rusia.

E. Dampak Harakiri bagi Masyarakat Jepang


1. SUNGGUH-SUNGGUH, pada zaman bakufu, adanya
ajaran bushido, yang berkaitan dengan hara-kiri, masyarakat
khususnya samurai dalam mengemban tugas sangat
bersungguh sungguh. Kesungguhan ini dapat terlihat dengan
jelas melalui cara kerja samurai pada masa itu, hal ini juga
Nampak pada pekerja jepang zaman ini, etos kerja dan
royalitas pada perusahaan tidak perlu diragukan lagi.
2. BERTANGGUNG JAWAB, hara-kiri yang seyogyanya
sebagai symbol permintamaafan karena gagal mengemban
tugas, menjadikan samurai memiliki rasa tanggung jawab
yang besar. Bagi mereka, lebih baik mati daripada tidak
bertanggung jawab atas kegagalan yang telah dilakukannya.
3. KESETIAAN, hara-kiri, merupakan bukti kesetiaan yang
mengajarkan para samurai untuk setia terhadap tuannya dan
Negara.
4. LOYALITAS, adanya hara-kiri dalam kalangan samurai
menunjukkan besarnya loyalitas seorang samurai pada
atasannya
5. KEBERANIAN, hanya orang-orang yang mempunyai
keberanian yang mampu melakukan hara-kiri. Oleh karena itu,
pada zaman bakufu, masyarakat jepang khususnya samurai,
mempunyai keberanian yang sangat besar, dikarenakan
ajaran bushido dan keteguhan hati para samurai.
Jepang adalah salah satu Negara yang berada di kawasan
asia. Negara ini juga dijuluki Negara matahari karena sebagian
masyrakatnya mempunyai kepercayaan kepada matahari.
Namun Negara ini tidak hanya dikenal dengan itu juga dikenal

90 MENEMBUS BADAI EKONOMI


dengan budaya-budayanya. berikut beberapa contoh kebudayaan
jepang: Shodo- Samurai- Shogun-Baju tradisional jepang-
Upacara minum teh -Origami -Ekskul Olahraga Jepang yang
banyak digemari,dll.

F. Ikébana
Di dalam Ikebana terdapat berbagai macam aliran yang masing-
masing mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis
bunga. Aliran tertentu mengharuskan orang melihat rangkaian bunga
tepat dari bagian depan, sedangkan aliran lain mengharuskan orang
melihat rangkaian bunga yang berbentuk tiga dimensi sebagai benda
dua dimensi saja.
Pada umumnya, bunga yang dirangkai dengan teknik merangkai
dari Barat (flower arrangement) terlihat sama indahnya dari berbagai
sudut pandang secara tiga dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari
bagian depan. Berbeda dengan seni merangkai bunga dari Barat
yang bersifat dekoratif, Ikebana berusaha menciptakan harmoni
dalam bentuk linier, ritme dan warna. Ikebana tidak mementingkan
keindahan bunga tapi pada aspek pengaturannya menurut garis linier.
Bentuk-bentuk dalam Ikebana didasarkan tiga titik yang mewakili
langit, bumi, dan manusia.

G. Samurai
Istilah samurai (侍), pada awalnya mengacu kepada “seseorang
yang mengabdi kepada bangsawan”. Pada zaman Nara, (710 – 784),
istilah ini diucapkan saburau dan kemudian menjadi saburai. Selain
itu terdapat pula istilah lain yang mengacu kepada samurai yakni
bushi. Istilah bushi (武士) yang berarti “orang yang dipersenjatai/
kaum militer”, pertama kali muncul di dalam Shoku Nihongi (続
日本紀), pada bagian catatan itu tertulis “secara umum, rakyat dan
pejuang (bushi) adalah harta negara”. Kemudian berikutnya istilah
samurai dan bushi menjadi sinonim pada akhir abad ke-12 (zaman
Kamakura).

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 91


Pada zaman Azuchi-Momoyama (1573 – 1600) dan awal
zaman Edo (1603), istilah saburai berubah menjadi samurai yang
kemudian berubah pengertian menjadi “orang yang mengabdi”.
Namun selain itu dalam sejarah militer Jepang, terdapat kelompok
samurai yang tidak terikat/mengabdi kepada seorang pemimpin/
atasan yang dikenal dengan rōnin (浪人). Rōnin ini sudah ada sejak
zaman Muromachi (1392). istilah rōnin digunakan bagi samurai
tak bertuan pada zaman Edo (1603 – 1867). Dikarenakan adanya
pertempuran yang berkepanjangan sehingga banyak samurai yang
kehilangan tuannya. kehidupan seorang rōnin bagaikan ombak dilaut
tanpa arah tujuan yang jelas. Ada beberapa alasan seorang samurai
menjadi rōnin. Seorang samurai dapat mengundurkan diri dari
tugasnya untuk menjalani hidup sebagai rōnin. Adapula rōnin yang
berasal dari garis keturunan, anak seorang rōnin secara otomatis
akan menjadi rōnin. Eksistensi rōnin makin bertambah jumlahnya
diawali berakhirnya perang Sekigahara (1600), yang mengakibatkan
jatuhnya kaum samurai/daimyo yang mengakibatkan para samurai
kehilangan majikannya.
Dalam catatan sejarah militer di Jepang, terdapat data-data yang
menjelaskan bahwa pada zaman Nara (710 – 784), pasukan militer
Jepang mengikuti model yang ada di Cina dengan memberlakukan
wajib militer dan dibawah komando langsung Kaisar. Dalam
peraturan yang diberlakukan tersebut setiap laki-laki dewasa baik
dari kalangan petani maupun bangsawan, kecuali budak, diwajibkan
untuk mengikuti dinas militer. Secara materi peraturan ini amat berat,
karena para wakil tersebut atau kaum milter harus membekali diri
secara materi sehingga banyak yang menyerah dan tidak mematuhi
peraturan tersebut. Selain itu pula pada waktu itu kaum petani juga
dibebani wajib pajak yang cukup berat sehingga mereka melarikan
diri dari kewajiban ini.
Pasukan yang kemudian terbentuk dari wajib militer tersebut
dikenal dengan sakimori ( 防人) yang secara harfiah berarti
“pembela”, namun pasukan ini tidak ada hubungannya dengan
samurai yang ada pada zaman berikutnya.Setelah tahun 794, ketika
ibu kota dipindahkan dari Nara ke Heian (Kyoto), kaum bangsawan

92 MENEMBUS BADAI EKONOMI


menikmati masa kemakmurannya selama 150 tahun dibawah
pemerintahan kaisar. Tetapi, pemerintahan daerah yang dibentuk
oleh pemerintah pusat justru menekan para penduduk yang mayoritas
adalah petani. Pajak yang sangat berat menimbulkan pemberontakan
di daerah-daerah, dan mengharuskan petani kecil untuk bergabung
dengan tuan tanah yang memiliki pengaruh agar mendapatkan
pemasukan yang lebih besar.
Dikarenakan keadaan negara yang tidak aman, penjarahan
terhadap tuan tanah pun terjadi baik di daerah dan di ibu kota yang
memaksa para pemilik shoen (tanah milik pribadi) mempersenjatai
keluarga dan para petaninya. Kondisi ini yang kemudian melahirkan
kelas militer yang dikenal dengan samurai.Kelompok toryo
(panglima perang) dibawah pimpinan keluarga Taira dan Minamoto
muncul sebagai pemenang di Jepang bagian Barat dan Timur, tetapi
mereka saling memperebutkan kekuasaan. Pemerintah pusat, dalam
hal ini keluarga Fujiwara, tidak mampu mengatasi polarisasi ini,
yang mengakibatkan berakhirnya kekuasaan kaum bangsawan.
Kaisar Gonjo yang dikenal anti-Fujiwara, mengadakan perebutan
kekuasaan dan memusatkan kekuasaan politiknya dari dalam o-tera
yang dikenal dengan insei seiji. Kaisar Shirakawa,menggantikan
kaisar Gonjo akhirnya menjadikan o-tera sebagai markas politiknya.
Secara lihai, ia memanfaatkan o-tera sebagai fungsi keagamaan
dan fungsi politik.Tentara pengawal o-tera, souhei ( 僧兵) pun ia
bentuk, termasuk memberi sumbangan tanah (shoen) pada o-tera.
Lengkaplah sudah o-tera memenuhi syarat sebagai “negara” di dalam
negara. Akibatnya, kelompok kaisar yang anti pemerintahan o-tera
mengadakan perlawanan dengan memanfaatkan kelompok Taira dan
Minamoto yang sedang bertikai.Keterlibatan Taira dan Minamoto
dalam pertikaian ini berlatar belakang pada kericuhan yang terjadi
di istana menyangkut perebutan tahta, antara Fujiwara dan kaisar
yang pro maupun kotra terhadap o-tera. Perang antara Minamoto,
yang memihak o-tera melawan Taira, yang memihak istana, muncul
dalam dua pertempuran besar yakni Perang Hogen (1156) dan
Perang Heiji (1159). Peperangan akhirnya dimenangkan oleh Taira
yang menandai perubahan besar dalam struktur kekuasaan politik.

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 93


Untuk pertama kalinya, kaum samurai muncul sebagai kekuatan
politik di istana.Taira pun mengangkat dirinya sebagai kuge ( 公家-
bangsawan kerajaan), sekaligus memperkokoh posisi samurai-nya.
Sebagian besar keluarganya diberi jabatan penting dan dinobatkan
sebagai bangsawan Keangkuhan keluarga Taira akhirnya melahirkan
konspirasi politik tingkat tinggi antara keluarga Minamoto (yang
mendapat dukungan dari kaum bangsawan) dengan kaisar Shirakawa,
yang pada akhirnya mengantarkan keluarga Minamoto mendirikan
pemerintahan militer pertama di Kamakura (Kamakura Bakufu;
1192-1333).
Ketika Minamoto Yoritomo wafat pada tahun 1199, kekuasaan
diambil alih oleh keluarga Hojo yang merupakan pengikut Taira.
Pada masa kepemimpinan keluarga Hojo (1199 -1336), ajaran
Zen masuk dan berkembang di kalangan samurai. Para samurai
mengekspresikan Zen sebagai falsafah dan tuntunan hidup mereka.
Pada tahun 1274, bangsa Mongol datang menyerang Jepang. Para
samurai yang tidak terbiasa berperang secara berkelompok dengan
susah payah dapat mengantisipasi serangan bangsa Mongol tersebut.
Untuk mengantisipasi serangan bangsa Mongol yang kedua (tahun
1281), para samurai mendirikan tembok pertahanan di teluk Hakata
(pantai pendaratan bangsa mongol) dan mengadopsi taktik serangan
malam. Secara menyeluruh, taktik berperang para samurai tidak
mampu memberikan kehancuran yang berarti bagi tentara Mongol,
yang menggunakan taktik pengepungan besar-besaran, gerak cepat,
dan penggunaan senjata baru (dengan menggunakan mesiu). Pada
akhirnya, angin topanlah yang menghancurkan armada Mongol, dan
mencegah bangsa Mongol untuk menduduki Jepang. Orang Jepang
menyebut angin ini kamikaze (dewa angin).Dua hal yang diperoleh
dari penyerbuan bangsa Mongol adalah pentingnya mobilisasi
pasukan infantri secara besar-besaran, dan kelemahan dari kavaleri
busur panah dalam menghadapi penyerang. Sebagai akibatnya,
lambat laun samurai menggantikan busur-panah dengan “pedang”
sebagai senjata utama samurai. Pada awal abad ke-14, pedang dan
tombak menjadi senjata utama di kalangan panglima perang. Pada
zaman Muromachi (1392 – 1573), diwarnai dengan terpecahnya

94 MENEMBUS BADAI EKONOMI


istana Kyoto menjadi dua, yakni Istana Utara di Kyoto dan Istana
Selatan di Nara.
Selama 60 tahun terjadi perselisihan sengit antara Istana Utara
melawan Istana Selatan (nambokuchō tairitsu).Pertentangan ini
memberikan dampak terhadap semakin kuatnya posisi kaum petani
dan tuan tanah daerah (shugo daimyō) dan semakin lemahnya shogun
Ashikaga di pemerintahan pusat. Pada masa ini, Ashikaga tidak dapat
mengontrol para daimyō daerah. Mereka saling memperkuat posisi
dan kekuasaannya di wilayah masing-masing. Setiap Han13 seolah
terikat dalam sebuah negara-negara kecil yang saling mengancam.
Kondisi ini melahirkan krisis panjang dalam bentuk perang antar tuan
tanah daerah atau sengoku jidai (1568 – 1600). Tetapi krisis panjang
ini sesungguhnya merupakan penyaringan atau kristalisasi tokoh
pemersatu nasional, yakni tokoh yang mampu menundukkan tuan-
tuan tanah daerah, sekaligus menyatukan Jepang sebagai “negara
nasional” di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Tokoh
tersebut adalah Jenderal Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi.
Oda Nobunaga, seorang keturunan daimyo dari wilayah Owari dan
seorang ahli strategi militer, mulai menghancurkan musuh-musuhnya
dengan cara menguasai wilayah Kinai, yaitu Osaka sebagai pusat
perniagaan, Kobe sebagai pintu gerbang perdagangan dengan
negara luar, Nara yang merupakan “lumbung padi”, dan Kyoto
yang merupakan pusat pemerintahan Bakufu Muromachi dan istana
kaisar.Strategi terpenting yang dijalankannya adalah Oda Nobunaga
dengan melibatkan agama untuk mencapai ambisinya. Pedagang
portugis yang membawa agama Kristen, diberi keleluasaan untuk
menyebarkan agama itu di seluruh Jepang. Tujuan strategis Oda
dalam hal ini adalah agar ia secara leluasa dapat memperoleh senjata
api yang diperjualbelikan dalam kapal-kapal dagang Portugis,
sekaligus memonopoli perdagangan dengan pihak asing.
Dengan memiliki senjata api (yang paling canggih pada
masa itu), Oda akan dapat menundukkan musuh-musuhnya lebih
cepat dan mempertahankan wilayah yang telah dikuasainya serta
membentuk pemerintahan pusat yang kokoh. Oda Nobubunaga
membangun benteng Azuchi Momoyama pada tahun 1573 setelah

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 95


berhasil menjatuhkan Bakufu Muromachi. Strategi Oda dengan
melindungi agama Kristen mendatangkan sakit hati bagi pemeluk
agama Budha. Pada akhirnya, ia dibunuh oleh pengikutnya sendiri,
Akechi Mitsuhide, seorang penganut agama Budha yang fanatik,
pada tahun 1582 di Honnoji, sebelum ia berhasil menyatukan seluruh
Jepang.Toyotomi Hideyoshi, yang merupakan pengikut setia Oda,
melanjutkan penyatuan Jepang, dan tugasnya ini dituntaskan pada
tahun 1590 dengan menaklukkan keluarga Hojo di Odawara dan
keluarga Shimaru di Kyushu tiga tahun sebelumnya. Terdapat dua
peraturan penting yang dikeluarkan Toyotomi: taiko kenchi (peraturan
kepemilikan tanah) dan katana garirei (peraturan perlucutan pedang)
bagi para petani. Kedua peraturan ini secara strategis bermaksud
“mengontrol” kekayaan para tuan tanah dan mengontrol para
petani agar tidak melakukan perlawanan atau pemberontakan
bersenjata. Keberhasilan Toyotomi menaklukkan seluruh tuan tanah
mendatangkan masalah tersendiri. Semangat menang perang dengan
energi pasukan yang tidak tersalurkan mendatangkan ancaman
internal yang menjurus kepada disintegrasi bagi keluarga militer yang
tidak puas atas kemenangan Toyotomi. Dalam hal inilah Toyotomi
menyalurkan kekuatan dahsyat tersebut untuk menyerang Korea pada
tahun 1592 dan 1597. Sayang serangan ini gagal dan Toyotomi wafat
pada tahun 1598, menandakan awal kehancuran bakufu Muromachi.
Kecenderungan terdapat perilaku bawahan terhadap atasan yang
dikenal dengan istilah gekokujō ini telah muncul tatkala Toyotomi
menyerang Korea. Ketika itu, Tokugawa Ieyasu mulai memperkuat
posisinya di Jepang bagian timur, khususnya di Edo (Tokyo). Kemelut
ini menyulut perang besar antara kelompok-kelompok daimyo yang
memihak Toyotomi melawan daimyo yang memihak Tokugawa di
medan perang Sekigahara pada tahun 1600.
Kemenangan berada di pihak Tokugawa di susul dengan
didirikannya bakufu Edo pada tahun 1603.
Kematian dianggap sebagai jalan yang mulia bagi seorang
samurai daripada tindakan pahlawan-pahlawan lain. Cara kematian
dianggap suatu hal yang sangat penting bagi seorang samurai.  Ajaran
yang menerangkan mengenai “mati yang terbaik” telah ditulis di

96 MENEMBUS BADAI EKONOMI


dalam sebuah buku, Hagakure pada kurun ke-18. Ditulis lama
selepas tentera samurai berangkat ke medan peperangan, Hagakure-
buku tersebut dikatakan telah membawa semangat dan panji
samurai ke arah kemelaratan dan kesesatan. Tidak dapat dinafikan,
wujudnya satu idealisme yang baik di dalam buku tersebut tetapi
telah telah disalahtafsirkan oleh para samurai kerana kekaburan
maksud kalimatnya. Malah, contoh utama yang boleh dipaparkan di
sini terletak di Bab Pendahuluan buku Hagakure itu sendiri: “Jalan
Samurai ditemui dalam kematian.
Apabila tiba kepada kematian, yang ada di sini hanya pilihan
yang pantas untuk kematian.”Baris-baris kalimat di atas kemudian
menjadi ayat-ayat yang paling popular dalam kebanyakan buku
dan majalah mengenai samurai atau budaya bela diri masyarakat
Jepang. Petikan di bawah merupakan antara isi kandungan buku
Hagakure: “Kita semua mau hidup. Dalam kebanyakan perkara
kita melakukan sesuatu berdasarkan apa yang kita suka. Tetapi
sekiranya tidak mencapai tujuan kita dan terus untuk hidup adalah
sesuatu tindakan yang pengecut. Tiada keperluan untuk malu dalam
soal ini. Ini adalah Jalan Samurai (Bushido). Jika sudah ditetapkan
jantung seseorang untuk setiap pagi dan malam, seseorang itu akan
dapat hidup walaupun jasadnya sudah mati, dia telah mendapat
kebebasan dalam Jalan tersebut. Keseluruhan hidupnya tidak akan
dipersalahkan dan dia akan mencapai apa yang dihajatinya.”Buku
Hagakure telah mempengaruhi kehidupan para samurai. Kematian
Nobufusa dan Taira Tomomori juga dipengaruhi oleh buku ini.  Taira
Tomomori boleh dianggap sebagai Jeneral Taira yang paling agung,
telah membunuh diri kerana nasihatnya telah diabaikan pada saat-saat
akhir ketika Perang Gempei. Pada pengakhiran konfrontasi ketika
Perang Gempei, Tomomori telah mendesak rajanya, Munemori,
supaya menyingkirkan seorang jeneral yang diragui kesetiaannya.
Munemori telah menolak usulnya, dan ketika berlangsungnya
Pertempuran Dan no Ura (1185), jeneral tersebut telah mengkhianati
perjuangan Taira. Lantaran kecewa karena nasehat pentingnya
diabaikan, Tomomori membuat keputusan untuk menamatkan
riwayatnya sendiri. Seterusnya kita akan bincangkan mengenai

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 97


Dua Kematian Cara Samurai iaitu Mati Di Medan Pertempuran dan
Seppuku.

H. Shogun
1. Sejarah
a. Zaman Nara dan zaman Heian
Kata “Sei-i” dalam Sei-i Taishōgun berarti
penaklukan suku Emishi yang tinggal di wilayah
timur Jepang. Suku Emishi dinyatakan sebagai orang
barbar oleh orang Jepang zaman dulu. Sei-i Taishōgun
memimpin pasukan penyerang dari arah pesisir Samudra
Pasifik, dan di bawah komandonya terdapat Seiteki
Taishōgun yang memimpin pasukan penyerang dari arah
pesisir Laut Jepang. Selain itu dikenal Seisei Taishōgun
yang memimpin pasukan penakluk wilayah Kyushu di
bagian barat Jepang.Dalam perkembangannya, istilah
“Sei-i” (penaklukan suku Emishi) diganti pada zaman
Hōki menjadi “Sei-tō” (penaklukan wilayah Timur).
Namun istilah “penaklukan suku Emishi” (Sei-i) kembali
digunakan sejak tahun 793. Istilah “Sei-i Shōgun”
(jenderal penaklukan suku Emishi) mulai dipakai dalam
dokumen resmi sejak tahun 720 (Yōrō tahun 4 bulan 9
hari 29) ketika Tajihi Agatamori diangkat sebagai Sei-i
Shōgun.Istilah “Sei-tō Shōgun” (jenderal penaklukan
wilayah timur) mulai dipakai sejak tahun 788 seperti
catatan sejarah yang ditulis Ki no Kosami (730-797) yang
ikut serta dalam ekspedisi ke wilayah timur.Pada tahun
790, Ōtomo no Otomaro ditugaskan sebagai Sei-tō Taishi
(Duta Besar Penaklukan Wilayah Timur). Dua tahun
kemudian, nama jabatan tersebut diganti menjadi Sei-i
Shi (征夷使?,Duta Penaklukan Wilayah Timur), atau bisa
juga disebut Sei-i Shōgun (Jenderal Penaklukan Wilayah
Timur).Sakanoue no Tamuramaro diangkat sebagai Sei-i

98 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Taishōgun pada tahun 797 setelah sebelumnya menjabat
Wakil Duta Penaklukan Wilayah Timur sekaligus Wakil
Duta Penaklukan Suku Emishi di bawah komando
Ōtomo no Otomaro. Pemimpin Emishi bernama Aterei
yang bertempur pantang menyerah akhirnya berhasil
ditangkap oleh Tamuramaro dan dibawa ke ibu kota,
sedangkan selebihnya berhasil ditaklukkan.
Pada praktiknya, Sakanoue no Tamuramaro adalah
Sei-i Taishōgun yang pertama atas jasanya menaklukkan
suku Emishi.Selanjutnya dalam rangka peperangan
melawan Emishi, Funya no Watamarodiangkat sebagai
Sei-i Shogun (Jenderal Penaklukan Suku Emishi) pada
tahun 811. Perang dinyatakan berakhir pada tahun yang
sama, dan wakil shogun bernama Mononobe no Taritsugu
naik pangkat sebagai Chinju Shōgun. Istilah “chinjufu”
berarti pangkalan militer yang terletak di Provinsi Mutsu.
Setelah itu, jabatan Sei-i Shōgun kembali dipulihkan
sejak tahun 814.Zaman KamakuraMinamoto no
Yoritomomemulai karier militer sebagai Tōryō (kepala
klan Minamoto) di wilayah Kanto. Jabatan kepala klan
bukan merupakan jabatan resmi di bawah sistem hukum
Ritsuryō, dan kedudukan Yoritomo tidak jauh berbeda
dengan Taira no Masakadoatau pemimpin pemberontak
lain di daerah.Pada tahun 1190, Yoritomo diangkat
sebagai jenderal pengawal kaisar (Ukone no Taishō) yang
merupakan posisi resmi dalam pemerintahan. Jabatan
sebagai jenderal pengawal kaisar mengharuskannya
tinggal di ibu kota Kyoto. Jabatan ini tidak sesuai bagi
Yoritomo yang berambisi menguasai secara total wilayah
Kanto. Yoritomo mengundurkan diri dari jabatan jenderal
pengawal kaisar, namun tetap mempertahankan hak
istimewa sebagai mantan jenderal tertinggi (Sakino-u
Taishō).Setelah mantan Kaisar Go-Shirakawa mangkat,
Minamoto Yoritomo diangkat sebagai Sei-i Taishōgun
pada tanggal 21 Agustus 1192. Pemerintahan militer

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 99


yang didirikan Yoritomo di Kamakura dikenal sebagai
Keshogunan Kamakura.

I. Baju tradisional Jepang


1. Kimono
Kimono (着物) adalah pakaian tradisional Jepang.
Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan
(ki berarti pakai, dan mono berarti barang).Pada zaman
sekarang, kimono berbentuk seperti huruf "T", mirip mantel
berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat
hingga ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono
berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono
berbentuk setelan.
Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah
bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian
perut/pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki
sewaktu mengenakan kimono adalah zōri atau geta.Kimono
sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan
istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis
kimono yang disebut furisode.
a. Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir
menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20
tahun mengenakan furisode untuk menghadiri eijin shiki.
Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara
minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar
arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan
kimono
b. Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri
perayaan Shichi-Go-San. Selain itu, kimono dikenakan
pekerja bidang industri jasa dan pariwisata, pelayan
wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai
penginapan tradisional (ryokan).Pakaian pengantin
wanita tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri dari

100 MENEMBUS BADAI EKONOMI


furisode dan uchikake (mantel yang dikenakan di atas
furisode).
Furisode untuk pengantin wanita berbeda dari furisode
untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan untuk
furisode pengantin diberi motif yang dipercaya mengundang
keberuntungan, seperti gambar burung jenjang. Warna
furisode pengantin juga lebih cerah dibandingkan furisode
biasa. Shiromuku adalah sebutan untuk baju pengantin wanita
tradisional berupa furisode berwarna putih bersih dengan
motif tenunan yang juga berwarna putih.Sebagai pembeda
dari pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak zaman Meiji,
orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang sebagai
wafuku (和服, pakaian Jepang). Sebelum dikenalnya pakaian
Barat, semua pakaian yang dipakai orang Jepang disebut
kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku (呉服).
Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian
orang negara Dong Wu (bahasa Jepang : negara Go) yang
tiba di Jepang dari daratan Cina.
2. Kimono wanita
Tomesode  (留袖?)  adalah  kimono  paling formal
untuk  wanita  yang sudah  menikah. Tomesode darikain
krep  berwarna hitam disebut  kurotomesode  (tomesode
hitam), sedangkan tomesode dari kain krep berwarna
disebut irotomesode (tomesode warna). Menurut urutan tingkat
formalitas, tomesode adalah pakaian paling formal setara
dengan baju malam. Istilah tomesode berasal tradisi wanita
yang sudah menikah atau sudah menjalani  genbuku  untuk
memperpendek lenganfurisode  yang dikenakannya semasa
gadis. Kurotomesode hanya dikenakan sebagai pakaian
formal ke pesta pernikahan sanak keluarga, pesta-pesta, serta
upacara yang sangat resmi.         Kimono jenis ini merupakan
pakaian yang dikenakan istri  nakōdo  sewaktu hadir di
pesta pernikahan. Bahan untuk kurotomesode adalah kain
krep hitam tanpa motif tenun. Corak pertanda keberuntungan
seperti burung jenjang atau seruniberada pada bagian bawah

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 101


kimono. Posisi corak kain disesuaikan dengan usia pemakai,
semakin berumur pemakainya, corak kain makin diletakkan
di bawah.  Lambang keluarga  berjumlah lima buah: satu di
punggung, sepasang di belakang lengan, dan sepasang di dada
bagian atas. Berbeda dengan kurotomesode, irotomesode
tidak selalu harus dihiasi lima buah lambang keluarga. Sesuai
formalitas acara yang ingin dihadiri pemakai, irotomesode
cukup dilengkapi tiga buah lambang keluarga (satu di
punggung, sepasang di bagian belakang lengan) atau cukup
satu di bagian punggung. Irotomesode dikenakan sebagai
pakaian formal sewaktu diundang ke pesta pernikahan sanak
keluarga, pesta dan upacara resmi. Kain untuk irotomesode
bisa berupa kain krep tanpa motif tenun atau kain krep
dengan motif tenun seperti  monishō,  rinzu, dan  shusuji.
Wanita yang belum menikah juga boleh mengenakan
irotomesode, namun bila sudah berumur atau ketika tidak
ingin mengenakan homongi. Upacara resmi di istana kaisar
dihadiri tamu dengan mengenakan irotomesode. Hitam
sebagai warna duka merupakan alasan tidak dipakainya.
Furisode  (振袖?)  adalah  kimono  berlengan
lebar yang dikenakan wanita muda yang belum
menikah. Dibuat dari bahan berwarna cerah, motif kain
berupa  bunga  dan  tanaman, keindahanmusim,  binatang,
atau  burung  yang digambar dengan tangan memakai
teknik yuzen. Kain bisa bertambah mewah dengan tambahan
bordiran  benang emas. Bukaan di bagian lengan kimono
yang berdekatan dengan  ketiak  disebut  furiyatsuguchi  (
振八つ口?) Bukaan tersebut sengaja tidak dijahit hingga
membentuk  kantong  lengan baju yang disebuttamoto  (
袂?) hingga ke bagian ujung lengan kimono. Lebar tamoto pada
furisode bisa mencapai 114 cm atau menjuntai hingga
sekitar pergelangan kaki.
Menurut urutan tingkat formalitas,
furisode adalah kimono paling formal setara
dengankurotomesode,  irotomesode, dan  homongi.

102 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Furisode dikenakan sebagai pakaian terbaik untukpesta
perkawinan  (ketika hadir sebagai tamu atau sebagai baju
pengantin wanita),  miai, dan upacara resmi, seperti  seijin
shiki, wisuda, atau resepsi sesudah wisuda (shaonkai). Alas
kaki untuk furisode adalah zōri berhak tinggi.
3. Homongi 
Homongi  (訪問着  Hōmon-gi?)  adalah salah satu
jenis kimono formal untuk wanita yang menikah atau belum
menikah.Menurut urutan tingkat formalitas, homongi berada
setingkat di bawah irotomesode.Dikenakan bersama fukuro
obi, homongi dipakai sewaktu diundang ke  pesta
pernikahan  yang bukan diadakan sanak keluarga,  upacara
minum teh, merayakan tahun baru, dan pesta-pesta.[1] Sewaktu
membeli kimono, pemakai bisa memesan lebar lengan kimono
sesuai keinginan. Wanita yang belum menikah memakai
homongi dengan bagian lengan yang lebih lebar.  Ciri khas
homongi disebut  eba  (絵羽?)  yakni corak kain yang saling
tepat bertemu di perpotongan kain (bagian jahitan kimono).
[1]
  Bila sehelai homongi dibeberkan, maka corak kain akan
membentuk sebuah gambar utuh. Homongi dibuat dari bahan
(tanmono) warna putih polos. Setelah bahan dipotong sesuai
ukuran tubuh pemakai, kain dijelujur untuk membuat kimono
sementara. Corak kain dilukis pada permukaan kain dengan
memperhatikan letak perpotongan kain. Setelah kain selesai
dilukis, jahitan sementara dibuka, dan proses pencelupan
kain dimulai. Setelah pencelupan selesai, kain dijahit
kembali sebelum diserahkan kepada pemesan. Corak yang
saling bertemu di perpotongan kain merupakan perbedaan
mencolok antara homongi dan tsukesage.
4. Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, tetapi bisa
dijadikan kimono formal bila iromuji memiliki lambang
keluarga(kamon). Iromuji terbuat dari bahan yang berwarna
lembut seperti pink, biru muda, atau kuning dan warna lembut
lainnya. Iromuji dapat digunakan pada acara pernikahan jika

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 103


jumlah lambang keluarga ada lima. Tetapi jika hanya satu,
pakaian ini dapat digunakan saat acara minum the.

J. Upacara Minum Teh Jepang


Upacara minum teh  (茶道  sadō, chadō?, jalan teh)  adalah
ritual tradisional  Jepang dalam menyajikan  teh  untuk tamu. Pada
zaman dulu disebut chatō (茶の湯?) ataucha no yu. Upacara minum
teh yang diadakan di luar ruangan disebut  nodate. Teh disiapkan
secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum
teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk
minum teh yang disebutchashitsu. Tuan rumah juga bertanggung
jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk
tamu seperti memilih  lukisan  dinding (kakejiku),  bunga(chabana),
dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu
yang diundang.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi
sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan
kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara
lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara
minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara
minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara umum
yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama
bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur
hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum
teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket
meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh
bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara
minum teh menggunakan matcha disebut  matchadō, sedangkan
bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō. Dalam
percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup
disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar

104 MENEMBUS BADAI EKONOMI


mempraktekkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai
tamu dalam upacara minum teh.

K. Etika Budaya Masyarakat Jepang


1. Masyarakat Jepang: masyarakat yang tidak peduli pada
agama
Dimulai dari ciri-ciri khusus masyarakat Jepang
dibandingkan dengan masyarakat Indonesia. Perbedaan yang
paling besar antara masyarakat Jepang dengan Indonesia
adalah masyarakat Jepang tidak peduli pada agama. Dalam
undang-undang dasar Jepang, pemerintah tidak boleh ikut
campur dalam urusan agama. Dilarang keras memakai
anggaran negara untuk hal-hal agama.
Dalam pasal 20 tertulis bahwa semua lembaga agama
tidak boleh diberi hak istimewa dari negara dan tidak boleh
melaksanakan kekuatan politik, negara dan instansinya tidak
boleh melakukan kegiatan agama dan pendidikan agama
tertentu. Dan dalam pasal 89 tertulis bahwa uang negara
tidak boleh dipakai untuk lembaga agama. 
Maka di Jepang tidak ada ruangan untuk sembahyang
seperti mushala di instansi negara (termasuk sekolah), tidak
ada Departmen Agama, tidak ada sekolah agama negara
(seperti IAIN di Indonesia). Menurut beberapa penelitian,
sekitar 70% orang Jepang menjawab tidak memeluk agama.
Terutama, pemuda Jepang sangat tidak peduli agama. (Pada
tahun 1996, mahasiswa yang mempercayai agama tertentu
hanya 7.6%).
Orang Jepang tidak peduli orang lain agamanya apa,
dan kalau dia mempercayai agama tertentu, biasanya dia
tidak suka memamerkan agamanya sendiri. Orang Jepang
tidak ikut campur urusan pribadi orang lain, dan masalah
agama dianggap sebagai urusan pribadi.

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 105


Di Jepang pernah orang Kristen menjadi Perdana
Menteri, namanya OHIRA Masayoshi, Masa jabatannya dari
tahun 1978 sampai 1980. Memang jumlah orang Kristen cuma
1% dari penduduk Jepang, tapi sama sekali tidak menjadi
masalah dan sama sekali tidak mempengaruhi kebijakannya.
Hal itu tidak dikatakan karena toleransi pada agama, lebih
tepat disebut karena ketidakpedulian orang Jepang pada
agama. (Tetapi beberapa sekte tidak disukai banyak orang.

2. Etika orang Jepang tidak berdasar atas agama


Robert N Bellah, menerbitkan buku berjudul
Tokugawa Religion: The Cultural Roots of Modern Japan
(1957) menganalisis kemajuan Jepang berdasar teori Max
Weber yaitu Die Protestantische Ethik und der “Geist” des
Kapitalismus (1905), menjelaskan peranan nilai agama
pramodern itu dalam proses modernisasi. Tetapi menurut saya
teori Bellah ini sangat diragukan. Bellah mengatakan ajaran
“Sekimon shingaku” (Ilmu moral oleh ISHIDA Baigan) itu
memerankan sebagai etos untuk modernisasi ekonomi. Selain
itu, ada yang menilai ajaran salah satu sekte Buddha Jepang
Jodo Shinshu sebagai etos seperti Protestan. Tentu saja ajaran-
ajaran itu mementingkan kerja keras, mirip dengan ajaran
Puritanisme (memang Islam juga). Di Jepang modernisasi
di dalam bidang ekonomi dilakukan oleh pemerintah Meiji.
Ideologi pemerintah Jepang adalah Shinto versi negara. Jadi,
teori Max Weber tidak bisa diterapkan kepada Jepang. Di
Jepang tidak ada agama yang mendorong proses kapitalisme.
Jepang dipenuhi dengan porno, dilimpah dengan tempat judi,
orang Jepang suka sekali minum minuman keras. Tetapi pada
umumnya orang Jepang masih berdisiplin, bekerja keras,
masyarakat Jepang sedikit korupsi, lebih makmur, tertib,
efisien, bersih dan aman (setidak-tidaknya tidak terjadi
konflik antar agama) daripada Indonesia. Bagi orang Jepang,
porno, judi, minuman keras, semua hanya sarana hiburan
saja untuk menghilangkan stres. Kebanyakan orang Jepang
tidak sampai adiksi/kecanduan.

106 MENEMBUS BADAI EKONOMI


L. Alat Musik
1. Gagaku
Gagaku (雅楽?) adalah musik dan tari asal daratan
Cina yang pertama kali dibawakan oleh kantor musik istana
kaisar di Jepang pada akhir zaman Asuka. Kantor musik
istana kaisar (utamai no tsukasa) didirikan berdasarkan
Kitab Undang-Undang Taihō tahun 701. Istilah gagaku juga
dipakai untuk membedakan musik ini dari “musik duniawi”.
Dalam arti luas, gagaku berarti kuniburi no utamai (musik
dan tari tradisional Jepang) atau nyanyian berikut musik
pengiring yang ditulis pada zaman Heian, seperti saibara
dan rōei. Hingga kini, gagaku terus bertahan dalam bentuk
aslinya walaupun kesenian ini telah berusia lebih dari 1.300
tahun. Gagaku merupakan bentuk musik orkestra tertua di
dunia.
2. Shamisen
Shamisen atau samisen (三味線?) adalah alat musik
dawai asal Jepang yang memiliki tiga senar, dan dipetik
menggunakan sejenis pick yang disebut bachi. Di dunia musik
Jepang abad modern (kinsei hōgaku) seperti genre jiuta dan
sōkyoku (sankyoku), shamisen dikenal sebagai san-gen (三
弦, 三絃?, tiga senar), sedangkan di daerah Okinawa dikenal
dengan sebutan sanshin (三線?).
Badan shamisen (disebut dō) dibuat dari kayu,
berbentuk segiempat dengan keempat sudut yang sedikit
melengkung. Bagian depan dan belakang dilapisi kulit hewan
yang berfungsi memperkeras suara senar. Kulit pelapis
shamisen adalah kulit bagian perut kucing betina yang belum
pernah kawin. Sedangkan shamisen kualitas biasa dibuat dari
kulit bagian punggung dari anjing. Shamisen yang dibuat kulit
imitasi memiliki kualitas suara yang tidak bagus sehingga
kurang populer.
Panjang shamisen hampir sama dengan gitar tapi leher
(sao) lebih langsing dan tanpa fret. Leher shamisen ada yang

Harakiri, Bushido Budaya Jepang 107


terdiri dari 3 bagian agar mudah dibawa-bawa dan disimpan.
Leher shamisen yang utuh dan tidak bisa dilepas-lepas disebut
leher nobezao. Sutra merupakan bahan baku senar untuk
shamisen. Tsugaru-jamisen yang berasal dari daerah Tsugaru
ada yang memakai senar dari serat nilon atau tetoron. Senar
secara berurutan dari kiri ke kanan (dari senar yang paling
tebal) disebut sebagai ichi no ito (senar pertama), ni no ito
(senar kedua), dan san no ito (senar ketiga).

108 MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB KEMAJUAN DAN POTRET
VIII NEGARA CINA
DAN JEPANG

A. Kebudayaan Asli Jepang dari Pra-Sejarah hingga


sekarang
Hasil-hasil kebudayaan Jepang pra sejarah cukup banyak.
Tentang uraian kebudayaan Jepang pada masa pra sejarah akan
diuraikan sebagai beikut

1. Zaman Palaeo dan Neolitikum


Penyelidikan arkeologi di jepang masih muda, dari
zaman Palaeolitikum hanya sedikit yang diketahui. Tahunn
1931 Palaeolitikum hanya sedikit yang diketahui. Tahun 1931
di Honsu Selatan ditemukan benda-benda Palaeolitikum berupa
alat-alat dari batu kasar bersama dengan sisa tulang-tulang gajah
yang sudah musnah.
Disepanjang pantai Jepang bukit-bukit timbunan kulit
kerang yang disebut Kaikuza dan sifatnya sama dengan bukit-
bukit Kjokkenmodding di pantai Denmark dan Sumatera Timur
(antara Medan dan Langsa) dimana juga terdapatr bekas rumah-
rumah yang disebut Tate-Ana.
Dari dalam Kjokkenmodding itu juga ditemukan benda-
benda Neolitikum yang terdiri dari alat-alat batu halus dan
keramik. Dalam bentuknya yang tertua, kebudayaan itu
berasal dari nenek moyang bangsa Ainu. Benda-benda keramik
mempunyai bentuk dan corak yang khas, yang dalam arkeologi
Jepang disebut Jomon. Keramik itu disebut demikian menurut
bekas anyaman yang sering terdapat pada benda itu. Hiasannya
terutama pada periuk Jomon dari zaman Neolitikum bagian yang
lebih kemudian, terdiri dari lukisan yang berliku-liku dalam

Kemajuan dan Potret Negara Cina dan Jepang 109


bentuk dekorasi timbul (relief). Ditemukan pula patung-patung
orang dari tanah liat, kecil dan sangat sederhana bentuknya
(haniwa). Periuk Jomon itu banyak ditemukan di Honshu Timur
dan Utara.
Orang-orang dari zaman itu masih berburu dan menangkap
ikan. Rumah-rumah berbentuk sarang lebah. Agama mereka
bercorak dinamisme. Patung Haniwa boleh jadi patung dewi.
Terdapat juga Gada batu dipakai dalam pembuatan magi (sihir).
Orang mati dikuburkan tanpa peti mayat, tangan dan kaki
bertekuk dan kadang dadanya ditindih batu besar.
Manusia Jepang pada masa ini telah mengenal kehidupan
kolektif dan tidak mengenal perbedayaan kaya maupun miskin
atau tidak mengenal strata. Namun merekaz sudah mengenal
kepercayaan yang dinamisme. Patung-patung haniwa bole
jadi merupakan cerminan dari dewa-dewa mereka. Ditemukan
semacam gada yang terbuat dari batu dan kemungkinana
dipergunakan dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat magi.
Mereka juga sudah mengenal sistem penguburan orang
mati walaupun orang mati tdak dkuburkan dalam peti. Posisi
kaki dan tangan ditekuk dan kadang-kadang dada mayat ditindih
dengan btu yng besar. Penguburan tersebut dipercaya bahwa roh
orang yang meninggal tidak akan kembali kepada tubuhnya.

2. Jaman Batu Perunggu dan Perunggu Besi


Dari beberapaa temuan peninggalan kebudayaan pada
jaman batu perunggu dan perunggu besi dapat diketahui bahwa
kebudayaan Cina telah masuk ke Jepang melalui Korea. Sekitar
tahun 200 SM, pengaruh kebudayaan Cina mulai masuk ke
Jepang melalui Korea mepengaruhi sistem pertanian dan juga
patung-patung dari tanah liat. Kebudayaan baru tersebut disebut
dengan corak Yayoi yang pusat kebudayaannya terletak di
Honshu selatan dan Kyushu. Sedangkan pusat kebudayaan
Jomon terletak di Honshu Timur dan selatan. Biasanya periuk
jomon terdapat dalam lapisan yang dibawah Yayoi oleh karena
itu Yayoi dianggap lebih muda.

110 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Melalui Korea masuk juga kampak neolithikum yang
berbentuk corong (kampak lensa). Periuk-peruk Yayoi bentuk
dan perhiasannya lebih sederhana tetapi tekhnik pembuatannya
lebih maju daripada peruk jomon. Selain itu juga ditemukan
benda-benda logam diantaranya pedang, tombak dan loncenfg
dari perunggu. Alat-alat perunggu diperkirakan dgunakan dalam
upacara ritual seperti lonceng perunggu yang dsebut dengan
dotaku yang menggambarkan cara penghidupan penduduk yang
telah mengenal pertanian sederhana.
Penduduk Jepang juga sadar diperlukan kehidupan
secara kolektif secara teratur. Disamping itu mulai muncul
suatu dikotomi adanya kaya dan miskin sehingga menimbulkan
perbedaaan sosial dan politik antara kelompok yang memerintah
dengan kelompok yang diperintah.

B. Sendi Kebudayaan Jepang


1. Merangkai Bunga
Menurut Japan, The Official Guide, seni Ikebana
(merangkai bunga) ini telah berkembang sampai saat ini
merupakan usaha Jepang asli dimana bebas dari pengaruh
luar negeri. Ada banyak cara merangkai bunga menurut
selera orang Jepang. Jumlah cara itu melebihi 300, tetapi
ke-300 lebih aliran merangkai bunga itu dibagi menjadi dua
cabang utama, yakni formil dan wajar.
Yang termasuk cabang formil adalah style Rikka atau
style berdiri. Dari style ini lahir sebuah bentuk yang disukai
rakyat. Bentuk ini dinamakan style Ten-Chi-Jin, yakni style
langit-bumi-manusia.
Sedang cabang wajar, mencakup juga apa yang
dinamakan Nageire, atau style dilempar masuk. Semacam
style pula, style Bunjin-Ike, berasal dari sekolah Nageire.
Style Bunjin-Ike ini telah diciptakan oleh golongan sastrawan
(Bunjin) abad ke-18.

Kemajuan dan Potret Negara Cina dan Jepang 111


2. Perkembangan Kebudayaan Asli Jepang Sebelum
Masuknya Kebudayaan
Sebelum mendapat pengaruh secara intensif dari Cina
sebenarnya kebudayaan Jepang sendiri belum berrkembang
dan juga belum memiliki corak kekhasan sendiri artinya
kebudyaan Jepang masih bersifat universal. Artinya setiap
kebudayaan dimuka bumi ini pasti melalui tahap-tahap
kebudayaan purba seperti yang terjadi di Jepang. Pada jaman
Yamato sebenanya Jepang belum mampu menciptakan
kekhasan kebudayaannya. Bahkan pada jaman Yamato Jepang
belum memasuki jaman sejarah. Karena pada saat itu Jepang
pada khususnya belum mengenal huruf-huruf sehingga dapat
dikatakan Jepang masih dalam jaman pra sejarah.
Walaupun demikian, pada jaman Yamato sudah
mulai berkembang kepercayaan Shinto yang tujuannya
untuk pemujaan para dewa, shinto sendiri berarti jalan
dewa. Pusat pemujaan dalam shinto adalah dewa matahari
(ameterasu omiikmi) dan Jenno sebagai wakilnya dibumi.
Untuk pemujaan dewi matahri itu didirikan sebuah kuil
pemujaan di Ise dan di Idzumo untuk dewi bumi. Dalam kuil
tersimpan cermin suci dari shintoisme. Melalu agama shinto
terjadi pemujaan kekuasaan negara dengan Tenno sebagai
lambangnya.
Perkembangan dalam bidang kebudayaan lainya
adalah perkembangan teknik bercook tanam yang menjadi
sifat dasar agraris Jepang sebelum berkembang menjadi
negara industrialisasi. Dan juga dibangun sistem gilde untuk
mengatur sistem perekonomian jepang pada waktu itu. Selain
itu juga dikenal sistem penguburan jenasah orang yang telah
meninggal. Penguburan ini menggunakan peti mati dan
diiringi dengan upacara penguburan. Untuk keluarga Tenno
dan orang terkemuka kuburnya dibangun di bukit-bukit yang
disebut dengan tumuli. Kuburan atau tumuli untuk tenno
disebut dengan misasagi dan memiliki ukran yang besar.
Dalam tumuli tersimpan cermin perunggu, pedang, pakaian

112 MENEMBUS BADAI EKONOMI


peang, helm dan ikat pinggang dari perunggu, manik-manik
kecil berbentuk bulan sabit dan batu permata. Manik-
manik bulan sabit tersebut sebesar kuku dan disebut dengan
magatama.
Agama shinto berkembang dengan pesat. Kuil-kuil
pemujaan banyak didirikan. Agama tersebut terdiri dari
pemujaan-pemujaan terhadap tenaga alam, tidak mempunyai
sistem etika atau kesusilaan, teologi dan tidak menyebut
adanya surga atau neraka. Dewa-dewa yang baik disebut
dengan kami dan jin atau setan disebut dengan oni.Sebenarnya
nama shinto diberikan pada kepercayaan atau agama tersebut
setelah agama Budha masuk ke Jepang. Tujuannya untuk
membedakan ajaran dan pelaksanaan antara kedua agama
tersebutm

C. Pengaruh Kebudayaan Cina Terhadap Kebudayaan


Jepang
Dahulu budaya Jepang merupakan budaya asli Jomon yang
kokoh dengan pengaruh dari luar negeri yang menyusul. Pada
awalnya China dan Korea membawa pengaruh, yang berawal dengan
berkembangnya budaya Yayoi sekitar 300 SM yang mempengaruhi
seni dan keagamaan di Jepang. Tapi dalam perkembangannya
Kebudayaan Cinalah yang banyak memberikan pengaruh terhadap
kebudayaan Jepang. Pengaruh budaya Cina masuk dan berkembang
melalui orang – orang Tionghoa yang hidup dan menetap di Jepang,
mereka membawa masuk unsur – unsur kebudayaan Tionghoa.
Selain kebudayaan, agama, bahasa dan tulisan yang digunakan
di Jepang juga mendapat pengaruh dari budaya Cina. Tentang
ajaran konfusianisme, Taoisme dan agama Budha yang berkaitan
erat dengan kebudayaan Cina sangat terkenal di Jepang. Setelah
melihat cara hidup orang Tionghoa, orang Jepang pun merasa
tertarik dengan cara hidup mereka. Dan orang Jepang menganggap
semua yang datang dan berasal dari Tiongkok dipandang indah, ini

Kemajuan dan Potret Negara Cina dan Jepang 113


mengakibatkan semua yang bersifat Tiongkok dipandang bagus
oleh jepang. Selain itu dampak lain dari pengaruh kebudayaan Cina
terhadap kebudayaan Jepang adalah dalam bidang arsitektur yang
mana rumah-rumah Jepang juga terpengaruh oleh pola-pola rumah-
rumah Cina. Namun, Jepang tidak menru begitu saja, tetapi justru
memadukan unsur-unsur arsitektur Jepang asli dengan unsur-unsur
arsitektur Cina.
Meskipun Jepang menerima unsur-unsur kebudayaan Cina,
tetapi tidak semua unsur diterima. Semua unsur kebudayaan Cina
tersebut diolah dan dipadukan dengan kebudayaan Jepang. Dengan
demikian terjadi akulturasi budaya antara budaya Cna dengan budaya
Jepang. Selain tu akulturasi terserbut terlihat dalam bentuk kerajaan
pada Jaman Yamato yang sudah berbentuk kerajaan kesdatuan. Di
samping itu juga telihat dalam menyusun tarikh Jepang dan juga
dalam bentuk peraturan-peraturan kerajaan. Namun meskipun
mendapat pengaruh kebudayaan Cina, namun tidak seluruhnya
diterima. Ada beberapa ciri khas kebudayaan Jepang tidak bisa
dipengaruh atau digant dengan kebudayaan Cina. Hal tersebut
menyangkut kedudukan Tenno sebaga simbol dea yang memanusia,
karena Tenno adalah keturunan langsung dari Ameterasu. Selain itu
juga kepercayaan Shinto tidak berubah menjadi konfusianisme yang
dikembangkan oleh cina.
Berikut ini merupakan beberapa Budaya Cina yang telah
mengalami akulturasi dengan kebudayaan Jepang:

1. Tulisan dan bahasa


Tulisan dan bahasa Jepang berasal dari tulisan dan bahasa
China (kanji), Tulisan dan bahasa Cina masuk ke Jepang dibawa
oleh seorang sarjana dari korea yang bernama Wani, awalnya
dia hanya mengajarkan tentang huruf Cina. Tapi mempelajari
tulisan Cina tidak bisa dilakukan tanpa mempelajari bahasa Cina.
Sebelumnya orang Jepang tidak mempunyai sistem penulisan
sendiri, maka orang Jepang mengambil sistem penulisan orang
Cina. Dalam pemakaian huruf-huruf Cina, bangsa Jepang
menggunakan dua cara, yaitu dengan cara fonetis dan cara

114 MENEMBUS BADAI EKONOMI


ideografis. Dalam cara pertama dipergunakan untuk menulis
atau membaca ucapan-ucapan Jepang yang ditulis dengan huruf
Cina dan sebunyi dengan artinya, tetapi dipergunakan dengan
ucapan-ucapan Jepang. Pada permulaan pemakaian, memang
banyak terjadi kekacauan, terutama dalaam pemakaian cara
fonetis. Namun, setelah mengalami perkembangan yang lama
dan ditemukan sistem yang sempurna, akhirnya dapat dtuliskan
tiap-tiap kata Jepang. Dan pada akhirnya tulisan dan bahasa
yang berasal dari Cina ini dijadikan bahasa dan tulisan resmi di
Jepang.
Tulisan Jepang terbagi kepada tiga:
a. aksara Kanji yang berasal dari China
b. aksara Hiragana dipergunakan dalam upacara-upacara yang
bersifat ritual religius,
c. aksara Katakana dipergunakan dalam kepentingan
sehari-hari. keduanya berunsur daripada tulisan kanji dan
dikembangkan pada abad kedelapan Masehi oleh rohaniawan
Buddha untuk membantu melafazkan karakter-karakter
China.
Bahasa Jepang yang kita kenal sekarang ini, ditulis
dengan menggunakan kombinasi huruf Kanji, Hiragana, dan
Katakana. Hiragana ditulis sesudah kanji untuk mengubah arti
dasar dari sebuah kata, dan menyesuaikannya dengan peraturan
tata bahasa Jepang.
2. Agama
Shinto (Shintō diserap dari bahasa mandarin menjadi shin
dan tou yang bermakna “jalan/jalur dewa”) merupakan agama
resmi yang berasal dari Jepang. Shinto merupakan penyembahan
kepada kammi (dewa, roh alam, atau sekedar kehadiran spiritual).
kammi merupakan benda-benda dan proses alam, misalnya
Amaterasu, sang dewa matahari.
Ajaran Shinto sendiri mengacu pada kepercayaan
konfusianisme di China. System kepercayaan yang dianut
agama ini animisme karena mempercayai banyak dewa. Shinto
melakukan penyembahan pada arwah leluhur/nenek moyang.

Kemajuan dan Potret Negara Cina dan Jepang 115


Walau demikian, kami yang paling banyak disembah umat Shinto
adalah dewa matahari Amaterasu. Karena itu ajaran agama Shinto
pun memuja kaisar Jepang yang dianggap keturunan Amaterasu.
Berbeda dengan agama lain, dalam agama Shinto tidak ada ajaran
yang pasti, tidak ada tempat ibadah khusus, tidak ada dewa yang
benar-benar dianggap paling suci, dan tidak cara khusus untuk
menyembah kammi.
Setelah Perang Dunia II, Shinto kehilangan statusnya
sebagai agama resmi; sebagian ajaran dan kegiatan Shinto yang
sebelumnya dianggap penting pada masa perang ditinggalkan dan
tidak lagi diajarkan. Kemudian setelah masuklah agama Budha
sekitar abad ke-5. Ajaran agama Budha di Jepang mempercayai
dewa mathari atau dikenal dengan nama Amaterasu sebagai
dewa tertinggi yang dianggap sebagai penjelmaan Budha Daichi
Nyorai. Agama Budha di Jepang yang paling terkenal adalah
ajaran Budha Zen yang diserap dari China. Sama seperti agama
Budha di seluruh dunia, kitab suci agama Budha di Jepang adalah
tripitaka dan tempat ibadahnya adalah kuil. kuil-kuil Shinto
mulai dibangun sebagai rumah bagi para kami secara permanent
(shaden).

D. Sikap orang Jepang terhadap kebudayaan Cina


Hubungan antara Cina dan Jepang secara resmi telah dibuka
sejak abad ke-5. Hasil dari hubungan tersebut yaitu banyak
kebudayaan Cina yang masuk ke Jepang, seperti: kesusasteraan, ilmu
falak, obat-obatan, menenun dan juga agama Budha. Pada permulaan
hubungan antara Cina dan Jepang, orang-orang Jepang belum pandai
membaca dan menulis. Oleh karena itu, orang Jepang menggunakan
orang Korea sebagai perantara, bahkan juga menggunakan orang-
orang Cina untuk belajar membaca dan menulis.
Kesusasteraan oleh orang Jepang tidak begitu saja diterapkan
seperti aslinya di Cina, tetapi oleh orang Jepang disesuaikan
dengan keadaan negerinya (di-Jepang-kan). Sehingga, walaupun

116 MENEMBUS BADAI EKONOMI


mengadopsi kesusasteraan dari Cina, namun berbeda penerapannya
atau penggunaannya di Jepang.
Sejak awal hubungan Cina dan Jepang sampai pertengahan abad
ke-enam tidak ada permasalahan yang besar. Tetapi setelah itu baru
ada permasalahan yang serius dalam menyikapi masuknya agama
Budha ke Jepang. Permasalahan itu diawali dengan pertarungan
di istana Yamato tentang penerimaan citra dan kepercayaan agama
Budha sebagai suatu sistem magis dari kekuasaan yang sama atau
mungkin lebih besar dari pada Shinto yang pribumi. Pendukung
masing-masing agama tersebut saling bertarung, namun pada
akhirnya pendukung agama Budha lah yang menang.
Oleh karena jepang negeri tetangga tiongkok,maka belakulah
hukum alam bedanya berhubungan dalam kebudayaan, jadi
kebudayaan yang banyak di tioangkok mengalir ke jepang dengan
adanya kontak antara kebudayaan jepang dengan kebudayaan cina.
hal ini tebukti antara lain bahwa orang jepang mempergunakan
cermin dari perunggu.sehingga menimbulkan adanya akulturasi
budaya. Karena adanya orang jepang yang bertetangga dengan
orang tiongkok,dan mereka juga menyaksikan cara hidup orang
tiongkok orang-orang tiongkok,orang jepangpun tertarik oleh cara
hidup mereka,karean mereka merasa peradaban mereka sendiri
sebagai orang jepang tak setinggi orang tiongkok(tionghoa),sehingga
masuklah kebudayaan tionghoa terhadap kebudayaan mereka sehari-
hari.
Banyak juga orang jepang yang tertarik bahasa tionghoa
dan mereka ada juga yang tertarik mempelajarinya,serta banyak
juga buku yang ditulis orang jepang yang menggunakan bahasa
tionghoa. Kesuksesan orang tionghoa inimembentang cara hidup
bahasa tionghoa di hadapan mata orang jepang dan membuat
kebudayaan tionghoa ini akhirnya tidak asing lagi bagi mereka,dan
ada juga yang menyesuaikan cara hidupnya dengan cara hidup oang
tiongkok. Orang-orang tionghoa jepang juga mempelajari bahasa
tionghoa bukan hanya secara pasif saja,melanikan juga secara aktif.
dengan diterimanya kebudayaan tionghoa dijepang tak terelakan
konfusianisme menjadi terkenal di jepang. Dan makin lama

Kemajuan dan Potret Negara Cina dan Jepang 117


pengaruh konfusianisme makin mendalam dijepang,orang jepang
pun menerima kebudayaan tersebut
Sampai pada abad ke-18,pilihan lain yang seimbang dengan
filsafat konfensius ialah filsafat Budha. Karena kedua aliran ini
datang melalui Cina, kedudukan utama ajaran Cina tidak mendapat
tantangan. Tetapi pada akhir abad ke-18 ada pula ahli piker dari jepang
yang menolak kebudayaan cina baik konfisius maupun budha. Yakni
gerakan penelitian nasional tau kokugaku.adanya norma-norma
kesusilaan konfosius berlawanan dengan orang jepang itu sendiri.
adanya ajaran-ajaran cina yang kacau dan penuh kekerasan dan
menjual satu jenis tipu daya dan semangat cina,karagokoro,semangat
kekerasan dan pembangkang,bukan semangat yang arif dan
berbudaya.

118 MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB
IX PERKEMBANGAN
KOPERASI DI INDONESIA

A. Koperasi Zaman Dahulu

Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di Negara maju


(barat) dan Negara berkembang memang sangat dimetral. Di barat,
koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar,
oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan
pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi
tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi
termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan
yang mengatur koperasi dalam rangka melindungi dirinya. Analogi
sederhana yang dikembangkan adalah jika koperasi lebih berdaya,
maka kegiatan produksi dan konsumsi yang jika dikerjakan sendiri-
sendiri tidak akan berhasil, maka melalui koperasi yang telah
mendapatkan mandat dari anggota-anggotanya hal tersebut dapat
dilakukan dengan lebih berhasil. Dengan kata lain, kepentingan
ekonomi rakyat, terutama kelompok masyarakat yang berada pada
aras ekonomi kelas bawah (misalnya petani, nelayan, pedagang
kaki lima) akan relatif lebih mudah diperjuangkan kepentingan
ekonominya melalui wadah koperasi. Inilah sesungguhnya yang
menjadi latar belakang pentingnya pemberdayaan koperasi. Pada
dasarnya koperasi berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi
untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat. Untuk menyempurnakan
fungsi tersebut, suatu lembaga pelaksana koperasi harus memilki
pengelolaan yang efektif.
Kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang turun menurun
itu dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia diantaranya

Perkembangan Koperasi di Indonesia 119


adalah Arisan untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, paketan,
mitra cai dan ruing mungpulung di daerah Jawa Barat, Mapalus di
daerah Sulawesi Utara, kerja sama pengairan yang terkenal dengan
Subak untuk daerah Bali, dan Julo-julo untuk daerah Sumatra
Barat merupakan sifat-sifat hubungan sosial, non-profit dan
menunujukkan usaha atau kegiatan atas dasar kesadaran berpribadi
dan kekeluargaan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada pertengahan
abad ke-18 telah mengubah wajah dunia. Berbagai penemuan
di bidang teknologi (revolusi industri) melahirkan tata dunia
ekonomi yang baru. Tatanan dunia ekonomi menjadi terpusat pada
keuntungan perseorangan, yaitu keum pemilik modal (kapitalisme).
Kaum kapitalisme atau pemilik modal memanfaatkan penemuan
baru tersebut dengan sebaik-baiknya utnuk memperkaya dirinya dan
memperkuat kedudukan ekonominya. Hasrat serakah ini melahirkan
persaingan bebas yang tidak terbatas. System ekonomi kapitaslis/
liberal memberikan keuntungan sebesar-besarnya kepada pemilik
modal dan melahirkan kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat
ekonomi lemah.
Dalam kemiskinan dan kemelaratan ini, muncul kesadaran
masyarakat untuk memperbaiki nasibnya sendiri dengan mendirikan
koperasi. Pada tahun 1844 lahirlah koperasi pertama di Inggris yang
terkenal dengan nama Koperasi Rochdale dibawah pimpinan Charles
Howart. Sedangkan di Jerman, dipimpin oleh Frederich Willhelm
Raiffeisen dan Hermann Schulze memelopori Koperasi Simpan
Pinjam. Di perancis, muncul tokoh-tokoh koperasi seperti Charles
Fourier, Louis Blance, dan Ferdinand Lassalle.Demikian pula di
Denmark. Denmark manjadi Negara yang paling berhasil di dunia
dalam mengembangkan ekonominya melalui koperasi.
Kemajuan industry di Eropa akhirnya meluas ke Negara-negara
lain, termasuk Indonesia. Bangsa Eropa dengan keserakahnnya
kemudian mengembangkan sayap untuk memasarkan hasil industry
dan mencari bahan mentah untuk industry mereka dengan alasan

120 MENEMBUS BADAI EKONOMI


kedatangannya yaitu berdagang yang pada akhirnya mereka
menjadikan perekonomian di Indonesia lebih buruk (terbelakang).
Masyarakat diperbodoh sehingga dengan mudah menjadi mangsa
penipuan dan pemerasan kaum lintah darat, tengkulak, dan tukang
ijon.
Untuk perkembangan koperasi di Indonesia, sejarah
perkembangan koperasi di Indonesia secara garis besar dibagi
menjadi 2 yaitu pada Masa penjajahan dan Masa kemerdekaan

1. Masa Penjajahan
Pada masa penjajahan Belanda gerakan koperasi pertama
kali di Indonesia lahir dari inisiatif tokoh R.A. Wiriaatmaja
pada tahun 1986. Wiriaatmaja, patih Purwokerto (Banyumas)
ini berjasa menolong para pegawai, pedagang kecil, dan petani
dari hisapan lintah darat melalui koperasi.Dengan dibantu oleh
E. Sieberg, Asisten Purwokerto Hulp-en Spaar Bank. Cita-
cita Wiriaatmaja ini juga mendapat dukungan dari Wolfvan
Westerrrode, pengganti Sieberg.Mereka mendirikan koperasi
kredit system Raiffeisen (Jerman).
Gerakan koperasi semakin meluas bersamaan dengan
munculnya pergerakan menentang penjajah.Berdirinya Boedi
Utomo, pada tahun 1908 mencoba untuk memajukan koperasi
rumah tangga (koperasi konsumsi). Serikat Islam pada tahun
1913 membantu memajukan koperasi dengan bantuan modal
dan mendirikan Toko Koperasi.Pada tahun 1927, usaha koperasi
kemudian dilanjutkan oleh Indonesische Studie Clubyang
kemudian menjadi Persatian Bangsa Indonesia (PBI) di Surabaya.
Partai Nasional Indonesia (PNI) di dalm kongresnya di Jakarta
berusaha menggelorakan semangat koperasi sehingga kongres
ini sering juga disebut “konggres koperasi”.
Pergerakan koperasi selama masa pejajahan Belanda
tidak berjalan lancar. Pemerintah Belanda selalu berusaha
menghalanginya.Sedangkan pengetahuan masyarat akan koperasi
sangatlah rendah.

Perkembangan Koperasi di Indonesia 121


Maka, untuk membatasi laju perkembangan koperasi,
Pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan koperasi Bestluit
7 April No. 431 tahun 1915. Berdasarkan peraturan ini rakyat
tidak mungkin mendirikan koperasi karena:
a. Mendirikan koperasi harus mendapatkan izin dari gubernur
jenderal.
b. Akta dibuat dengan perantaraan notaries dan dalam bahasa
Belanda.
c. Ongkos materai sebesar 50 gulden.
d. Hak tanah harus menurut hokum Eropa.
e. Harus diumumkan Javasche Courant yang biayanya juga
tinggi.
Peraturan ini kemudian mengakibatkan munculnya reaksi
dari kaum pergerakan nasional dan para pengaju koperasi. Oleh
karena itu, pada tahu 1920 pemerintah Belanda membentuk
“Panitia Koperasi” yang diketuai oleh J.H. Boeke. Panitia ini
ditugasi untuk meneliti mengenai perlunya koperasi. Setahun
kemudian, panitia itu memberikan laporan bahwa koperasi perlu
dikembangkan.
Pada tahun 1927 pemerintah No. 91 yang lebih ringan dari
peraturan pada tahun 1915, peraturan dari No. 91 antara lain:
a. Akta tidak perlu dengan perantaraan notaris, tetapi cukup
didaftarkan pada Penasehat Urusan kredit Rakyat dan
Koperasi serta dapat ditulis dengan menggunakan bahasa
daerah.
b. Ongkos materai menurun menjadi 3 gulden.
c. Hak tanah dapat menurut hukum adatt.
d. Berlaku untuk orang Indonesia asli, yang mempunyai hak
badan hukum secara adat.
Dengan keluarnya peraturan ini, gerakan koperasi mulai
tumbuh kembali. Pada tahun 1932, Partai Nasional Indonesia
mengadakan konggres koperasi di Jakarta. Pada tahun 1933,
pemerintah Belanda mengeluarkan kembali peraturan No. 108

122 MENEMBUS BADAI EKONOMI


sebagai pengganti peraturan yang dikeluarkan pada tahu 1915.
Peraturan ini merupakan salinan dari peraturan koperasi Belanda
tahun 1925, sehingga tidak cocok dan sukar dilaksanakan oleh
rakyat. Pada masa penjajahan jepang, koperasi mengalami nasib
yang lebih buruk. Kantor Pusat Jawatan Koperasi diganti oleh
pemerintah Jepang menjadi Syomin Kumiai Cou Jomusyo dan
Kantor Daerah diganti dengan Syomin Kumiai Saodandyo.
Kumiai yaitu koperasi model Jepang, dimana yang mula-mula
bertugas mendistribusikan barang-barang kebutuhan rakyat.
Hal ini hanya alat dari Jepang untuk mengumpulkan hasil bumi
dan barang-barang kebutuhan untuk Jepang.Walau berlangsung
selama 3,5 tahun tetapi rakyat Indonesia mengalami penderitaan
yang jauh lebih dahsyat. Jadi, dalam masa penjajahan Jepang
koperasi Indonesia dapat dikatakan mati.

2. Masa Kemerdekaan
Setelah bangsa Indonesia merdeka, pemerintah dan seluruh
rakyat segera menata kembali kehidupan ekonomi yang terdapat
pada UUD 1945 pasal 33 (1). Dengan demikian, kehadiran dan
peranan koperasi di dalam perekonomian nasional Indonesia telah
mempunyai dasar konstitusi yang kuat. Pada masa ini koperasi
menjadi usaha bersama untuk memperbaiki dan meningkatkan
taraf hidup yang layak. Hal ini sangat sesuai dengan cirri khas
bangsa Indonesia yaitu gotong royong.
Pada awal kemerdekaan, koperasi berfungsi untuk
mendistribusikan keperluan masyarakt sehari-hari di bawah
Jawatan Koperasi, Kementrian Kemakmuran. Pada tahun 1946,
berdasarkan hasil pendaftaran secara sukarela yang dilakukan
oleh Jawatan Koperasi terdapat sebanyak 2.500 buah koperaasi.
Koperasi pada saat itu dapat berkembang secara pesat.
Namun karena system pemerintahan yang berubah-ubah
maka terjadi titik kehancuran koperasi Indonesia menjelang
pemberontakan G30S/PKI. Partai-partai memenfaatkan koperasi

Perkembangan Koperasi di Indonesia 123


untuk kepentingan partainya, bahkan ada yang menjadikan
koperasi sebagi akat pemerasan rakyat untuk memperkaya diri
sendiri, yang dapat dilaksanakan setelah pemerintah berhasil
menumpas pemberontakan G30S/PKI. Pemerintah bertekad
untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Masa pasca kemerdekaan memang dapat dikatakan
berkembang tetapi pada masa perkembangan koperasi berjalan
lambat. Namun keadaannya seperti itu, pemerinta pada tahun
1947 berhasil melangsungkan Kongres Koperasi I di Tasikmalaya,
Jawa Barat.
Konggres Koperasi I menghasilkan beberapa keputusan
penting, antara lain:
a. Mendirikan sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia
(SOKRI)
b. Menetapkan gotong royong sebagai asas koperasi.
c. Menetapkan pada tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi
Indonesia.
Akibat tekanan dari berbagai pihak misalnya Agresi
Belanda, keputusan Konggres Koperasi I belum dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun, pada tanggal 12
Juli 1953 diadakan Konggres Koperasi II di Bandung, yang
antara lain mengambil keputusan sebagai berikut:
a. Membentuk Dewan Koperaasi Indonesia (Dekopin) sebagai
pengganti SOKRI.
b. Menetapkan pendidikan koperasi sebagai salah satu mata
pelajaran di sekolah.
c. Mengangkat Bapak Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
d. Segera akan dibuat Undang-Undang Koperasi yang baru.
Hambatan-hambatan bagi pertumbuhan koperasi antara
lain disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Kesadaran masyarakat terhadap koperasi yang masih
rendah.

124 MENEMBUS BADAI EKONOMI


b. Pengalaman masa lampau mengakibatkan masyarakat tetap
merasa curiga terhadap koperasi.
c. Pengetahuan masyarakat terhadap koperasi masih sangat
rendah.
Untuk melaksanakan pogram perkoperasian pemerintah
mengadakan kebijakan antara lain:
a. Menggiatkan pembangunan organisasi perekonomian rakyat
terutama koperasi.
b. Memperluas pendidikan dan penerangan koperasi.
c. Memberikan kredit kepada kaum produsen, baik di lapangan
industri maupun pertanian bermodal kecil.
Organisasi perekonomian rakyat terutama koperasi
sangat perlu diperbaiki. Para pengusaha dan petani ekonomi
lemah seringkali menjadi hisapan kaum tengkulak dan lintah
darat. Cara membantu mereka adalah mendirikan koperasi
di kalangan mereka. Dengan demikian pemerintah dapat
menyalurkan bentuanberupa kredit melalui koperasi tersebut.
Untuk menananmkan pengertian dan fungsi koperasi di kalangan
masyarakat diadakan penerangan dan pendidikan kader-kader
koperasi.

B. Koperasi Pada Masa Kini (Sekarang)


Dengan bergulirnya tonggak kepemimpinan dari Orde Lama
ke Orde Baru, Kebangkitan koperasi Indonesia setapak demi setapak
terus bertindak. Diawal dengan pembersihan karak dari warisan
orde lama, disusul dengan pembenahan organisasi yang telah
porak poranda dan peningkatan sumber daya manusia. Fajar terasa
semakin dekat dengan lahirnya UU No. 12/1967. Pertanda koperasi
Indonesia diletakan kembali pada  asas insan koperasi di seluruh
pelosok tanah air. Semenjak pelita I, Pemerintah dan masyarakat
koperasi Indonesia telah menemukan titik tolak pembangunan yang

Perkembangan Koperasi di Indonesia 125


mantap, kokoh serasi dan berkesinambungan. Dari tahap demi tahap
pembenahan dan pengembangan selama Pelita I dan Pelita II, pilar-
pilar penyangga koperasi Indonesia mulai terpasang dengan seksama.
Antara lain, berkembangnya Badan Usaha Unit Desa/Koperasi Unit
Desa sebagai wadah perekonomian pedesaan. Dipersiapkan kader-
kader koperasi masa depan lewat pendidikan dan latihan yang
intensif dan terpogram.
Peran koperasi dalam perekonomian nasional semakin tak
terdengar gaungnya. Hal ini di karenakan, koperasi yang identik
dengan kalimat soko guru perekonomian nasional nyatanya tak
mampu memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan domestik
bruto (PDB). Koperasi yang masih aktif pun tidak sedikit yang
pada praktiknya melenceng dari tujuan utama, yakni meningkatkan
kesejahteraan anggota. Menurut Guru Besar Institut Manajemen
Koperasi Indonesia (Ikopin), Prof. Dr. H. RM Ramudi Arifin, SE,
MSi, saat ini banyak koperasi yang pada praktiknya beroperasi
dengan paradigmaa perusahaan. Mereka sibuk memupuk pendapatan,
keuntungan dan Sisa Hasil Usaha (SHU).  Nyatanya berdasarkan
hasil penelitian yang ia lakukan selama bertahun-tahun, koperasi
yang berhasil memupuk SHU besar, memiliki banyak asset, modal
kuat, menjadi perusahaan besar, juga mendapat predikat terbaik,
belum tentu mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Selama ini masalah perubahan paradigma tidak pernah menjadi
isu sentral. Padahal, orientasi koperasi ke ranah kapitalis seperti yang
saat ini bergulir sangat berbahaya. Saat ini saja, koperasi sebagai soko
guru perekonomian nasional hanya tinggal sebatas jargon. Tanamkan
paradigma bahwa koperasi besar bukan karena SHU atau asset
melainkan kesejahteraan anggota. Perubahan paradigma tersebut
harus dilakukan menyeluruh dan terintegrasi sinergis. Eksistensi
koperasi jangan sekadar menjadi perwujudankonstitusi. Lebih dari
itu, keberadaan koperasi harus dilihat sebagai kebutuhan.

126 MENEMBUS BADAI EKONOMI


1. Peran Koperasi Pada Zaman Sekarang
Perkembangan dunia perkoperasian di Indonesia saat ini
banyak mengalami pasang surut. Pada awalnya, pengembangan
koperasi di Indonesia disebabkan oleh dukungan pemerintah untuk
memajukan perekonomian di Indonesia, dengan menjalankan
program-program tersebut dalam kurun waktu yang lama.
Namun demikian, koperasi masih memiliki berbagai
kendala untuk pengembangannya sebagai badan usaha. Hal ini
perlu memperoleh perhatian dalam pembangunan usaha koperasi
pada masa mendatang. Peran koperasi dalam perekonomian
Indonesia paling tidak dapat dilihat dari:
a. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan
ekonomi di berbagai sector
b. Penyedia lapangan kerja yang terbesar
c. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi
lokal dan pemberdayaan masyarakat
d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi
e. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui
kegiatan ekspor
Sulit mewujudkan keamanan yang sejati, jika masyarakat
hidup dalam kemiskinan dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Sulit mewujudkan demokrasi yang sejati, jika terjadi ketimpangan
ekonomi di masyarakat, serta sulit mewujudkan keadilan hukum
jika ketimpangan penguasaan sumberdaya produktif masih
sangat nyata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran
koperasi antara lain:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota pada khusunya dan masyarakat pada
umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya.
b. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.

Perkembangan Koperasi di Indonesia 127


c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan
dan ketahanan perekonomian nasional.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama atas
asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Pada masa kini pembangunan koperasi kurang mendapat
perhatian karena koperasi kurang memperlihatkan kinerja
dan citra yang lebih baik dari masa sebelumnya. Keadaan ini
merupakan salah satu bukti bahwa komitmen pemerintah
masih kurang dalam pembangunan koperasi. Pembangunan
adalah suatu proses yang harus berkelanjutan dan tersistem.
Pertanyaan berikutnya bagaimana prospek koperasi pada masa
datang.Jawabannya adalah sangat prospektif jika koperasi yang
mempunyai jatidiri. Koperasi yang mempraktekkan prinsip-
prinsip koperasi dalam organisasi dan usahanya. Koperasi
sebagai badan usaha, organisasi dan kegiatan usahanya harus
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip koperasi.
Karena prinsip koperasi merupakan garis-garis penuntun
yang digunakan oleh koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai
dalam praktek seperti:
a. Keanggotaan sukarela dan terbuka
b. Pengendalian oleh anggota secara demokratis
c. Partisipasi ekonomi anggota
d. Pendidikan,pelatihan dan informasi
e. Kerjasama diantara koperasi dankepedulian terhadap
komunitas
Peranan Yang Dilakukan Pemerintah Dalam
Mengembangkan Koperasi di Indonesia. Program yang
direncanakan oleh pemerintah untuk koperasi:
a. Mengembangkan dan memfasilitasi peningkatan kompetensi
SDM pengurus koperasi
b. Memfasilitasi beasiswa D3/S1 bagi pengelola dan kader
koperasi.

128 MENEMBUS BADAI EKONOMI


c. Meningkatkan peran serta geraknan koperasi dalam
melaksanakan pola pendidikan terhadap anggota, calon
anggota serta masyarakat disekitarnya khususmya bagi KSP/
USP.
d. Mengembangkan mekanisme layanan usaha terpadu dalam
rangka menumbuhka unit usaha baru.
e. Mengembangkan dan melaksanakan system perencanaan,
fasilitas, pemantauan dan pengendalian pengembangan SDM
koperasi di Indonesia.

C. Sumber Modal Koperasi


Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk
menjalankan kegiatan usahanya koperasi memerlukan modal. Adapun
modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Modal
sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut:
1. Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk
menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.
2. Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang
harus dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu
dan kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah
simpanan yang sama untuk setiap bulannya. Simpanan wajib
tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota koperasi.
3. Simpanan Khusus
Simpanan khusus/lain-lain misalnya: Simpanan sukarela
(simpanan yang dapat diambil kapan saja), Simpanan Qurba, dan
Deposito Berjangka.

Perkembangan Koperasi di Indonesia 129


4. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh
dari penyisihan Sisa Hasil usaha, yang dimaksudkan untuk
pemupukan modal sendiri, pembagian kepada anggota yang
keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk menutup kerugian
koperasi bila diperlukan.
5. Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat
dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat
hibah/pemberian dan tidak mengikat.
6. Potret Koperasi di Indonesia
Sampai dengan bulan November 2001, jumlah koperasi
di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit lebih,
dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang.
Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember
1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah
koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup
menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per-November 2001,
sebanyak 96.180 unit (88,14%). Corak koperasi Indonesia
adalah koperasi dengan skala sangat kecil. Satu catatan yang
perlu di ingat reformasi yang ditandai dengan pencabutan Inpres
4/1984 tentang KUD telah melahirkan gairah masyarakat untuk
mengorganisasi kegiatan ekonomi yang melalui koperasi.
Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang
telah digerakan melalui dukungan kuat program  pemerintah yang
telah dijalankan dalam waktu lama, dan tidak mudah ke luar dari
kungkungan pengalaman ter sebut. Jika semula ketergantungan
terhadap captive market program menjadi sumber pertumbuhan,
maka pergeseran ke arah peran swasta  menjadi tantangan baru
bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha  terutama KUD. Meskipun
KUD harus berjuang untuk menyesuaikan dengan perubahan yang
terjadi, namun sumbangan terbesar KUD adalah keberhasilan
peningkatan produksi pertanian terutama pangan (Anne Both,

130 MENEMBUS BADAI EKONOMI


1990), disamping sumbangan dalam melahirkan kader wirausaha
karena telah menikmati latihan dengan mengurus dan mengelola
KUD (Revolusi penggilingan kecil dan wirausahawan pribumi
di desa).
Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih
cukup besar harapan kita kepada koperasi. Memasuki tahun
2000 posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru didominasi
oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55-60 persen dari
keseluruhan aset koperasi. Sementara itu dilihat dari populasi
koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar
25% dari populasi koperasi atau sekitar 35% dari populasi
koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi dalam pasar
perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit
desa sebesar 46% dari KSP/USP dengan pangsa sekitar 31%.
Dengan demikian walaupun program pemerintah cukup
gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian
koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi
yang ada. Sehingga pada dasarnya masih besar elemen untuk
tumbuhnya kemandirian koperasi.
Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali
lipat dalam waktu 3 tahun 1998 –2001, pada dasarnya tumbuh
sebagai tanggapan  terhadap dibukanya secara luas pendirian
koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya Inpres
18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan koperasi pada
basis pengembangan dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis
pengorganisasian koperasi. Kesulitannya pengorganisasian
koperasi tidak lagi taat pada penjenisan koperasi sesuai prinsip
dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi. Keadaan
ini menimbulkan kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis
maupun pengembangan usaha koperasi kearah penyatuan vertical
maupun horizontal. Oleh karena itu jenjang pengorganisasian
yang lebih tinggi harus mendorong kembalinya pola spesialisasi
koperasi. Di dunia masih tetap mendasarkan tiga varian jenis

Perkembangan Koperasi di Indonesia 131


koperasi yaitu konsumen, produsen dan kredit serta akhir-akhir
ini berkembang jasa lainnya.
Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip organisasi
pemerintah/lembaga kemasyarakatan yang terstruktur dari
primer sampai tingkat nasional. Hal ini  telah menunjukkan
kurang efektif-nya peran organisasi sekunder dalam membantu
koperasi primer. Tidak jarang menjadi instrumen eksploitasi
sumber daya dari daerah pengumpulan. Fenomena ini dimasa
datang harus diubah karena adanya perubahan orientasi bisnis
yang berkembang dengan globalisasi. Untuk mengubah arah ini
hanya mampu dilakukan bila penataan mulai diletakkan pada
daerah otonom.

D. Koperasi Pada Masa yang Akan Datang


Pembangunan koperasi pada pembangunan jangka
panjang pertama telah berhasil meningkatkan peranannya dalam
perekonomian nasional. Hal ini terlihat antara lain dengan semakin
fumbuhnya koperasi mandiri dan semakin tumbuhnya keasadaran
masyarakat mengenai koperasi. Memasuki pembangunan jangka
panjang kedua perlu lebih dikenal adanya berbagai tantangan yan
akan dihadapi. Dengan pemanfaatan peluang dan mengatasi kendala
yang ada diharapkan pembangunan koperasi pada pembanguan
jangka panjang ke dua akan lebih berhasil.
Hingga saat ini karena berbagai alsan ekonomi dan
nonekonom,koperasi pada umumnya belum dapat melaksanakan
sepenuhnya prinsip koperasisebagaimana yang dicita-citakan,
shingga koperasi sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi
rakyat belum dapat mengembangkan sepenuhnya potensi dan
kemampuannya dalam memajukan perekonomian nasional dan
meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

132 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Persaingan usaha akan semakin ketat, peranan ilmu pengetahuan
dan teknologi meningkat, tuntutan akan sumber daya manusia yang
berkualitas mampu mengantisipasi dan merencanakan masa depan
meningkat pula. Kedudukan dan keberadaan koperasi semakin
terintegrasi dan berperan menentukan ke dalam perekonomian
nasional.Oleh karena itu, tantangan dalam pembangunan koperask
adalah mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat,
kuat, maju dan mandiri serta memiliki daya saing, sehingga mampu
meningkatkan peranannya dalam perekonomian nasional sekaligus
kesejahteraan anggota.
Dengan memperhatikan kedudukan koperasi, baik sebgai
saka guru perwkonomian nasional maupun sebgai bagian integral
tata perekonomian nasional, peran koperasi sangat penting dalam
menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Dalam
kenyataannya, koperasi masih mnghadapi beberapa hambatan
struktural dan sistem untuk dapat berfungsi dan berperqn sebgaimana
yqng diharapkan, antara lain dalam memperkukuh perekonomian
rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional.
Dengan demikian yang menjadi tantangan adalah mewujudkan
koperasi, baik sebgai badan usaha maulun sebgai gerakan ekonomi
rakyat agar mampu berperan secara nyata dalam kegiatan ekonomi
rakyat. Inti kekuatan koperasi terletak pada anggota yang berlartisipasi
aktif dalam organisasi koperasi, dan kesadaran masyarakat untuk
bergabung dalam wadah koperasi. Sementara itu, kepercayaan
masyarakat terhadap koperasi makin meningkat, tapi belum cukup
memadai antara lain disebabkan oleh masih adanya berbagai
hambatan untuk meningkatan manfaat koperasi bagi anggotanya.
Hal ini antara lain telah menyebabkan lambatnya koperasi mengakar
dalam masyarakat.
Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi masih harus
meningkatkan kemampuannya dalam menggerakkan dan
menampung peran serta masyarakat secara luas Oleh karena itu,

Perkembangan Koperasi di Indonesia 133


mewujudkan koperasi sebgai gerakan ekonomi rakyat yang berakar
dalam masyarakat juga merupakan tantangan dalam pembangunan
koperasi di Indonesia.

E. Koperasi Menghadapi Era Global


Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata
global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman
menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu
(benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini
tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi
yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition),
sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah,
atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara
di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis,  ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek
yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang
memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut
pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk
yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis
akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin
tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi
cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan
istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia
yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus
dalam Iaju yang semakin pesat sesuai dengan kemajuan teknologi.
Dalam era globalisasi peran transportasi dan komunikasi sangat
penting, yang dapat menyebabkan terjadinya penipisan batas-batas
antar negara ataupun antar daerah di suatu wilayah.

134 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Era globalisasi membuka peluang sekaligus tantangan bagi
pengusaha Indonesia termasuk usaha kecil, karena pada era ini
daya saing produk sangat tinggi, live cycle product relatif pendek
mengikuti trend pasar, dan kemampuan inovasi produk relatif cepat.
Ditinjau dari sisi ekspor, liberalisasi berdampak positif terhadap
produk tekstil/pakaian jadi , akan tetapi kurang menguntungkan
sektor pertanian khususnya produk makanan. Kinerja ekspor UKM
lebih kecil dibandingkan dengan negara tetangga seperti malaysia,
Filipina dan UKM, baik dalam hal nilai ekspor maupun dalam hal
divesifikasi produk. Ini menunjukkan ekspor produk UKM Iebih
terkonsentrasi pada produk tradisional yang memiliki keunggulan
komparatif seperti pakaian jadi, meubel.
Mengingat ketatnya persaingan yang dihadapi produk ekspor
Indonesia termasuk UMKM, maka Indonesia mengambil langkah-
langkah strategis, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Langkah-langkah strategis jangka panjang diantaranya diarahkan
untuk mengembangkan sumber daya manusia, teknologi dan jaringan
bisnis secara global.Sedangkan langkah-langkah strategis jangka
pendek diantaranya, melakukan diversifikasi produk, menjalin
kerjasama dengan pemerintah dan perusahaan besar, produksi,
memperkuat akses ke sumber-sumber informasi dan perbaikan
mutu.
Keberadaan beberapa koperasi telah dirasakan peran dan
manfaatnya bagi masyarakat, walaupun derajat dan intensitasnya
berbeda. Setidaknya terdapat tiga tingkat bentuk eksistensi koperasi
bagi masyarakat (PSP-IPB, 1999) :
1. Pertama, koperasi dipandang sebagai lembaga yang
menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu, dan kegiatan usaha
tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kegiatan usaha dimaksud
dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau perkreditan,
atau kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Pada tingkatan ini
biasanya koperasi penyediakan pelayanan kegiatan usaha yang
tidak diberikan oleh lembaga usaha lain atau lembaga usaha lain
tidak dapat melaksanakannya akibat adanya hambatan peraturan.
Peran koperasi ini juga terjadi jika pelanggan memang tidak

Perkembangan Koperasi di Indonesia 135


memiliki aksesibilitas pada pelayanan dari bentuk lembaga
lain. Hal ini dapat dilihat pada peran beberapa Koperasi Kredit
dalam menyediaan dana yang relatif mudah bagi anggotanya
dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk
memperoleh dana dari bank. Juga dapat dilihat pada beberapa
daerah yang dimana aspek geografis menjadi kendala bagi
masyarakat untuk menikmati pelayanan dari lembaga selain
koperasi yang berada di wilayahnya.
2. Kedua, koperasi telah menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain.
Pada kondisi ini masyarakat telah merasakan bahwa manfaat dan
peran koperasi lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain.
Keterlibatan anggota (atau juga bukan anggota) dengan koperasi
adalah karena pertimbangan rasional yang melihat koperasi
mampu memberikan pelayanan yang lebih baik.Koperasi yang
telah berada pada kondisi ini dinilai berada pada ‘tingkat’ yang
lebih tinggi dilihat dari perannya bagi masyarakat. Beberapa
KUD untuk beberapa kegiatan usaha tertentu diidentifikasikan
mampu memberi manfaat dan peran yang memang lebih baik
dibandingkan dengan lembaga usaha lain, demikian pula dengan
Koperasi Kredit.
3. Ketiga, koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh
anggotanya. Rasa memilki ini dinilai telah menjadi faktor
utama yang menyebabkan koperasi mampu bertahan pada
berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas
anggota dan kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi
menghadapi kesulitan tersebut. Sebagai ilustrasi, saat kondisi
perbankan menjadi tidak menentu dengan tingkat bunga yang
sangat tinggi, loyalitas anggota Kopdit membuat anggota
tersebut tidak memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank.
Pertimbangannya adalah bahwa keterkaitan dengan Kopdit
telah berjalan lama, telah diketahui kemampuannya melayani,
merupakan organisasi ‘milik’ anggota, dan ketidak-pastian dari
dayatarik bunga bank. Berdasarkan ketiga kondisi diatas, maka
wujud peran yang diharapkan sebenarnya adalah agar koperasi
dapat menjadi organisasi milik anggota sekaligus mampu menjadi
alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain.

136 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Jadi jelas terlihat bahwa Koperasi Indonesia masih sangat
penting walaupun harus menghadapi era globalisasi dimana
semakin banyak pesaing ekonomi yang bermunculan dari luar
negeri dan walaupun seperti itu, Koperasi masih sangat penting
dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, selalu berusaha
mensejahterakan rakyat Indonesia. Seperti yang pernah dikatakan
oleh Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono “Membangun ekonomi
Indonesia dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat tidak bisa
hanya mengikuti model ekonomi negara lain. Yang bisa akhirnya
menggangkat taraf hidup 240 juta di seluruh tanah air dari sabang
sampai marauke, dari Miangas hingga Pulau Rote adalah ekonomi
rakyat “. Jadi,koperasi tidak harus hilang berbaur atau mengikuti
trend negara lain dan masih dapat berdiri dan menjalankan fungsi-
fungsinnya selama ini

F. Koperasi dan tantangan Globalisasi


Ciri-ciri globalisasi ditandai dengan adanya pergerakan
barang, modal dan uang dengan bebas dan perlakuan terhadap
pelaku ekonomi sendiri dan asing (luar negeri) sama. Sehingga era
globalisasi sering menjadi dilema bagi masyarakat, pemerintah dan
dunia usaha. Kita tidak bisa membendung dan menahan bergulirnya
globalisasi di tengah-tengah masyarakat, yang bisa kita lakukan
adalah mengantisipasi dan mempersiapkan diri terhadap tantangan
globalisasi. Para pelaku usaha khususnya koperasi dan UMKM
harus mampu bersikap reaktif dan antisipatif menghadapi globalisasi
ekonomi. Bukan mengeluh dan berteriak bahwa kita belum siap
menghadapi globalisasi tanpa ada usaha dan kerja keras. Berteriak dan
mengeluh bukan merupakan jalan keluar dari ancaman globalisasi.
Kontroversipun muncul di kalangan akademisi, pengamat dan para
pelaku bisnis. Ada yang berteriak lantang, bahwa kita belum siap
menghadapi perdagangan bebas dengan Cina (ACFTA), namun
anehnya setelah ditelusuri siapa yang berteriak lantang? Rupanya
berasal dari pengamat bukan pelaku bisnis. Kalau ada pelaku bisnis

Perkembangan Koperasi di Indonesia 137


yang berteriak belum siap, bisa jadi mereka adalah pelaku bisnis
yang mengemplang pajak.  Cukup kita sadari bahwa globalisasi
ekonomi sekalipun telah menjadi sistem yang mendunia, tetapi
tetap saja berada dalam ranah yang penuh kontroversi. Di satu sisi
globalisasi mempunyai dampak positif di antara aktor-aktor ekonomi
dunia. Mereka meyakini bahwa pasar terbuka, arus modal tanpa
pembatas, akan memaksimalkan efisiensi dan efektifitas ekonomi
demi terwujudnya kesejahteraan untuk semua. Sebaliknya di sisi
lain kelompok anti globalisasi meyakini bahwa liberalisasi ekonomi
hanya akan menguntungkan yang kuat dan melumpuhkan yang
lemah, menciptakan kebangkrutan dan ketergantungan struktural
negara berkembang atas Negara maju.
Untuk itu globalisasi ekonomi haruslah disikapi dengan
kritis, hati-hati, dan penuh perhitungan. Seperti misalnya dampak
perdagangan Indonesia dengan Cina pasca ditetapkannya ACFTA,
apakah membawa nikmat dan berkah atau membawa sengsara.
Atau sengsara membawa nikmat. Membanjirnya produk dari Cina
di Indonesia, di satu sisi bisa menjadi pemicu bangkitnya UMKM
di negeri kita untuk meningkatkan daya saing produksinya. Namun
di sisi lain murahnya produk dari Cina menguntungkan konsumen
di negeri kita yang memiliki kemampuan daya beli terbatas karena
berpendapatan rendah.

G. Koperasi Juru Selamat


Saat keterpurukan perekonomian pasar yang menghasilkan
pengangguran dan kemiskinan besar-besaran di negeri ini, koperasi
telah tampil sebagai juru selamat bagi mereka yang terpinggirkan
dari perekenomian kapitalistik. Sekarang ini, koperasi telah menjadi
sumber penghidupan bagi 91,25 juta orang yang sebagian besar
ada di pedesaan, sedangkan usaha besar hanya mampu menyerap
2,52 juta orang (Nasution, 2008). Pengalaman ini tentu menjadi
pembelajaran berharga bagi pemerintah bahwa sektor usaha koperasi
dan UMKM menjadi soko guru dan urat nadi perekonomian di

138 MENEMBUS BADAI EKONOMI


negeri kita. Untuk itu kita tidak berharap, era globalisasi menjadikan
negeri kita semakin terpuruk yang disebabkan salah strategi dalam
mengelola pembangunan ekonomi dan politik. Reformasi yang perlu
digulirkan tidak saja reformasi politik, tetapi yang lebih penting
lagi adalah reformasi bidang ekonomi dan keuangan. Sektor usaha
kecil dan koperasi mesti harus menjadi prioritas utama pemerintah
dalam membangun ekonomi bangsa menuju era globalisasi dengan
berbagai strategi.
1. Pertama, perlu adanya perubahan dan pengembangan cara
pandang dalam pengelolaan koperasi. Dengan demikian,
diharapkan koperasi memiliki daya saing dan sekaligus
menjadi daya tarik bagi anggota maupun masyarakat. Untuk
meningkatkan daya saing, paling tidak ada lima (5) prasyarat
utama, yakni mereka memiliki sepenuhnya pendidikan, modal,
teknologi, informasi, dan input krusial lainnya. Pengembangan
koperasi di Indonesia selama ini masih pada tataran konsep yang
sangat sulit untuk diimplementasikan.Semakin banyak koperasi
yang tumbuh semakin banyak pula yang tidak aktif.Semakin
banyak koperasi yang sukses diikuti pula banyak koperasi yang
gagal dan bangkrut disebabkan karena ketidaksiapan sumber
daya manusianya.
2. Kedua, koperasi tidak mungkin tumbuh dan berkembang dengan
berpegang pada tata kelola yang tradisonal dan tidak berorientasi
pada kebutuhan pasar.Koperasi perlu diarahkan pada prinsip
pengelolaan secara modern dan aplikatif terhadap perkembangan
zaman dan tantangan yang semakin global.Untuk itu perbaikan
terhadap masalah pengelolaan manajemen dan organisasi perlu
terus dilakukan.
3. Ketiga, lingkungan internal UMKM dan koperasi harus
diperbaiki, yang mencakup aspek kualitas SDM, terutama jiwa
kewirausahaan (entrepreneurship), penguasaan pemanfaatan
teknologi dan informasi, struktur organisasi, sistem manajemen,
kultur/budaya bisnis, kekuatan modal dan jaringan bisnis
dengan pihak luar. Di samping itu, lingkungan eksternal harus
juga kondusif, yang terkait dengan kebijakan pemerintah, aspek

Perkembangan Koperasi di Indonesia 139


hukum, kondisi persaingan pasar, kondisi ekonomi-sosial-
kemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan
masyarakat, dan perubahan ekonomi global.
4. Keempat, kita semua harus bersepakat bahwa tujuan pendirian
koperasi benar-benar untuk menyejahterakan anggotanya.
Pembangunan kesadaran akan tujuan perlu dijabarkan dalam
visi, misi dan program kerja yang sesuai, yang merupakan modal
penting bagi pengelolaan koperasi secara profesional, amanah,
dan akuntabel. Untuk itu strategi kerja sama antar koperasi
maupun kerja sama dengan para pelaku lainnya dengan prinsip
saling menguntungkan perlu dikembangkan, sehingga koperasi
dan UMKM mampu menjadi the bigger is better dan small is
beautiful.

H. Peluang dan Tantangan Koperasi di Era Global


Pada waktu krisis moneter dan ekonomi menghantam
Indonesia, ternyata BUMS dan BUMN/BUMD banyak yang gulung
tikar, meninggalkan hutang yang begiti besar.Usaha kecil, Menengah
dan Koperasi (UKMK) yang biasanya dianggap tidak penting dan
disepelekan justru sebagian besar dapat eksis dalam menghadapi
badai krisis. Dengan demikian sector yang disebut belakangan
(UKMK) dapat menjadi pengganjal untuk tidak terjadinya
kebangkrutan perekonomian, bahkan sebaliknya dapat diharapkan
sebagai motor penggerak roda perekonomian nasional untuk keluar
dari krisis. Sebagai missal banyak peluang pasar yang semula tertutup
sekarang menjadi terbuka. Contohnya, akibat mahalnya harga obat,
yang sebagian besar masih diimpor, produsen jamu (ada membentuk
koperasi) mendapat kesempatan memperlebar pasarnya dari pangsa
yang lebih menyerupai “ceruk pasar” menuju kepada pasar yang
lebih bermakna. Seandainya globalisasi benar-benar terwujud sesuai
dengan sekenario terjadinya pasar bebas dan persaingan bebas, maka
bukan berarti tamatlah riwayat koperasi.Peluang koperasi untuk tetap
berperan dalam percaturan perekonomian nasional dan internasional

140 MENEMBUS BADAI EKONOMI


terbuka lebar asalkan koperasi dapat berbenah diri menjadi salah satu
pelaku ekonomi (badan usaha) yang kompetitif dibandingkan pelaku
ekonomi lainnya. Tantangan untuk pengembangan masa depan
memang relative berat, karena kalau tidak dilakukan pemberdayaan
dalam koperasi dapat tergusur dalam percaturan persaingan yang
makin intens dan mengglobal. Kalu kita lihat cirri-ciri globalisasi
dimana pergerakkan barang, modal dan uang demikian bebas dan
perlakuan terhadap pelaku ekonomi sendiri dan asing(luar negeri)
sama, maka tidak ada alasan lagi bagi suatu Negara untuk menidurkan
para pelaku ekonomi (termasuk koperasi)yang tidak efisien dan
kompetitif.
E.F. Schumacher (1978) berpendapat bahwa small is
beautiful. John Naisbitt (1944) merasa percaya bahwa masa depan
perekonomian global berada ditangan unit usaha yang kecil, otonom,
namun padat teknologi. Dari kedua pendapat tersebut mendorong
keyakinan kita bahwa sektor-sektor usaha kecil di Indonesia perlu
diberi kesempatan untuk berperan lebih banyak. Oleh karena itu.
paradigms pengembangan ekonomi rakyat layak diaplikasikan dalam
tatanan praktis. Pendapat A.P.Y. Djogo (dalam Mubyarto, 1999)
perlu dikemukakan yang menganalisis perbedaan antara “ekonomi
rakyat” dan “ekonomi konglomerat” dengan kesimpulan bahwa,
jika ekonomi konglomerat “sejak dari sananya” adalah “ekonomi
pertumbuhan”, maka ekonomi rakyat adalah “ekonomi pemerataan”.
Keistimewaan koperasi tidak dikenal adanya majikan dan buruh,
serta tidak ada istilah pemegang saham mayoritas. Semua anggota
berposisi sama, dengan hak suara yang sama.
Oleh karena itu, apabila aktivitas produksi yang dilakukan
koperasi ternyata dapat member laba finansial, semua pihak akan turut
menikmati laba tersebut. Untuk mengembangkan koperasi banyak
hal yang perlu dibenahi, baik keadaan internal maupun eksternal.
Di sisi internal, dalam tubuh koperasi masih banyak virus yang
merugikan.Yang paling berbahaya adalah penyalahgunaan koperasi
sebagai wahana sosial politik. Manuver koperasi pada akhirnya bukan
ditujukan untuk kemajuan kopearasi dan kesejahteraan anggota,
mealinkan untuk keuntungan politis kelompok tertentu..Sebagai

Perkembangan Koperasi di Indonesia 141


contoh, mislanya KUD (Koperasi Unit Desa) diplesetkan menjadi
“Ketua Untung Dulu”, tentunya menggambarkan yang diuntungkan
koperasi adalah para elit pengurusnya (Indra Ismawan, 2001).
Parahnya lagi para pengurus koperasi kadangkala merangkap jabatan
birokratis, politis atau jabatan kemasyarakatan, sehingga terjadinya
konflik peran.Konflik yang berlatarbelakang non koperasi dapat
terbawa kedalam lembaga koperasi, sehingga mempengaruhi citra
koperasi. Dari sisi eksternal, terdapat semacam ambiguitas pemerintah
dalam konteks pengembangan koperasi. Karena sumberdaya dan
budidaya koperasi lebih di alokasikan untuk menguraikan konflik-
konflik sosial politik, maka agenda ekonomi konkret tidak dapat
diwujudkan. Koperasi jadi impoten, di mana fungsi sebagai wahana
mobilisasi tidak dan perjuangan perekonomian rakyat kecil tidak
berjalan. Jadi langkah pembenahan koperasi,
1. Pertama-tama harus dapat merestrukturisasi hambatan internal,
dengan mengkikis habis segala konflik yang ada.Untuk mengganti
mentalitas pencarian rente yang oportunitis, dibutuhkan upaya
penumbuhkembangan etos dan mentalitas kewirausahaan para
pengurus dan angota koperasi. Langkah-langkah inovasi usaha
perlu terus ditumbuhkembangkan.
2. Kedua, pembenahan manajerial. Manajemen koperasi dimasa
datang menghendaki pengarahan fokus terhadap paasr, sistem
pencatatan keuangan yang baik, serta perencanaan arus kas dan
kebutuhan modal mendatang.
3. Ketiga, strategi integrasi keluar dan kedalam. Dalam integrasi ke
luar, dibutuhkan kerjasama terspesialisasi antar koperasi maupun
kerjasama dengan para pelaku lainnya dengan prinsip saling
menguntungkan. Ke dalam, koperasi dituntut untuk menempatkan
anggotanya sebagai pelaku aktif dalam proses produksi dan
distribusi dapat memenuhi suarat-syarat penghematan biaya,
pemanfaatan modal, spesialisasi, keorganisasian, fleksibilitas
dan pemekaran kesempatan kerhja. Menurut Indra Ismawan
(2001), pada gilirannya koperasi akan memadukan istilah The
Bigger dengan small is beautifull.

142 MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB KEARIFAN LOKAL
X DAN TANTANGAN
ZAMAN

Kearifan lokal merupakan suatu bentuk warisan budaya


Indonesia yang telah berkembang sejak lama. Kearifan lokal lahir
dari pemikiran dan nilai yang diyakini suatu masyarakat terhadap
alam dan lingkungannya. Di dalam kearifan lokal terkandung nilai-
nilai, norma-norma, sistem kepercayaan, dan ide-ide masyarakat
setempat. Oleh karena itu kearifan lokal di setiap daerah berbeda-
beda. Kearifan lokal berkaitan erat dengan pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan. Masyarakat memiliki sudut pandang tersendiri
terhadap alam dan lingkungannya. Masyarakat mengembangkan
cara-cara tersendiri untuk memelihara keseimbangan alam dan
lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan melalui pengembangan kearifan
lokal memiliki kelebihan tersendiri. Selain untuk memelihara
keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungannya, kebudayaan
masyarakat setempat pun dapat dilestarikan.
Kearifan lokal memiliki banyak fungsi sebagaimana yang
diungkapkan oleh Aulia (2010), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk
kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma,
kepercayaan, dan aturan-aturan khusus.
Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi
kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi tersebut
antara lain adalah:
1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian
sumberdaya alam.
2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya
manusia.

Kearifan Lokal dan Tantangan Zaman 143


3. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
Namun, dewasa ini kearifan lokal menghadapi tantangan-
tantangan yang mengancam keberadaan dan kelestariannya.
Kearifan lokal yang telah terbentuk sejak lama kini mulai terkikis
seiring berkembangnya teknologi diikuti meningkatnya proses adopsi
inovasi serta difusi adopsi teknologi. Suhartini (2009) menyatakan
bahwa kearifan lokal-kearifan lokal ikut berperan dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungannya. Namun demikian kearifan
lokal juga tidak lepas dari berbagai tantangan seperti: bertambahnya
terus jumlah penduduk, teknologi modern dan budaya, modal besar
serta kemiskinan dan kesenjangan.
Berbagai teknologi yang berkembang saat ini pada
dasarnya memiliki potensi besar untuk merusak keseimbangan
alam dan lingkungan. Berbagai bentuk eksploitasi terhadap alam
kini sudah merupakan hal yang dianggap biasa. Begitu banyak
elemen masyarakat hingga pemerintah mengadopsi berbagai
teknologi untuk mengekploitasi alam secara besar-besaran, tanpa
pernah memperhatikan aspek kearifan lokal yang berkembang
di masyarakat. Salah satu contoh adalah penggunaan teknologi
penangkapan ikan di Maluku yang tidak memperhatikan kearifan
lokal masayarakat. Dampak yang ditimbulkan adalah rusaknya
sumberdaya air dan tersingkirkannya kearifan lokal masyarakat
Maluku yang disebut sasih1. Sehingga pada akhirnya secara
perlahan-lahan kearifan-kearifan lokal tersebut memudar bahkan
menghilang di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Selain itu juga
berakibat kepada terjadinya ketidakseimbangan lingkungan yang
dapat mengakibatkan terjadinya berbagai bencana alam. Masuknya
berbagai teknologi tersebut menyingkirkan peran kearifan lokal
dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan adalah norma-
norma yang didasarkan pengetahuan lokal yang mengatur waktu
pemanenan ikan.

144 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Masayarakat memiliki pengetahuan pada bulan-bulan kapan
ikan bertelur. Masyarakat mulai meninggalkan pola pikir holistik2
dan beralih kepada pola pikir mekanistik3 serta berorientasi komersil.
Sehingga melahirkan perilaku-perilaku yang ingin menaklukan alam
untuk memenuhi kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok.
Sehingga pada akhirnya banyak terjadi berbagai bencana alam akibat
keseimbangan alam diganggu.
Selain perkembangan teknologi, tantangan-tantangan lain
yang dihadapi kearifan lokal-kearifan lokal masyarakat adalah
pertambahan penduduk. Robert Malthus dalam Suhartini menyatakan
bahwa penduduk yang banyak merupakan penyebab kemiskinan, hal
ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang mengikuti deret
ukur tidak akan pernah terkejar oleh pertambahan makanan dan
pakaian yang hanya mengikuti deret hitung (Soerjani dkk, 1997:99).
Adanya kebutuhan pangan yang tinggi menuntut orang untuk
meningkatkan produksinya guna mencukupi kebutuhan tersebut,
sehingga melakukan modernisasi pertanian dengan melakukan
revolusi hijau. Dalam Revolusi hijau dikembangkan penggunaan
bibit unggul, pemupukan kimia, pengendalian hama penyakit dengan
obat-obatan, pembangunan saluran irigasi secara besar-besaran
untuk pengairan dan penggunaan teknologi pertanian dengan traktor
untuk mempercepat pekerjaan. Sebagai akibat pelaksanaan revolusi
hijau yang menekankan pada tanaman padi secara monokultur
dengan bibit unggul maka akan mempengaruhi kehidupan petani
lokal dalam menggunakan bibit lokal yang sebenarnya mempunyai
ketahanan terhadap hama dan penyakit, pupuk kandang dan pupuk
organik yang digantikan dengan pupuk kimia, penggunaan hewan
untuk membajak yang digantikan traktor, penggunaan obat-obatan
dari tanaman untuk pertanian dengan obat-obatan kimia. Berikut
dipaparkan salah satu contoh persentase penggunaan berbagai pupuk
di daerah Temanggu. Tabel berikut menunjukkan bahwa semakin
meningkatnya ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk
kimia dibandingkan penggunaan pupuk organik.

Kearifan Lokal dan Tantangan Zaman 145


Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, prospek kearifan
lokal di masa depan bergantung dari pemanfaatan dan pemberdayaan
kearifan lokal yang dimiliki masyarakat guna mengelola sumberdaya
alam dan lingkungan. Pengetahuan mengenai kearifan lokal yang
dimiliki masyarakat yang diturunkan secara turun temurun serta
inovasi dan teknologi juga mempengaruhi keberlangsungan kearifan
lokal di masa depan. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan
sudah saatnya memberlakukan kebijakan terkait adopsi teknologi
penggunaannya serta difusi teknologi yang melindungi sumberdaya
alam dan lingkungan melalui kearifan lokal. Berbagai kearifan lokal
yang masih bertahan adalah pranoto mongso4 di Jawa dan nyabuk
gunung.
Sartini mengungkapkan bahwa ada banyak peluang untuk
pengembangan wacana kearifan lokal Nusantara. Di samping itu
kearifan lokal dapat didekati dari nila-inilai yang berkembang di
dalamnya seperti nilai religius, nilai etis, estetis, intelektual atau
bahkan nilai lain seperti ekonomi, teknologi dan lainnya. Maka
kekayaan kearifan lokal menjadi lahan yang cukup subur untuk
digali, diwacanakan dan dianalisis mengingat faktor perkembangan
budaya terjadi dengan begitu pesatnya. 

A. Berfikir Global Bertindak Lokal


Globalisasi yang dikatakan menembus batas ruang dan waktu
menjadikan tema lokalitas hangat diperbincangkan. Sebuah upaya
dalam kesadaran berbagsa dan bernegara dimana warganya sudah,
saya rasa dan mungkin Anda rasakan, frustasi dengan penggerak roda
pemerintahan pusat. Wacana yang digulirkan dari berbagai forum
diskusi, seminar, ataupun kuliah hanya satu: Perlawanan. Paradigma
yang dibangun juga selalu sama, daya saing sebuah negara bangsa
dalam kancah dunia internasional. Industri massif untuk keperluan
global kini mulai dipertanyakan. Muncullah kemudian slogan-slogan

146 MENEMBUS BADAI EKONOMI


hingga gerakan legal dan non-legal berdiri atas nama menjunjung
tinggi nilai lokalitas. Ranah teknisi praktis bukan dikolaborasikan,
namun, justru dibenturkan dengan data-data sejarah. Sebuah niatan
luhur.
Kebangkitan gerakan lokal selalu memiliki tiga senjata, yaitu
tradisi, seni, dan makanan. Selain dari itu seringkali masih sulit untuk
diterima. Gerakan tersebut mengambil hati masyarakat luas dengan
sebuah harapan akan kesejahteraan, lagi-lagi menyentuh dimensi
ekonomis. Terkhusus untuk orang-orang yang memiliki latar belakang
Jawa, pengarsipan mengenai wilayah yang mereka tempati ini
tersedia dengan sangat banyak. Alhasil, acuan yang mereka gunakan
dengan mudah dicari dan tidak perlu sulit riset ataupun analisis
yang memakan waktu lama. Majapahit menjadi tonggak terpenting
sejarah kejayaan kelompok lokal atas pendudukan wilayah lain yang
disebut Nusantara. Gerakan bernafaskan lokal ini selalu memilih
jalan untuk kemudian ‘menduniakan’ unsur-unsur lokal mereka.
Berbeda dengan industri skala besar, mereka tetap membangun pola
yang terpusat. Ini merupakan sebuah strategi defensif secara spasial
yang mencakup berbagai macam sumber daya yang ada didalamnya.
Kemudian yang mereka junjung tinggi hanya berada pada satu kata,
keaslian. Gerakan ini dibuat seolah menjadi kesadaran komunal.
Namun saya katakan ini merupakan fiktif belaka.
Gerakan untuk membangkitkan unsur lokalitas tidak dibangun
atas dasar kesadaran komunal untuk menjadi sebuah wilayah yang
berdikari. Pendirian gerakan-gerakan yang bersifat lokal selalu rawan
ditunggangi berbagai kepentingan privatisasi. Isu pemberdayaan
masyarakat dengan mengembangkan tradisi, seni, dan makanan
sebagai pemicu ekonomi kreatif, tidaklah kemudian menjadi sebuah
perlawanan yang utuh. Pada saatnya, ketika senjata-senjata ini ampuh
untuk memicu perekonomian masyarakat, saat itu pula hukum alam
kapitalisme bermain. Hanya ada dua kemungkinan yang terjadi
selanjutnya. Pertama, terjadinya pemiskinan secara komunal; dan
kedua, terjadi jurang kesenjangan yang begitu besar. Dalam gerakan-

Kearifan Lokal dan Tantangan Zaman 147


gerakan bernafaskan kebangkitan unsur lokal, mereka menempatkan
pasar sebagai salah satu tujuan utama selain penguatan identitas.
Gerakan lokal yang pendiriannya dikatakan sebagai kesadaran
komunal hanya mengantarkan kepada bentuk privatisasi lain.
Gerakan bernafaskan lokalitas, selalu memiliki sebuah strategi
yang mereka sebut sebagai strategi budaya. Mereka menolak untuk
menyamakannya sebagai strategi politik. Dasar dari argumen tersebut
berasal dari satu kalimat. Kekecewaan dan keputusasaan terhadap
negara. Dalih ini selalu muncul untuk ‘memurnikan’ setiap gerak-
gerik mereka dan mengatasnamakan kesadaran komunal dari orang-
orang yang peduli dengan budaya lokal. Legalitas mereka dapatkan
dari gerakan sejenis yang ada di kancah nasional, seperti kementrian
lalu turun ke dewan kesenian dan juga dinas pariwisata serta
kebudayaan, provinsi lalu kaderisasi hingga tingkat desa. Paradigma
yang dibangun tidak lagi diharuskan untuk bangga jika kemudian
mereka ‘ditanggap’ oleh para pejabat. Mereka diberikan dikotomi
untuk langsung menyasar tingkat global. Afiliasi yang paling dekat
dengan gerakan ini adalah sebagai bagian dari promosi wisata. Celah
mereka dapatkan dari wisata tidak kemudian menjadikan gerakan
mereka hanya sebagai sebuah distributor barang siap pakai yang
diambil dari etalase toko oleh pembeli.
Ketakutan nyata dari gerakan ini adalah hilangnya bentuk-
bentuk dari lokalitas itu sendiri. Nilai yang kemudian terkandung
didalamnya hanyalah sebagai ‘tempelan’, agar setidaknya ada
pelajaran hidup yang didapatkan selain nilai ekonomis semata. Tidak
berarti saya melihat tidak ada niatan baik untuk kemudian mengubah
paradigma pembagian wilayah adidaya di dunia. Ketika sebuah
perlawanan dengan senjata-senjata ini dikeluarkan, saya rasa pasar
bukanlah tujuan yang sebenarnya. Memang pada dasarnya gerakan
bernafaskan lokalitas ini memiliki niatan untuk melestarikan budaya
dan juga menolak bentuk-bentuk penyergaman atas globalisasi.
Sayangnya, gerakan-gerakan semacam ini seringkali mengkerdilkan
perbedaan-perbedaan. Pada satu kesempatan, dalam satu forum

148 MENEMBUS BADAI EKONOMI


diskusi mengkritisi habis-habisan tayangan MAHABARATA yang
sangat digandrungi. Kemudian segala yang menjadi catatan sejarah
mereka kuatkan dengan perbandingan yang seringkali sangat tidak
berbanding. Dan masih banyak lagi.
Pernah dalam sejarah Indonesia, nilai-nilai lokal sangat
dipersempit ruang geraknya. Pemerintah meneriakkan nasionalisme
dengan praktik-praktik penguasaan di berbagai wilayah. Semboyan
Bhineka Tunggal Ika adalah mantra sakti bagi pemerintah saat itu.
Sampai hari ini semboyan itu tetap menjadi mantra sakti, namun
bertransfromasi. Identitas nasional bukan lagi dibentuk dan dibangun
oleh pemerintah. Hari ini kesadaran berbangsa tumbuh dari pojok-
pojok negeri ini.
Gerakan bernafaskan lokalitas dengan gagah menyatakan
identitas lokal mereka yang kemudian dibawah naungan semboyan
Bhineka Tunggal Ika. Semangat untuk meningkatkan kesejahteraan
bukan hanya untuk masyarakat di wilayah tersebut, namun juga
diharapkan sebagai pemicu bagi daerah-daerah lainnya untuk
melakukan gerakan yang sama. Namun, kembali lagi, faktor
kesejarahan yang kemudian mendominasi bangsa ini untuk saya
menjadi sebuah kerisauan tersendiri. Bagaimana mungkin, ketika
sebuah wilayah di NTT membuat gerakan yang sama dengan landasan
sekuat di Jawa Timur. Ketimpangan terjadi. Ada yang menjadikan
gerakan-gerakan ini tidak kemudian mengambil faktor sejarah
atas dominasi, yaitu pasar. Ini menjadi sebuah ajang pertaruhan
dari kebangkitan gerakan-gerakan lokal yang kemudian menyasar
pada persaingan. Pada saat itulah kecerdikan dari aktor-aktor yang
mengerti sekali bahwa manusia adalah homo economicus bermain.
Ketimpangan ini akan menjadikan masyarakat di sebuah
wilayah tidak ingin dipersamakan dengan masyarakat di wilayah
lainnya. Pertarungan wacana dari setiap gerakan lokal akan
menjadikan identitas sebagai dalih pemersatu dan pada saatnya
menjadi terbelah-belah. Bagi saya, ini merupakan cerminan bahwa
negara ini sedang berada pada titik kegoyahan. Gerakan ini bukan

Kearifan Lokal dan Tantangan Zaman 149


hanya merujuk pada kerinduan warga negara untuk terlahir dengan
identitas kultural. Lebih dari itu, gerakan ini merangsek masuk
pada nalar masyarakat bahwa negara hanya sebagai boneka dan alat
penindas bagi warganya.

150 MENEMBUS BADAI EKONOMI


BAB
XI KEARIFAN LOKAL
DI INDONESIA

A. Kearifan Lokal
Menelisik pengertian kearifan lokal, hal pertama yang perlu
dilakukan adalah melihat pengertian kamus tentang istilah itu. Da-
lam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua
kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris In-
donesia John M. Echols dan Hassan Shadily, local berarti setempat,
sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Kearifan
lokal secara sederhana dapat diartikan sebagai kebijaksanaan lokal.
Secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem
pengetahuan masyarakat lokal/pribumi (indigenous knowledge sys-
tems) yang bersifat empirik dan pragmatis. Bersifat empirik karena
hasil olahan masyarakat secara lokal berangkat dari fakta-fakta yang
terjadi di sekeliling kehidupan mereka. Bertujuan pragmatis karena
seluruh konsep yang terbangun sebagai hasil olah pikir dalam sistem
pengetahuan itu bertujuan untuk pemecahan masalah sehari-hari
(daily problem solving).
Dalam pengertian yang lebih luas, kearifan lokal dapat dipa-
hami sebagai berikut: “Local wisdom is the knowledge that discov-
ered or acquired by local people through the accumulation of experi-
ences in trials and integrated with the understanding of surrounding
nature and culture” (Naritoom, --)
Naritoom mengartikan kearifan lokal sebagai pengetahuan
yang terakumulasi karena pengalaman-pengalaman hidup, dipelajari
dari berbagai situasi di sekeliling kehidupan manusia dalam suatu
wilayah. Hal serupa dapat dilihat pada definisi yang dimunculkan
dalam situs Wikipedia.com:‘Traditional knowledge, indigenous
knowledge, and local knowledge generally refer to the matured long-

Kearifan Lokal di Indonesia 151


standing traditions and practices of certain regional, indigenous, or
local communities. Traditional knowledge also encompasses the lo-
cal, knowledge, and teachings of these communities. In many cases,
traditional knowledge has been orally passed for generations from
person to person. Some forms of traditional knowledge are expressed
through stories, legends, folklore, rituals, songs, and even laws. Oth-
er forms of traditional knowledge are often expressed through differ-
ent means.” (Sitasi dari Wikipedia, 2010)
Dari definisi-definisi itu, kita dapat memahami bahwa keari-
fan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur
dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan
pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan
serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk
pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-leg-
enda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum
setempat.
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika
masyarakat lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau men-
erima dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka.
Dengan cara itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dari
budaya lokal. Hal itu dapat dilihat dari ekspresi kearifan lokal da-
lam kehidupan setiap hari karena telah terinternalisasi dengan sangat
baik. Tiap bagian dari kehidupan masyarakat lokal diarahkan secara
arif berdasarkan sistem pengetahuan mereka, dimana tidak hanya
bermanfaat dalam aktifitas keseharian dan interaksi dengan sesama
saja, tetapi juga dalam situasi-situasi yang tidak terduga seperti ben-
cana yang datang tiba-tiba.
Berangkat dari semua itu, kearifan lokal adalah persoalan
identitas. Sebagai sistem pengetahuan lokal, ia membedakan suatu
masyarakat lokal dengan masyarakat lokal yang lainnya. Perbedaan
itu dapat dilihat dari tipe-tipe kearifan lokal yang dapat ditelusuri:
1. Kearifan lokal dalam hubungan dengan makanan: khusus ber-
hubungan dengan lingkungan setempat, dicocokkan dengan

152 MENEMBUS BADAI EKONOMI


iklim dan bahan makanan pokok setempat. (Contoh: Sasi laut di
Maluku dan beberapa tempat lain sebagai bagian dari kearifan
lokal dengan tujuan agar sumber pangan masyarakat dapat tetap
terjaga).
2. Kearifan lokal dalam hubungan dengan pengobatan: untuk
pencegahan dan pengobatan. (Contoh: Masing-masing daerah
memiliki tanaman obat tradisional dengan khasiat yang berbeda-
beda).
3. Kearifan lokal dalam hubungan dengan sistem produksi: Tentu
saja berkaitan dengan sistem produksi lokal yang tradisional, se-
bagai bagian upaya pemenuhan kebutuhan dan manajemen ten-
aga kerja. (Contoh: Subak di Bali; di Maluku ada Masohi untuk
membuka lahan pertanian, dll.).
4. Kearifan lokal dalam hubungan dengan perumahan: disesuaikan
dengan iklim dan bahan baku yang tersedia di wilayah tersebut
(Contoh: Rumah orang Eskimo; Rumah yang terbuat dari gaba-
gaba di Ambon, dll.).
5. Kearifan lokal dalam hubungan dengan pakaian: disesuaikan
dengan iklim dan bahan baku yang tersedia di wilayah itu.
6. Kearifan lokal dalam hubungan sesama manusia: sistem penge-
tahuan lokal sebagai hasil interaksi terus menerus yang terban-
gun karena kebutuhan-kebutuhan di atas. (Contoh: Hubungan
Pela di Maluku juga berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan
pangan, perumahan, sistem produksi dan lain sebagainya).

B. Tantangan Terhadap Kearifan Lokal


Bila ada sistem pengetahuan lokal, maka ada juga sistem
pengetahuan global. Apabila sistem pengetahuan lokal merupakan
kategori pembeda antara suatu komunitas lokal dengan komunitas
lokal yang lain, maka sistem pengetahuan global berupaya mengata-
si semua pengetahuan lokal dan menjadikan semua masyarakat lokal

Kearifan Lokal di Indonesia 153


terintegrasi ke dalam satu sistem pengetahuan saja. Apabila sistem
pengetahuan lokal muncul dalam bentuk mitos-mitos tradisional,
maka sistem pengetahuan global muncul pula dalam mitos-mitos
modern. Salah satu mitos yang sangat terkenal, khususnya di neg-
ara-negara berkembang dan bekas jajahan adalah “pembangunan”.
Mitos pembangunan muncul guna membungkus ideologi “ekonomi
politik pembangunan” negara-negara maju.
Definisi tentang pembangunan akan terus mengalami peruba-
han, disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Tetapi pada umumnya,
pembangunan diartikan sebagai suatu proses perubahan dari kondisi
yang tidak baik menjadi yang lebih baik. Indikator-indikator yang
menunjukkan suatu kondisi tidak baik tidak ditentukan begitu saja,
tetapi ada prosesnya tersendiri. Dalam perspektif pembangunan se-
cara umum, pembangunan ekonomi mendapatkan porsi yang lebih
karena indikator kemajuan suatu negara adalah pertumbuhan ekono-
mi yang baik. Namun, untuk memahami pembangunan ekonomi,
mesti melibatkan perspektif politik. Hal itu disebabkan karena peru-
musan kebijakan pembangunan merupakan proses politik yang me-
libatkan beragam aktor – mulai dari negara, birokrat, politisi, pengu-
saha, lembaga swadaya masyarakat hingga masyarakat itu sendiri –
dengan beragam kepentingan pula, yang interaksinya bisa jadi saling
berbenturan. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mengatasi
konflik tersebut, para aktor dituntut melakukan berbagai negosiasi
dan kompromi. Dengan demikian untuk memahami kebijakan pem-
bangunan dengan benar perlu ditelusuri secara cermat perilaku, mo-
tivasi atau pun preferensi para aktornya sehingga diperoleh jawaban:
siapa memperoleh apa, berapa banyak, mengapa dan dengan cara
bagaimana dari kebijakan pembangunan yang berlangsung di suatu
negara dalam kurun waktu tertentu.
Dalam kerangka politik ekonomi pembangunan, kearifan lokal
tidak mendapatkan tempat sama sekali karena telah disingkirkan
oleh sistem pasar dan negara. Investasi demi pertumbuhan ekonomi
negara adalah lebih penting daripada suatu tindakan berkelanjutan

154 MENEMBUS BADAI EKONOMI


bagi masa depan manusia yang menjadi inti dari kearifan masyarakat
lokal. Dalam beberapa kasus, bukan saja sistem pengetahuan lokal
masyarakat yang terpinggirkan, tetapi juga masyarakat lokal secara
fisik dipinggirkan atau direlokasi dengan alasan pembangunan. Se-
lain itu, dengan alasan investasi pula, keamanan menjadi faktor pent-
ing dalam pembangunan. Struktur pengamanan dibangun sampai
ke pelosok-pelosok negeri dengan melibatkan aparat-aparat negara
yang cenderung tidak memahami cara-cara masyarakat lokal menye-
lesaikan sengketa di antara mereka
Masyarakat lokal yang terorganisir dengan baik dan menda-
patkan tempatnya dalam sistem pemerintahan negara Indonesia
adalah negeri (desa). Negeri telah lama menjadi basis pertempuran
antara masyarakat vs negara, sosialisme vs kapitalisme. Secara so-
sio-historis, negeri-negeri pada umumnya berbasis ekonomi sosialis
(prakteknya mendahului istilah). Kepemilikan tanah dikelola secara
komunal dengan semangat egalitarian dan pemerataan. Hukum adat
tidak mengenal kepemilikan pribadi yang mutlak, yang dapat men-
imbulkan ketimpangan dalam sistem masyarakat tradisional. Hak-
hak ulayat atau petuanan adat atas tanah menjadi contoh penting ba-
gaimana pengelolaan tanah itu dilakukan di negeri-negeri adat.
Masalah muncul ketika sistem desa di Jawa dipaksakan untuk
diberlakukan di luar Jawa. Di Jawa, telah lama terjadi penundukkan
kerajaan terhadap desa dan membuat ketimpangan ekonomi-politik.
Cerita-cerita lokal yang bisa diketahui melalui legenda atau sejarah
menunjukkan dengan jelas bahwa desa sebagai wilayah dan komuni-
tas lokal menjadi domain mutlak kerajaan. Raja di Jawa adalah pen-
guasa pribadi yang melakukan pengendalian dan pemilikan atas desa
beserta seluruh isinya, terutama tanah dan penduduknya secara abso-
lut. Raja memiliki hak penggunaan kekerasan dengan aparat-aparat
kerajaan yang terlatih untuk melakukan tindakan represi terhadap
desa. Para penguasa lokal tunduk kepada raja dan harus memberikan
upeti karena semua wilayah itu adalah milik raja. Ketika sistem desa
diperkenalkan ke luar Jawa, maka jiwa dan semangat sebagai klien

Kearifan Lokal di Indonesia 155


terhadap patron itu pun terbawa ke sana. Campur tangan negara mu-
lai nyata dan merubah hampir seluruh sistem pemerintahan adat,
dengan hukum-hukum adat yang berlaku.
Kondisi itu menjadi basis yang kuat bagi kolonialisme
mengembangkan sistem kapitalis dan mengeksploitasi tanah dan
penduduk desa. Kolonialismelah yang membawa sistem pengeta-
huan modern ke negara-negara jajahan, memperkenalkan dan mem-
praktekannya.

C. Posisi Kearifan Lokal Guna Pemecahan Masalah


Masa Kini
Tidak dapat dipungkiri, saat ini dunia mengalami permasala-
han yang belum pernah dialami sebelumnya. Setelah terjadi dua kali
perang dunia yang meluluhlantahkan segi-segi kemanusiaan, maka
sistem pengetahuan modern yang menjadikan manusia dengan ke-
mampuan rasionya sebagai tuan atas dirinya dan dunia pun mulai
dikritik. Kritik-kritik itu datang karena ketidakmampuan rasio mod-
ern mengeliminasi kehancuran-kehancuran yang ditimbulkan akibat
kepentingan di balik setiap penemuan-penemuan di bidang ilmu dan
teknologi. Saat ini dunia kembali berhadapan dengan situasi lain,
yaitu perubahan iklim yang tidak lagi menentu. Sekali lagi rasio
modern yang menjadikan pembangunan sebagai salah satu proses
penting mendapat tantangannya. Dengan alasan pembangunan, ling-
kungan tempat hidup manusia diobrak-abrik, kota-kota baru diban-
gun, tambang-tambang baru dibuka, hanya untuk memenuhi nafsu
konsumsi manusia.
Pada tahap itulah, ketika manusia dengan rasio modernnya te-
lah bingung berhadapan dengan alam karena sudah tidak mampu lagi
menguasainya, kearifan lokal memperoleh tempatnya kembali. Ke-
harmonisan dengan lingkunganlah yang dapat menjamin masa depan
manusia. Hal itu tentu saja telah dibuktikan lewat proses panjang ke-

156 MENEMBUS BADAI EKONOMI


hidupan leluhur dalam komunitas-komunitas lokal dalam mensiasati
alam lewat budaya yang arif dan bijaksana. Dalam beberapa kasus,
konflik di Maluku misalnya, ketika kemampuan pengetahuan ilmiah
dalam hubungan dengan manajemen konflik sepertinya sudah tidak
mampu menemukan solusi terbaik, hanya kearifan lokal yang men-
jadi titik balik semua itu.

D. Kebudayaan Jawa
1. Kearifan Lokal Di Mojokerto
Budaya Jawa mempunyai peranan penting dalam
budaya Indonesia, termasuk bahasanya. Bahasa Jawa menjadi
salah satu pendukung atau pemerkaya bahasa Indonesia.
Tidak sedikit kosakata bahasa Jawa menjadi warga bahasa
Indonesia. Untuk itu, tidak berlebihan jika bangunan bahasa
Indonesia ditopang oleh bahasa Jawa. Kearifan lokal, terdiri
dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau kebijaksanaan
dan lokal (local) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah
gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya.
Menurut Gobyah nilai terpentingnya adalah kebenaran
yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Secara
konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan
kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-
nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara
tradisional.
Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan
unsur bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa,
yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada
tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan)
dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Dari penjelasan

Kearifan Lokal di Indonesia 157


beliau dapat dilihat bahwa kearifan lokal merupakan langkah
penerapan dari tradisi yang diterjemahkan dalam artefak
fisik. Hal terpenting dari kearifan lokal adalah proses
sebelum implementasi tradisi pada artefak fisik, yaitu nilai-
nilai dari alam untuk mengajak dan mengajarkan tentang
bagaimana ‘membaca’ potensi alam dan menuliskannya
kembali sebagai tradisi yang diterima secara universal oleh
masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai tradisi
untuk menselaraskan kehidupan manusia dengan cara
menghargai, memelihara dan melestarikan alam lingkungan.
Hal ini dapat dilihat bahwa semakin adanya penyempurnaan
arti dan saling mendukung, yang intinya adalah memahami
bakat dan potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya
sebagai tradisi.
Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan
nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam suatu
masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan
lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-
nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut.
Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini
sudah diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita
kepada kita selaku anak-anaknya. Budaya gotong royong,
saling menghormati dan tepa salira merupakan contoh kecil
dari kearifan lokal.

2. Ciri kearifan lokal yaitu:


a. Mampu bertahan terhadap budaya luar,
b. Memiliki kemampuan mengakomodasi budaya luar,
c. Memiliki kemampuan mengendalikan,
d. Mempunyai kemampuan mengintegrasi unsure budaya
luar ke dalam budaya asli,
e. Mampu member arah pada perkembangan budaya.

158 MENEMBUS BADAI EKONOMI


I Ketut Gobyah dalam “Berpijak pada Kearifan lokal”
mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius) adalah
kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu
daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nlai –
nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan
lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat
setempat maupun kondisi geografi dalam arti luas. Kearifan
lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara
terus- menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai
lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap
sangat universal.
S. Swarsi Geriya “Menggali Kearifan Lokal untuk
Ajeg Bali” mengatakan bahwa secara konseptual kearifan
lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan
manusia bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika. Cara-cara
yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam
waktu yang lama dan bahkan melembaga.

3. Kearifan Lokal Yang Ada Di Wonoploso Serta Makna


Dan Fungsinya” Upacara Tingkeban/ Mitoni (Nujuh
Bulanan)
Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi masyarakat
di Wonoploso, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari
kata pitu yang arti nya tujuh, upacara ini dilaksanakan pada
usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama
kali.Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja
setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam
rahim ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil
di mandikan dengan air kembang setaman dan di sertai doa
yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan YME agar
selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan
dilahirkan selamat dan sehat.

Kearifan Lokal di Indonesia 159


a. Tata Cara pelaksanaan Upacara Tingkeban:
Siraman yang di lakukan oleh para sesepuh
sebanyak 7 orang termasuk ayah dan ibu wanita hamil
serta suami dari calon ibu. Siraman ini bermakna
memohon doa restu agar proses persalinan lancar dan
anak yang akan dilahirkan selamat dan sehat jasmani dan
rohani.
Setelah siraman selesai, dilanjutkan dengan
upacara memasukan telur ayam dan cengkir gading.
Calon ayah memasukan telur ayam mentah ke dalam
sarung/kain yang di kenakan oleh calon ibu melalui perut
sampai pecah kemudian menyusul kedua cengkir gading
di teroboskan dari atas ke dalam kain yang di pakai
calon ibu sambil di terima di bawah oleh calon nenek
dan kelapa gading tersebut di gendong oleh calon nenek
dan di letak kan sementara di kamar. Hal ini merupakan
symbol harapan semoga bayi akan lahir dengan mudah
tanpa ada halangan.
b. Upacara Mecah Kelapa
Kelapa gading yang tadi di bawa ke kamar, kembali
di gendong oleh calon nenek untuk di bawa keluar dan
di letak kan dalam posisi terbalik (gambar tidak terlihat)
untuk di pecah, Kelapa gading nya berjumlah 2 dan
masing masing di gambari tokoh Wayang Kamajaya
dan Kamaratih. Calon ayah memilih salah satu dari
kedua kelapa tersebut. Apabila calon ayah memilih
Kamajaya maka bayi akan lahir Laki laki, sedangkan
jika memilih Kamaratih akan lahir perempuan ( hal
ini hanya pengharapan saja, belum merupakan suatu
kesungguhan)
4. Dodol Rujak
Pada upacara ini, calon ibu membuat rujak di dampingi
oleh calon ayah, para tamu yang hadir membeli nya dengan

160 MENEMBUS BADAI EKONOMI


menggunakan kereweng sebagai mata uang. Makna dari
upacara ini agar kelak anak yang di lahirkan mendapat
banyak rejeki dan dapat menghidupi keluarganya.
Selain itu ada makna lain yang tersirat dari upacara
tingkeban yaitu mempererat tali silahturohmi sesama
masyarakat dan juga mentradisikan budaya bangsa yang
sudah ada sejak nenek moyang.
5. Tradisi Ruwahan
Di desa Wonoploso juga ter dapat tradisi ruwahan
berisi kegiatan melaksanakan ritual yang dilakukan pada saat
datangnya bulan Ruwah atau bulan Arwah. Bagi masyarakat
desa Wonoploso khususnya bulan Arwah mempunyai makna
penting sebagai momentum bagi semua yang masih hidup
untuk mengingat jasa dan budi baik para leluhur, tidak hanya
terbatas pada orang-orang yang telah menurunkan kita,
namun juga termasuk orang-orang terdekat, para pahlawan,
para perintis bangsa yang telah mendahului kita pindah
ke dalam dimensi kehidupan yang sesungguhnya. Bulan
Arwah juga merupakan saat di mana kita harus “sesirih”
atau bersih-bersih diri meliputi bersih lahir dan bersih batin.
Membersihkan hati dan pikiran sebagai bentuk pembersihan
dimensi jagad kecil (mikrokosmos) yakni diri pribadi kita
meliputi unsur wadag dan alus, raga dan jiwa.
Tidak  hanya sebatas pembersihan level mikrokosmos,
selebihnya adalah bersih-bersih lingkungan alam di sekitar
tempat tinggal kita, membersihkan desa, kampung, kuburan, 
sungai, halaman dan pekarangan di sekeliling rumah, tak lupa
membersihkan semua yang membuat kotor dan jorok dalam
rumah tinggal kita. Bagi petani tak luput pula bersih-bersih
sawah dan ladang. Semua itu sebagai bentuk pembersihan
dimensi jagad besar (makrokosmos).
Selain makna tersebut, ritual ruwahan merupakan
wujud bakti dan rasa penghormatan kita sebagai generasi

Kearifan Lokal di Indonesia 161


penerus kepada para pendahulu yang kini telah disebut
sebagai leluhur. Pelaksanaan ritual ruwahan bukan tanpa
konsep dan prinsip yang jelas. Ruwahan didasari oleh
kesadaran spiritual masyarakat kita secara turun-temurun,
di mana kita hidup saat ini telah berhutang jasa, berhutang
budi baik kepada alam dan para leluhur pendahulu yang
telah mendahului kita. Tak ada cara yang lebih tepat selain
harus berbakti, setia dan berbakti kepada para leluhurnya
yang telah mewariskan ilmu dan harta benda, termasuk bumi
pertiwi, yang dapat dimanfaatkan oleh anak turunnya hingga
saat ini.   Ritual tradisi Ruwahan sebagai bukti kesetiaan
dan sikap berbakti kepada lingkungan alam yang telah
memberikan berkah berupa rejeki, tempat berlindung, hasil
bumi, oksigen dan sebagainya. Karenanya hanya dengan
kesetiaan serta berbakti, kita menjadi generasi penerus yang
tidak mengkhianati leluhur, bangsa dan bumi pertiwinya.
Berkhianat kepada para leluhurnya sendiri, maupun kepada
bumi pertiwi di mana tempat kita menyandarkan hidup sudah
pasti akan menyebabkan suatu akibat buruk. Pengkhianatan
(ketidaksetiaan) dan kedurhakaan (tidak berbakti) 
yang dilakukan generasi penerus, akan menimbulkan
kesengsaraan pada diri pribadinya (mikrokosmos) dan sangat
memungkinkan tertransformasi ke dimensi makrokosmos
lingkungan alamnya. Sebaliknya, kesetiaan pada bumi
pertiwi  yakni bumi di mana nyawa kita berpijak, kita hirup
udara, kita mencari makan, dan berbakti kepada para leluhur
yang menurunkan kita, merupakan satu rangkaian berupa
kunci meraih kesuksesan hidup secara hakiki. Ketenangan,
ketentraman, kedamaian, kesejahteraan lahir dan batin akan
berlimpah menghampiri kita setiap saat.
6. Makna Ritual dan Sajian
Hantaran tradisi Ruwahan berisi tiga sajian makanan
yakni ketan, kolak, dan apem yang ketiganya mempunyai

162 MENEMBUS BADAI EKONOMI


makna masing-masing:
a. ketan, makanan ini merupakan simbol eratnya tali
silaturahmi, karena sifat dan bentuk ketan yang lengket.
b. kolak, makanan yang diolah dengan menggunakan santan
yang manis, melambangkan hubungan kekeluargaan
yang selalu harmonis dan   bahagia, serta mengajak
persaudaraan bisa lebih ‘dewasa’ dan barokah penuh
kemanisan.
c. apem, makanan yang mempunyai arti kesediaan untuk
saling memaafkan. Kata apem berasal dari bahasa arab
“afwan” yang bermakna maaf.
Doa dan makan bersama (kenduri) dalam ritus nisfu
sya’ban atau pada setiap malam hari selama seminggu
sebelum ramadhan, merupakan bentuk dari pengejawantahan
dari kebersamaan, sikap kekeluargaan, dan cara untuk
memakmurkan masjid, serta meningkatkan kualitas sujud
syukurnya pada Allah.
Tabur bunga merupakan bentuk dari  cara masyarakat
untuk selalu mengenang semua yang indah dan yang
baik dari   mereka yang telah mendahului. Selain itu ada
kepercayaan masyarakat bahwa dengan adanya bunga di
atas makam turut membantu aroma wangi pada arwah
di alam kubur dan malaikat tidak sungkan mendekat.
Bunga yang sering digunakan untuk nyekar adalah bunga
kanthildan telasih. Bunga kanthil bermakna mengikat rasa
selalu terhubung dengan para leluhur. Diharapkan dapat
mencontoh perilaku baik para leluhur semasa hidupnya.
Bunga kanthil berarti tansah kumanthil. Yang kumanthil
adalah hatinya. Sukur-sukur berkahnya (safa’atnya) dapat
“kanthil” (mengikuti) sumrambah mengalir ke dalam
jiwa raga si peziarah. Bunga Telasih bermakna welas asih,
dengan harapan dapat kawelasan atau belas kasih dari Gusti
Hyang Manon. Belas kasih pula dari para leluhur yang akan

Kearifan Lokal di Indonesia 163


njangkung dan njampangi setiap langkah kita agar tidak salah
langkah menjalani proses kehidupan yang sangat pelik ini.
Ziarah ke makam merupakan bentuk interpretasi dari praktik
hadis yang menyatakan baha salah satu amal yang masih
diterima dari orang yang sudahmeninggal adalah anak sholeh
dan sholehah yang selalu mendoakan. Selain itu, ziarah juga
memberikan tanda bahwa kita harus tetap mengingat leluhur
kita dan saudara-saudara kita serta mengingatkan kita akan
adanya kematian. Sehingga kita terangsang untuk berbuat
baik.
a. Tradisi bersih kampong/desa memberikan gambaran
tentang kebersamaan dan kegotong-royongan.
mengingatkan kita untuk selalu saling tolong-menolong
antarsesama. Selain itu bersih desa juga mengisyaratkan
kepada kita tentang pentingnya lingkungan tempat di
mana kita tinggal, sehingga membangun jiwa kita untuk
melestarikannya.
b. Pembacaan tahlil dan yasin merupakan tanda yang
menunjukkan ciri agama islam, sedangkan bentuk
slametan merupakan adaptasi dari adapt istiadat sekitar
yang sudah ada sebelum agama islam masuk. Slametan
sendiri merupakan bentuk adaptasi dari sesaji yang
dilakukan oleh para wali untuk menyebarkan agama islam
di tanah jawa agar mudah diterima oleh masyarakat yang
pada saa titu masih beragama Hindu dan Budha bahkan
kepercayaan Animisme-Dinamisme.
7. Ruwatan Murwakala
a. Makna Ruwatan
Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional 
dengan tujuan utama mendapatkan keselamatan  supaya
orang terbebas dari segala macam kesialan hidup, nasib
jelek dan selanjutnya agar dapat mencapai kehidupan
yang ayom ayem tentrem (aman, bahagia, damai di

164 MENEMBUS BADAI EKONOMI


hati).  Lebih konkritnya ruwatan sebagai suatu upaya
membersihkan diri dari sengkala dan sukerta (dosa dan
sial) yang diakibatkan dari perbuatannya sendiri, hasil
perbuatan jahat orang lain maupun, Ruwatan yang paling
terkenal sejak zaman kuno diselenggarakan oleh nenek
moyang adalah ruwatan murwakala. Dalam ruwatan ini
dipergelarkan wayang kulit dengan cerita Murwakala
di mana orang-orang yang termasuk kategori sengkolo-
sukerto diruwat atau disucikan supaya terbebas dari
hukuman Betara Kala, gambaran raksasa menakutkan
yang suka memangsa para sukerto.
b. Tradisi Ruwat
Ritual pangruwatan dalam masyarakat di
Wonoploso yang paling sering dan mudah   dilakukan
biasanya adalah pemagaran gaib yang dilakukan dengan
menyediakan berbagai jenis sesaji dan melakukan ritual
khusus. Cara di atas bisa dilakukan apabila sengkolo-
sukerto yang ada masih termasuk jenis yang ringan
dan mudah dibersihkan. Sementara itu untuk sengkolo-
sukerto kelas berat pelaksanaan yang umum dilakukan
dalam masyarakat Jawa adalah dengan menggelar pentas
wayang kulit yang melakonkan tentang ruwatan itu
sendiri. Sang dalang dalam menampilkan pagelarannya
menyajikan salah satu dari beberapa jenis lakon. Misalnya
lakon murwakala. Ruwatan dengan pagelaran wayang
dilakukan sebagai suatu bentuk mendapatkan dispensasi
atau keringanan hukuman. Dalam tradisi hukum positif
(formal) sepadan dengan membayar denda kepada
negara atau memohon grasi kepada Presiden. Dalam hal
ruwatan, Bethara Kala posisinya sebagai Presiden dari
bangsa lelembut. Negosiasi tertuju pada Bethara Kala
sebagai salah satu eksekutor hukum alam.

Kearifan Lokal di Indonesia 165


Ruwatan yang paling sering dilakukan oleh
masyarakat Wonoploso adalah ruwatan pada diri sendiri
yang memiliki fungsi sebagai upaya membersihkan diri
dari sengkala dan sukerta (dosa dan sial agar mendapatkan
kebersihan jiwa.
Ruwatan untuk diri sendiri dapat dilaksanakan
dengan pakem sederhana maupun dengan pakem standar
yakni dengan pagelaran wayang kulit dengan lakon
dan uborampe khusus ruwatan. Semua itu merupakan
pilihan bagi siapa yang akan melaksanakan. Jika ruwatan
dilakukan oleh orang yang memang memiliki kemampuan
ekonomi yang memadai, biasanya ruwat murwakala
dilakukan dengan mengadakan pagelaran wayang kulit.
Pagelaran wayang kulit ini berbeda dengan pagelaran
yang pada umumnya dilakukan. Pagelaran wayang
kulit dilaksanakan pada siang hari dan dilakukan oleh
dalang yang benar-benar mampu (bukan sekedar bisa)
meruwat.
Dari beberapa tradisi di atas tersirat bahwa
tradisi-tradisi tersebut banyak memiliki fungsi dan
manfaat bagi masyarakat diantaranya masyarakat dapat
membangun kebersamaan dengan meningkatkan gotong-
royong dalam melaksanakan kearifan lokal, mempererat
tali silahturohmi antar sesama masyarakat bahkan yang
lebih baik unsur kekeluargaan tidak akan pernah hilang.
Sebagian besar dari masyarakat telah mempercayai, bila
tradisi (kearifan lokal) tidak dilakukan dengan benar
sampai-sampai tidak dilaksanakan akan terjadi suatu
bencana besar, suatu misal bencana alam akan melanda
kampong mereka, wabah penyakit menyerang warga,
bahkan ketidaktentraman dalam diri masing – masing
masyarakat.

166 MENEMBUS BADAI EKONOMI


E. Kearifan Local Masyarakat Desa
Menurut Petrasa Wacana kearifan lokal merupakan
seperangkat pengetahuan yang dikembangkan oleh suatu kelompok
masyarakat setempat (komunitas) yang terhimpun dan terangkum
dari pengalaman panjang manusia menggeluti alam dalam ikatan
hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (manusia
dan lingkungan) secara berkelanjutan dan dengan ritme yang
harmonis. Kemudian kita lanjutkankan dengan kearifan lokal
yang spesifik mengenai lingkungan yaitu kearifan lingkungan.
Kearifan lingkungan (ecological wisdom) merupakan pengetahuan
yang diperoleh dari abstraksi pengalaman adaptasi aktif terhadap
lingkungannya yang khas. Pengetahuan tersebut diwujudkan dalam
bentuk ide, aktivitas dan peralatan. Kearifan lingkungan yang
diwujudkan ke dalam tiga bentuk tersebut dipahami, dikembangkan,
dipedomani dan diwariskan secara turun-temurun oleh komunitas
pendukungnya.Sikap dan perilaku menyimpang dari kearifan
lingkungan, dianggap penyimpangan (deviant), tidak arif, merusak,
mencemari, mengganggu dan lain-lain. Kemudian  kita juga dapat
menggali lebih dalam lagi mengenai kearifan lingkungan. Kearifan
lingkungan dimaksudkan sebagai aktivitas dan proses berpikir,
bertindak dan bersikap secara arif dan bijaksana dalam mengamati,
mamanfaatkan dan mengolah alam sebagai suatu lingkungan hidup
dan kehidupan umat manusia secara timbal balik. Kesuksesan
kearifan lingkungan itu biasanya ditandai dengan produktivitas,
sustainabilitas dan equtablitas atau keputusan yang bijaksana, benar,
tepat, adil, serasi dan harmonis.
Menurut Munsi Lampe melalui artikelnya yang berjudul
“Kearifan Tradisional Lingkungan Belajar dari Kasus Komunitas-
Komunitas Petani dan Nelayan Tradisional” Kearifan lingkungan
di Indonesia menjadi topik perbincangan yang menarik, bahkan
mendesak kepentingannya sehubungan dengan isu program
rehabilitasi dan pengelolaan lingkungan, khususnya lingkungan

Kearifan Lokal di Indonesia 167


ekosistem laut (mangrof dan terumbu karang) yang mengalami
kerusakan pada hampir semua daerah perairan pantai dan pulau -
pula, yang menurut hasil penelitian, banyak diakibatkan oleh perilaku
pemanfaat, terutama komunitas-komunitas nelayan itu sendiri. 
Haryati Soebadio berpendapat bahwa kearifan lokal adalah
suatu identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan
bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing
sesuai watak dan kemampuan sendiri.
Menurut Rahyono (2009:7) kearifan lokal merupakan
kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu
yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan
lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman
mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-
nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan
nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang
keberadaan masyarakat tersebut.
Definisi kearifan lokal tersebut, paling tidak menyiratkan
beberapa konsep, yaitu:
1. Kearifan lokal adalah sebuah pengalaman panjang, yang
diendapkan sebagai petunjuk perilaku seseorang; 
2. Kearifan lokal tidak lepas dari lingkungan pemiliknya;
3. Kearifan lokal itu bersifat dinamis, lentur, terbuka, dan
senantiasa menyesuaikan dengan zamannya.
Menurut Wahyu dalam Mukti (2010) bahwa kearifan lokal,
dalam terminology budaya, dapat diinterpretasikan sebagai
pengetahuan lokal yang berasal dari budaya masyarakat, yang unik,
mempunyai hubungan dengan alam dalam sejarah yang panjang,
beradaptasi dengan sistem ekologi setempat, bersifat dinamis dan
selalu terbuka dengan tambahan pengetahuan baru. Secara lebih
spesifik, kearifan lokal dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan
lokal, yang unik yang berasal dari budaya atau masyarakat setempat,
yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan pada tingkat
lokal dalam bidang pertanian, kesehatan, penyediaan makanan,

168 MENEMBUS BADAI EKONOMI


pendidikan, pengelolaan sumberdaya alam dan beragam kegiatan
lainnya di dalam komunitas-komunitas.
Jadi, dapat disimpulakan kearifan lokal adalah , kearifan lokal
dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan lokal, yang unik yang
berasal dari budaya atau masyarakat setempat, yang dapat dijadikan
dasar pengambilan keputusan pada tingkat lokal dalam bidang
pertanian, kesehatan, penyediaan makanan, pendidikan, pengelolaan
sumberdaya alam dan beragam kegiatan lainnya di dalam komunitas-
komunitas.

F. Ruang Lingkup Kearifan Lokal


Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas dan
komprehensif. Cakupan kearifan lokal cukup banyak dan beragam
sehingga sulit dibatasi oleh ruang. Kearifan tradisional dan kearifan
kini berbeda dengan kearifan lokal. Kearifan lokal lebih menekankan
pada tempat dan lokalitas dari kearifan tersebut sehingga tidak harus
merupakan sebuah kearifan yang telah diwariskan dari generasi
ke generasi. Kearifan lokal bisa merupakan kearifan yang belum
lama muncul dalam suatu komunitas sebagai hasil dari interaksinya
denganlingkungan alam dan interaksinya dengan masyarakat serta
budaya lain. Oleh karena itu, kearifan lokal tidak selalu bersifat
tradisional karena dia dapat mencakup kearifan masa kini dan karena
itu pula lebih luas maknanya daripada kearifan tradisional.
Untuk membedakan kearifan lokal yang baru saja muncul
dengan kearifan lokal yang sudah lama dikenal komunitas tersebut,
dapat digunakan istilah: kearifan kini, kearifan baru, atau kearifan
kontemporer. Kearifan tradisional dapat disebut kearifan dulu atau
kearifan lama.

Kearifan Lokal di Indonesia 169


G. Fungsi Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan salah satu warisan dari nenek
moyang, warisan tersebut bisa berupa tata nilai kehidupan yang
menyatu dalam bentuk religi, budaya ataupun adat istiadat (Basuni,
2012). Keberadaan kearifan lokal ini bukan tanpa fungsi. Kearifan
lokal sangat banyak fungsinya.
Seperti yang dituliskan Sartini (2006), bahwa fungsi kearifan
lokal adalah sebagai berikut:
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya
alam.
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia.
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan
pantangan.
5. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/
kerabat.
6. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian
7. Bermakna etika dan moral.
8. Bermakna politik,
Kearifan lokal yang terkait dengan kebudayaan, memiliki
arti penting untuk menjaga keberlanjutan kebudayaan, sekaligus
agar selalu terjaga kelestariannya. Terlebih lagi, di tengah-tengah
modernisasi yang istilahnya saat ini lebih akrab dikenal sebagai
globalisasi. Yang dalam kenyataannya, globalisasi itu dapat menggeser
nilai-nilai budaya lokal oleh nilai budaya asing yang berkembang
begitu pesat di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, baik yang
hidup di perkotaan maupun perdesaan (Puslitbangbud, 2011).
Pelestarian kearifan lokal dengan sendirinya akan dapat
melestarikan lingkungan perdesaan. Karena, nilai-nilai kearifan lokal
tersebut akan menjadikan masyarakat memiliki karakter kuat sesuai
dengan budaya dan norma yang berlaku di lingkungannya. Selain

170 MENEMBUS BADAI EKONOMI


itu, desa-desa yang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi
akan menjaga kelestarian kawasan konservasi karena biasanya
kawasan tersebut erat kaitannya dengan nilai-nilai kearifan lokal yang
dianut. Kegiatan konservasi di suatu wilayah sebaiknya berasal dari
kesadaran masyarakat yang berada di wilayah yang bersangkutan.
Kesadaran akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati sangat
diperlukan tidak saja untuk kepentingan bangsa Indonesia melainkan
juga untuk kepentingan masyarakat dunia secara keseluruhan dan
diarahkan untuk kepentingan jangka panjang (Aulia & Dharmawan,
2010).
Peranan kearifan lokal dalam kelestarian lingkungan perdesaan
dapat kita temukan contoh kasusnya pada kampung-kampung adat
seperti Baduy, Kampung Kuta, Kampung Naga, dsb. Di daerah
tersebut, lingkungan perdesaan dan hutan yang berbatasan langsung
sangat terjaga kelestariannya, masyarakat dapat memanfaatkan hutan
dan sumber daya yang terkandung di dalamnya namun tetap dapat
menjaga kelestarian dari hutan tersebut karena terikat oleh nilai-nilai
kearifan local

H. Pendekatan Kearifan Lokal


Dalam belajar kearifan lokal khususnya dan kearifan
lingkungan pada umumnya maka penting untuk mengerti: 

1. Politik Ekologi (Political Ecology)


Politik ekologi sebagai suatu pendekatan, yaitu upaya
untuk mengkaji sebab akibat perubahan lingkungan yang lebih
kompleks daripada sekedar sistem biofisik yakni menyangkut
distribusi kekuasaan dalam satu masyarakat. Pendekatan ini
didasarkan pada pemikiran tentang beragamnya kelompok-
kelompok kepentingan, persepsi dan rencana yang berbeda
terhadap lingkungan. Melalui pendekatan politik ekologi dapat
untuk melihat isu-isu pengelolaan lingkungan khususnya

Kearifan Lokal di Indonesia 171


menyangkut isu “right to environment dan environment justice”
dimana right merujuk pada kebutuhan minimal/standarindividu
terhadap obyek-obyek right seperti hak untuk hidup, hak untuk
bersuara, hak untuk lingkungan dan lain-lain. Adapun justice
menekankan alokasi pemilikan dan penguasaan atas obyek-
obyek right yaitu merujuk pada persoalan-persoalan relasional
antar individu dan antar kelompok (Bakti Setiawan, 2006). 
Konsep right to environment dan environment justice harus
mempertimbangkan prinsipprinsip keadilan diantara generasi
(intra-generational justice) dan lintas generasi (inter-generational
justice), karena konsep pembangunan berkelanjutan menekankan
baik dimensi diantara generasi maupun lintas generasi.

2. Human Welfare Ecology


Pendekatan Human Welfare Ecology menurut Eckersley,
1992 dalam Bakti Setiawan, 2006 menekankan bahwa
kelestarian lingkungan tidak akan terwujud apabila tidak terjamin
keadilan lingkungan, khususnya terjaminnya kesejahteraan
masyarakatnya. 
Maka dari itu perlu strategi untuk dapat menerapkannya
antara lain: 
a. Strategi pertama, melakukan perubahan struktural kerangka
perundangan dan praktek politik pengelolaan sumberdaya
alam, khususnya yang lebih memberikan peluang dan kontrol
bagi daerah, masyarakat lokal dan petani untuk mengakses
sumberdaya alam (pertanahan, kehutanan, pertambangan,
kelautan). Dalam hal ini lebih memihak pada masyarakat lokal
dan petani dan membatasi kewenangan negara yang terlalu
berlebihan (hubungan negara  kapital  masyarakat sipil).
b. Strategi kedua, menyangkut penguatan institusi masyarakat lokal
dan petani
c. Pendekatan Ekosistemik. Pendekatan ekosistemik melihat
komponen-komponen manusia dan lingkungan sebagai satu
kesatuan ekosistem yang seimbang dan

172 MENEMBUS BADAI EKONOMI


d. Pendekatan Aksi dan Konsekuensi (Model penjelasan
Konstekstual Progressif). Model ini lebih aplikatif untuk
menjelaskan dan memahami fenomena-fenomena yang
menjadi pokok masalahnya. Kelebihan dari pendekatan ini
adalah mempunyai asumsi dan model penjelasan yang empirik,
menyediakan tempat-tempat dan peluang bagi adopsi asumsi-
asumsi dan konsep-konsep tertentu yang sesuai. 
Selanjutnya Vayda dalam Su Ritohardoyo (2006:25)
menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual progressif lebih
menekankan pada obyek-obyek kajian tentang : 
a. aktivitas manusia dalam hubungan dengan lingkungan
b. penyebab terjadinya aktivitas dan 
c. akibat-akibat aktivitas baik terhadap lingkungan maupun
terhadap manusia sebagai pelaku aktivitas. 

I. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lingkungan

Sejarah peradapan telah menunjukkan betapa usaha manusia


untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya telah menimbulkan
kesengsaraan berupa bencana alam yang disebabkan karena manusia
tidak mampu mengendalikan ketamakannya.Mengalami hal tersebut,
manusia mulai berfikir dan bekerja secara aktif untuk memahami
lingkungannya yang memberikan tantangan dan mengembangkan
cara-cara yang paling menguntungkan dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidup yang terus cenderung meningkat dalam jumlahnya,
ragam dan mutunya.
Manusia berusaha memahami alam semesta beserta isinya,
memilah-milah gejala yang nampak nyata atau tidak nyata ke dalam
sejumlah kategori untuk mempermudah mereka dalam menghadapi
alam secara lebih efektif.Dengan kemampuan bekerja dan berfikir
secara metaforik, manusia tidak lagi mengandalkan naluri dalam
beradaptasi dengan lingkungan.Ia mulai secara aktif mengolah
sumberdaya alam dan mengelola lingkungan sesuai dengan resep-

Kearifan Lokal di Indonesia 173


resep budaya yang merupakan himpunan abstraksi pengalaman
mereka menghadapi tantangan. Manusia dalam beradaptasi,
mengembangkan kearifan lingkungan yang berwujud ideasional
berupa pengetahuan atau ide, norma adat, nilai budaya, aktifitas serta
peralatan, sebagai hasil abstraksi pengalaman yang dihayati oleh
segenap masyarakat pendukungnya dan yang menjadi pedoman atau
kerangka acuan untuk melihat, memahami, memilah-milah gejala
yang dihadapi serta memilih strategi bersikap maupun bertindak
dalam mengelola lingkungan.
Keanekaragaman pola-pola adaptasi manusia terhadap
lingkungan, terkadang tidak mudah dimengerti oleh pihak ketiga
yang mempunyai latar belakang sosial dan kebudayaan yang
berbeda.Namun demikian, keanekaragaman pola-pola adaptasi
terhadap lingkungan tersebut merupakan faktor yang harus
diperhitungkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangungan
yang berkelanjutan.
Masyarakat Indonesia dengan ribuan komunitas
mengembangkan kearifan lokal sesuai dengan karakterisktik
lingkungan yang khas. Secara suku bangsa terdapat lebih kurang 555
suku bangsa atau sub suku bangsa yang tersebar di wilayah Kepulauan
Nusantara. Dalam beradaptasi terhadap lingkungan, kelompok-
kelompok masyarakat tersebut mengembangkan kearifan lingkungan
sebagai hasil abstraksi pengalaman mengelola lingkungan.Sering kali
pengetahuan mereka tentang lingkungan setempat sangat rinci dan
menjadi pedoman yang akurat bagi masyarakat yang mengembangkan
kehidupan di lingkungan pemukiman mereka.Pengetahuan rakyat
itu biasanya berbentuk kearifan yang sangat dalam maknanya dan
sangat erat kaitannya dengan pranata kebudayaan, terutama pranata
kepercayaan (agama) dan hukum adat yang kadang-kadang diwarnai
dengan mantra-mantra.Ia merupakan kumpulan abstraksi pengalaman
yang dihayati oleh segenap anggota masyarakat pendukungnya dan
menjadi pedoman atau kerangka acuan untuk melihat, memahami
dan memilah-milah gejala yang dihadapi serta memilih strategi
dalam bersikap maupun bertindak dalam mengelola lingkungan.
Perbedaan acuan, pandangan/penilaian, standar, ukuran atau kriteria

174 MENEMBUS BADAI EKONOMI


tersebut, dapat menimbulkan benturan atau konflik antara masyarakat
lokal dengan pengusaha maupun pemerintah.Padahal, pembangunan
berkelanjutan memungkinkan pemanfaatan kearifan dan sumber-
sumber daya sosial sebagai modal dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Kurangnya perlindungan atau penghormatan
terhadap kearifan lingkungan yang dikembangkan masyarakat lokal
dalam pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber
daya alama, antara lain disebabkan oleh kurangnya pemahaman
para pihak terkait (stakeholders) dan tidak bersedianya informasi
mengenai kearifan lingkungan. Sejumlah konflik yang muncul
mengenai lingkungan lebih banyak melibatkan masyarakat adat
dengan masyaralat lain yang tidak mengalami kearifan lokal dan adat
suatu masyarakat tentang bagaimana masyarakat tersebut mengelola
lingkungannya secara tradisional termasuk pelanggaran pemilikan
tanah secara adat. Karena itu, langkah yang tepat dalam usaha
untuk mewujudkan kearifan lingkungan adalah dengan mengkaji
kembali tragedi yang ada di masyarakat tentang usaha mereka untuk
mewujudkan keseimbangan kehidupannya dengan lingkungannya.
Tradisi dan aturan lokal yang tercipata dan diwariskan turun menurun
untuk mengelola lingkungan, dapat merupakan materi penting bagi
penyusunan kebijakan yang baru tentang lingkungan. Norma-
norma yang mengatur kelakuan manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, ditambah dengan kearifan ekologi tradisional yang
mereka miliki, merupakan etika lingkungan yang mempedomani
perilaku manusia dalam mengelola lingkungannya.
Kriteria kearifan lokal yang terkait dengan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup (Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup) terdiri dari:
a. Nilai-Nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat
b. Melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari dan
berkelanjutan.
Kriteria Pengetahuan Tradisional (PT) terkait Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Harry Alexander dan Miranda
Risang Ayu, 2011), secara garis-besar, adalah:

Kearifan Lokal di Indonesia 175


a. Dihasilkan, direpresentasikan, dikembangkan, dilestarikan, dan
ditransmisikan dalam konteks tradisional dan antargenerasional,
b. Secara nyata dapat dibedakan, atau diakui menurut kebiasaan,
sebagai berasal dari suatu komunitas masyarakat hukum adat,
yang melestarikan dan mentransmisikan Pengetahuan Tradisional
(PT) tersebut dari generasi ke generasi, dan terus menggunakan
dan mengembangkannya dalam konteks tradisional di dalam
komunitas itu sendiri,
c. Merupakan bagian integral dari indentitas budaya suatu masyarakat
hukum adat, yang dikenal dan diakui sebagai pemegang hak atas
Pengetahuan Tradisional (PT) itu melalui aktivitas pemangkuan,
penjagaan, pemilikan kolektif, maupun tanggung-jawab budaya.
Kaitan antara Pengetahuan Tradisional (PT) dan pemangkunya
ini dapat diungkapkan, baik secara formal atau informal, melalui
praktek-praktek kebiasaan atau praktek-praktek tradisional,
protokol, atau hukum nasional yang berlaku.
d. Diwariskan dari generasi ke generasi, meski pun pemakaiannya
mungkin tidak terbatas lagi di dalam komunitas terkait saja.

J. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya


Alam
Masyarakat setempat yang menerapkan cara hidup tradisional
di daerah pedesaan, yang nyaris tak tersentuh teknologi umumnya
dikenal sebagai masyarakat suku, komunitas asli atau masyarakat
hukum adat, penduduk asli atau masyarakat tradisional. Masyarakat
setempat seringkali menganggap diri mereka sebagai penghuni asli
kawasan terkait, dan mereka biasanya berhimpun dalam tingkat
komunitas atau desa. Kondisi demikian dapat menyebabkan
perbedaan rasa kepemilikan antara masyarakat asli/pribumi dengan
penghuni baru yang berasal dari luar, sehingga masyarakat setempat
seringkali menjadi rekan yang tepat dalam konservasi.
Di sebagian besar penjuru dunia, semakin banyak masyarakat
setempat telah berinteraksi dengan kehidupan modern, sehingga

176 MENEMBUS BADAI EKONOMI


sistem nilai mereka telah terpengaruh, dan diikuti penggunaan
barang dari luar. Pergeseran nilai akan beresiko melemahnya
kedekatan masyarakat asli dengan alam sekitar, serta melunturkan
etika konservasi setempat. Masyarakat tradisional pada umumnya
sangat mengenal dengan baik lingkungan di sekitarnya. Mereka
hidup dalam berbagai ekosistem alami yang ada di Indonesia, dan
telah lama hidup berdampingan dengan alam secara harmonis,
sehingga mengenal berbagai cara memanfaatkan sumberdaya alam
secara berkelanjutan.
Masyarakat pedusunan memiliki keunikan khusus seperti
kesederhanaan, ikatan emosional tinggi, kesenian rakyat dan
loyalitas pada pimpinan kultural seperti halnya konsep-konsep
yang berkembang di pedusunan sebagai seluk beluk masyarakat
jawa akan pemahamannya pada : i) Gusti Allah, 2) Ingkang Akaryo
jagad, 3) Ingkang Murbeng Dumadi, 4) Hyang Suksma Adiluwih,
5) Hyang maha Suci, 6) Sang Hyang Manon, 7) Agama Ageman
Aji, dan 8) Kodrat Wiradat. Semua itu menjadi pedoman bagi
orang Jawa dalam berperilaku, sehingga selalu mempertimbangkan
pada besarnya Kekuasaan Gusti Allah dan harus menjaga apa saja
yang telah diciptakannya. Di samping itu dalam berperilaku orang
akan berpedoman pada berbagai macam hal yang pada hakekatnya
mempunyai nilai baik dan buruk serta pada kegiatan yang didasarkan
pada benar dan salah.
Dalam kearifan lokal juga terwujud upaya pengelolaan
sumberdaya alam dan   lingkungan yang juga merupakan wujud
dari konservasi oleh masyarakat. Berkaitan dengan hal itu, maka
Nababan dalam Suhartini (2009) mengemukakan prinsip-prinsip
konservasi dalam pengelolaan sumberdaya alam secara tradisional
sebagai berikut:
1. Rasa hormat yang mendorong keselarasan (harmoni) hubungan
manusia dengan alam sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat
tradisional lebih condong memandang dirinya sebagai bagian
dari alam itu sendiri
2. Rasa memiliki yang eksklusif bagi komunitas atas suatu kawasan
atau jenis sumberdaya alam tertentu sebagai hak kepemilikan

Kearifan Lokal di Indonesia 177


bersama (communal property resource). Rasa memiliki ini
mengikat semua warga untuk menjaga dan mengamankan
sumberdaya bersama ini dari pihak luar.
3. Sistem pengetahuan masyarakat setempat (lokal knowledge
sistem) yang memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam
memanfaatkan sumberdaya alam yang terbatas.
4. Daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana yang
tepat guna dan hemat (input) energi sesuai dengan kondisi alam
setempat
5. Sistem alokasi dan penegakan aturan-aturan adat yang bisa
mengamankan sumberdaya milik bersama dari penggunaan
berlebihan, baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh masyarakat
luar (pendatang). Dalam hal ini masyarakat tradisional sudah
memiliki pranata dan hukum adat yang mengatur semua aspek
kehidupan bermasyarakat dalam satu kesatuan sosial tertentu.
6. Mekanisme pemerataan (distribusi) hasil panen atau sumber daya
milik bersama yang dapat mencegah munculnya kesenjangan
berlebihan di dalam masyarakat tradisional. Tidak adanya
kecemburuan atau kemarahan sosial akan mencegah pencurian
atau penggunaan sumberdaya di luar aturan adat yang berlaku.
Contoh kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam
dari beberapa daerah yang ada di nusantara:
1. Kearifan lokal masyarakat Suku Bajo terkait pemanfaatan sumber
daya di laut.
Suku Bajo memiliki nilai-nilai dan norma yang mengatur
kehidupan mereka. Kearifan lokal tersebut membuat Suku Bajo
mampu bertahan hingga sekarang. Kearifan dan pengetahuan
lokal tersebut merupakan hasil dari proses yang sangat panjang
dari generasi ke generasi. Beberapa kearifan lokal Suku Bajo
dalam memperlakukan lingkungannya dapat dilihat pada contoh
di bawah ini.
Suku Bajo memiliki kegiatan yang dinamakan Bapongka
atau biasa juga disebut babangi. Bapongka merupakan istilah
untuk kegiatan melaut selama beberapa minggu bahkan bulan

178 MENEMBUS BADAI EKONOMI


dengan perahu berukuran kurang lebih 4 x 2 meter yang disebut
Leppa dengan mengikutsertakan anak istri (Alwiah dan Utina,
2013).
Selama Bapongka terdapat suatu kearifan yang sangat
bermanfaat bagi kelestarian lingkungan perairan yaitu berupa
larangan atau pamali untuk:
a. Tidak boleh membuang air bekas cucian beras
b. Arang kayu bekas memasak,
c. Ampas kopi,
d. Air cabe,
e. Air jahe,
f. Kulit jeruk, dan
g. Abu dapu
Suku bajo dari sejak jaman dahulu sudah mulai memiliki
pemahaman jika membuang sampah dapat mencemari lingkungan.
Meskipun, sampah yang dibuang merupakan sampah organik dan
tidak terlalu memberikan dampak negatif bagi perairan, namun
nilai-nilai tersebut perlu dilestarikan dan mungkin direvitalisasi
dengan penguatan dan penambahan pemahaman agar larangan
membuang limbah berlaku tidak hanya kepada ketujuh benda
yang telah disebutkan di atas, namun juga terhadap seluruh
limbah dari produk modern yang dibawa ketika Bapongka.
Selain larangan dalam membuang tujuh jenis limbah ketika
yang telah disebutkan pada poin sebelumnya, terdapat pamali lain
yang ternyata juga memiliki nilai kelestarian lingkungan. Pamali
tersebut adalah larangan untuk menangkap ikan yang berukuran
kecil dan memakannya Mereka hanya boleh mengkonsumsi
ikan yang memiliki ukuran besar atau layak panen. Norma
lain yang berlaku adalah menghormati laut. Suku Bajo sangat
menghormati laut karena merupakan sumber penghidupannya.
Bagi Suku bajo pamali untuk mengucapkan kata-kata yang tidak
pantas atau mengumpat di laut. hal tersebut menunjukkan betapa
Suku Bajo sangat menghargai laut. Suku Bajo sangat takut
melanggar pamali. Mereka beranggapan akan mendatangkan
malapetaka dan musibah apabila melanggar pamali. Malapetaka

Kearifan Lokal di Indonesia 179


atau musibah tersebut dapat datang dalam berbagai bentuk seperti
tidak memperoleh ikan, badai, ombak besar, dsb
2. Kearifan lokal masyarakat di Desa Rumbio Kecamatan Kampar
Kearifan lokal suatu daerah atau tempat berbeda-beda.
Misalnya untuk menjaga kelestarian hutan di Desa Rumbio
Kecamatan Kampar Propinsi Riau dengan cara membuat hutan
larangan adat, yaitu melestarikan hutan bersama-sama di dalam
masyarakat tersebut dan masyarakat dilarang menebang di hutan
larangan adat tersebut. Jika dilanggar akan dikenakan denda
seperti, beras 100 kg atau berupa uang sebanyak Rp 6 juta.
3. Kearifan lokal masyarakat Desa Claket
Berbeda dengan desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Mojokerto ada kearifan lokal dalam melestarikan sumber air
yaitu dengan upacara “bersih desa”, yaitu berjalan bersama-
sama seluruh warga desa sambil membawa makanan menuju
sumber mata air Claket. Setelah sampai pada sumber mata air,
diadakan acara “Selamatan” seluruh warga sebagai ungkapan
rasa syukur kepada Tuhan atas karunia-Nya berupa sumber air
sehingga dapat memberi penghidupan seluruh warga yang sehari
sebelumnya tempat tersebut dibersihkan terlebih dahulu dan
ditanami pohon.

Hampir sama seperti di Jawa, untuk menjaga kelestarian


hutan di bali khususnya di Desa Penglipuran bentuk kearifan
lokal masarakat setempat yaitu adanya konsep “Hutan Due” yang
telah disahkan pada awig-awig (peraturan) desa. Konsep “Hutan
Due” yang berarti hutan yang dikeramatkan oleh masyarakat
setempat. Kayu atau pun hasil hutan yang ada di hutan itu hanya
bisa digunakan untuk keperluan upacara adat. Jika ada orang yang
mengambil hasil hutan pada hutan tersebut untuk kepentingan
pribadi tanpa sepengetahuan aparat desa, maka akan dikenakan
sangsi sesuai awig-awig yang telah disepakati.
4. Kearifan lokal masyarakat Bali
Sedangkan untuk masarakat bali pada umumnya untuk
melestarikan hutan dengan cara mengadakan perayaan hari

180 MENEMBUS BADAI EKONOMI


Tumpek Pengatag yang diadakan setiap 210 hari sekali. Pada
upacara ini mengajarkan pada umat manusia bahwa kita wajib
bersyukur atas harmoni yang membantu kita tinggal dalam
alam kehidupan kini. Menghormati dan menghargai bumi dan
seisinya, khususnya tanaman yang ada, memberi isyarat dan
makna mendalam agar manusia mengasihi dan menyayangi
alam dan lingkungan yang telah berjasa menopang hidup dan
penghidupannya
Kalau kita pandang dari segi sosial masyarakat bahwa
kearifan lokal itu merupakan media pembelajaran bagi masyarakat
untuk belajar saling menghormati dan saling menyayangi. Baik
sesama manusia maupun terhadap lingkungan. 
5. Kearifan lokal masyarakat Minangkabau
Di Propinsi Sumatera Barat yang sering juga disebut
dengan Ranah Minang, juga terdapat beberapa jenis Kearifan
Lokal yang berkaitan dengan pengelolaan Hutan Tanah dan Air
diantaranya Rimbo Larangan, Banda Larangan, Tabek Larangan,
Mamutiah Durian, Parak, Menanam Tanaman Keras sebelum
Nikah, Goro Basamo dan masih banyak lagi yang lainnya.
a. Rimbo Larangan (Hutan Larangan )
Yaitu hutan yang menurut aturan adat tidak boleh
ditebang karena fungsinya yang sangat vital sekali sebagai
persediaan air sepanjang waktu untuk keperluan masyarakat,
selain itu kayu yang tumbuh dihutan juga dipandang
sebagai perisai untuk melindungi segenap masyarakat yang
bermukim disekitar hutan dari bahaya tanah longsor. Apabila
ada terdapat diantara warga yang akan membuat rumah yang
membutuhkan kayu, maka harus minta izin lebih dulu kepada
aparat Nagari melalui para pemangku adat untuk menebang
kayu yang dibutuhkan dengan peralatan Kapak dan Gergaji
tangan.
b. Banda Larangan (Sungai, Anak Sungai/Kali Larangan) 
Merupakan suatu aliran sungai yang tetap dijaga
agar tidak tercemar dari bahan atau benda yang bersifat
dapat memusnahkan segenap binatang dan biota lainnya

Kearifan Lokal di Indonesia 181


yang ada di aliran sungai sehingga tidak menjadi punah,
seperti halnya warga masyarakat tidak boleh menangkap
ikan dengan cara Pengeboman, memakai racun, memakai
aliran listrik dan lain sebagainya. Untuk panen Ikan dari
Banda Larangan tersebut, pihak Pemangku Adat dan Aparat
Nagari melaksanakan dengan cara membuka larangan secara
bersama-sama masyarakat untuk kepentingan bersama dan
hasilnya selain untu masyarakat juga sebahagian untuk KAS
Nagari. Biasanya Banda Larangan ini dibuka sekali setahun
atau sekali dua tahun tergantung kesepakatan Para Pemangku
Adat.
c. Tabek Larangan (tebat larangan)
Yaitu Kolam air yang dibuat secara bersama oleh
masyarakat pada zaman dulu dengan tujuan untuk persediaan
air bagi kepentingan masyarakat dan didalam Tabek tersebut
juga dipelihara berbagai jenis ikan, saat untuk membuka
Tabek Larangan tersebut sama dengan seperti di Banda
Larangan. 
d. Mamutiah durian ( memutih durian ) 
Yaitu kegiatan menguliti pohon durian apabila
kedapatan salah seorang warga masyarakat pemilik pohon
durian yang memanjat dan memetik buah durian sebelum
durian itu matang, hal itu dilakukan sebagai sanksi moral
bagi masyarakat yang melakukannya karena dipandang tidak
mempunyai rasa sosial antar sesama. Setelah pohon Durian
dikuliti maka secara berangsur pohon itu akan mati. Biasanya
pemilik pohon durian akan mendapatkan hasil semenjak
matahari terbit sampai terbenam, sedangkan disaat malam
hari buah durian yang jatuh telah menjadi milik bersama.
e. Parak 
Yaitu suatu lahan tempat masyarakat berusaha tani
dimana terdapat keberagaman jenis tanaman yang dapat
dipanen sepanjang waktu secara bergiliran, sehingga
pada lahan parak ini terdapat nilai ekonomi yang yang
berkelanjutan. Apabila dilihat dari jauh, parak di pandang

182 MENEMBUS BADAI EKONOMI


seolah-olah seperti hutan dan juga berfungsi sebagai
penyangga bagi daerah dibawahnya 
6. Kearifan lokal masyarakat Desa Ciomas, Jawa Barat
Masyarakat di Desa ini memiliki satu kearifan lokal warisan
nenek moyang mereka mengenai pelestarian lingkungan yang
sampai saat ini masih dengan teguh mereka jaga. Salah satunya
adalah dengan masih menetapkannya Leuweung Larangan (hutan
larangan) di kawasan Gunung Sawal sebagai tempat yang harus
betul-betul dijaga kelestariannya.
Di samping itu, ada pula beberapa tahapan dalam adat
masyarakat Ciomas yang mengedepankan pola-pola sistematis
dan bertahap dalam hal pelestarian hutan di lingkungan mereka.
Tahapan adat itu terbagi dalam tiga tahap yang begitu sistematis
dan penuh perhitungan.
Inilah tahap-tahap dalam adat Masyarakat Ciomas dalam
hal menjaga lingkungan hutan agar tetap lestari:
a. Kabarataan
Kabarataan adalah sebuah adat yang mengedepankan
pada analisis yang mendalam terhadap kerusakan-kerusakan
hutan yang terdapat dalam tata wilayah mereka. Dalam adat
Kabarataan ini meliputi menghitung berbagai kerusakan
hutan, menetapkan waktu pemulihan kerusakan tersebut (Tata
Wayah) dan juga rancangan kerja tentang apa-apa saja yang
harus dilakukan untuk memulihkan kerusakan (Tata Lampah).
Tidak hanya itu, dalam adat Kabarataan ini juga diadakan
upacara penanaman pohon panayogian atau penanda yang
disebut dengan nama Ki Pasang, mengingat pohon yang di
tanam adalah dua jenis pohon yang sama dan berdampingan.
Dalam prosesi adat menanam pohon panayogian biasanya
dilakukan pada akhir menjelang rangkaian adat Kabarataan
berakhir. Yang membuat saya terkesan adalah, untuk
pohon yang di tanam dalam Panayogian ini masyarakat
adat mewajibkan untuk hanya menanam jenis pohon yang
tumbuh di wilayah itu dan sama sekali tidak dibolehkan
untuk menanam pohon yang berasal dari luar daerah tersebut.

Kearifan Lokal di Indonesia 183


Hal itu tentu saja dilakukan bukan dengan tanpa alasan sama
sekali.
Tujuan utama dari penanaman pohon yang harus dari
wilayah tersebut dengan perhitungan bahwa adaftasi sebuah
tanaman dengan tanah dan lingkungan baru adakalanya
memakan proses yang tidak selamanya berjalan mulus. Jika
pohon yang ditanam merupakan tanaman asli dari wilayah
tersebut maka diharapkan proses adaptasi dan pertumbuhan
dari sang pohon yang baru di tanam bisa lebih mudah
dilalui
b. Kadewaan
Untuk tahapan berikutnya setelah prosesi adat
Kabarataan berakhir maka dilanjutkan dengan tahapan
selanjutnya yakni melaksanakan adat Kadewaan. Kadewaan
sendiri pada prinsipnya adalah awal dimulainya proses
pemulihan hutan dan lingkungan termasuk mata air, sungai,
dan aneka tumbuhan di sekitar wilayah tersebut yang pada
saat adat Kabarataan dianggap sudah waktunya dipulihkan
dari kerusakan-kerusakan. Maka, jika dalam adat Kabarataan
adalah berupa analisis yang mendalam untuk mendeteksi
kerusakan-kerusakan lingkungan berikut dengan pola-pola
apa saja yang akan diambil dalam upaya penyembuhan
lingkungan yang rusak tersebut, maka dalam adat Kadewaan
ini adalah upaya pelaksanaan dari pemulihan itu sendiri.
Dalam Kadewaan ini, masyarakat diwajibkan untuk menanam
pohon di tempat-tempat yang dianggap telah rusak. Dan
seperti pada adat Kabarataan, pohon-pohon yang ditanam di
sini pun harus berasal dari jenis pohon yang ada di wilayah
tersebut.
c. Karatuan
Untuk tahapan terakhir dari rangkaian adat ini
adalah pelaksanaan adat karatuan. Adat Karatuan adalah
sebuah proses berkesinambungan antara terus memulihkan
lingkungan dan juga menjaga keberlangsungan pemulihan
itu sendiri hingga tercapai sebuah tata lingkungan yang

184 MENEMBUS BADAI EKONOMI


benar-benar subur, bersahabat dan tentu saja bisa diambil
manfaatnya oleh penduduk setempat. Maka dari itu, dalam
adat karatuan ini sifatnya jangka panjang dan oleh karenanya
waktu yang ditetapkan pun adakalanya hingga ratusan
tahun.
7. Kearifan lokal masyarakat Krui-Lampung Barat
Repong Damar atau hutan damar, merupakan model
pengelolaan lahan bekas lading dalam bentuk wanatani yang
dikembangkan oleh masyarakat Krui di Lampung Barat, yaitu
menanami lahan bekas lading dengan berbagai jenis tanaman,
antara lain damar, kopi, karet, durian.

8. Kearifan lokal masyarakat Orang Rimba-Jambi


Hompongan merupakan hutan belukar yang melingkupi
kawasan inti pemukiman Orang Rimba (di kawasan Taman
Nasional Bukit Dua Belas, Jambi) yang sengaja dijaga
keberadaannya yang berfungsi sebagai benteng pertahanan dari
gangguan pihak luar.
9. Kearifan lokal masyarakat Dayak Iban-Kalimantan Barat
Tembawai merupakan hutan rakyat yang dikembangkan
oleh masyarakat Dayak Iban di Kalimantan Barat, yang
didalamnya terdapat tanaman produktif, seperti durian.
10. Kearifan lokal masyarakat Maluku
Sasi merupakan aturan adat yang menjadi pedoman
setiap warga masyarakat Maluku dalam mengelola lingkungan
termasuk pedoman pemanfaatan sumber daya alam.
11. Kearifan lokal masyarakat Maluku
Mamancing Ikan merupakan aturan adat yaitu larangan atau
boboso. Pamali Mamancing Ikab ini secara yurisdiksi terbatas
pada nilai-nilai adat, dan agama, tetapi konsep property right ini
terbentuk dari pranata sosial masyarakat yang telah berlangsung
sejak lama dalam mengatur pemanfaatan sumberdaya pesisir dan
laut.

Kearifan Lokal di Indonesia 185


12. Kearifan lokal masyarakat Dayak Benuaq-Kalimantan Timur
Simpuk Munan atau lembo bangkak merupakan hutan
tanaman buah-buahan (agroforestry) yang dikembangkan oleh
masyarakat Dayak Benuaq di Kalimantan Timur.
13. Kearifan lokal masyarakat To Bentong-Sulawesi Selatan
Koko dan tattakeng sebelum mengenal pertanian padi
sawah, orang To Bentong mewariskan lahan bagi keturunannya
berupa kebun (Koko) dan lading yang ditinggalkan (Tattakeng).
Koko adalah lahan perladangan yang diolah secara berpindah,
sedangkan Tattakeng adalah lahan bekas perladangan yang
sedang diberakan.
14. Kearifan lokal masyarakat Minahasa-Sulawesi Utara
Mapalus pada masyarakat Minahasa, merupakan pranata
tolong menolong yang melandasi setiap kegiatan sehari-hari orang
Minahasa, baik dalam kegiatan pertanian, yang berhubungan
dengan sekitar rumah tangga, maupun untuk kegiatan yang
berkaitan dengan kepentingan umum.
15. Kearifan lokal masyarakat Bolaang Mongondow-Sulawesi
Selatan
Moposad dan Moduduran merupakan pranata tolong
menolong yang penting untuk menjaga keserasian lingkungan
sosial.
16. Kearifan lokal masyarakat Banjar – Kalimantan Selatan
Kapamalian merupakan aturan-aturan (pantangan) dalam
pengelolaan lingkungan, misalnya larangan membuka hutan
keramat.
17. Kearifan lokal masyarakat Sumba Timur- Nusa Tengara Timur
Gugus hutan yang disebut Pahomba, terlarang keras untuk
dimasuki apalagi untuk diambil hasil hutanya. Pada hakekatnya
pohon-pohon di setiap pahomba itu berfungsi sebagai pohon-
pohon induk yang dapat menyebarkan benih ke padang-padang
rumput yang relatif luas.Karena itu, jika api tidak menghangus
matikan anakan pepohonan itu, proses perluasan hutan secara
alamiah dapat berlangsung. Pepohonan di pahomba disekitar
batang sungai berfungsi sebagai riparian atau tumbuhan tepain

186 MENEMBUS BADAI EKONOMI


sungai yang berfungsi sebagai filter terhadap materi erosi, dan
sekaligus berfungsi sebagai sempadan alamiah sungai dan untuk
pelestarian air sungai.
18. Kearifan lokal masyarakat Bali
Salah satu teknologi tradisional pemakaian air secara
efisien dalam pertanian dilakukan dengan cara Subak. Lewat
saluran pengairan yang ada pembagian aliran berdasarkan luas
areal sawah dan masa pertumbuhan padi dilakukan dengan
menggunakan alat bagi yang terdiri dari batang pohon kelapa
atau kayu tahan air lainnya. Kayu ini dibentuk sedemikian
rupa dengan cekukan atau pahatan dengan kedalaman berbeda
sehingga debit air yang mengalir di satu bagian berbeda dengan
debit air yang mengalir di bagian lainnya. Kayu pembagi air ini
dapat dipindah-pindah dan dipasang diselokan sesuai dengan
keperluan, yang pengaturannya ditentukan oleh Kelihan Yeh
atau petugas pengatur pembagian air.
19. Kearifan lokal masyarakat Bali
Tri Hita Karana, suatu konsep yang ada dalam kebudayaan
Hindu-Bali yang berintikan keharmonisan hubungan antara
Manusia-Tuhan, manusia-manusia, dan manusia-alam merupakan
tiga penyebab kesejahteraan jasmani dan rohani. Ini berarti
bahwa nilai keharmonisan hubungan antara manusia dengan
lingkungan merupakan suatu kearifan ekologi pada masyarakat
dan kebudayaan Bali.
20. Kearifan lokal masyarakat Desa Gasang-Jawa Timur
Bersih Deso (bersih desa) adalah suatu acara adat dan
sekaligus tradisi pelestarian lingkungan yang masih dilaksanakan
masyarakat Desa Gasang sampai sekarang. Dilakukan setiap tahun
pada bulan Jawa Selo (Longkang) dipilih dari hari Jumat Pahing.
Masyarakat secara berkelompok membersihkan lingkungan
masing-masing seperti jalan, selokan umum dan sungai. Setelah
selesai melaksanakan bersih deso secara berkelompok mereka
menyelenggarakan upacara semacam “sedekah bumi” dengan
sajian satu buah buceng besar, satu buceng kecil, sayur tanpa

Kearifan Lokal di Indonesia 187


bumbu lombok tanpa daging, berbagai macam hasil bumi yang
biasa disebut “pala kependhem” dan “pala gumantung”.
21. Kearifan lokal masyarakat Desa Bendosewu-Jawa Timur
Tradisi bersih desa di Desa Bendosewu dikenal dengan
wewaler yang merupakan pesan dari leluhur yang babad desa.
Isi pesan adalah “jika desa sudah rejo (damai, sejahtera) maka
hendaknya setiap tahun diadakan upacara bersih desa.” Tradisi
bersih desa disertai kegiatan kebersihan lingkungan secara
serentak, yaitu membersihkan jalan-jalan, rumah-rumah,
pekarangan, tempat-tempat ibadah, makam dan sebagainya.
Kegiatan ini disebut pula dengan “tata gelar” atau hal yang
sifatnya lahiriah. Hal yang berkaitan dengan “tata gelar” dalam
bersih desa bagi masyarakat Bendosewu sudah menjadi bagian
hidupnya, sehingga tidak perlu diperintah lagi.
22. Kearifan lokal masyarakat Kasepuhan Sirnaresmi-Jawa Barat
Seren Taun memiliki banyak arti bagi masyarakat
kasepuhan diantaranya adalah puncak prosesi ritual pertanian
yang bermakna hubungan manusia, alam, dan pencipta-Nya.
Seren Taun adalah perayaan adat pertanian kasepuhan sebagai
ungkapan rasa syukur setelah mengolah lahan pertanian sengan
segala hambatan dan perjuangannya untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Seren Taun adalah pesta masyarakat adat
Kasepuhan sebagai ungkapan rasa gembira ketika panen datang.
Seren Taun juga merupakan pertunjukan kesenian-kesenian
tradisional yang ada di masyarakat Kasepuhan. Adat istiadat
yang berlaku di dalam Kasepuhan ini mengatur pola kehidupan
masyarakat dalam berhubungan dengan sang pencipta (Hablum
minallah), hubungan antar manusia (Hablum minan naas) dan
hubungan manusia dengan alam lingkungannya (Hablum minal
alam).
23. Kearifan lokal masyarakat Kampung Dukuh-Jawa Barat
Bentuk kearifan dalam pengelolaan SDA dan lingkungan
hidup yang dikembangkan masyarakat Kasepuhan Pancer
Pangawinan diwujudkan dalam penataan ruang hutan, pelestarian
dan pengelolaan air, pengelolaan lahan dengan pengembangan

188 MENEMBUS BADAI EKONOMI


talun. Selain itu juga diwujudkan dalam pengetahuan tradisional
tentang berbagai jenis sumber daya alam, seperti padi varitas
lokal. Nilai yang menekankan pentingnya melestarikan
lingkungan itu dikuatkan lewat berbagai upacara tradisional,
mitos dan tabu. Menurut warga Kasepuhan, hutan digolongkan
menjadi 3 jenis, yaitu: Leuweung Kolot atau Leuweung
Geledegan atau hutan tua, yaitu hutan yang masih lebat
ditumbuhi berbagai jenis pohon dengan kerapatan yang tinggi,
dan masih banyak ditemukan binatang liar hidup di dalamnya.
Hutan ini masih ada di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung
Halimun. Leuweung Titipan atau hutan keramat. Hutan ini tidak
boleh dimasuki apalagi dieksploitasi oleh siapa pun, kecuali ada
izin dari Abah Anom. Hutan ini akan dimasuki apabila Abah
Anom menerima wangsit atau ilapat dari nenek moyang yang
memerlukan sesuatu dari kawasan gunung tersebut. Kawasan
hutan keramat adalah kawasan Gunung Ciwitali dan Gunung
Girang Cibareno; Leuweung Sampalan atau Leuweung bukaan,
yaitu hutan yang dapat digunakan dan dieksploitasi serta
dibuka oleh warga Kasepuhan. Di sini warga boleh membuka
lading, kebun sawah, menggembala ternak, mengambil kayu
bakar dan hasil hutan lainnya yang ada. Yang termasuk lahan
bukaan adalah lahan di sekitar tempat pemukiman penduduk.
Bekas lahan lading ataupun sawah yang sudah dipanen lalu
ditanami dengan tanaman musiman dan tanaman keras sehingga
membentuk hutan buatan disebut Talun. Tanaman buah-buahan
sering digunakan seperti duren, rambutan, atau tanaman lainnya
seperti petai, cengkeh, dan sebagainya. Setelan Talun ditanami
biasanya akan ditinggal begitu saja. Artinya pemeliharaannya
tidak begitu intrnsif disbanding dengan kebun.
24. Kearifan lokal masyarakat Lampung
Piil Pasenggiri merupakan falsafah hidup atau pedoman
dalam bertindak bagi setiap warga masyarakat Lampung,
yakni: menemui muimah (ramah lingkungan), nengah nyappur
(keseimbangan lingkungan), sakai sambayan (pemanfaatan
lingkungan), dan juluk adek (pertumbuhan lingkungan).

Kearifan Lokal di Indonesia 189


25. Kearifan lokal masyarakat Lahat – Sumatera Selatan)
Undang-Undang Simbur Cahaya yang sebagian
substansinya mengatur tentang pentingnya pelestarian
lingkungan.
26. Kearifan lokal masyarakat Sumatra Selatan
Pengetahuan Ke-Kean adalah perhitungan waktu yang
tepat untuk menanam jenis tanaman tertentu yang dikaitkan
dengan ilmu perbintangan.

K. Gotong Royong Dalam Perspektif Kearifan Lokal


Metode gotong royong merupakan salah satu alternatif pili-
han yang dapat dijalankan dalam rangka upaya meningkatkan taraf
pendidikan masyarakat, terutama masyarakat yang berdomisili di
pedalaman. Kesulitan bersama akan akses pendidikan sudah sehar-
usnya dijawab dengan kekompakan dan persatuan masyarakat, yak-
ni pembangunan pendidikan berbasis swadaya masyarakat sehingga
tercipta suatu lembaga pendidikan di masyarakat setempat. Metode
gotong royong sebagaimana tersebut merupakan suatu kerja yang
dilakukan secara bersama-sama dengan tertata dan teratur, semua
anggota masyarakat berdiri pada kewajiban yang sama untuk tujuan
bersama.
Metode gotong royong sendiri sudah lama melekat dalam
kehidupan masyarakat Indonesia secara umum. keberadaan gotong
royong tidak dapat dilepaskan akan adanya persamaan keperluan
dan kebutuhan masyarakat yang tidak mungkin dapat diselesaikan
dengan secara individualis.
Segala sesuatunya dikerjakan dengan mengandalkan kebersa-
maan, persatuan dan tentunya semua itu diwujudkan dalam bentuk
gotong royong. Kegiatan bergotong royong sebenarnya sudah men-
jadi tradisi disemua daerah di Indonesia. Kegiatan ini sudah diwar-
iskan secara turun temurun oleh nenek moyang bangsa Indonesia.
Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan bergotong
royong. Hal ini sebagaimana kata pepatah yang mengatakan berat

190 MENEMBUS BADAI EKONOMI


sama diangkat, ringan sama dijinjing. Artinya masalah seberat apap-
un itu tentu saja dapat diselesaikan dengan bersama-sama dan akan
terasa lebih ringan. Berbanding terbalik bila segala sesuatu dijalank-
an dengan secara indivudualisme.
Sebagaimana analogi yang penulis gambarkan sebagai beri-
kut, misalkan ibarat menyapu dengan sebatang lidi, tentu akan ber-
beda hasilnya bila dilakukan dengan seikat lidi. Sebatang lidi tidak
akan mampu menyelesaikan apapun melainkan hanya sedikit dari
potensinya, tetapi dengan seikat lidi ia akan lebih berguna untuk ke-
pentingan yang lebih urgen lagi.
Menurut kamus bahasa Indonesia (2008: 498): gotong royong
adalah bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu membantu).
Manusia adalah mahluk sosial, oleh karena itu kebersamaan, per-
satuan dan saling membantu merupakan kebutuhan manusia untuk
tetap eksis.
Mengingat pentingnya gotong royong dalam masyarakat,
Gurniwan Kamil (1987) menjelaskan secara eksplisit bahwa : Go-
tong royong sudah tidak dapat dipungkiri lagi sebagai ciri bangsa
Indonesia yang turun temurun, sehingga keberadaannya harus diper-
tahankan. Pola seperti ini merupakan bentuk nyata dari solidaritas
mekanik yang terdapat dalam kehidupan masyarakat, sehingga se-
tiap warga yang terlibat di dalamnya memiliki hak untuk dibantu
dan berkewajiban untuk membantu, dengan kata lain di dalamnya
terdapat azas timbal balik.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dianalis bahwa setiap
masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kel-
ompoknya. Dalam konteks kewajiban, setiap anggota masyarakat
Memiliki kewajiban untuk bersama-sama mengerjakan sesuatu atau
terlibat dalam suatu pekerjaan baik untuk kepentingan umum (ber-
sama) maupun saling membantu diantara anggota masyarakat. Set-
elah turut serta mengerjakan kewajiban barulah memiliki hak untuk
diperhatikan, dibantu berdasarkan ketentuan gotong royong yang
berlaku dalam masyarakat tersebut.
Rochmadi (2012) menjelaskan bahwa: Gotong royong adalah
bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, dan merupakan warisan

Kearifan Lokal di Indonesia 191


budaya bangsa. Nilai dan perilaku gotong royong bagi masyarakat
Indonesia sudah menjadi pandangan hidup, sehingga tidak bisa dipi-
sahkan dari aktivitas kehidupannya sehari-hari. Pola hidup yang
seperti ini merupakan bentuk nyata dari solidaritas mekanik yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Implementasi nilai
dan perilaku gotong royong pada masyarakat Indonesia merupakan
bagian esensial dari revitalisasi nilai sosio budaya dan adat istiadat
pada masyarakat yang memiliki budaya beragam agar terbebas dari
dominasi sosial, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, serta
ideologi lain yang tidak mensejahterahkan.

192 MENEMBUS BADAI EKONOMI


DAFTAR PUSTAKA

Alfiapntjr. Blogspot.Com. ( di unduh tanggal 2 mei 2014 )


Anief, Moh. 2000.”Buku pintar bahasa indonesia.Yogyakarta”  :
Gadjah Mada University Press.
Badruddin, Syamsiah. Teori dan Indikator Pembangunan. Jakarta:
Yayasan Obor, 2009.
Boediono. (1990), “Ekonomi mikro”, Yogyakarta: BPFE
Chok Tong at the opening of the 7th International Conference on
Thinking, June 1–6, in Singapore.
Goh, C.T. (1997). Shaping Our Future: Thinking schools, learning
nation. Speech by Prime Minister Goh
Gopinathan, S. (2007). Globalisation, the Singapore developmental
state and education policy: A thesis revisited. Globalisation,
Societies and Education 5, No. 1: 53–70.
Green, A. (1997). Education, globalisation and the nation state.
Basingstoke: Macmillan. Page 23.
Jakson, Robert Dan Geogrg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Journal of Education Policy 17, No. 2: 151–66.
Kartasasmita, Ginanjar, 1996. Pembangunan unuk Rakyat. Jakarta :
CIDES.
Moten, A.R. (2005). Modernisation and the process of globalisation:
The Muslim experience and responses in Islam in Southeast
Asia: Political, social and strategic challenges for the 21st
century, ed. K.S.
Nathan and K. Mohammad Hashim, 231–55. Singapore: ISEAS.

Daftar Pustaka 193


Nasution, Zulkarimen. Komunikasi Pembangunan (Pengenalan
Teori dan Penerapannya). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007
Ohmae, K. (1995). The end of the nation-state: The rise of regional
economies. New York: The Free Press.
Organization for Economic Cooperation and Development, OECD.
(1996). The Knowledge-Based Economy.
Polanyi, Karl. (2004). The Self-Regulating Market in Economic as a
Social Science. 2nd edition. Page 40. 
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002). Halaman
263.
Sharpe, L., and S. Gopinathan. 2002. After Effectiveness: New
directions in the Singapore school system?
Sukirno, Sadono, (1985). “Ekonomi pembangunan: proses, masalah,
dan dasar kebijaksanaan”. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Salim, Emil. 1974. Masalah pembangunan Ekonomi Indonesia.
Jakarta : Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi universitas
Diponogoro.
Syafiie, Inu Kencana. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002
Sukirno, Sadono. Beberapa Apek Dalam Persoalan Pembangunan
Daerah. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
1982
Suparlan, B, 1995. Bahan ajar ekonomi SMA. Malang : YA3
T, Moeljarto. Politik Pembangunan (Sebuah Analisis Konsep, Arah
dan Strategi). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995.
Tan, Charlene. (2008). Globalization, the Singapore State and
Educational Reforms: Towards Performativity, Education,
Knowledge and Economy. Vol.2, No.2, Singapore: Routledge.
Pages 111-120.
Vheriyall.Blogspo.Com. ( di unduh tanggal 2 mei 2014 )

194 MENEMBUS BADAI EKONOMI

Anda mungkin juga menyukai