Kata Pengantar i
Patta Rapanna dan Yana Fajriah
Menembus Badai Ekonomi/Patta Rapanna
Cet. 1—Makassar. CV Sah Media 2018
23 cm x 15,5 cm, 202 Halaman
ISBN 978-602-6928-39-9
1. Menembus Badai Ekonomi I. Judul
CV SAH MEDIA
Jl. Antang Raya No. 83
Kel. Antang, Kec. Manggala, Kota Makassar
Telp. 0411-497150, HP. 081343617376
Email: sah_media@yahoo.com www.sahmedia.co.id
Patta Rapanna
Yana Fajriah
PENGANTAR................................................................ iii
DAFTAR ISI................................................................... V
BAB I KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI NEGARA
BERKEMBANG................................................. 1
A. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi. 1
B. Ciri Proses Pertumbuhan Ekonomi Profesor
Kuznets ..................................................... 4
C. Dampak Positif dan Negatif Pembangunan
Ekonomi ................................................... 7
D. Strategi Pembangunan Ekonomi . ............... 8
E. Macam-macam Strategi Pembangunan
Ekonomi ................................................... 8
Daftar Isi v
C. Cara Mengatasi Permasalahan di Negara
Maju dan Berkembang ................................ 35
D. Permasalahan Ekonomi di Negara
E. Berkembang ................................................ 36
B. Indikator Pembangunan
Berbicara mengenai pembangunan yang dilakukan oleh
otoritas suatu negara tentu tidak dapat dilepaskan dari indikator yang
digunakan sebagai alat untuk mengukurnya. Hal ini penting dilakukan
agar upaya yang dilakukan dalam bingkai pembangunan dapat
diketahui dampaknya bagi kehidupan masyarakat. Apakah beragam
upaya ‘pembangunan’ yang dilakukan berdampak positif ataukah
berimplikasi negatif terhadap kehidupan masyarakat dan negara.
Dengan adanya indikator tersebut di samping dapat mengetahui
dampaknya, juga akan dapat diketahui beragam kelebihan dan
mungkin kekurangan yang ada dalam upaya tersebut sehingga dapat
dilakukan perbaikan di waktu berikutnya.
Penggunaan indicator dan variable pembangunan bisa
berbeda untuk setiap Negara. Di Negara-negara yang masih
miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih
sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa,
layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang
rendah. Sebaliknya, di Negara-negsara yang telah dapat memenuhi
kebutuhan tersebut, indicator pembangunan akan bergeser kepada
factor-faktor sekunder dan tersier (Tikson, 2005).
Sejumlah indicator ekonomi yang dapat digunakan oleh
lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan perkapita
(GNP atau PDB), struktur perekonomin, urbanisasi, dan jumlah
tabungan. Disamping itu terdapat pula dua indicator lainnya
2. Struktur Ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan
per kapita akan mencerminkan transformasi struktural
dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan
adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita,
konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap
pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan
sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan
3. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya
proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan
dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan
tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban
sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi
di negara-negara eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi
penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi
industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan
semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi.
Di Negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di
wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang
berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan.
Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah
satu indicator pembangunan.
4. Angka Tabungan
Perkembangan sector manufaktur/industri selama tahap
industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial
capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi
dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggeris
pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme
yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang
memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun
melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah.
C. Pembangunan Di Negara Berkembang
Negara berkembang adalah negara yang sedang membangun
menuju negara modern. Didalamnya terdapat suatu proses perubahan
di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan
suatu rencana tertentu. Untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia yang menuntut adanya perubahan sosial dan budaya sebagai
pendukung keberhasilannya. Sifat / Karakteristik / Ciri-Ciri Negara
Berkembang. Di Dunia Negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia memiliki karakter atau ciri sebagai berikut:
1. Penduduk
Permasalahan utama di negara berkembang adalah
pertumbuhan penduduk yang tidak dapat dikendalikan. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya
membatasi jumlah anak dalam keluarga. Jika pertumbuhan
penduduk tidak diimbangi dengan peingkatan kualitas
penduduknya, maka hal ini dapat membuat rendahnya tingkat
Indeks Pembangunan. Oleh karena itu maka diperlukan
pengembangan sistem pendidikan yang lebih intens untuk
memperkecil resiko ledakan penduduk ini.
2. Ekonomi
Dengan jumlah penduduk yang meningkat pesat, maka
akibatnya adalah terjadi banyak pengangguran yang tidak
mendapat kesempatan kerja. Hal ini menyebabkan angka
kemiskinan juga meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi di
negara berkembang juga terhambat.
Angka kemiskinan dan pengangguran yang terus melonjak
dan relatif tinggi ini menyebabkan rendahnya pendapatan
perkapita. Hal ini disebabkan ketergantungan terhadap produksi
pertanian dan ekspor barang-barang primier dan kurangnya
tenaga kerja yang berkualitas serta sektor perdagangan yang
tidak mampu bersaing dengan negara-negara maju sehingga
mengakibakan keterbelakangan serta kurang adanya inovasi
dalam meningkatkan nilai tambah suatu barang guna mencapai
keuntungan maksimal.
A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi
karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-
aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi
dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet,
merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong
saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan
budaya. Meski sejumlah pihak menyatakan bahwa globalisasi berawal
di era modern, beberapa pakar lainnya melacak sejarah globalisasi
sampai sebelum zaman penemuan Eropa dan pelayaran ke Dunia
Baru. Ada pula pakar yang mencatat terjadinya globalisasi pada
milenium ketiga sebelum Masehi. Pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan budaya dunia berlangsung
sangat cepat.
Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan
tahun 1980-an dan lebih sering lagi sejak pertengahan 1990-an. Pada
tahun 2000, Dana Moneter Internasional (IMF) mengidentifikasi
empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi,
pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia,
dan pembebasan ilmu pengetahuan. Selain itu, tantangan-tantangan
lingkungan seperti perubahan iklim, polusi air dan udara lintas
perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada
hubungannya dengan globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi
dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja, ekonomi, sumber daya
sosial-budaya, dan lingkungan alam. Pengertian Globalisasi menurut
bahasa adalah Global dan sasi, Global adalah mendunia, dan Sasi
adalah Proses, jadi apabila pengertian Globalisasi menurut ahasa ini
di gabungkan menjadi “Proses sesuatu yang mendunia”
Globalisasi 49
Globalisasi menurut para ahli diantaranya diungakpan
oleh:
1. Thomas L. Friedman: Globalisasi memiliki dimensi idiology
dan tekhnologi. Dimensi tekhnologi yaitu kapitalisme dan
pasar bebas, sedangkan dimensi tekhnologi adalah tekhnologi
informasi yang telah menyatukan dunia.
2. Malcom Waters: Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang
berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial
budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran
orang.
3. Emanuel Ritcher: Globalisasi adalah jaringan kerja global
secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya
terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan
dan persatuan dunia.
4. Achmad Suparman: Globalisasi adalah sebuah proses menjadikan
sesuatu benda atau perilaku sebagai ciri dan setiap individu di
dunia ini tampa dibatasi oleh wilayah.
5. Martin Albrown: Globalisasi menyangkut seluruh proses dimana
penduduk dunia terhubung ke dalam komunitas dunia tunggal,
komunitas global.
6. Laurence E. Rothenberg: Globalisasi adalah percepatan
dan intensifikasiinteraksi dan integrasiantara orang-orang,
perusahaan, dan pemerintah dari negarayang berbeda.
7. Selo Soemardjan: globalisasi adalah suatu proses terbentuknya
sistem organisasidan komunikasi antarmasyarakat di seluruh
dunia. Tujuan globalisasi adalahuntuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya terbentuknya PBB,
OKI
8. Scholte: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan
internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap
mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi
semakin tergantung satu sama lain.
Globalisasi 51
yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung”. Mereka
menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal
tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
Sedangkan faktor terjadinya globalisasi dikarenakan oleh
faktor ekternal dan faktor internal.
Faktor Ekstern munculnya globalisasi berasal dari luar negeri
dan perkembangan dunia. Faktor tersebut sebagai berikut.
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknology (Iptek).
b. Penemuan sarana komunikasi yang semakin canggih.
c. Adnya kesepakatan internasional tentang pasar bebas.
d. Modersisasi atau pembaruan di berbagai bidang yang
dilakukan negara-negara di dunia mempengaruhi negara lain
untuk mengadupsi atau meniru hal yang sama.
e. Keberhasilan perjuangan prodemokrasi di beberapa negara
di dunia sedikit banyak memberi inspiransi bagi munculnya
tuntutan tranparansi dan globalisasi di sebuah negara.
f. Meningkatnya peran dan fungsi lembaga-lembaga
internasional.
g. Perkembangan HAM.
Faktor intern munculnya globalisasi berasal dalam negeri.
Berikut faktor-faktor intern tersebut.
a. ketergantungan sebuah negara terhadap negara-negara lain
di dunia.
b. Kebebasan pers.
c. Berkembangnya transparansi dan demokrasi pemerintahan
d. Munculnya berbagai lembaga politik dan lembaga awadaya
masyarakat.
e. Berkembangnya cara berpikir dan semakin majunya
pendidikan masyarakat.
2. Dampak Negatif:
a. Masyarakat yang konsumtif
b. Segala informasi tidak tersaring untuk informasi baik maupun
informasi buruk
c. Pemborosan dan perilaku yang menyimpang dari adat
ketimuran
d. Lebih condong pada budaya barat sehingga budaya pribadi
sering ditinggalkan
e. Sikap individualis dan menutup diri sering terjadi pada
individu yang mengikuti arus globalisasi secara terus-
menerus
Globalisasi 53
dijunjung tinggi kini perlahan mulai terkikis oleh kebudayaan
“pop” yang menyebar dengan leluasa. Banyak diantara masyarakat
yang tidak menyadari akan dampak-dampak globalisasi ini.
Akibatnya dengan begitu mudah dampak negatif ini mengotori
dan akan segera menggeser peradaban. Masyarakat awam
cenderung menikmati globalisasi ini bukan sebagai kemajuan
namun hanya kesenangan materi semata. Remaja yang menjadi
korban paling banyak dalam globalisasi ini. Gaya hidup “pop”
yang mulai membudaya semakin memperburuk keadaan moral
remaja. Sekarang ini, tawuran antar pelajar sudah menjadi berita
yang biasa. Pornografi dan kekerasan yang mereka lakukan juga
tak luput merupakan efek dari globalisasi ini.
Canggihnya koneksi akses internet tanpa batas semakin
mempermudah para remaja untuk terjangkit dampak negatif itu.
Remaja saat ini juga lebih mementingkan penampilan semata.
Mereka menjadi korban iklan dan mode yang sebenarnya
merupakan penjajahan besar-besaran. Akan tetapi sayangnya
hanya sedikit sekali diantara mereka yang menyadari semua
itu. Kebanyakan dari mereka justru terbawa arus hedonisme.
Pendidikan seakan-akan bukan lagi menjadi kebutuhan, namun
hanya menjadi pelengkap saja. Penyebab utama penyimpangan
perilaku hilangnya kendali para remaja karena;
Globalisasi 55
muda di Indonesia. Hal ini saling berkesinambungan dengan
pengaruh buruk lainnya dari globalisasi.
Bagi Bangsa Indonesia, Masuknya Budaya
Barat dapat menyebabkan:
1) Aculturasi
Biasanya ditandai dengan perubahan budaya
maupun kebiasaan dalam masyarakat. Norma
masyarakat yang sebelumnya menjadi pedoman bagi
seseorang bertindak perlahan-lahan berubah menjadi
tidak dipedulikan lagi. Misalnya kebiasaan memberikan
salam dan mencium tangan pada orang tua sudah pudar
di kalangan generasi muda.
Budaya atau kebiasaan pada masyarakat seperti
memberikan salam dan mencium tangan pada orang tua
sudah pudar di kalangan generasi muda sebagian besar
disebabkan oleh masuknya budaya Barat.
Memberi salam atau mencium tangan orang
tua sudah tergantikan oleh “Cipika-Cipiki” yang
diperkenalkan budaya Barat. Padahal ini tidak sesuai
dengan Bangsa Timur yang lebih mengedepankan etika
dalam bermasyarakat. Terlebih dalam Agama Islam
“Cipika-Cipiki” dianggap dosa bila dengan lawan jenis.
Aculturasi juga ditandai dengan kebiasaan anggota
masyarakat melanggar aturan atau hukum. Hal yang
tidak biasa dalam masyarakat kini telah menjadi lazim
untuk dilakukan. Hal ini akibat kebebasan yang diajarkan
budaya Barat sehingga dirasa terlalu bebas tanpa disertai
tanggung jawab.
2) Sikap Meniru
Banyak sekali adegan dalam film Barat yang
tidak sepatutnya dicontoh oleh kaum muda. Misalnya,
perkelahian antar pelajar dan adegan-adegan kekerasan
lainnya serta pelajar yang terintimidasi atau sering ejek
dan diganggu dalam sekolah, sifat tawuran dan saling
mengejek Antara sesama pelajar di Indonesia sudah
Globalisasi 57
Selain Masuknya Budaya Barat yang menjadi akar
dari semua dampak negatif Globalisasi bidang sosial
budaya, ada unsur lain yang ikut berperan dalam hal ini
yaitu “Kemajuan IPTEK”. Kemajuan IPTEK adalah
dampak positif dari globalisasi dalam bidang Teknologi,
namun ini sedikit banyak membawa dampak negatif
bidang Sosial Budaya yang diantaranya melahirkan gaya
hidup yang :
5) Individualistis
Dulu sosialisasi hanya dapat terjadi jika kita pergi
keluar rumah, menyapa tetangga ataupun mengobrol.
Namun dizaman modern ini, hanya dengan duduk dialam
rumah dengan internet, bahkan kita bisa bersosialisasi
dengan orang-orang yang berada sangat jauh. Inilah
akar dari individualistis yang tercipta karena tidak
bersosialisasi secara langsung. Hal ini akan sangat
merusak karena menciptakan seseorang dengan sikap
yang tidak memperdulikan orang lain selain dirinya.
6) Pragmatisme
Pragmatisme adalah sikap yang menilai sesuatu dari
untung ruginya bagi diri sendiri. Padahal menolong tanpa
pamrih adalah pelajaran dasar dalam bermasyarakat. Tapi
semakin majunya jaman, menyebabkan lunturnya nilai-
nilai gotong royong dan tolong-menolong dalam hal-hal
kebaikan. Individu lebih mengarahkan pada kegiatan
yang menguntungkan dirinya saja.
7) Materialisme
Materialsme adalah doktrin yang menyatakan bahwa
kenyamanan, kesenangan, dan kekayaan merupakan satu-
satunya tujuan atau nilai tertinggi. materialisme adalah
kecenderungan untuk lebih peduli dengan materi dari
pada rohani atau tujuan dan nilai intelektual.
Materialisme adalah pandangan hidup yang
mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan
manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan
Globalisasi 59
kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para
penganut paham ini, bersenang-senang, pesta pora, dan
berpoya-poya merupakan tujuan utama hidup, entah itu
menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka
beranggapan hidup ini hanya satu kali, sehingga mereka
merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di
dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani
dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu
yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham inilah
muncul Nudisme (gaya hidup bertelanjang). Pandangan
mereka terangkum dalam pandangan Epikuris yang
menyatakan, “Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah
nafsumu, karena besok engkau akan mati”.
9) Konsumerisme
Konsumerisme merupakan paham dimana
seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan
proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil
produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara
sadar dan berkelanjutan. Dan inilah hal yang paling
sering terjadi seperti berbelanja pakaian terlalu banyak.
Padahal pakaian tersebut tidak semuanya dipakai dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pengaruh Positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya
Banyak sekali pengaruh buruk akibat Globalisasi
yang kita rasakan. Namun tentunya masih ada pengaruh
positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya yang dapat kita
rasakan, atau mungkin bagi sebagian banyak orang sudah
mengalaminya.
Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai
sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah
maju.
Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja
keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional,
sportif, dan lain sebagainya.
D. Pengaruh Globalisasi
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi
kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut
meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh
globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik,
ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan mempengaruhi
nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.
Globalisasi 61
1. Pengaruh Positif Globalisasi Terhadap Nilai - Nilai
Nasionalisme
a. Pengaruh Dari Aspek Politik
Pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu
negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih
dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari
rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme
terhadap negara menjadi meningkat
b. Pengaruh Dari Aspek konomi
Terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan
adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi
bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa. Juga
masyarakat mengenal kemajuanteknologi, serta pusat
perbelanjaan yang modern mempermudah masyarakat untuk
memperoleh barang yang dibutuhkannya.
c. Pengaruh Dari Aspek Sosial Budaya
Kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos
kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang
sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang
pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal
rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
d. Pengaruh Dari Aspek Teknologi dan Komunikasi
Adanya kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi
menjadikan hidup manusia menjadi lebih mudah. Orang
yang ketika dahulu hendak pergi ke suatu tampat yang jauh
membutuhkan waktu lama, sekarang dengan waktu yang
singkat kita bisa pergi keluar negeri.
Globalisasi 63
E. Dampak Globalisasi
Bangsa Indonesia, seperti halnya bangsa-bangsa lain dalam
era globalisasi ini, tidak dapat menghindar dari arus derasnya
perubahan (inovasi) sebagai akibat canggihnya teknologi informasi,
telekomunikasi, dan transportasi. Beberapa rofessio dampak
globaliasai yang melanda bangsa dan rofes Indonesia yaitu:
1. Bidang Politik
Penyebaran nilai-nilai politik barat baik secara langsung
atau tidak langsung dalam bentuk unjuk rasa, demonstrasi yang
semakin berani dan terkadang ”mengabaikan kepentingan umum”
dengan cara membuat kerusuhan dan anarkis. Semakin lunturnya
nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan,
masyarakat mufakat dan gotong royong. Semakin menguatnya
nilai-nilai politik berdasarkan semangat individual, kelompok,
oposisi, rofessi mayoritas atau tirani minoritas.
2. Bidang Ekonomi.
Berlakunya the survival oe the fittest sehingga siapa yang
memiliki modal yang besar akan semakin kuat dan yang lemah
tersingkir. Pemerintah hanya sebagai regulasi dalam pengaturan
ekonomi yang mekanismenya akan ditentukan oleh pasar.
Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi
semakin berkurang, koperasi semakin sulit berkembang, dan
penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya sudah semakin
ditinggalkan.
3. Bidang Sosial dan Budaya
Mudahnya nilai-nilai barat yang masuk baik milalui
internet, antene parabola, media rofessi, maupun media cetak yang
kadang-kadang ditiru habis-habisan. Semakin lunturnya semangat
gotong royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan
rofes sehingga dalam keadaan tertentu hanya ditangani oleh
segelintir orang. Semakin memudarnya nilai-nilai keagamaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karna
dianggap tidak ada hubungannya (sekularisme).
Globalisasi 65
Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-
batasan yang jelas antar setiap bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa
Indonesia harus membuka diri. Dahulu,sesuai dengan tangan terbuka
menerima masuknya pengaruh budaya hindu,islam,serta masuknya
kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme. Pengalaman
pahit berupa kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk
kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang
ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk
fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi.
Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi
nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan
pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup
diri rapat-rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh
kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara
sosialis seperti Uni Soviet—yang terkenal anti dunia luar—tidak
bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep
pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia
membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat
modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal,
teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa
masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa
lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia
mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan
sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya,
nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya
nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan
tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-
nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak
baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam
kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri bangsa
Indonesia tengah berada pada titik nadir.
Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal
dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang
Globalisasi 67
mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya
pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari
nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya
serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk
mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa
dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh
atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan
dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.
G. Konsep Globalisasi
Dibawah ini beberapa konsep globalisasi menurut para ahli
adalah:
1. Malcom Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat
bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi
kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.
2. Emanuel Ritcher
Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan
menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan
terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3. Thomas L. Friedman
Globlisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi.
Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan
dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah
menyatukan dunia.
4. Princenton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas
saling ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara
didunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
5. Leonor Briones
Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan
ekonomi namun juga mencakup globalisasi institusi-institusi
demokratis, pembangunan sosial, hak asasi manusia, dan
pergerakan wanita
Globalisasi 69
pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan
bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita
turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa
terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal
sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin
terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi
sebagai zaman transformasi sosial
A. Harakiri
Dari perspektif sejarah, perkembangan tradisi harakiri tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh beberapa kepercayaan masyarakat
Jepang seperti Neo-Konfusius, Konfusius, Tao, Zen dan Shinto.
Tindakan bunuh diri dibuat dalam sebuah ritual yang sering disebut
harakiri atau secara harfiah berarti membelah perut. Harakiri ( 腹切
り) (Hara = perut, Kiru = menusuk). Jadi, harakiri berarti tindakan
menghukum diri sendiri dengan cara memotong perut. Walaupun
demikian, orang Jepang sendiri jarang yang menggunakan kata
Harakiri. Mereka lebih senang menggunakan kata Seppuku (切腹)
yang memiliki arti yang sama dengan Harakiri. Tindakan harakiri
dianggap terhormat karena untuk melakukan ini, harus memiliki
keberanian yang sangat luar biasa. Hal ini sangat menyiksa, ditambah
lagi tidak boleh menunjukkan ekspresi ketakutan ataupun kesakitan
karena hal tersebut merupakan hal yang memalukan bagi seorang
samurai yang terhormat dan pemberani. Akan tetapi, bagi mereka
yang tidak ingin mempermalukan diri dengan menunjukkan ekspresi
tersebut, maka ditugaskanlah seorang kaishaku yang bertugas untuk
memenggal kepala si pelaku untuk mempercepat kematian tanpa
harus berlama-lama tersiksa. Ritual inilah yang dikenal masyarakat
dengan sebutan harakiri.
Pada awal masa pemerintahan Tokugawa, harakiri sering
digunakan sebagai hukuman bagi para samurai yang telah melakukan
kejahatan (sedangkan untuk orang biasa, mereka dipukuli sampai
mati, atau dipenggal kepalanya). Peningkatan kematian disebabkan
harakiri menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan hingga pada
akhirnya harakiri pun dilarang. Semenjak saat itu, para samurai
B. Motif Harakiri
1. HARGA DIRI, dengan motif ini, para samurai melakukan
bunuh diri demi menjaga harga dirinya. Tindakan kamikaze
di saat PD II pun digolongkan dalam motif ini. Jepang tidak
ingin sejengkal pun tanah mereka di injak oleh Amerika Serikat
dan sekutunya. Hingga dengan cara apapun, pergerakan
musuh mereka harus ditahan. Kisah pertempuran di Iwojima
menunjukkan heroisme tentara Jepang yang melakukan
pertempuran hingga titik tenaga dan titik darah terakhir. Ken
Watanabe yang berperan sebagai seorang samurai melakukan
adegan harakiri demi menjaga harga dirinya ketimbang
bertekuk lutut pada tentara. Sehingga tidaklah aneh apabila
para korban harakiri tersebut mendapatkan penghormatan
yang besar dari masyarakat, termasuk dari orang yang pada
masa hidup tidak menyukainya.
2. MALU, Motif ini paling dominan dilakukan oleh pelaku
harakiri di masa kini. Motif “tidak bisa menahan malu”
dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat, mulai dari
pejabat, akademisi, hingga rakyat biasa. Tahun 2007 kita
masih ingat “kejutan” di jajaran Kabinet Shinzo Abe (PM
Jepang pengganti Koizumi) dengan tewasnya Menteri
Pertanian akibat kasus bunuh diri. Diyakini, tindakan tersebut
dilakukan karena Sang Menteri tidak bisa menahan malu
akibat skandal kasus korupsi yang diduga membelitnya.
Di tahun yang 2006, seorang professor tewas bunuh diri di
dalam laboratoriumnya (Universitas Osaka) yang diduga
F. Ikébana
Di dalam Ikebana terdapat berbagai macam aliran yang masing-
masing mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis
bunga. Aliran tertentu mengharuskan orang melihat rangkaian bunga
tepat dari bagian depan, sedangkan aliran lain mengharuskan orang
melihat rangkaian bunga yang berbentuk tiga dimensi sebagai benda
dua dimensi saja.
Pada umumnya, bunga yang dirangkai dengan teknik merangkai
dari Barat (flower arrangement) terlihat sama indahnya dari berbagai
sudut pandang secara tiga dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari
bagian depan. Berbeda dengan seni merangkai bunga dari Barat
yang bersifat dekoratif, Ikebana berusaha menciptakan harmoni
dalam bentuk linier, ritme dan warna. Ikebana tidak mementingkan
keindahan bunga tapi pada aspek pengaturannya menurut garis linier.
Bentuk-bentuk dalam Ikebana didasarkan tiga titik yang mewakili
langit, bumi, dan manusia.
G. Samurai
Istilah samurai (侍), pada awalnya mengacu kepada “seseorang
yang mengabdi kepada bangsawan”. Pada zaman Nara, (710 – 784),
istilah ini diucapkan saburau dan kemudian menjadi saburai. Selain
itu terdapat pula istilah lain yang mengacu kepada samurai yakni
bushi. Istilah bushi (武士) yang berarti “orang yang dipersenjatai/
kaum militer”, pertama kali muncul di dalam Shoku Nihongi (続
日本紀), pada bagian catatan itu tertulis “secara umum, rakyat dan
pejuang (bushi) adalah harta negara”. Kemudian berikutnya istilah
samurai dan bushi menjadi sinonim pada akhir abad ke-12 (zaman
Kamakura).
H. Shogun
1. Sejarah
a. Zaman Nara dan zaman Heian
Kata “Sei-i” dalam Sei-i Taishōgun berarti
penaklukan suku Emishi yang tinggal di wilayah
timur Jepang. Suku Emishi dinyatakan sebagai orang
barbar oleh orang Jepang zaman dulu. Sei-i Taishōgun
memimpin pasukan penyerang dari arah pesisir Samudra
Pasifik, dan di bawah komandonya terdapat Seiteki
Taishōgun yang memimpin pasukan penyerang dari arah
pesisir Laut Jepang. Selain itu dikenal Seisei Taishōgun
yang memimpin pasukan penakluk wilayah Kyushu di
bagian barat Jepang.Dalam perkembangannya, istilah
“Sei-i” (penaklukan suku Emishi) diganti pada zaman
Hōki menjadi “Sei-tō” (penaklukan wilayah Timur).
Namun istilah “penaklukan suku Emishi” (Sei-i) kembali
digunakan sejak tahun 793. Istilah “Sei-i Shōgun”
(jenderal penaklukan suku Emishi) mulai dipakai dalam
dokumen resmi sejak tahun 720 (Yōrō tahun 4 bulan 9
hari 29) ketika Tajihi Agatamori diangkat sebagai Sei-i
Shōgun.Istilah “Sei-tō Shōgun” (jenderal penaklukan
wilayah timur) mulai dipakai sejak tahun 788 seperti
catatan sejarah yang ditulis Ki no Kosami (730-797) yang
ikut serta dalam ekspedisi ke wilayah timur.Pada tahun
790, Ōtomo no Otomaro ditugaskan sebagai Sei-tō Taishi
(Duta Besar Penaklukan Wilayah Timur). Dua tahun
kemudian, nama jabatan tersebut diganti menjadi Sei-i
Shi (征夷使?,Duta Penaklukan Wilayah Timur), atau bisa
juga disebut Sei-i Shōgun (Jenderal Penaklukan Wilayah
Timur).Sakanoue no Tamuramaro diangkat sebagai Sei-i
1. Masa Penjajahan
Pada masa penjajahan Belanda gerakan koperasi pertama
kali di Indonesia lahir dari inisiatif tokoh R.A. Wiriaatmaja
pada tahun 1986. Wiriaatmaja, patih Purwokerto (Banyumas)
ini berjasa menolong para pegawai, pedagang kecil, dan petani
dari hisapan lintah darat melalui koperasi.Dengan dibantu oleh
E. Sieberg, Asisten Purwokerto Hulp-en Spaar Bank. Cita-
cita Wiriaatmaja ini juga mendapat dukungan dari Wolfvan
Westerrrode, pengganti Sieberg.Mereka mendirikan koperasi
kredit system Raiffeisen (Jerman).
Gerakan koperasi semakin meluas bersamaan dengan
munculnya pergerakan menentang penjajah.Berdirinya Boedi
Utomo, pada tahun 1908 mencoba untuk memajukan koperasi
rumah tangga (koperasi konsumsi). Serikat Islam pada tahun
1913 membantu memajukan koperasi dengan bantuan modal
dan mendirikan Toko Koperasi.Pada tahun 1927, usaha koperasi
kemudian dilanjutkan oleh Indonesische Studie Clubyang
kemudian menjadi Persatian Bangsa Indonesia (PBI) di Surabaya.
Partai Nasional Indonesia (PNI) di dalm kongresnya di Jakarta
berusaha menggelorakan semangat koperasi sehingga kongres
ini sering juga disebut “konggres koperasi”.
Pergerakan koperasi selama masa pejajahan Belanda
tidak berjalan lancar. Pemerintah Belanda selalu berusaha
menghalanginya.Sedangkan pengetahuan masyarat akan koperasi
sangatlah rendah.
2. Masa Kemerdekaan
Setelah bangsa Indonesia merdeka, pemerintah dan seluruh
rakyat segera menata kembali kehidupan ekonomi yang terdapat
pada UUD 1945 pasal 33 (1). Dengan demikian, kehadiran dan
peranan koperasi di dalam perekonomian nasional Indonesia telah
mempunyai dasar konstitusi yang kuat. Pada masa ini koperasi
menjadi usaha bersama untuk memperbaiki dan meningkatkan
taraf hidup yang layak. Hal ini sangat sesuai dengan cirri khas
bangsa Indonesia yaitu gotong royong.
Pada awal kemerdekaan, koperasi berfungsi untuk
mendistribusikan keperluan masyarakt sehari-hari di bawah
Jawatan Koperasi, Kementrian Kemakmuran. Pada tahun 1946,
berdasarkan hasil pendaftaran secara sukarela yang dilakukan
oleh Jawatan Koperasi terdapat sebanyak 2.500 buah koperaasi.
Koperasi pada saat itu dapat berkembang secara pesat.
Namun karena system pemerintahan yang berubah-ubah
maka terjadi titik kehancuran koperasi Indonesia menjelang
pemberontakan G30S/PKI. Partai-partai memenfaatkan koperasi
A. Kearifan Lokal
Menelisik pengertian kearifan lokal, hal pertama yang perlu
dilakukan adalah melihat pengertian kamus tentang istilah itu. Da-
lam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua
kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris In-
donesia John M. Echols dan Hassan Shadily, local berarti setempat,
sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Kearifan
lokal secara sederhana dapat diartikan sebagai kebijaksanaan lokal.
Secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem
pengetahuan masyarakat lokal/pribumi (indigenous knowledge sys-
tems) yang bersifat empirik dan pragmatis. Bersifat empirik karena
hasil olahan masyarakat secara lokal berangkat dari fakta-fakta yang
terjadi di sekeliling kehidupan mereka. Bertujuan pragmatis karena
seluruh konsep yang terbangun sebagai hasil olah pikir dalam sistem
pengetahuan itu bertujuan untuk pemecahan masalah sehari-hari
(daily problem solving).
Dalam pengertian yang lebih luas, kearifan lokal dapat dipa-
hami sebagai berikut: “Local wisdom is the knowledge that discov-
ered or acquired by local people through the accumulation of experi-
ences in trials and integrated with the understanding of surrounding
nature and culture” (Naritoom, --)
Naritoom mengartikan kearifan lokal sebagai pengetahuan
yang terakumulasi karena pengalaman-pengalaman hidup, dipelajari
dari berbagai situasi di sekeliling kehidupan manusia dalam suatu
wilayah. Hal serupa dapat dilihat pada definisi yang dimunculkan
dalam situs Wikipedia.com:‘Traditional knowledge, indigenous
knowledge, and local knowledge generally refer to the matured long-
D. Kebudayaan Jawa
1. Kearifan Lokal Di Mojokerto
Budaya Jawa mempunyai peranan penting dalam
budaya Indonesia, termasuk bahasanya. Bahasa Jawa menjadi
salah satu pendukung atau pemerkaya bahasa Indonesia.
Tidak sedikit kosakata bahasa Jawa menjadi warga bahasa
Indonesia. Untuk itu, tidak berlebihan jika bangunan bahasa
Indonesia ditopang oleh bahasa Jawa. Kearifan lokal, terdiri
dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau kebijaksanaan
dan lokal (local) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah
gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya.
Menurut Gobyah nilai terpentingnya adalah kebenaran
yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Secara
konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan
kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-
nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara
tradisional.
Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan
unsur bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa,
yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada
tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan)
dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Dari penjelasan