Anda di halaman 1dari 5

APLIKASI INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER EKONOMI

ISLAM DI NEGARA MALAYSIA

1. Mudarabah Interbank Investment (MII)


Mudarabah Interbank Investment mengacu pada mekanisme dimana
defisit lembaga perbankan Islam (asosiasi bank) dapat memperoleh
investasi dari surplus lembaga perbankan Islam berdasarkan peinsip
Mudharabah (bagi hasil). Periode investasi tersebut antara satu malam
sampai 12 bulan, sementara tingkat pengembalian didasarkan pada
tingkat laba kotor sebelum distribusi untuk investasi 1 tahun dari bank
asosiasi. Nisbah bagi hasil dapat dinegosiasikan antara kedua belah
pihak. Bank investor pada saat negosiasi tidak akan tahu apa yang akan
kembali, sebagai pengembalian yang sebenarnya akan mengkristal
menjelang akhir periode investasi. Pokok diinvestasikan akan dilunasi
pada akhir periode, bersama-sama dengan bagian dari laba yang timbul
dari penggunaan dana oleh bank asosiasi.

2. Wadiah Acceptance
Wadiah Acceptance, adalah transaksi antara Bank Negara Malaysia
(BNM) dan lembaga-lembaga perbankan Islam. Hal ini mengacu pada
mekanisme dimana lembaga perbankan syariah menempatkan dana
surplus mereka dengan BNM berdasarkan konsep Al-Wadiah. Melalui
konsep ini, si penerima dana dipandang sebagai pemelihara dana dan
tidak ada kewajiban pada bagian pemelihara untuk membayar kembali
dalam perhitungan. Namun, jika ada dividen yang dibayarkan oleh
pemelihara, adalah dianggap sebagai 'hibah' (hadiah). Penerimaan
Wadiah memfasilitasi operasi manajemen likuiditas BNM sebagai
memberikan fleksibilitas untuk BNM untuk membagikan dividen tanpa
harus menginvestasikan dana yang diterima.
Dalam operasi manajemen likuiditas, BNM menggunakan Wadiah
Acceptance untuk menyerap kelebihan likuiditas dari IIMM dengan
menerima uang semalam atau wadiah kepemilikan tetap.

3. Government Investment Issue (GII)


Ketika bank Islam pertama di Malaysia mulai beroperasi pada tahun 1983,
bank tidak dapat melakukan hal, pembelian atau perdagangan Surat
Utang Negara Malaysia (MGS), Malaysia Treasury Bills (MTB) atau
instrumen berbunga lainnya. Namun, ada kebutuhan serius bagi bank
Islam untuk menahan dokumen liquid tersebut untuk memenuhi
persyaratan likuiditas hukum maupun menempatkan dana yang
menganggur tersebut. Untuk memenuhi kedua syarat, Parlemen Malaysia
melalui UU Pemerintah tentang Investasi pada tahun 1983 untuk
memungkinkan Pemerintah Malaysia untuk mengeluarkan sertifikat tidak
dikenakan bunga yang dikenal sebagai Government Investment
Certificates (GIC) [sekarang diganti dengan Government Investment Issue
(GII)]. The GII diperkenalkan pada Juli 1983 dengan konsep Qard al-
Hasan.
Namun konsep Qard al-Hasan tidak memenuhi GII sebagai instrumen
yang bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Untuk mengatasi
kekurangan ini, BNM membuka jendela untuk memudahkan pemain untuk
menjual dan membeli dokumen dengan bank sentral. Harga yang dijual
atau dibeli oleh para pemain ditentukan oleh BNM, yang memelihara
sistem untuk mencatat setiap gerakan di GII.

4. Bank Negara Monetary Notes-i (BNMN-i)


BNMN-i adalah surat berharga syariah yang diterbitkan oleh Bank Negara
Malaysia menggantikan Bank Negara Negotiable Notes (BNNN) yang
sudah ada untuk tujuan pengelolaan likuiditas di pasar keuangan
syariah. Instrumen akan diterbitkan dengan menggunakan prinsip-prinsip
Islam yang dianggap dapat diterima dengan kebutuhan Syariah. Jatuh
tempo penerbitan ini juga telah diperpanjang dari satu tahun sampai tiga
tahun. Penerbitan BNMN-i yang baru dapat diterbitkan baik pada diskon
atau pada “coupon-bearing” yang berdasarkan pada permintaan
investor. Diskon berbasis BNMN-i akan diperdagangkan menggunakan
konvensi pasar sama dengan BNNN yang sudah ada dan Malaysian Islam
Treasury Bills (MITB) sedangkan keuntungan berbasis BNMN-i akan
mengadopsi konvensi pasar dari Goverment Investment Issues (GII).

5. Sell and Buy Back Agreement (SBBA)


Sell and Buy Back Agreement (SBBA) adalah sebuah pasar transaksi
keuangan Islam yang dimasuki oleh dua pihak di mana seorang penjual
SBBA (penjual) menjual aset kepada pembeli SBBA (Pembeli) pada harga
yang disepakati, dan selanjutnya, kedua belah pihak menandatangani
perjanjian terpisah di mana pembeli berjanji untuk menjual kembali aset
tersebut kepada penjual dengan harga yang disepakati.

6. Cagamas Mudharabah Bonds (SMC)


Cagamas Mudharabah Bonds diperkenalkan pada 1 Maret 1994 oleh
Cagamas Berhad untuk membiayai pembelian hutang rumah Islam dari
lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan perumahan Islam
untuk publik. SMC Obligasi Mudharabah disusun dengan menggunakan
konsep Mudharabah di mana pemegang obligasi dan Cagamas akan
berbagi keuntungan sesuai dengan rasio bagi hasil yang disepakati.

7. When Issue (WI)


When Issue adalah transaksi penjualan dan pembelian sertifikat hutang
sebelum sertifikat sedang diterbitkan. Dewan Penasehat Syariah Nasional
Malaysia melihat bahwa transaksi WI diperbolehkan berdasarkan
kebolehan untuk berjanji dalam transaksi jual beli.

8. Islamic Accepted Bills (IAB)


Islamic Accepted Bills juga dikenal sebagai Interest-free accepted Bill
(IAB), diperkenalkan pada tahun 1991. Tujuan dari memperkenalkan IAB
adalah untuk mendorong dan mempromosikan baik perdagangan
domestik dan asing, dengan menyediakan bagi pedagang Malaysia
dengan produk pembiayaan Islam yang menarik. IAB dirumuskan
berdasarkan prinsip-prinsip Islam Al-Murabahah dan Bai ad-Dayn
(perdagangan hutang).
Al-Murabahah mengacu pada penjualan barang dagangan dengan harga
berdasarkan margin keuntungan plus biaya disepakati oleh kedua belah
pihak. Bai Al-Dayn mengacu pada penjualan hutang yang timbul dari
transaksi perdagangan dalam bentuk penjualan pembayaran
ditangguhkan. Ada dua jenis pembiayaan dengan fasilitas IAB, yaitu: -
• Impor dan pembelian lokal
Pembiayaan akan dibiayai dengan mekanisme modal pembiayaan al-
Murabahah. Melalui konsep ini, bank komercial menunjuk nasabah
sebagai agen pembelian untuk bank. Pelanggan tadi membeli barang
yang diperlukan dari penjual atas nama bank, yang kemudian akan
membayar penjual dan menjual kembali barang kepada pelanggan
dengan harga yang sudah termasuk margin keuntungan. Pelanggan
diperbolehkan jangka waktu pembayaran ditangguhkan hingga 200
hari. Pada saat jatuh tempo pembiayaan Al-Murabahah, pelanggan
harus membayar bank harga barang ditambah margin keuntungan.
Penjualan barang oleh bank kepada pelanggan pada jangka waktu
pembayaran ditangguhkan merupakan penciptaan utang. Ini adalah
sekuritas dalam bentuk wesel yang ditarik oleh bank dan diterima oleh
pelanggan untuk jumlah penuh dari harga jual bank hutang pada saat
jatuh tempo. Jika bank memutuskan untuk menjual IAB kepada pihak
ketiga, maka konsep al-dayn Bai akan berlaku dimana bank akan menjual
IAB pada harga yang disepakati.
• Ekspor dan penjualan lokal
Tagihan yang dibuat harus diperdagangkan dengan konsep Bai al-
Dayn. Seorang eksportir yang telah disetujui untuk fasilitas IAB akan
mempersiapkan dokumentasi ekspor sesuai dengan kontrak penjualan
atau letter of credit. Dokumen ekspor, harus dikirim ke bank importir.
Eksportir harus mendatangi bank komersial tagihan baru pertukaran
sebagai substitusi RUU dan ini akan menjadi IAB. Bank akan membeli
IAB dengan harga yang disepakati bersama dengan menggunakan
konsep Bai al-Dayn dan hasil akan dikreditkan ke rekening
eksportir. Penjualan dalam negeri akan diperlakukan dengan cara yang
sama.

9. Islamic Negotiable Instruments (INI)


Islamic Negotiable Instruments meliputi dua instrumen yaitu:

• Islamic Negotiable Instruments of Deposit (INID)


Konsep yang dipakai adalah Al-Mudharabah. Hal ini mengacu pada
sejumlah uang disimpan di lembaga-lembaga perbankan Islam dan
yang patut dibayar kepada penaggung pada waktu yang telah
ditetapkan dengan nilai nominal INID ditambah dividen yang
diumumkan.

• Sertifikat Negosiasi Utang Islam (NIDC)


Transaksi ini melibatkan penjualan aset lembaga perbankan untuk
pelanggan dengan harga yang disepakati secara tunai. Selanjutnya
aktiva yang dibeli kembali dari nasabah sebesar nilai pokok ditambah
keuntungan dan harus diselesaikan pada waktu yang telah disepakati.

10. Islamic Private Debt Securities


Islamic Private Debt Securities (IPDS) telah diperkenalkan di Malaysia
sejak tahun 1990. Pada saat ini, IPDS yang beredar di pasar tersebut
diterbitkan berdasarkan konsep Syariah dari Bai Bithaman Ajil,
Murabahah dan al-Mudharabah.

11. Ar Rahnu Agreement-I (RA-i)


Berdasarkan RA-I, kreditur akan memberikan pinjaman kepada peminjam
yang didasarkan pada konsep Qard al-Hasan. Peminjam akan
menjaminkan surat berharga sebagai jaminan atas pinjaman yang
diberikan. Namun, dalam hal dimana peminjam gagal membayar kembali
pinjaman pada saat jatuh tempo, pemberi pinjaman memiliki hak untuk
menjual sertifikat yang menjadi jaminan dan menggunakan dana dari hasil
penjualan sertifikat untuk melunasi pinjaman. Jika ada uang surplus,
pemberi pinjaman akan mengembalikan saldo ke peminjam.
BNM akan menggunakan RA-i sebagai alat manajemen likuiditas untuk
operasi pasar uang. Pengembalian dari RA-i akan berupa hadiah (hibah)
dan ditentukan berdasarkan harga rata-rata pasar uang antar bank.

12. Sukuk BNM Ijarah (SBNMI)


Sukuk ini berdasarkan Al-Ijarah atau konsep “Sale and lease back”,
struktur yang banyak digunakan di Timur Tengah. Sebagai kendaraanya,
BNM Sukuk Berhad telah didirikan untuk menerbitkan sukuk Ijarah. Hasil
dari penerbitan tersebut akan digunakan untuk membeli aset Bank Negara
Malaysia. Aktiva kemudian akan disewakan kepada Bank Negara
Malaysia untuk dipertimbangkan pembayaran sewa, yang dibagikan
kepada investor sebagai kembali secara semi-tahunan. Pada saat dimulai
sukuk Ijarah, yang akan bertepatan dengan akhir masa sewa, BNM Sukuk
Berhad maka akan menjual aset kembali kepada Bank Negara Malaysia
pada harga yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai