Oleh
RONALD ANDRIAN
2018/18059145
Sumatera Barat
BP/NIM : 2018/18059145
i
KATA PENGANTAR
ii
5. Pimpinan dan Wakil Pimpinan berserta Karyawan/ti Dinas
BMCKTR (Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang) Provinsi
Sumatera Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
melakukan program magang keahlian dan memperoleh data serta
informasi yang dibutuhkan.
Ronald Andrian
18059145
iii
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN..............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iv
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
B. PERMASALAHAN.........................................................................................................5
C. KAJIAN TEORI..............................................................................................................5
1. Pengertian Preservasi Jalan..........................................................................................5
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009......................................................................6
3. Defenisi Long Segment................................................................................................8
D. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................11
1. Regulasi Preservasi Pengelolaan Jalan.........................................................................11
2. Program Preservasi Jalan..............................................................................................14
3. Jenis Kegiatan Pemeliharaan Preventif........................................................................17
4. Kriteria dan Metode Dalam Pemilihan Jenis Penanganan Jalan..................................18
E. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................21
1. Kesimpulan...................................................................................................................21
2. Saran.............................................................................................................................22
F. DAFTAR BACAAN........................................................................................................22
LAMPIRAN............................................................................................................................24
iv
A. LATAR BELAKANG
1
dibentuk oleh Bukit Barisan. Jaringan jalan dan jembatan
merupakan urat nadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
sosial, budaya, dan stabilitas nasional, serta upaya pemerataan
dan penyebaran pembangunan. Selain itu, jalan juga berperan
penting dalam membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional
untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional.
Perbaikan infrastruktur jalan akan dibutuhkan untuk melayani
tuntutan akibat pergerakan pertumbuhan ekonomi masyarakat
khususnya diwilayah Provinsi Sumatera Barat.
Berikut presentase panjang jalan di provinsi sumatera barat:
Gambar 1
2
merupakan jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dan
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar
ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antar
desa yang memiliki total panjang jalan 19.413,8 km atau
presentasenya sebesar 87% dari 100%.
Tuntutan adanya penyediaan jalan yang memadai seperti
disebutkan diatas merupakan hal yang sangat penting, untuk itu
perlu dilakukan penanganan yang tepat seperti misalnya
melalui : pembangunan jalan dan jembatan, penambahan
kapasitas jalan, pemeliharaan jalan dan perbaikan manajemen
lalu lintas dengan pembangunan fly over maupun underpass. Hal
ini mengingat prasarana jalan dan jembatan memiliki peran
strategis untuk kemajuan masyarakat. Untuk dapat melakukan
penanganan yang tepat tersebut, maka sebelumnya harus
diketahui kondisi dari jalan tersebut misalnya jalan berlubang
dilakukan tambalan, jalan yang kapasitasnya sudah tidak
memadai akan dilakukan pelebaran, jalan tanah dilakukan
pembangunan jalan baru, sedangkan jalan yang retak bisa
dilakukan pemeliharaan rutin ataupun berkala. Semakin besar
kerusakan yang dialami suatu jalan maka semakin besar biaya
yang dibutuhkan, untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan rutin
secara teratur agar kerusakan kecil dapat cepat tertangani
sehingga tidak berkembang menjadi kerusakan yang besar dan
menghemat biaya penanganan jalan.
Kebijakan long segment mulai diterapkan disebagian
jalan nasional di Indonesia mulai tahun 2016. Kebijakan long
segment preservasi ini adalah menggabungkan pekerjaan
pemeliharaan rutin, pelebaran, rehabilitasi dan rekonstruksi
dalam satu ruas jalan menjadi satu kesatuan kontrak. Kebijakan
long segment diharapkan dapat mengubah paradigma kontraktor
yang selama ini hanya sebagai pelaksana kegiatan konstruksi
3
menjadi manajer ruas jalan. Sehingga kontraktor lebih
bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan
dan rehabilitasi jalan. Kegiatan long segment preservasi juga
meliputi kegiatan 2 pemeliharaan yang bersifat preventif,
sehingga penggunaan anggaran menjadi lebih efisien
dibandingkan dengan kegiatan pemeliharaan yang berupa
pelapisan ulang perkerasan. Karena pelaksanaan kegiatan
preservasi jalan pada waktu yang tepat (kondisi mantap) akan
mengurangi biaya secara signifikan. Dengan adanya kebijakan
long segment preservasi diharapkan kontraktor akan investasi
peralatan preservasi jalan dan tenaga kerja yang terampil dan
mengerti akan teknologi preservasi, sehingga program
penanganan jalan akan lebih terarah.
4
meliputi kegiatan 2 pemeliharaan yang bersifat preventif,
sehingga penggunaan anggaran menjadi lebih efisien
dibandingkan dengan kegiatan pemeliharaan yang berupa
pelapisan ulang perkerasan. Karena pelaksanaan kegiatan
preservasi jalan pada waktu yang tepat (kondisi mantap) akan
mengurangi biaya secara signifikan. Dengan adanya kebijakan
long segment preservasi diharapkan kontraktor akan investasi
peralatan preservasi jalan dan tenaga kerja yang terampil dan
mengerti akan teknologi preservasi, sehingga program
penanganan jalan akan lebih terarah.
B. PERMASALAHAN
C. KAJIAN TEORI
5
kepuasan pengguna jalan. Preservasi jalan tersebut menganut
prinsip bahwa biaya perbaikan perkerasan akan menjadi lebih
tinggi pada kondisi perkerasan yang lebih rendah (rusak). Hal ini
disebabkan karena hubungan antara kenaikan biaya dan
penurunan kondisi perkerasan bersifat tidak linear. Dengan
demikian, biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan
kondisi perkerasan pada jaringan jalan akan lebih rendah dengan
diterapkannya prinsip preservasi perkerasan jalan.
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Istilah preservasi jalan sangat jelas dan tegas dinyatakan
dalam pasal 23, pasa 29, pasal 30, pasal 31, dan pasal 32 dalam
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Angkutan Jalan (LLAJ), yang selanjutnya disebut sbagai UU
22/2009. Sementara tujuan diberlakukannya UU 22/2009 adalah
mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang
aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda lain
untuk memajukan kesejahteraan umum. Berkaitan dengan tujuan
tersebut maka pasal-pasal penting yang digunakan sebagai dasar
untuk mewujudkan kondisi jalan yang mantap dan
berkeselamatan, adalah :
(1) Pasal 22, jalan harus memenuhi laik fungsi secara teknis,
antara lain kondisi perkerasan jalan selalu dalam kondisi
mantap dan dipertahankan kemantapannya agar tidak
menyebabkan potensi kecelakaan berkendaraan.
(2) Pasal 23, penyelenggara jalan harus melaksanakan preservasi
jalan untuk menjaga keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.
(3) Pasal 24, jika jalan dalam kondisi rusak maka penyelenggara
wajib memasang tanda atau rambu terhadap lokasi jalan
rusak agar tidak terjadi kecelakaan berkendaraan.
6
(4) Pasal 29, untuk mendukung pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan yang aman, selamat, tertib dan lancar, maka
kondisi jalan harus dipertahankan kemantapannya dengan
preservasi jalan (pemeliharaan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi).
(5) Pasal 229, kecelakaan berkendaraan dapat disebabkan
ketidaklaikan jalan karena kondisinya tidak mantap.
(6) Pasal 273, sanksi pidana bagi penyelenggara jalan yang
membiarkan kerusakan jalan sedemikian rupa sehingga
terjadi kecelakaan yang menyebabkan fatalitas pengguna.
Kajian terhadap UU 22/2009 tersebut dapat menyusun
program preservasi jalan yang diharapkan mampu
mewujudkan penjaminan mutu konstruksi jalan yang dapat
meningkatkan:
(1) daya dukung melebihi beban gandar kendaraan yang
diijinkan
(2) tahan lama dan stabil terhadap pengaruh dinamika
cuaca, air, dan beban
(3) aman terhadap gelinciran permukaan dan
kebencanaan
(4) nyaman dari permukaan yang licin dan bergelombang.
Dengan demikian upaya penting yang didapatkan dari
kajian UU 22/2009 terkait pelaksanaan pekerjaan
preservasi jalan, adalah :
(1) Ditjen Bina Marga perlu menyusun pedoman
atau manual penilaian kinerja pelaksanaan
preservasi jalan khususnya bagi pelaksana dan
pengawas pekerjaan preservasi yang mampu
memberikan jaminan kemantapan dan
keselamatan berkendaraan bagi penggunanya.
7
(2) Upaya tersebut harus didukung dengan
penyusunan indikator capaian kinerja
khususnya yang berkaitan dengan pasca
pelaksanaan preservasi jalan untuk
mewujudkan jalan nasional yang mantap,
selamat, aman dan nyaman, yang mampu
menjamin ketertiban dan kelancaran lalu lintas
dan angkutan jalan, sebagaimana dituntut
dalam UU 22/2009.
8
Skema long segment adalah membagi panjang jalan nasional
dalam segmen panjang 50 km – 150 km dengan memperhatikan
rentang kendali PPK sebagai manejer ruas. Pengecualian untuk
panjang long segment < 50 km adalah:
1. Jalan nasional dalam pulau maka long segment dapat dibuat
sesuai dengan panjang jalan yang ada.
2. Segmen terdapat di dalam kota metropolitan/kota besar 9 jalan
terdiri dari 4 jalur) dapat dibuat sesuai dengan panjang jalan
yang ada.
3. Segmen terdapat di tengah-tengah pekerjaan dengan kriteria
tidak dapat dimasukan dalam long segment dan tidak ada long
segment lain pada lokasi yang berdekatan.
a) Komponen Long segment
Komponen long segment meliputi empat komponen jalan, yaitu:
1. Perkerasan jalan.
2. Bahu jalan.
3. Drainase jalan.
4. Perlengkapan jalan.
Masing masing komponen memiliki indikator kinerja,
contohnya:
1. Perkerasan
a) Tidak boleh ada lubang dengan diameter > 10 cm dan
kedalaman > 4 cm.
Waktu tanggap 14 hari.
b) Tidak boleh ada retakan lebar > 3 mm atau luas > 5 % setiap
100 m.
Waktu tanggap 14 hari.
c) Tidak boleh ada bagian yang amblas lebih dari 3 cm dengan
luasan > 5 %
setiap 100 m. Waktu tanggap 7 hari.
9
d) Tidak boleh ada patahan/faulting (untuk jalan rigid). Waktu
tanggap 14
hari.
e) Joint sealant tidak boleh rusak atau di semua slab joint (untuk
jalan rigid).
Waktu tanggap 14 hari.
f) Nilai IRI maksimum 4 mm/m. Waktu tanggap 90 hari.
2. Bahu
a) Tidak boleh ada lubang dengan diameter >20 cm dan
kedalaman > 10 cm.
Waktu tanggap 7 hari.
b) Tidak boleh ada bagian yang amblas > 10 cm dengan luasan
> 3 % setiap
100m. Waktu tanggap 7 hari.
11
3. Drainase
a) Saluran harus bersih dan tidak mengalami kerusakan struktur.
b) Tidak boleh ada penyumbatan > 10 %. Waktu tanggap
kerusakan struktur
21 hari. Waktu tanggap penyumbatan 7 hari.
c) Lereng timbunan tidak ada deformasi dan erosi, serta dapat
berfungsi
dengan baik.
d) Pada lereng galian harus stabil, kiat untuk menahan erosi dan
berfungsi
dengan baik. Waktu tanggap 14 hari.
4. Perlengkapan Jalan
a) Rambu peringatan dan rambu petunjuk terpasang dengan
benar.
b) Pemasangan rambu sementara untuk pencegahan kecelakaan
lalu lintas
10
akibat kerusakan jalan yang belum dapat diperbaiki. Waktu
tanggap 21
hari, waktu tanggap pemasangan rambu 24 jam.
c) Pemisah horizontal pada median atau trotoar harus kokoh dan
berfungsi
dengan baik, permukaannya dapat dilihat pada malam hari.
Waktu tanggap
21 hari.
d) Guardrail secara struktur kokoh, terpasang dengan benar dan
tidak terjadi
kerusakan. Waktu tanggap 21 hari. (Afifi,A 2016).
4. Penanganan Jalan
Penanganan preservasi dengan skema long segment tahun
Anggaran 2017 yang dilaksanakan dengan kontraktural agar
memperhatikan besaran pekerjaan efektif dan dilaksanakan
dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika volume penanganan efektif membutuhkan periode
pelaksanaan 6-8 bulan, penanganan preservasi dilaksanakan
dengan kontrak tahun tunggal (single years). 10.
2) Jika volume penanganan efektif membutuhkan priode
pelaksanaan 9 bulan atau lebih, penanganan preservasi
dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak (multi years),
sudah memperhitungkan masa pemeliharaan kinerja paksa
efektif sekurang-kurangnya selama 4 bulan, dengan masa
kontrak dibuat berakhir pada tahun Anggaran (bulan
Desember).
11
Menurut PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan pasal 84
butir tiga (3), program penanganan jalan didefinisikan sebagai
kegiatan-kegiatan yang terdiri dari:
1) Pemeliharaan Jalan
Pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala, dan rehabilitasi, dimana:
a. Pemeliharaan rutin jalan merupakan kegiatan merawat serta
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas
jalan dengan kondisi pelayanan mantap. Jalan dengan kondisi
pelayanan mantap adalah ruas-ruas jalan dengan umur rencana
yang dapat diperhitungkan serta mengikuti suatu standar tertentu.
b. Pemeliharaan berkala jalan merupakan kegiatan penanganan
terhadap setiap kerusakan yang diperhitungkan dalam desain
agar penurunan kondisi jalan dapat dikembalikan pada kondisi
kemantapan sesuai dengan rencana.
c. Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap
setiap kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang
berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada bagian/tempat
tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar
penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan
pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana.
12
2) Peningkatan Jalan Peningkatan jalan meliputi peningkatan
struktur dan peningkatan kapasitas, dimana:
a. Peningkatan struktur merupakan kegiatan penanganan untuk
dapat meningkatkan kemampuan ruas-ruas jalan dalam kondisi
tidak mantap atau kritis agar ruas-ruas jalan tersebut mempunyai
kondisi pelayanan mantap sesuai dengan umur rencana yang
ditetapkan.
b. Peningkatan kapasitas merupakan penanganan jalan dengan
pelebaran perkerasan, baik menambah maupun tidak menambah
jumlah lajur.
3) Konstruksi Jalan Baru Konstruksi jalan baru merupakan
penanganan jalan dari kondisi belum tersedia badan jalan sampai
kondisi jalan dapat berfungsi. Dengan mengacu pada PP 34/2006
tersebut, maka klasifikasi jenis penanganan jalan di Indonesia
dapat diringkas seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 2
Area Pelaksanaan Kegiatan Preservasi
13
Secara praktis, preservasi perkerasan jalan dapat diartikan
pelaksanaan pemeliharaan (treatment) yang tepat untuk kondisi
jalan yang sesuai/tepat dan pada waktu yang tepat. Atau dengan
kata lain adalah lebih baik (efisien/murah) memelihara/
mempertahankan kondisi jalan tetap baik pada saat sekarang,
daripada melakukan perbaikan nanti setelah kondisi jalan
mengalami kerusakan yang parah (significant). Dengan
demikian, preservasi perkerasan jalan menunjukkan pendekatan
yang pro-aktif dalam mempertahankan kondisi jaringan jalan
yang ada.
Disamping itu, preservasi perkerasan jalan hanya
bertujuan untuk memperpanjang umur perkerasan (menghambat
kerusakan perkerasan yang meluas) dan/atau mengembalikan
kemampuan pelayanan suatu perkerasan jalan, tetapi tidak untuk
meningkatkan kapasitas, maupun kekuatan dari perkerasan.
Menurut FHWA, secara fungsional lingkup dari kegiatan
preservasi (atau pemeliharaan preventif) adalah segala hal yang
terjadi pada perkerasan yang berkaitan dengan masalah aging,
14
oxidation, surface deterioration, and normal wear and tear from
day-to-day performance and environmental conditions.
Penanganan (treatment) preservasi perkerasan jalan untuk jenis
perkerasan hot-mix asphalt (HMA), antara lain meliputi crack
sealing, surface treatments, and ultra-thin and thin hotmix
asphalt overlays, sedangkan untuk jenis perkerasan portland-
cement concrete (PCC) antara lain meliputi cleaning and sealing
joints and cracks, diamond grinding, and dowel-bar retrofitting.
15
Suatu program preservasi perkerasan jalan pada dasarnya
terdiri dari 3 komponen, yaitu: pemeliharaan preventif (preventive
maintenance), rehabilitasi minor/non-struktural (minor
rehabilitation/non-structural), and beberapa kegiatan pemeliharaan
rutin lainnya (routine maintenance).
Gambar 3
Komponen-komponen preservasi pekerasan jalan
Pavement
Preservation
16
Suatu program preservasi perkerasan jalan yang efektif akan
memberikan beberapa manfaat, yaitu mempreservasi dana investasi
pada jaringan jalan yang dibangun, meningkatkan kinerja pelayanan
perkerasan, menjamin efisiensi pengalokasian dana pembiayaan
jalan, memperpanjang umur pelayanan perkerasan jalan, mengurangi
hambatan perjalanan (delays), meningkatkan mobilitas pergerakan
orang dan barang, serta meningkatkan keselamatan perjalanan.
Karakteristik dari kegiatan-kegiatan preservasi perkerasan
jalan adalah untuk mengembalikan fungsi dari system jaringan jalan
yang ada dan memperpanjang umur pelayanannya, tapi bukan
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
jalan, maupun kekuatan struktur perkerasan jalan.
17
memperpanjang umur struktur perkerasan eksisting dengan
menyimpan kapasitas struktur eksisting melalui pembatasan
terkait umur (age-related), environmental cracking dari
permukaan perkerasan yang rapuh (embrittled pavement
surface) atau dengan meningkatkan ketebalan perkerasan
untuk meningkatkan perkerasan eksisting untuk
mengakomodasi kondisi beban lalu lintas hasil proyeksi.
18
preventif pada dasarnya dapat dikelompokkan atas teknologi
penanganan untuk: 1) perkerasan hot-mix asphalt (HMA); 2)
perkerasan Portland-cement concrete (PCC).
Sumber: sumbarbps.go.id
Dari Tabel I dapat dilihat yaitu data panjang jalan di 19
kabupaten/kota Provinsi Sumatera Barat. Kondisi mantap jalan
provinsi (km): merupakan proporsi dari panjang jalan provinsi yang
memenuhi kategori kondisi baik dan sedang terhadap total panjang
jalan provinsi. Kategori kondisi baik dan sedang yaitu kondisi jalan
yang memiliki kerataan permukaan yang memadai bagi kendaraan
untuk dapat dilalui oleh kendaraan dengan cepat, aman dan nyaman,
dengan dimana angka Roughness Indeks IRI. Pengukuran kondisi
19
jalan ini menggunakan alat roughometer dengan satuan Internasional
Roughness Indeks (IRI) yang menyatakan akumulasi naik turunnya
muka jalan sepanjang 1 kilometer jalan (m/km).
Nilai IRI sangat penting untuk kenyamanan dan keselamatan
pengguna jalan serta menjadi pedoman dalam pemilihan jenis
penanganan jalan. Nilai IRI di tiap ruas jalan akan berbeda – beda
walaupun umur jalan sama, untuk itu perlu dikaji variabel apa saja
yang paling mempengaruhi nilai IRI tersebut sehingga dalam
pengambilan keputusan pada masa yang akan datang bisa
mempertimbangkan dengan baik variabel – variabel tersebut.
Tabel 2
Anggaran Preservasi jalan di Provinsi Sumatera Barat
tahun 2020
20
sepanjang 552,522 km di Lintas Barat Sumatera. Berdasarkan data
dari Pekerjaan Umum RI Pelaksanaan Jalan Nasional II tahun 2020
ini untuk semester 2 kondisi mantap sebesar 90,31 persen dan tidak
mantap 9,69 persen dari total panjang jalan nasional di Provinsi
Sumatera Barat. Data ini belum mencapai target yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, dimana untuk
Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2020 ini kemantapan jalan
nasional ditargetkan sebesar 100 persen. Capaian target kemantapan
Jalan Nasional Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2018-2020 dapat
dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini :
Gambar 4
Kondisi Kemantapan jalan di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2018-2020
100.00 100.00 100.00
100.00
98.00
96.00
Kemantapan Jalan (%)
94.66
94.00 93.51
92.00
90.31
Target
90.00
Realisasi
88.00
86.00
84.00
2018 2019 2020
Tahun
21
Dengan adanya penyediaan jalan yang memadai seperti
disebutkan diatas merupakan hal yang sangat penting, untuk itu perlu
dilakukan penanganan yang tepat seperti misalnya melalui :
pembangunan jalan dan jembatan, penambahan kapasitas jalan,
pemeliharaan jalan dan perbaikan manajemen lalu lintas dengan
pembangunan fly over maupun underpass. Hal ini mengingat
prasarana jalan dan jembatan memiliki peran strategis untuk
kemajuan masyarakat. Untuk dapat melakukan penanganan yang
tepat tersebut, maka sebelumnya harus diketahui kondisi dari jalan
tersebut misalnya jalan berlubang dilakukan tambalan, jalan yang
kapasitasnya sudah tidak memadai akan dilakukan pelebaran, jalan
tanah dilakukan pembangunan jalan baru, sedangkan jalan yang retak
bisa dilakukan pemeliharaan rutin ataupun berkala. Semakin besar
kerusakan yang dialami suatu jalan maka semakin besar biaya yang
dibutuhkan, untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan rutin secara
teratur agar kerusakan kecil dapat cepat tertangani sehingga tidak
berkembang menjadi kerusakan yang besar dan menghemat biaya
penanganan jalan.
1. Kesimpulan
22
tepat sasaran dalam mengembalikan kondisi jalan untuk
mencapai umur layanan rencana.
b. Penentuan kondisi jalan yang umumnya dilakukan oleh pihak
penyelenggara proyek pemeliharaan jalan yang berdasarkan
nilai kerataan permukaan jalan (IRI) akan menghasilkan
program penanganan yang kurang tepat sasaran, di mana
dampak yang akan terjadi pada ruas jalan tersebut adalah
jalan tidak mampu melayani dengan baik sebelum mencapai
umur layanan rencana atau dapat dikatakan anggaran
penanganan pada ruas tersebut menjadi lebih boros apabila
dilakukan repetisi penanganan sebelum mencapai umur
layanan rencana.
c. Penerapan preservasi jalan secara long segment harus
meningkatkan pengetahuan personil Kontraktor terhadap
teknologi preservasi jalan, sikap (Attitude) yang baik
personil Konsultan, sikap (Attitude) yang baik PPK
(PejabatPembuat Komitmen) dan indikator kinerja jalan.
2. Saran
F. DAFTAR BACAAN
23
https://pupr.sumbar.go.id//
https://bpsdm.pu.go.id
http://scholar.unand.ac.id.pdf
24
LAMPIRAN
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36