Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN MAGANG

Implementasi Kebijakan dan Program Dinas Bina Marga, Cipta


Karya dan Tata Ruang (BMCKTR) Provinsi Sumatera Barat Dalam
Preservasi Jalan di Sumatera Barat

Oleh
RONALD ANDRIAN
2018/18059145

PROGRAM STUDI MANAJEMEN (S1)


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Implementasi Kebijakan dan Program Dinas Bina

Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang (BMCKTR)

Provinsi Sumatera Barat dalam Preservasi Jalan di

Sumatera Barat

Nama : Ronald Andrian

BP/NIM : 2018/18059145

Program Studi : Manajemen (S1)

Keahlian : Manajemen Pemasaran

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing

Padang, September 2021


Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing

Okki Trinanda, SE., M.M


NIP: 19831012 201504 1 001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
kegiatan magang keahlian serta dapat menyelesaikan laporan magang
individu dengan judul “Implementasi Kebijakan Dinas Bina Marga, Cipta
Karya dan Tata Ruang (BMCKTR) Provinsi Sumatera Barat dalam
Preservasi Jalan di Sumatera Barat” tepat pada waktu yang ditentukan.
Magang keahlian ini merupakan suatu bentuk proses belajar yang di
laksanakan di Fakultas Ekonomi Univeristas Negeri Padang dan salah satu
mata kuliah wajib yang harus di tempuh dalam program studi Manajemen
(S1). Selain untuk menuntaskan program studi yang penulis tempuh magang
keahlian ini banyak memberikan manfaat kepada penulis baik dari segi
akademik maupun untuk pengalaman yang tidak dapat penulis temukan saat
berada di bangku kuliah serta diharapkan akan melengkapi kompetensi
mahasiswa berupa keterampilan praktik dan etos kerja yang sesuai dengan
tuntutan dunia kerja.
Dalam penyusunan laporan magang ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan
rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Dekan Dr. Idris, M.Si beserta Wakil Dekan I,II, dan III
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

2. Bapak Perengki Susanto, SE,.M.Si.,Ph.D, selaku Ketua Jurusan


Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

3. Bapak Okki Trinanda, SE.,M.M, selaku pembimbing magang, terima


kasih atas bimbingan, nasehat dan masukan selama penulis
melaksanakan kegiatan dan penulisan laporan magang.

4. Ibu Desi Masrisal, SE selaku Supervisor yang telah menerima saya


dengan baik serta atas bimbingan, pengarahan dan kesabaran dalam
membantu saya.

ii
5. Pimpinan dan Wakil Pimpinan berserta Karyawan/ti Dinas
BMCKTR (Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang) Provinsi
Sumatera Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
melakukan program magang keahlian dan memperoleh data serta
informasi yang dibutuhkan.

6. Kedua orangtua dan seluruh keluarga tercinta yang tak henti-


hentinya memberikan semangat baik moril maupun materil serta doa
kepada penulis demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan
makalah individu ini.

7. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah


individu ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Dalam penulisan makalah individu ini, penulis menyadari


sepenuhnya masih banyak kekurangan dan kelemahan. Kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis hargai, semoga makalah individu
ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi pembaca.

` Padang, 18 September 2021

Ronald Andrian
18059145

iii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN..............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iv
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
B. PERMASALAHAN.........................................................................................................5
C. KAJIAN TEORI..............................................................................................................5
1. Pengertian Preservasi Jalan..........................................................................................5
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009......................................................................6
3. Defenisi Long Segment................................................................................................8
D. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................11
1. Regulasi Preservasi Pengelolaan Jalan.........................................................................11
2. Program Preservasi Jalan..............................................................................................14
3. Jenis Kegiatan Pemeliharaan Preventif........................................................................17
4. Kriteria dan Metode Dalam Pemilihan Jenis Penanganan Jalan..................................18
E. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................21
1. Kesimpulan...................................................................................................................21
2. Saran.............................................................................................................................22
F. DAFTAR BACAAN........................................................................................................22

LAMPIRAN............................................................................................................................24

iv
A. LATAR BELAKANG

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala


bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Sebagai prasarana transportasi,
jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, sosial
budaya, lingkungan hidup, politik dan pertahanan keamanan.
Kondisi saat ini tingkat kemantapan jalan nasional sebesar 90
%, sedangkan sasaran strategis pemerintah pada tahun 2019 untuk
jalan nasional menargetkan tingkat kemantapan 98 % dari total
panjang jalan nasional non tol 47.017 km (Direktorat Preservasi
Jalan, 2016). Seiring dengan pesatnya pembangunan infrastruktur
jalan yang diprogramkan oleh pemerintah untuk menunjang
konektivitas antar wilayah maka pemerintah harus membuat
program tentang bagaimana tatacara pemeliharaan aset infrastuktur
jalan agar suatu jalan tersebut dapat melayani pengguna jalan sesuai
dengan umur rencana. Pada saat ini banyak permasalahan-
permasalahan yang terjadi di lapangan yang berhubungan dengan
tingkat masa pelayanan jalan yang mengalami kerusakan dini secara
fungsional maupun secara struktural.

Beberapa faktor disebabkan oleh :


1. Muatan beban yang berlebih
2. Kurang tepatnya strategi pemeliharaan jalan karena masih
mempertahankan paradigma bahwa pemeliharaan jalan itu
harus selalu dengan pekerjaan lapis tambah (overlay)
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Unit
Pemeliharaan Rutin (UPR) dalam pelaksanaan pemeliharaan
jalan secara swakelola.

Sumatera Barat terdiri dari 19 kabupaten/kota yang terletak di


pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari
dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang

1
dibentuk oleh Bukit Barisan. Jaringan jalan dan jembatan
merupakan urat nadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
sosial, budaya, dan stabilitas nasional, serta upaya pemerataan
dan penyebaran pembangunan. Selain itu, jalan juga berperan
penting dalam membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional
untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional.
Perbaikan infrastruktur jalan akan dibutuhkan untuk melayani
tuntutan akibat pergerakan pertumbuhan ekonomi masyarakat
khususnya diwilayah Provinsi Sumatera Barat.
Berikut presentase panjang jalan di provinsi sumatera barat:
Gambar 1

Pada gambar 1.1 terlihat bahwa terdapatnya 3bagian presentase


panjang jalan di Sumatera Barat. Yang pertama jalan nasional
yaitu jalan yang dikelola oleh kementrian PUPR yang meliputi
empat kelompok yakni jalan arteri primer, jalan kolektor primer
(penghubung antar ibu kota provinsi), jalan tol (bebas hambatan)
dan jalan strategis nasional dengan total panjang jalan 1.448,8
km atau presentasenya sebesar 6% dari 100%. Yang kedua jalan
provinsi yaitu jalan kolektor yang menghubungkan ibu kota
kabupaten dan kota dalam satu provinsi tersebut dengan total
panjang jalan 1.525,2 km atau presentasenya sebesar 7% dari
100%. Dan yang terakhir yaitu jalan kabupaten dan kota yang

2
merupakan jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dan
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar
ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antar
desa yang memiliki total panjang jalan 19.413,8 km atau
presentasenya sebesar 87% dari 100%.
Tuntutan adanya penyediaan jalan yang memadai seperti
disebutkan diatas merupakan hal yang sangat penting, untuk itu
perlu dilakukan penanganan yang tepat seperti misalnya
melalui : pembangunan jalan dan jembatan, penambahan
kapasitas jalan, pemeliharaan jalan dan perbaikan manajemen
lalu lintas dengan pembangunan fly over maupun underpass. Hal
ini mengingat prasarana jalan dan jembatan memiliki peran
strategis untuk kemajuan masyarakat. Untuk dapat melakukan
penanganan yang tepat tersebut, maka sebelumnya harus
diketahui kondisi dari jalan tersebut misalnya jalan berlubang
dilakukan tambalan, jalan yang kapasitasnya sudah tidak
memadai akan dilakukan pelebaran, jalan tanah dilakukan
pembangunan jalan baru, sedangkan jalan yang retak bisa
dilakukan pemeliharaan rutin ataupun berkala. Semakin besar
kerusakan yang dialami suatu jalan maka semakin besar biaya
yang dibutuhkan, untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan rutin
secara teratur agar kerusakan kecil dapat cepat tertangani
sehingga tidak berkembang menjadi kerusakan yang besar dan
menghemat biaya penanganan jalan.
Kebijakan long segment mulai diterapkan disebagian
jalan nasional di Indonesia mulai tahun 2016. Kebijakan long
segment preservasi ini adalah menggabungkan pekerjaan
pemeliharaan rutin, pelebaran, rehabilitasi dan rekonstruksi
dalam satu ruas jalan menjadi satu kesatuan kontrak. Kebijakan
long segment diharapkan dapat mengubah paradigma kontraktor
yang selama ini hanya sebagai pelaksana kegiatan konstruksi

3
menjadi manajer ruas jalan. Sehingga kontraktor lebih
bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan
dan rehabilitasi jalan. Kegiatan long segment preservasi juga
meliputi kegiatan 2 pemeliharaan yang bersifat preventif,
sehingga penggunaan anggaran menjadi lebih efisien
dibandingkan dengan kegiatan pemeliharaan yang berupa
pelapisan ulang perkerasan. Karena pelaksanaan kegiatan
preservasi jalan pada waktu yang tepat (kondisi mantap) akan
mengurangi biaya secara signifikan. Dengan adanya kebijakan
long segment preservasi diharapkan kontraktor akan investasi
peralatan preservasi jalan dan tenaga kerja yang terampil dan
mengerti akan teknologi preservasi, sehingga program
penanganan jalan akan lebih terarah.

Sesuai dengan Undang-undang No. 22 tahun 2009 pasal 8,


yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan jalan adalah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM). Salah satu fungsi
DJBM adalah melaksanakan pekerjaan pembangunan dan
preservasi jalan dan jembatan dalam upaya untuk menjaga agar
jaringan jalan tetap dalam kondisi baik.
Kebijakan long segment mulai diterapkan disebagian
jalan nasional di Indonesia mulai tahun 2016. Kebijakan long
segment preservasi ini adalah menggabungkan pekerjaan
pemeliharaan rutin, pelebaran, rehabilitasi dan rekonstruksi
dalam satu ruas jalan menjadi satu kesatuan kontrak. Kebijakan
long segment diharapkan dapat mengubah paradigma kontraktor
yang selama ini hanya sebagai pelaksana kegiatan konstruksi
menjadi manajer ruas jalan. Sehingga kontraktor lebih
bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan
dan rehabilitasi jalan. Kegiatan long segment preservasi juga

4
meliputi kegiatan 2 pemeliharaan yang bersifat preventif,
sehingga penggunaan anggaran menjadi lebih efisien
dibandingkan dengan kegiatan pemeliharaan yang berupa
pelapisan ulang perkerasan. Karena pelaksanaan kegiatan
preservasi jalan pada waktu yang tepat (kondisi mantap) akan
mengurangi biaya secara signifikan. Dengan adanya kebijakan
long segment preservasi diharapkan kontraktor akan investasi
peralatan preservasi jalan dan tenaga kerja yang terampil dan
mengerti akan teknologi preservasi, sehingga program
penanganan jalan akan lebih terarah.

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan


yang ingin dipecahkan dalam laporan ini adalah bagaimana
Kebijakan dan Program Dinas Bina Marga, Cipta Karya dan Tata
Ruang (BMCKTR) Provinsi Sumatera Barat Dalam Preservasi Jalan
di Sumatera Barat.

C. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Preservasi Jalan

Menurut Pavement Preservation Guidelines-FHWA,


preservasi perkerasan jalan (pavement preservation)
didefinisikan sebagai suatu pendekatan sistematis yang
menggunakan strategi berperspektif jangka panjang dan makro /
menyeluruh (tingkat jaringan), untuk meningkatkan kinerja
pelayanan perkerasan, dengan menggunakan berbagai metode
atau praktek yang terintegrasi dan efisien (costs-effective), yang
pada akhirnya meningkatkan umur perkerasan, meningkatkan
aspek keselamatan jalan dan sesuai dengan harapan atau

5
kepuasan pengguna jalan. Preservasi jalan tersebut menganut
prinsip bahwa biaya perbaikan perkerasan akan menjadi lebih
tinggi pada kondisi perkerasan yang lebih rendah (rusak). Hal ini
disebabkan karena hubungan antara kenaikan biaya dan
penurunan kondisi perkerasan bersifat tidak linear. Dengan
demikian, biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan
kondisi perkerasan pada jaringan jalan akan lebih rendah dengan
diterapkannya prinsip preservasi perkerasan jalan.
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Istilah preservasi jalan sangat jelas dan tegas dinyatakan
dalam pasal 23, pasa 29, pasal 30, pasal 31, dan pasal 32 dalam
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Angkutan Jalan (LLAJ), yang selanjutnya disebut sbagai UU
22/2009. Sementara tujuan diberlakukannya UU 22/2009 adalah
mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang
aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda lain
untuk memajukan kesejahteraan umum. Berkaitan dengan tujuan
tersebut maka pasal-pasal penting yang digunakan sebagai dasar
untuk mewujudkan kondisi jalan yang mantap dan
berkeselamatan, adalah :
(1) Pasal 22, jalan harus memenuhi laik fungsi secara teknis,
antara lain kondisi perkerasan jalan selalu dalam kondisi
mantap dan dipertahankan kemantapannya agar tidak
menyebabkan potensi kecelakaan berkendaraan.
(2) Pasal 23, penyelenggara jalan harus melaksanakan preservasi
jalan untuk menjaga keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.
(3) Pasal 24, jika jalan dalam kondisi rusak maka penyelenggara
wajib memasang tanda atau rambu terhadap lokasi jalan
rusak agar tidak terjadi kecelakaan berkendaraan.

6
(4) Pasal 29, untuk mendukung pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan yang aman, selamat, tertib dan lancar, maka
kondisi jalan harus dipertahankan kemantapannya dengan
preservasi jalan (pemeliharaan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi).
(5) Pasal 229, kecelakaan berkendaraan dapat disebabkan
ketidaklaikan jalan karena kondisinya tidak mantap.
(6) Pasal 273, sanksi pidana bagi penyelenggara jalan yang
membiarkan kerusakan jalan sedemikian rupa sehingga
terjadi kecelakaan yang menyebabkan fatalitas pengguna.
Kajian terhadap UU 22/2009 tersebut dapat menyusun
program preservasi jalan yang diharapkan mampu
mewujudkan penjaminan mutu konstruksi jalan yang dapat
meningkatkan:
(1) daya dukung melebihi beban gandar kendaraan yang
diijinkan
(2) tahan lama dan stabil terhadap pengaruh dinamika
cuaca, air, dan beban
(3) aman terhadap gelinciran permukaan dan
kebencanaan
(4) nyaman dari permukaan yang licin dan bergelombang.
Dengan demikian upaya penting yang didapatkan dari
kajian UU 22/2009 terkait pelaksanaan pekerjaan
preservasi jalan, adalah :
(1) Ditjen Bina Marga perlu menyusun pedoman
atau manual penilaian kinerja pelaksanaan
preservasi jalan khususnya bagi pelaksana dan
pengawas pekerjaan preservasi yang mampu
memberikan jaminan kemantapan dan
keselamatan berkendaraan bagi penggunanya.

7
(2) Upaya tersebut harus didukung dengan
penyusunan indikator capaian kinerja
khususnya yang berkaitan dengan pasca
pelaksanaan preservasi jalan untuk
mewujudkan jalan nasional yang mantap,
selamat, aman dan nyaman, yang mampu
menjamin ketertiban dan kelancaran lalu lintas
dan angkutan jalan, sebagaimana dituntut
dalam UU 22/2009.

3. Definisi Long segment


Long segment adalah merupakan penanganan preservasi
jalan dalam batasan satu panjang segmen yang menerus untuk
mendapatkan kondisi jalan yang seragam, yaitu jalan mantap
dan seragam sepanjang segmen. (SE Dirjen Bina Marga No
09/SE/Db/2015). Long segment merupakan penanganan
preservasi jalan dalam batasan satu panjang segmen yang
menerus (bisa lebih dari satu ruas) yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mendapatkan kondisi jalan yang seragam yaitu
jalan yang mantap dan standar (standar adalah sesuai dengan
PERMENPU No.19/PRT/M/2011). Long segment meliputi
beberapa lingkup kegiatan (output) yaitu pelebaran,
rekonstruksi, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan. Long segment
menerapkan indikator kinerja terhadap 4 komponen jalan. Long
segment mulai diterapkan di tahun anggaran 2016 untuk
pemaketan penanganan preservasi ruas jalan nasional. Ruang
lingkup pekerjaan long segment terdiri dari pelebaran jalan
(menuju standar), rekonstruksi jalan, rehabilitasi jalan,
pemeliharaan preventif jalan, pemeliharaan rutin jalan, dan
pemeliharaan rutin jembatan.

8
Skema long segment adalah membagi panjang jalan nasional
dalam segmen panjang 50 km – 150 km dengan memperhatikan
rentang kendali PPK sebagai manejer ruas. Pengecualian untuk
panjang long segment < 50 km adalah:
1. Jalan nasional dalam pulau maka long segment dapat dibuat
sesuai dengan panjang jalan yang ada.
2. Segmen terdapat di dalam kota metropolitan/kota besar 9 jalan
terdiri dari 4 jalur) dapat dibuat sesuai dengan panjang jalan
yang ada.
3. Segmen terdapat di tengah-tengah pekerjaan dengan kriteria
tidak dapat dimasukan dalam long segment dan tidak ada long
segment lain pada lokasi yang berdekatan.
a) Komponen Long segment
Komponen long segment meliputi empat komponen jalan, yaitu:
1. Perkerasan jalan.
2. Bahu jalan.
3. Drainase jalan.
4. Perlengkapan jalan.
Masing masing komponen memiliki indikator kinerja,
contohnya:
1. Perkerasan
a) Tidak boleh ada lubang dengan diameter > 10 cm dan
kedalaman > 4 cm.
Waktu tanggap 14 hari.
b) Tidak boleh ada retakan lebar > 3 mm atau luas > 5 % setiap
100 m.
Waktu tanggap 14 hari.
c) Tidak boleh ada bagian yang amblas lebih dari 3 cm dengan
luasan > 5 %
setiap 100 m. Waktu tanggap 7 hari.

9
d) Tidak boleh ada patahan/faulting (untuk jalan rigid). Waktu
tanggap 14
hari.
e) Joint sealant tidak boleh rusak atau di semua slab joint (untuk
jalan rigid).
Waktu tanggap 14 hari.
f) Nilai IRI maksimum 4 mm/m. Waktu tanggap 90 hari.
2. Bahu
a) Tidak boleh ada lubang dengan diameter >20 cm dan
kedalaman > 10 cm.
Waktu tanggap 7 hari.
b) Tidak boleh ada bagian yang amblas > 10 cm dengan luasan
> 3 % setiap
100m. Waktu tanggap 7 hari.
11
3. Drainase
a) Saluran harus bersih dan tidak mengalami kerusakan struktur.
b) Tidak boleh ada penyumbatan > 10 %. Waktu tanggap
kerusakan struktur
21 hari. Waktu tanggap penyumbatan 7 hari.
c) Lereng timbunan tidak ada deformasi dan erosi, serta dapat
berfungsi
dengan baik.
d) Pada lereng galian harus stabil, kiat untuk menahan erosi dan
berfungsi
dengan baik. Waktu tanggap 14 hari.
4. Perlengkapan Jalan
a) Rambu peringatan dan rambu petunjuk terpasang dengan
benar.
b) Pemasangan rambu sementara untuk pencegahan kecelakaan
lalu lintas

10
akibat kerusakan jalan yang belum dapat diperbaiki. Waktu
tanggap 21
hari, waktu tanggap pemasangan rambu 24 jam.
c) Pemisah horizontal pada median atau trotoar harus kokoh dan
berfungsi
dengan baik, permukaannya dapat dilihat pada malam hari.
Waktu tanggap
21 hari.
d) Guardrail secara struktur kokoh, terpasang dengan benar dan
tidak terjadi
kerusakan. Waktu tanggap 21 hari. (Afifi,A 2016).
4. Penanganan Jalan
Penanganan preservasi dengan skema long segment tahun
Anggaran 2017 yang dilaksanakan dengan kontraktural agar
memperhatikan besaran pekerjaan efektif dan dilaksanakan
dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika volume penanganan efektif membutuhkan periode
pelaksanaan 6-8 bulan, penanganan preservasi dilaksanakan
dengan kontrak tahun tunggal (single years). 10.
2) Jika volume penanganan efektif membutuhkan priode
pelaksanaan 9 bulan atau lebih, penanganan preservasi
dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak (multi years),
sudah memperhitungkan masa pemeliharaan kinerja paksa
efektif sekurang-kurangnya selama 4 bulan, dengan masa
kontrak dibuat berakhir pada tahun Anggaran (bulan
Desember).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Regulasi Preservasi Pengelolaan Jalan

11
Menurut PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan pasal 84
butir tiga (3), program penanganan jalan didefinisikan sebagai
kegiatan-kegiatan yang terdiri dari:

1) Pemeliharaan Jalan
Pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala, dan rehabilitasi, dimana:
a. Pemeliharaan rutin jalan merupakan kegiatan merawat serta
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas
jalan dengan kondisi pelayanan mantap. Jalan dengan kondisi
pelayanan mantap adalah ruas-ruas jalan dengan umur rencana
yang dapat diperhitungkan serta mengikuti suatu standar tertentu.
b. Pemeliharaan berkala jalan merupakan kegiatan penanganan
terhadap setiap kerusakan yang diperhitungkan dalam desain
agar penurunan kondisi jalan dapat dikembalikan pada kondisi
kemantapan sesuai dengan rencana.
c. Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap
setiap kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang
berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada bagian/tempat
tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar
penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan
pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana.

12
2) Peningkatan Jalan Peningkatan jalan meliputi peningkatan
struktur dan peningkatan kapasitas, dimana:
a. Peningkatan struktur merupakan kegiatan penanganan untuk
dapat meningkatkan kemampuan ruas-ruas jalan dalam kondisi
tidak mantap atau kritis agar ruas-ruas jalan tersebut mempunyai
kondisi pelayanan mantap sesuai dengan umur rencana yang
ditetapkan.
b. Peningkatan kapasitas merupakan penanganan jalan dengan
pelebaran perkerasan, baik menambah maupun tidak menambah
jumlah lajur.
3) Konstruksi Jalan Baru Konstruksi jalan baru merupakan
penanganan jalan dari kondisi belum tersedia badan jalan sampai
kondisi jalan dapat berfungsi. Dengan mengacu pada PP 34/2006
tersebut, maka klasifikasi jenis penanganan jalan di Indonesia
dapat diringkas seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2
Area Pelaksanaan Kegiatan Preservasi

13
Secara praktis, preservasi perkerasan jalan dapat diartikan
pelaksanaan pemeliharaan (treatment) yang tepat untuk kondisi
jalan yang sesuai/tepat dan pada waktu yang tepat. Atau dengan
kata lain adalah lebih baik (efisien/murah) memelihara/
mempertahankan kondisi jalan tetap baik pada saat sekarang,
daripada melakukan perbaikan nanti setelah kondisi jalan
mengalami kerusakan yang parah (significant). Dengan
demikian, preservasi perkerasan jalan menunjukkan pendekatan
yang pro-aktif dalam mempertahankan kondisi jaringan jalan
yang ada.
Disamping itu, preservasi perkerasan jalan hanya
bertujuan untuk memperpanjang umur perkerasan (menghambat
kerusakan perkerasan yang meluas) dan/atau mengembalikan
kemampuan pelayanan suatu perkerasan jalan, tetapi tidak untuk
meningkatkan kapasitas, maupun kekuatan dari perkerasan.
Menurut FHWA, secara fungsional lingkup dari kegiatan
preservasi (atau pemeliharaan preventif) adalah segala hal yang
terjadi pada perkerasan yang berkaitan dengan masalah aging,

14
oxidation, surface deterioration, and normal wear and tear from
day-to-day performance and environmental conditions.
Penanganan (treatment) preservasi perkerasan jalan untuk jenis
perkerasan hot-mix asphalt (HMA), antara lain meliputi crack
sealing, surface treatments, and ultra-thin and thin hotmix
asphalt overlays, sedangkan untuk jenis perkerasan portland-
cement concrete (PCC) antara lain meliputi cleaning and sealing
joints and cracks, diamond grinding, and dowel-bar retrofitting.

2. Program Preservasi Jalan


Preservasi perkerasan jalan merupakan pendekatan pro-aktif
dalam mempertahankan kondisi jaringan jalan yang ada.
Penerapannya memungkinkan mengurangi pelaksanaan proyek-
proyek rehabilitasi dan rekonstruksi yang mahal, lama dan
mengganggu kelancaran lalu lintas. Dengan menerapkan kegiatan
preservasi secara tepat waktu, pembina jalan dapat menyediakan
kinerja pelayanan jaringan jalan, dengan mobilitas yang tinggi,
keselamatan jalan yang lebih baik, penurunan kemacetan, serta
perkerasan yang lebih baik dan berumur lebih panjang. Hal inilah
yang seharusnya menjadi tujuan yang harus dicapai dari kegiatan
preservasi perkerasan jalan.

15
Suatu program preservasi perkerasan jalan pada dasarnya
terdiri dari 3 komponen, yaitu: pemeliharaan preventif (preventive
maintenance), rehabilitasi minor/non-struktural (minor
rehabilitation/non-structural), and beberapa kegiatan pemeliharaan
rutin lainnya (routine maintenance).

Gambar 3
Komponen-komponen preservasi pekerasan jalan

Pavement
Preservation

Minor Preventive Routine


Rehabilitation Maintenance Maintenance

16
Suatu program preservasi perkerasan jalan yang efektif akan
memberikan beberapa manfaat, yaitu mempreservasi dana investasi
pada jaringan jalan yang dibangun, meningkatkan kinerja pelayanan
perkerasan, menjamin efisiensi pengalokasian dana pembiayaan
jalan, memperpanjang umur pelayanan perkerasan jalan, mengurangi
hambatan perjalanan (delays), meningkatkan mobilitas pergerakan
orang dan barang, serta meningkatkan keselamatan perjalanan.
Karakteristik dari kegiatan-kegiatan preservasi perkerasan
jalan adalah untuk mengembalikan fungsi dari system jaringan jalan
yang ada dan memperpanjang umur pelayanannya, tapi bukan
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
jalan, maupun kekuatan struktur perkerasan jalan.

a. Pemeliharaan Preventif (preventive maintenance)


Perawatan pencegahan (Preventive maintenance)
adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan- kerusakan
yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan
yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami
kerusakan pada waktu proses produksi.

b. Rehabilitasi (pavement rehabilitation)


terdiri atas peningkatan struktur untuk
memperpanjang umur pelayanan dari jalan eksisting dan atau
memperbaiki kapasitas. Teknik rehabilitasi termasuk
restoration treatment dan struktur overlay. Proyek rehabilitasi

17
memperpanjang umur struktur perkerasan eksisting dengan
menyimpan kapasitas struktur eksisting melalui pembatasan
terkait umur (age-related), environmental cracking dari
permukaan perkerasan yang rapuh (embrittled pavement
surface) atau dengan meningkatkan ketebalan perkerasan
untuk meningkatkan perkerasan eksisting untuk
mengakomodasi kondisi beban lalu lintas hasil proyeksi.

c. Pemeliharaan Rutin (routine maintenance)


Merupakan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
secara terus menerus sepanjang tahun. Pemeliharaan rutin
terdiri atas kegiatan hari-hari yang dijadwalkan dengan
pemeliharaan perorangan untuk memelihara dan preserve
kondisi sistem highway pada level of servis memuaskan.
Contohnya, pemeliharaan routin terkait perkerasan termasuk
membersihkan saluran tepi jalan dan struktur, pemeliharaan
marka jalan, dan mengisi retak (crack filling), menambal
lubang, dan overlay (isolated overlay).

3. Jenis Kegiatan Pemeliharaan Preventif


Kegiatan preservasi terutama lebih dititikberatkan pada
kegiatan pemeliharaan preventif, disamping kegiatan rehabilitasi
minor dan pemeliharaan rutin. AASHTO mendefinisikan
pemeliharaan preventif sebagai strategi penanganan yang terencana
dan efisien, pada suatu system jalan eksisting dan perlengkapannya,
yang dapat mempreservasi sistem, memperlambat penurunan kondisi
jalan di masa yang akan datang, dan mempertahankan atau
meningkatkan kondisi fungsional dari sistem, tanpa harus
meningkatkan kapasitas strukturalnya (seperti yang dikutip FHWA
dari AASHTO Standing Committee on Highway 1997). Jenis-jenis
kegiatan penanganan (treatment) yang termasuk pada pemeliharaan

18
preventif pada dasarnya dapat dikelompokkan atas teknologi
penanganan untuk: 1) perkerasan hot-mix asphalt (HMA); 2)
perkerasan Portland-cement concrete (PCC).

4. Kriteria dan Metode dalam Pemilihan Jenis Penanganan Jalan


Tabel 1
Panjang Jalan Provinsi Menurut Kabupaten/Kota dan Kondisi
Jalan
di Provinsi Sumatera Barat (km) di Tahun 2018-2020

Sumber: sumbarbps.go.id
Dari Tabel I dapat dilihat yaitu data panjang jalan di 19
kabupaten/kota Provinsi Sumatera Barat. Kondisi mantap jalan
provinsi (km): merupakan proporsi dari panjang jalan provinsi yang
memenuhi kategori kondisi baik dan sedang terhadap total panjang
jalan provinsi. Kategori kondisi baik dan sedang yaitu kondisi jalan
yang memiliki kerataan permukaan yang memadai bagi kendaraan
untuk dapat dilalui oleh kendaraan dengan cepat, aman dan nyaman,
dengan dimana angka Roughness Indeks IRI. Pengukuran kondisi

19
jalan ini menggunakan alat roughometer dengan satuan Internasional
Roughness Indeks (IRI) yang menyatakan akumulasi naik turunnya
muka jalan sepanjang 1 kilometer jalan (m/km).
Nilai IRI sangat penting untuk kenyamanan dan keselamatan
pengguna jalan serta menjadi pedoman dalam pemilihan jenis
penanganan jalan. Nilai IRI di tiap ruas jalan akan berbeda – beda
walaupun umur jalan sama, untuk itu perlu dikaji variabel apa saja
yang paling mempengaruhi nilai IRI tersebut sehingga dalam
pengambilan keputusan pada masa yang akan datang bisa
mempertimbangkan dengan baik variabel – variabel tersebut.

Tabel 2
Anggaran Preservasi jalan di Provinsi Sumatera Barat
tahun 2020

Sumber: PUPR Sumatera Barat, 2021

Dana yang dialokasikan tersebut biasanya tidak mencukupi


untuk memenuhi seluruh kebutuhan penanganan jalan yang
diperlukan dan harus didistribusikan secara proporsional. Ruas jalan
nasional di Provinsi Sumatera Barat mencapai 1212,89 Km
berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.
631/KPTS/M/2009, yang terbagi atas jaringan jalan Lintas Tengah
Sumatera sepanjang 399,489 km dan Lintas Barat Sumatera

20
sepanjang 552,522 km di Lintas Barat Sumatera. Berdasarkan data
dari Pekerjaan Umum RI Pelaksanaan Jalan Nasional II tahun 2020
ini untuk semester 2 kondisi mantap sebesar 90,31 persen dan tidak
mantap 9,69 persen dari total panjang jalan nasional di Provinsi
Sumatera Barat. Data ini belum mencapai target yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, dimana untuk
Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2020 ini kemantapan jalan
nasional ditargetkan sebesar 100 persen. Capaian target kemantapan
Jalan Nasional Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2018-2020 dapat
dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini :

Gambar 4
Kondisi Kemantapan jalan di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2018-2020
100.00 100.00 100.00
100.00

98.00

96.00
Kemantapan Jalan (%)

94.66
94.00 93.51

92.00
90.31
Target
90.00
Realisasi
88.00

86.00

84.00
2018 2019 2020
Tahun

Sumber: PUPR Sumatera Barat, 2021

Berdasarkan Gambar 4 diatas bisa dilihat pada tahun 2018


terjadi deviasi yang cukup kecil antara target dan realisasi yakni
sebesar 6.49 persen. Mencapai tahun 2019 deviasi sedikit turun
menjadi 5,34 persen. Tahun 2020 deviasi meningkat tajam menjadi
9,69 persen.

21
Dengan adanya penyediaan jalan yang memadai seperti
disebutkan diatas merupakan hal yang sangat penting, untuk itu perlu
dilakukan penanganan yang tepat seperti misalnya melalui :
pembangunan jalan dan jembatan, penambahan kapasitas jalan,
pemeliharaan jalan dan perbaikan manajemen lalu lintas dengan
pembangunan fly over maupun underpass. Hal ini mengingat
prasarana jalan dan jembatan memiliki peran strategis untuk
kemajuan masyarakat. Untuk dapat melakukan penanganan yang
tepat tersebut, maka sebelumnya harus diketahui kondisi dari jalan
tersebut misalnya jalan berlubang dilakukan tambalan, jalan yang
kapasitasnya sudah tidak memadai akan dilakukan pelebaran, jalan
tanah dilakukan pembangunan jalan baru, sedangkan jalan yang retak
bisa dilakukan pemeliharaan rutin ataupun berkala. Semakin besar
kerusakan yang dialami suatu jalan maka semakin besar biaya yang
dibutuhkan, untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan rutin secara
teratur agar kerusakan kecil dapat cepat tertangani sehingga tidak
berkembang menjadi kerusakan yang besar dan menghemat biaya
penanganan jalan.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dan pembahasan pada


bab bab sebelumnya makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan
dalam beberapa hal sebagai berikut :
a. Penentuan kondisi suatu ruas jalan nasional minimal
berdasarkan kondisi fungsional dan kondisi struktural jalan,
yang melalui makalah ini berdasarkan nilai kerataan
permukaan jalan (IRI) dan nilai lendutan. Penentuan kondisi
berdasarkan 2 nilai tersebut menghasilkan penanganan yang

22
tepat sasaran dalam mengembalikan kondisi jalan untuk
mencapai umur layanan rencana.
b. Penentuan kondisi jalan yang umumnya dilakukan oleh pihak
penyelenggara proyek pemeliharaan jalan yang berdasarkan
nilai kerataan permukaan jalan (IRI) akan menghasilkan
program penanganan yang kurang tepat sasaran, di mana
dampak yang akan terjadi pada ruas jalan tersebut adalah
jalan tidak mampu melayani dengan baik sebelum mencapai
umur layanan rencana atau dapat dikatakan anggaran
penanganan pada ruas tersebut menjadi lebih boros apabila
dilakukan repetisi penanganan sebelum mencapai umur
layanan rencana.
c. Penerapan preservasi jalan secara long segment harus
meningkatkan pengetahuan personil Kontraktor terhadap
teknologi preservasi jalan, sikap (Attitude) yang baik
personil Konsultan, sikap (Attitude) yang baik PPK
(PejabatPembuat Komitmen) dan indikator kinerja jalan.
2. Saran

a. Perubahan pola pikir Kontraktor untuk menjadi manajer ruas


jalan bisa dilakukan dengan cara peningkatan kualitas tenaga
kerja kontraktor yaitu melakukan pendidikan dan pelatihan
yang bersertifikat tentang standar mutu dan teknologi
preservasi jalan long segment.
b. Sikap (Attitude) yang baik personil Konsultan perlu
ditingkatkan, dengan cara seleksi penerimaan tenaga
konsultan lebih diperketat terutama dalam hal kepribadian.
Demikian juga sikap (Attitude) yang baik PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) juga perlu ditingkatkan.

F. DAFTAR BACAAN

23
https://pupr.sumbar.go.id//

https://bpsdm.pu.go.id

http://scholar.unand.ac.id.pdf

Modul Pengantar Preservasi Jalan, Badan Pengembangan


Sumber Daya Manusia Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman dan Penggembangan
Iinfrastruktuur Wilayar , PUPR Prov.
Modul Jalan Nasional, Direktorat Jendral Bina Marga kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2018, Dinas
BMCKTR Prov Sumbar.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang Undang Nomor 22
Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta

24
LAMPIRAN

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Anda mungkin juga menyukai