Anda di halaman 1dari 204

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu Hubungan Internasional, dahulu aktor yang berperan dalam urusan

hubungan internasional hanya terpusat pada aktor negara atau pemerintah pusat saja.

Negara menjadi aktor satu-satunya yang memiliki otoritas dalam melakukan hubungan

internasional. Namun seiring dengan perkembangan zaman, kemudian muncul aktor-aktor

baru, salah satunya adalah aktor non-negara dalam level pemerintahan daerah setingkat

provinsi atau kabupaten/kota1.

Indonesia, sebagai sebuah entitas yang berdaulat, juga merespon adanya kebutuhan

tersebut dengan mengatur tata cara penerapan otonomi daerah dengan diberlakukannya

UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Hal tersebut kemudian

memberikan jalan bagi pemerintah daerah yang ada di Indonesia, untuk menjalankan

otonomi seluas-luasnya berasaskan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan,

sehingga dengan hal ini pula, tiap-tiap daerah dapat melakukan berbagai kebijakan

termasuk kerjasama dengan berbagai pihak dalam level nasional, internasional maupun

regional guna mengoptimalisasikan perkembangan dan pemberdayaan potensi yang ada

di wilayahnya masing-masing2.

Berbicara mengenai kerjasama dalam optimalisasi potensi wilayah daerah yang ada di

Indonesia, salah satu daerah yang dapat dijadikan contoh sebagai aktor hubungan

internasional yang aktif dalam menjalin berbagai kemitraan guna mengembangkan

potensi wilayahnya adalah Kota Surakarta; hal ini dapat dilihat dari bagaimana pihak

1
Eddy Pratomo, Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional Departemen Luar Negeri. PANDUAN UMUM: Tata
Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah (Revisi Tahun 2006). Diakses melalui
http://www.kemlu.go.id/Buku/Buku%20Panduan%20Umum%20Tata%20Cara%20Hub%20dan%20Kerjasama%
20Luar%20Neger%20oleh%20Pemerintah%20Daerah.pdf pada tanggal 1 Oktober 2017.
2
Ibid.

1
Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dewasa ini kian gencar menjalin kerjasamanya

dengan berbagai pihak dalam level nasional, internasional maupun regional.

Kota Surakarta, yang merupakan wilayah dengan luas 46,01 Km2; dan dihuni oleh

547.1163 jiwa penduduk ini semakin gencar dalam melaksanakan kemitraan luar negeri

dengan berbagai pihak untuk mengembangkan wilayahnya. Bukti nyatanya adalah ketika

Kota Surakarta menjalin hubungan kemitraan dengan Negara bagian Queensland,

Australia dalam bidang pertanian, pembangunan perkotaan dan desa, perdagangan dan

industri, pendidikan dan iptek, perhubungan dan pariwisata, investasi, kebudayaan,

kesehatan serta aparatur pemerintahan daerah pada tahun 1992; serta pada saat Kota

Surakarta mengadakan kerjasama Sister city dengan Kota Montana, Bulgaria pada tahun

2007 meliputi kerjasama pengembangan bidang ekonomi, manajemen lingkungan,

infrastruktur dan transportasi, budaya dan pariwisata serta pengembangan sumber daya

manusia; dimana pada saat itu tumpu kekuasaan masih dipegang oleh Bapak Joko

Widodo selaku Walikota Surakarta4.

Selain itu, masih terdapat beberapa list kerjasama lainnya yang telah dijalin oleh Kota

Surakarta yang juga adalah kota dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi

diantara 35 Kota/Kabupaten lainnya di wilayah Jawa Tengah 5; antara lain: Kerjasama

dengan United States Agency for International Development (USAID) dalam bidang

pendidikan pada tahun 2010-2013; Kerjasama dengan Cities Development Initiative for

Asia (CDIA) dalam bidang transportasi perkotaan pada tahun 2011-2012; Kerjasama

dengan UCLG ASPAC dan APEKSI dalam bidang fiscal management/local economic

3
Kota Surakarta. Kementerian Dalam Negeri: Profil Daerah Kota Surakarta. Diakses melalui
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/33/name/jawa-tengah/detail/3372/kota-
surakarta pada tanggal 1 Oktober 2017.
4
Pemerintah Kota Surakarta, Ringkasan Eksekutif: Kajian Kerja Sama Pemerintah Kota Surakarta dengan Pihak
Luar Negeri, Bagian Kerjasama, 2014.
5
Ibid.

2
development khususnya penataan PKL pada tahun 2015-20166; hingga kerjasama dalam

upaya pelestarian aset warisan kebudayaan bersama dengan Organization of World

Heritages Cities (OWHC) sejak tahun 2008 hingga sampai saat ini7. Hal tersebut

menunjukan, bahwa Kota Surakarta adalah salah satu entitas aktif non-negara dalam level

pemerintahan daerah yang terbukti aktif menjalankan berbagai kegiatan kerjasama guna

meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Dalam menjalankan berbagai bentuk kerjasama diatas, sebelumnya Pemerintah Kota

Surakarta melimpahkan tugas dan kewenangannya terkait pelaksanaan kerjasama dengan

berbagai pihak terkait baik dalam maupun luar negeri, kepada Bagian Pemerintahan

Umum Setda Kota Surakarta dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kota Surakarta; namun seiring berkembangnya Kota Surakarta menjadi sebuah kota yang

maju dan modern, semakin tinggi pula minat berbagai pihak untuk menjalin kerjasama

dengan pihak Pemkot Surakarta, hal ini berimbas pada meningkatnya volume pekerjaan

yang berhubungan dengan aspek kerjasama tersebut, sehingga dibentuklah Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta pada bulan Januari 2009 sebagai bidang organisasi yang

bertugas dan berwenang dalam mengurusi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan

kerjasama di lingkungan Pemkot Surakata8.

Hingga saat ini, berbagai bentuk kerjasama telah dijalankan oleh Pemkot Surakarta

melalui Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta sebagai pintu masuk pertama kegiatan

kerjasama tersebut terjalin, termasuk terkait kerjasama dengan berbagai pihak pada level

internasional dan regional yang dimaksudkan untuk mengoptimalisasi segala potensi yang

dimiliki oleh Kota Surakarta; hal ini semakin menunjukan posisi dan peranan penting

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam penyelenggaraan pemerintahan Kota

6
Ibid.
7
Booklet World Heritage Cities: Expo, Cultural Event, Carnival and Converence (Surakarta). 2008.
8
Pemerintah Kota Surakarta, Data Kerjasama Kota Surakarta Tahun 2015, Loc. Cit.

3
Surakarta. Hal itu pula lah yang menjadi fokus pemulis dalam melaksanakan kegiatan

PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, yakni untuk melihat bagaimana Peran

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam Menjalin dan Memelihara Kerjasama Luar

Negeri.

1.2 Fokus Praktik Kerja Nyata (PKN)

Dalam kegiatan PKN yang penulis laksanakan, sesuai dengan penempatan penulis di

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, penulis akan berfokus pada bagaimana Peran

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam Menjalin dan Memelihara Kerjasama Luar

Negeri.

1.3 Tujuan PKN

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, kegiatan PKN yang penulis lakukan bertujuan untuk:

a. Melaksanakan prosedur yang telah dirancang Universitas Brawijaya

mengenai program PKN dan untuk menyelesaikan kurikulum yang ada di

Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yakni mata kuliah PKN.

b. Menambah wawasan dan pengalaman yang dapat dirasakan oleh

mahasiswa serta kesiapan diri ketika selesai menempuh perkuliahan, juga

sebagai ajang persiapan sebelum mahasiswa dihadapkan dengan dunia kerja

yang penuh rintangan. Penulis sendiri memiliki tujuan untuk dapat

menimba ilmu di luar kampus mengenai tata cara bekerja agar setelah lulus

dari bangku perkuliahan penulis telah memiliki pengalaman dan kesiapan di

dunia kerja.

4
c. Menjalin kerjasama antara Program Studi Hubungan Internasional

Universitas Brawijaya dengan Pemerintah Kota Surakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus

Bagi mahasiswa, tujuan khusus dari kegiatan PKN adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui bagaimana peran Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

dalam menjalin dan memelihara kerjasama luar negeri.

b. Mengetahui cakupan kinerja Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam

menjalin dan memelihara kerjasama luar negeri.

c. Mengetahui proses kerjasama yang terjalin antara Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta dengan berbagai pihak luar negeri.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa

a. Sebagai wujud operasionalisasi pelaksanaan kerjasama luar negeri dalam

Hubungan Internasional yang telah dipelajari dalam kondisi lapangan

sehingga dapat meningkatkan pengalaman dan kepekaan guna

menyelesaikan permasalahan kerja secara nyata.

b. Mampu menganalisis dan menyelesaikan permasalahan sesuai dengan

kondisi dan realitas yang ada

c. Memberi gambaran dan wawasan kepada mahasiswa tentang relevansi dan

aplikasi ilmu serta teori yang telah didapatkan selama perkuliahan.

d. Mampu memberikan pemahaman baru yang akan menambah referensi

muatan materi dan praktik dalam mata kuliah.

5
e. Dapat menjalin kerjasama dan menambah jaringan antara instansi dan

mahasiswa sehingga dapat membuka peluang kerja dan akses informasi

dengan instansi terkait.

f. Pembekalan terhadap mahasiswa untuk menjadi seorang yang kompeten

dan berkapabilitas di bidang kerjasama luar negeri.

1.4.2 Manfaat Bagi Instansi

a. Memberikan peluang bagi mahasiswa untuk memberikan saran dan opini

dalam upaya menganalisis dan memberikan solusi terhadap suatu persoalan

di instansi terkait

b. Program Praktik Kerja Nyata ini dapat dijadikan forum observasi dari

instasi terkait atas kompetensi mahasiswa

c. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk memberikan saran dan kritikan

kepada instansi sehingga dapat meningkatkan kapabilitas instansi terkait.

d. Pertukaran informasi, baik secara teori maupun praktik antara Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta dengan mahasiswa di lapangan.

1.4.3 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

a. Untuk memperkenalkan Program Studi Hubungan Internasional

Universitas Brawijaya kepada Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta,

yang memugkinkan para lulusan yang dihasilkan untuk berkarya dan

mengabdi di instansi tersebut

b. Sebagai bahan masukan untuk melakukan evaluasi antara kurikulum yang

diterapkan dengan kebutuhan masyarakat sehingga dapat dijadikan stimulus

peningkatan sumber daya manusia

6
c. Diperoleh umpan balik sebagai bahan pengayaan materi kuliah,

penyempurnaan kurikulum dan sumber inspirasi bagi suatu rancangan

pengabdian atau penelitian

d. peningkatan dan perluasan kerjasama dengan instansi terkait

1.5 Sistematika Penulisan

a. BAB I: Terdiri dari latar belakang, fokus kegiatan PKN, manfaat dan tujuan

kegiatan Praktik Kerja Nyata (PKN) di Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri

pada Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta serta sistematika penulisan.

b. BAB II: Berisi hasil kegiatan Praktik Kerja Nyata (PKN) yang terdiri dari

gambaran umum instansi tempat penulis melakukan kegiatan PKN, yakni

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Kemudian deskripsi kegiatan

PKN serta pencapaian umum maupun khusus serta hambatan yang dihadapi

penulis selama kegiatan PKN berlangsung.

c. BAB III: Berisi penutup yang merupakan bagian akhir dari laporan PKN.

Bab III antara lain terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan

didapat penulis berdasarkan kegiatan yang terjadi di lapangan saat penulis

menjalankan kegiatan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

Rekomendasi dari penulis sesuai dengan temuan selama penulis

melaksanakan kegiatan PKN.

d. BAB IV: Berisi daftar pustaka dari berbagai sumber baik literatur, artikel

maupun website yang digunakan penulis dalam menyusun laporan hasil

PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

e. BAB V: Berisikan lampiran-lampiran yang menunjang laporan hasil

kegiatan PKN penulis di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

7
BAB II

HASIL KEGIATAN

2.1. Gambaran Umum Bagian Kerjasama Sekretaris Daerah Kota Surakarta

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, merupakan salah satu bidang organisasi

yang berada dalam lingkungan Pemkot Surakarta. Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, terbentuk pada bulan Januari 2009, setelah sebelumnya tugas dan wewenang

yang saat ini dilakukan oleh Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, dilaksanakan oleh

Bagian Pemerintahan Umum Setda Kota Surakarta dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Surakarta9.

Seiring berjalannya waktu dan semakin pesatnya perkembangan kota Surakarta

sebagai kota yang maju dewasa ini, volume pekerjaan yang berhubungan terkait

kerjasama dengan lembaga pemerintah maupun non-pemerintah, baik dalam maupun

luar negeri, semakin bertambah banyak, hal ini memaksa dikeluarkannya Peraturan

Walikota Surakarta Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan

Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Surakarta, Bagian Kerjasama dibentuk untuk

melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kerjasama. Adapun dalam

pelaksanaannya, Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dibagi menjadi dua Sub

Bagian, yakni Sub Bagian Kerjasama Dalam Negeri dan Sub Bagian Kerjasama Luar

Negeri.

Dewasa ini, Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta pun semakin giat dalam

melaksanakan tugas operasional serta menjalin kemitraan dengan berbagai pihak demi

terciptanya optimalisasi pengembangan Kota Surakarta yang lebih baik. Tercatat

berbagai kemitraan telah dijalin oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui Bagian
9
Pemerintah Kota Surakarta, Data Kerjasama Daerah Kota Surakarta Tahun 2015, Loc. Cit.

8
Kerjasama Setda Kota Surakarta baik dengan instansi pemerintahan maupun non-

pemerintahan; dalam dan luar negeri. Disamping itu, Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta juga turut menjalin kerjasama, dengan berbagai macam instansi pendidikan

dan juga perguruan tinggi guna mengembangkan berbagai macam aspek tata kelola yang

ada di Kota Surakarta10.

Kegiatan operasional Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta juga semakin

diperkuat dengan adanya Badan Kerjasama Antar Daerah (BKAD)

SUBOSUKOWONOSTRATEN; dimana dalam hal ini, tiap kota yang menjadi anggota

didalamnya mencakup Kabupaten Klaten, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Boyolali dan

kota Surakarta; secara berkala mengirimkan perwakilanya guna mendiskusikan rencana

kegiatan bersama dalam memajukan seluruh kawasan yang ada di wilayah Solo Raya11.

2.1.1. Dasar Hukum Struktur Bagian Kerjasama Sekretaris Daerah Kota

Surakarta

Adapun dasar hukum berjalannya kegiatan operasional Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta, antara lain:

1. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2011 tentang

Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta.

2. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penjabaran

Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Surakarta.

10
Ibid.
11
Ibid.

9
2.1.2. Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Bagian Kerjasama Sekretaris Daerah

Kota Surakarta

a) Tugas Pokok Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

Menyusun penyusunan kebijakan pemerintah daerah,

pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah, pelaksanaan dan

pelayanan administrasi, pembinaan serta fasilitasi, pemantauan, evaluasi

dan pelaporan kebijakan pemerintahan daerah di bidang kerjasama.

b) Fungsi Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

1. Perumusan kebijakan pemerintahan daerah di bidang kerjasama;

2. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas di bidang kerjasama;

3. Pelaksanaan sebagian urusan bidang kerjasama;

4. Pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan pemerintahan daerah di

bidang kerjasama;

5. Pelaksanaan dan pelayanan administrasi dan teknis bidang

kerjasama;

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Pemerintahan

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

c) Tugas Sub Bagian Kerjasama Dalam Negeri

1. Penyiapan perumusan kebijakan pemerintah daerah;

2. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah;

3. Pembinaan dan fasilitasi serta pemantauan, evaluasi pelaksanaan

kebijakan pemerintahan daerah di bidang kerjasama pemerintah

daerah dengan lembaga pemerintah dalam negeri, kerjasama

pemerintah daerah dengan lembaga non-pemerintah dalam negeri.

10
d) Tugas Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri

1. Penyiapan perumusan kebijakan pemerintah daerah;

2. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah;

3. Pembinaan dan fasilitasi serta pemantauan, evaluasi pelaksanaan

kebijakan pemerintah daerah di bidang kerjasama pemerintah

daerah dengan lembaga pemerintah luar negeri serta kerjasama

pemerintah daerah dengan lembaga non-pemerintah di luar negeri.

2.1.3. Struktur Organisasi Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

Adapun struktur organisasi Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta adalah

sebagai berikut:

SEKRETARIS DAERAH

ASISTEN ASISTEN ADMINISTRASI ASISTEN PEREKONOMIAN


PEMERINTAHAN PEMBANGUNAN & KESRA

BAGIAN KERJASAMA

SUB BAGIAN KERJASAMA


DALAM NEGERI*

SUB BAGIAN KERJASAMA


LUAR NEGERI*

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

Sumber: Papan Bagan Struktur Organisasi Setda Kota Surakarta

*Posisi penulis melaksanakan kegiatan PKN

11
Bagian kerjasama Setda Surakarta, bekerja dibawah naungan badan/

departemen Sekretaris Daerah Kota Surakarta yang masih menjadi bagian dari

lingkup Pemerintahan Kota Surakarta. Dipimpin oleh Ibu Dra. Sri Wirasti, MM;

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta menaungi Tugas Pokok dan Fungsi yang

berkenaan dengan kerjasama Pemkot Surakarta. Ibu Wirasti selaku Kepala

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dibantu oleh dua Sub bidang yang ada di

dalamnya, yakni Sub Bagian Kerjasama Dalam Negeri yang diketuai oleh Ibu

Dyah Tri Mulatsih Handayani; serta Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri yang

diketuai oleh Ibu Rini Indriyani12.

Selain itu terdapat pula pegawai dan staff lainnya yang turut membantu

jalannya kegiatan yang berlangsung di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

sebanyak delapan orang. Adapun nama-nama pegawai Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta sebagaimana terlampir (Lampiran 24).

Dalam masa pelaksanaan PKN penulis, struktur organisasi dan komposisi

pegawai yang ada di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, sempat mengalami

perubahan karena adanya kebijakan mutasi. Kepala Sub Bagian Kerjasama

Dalam Negeri yang semula dijabat oleh Ibu Dyah Tri Mulatsih Handayani

digantikan oleh Ibu Tri Idayati, yang sebelumnya bertugas sebagai Sekretaris

Kelurahan. Serta salah satu pegawai Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta atas

nama Mardi, juga dipindah tugaskan sebagai Lurah disalah satu kantor kelurahan

di Kota Surakarta. Hal tersebut membuat sedikit berpengaruh pada kinerja

pegawai Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, karena harus kembali

12
Wawancara dengan Kepala Bagian Kerjasama Luar Negeri Setda Kota Surakarta. Pada tanggal 5 Agustus
2017.

12
menyesuaikan diri antar satu sama lain dengan pimpinan yang baru dan jumlah

personil pegawai yang berkurang satu.

Posisi penulis dalam melaksanakan kegiatan PKN adalah pada Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta. Dalam hal ini, penulis berkesempatan untuk

membantu jalannya aktivitas yang ada di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

baik terkait dengan kerjasama dalam negeri maupun kerjasama luar negeri,

namun tetap yang menjadi fokus utama penulis dalam melaksanaan PKN adalah

kegiatan yang berkenaan dengan kerjasama luar negeri di Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta.

2.2 Deskripsi Kegiatan Praktik Kerja Nyata (PKN)

Dalam melaksanakan kegiatan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, tidak ada istilah resmi yang disematkan kepada penulis selaku pelaksana

PKN. Adapun pihak-pihak yang kerap melaksanakan PKN di Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta sangatlah bervariatif, mulai dari siswa-siswi SMA/ SMK/

Sederajat, hingga mahasiswa dari berbagai universitas dan juga konsenterasi studi

yang beragam.

2.2.1 Deskripsi Kegiatan Harian

Kegiatan harian penulis dalam melaksanakan PKN di Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, berlangsung selama 29 hari efektif kerja

terhitung sejak tanggal 1 Agustus sampai 12 September 2017. Hari kerja aktif

yang berlaku sesuai dengan aturan dinas kepegawaian Balaikota Surakarta

adalah pada hari Senin hingga Jum’at dengan jam operasional kerja adalah

13
pukul 07.30 – 15.00 WIB untuk hari Senin hingga Kamis; dan 07.00 – 11.30

WIB untuk hari Jum’at, yang dijadwalkan memiliki agenda tetap yakni senam

pagi bersama dan ibadah sholat Jum’at bersama. Jadwal operasional tersebut

dapat berubah secara kondisional disesuaikan dengan peringatan hari besar

maupun agenda lainnya yang ada dalam pelaksanaan aktivitas di lingkungan

Pemkot Surakarta.

Penulis melaksanakan kegiatan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta dengan mengacu pada bimbingan dari Ibu Rini Indriyani, selaku

Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri, Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta. Apabila Ibu Rini selaku pembimbing berhalangan hadir, maka

tanggung jawab penuh atas bimbingan peserta PKN di Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta, dilimpahkan kepada Staff Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta lainnya yang hadir di tempat.

Dresscode atau pakaian yang harus dikenakan oleh penulis dalam

melaksanakan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta adalah ‘Bebas-

Sopan’ yang lebih mengacu pada penggunaan celana kain warna gelap

panjang dan dipadukan dengan kemeja ataupun batik serta bersepatu. Khusus

untuk hari Jum’at, penulis diperkenankan untuk menggunakan pakaian

olahraga, mengingat adanya agenda rutin olahraga bersama yang diadakan

setiap hari Jum’at pagi di lapangan upacara Komplek Balaikota Surakarta.

Adapun seluruh kegiatan penulis selama melaksanakan kegiatan PKN

di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta terangkum dalam tabel kegiatan

berikut:

14
NO HARI/ TANGGAL DESKRIPSI KEGIATAN

1 Selasa, 1 Agustus 1. Perkenalan staf Bagian Kerjasama;


2017
2. Menerjemahkan surat keluar Bahasa
Indonesia ke Bahasa Inggris dari
Sekretariat Daerah Kota Surakarta
kepada Kepala Science and Technology
Office Kedutaan Besar PRC untuk RI di
Jakarta terkait kerjasama sister city Kota
Surakarta dan Kota Xi’an melalui Solo
Technopark dan Technopark di Kota
Xi’an;

3. Menginput surat masuk kepada Bagian


Kerjasama:

4. Menerjemahkan dan merevisi


tejermahan sebelumnya, surat masuk
Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dari
Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC
kepada Walikota Surakarta perihal
undangan “Workshop for Thought
Leaders: Innovation in Urban
Transportation for the Future City”
yang akan dilaksanakan di Guangzhou,
China pada tanggal 30 Oktober – 3
November 2017.
2 Rabu, 2 Agustus 1. Menginput surat masuk kepada Bagian
2017 Kerjasama Setda Kota Surakarta

2. Menerjemahkan surat keluar dari


Sekretaris Kota Surakarta kepada
Pemerintah Kota Xi’an perihal
pengajuan permohonan fasilitas dan
dukungan Letter of Intent kerjasama
Techno Park Solo dan Xi’an;

3. Menginput surat keluar dan nota dinas


dari Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta.
3 Kamis, 3 Agustus 1. Menerjemahkan surat undangan
2017 “Climate Change Leadership Program
Workshop for a Better, Greener, Smarter

15
toward Resilient City” pada tanggal 28-
30 Agustus 2017 di Jakarta kepada
Walikota Surakarta dari UCLG ASPAC,
CityNet dan Jakarta Research Council;

2. Menginput surat masuk Bagian


Kerjasama Setda Kota Surakarta

3. Menginput surat keluar Bagian


Kerjasama Setda Kota Surakarta
4 Jum’at, 4 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat
2017 masuk Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta.

2. Mengikuti kegiatan olahraga bersama


rutin yang diselenggarakan di lapangan
upacara Pendhapi Gedhe Balaikota
Surakarta
5 Senin, 7 Agustu 1. Menjadi notulen dalam Rapat
2017 Koordinasi Kesepakatan Bersama antara
Pemerintah Kota dengan RS PKU
Muhammadiyah di Ruang Rapat
Kerjasama pukul 09.30 – 10.30 WIB.

2. Mencatat dan mengagendakan surat


masuk Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta
6 Selasa, 8 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat
2017 masuk berupa undangan dari Walikota
Surakarta untuk menghadiri acara
“Peresmian Museum Keris Nusantara
Kota Surakarta oleh Presiden Republik
Indonesia” pada tanggal 9 Agustus 2017
di Museum Keris Indonesia.

7 Rabu, 9 Agustus 1. Menghadiri dan menonton lomba balap


2017 karung dan tarik tambang yang diikuti
oleh staf di lingkungan Pemkot
Surakarta dalam rangka Peringatan HUT
Proklamasi Kemerdekaan ke-72 RI
tahun 2017 pada pukul 07.30 – 09.00
WIB;

2. Menjadi notulen dalam rapat dengan

16
agenda “Pembahasan Awal Penyusunan
Naskah Akademik (NA) dan Raperda
Kerjasama Daerah” di Ruang Rapat
Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta
pada pukul 09.00 – 11.00 WIB;

3. Mencatat dan mengagendakan surat


masuk Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta.

8 Kamis, 10 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta:

2. Menerjemahkan undagan dari UCLG


ASPAC berupa undangan Workshop
“Penyeragaman Kerangka Kerja Sendai
untuk Pengurangan Resiko Bencana
(The Sendai Framework for Disaster
Risk Reduction / SFDRR) 2015-2030 dan
berpartisipasi dalam implementasi dan
penilaian SFDRR di kawasan Asia
Pasifik pada 24-25 Agustus 2017 di
Jakarta”.

9 Jum’at 11 Agustus 1. Mengikuti senam bersama dan jalan


2017 sehat dalam rangka Peringatan HUT
Proklamasi Kemerdekaan ke-72 RI
tahun 2017 di Halaman Balaikota
Surakarta;

2. Mencatat dan mengagendakan surat


masuk Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta.

10 Senin, 14 Agustus 1. Membantu mengagendakan surat keluar


2017 dari Bagian Kerjasama Setda Surakarta

2. Mencatat dan mengagendakan surat


masuk Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta.

11 Selasa, 15 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta

17
12 Rabu, 16 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat
2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta.
13 Jum’at 18 Agustus 1. Mengikuti senam pagi di Halaman
2017 Balaikota Surakarta;

2. Mencatat dan mengagendakan surat


masuk Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta

3. Menjadi Operator dalam acara rutin


Dharma Wanita Sekertaris Daerah
Pemerintah Kota Surakarta.

14 Senin, 21 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta
15 Selasa, 22 Agustus 1. Merangkum dan menerjemahkan:
2017
 Information of Policies and Measures
on Preservation of the Heritage;

 General Information about


Surakarta;

2. Mencatat dan mengagendakan surat


masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta:

3. Mengirim dan Menerima Fax dari kota


Xi’an, RRT untuk keikutsertaan
congress eco-mobile city transport.

16 Rabu, 23 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta:

17 Kamis, 24 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta

18 Jum’at, 25 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta:

19 Senin, 28 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama

18
Setda Kota Surakarta:

2. Menerjemahkan surat undangan dan


formulir keikutsertaan International
Future City (IFC) Exhibition, yang akan
diselenggarakan pada tanggal 14
September 2017 di Indonesia Covention
Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang,
Banten.

20 Selasa, 29 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta:

2. Menjadi notulen:

 Rapat Koordinasi Tim Monitoring


dan Evaluasi (Monev) Kerjasama
Daerah Pemerintah Kota Surakarta
Terkait Persiapan Monitoring,
Evaluasi dan Pelaporan Kerjasama
Daerah Tahun 2016

 Rapat Koordinasi Persiapan FGD


Inventarisasi Permasalahan Wilayah
Regional
SUBOSUKAWONOSRATEN
Tahun 2017

21 Rabu, 30 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta

22 Kamis, 31 Agustus 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta

23 Senin, 4 September 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta:

2. Menghadiri dan menjadi notulen dalam


rapat dengan agenda “Koordinasi
Membahas Rencana Perjanjian
Kerjasama sebagai Tindaklanjut
Kesepakatan Bersama Antara
Pemerintah Kota Surakarta dengan

19
Pemerintah Kabupaten Bogor” pada
pukul 10.00 - 11.00 WIB di Ruang
Rapat Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta. Dalam rapat, dibahas
mengenai beberapa dinas yang belum
memiliki konsep untuk dikerjasamakan.

24 Selasa, 5 September 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta:

25 Rabu, 6 September 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta:

2. Menjadi driver dalam pengambilan


berkas BKAD
SUBOSUKOWONOSRATEN di Hotel
Fave Solo

3. Membantu inventarisasi belanja ATK


BKAD SUBOSUKOWONOSRATEN
bersama Staff Bagian Kerjasama Setda
Kota Surakarta

26 Kamis, 7 September 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta:

27 Jum’at, 8 September 1. Mencatat dan mengagendakan surat


2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta:

2. Mengikuti olahraga bersama di


Lapangan Setda Kota Surakarta

28 Senin, 11 September IZIN SAKIT


2017

29 Selasa, 12 1. Mencatat dan mengagendakan surat


September 2017 masuk dan keluar Bagian Kerjasama
Setda Kota Surakarta:

2. Mengikuti kegiatan Makan dan


Syukuran bersama Staff Bagian
Organisasi Setda Kota Surakarta

20
3. Menerjemahkan surat dari UCLG
ASPAC mengenai konferensi kota
budaya di Solo pada bulan November
mendatang

4. Menjadi Notulen Rapat:

 Pembahasan Persiapan FGD


Inventarisasi Potensi Bidang-bidang
yang dapat dikerjasamakan

 Pembahasan Tugas TKKSD dalam


FGD

2.2.2 Penjelasan Kegiatan PKN

2.2.2.1 Kegiatan Utama

Berikut adalah penjabaran mengenai Kegiatan Utama yang dilakukan oleh

penulis selama melaksanakan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta:

a. Menerjemahkan Surat dan Lampirannya

Selama melaksanakan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta,

panulis kerap kali ditugaskan untuk menerjemahkan dan merangkum beberapa

surat masuk dan surat keluar Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta maupun

artikel yang berkenaan dengan pelaksanaan kerja yang ada di Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta. Hal ini dikarenakan pegawai yang ada di

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta kekurangan tenaga intrepreter atau

penerjemah yang dapat memahami isi surat maupun dokumen lampirannya

apabila ditulis dengan menggunakan bahasa Inggris. Hanya ada dua pegawai

di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta yang mampu berbahasa Inggris

dengan fasih, yaitu Ibu Erina selaku staff Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta yang merupakan lulusan Program Studi Hubungan Internasional


21
Universitas Negeri Jember; dan juga Ibu Rini selaku Kepala Sub Bagian

Kerjasama Luar Negeri, Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta yang

memang sudah mahir berbahasa Inggris karena merupakan sosok dengan latar

belakang ilmu Perhotelan dan pernah menjadi seorang manager salah satu

hotel di Surakarta. Hal ini kemudian membuat penulis ditugaskan untuk

membantu proses penerjemahan surat-surat yang ada di Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta, baik surat masuk mapun surat keluar. Waktu pengerjaan

dalam menerjemahkan surat maupun dokumen yang ada di Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta, biasanya adalah satu hari kerja, namun kerap kali

penulis dapat menyelesaikan tugas tersebut hanya dalam hitungan jam,

mengingat padatnya kegiatan yang ada di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, sehingga setiap tugas yang diberikan kepada penulis diharapkan

dapat diselesaikan secepat mungkin sebelum deadline yang telah ditentukan.

Adapun surat maupun artikel yang telah penulis terjemahkan sebagai berikut:

1. Surat Keluar dari Sekretariat Daerah Kota Surakarta kepada

Kepala Science and Technology Office Kedutaan Besar PRC

untuk RI di Jakarta terkait Kerjasama Sister city Kota Surakarta

dan Kota Xi’an

Pada tanggal 1 Agustus 2017 lalu, tepatnya pada hari pertama

penulis melaksanakan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, penulis ditugaskan untuk menterjemahkan surat keluar dari

Setda Kota Surakarta kepada Kepala Science and Technology Office,

Kedutaan Besar PRC untuk RI di Jakarta. Surat ini adalah perihal

tindak lanjut kerjasama Sister city antara Kota Surakarta (Indonesia)

dan juga Kota Xi’an (Tiongkok), dimana bentuk kerjasama yang

22
sedang menjadi fokus kajian ialah terkait tindaklanjut dari kunjungan

Science and Technology Office (S&T Office) Kedutaan Besar PRC

untuk RI ke Surakarta pada tanggal 17 Juli 2017 silam.

Kunjungan tersebut, dilakukan dalam rangka mendukung

program kerjasama Sister city antara Pemerintah Kota Surakarta

dengan Pemerintah Kota Xi’an yang telah mencapai tahap

penandatanganan Letter of Intent (LoI) pada tanggal 25 September

2015 lalu.

Adapun surat yang penulis terjemahkan ini, berisi mengenai

permohonan fasilitasi untuk mendorong kerjasama Technopark pada

kedua belah pihak yakni antara Solo Technopark dengan Technopark

di Kota Xi’an. Fasilitasi ini juga dilakukan dengan tujuan agar dapat

mengembangkan dan meningkatkan kompetensi serta R&D kedua

pihak.

Penulis kemudian melakukan proses penerjemahan surat

tersebut dengan menggunakan bantuan kamus bahasa Inggris yang

tersedia di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta untuk beberapa

kata maupun kalimat yang sukar penulis pahami dan intrepretasikan

kedalam bahasa Indonesia. Penulis melakukan proses penerjemahan

surat ini dalam kurun waktu kurang lebih dua jam, seraya tetap

mengerjakan tugas lainnya yang diberikan kepada penulis seperti

menerima fax, mengagendakan surat masuk dan lain-lain. Setelah

proses menterjemahkan sudah selesai penulis lakukan, hasil terjemahan

surat tersebut penulis serahkan kepada Ibu Rini selaku Kepala Sub

23
Bagian Kerjasama Luar Negeri, yang memang berkewenangan terkait

surat tersebut. Ibu Rini kemudian melakukan proses validasi dan

koreksi terhadap hasil terjemahan yang dilakukan oleh penulis,

sebelum akhirnya diserahkan kepada Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta untuk ditanda tangani dan diserahkan

kepada Asisten Walikota untuk meminta persetujuan dan

penandatanganan surat tersebut; kemudian dikirimkan kepada Kepala

Science and Technology Office, Kedutaan Besar PRC untuk RI di

Jakarta melalui fax.

2. Surat Masuk dari Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC kepada

Walikota Surakarta perihal undangan “Workshop for Thought

Leaders: Innovation in Urban Transportation for the Future City”

yang akan dilaksanakan di Guangzhou, Tiongkok

Pada hari pertama pula, penulis ditugaskan untuk

menerjemahkan surat undangan yang datang dari UCLG ASPAC

perihal acara “Workshop for Thought Leaders: Innovation in Urban

Transportation for the Future City” yang akan dilaksanakan pada 30

Oktober hingga 3 November 2017 di Guangzhou, Tiongkok. Acara

tersebut nantinya akan berfokus mengembangkan sistem transportasi

dan mobilitas yang inovatif dan efektif di kota-kota besar yang

tergabung kedalam UCLG ASPAC.

Bedasarkan pemaparan yang tertuang dalam lampiran surat

undangan UCLG ASPAC kepada Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta tersebut, diterangkan bahwa tema mengenai sistem

24
transportasi dan mobilitas perkotaan, diambil sebagai bahasan

mengingat hal tersebut menjadi salah satu kunci utama dalam

terciptanya perkembangan tata kota dan kesejahteraan rakyat.

Dalam guide line yang diberikan sebagai lampiran dari

undangan tersebut, UCLG ASPAC juga menjabarkan salah satu contoh

nyata kota besar yang dinilai telah memiliki sistem transportasi dan

mobilitas yang baik, yakni kota Guangzhou, untuk itu melalui

pertemuan ini, UCLG ASPAC memberikan wadah bagi kota-kota lain

di kawasan Asia Pasifik untuk dapat saling berbagi pengalaman dan

pembelajaran terkait topik tersebut untuk dapat diimplementasikan

kedalam kebijakan kota masing-masing nantinya.

Melalui surat undangan tersebut, UCLG ASPAC juga secara

khusus mengundanng Pemerintah Kota Surakarta untuk dapat hadir

dalam pertemuan di Guangzhou nantinya, mengingat Pemerintah Kota

Surakarta juga telah hadir pada acara ‘Training on Sustainable Urban

Mobility’ di Seoul, Korea pada tahun 2015 silam yang juga diadakan

oleh UCLG ASPAC. UCLG ASPAC juga secara khusus mengundang

Pemerintah Kota Surakarta untuk hadir sebagai salah satu ‘member

senior’ yang telah tergabung dalam forum lokal ‘Government

Transport Officer’ yang dibentuk di kota Salatiga pada bulan Maret

2016 silam.

Penulis melakukan proses penerjemahan surat ini, setelah

penulis menyelesaikan proses penerjemahan surat sebelumnya, yakni

surat keluar Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, kepada Kepala

25
Science and Technology Office, Kedutaan Besar PRC untuk RI di

Jakarta. Durasi yang dibutuhkan oleh penulis untuk menyelesaikan

tugas penerjemahan ini adalah kurang lebih dua jam, megingat

banyaknya lampiran yang harus penulis terjemahkan pula dalam surat

tesebut dan pelaksanaan tugas perbantuan lainnya yang harus penulis

lakukan bersamaan dengan proses penerjemahan.

Setelah surat ini selesai penulis terjemahkan, penulis langsung

menyerahkan hasil terjemahan tersebut beserta dokumen aslinya

kepada Ibu Rini selaku Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri,

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta yang memang berkewenangan

terkait surat tersebut. Setelah surat dinyatakan aman dan tidak terdapat

hal yang perlu direvisi dari hasil terjemahan yang dilakukan oleh

penulis, surat tersebut dikembalikan kepada penulis untuk diberikan

lembar Disposisi di bagian depan suratnya. Surat yang sudah diberikan

lembar Disposisi beserta hasil terjemahannya tersebut kemudian

diserahkan kepada Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakata untuk ditindaklanjuti. Dari hasil Disposisi yang tertera

pada surat tersebut, penulis melihat bahwa Ibu Wirasti meminta kepada

Ibu Rini untuk mempersiapkan berkas yang diperlukan untuk

menghadiri undangan tersebut sebelum akhirnya dikomunikasikan

kepada Walikota Surakarta melalui Asisten Walikota terkait

mekanisme teknis keberangkatannya.

26
3. Surat Keluar dari Sekretaris Daerah Kota Surakarta kepada

Pemerintah Kota Xi’an perihal Pengajuan Permohonan Fasilitas

dan Dukungan Kerjasama Techno Park Solo dan Xi’an

Pada hari kedua penulis melaksanakan PKN di Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, tepatnya pada tanggal 2 Agustus

2017, penulis kembali ditugaskan untuk menerjemahkan surat keluar

dari Setda Kota Surakarta kepada Pemerintah Kota Xi’an, Tiongkok.

Surat tersebut masih berisi seputar permohonan fasilitasi dalam rangka

tindak lanjut kerjasama antara Kota Solo dan Kota Xi’an terkait

pengembangan Solo Technopark. Isi surat tersebut memiliki substansi

yang kurang lebih sama dengan surat sebelumnya yang ditujukan

kepada Kepala S&T Office Kedutaan Besar PRC untuk RI.

Surat ini merupakan surat lanjutan terkait hal yang sama

kepada Kepala Science and Technology Office, Kedutaan Besar PRC

untuk RI di Jakarta, namun kali ini langsung ditujukan kepada

Pemerintah Kota Xi’an, Tiongkok sebagai subjek utama dalam

kerjasama Sister City antara Kota Surakarta dengan Kota Xi’an.

Penulis melakukan proses penerjemahan surat ini dengan durasi

pengerjaan kurang dari satu jam, dikarenakan pada hari itu tidak

banyak tugas selingan lainnya yang harus dilakukan penulis. Penulis

melakukan proses penerjemahan dengan bantuan kamus bahasa Inggris

yang tersedia di ruang kerja Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

Setelah surat selesai penulis terjemahkan, hasil terjemahan tersebut

penulis serahkan kepada Ibu Erina selaku staff yang juga

27
berkewenangan terkait surat keluar tersebut. Setalah melalui proses

revisi dari Ibu Erina, surat tersebut dicetak dengan menggunakan

kertas kop Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dan diserahkan

kepada Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta untuk ditanda tangani.

Setelah ditanda tangani dan diberikan cap stampel Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, surat tersebut kemudian dilimpahkan

kepada Asisten Walikota untuk diteruskan kepada Walikota Surakarta

dan ditandatangani dan dikirimkan kepada Pemerintah Kota Xi’an

melalui Fax.

4. Surat Undangan “Climate Change Leadership Program Workshop

for a Better, Greener, Smarter toward Resilient City” kepada

Walikota Surakarta dari UCLG ASPAC (Lampiran 6)

Berlanjut pada hari ketiga pelaksanaan PKN oleh penulis,

penulis ditugaskan untuk menerjemahkan undangan dari UCLG

ASPAC mengenai Workshop “Climate Change Leadership Program

Workshop for a Better, Greener, Smarter toward Resilient City” yang

akan dilangsungkan pada 28-30 Agustus 2017 di Jakarta, Indonesia.

Pertemuan tersebut akan berfokus pada pelatihan para

pemimpin kota yang ada di Indonesia dalam memberikan atensi khusus

melalui kebijakan lokal yang dilakukan dalam mengatasi perubahan

iklim yang sudah dan masih terjadi sebagai sebuah fenomena global.

28
UCLG ASPAC sebagai penyelenggara kegiatan, mengharapkan

melalui pertemuan ini, nantinya akan tercipta pelaksanaan tata kota

yang lebih baik, tanggap bencana, maju serta berwawasan lingkungan.

UCLG ASPAC pun menyatakan bahwa pertemuan ini nantinya

bertujuan agar para pemimpin kota di Indonesia dapat meningkatkan

kompetensinya dalam menciptakan iklim lingkungan yang lebih

rendah kadar karbonnya.

Penulis kembali melakukan proses penerjemahan terhadap surat

masuk tersebut dengan durasi pengerjaan selama kurang labih satu

jam. Dengan dibantu penggunaan kamus bahasa Inggris yang terdapat

di ruang kerja Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, penulis

berusaha untuk menginterpretasikan makna pesan yang terdapat disurat

tersebut kedalam bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah dan mempercepat proses tindak lanjut terhadap surat

tersebut nantinya oleh Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta.

Setelah menyelesaikan proses penerjemahan, penulis

memberikan hasil terjemahan surat undangan tersebut kepada Ibu

Wirasti selaku Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri untuk di

koreksi terlebih dahulu sebelum akhirnya dikembalikan kepada penulis

guna diberikan lembar disposisi dan diserahkan kepada Kepala Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta agar ditindak lanjuti.

Berdasarkan penglihatan penulis terhadap lembar disposisi

yang ada pada surat tersebut. Surat itu akhirnya dilimpahkan kepada

29
Ibu Rini, selaku Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri. Ibu

Wirasti meminta kepada Ibu Rini untuk mempersiapkan pemberkasan

yang dibutuhkan sebelum nantinya ditentukan siapa yang akan

menghadiri undangan tersebut setelah Ibu Wirasti berkoordinasi

dengan Walikota Surakarta terlebih dahulu.

5. Surat Undangan “Workshop for Mainstreaming the Sendai

Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) 2015 – 2030 and

Participate in Asia Pacific’s Regional Implementation and

Assessment of SFDRR on 24-25 August 2017 in Jakarta” dari

UCLG ASPAC (Lampiran 4)

Pada hari Kamis, 10 Agustus 2017, penulis memasuki minggu

kedua pelaksanaan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

Penulis mengawali kegiatan pada hari tersebut dengan menerjemahkan

surat undangan yang kembali berasal dari UCLG ASPAC perihal acara

surat undangan dari UCLG ASPAC mengenai acara “Workshop for

Mainstreaming the Sendai Framework for Disaster Risk Reduction

(SFDRR) 2015 – 2030 and Participate in Asia Pacific’s Regional

Implementation and Assessment of SFDRR on 24-25 August 2017 in

Jakarta”.

Kali ini UCLG ASPAC menggandeng United Nations for

Disaster Risk Reduction (UNISDR) dalam mempromosikan Disaster

Risk Reduction/DRR (program Pengurangan Resiko Bencana) dan

Kota Tahan Bencana kepada para pemimpin kota dan juga stakeholder

terkait lainnya.

30
Pertemuan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas

beberapa pemerintah daerah di kawasan Asia Pasifik dalam hal

pengurangan dan manajemen resiko bencana serta mempengaruhi

penyeragaman kebijakan dan strategi program DRR pada tataran lokal.

Pertemuan ini sejatinya ditujukan bagi lima Negara rawan

bencana di kawasan Asia Pasifik berdasarkan pada Sendai Framework

pada AMCDRR ke-6 yang diadakan di New Delhi, India; dan salah

satu Negara rawan bencana tersebut adalah Indonesia. Acara ini juga

nantinya akan melibatkan partisipasi dari Badan Penanggulangan

Bencada Daerah (BPBD) sebagai lembaga yang mempunyai otoritas

dalam bidang kebencanaan di tingkat lokal, agar dapat mencapai goal

dari adanya pertemuan ini, yaitu menyeragamkan SFDRR di tingkat

daerah se-Indonesia.

Penulis melakukan tugas untuk menerjemahkan surat undangan

ini pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB dimana para pegawai

lingkungan Pemkot Surakarta baru saja akan melaksanakan apel pagi

di lapangan Balaikota Surakarta, sedangkan prosesi apel tersebut

memang tidak diwajibkan bagi pegawai magang seperti penulis. Proses

penerjemahan memakan waktu kurang dari satu jam, hal ini lebih cepat

dari proses penerjemahan surat-surat sebelumnya, karena tugas

penerjemahan surat kali ini diberikan pada pagi hari ketika aktivitas di

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta belum terlalu padat sehingga

penulis dapat berfokus untuk menerjemahkan tanpa diselingi

pelaksanaan tugas lainnya.

31
Setelah proses penerjemahan selesai dilakukan, penulis

memberikan hasil terjemahan tersebut kepada Ibu Erina selaku staff

yang juga berkewenangan terkait surat tersebut, mengingat pada saat

itu Ibu Rini selaku Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri belum

hadir di tempat. Ibu Erina, menyatakan bahwa interpretasi yang penulis

jabarkan dalam terjemahan yang dilakukan penulis sudah sesuai

dengan apa yang termuat dalam surat tersebut, sehingga Ibu Erina

meminta kepada penulis untuk langsung memberikan lembar disposisi

pada halaman depan surat tersebut sebelum akhirnya di berikan kepada

Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

untuk ditindak lanjuti.

Setelah Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta menindaklanjuti surat tersebut melalui lembar disposisi

yang sudah penulis lampirkan pada surat tersebut bersamaan dengan

hasil terjemahannya, surat tersebut kemudian dilimpahkan kepada Ibu

Rini selaku Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri untuk

dipersiapkan berkas terkait yang dibutuhkan sebelum menghadiri

pertemuan tersebut.

6. Surat Rencana Kegiatan UCLG ASPAC ke Kota Surakarta pada

bulan November 2017

Pada hari terakhir pelaksanaan PKN, penulis ditugaskan untuk

menerjemahkan surat rencana kegiatan ‘Peer-Learning Workshop and

Public Forum on Cultural Strategy Development Surakarta (Solo)

City, Indonesia 23-24 November 2017’.

32
Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa nantinya kota Surakarta

akan bertindak selaku tuan rumah pelaksana kegiatan. Kota Surakarta

dipilih karena kota Surakarta adalah salah satu member UCLG

ASPAC yang menjadi pendiri Culture Committee, dengan

berkomitmen pada pengimplementasian kebijakan dan program

strategis mengenai kebudayaan secara berkelanjutan.

Berdasarkan penjabaran dari guide line yang terlampir,

kegiatan tersebut nantinya akan berbentuk Workshop dan juga diskusi

publik. Workshop dilaksanakan dengan target peserta adalah para ahli

dan tamu undangan dari kota lain serta praktisi yang telah

berpengalaman dalam menciptakan dan mengimplementasikan

Rencana Strategi Kebudayaan; sedangkan diskusi publik akan dibuka

bagi umum agar seluruh stakeholder dan lapisan masyarakat dapat

saling bersinergi dalam mewujudkan dan mempromosikan pelestarian

budaya secara berkelanjutan.

UCLG ASPAC secara ringkas menyatakan bahwa nantinya,

tujuan kegiatan ini adalah untuk mempromosikan dan meningkatkan

partisipasi aktif kota-kota di kawasan Asia Pasifik terutama bagi

pemerintah lokal mengenai kebudayaan sebagai pilar pembangunan

berkelanjutan, serta mendorong pemerintah lokal untuk

mengintegrasikan rencana pengembangan kebudayaan pada sektor

lokal demi meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat

dimasa mendatang.

33
Penulis kemudian melakukan proses penerjemahan terhadap

surat tersebut sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Ibu Rini selaku

Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri. Dengan durasi pengerjaan

kurang lebih satu jam tiga puluh menit, penulis akhirnya berhasil

menerjemahkan surat tersebut beserta lampirannya setelah diselingi

dengan pengerjaan tugas administratif lainnya berupa mengantarkan

surat kepada Asisten Walikota dan juga mengagendakan surat masuk

dan keluar lainnya yang ada di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

pada hari itu. Penulis kemudian memberikan hasil terjemahannya

kepada Ibu Rini untuk dikoreksi terlebih dahulu, dan Ibu Rini

menyatakan tidak ada muatan terjemahan yang harus direvisi sehingga

dapat langsung diberikan lembar disposisi oleh penulis dan langsung

diberikan kepada Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta untuk ditindaklanjuti.

Pada jam akhir sebelum kepulangan penulis dari Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta hari itu, surat rencana kegiatan ‘Peer-

Learning Workshop and Public Forum on Cultural Strategy

Development Surakarta (Solo) City, Indonesia 23-24 November 2017’

yang telah penulis terjemahkan sebelumnya, telah selesai ditindak

lanjuti oleh Ibu Wirasti dan langsung dilimpahkan kepada Ibu Rini

selaku Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri untuk segera

mengadakan rapat koordinasi terlebih dahulu dengan pihak UCLG

ASPAC terkait teknis pelaksanaan kegiatan tersebut nantinya.

34
b. Membuat Artikel tentang Gambaran Umum Kota Surakarta

Selama proses pelaksanaan PKN, penulis juga turut memberikan

sumbangsih kontribusinya melalui pembuatan artikel yang berkenaan dengan

gambaran umum Kota Surakarta. Menurut pemaparan Ibu Erina selaku staff

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, artikel tersebut nantinya akan

menjadi data pendukung/ prototype dalam pembuatan booklet profile Kota

Surakarta Tahun 2018. Adapun artikel yang telah penulis buat antara lain:

1. Artikel: “General Information about Surakarta” (Lampiran 3)

Di minggu keempat pelaksanaan PKN, penulis ditugaskan

untuk membuat artikel berjudul ‘General Information about

Surakarta’. Artikel tersbut berisikan tentang resume profil kota

Surakarta secara lengkap dan ringkas dengan mengacu pada Buku

Profil Kota Surakarta Tahun 2016. Artikel ini dibuat dengan

menggunakan dua bahasa yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

sehingga dapat diakses oleh seluruh lapisan kalangan pembaca.

Dalam proses pembuatan artikel ini, penulis memasukan unsur

penjelasan mengenai kondisi geografis dan cuaca, pemerintahan,

masyarakat dan budaya, perdagangan dan pariwisata, investasi,

infrastruktur, perlindungan terhadap lingkungan serta penghargaan

yang berhasil diraih oleh Kota Surakarta.

Berdasarkan pemaparan dari Ibu Erina selaku Staff Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, nantinya artikel ini akan dijadikan

sebagai bahan dasar pembuatan rangkuman profil kota Surakarta yang

dapat diakses oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara melalui

35
web nantinya sehingga mereka akan lebih mudah untuk mengenal,

mencintai dan bahkan berkunjung ke kota Surakarta.

Penulis kemudian mengerjakan tugas tersebut dengan bantuan

rekan magang lainnya serta arahan dari Ibu Erina selaku pemberi

tugas. Setelah penulis selesai melaksanakan proses pembuatan artikel

tersebut, penulis kemudian menyerahkan hasilnya kepada Ibu Erina,

baik artikel dalam format bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris

untuk dikoreksi terlebih dahulu. Ibu Erina kemudian memberi tahu

penulis bahwa ada beberapa poin yang perlu direvisi dari hasil artikel

yang dibuat oleh penulis. Ibu Erina mengatakan bahwa penjabaran

mengenai kondisi geografis wilayah agar lebih dipadatkan dan

meminta penulis agar lebih banyak mengulas mengenai potensi Kota

Surakarta, mengacu pada Buku Profil Kota Surakarta Tahun 2016.

Setelah penulis melaksanakan revisi terkait hal-hal

sebagaimana diminta oleh Ibu Erina selaku staff Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta yang memberikan tugas tersebut, penulis kembali

menyerahkan hasilnya kepada Ibu Erina untuk diperiksa kembali, dan

beliau menyatakan bahwa revisi diterima dan dapat langsung dicetak

kedalam bentuk print-out fisik untuk selanjutnya diarsipkan di kotak

file yang ada di meja Ibu Erina. Setelah penulis mengikuti semua

arahan tersebut, Ibu Erina mengucapkan terimakasih kepada penulis

dan mengatakan bahwa hasil artikel yang penulis buat sebelumnya

akan Ibu Erina gunakan ketika nantinya rapat mengenai pembuatan

Buku Profil Kota Surakarta Tahun 2018 dilaksanakan pada akhir tahun

2017.

36
2. Artikel: “Information of Policies and Measures on Preservation of

the Heritage Surakarta” (Lampiran 2)

Masih pada hari yang sama, setelah penulis melakukan proses

pembuatan artikel ‘General Information about Surakarta’; penulis

ditugaskan kembali untuk membuat artikel singkat berjudul

‘Information of Policies and Measures on Preservation of the

Heritage Surakarta”.

Artikel tersebut mengacu pada artikel sebelumnya dengan

tambahan data melalui dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP)

Surakarta Tahun 2015-2035, yang terdiri dari tujuh bab dan berisikan

mengenai kebijakan dan rencana strategis apa saja yang akan

dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta nantinya. Sesuai dengan

judul, penulis membuat artikel ini dengan menggunakan Bahasa

Inggris, namun juga melampirkan terjemahan dalam Bahasa Indonesia

nya yang langsung diserahkan kepada Ibu Erina selaku Staff Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta yang memberikan tugas tersebut.

Ibu Erina menyampaikan, artikel kedua ini nantinya akan

dijadikan sebagai data tambahan dalam Buku Profil Kota Surakarta

Tahun 2018 yang akan dibuat. Artikel kedua ini dimaksudkan untuk

memberitahu kepada pembaca Buku Profil Kota Surakarta Tahun

2018 nantinya, terkait pencapaian yang telah diraih oleh Kota

Surakarta sebagai salah satu Kota Pusaka Dunia yang tergabung

kedalam OWHC, beserta kendala dan peluang yang juga dimiliki oeh

Kota Surakarta. Artikel ini juga nantinya akan merangkum secara

ringkas dan padat, RAKP Surakarta tahun 2015 – 2030 yang berisikan

37
mengenai langkah-langkah kebijakan apa saja terkait pelestarian aset

warisan kebudayaan di Kota Surakarta yang akan dilakukan selama

beberapa tahun mendatang.

Penulis membutuhkan waktu cukup lama untuk menyelesaikan

tugas ini, dimana tugas ini akhirnya tidak dapat selesai pada hari yang

sama ketika tugas diberikan, sehingga penulis melanjutkan pengerjaan

pembuatan artikel ini pada keesokan harinya. Hal ini disebabkan,

penulis harus memahami terlebih dahulu isi bab per bab dari RAKP

Surakarta tahun 2015 – 2030 yang terdiri dari tujuh bab, sebelum pada

akhirnya penulis rangkum kedalam sebuah bentuk artikel baru dan

menerjemahkannya kedalam versi bahasa Inggris. Disisi lain, penulis

juga kesulitan untuk menyelesaikan tugas ini secara cepat, karena

pada hari tersebut, penulis juga ditugaskan untuk mengerjakan tugas

lainnya seperti mengagendakan surat masuk dan keluar; mengantarkan

surat kepada OPD terkait; hingga membatu persiapan ruang rapat

yang hendak digunakan pada hari itu.

Keesokan harinya, penulis telah selesai mengerjakan tugas

pembuatan artikel tersebut dan membuatkan kedalam format dua

bahasa, penulis menyerahkan hasil kerja penulis kepada Ibu Erina

selaku pemberi tugas untuk dikoreksi terlebih dahulu. Setelah Ibu

Erina menyatakan bahwa tidak ada muatan artikel yang perlu direvisi

kembali oleh penulis, penulis langsung memberikan data kedua artikel

tersebut, baik artikel ‘General Information about Surakarta’ maupun

‘Information of Policies and Measures on Preservation of the

Heritage Surakarta’ kepada Ibu Erina untuk diarsipkan. Penulis

38
menyerahkan data kedua artikel tersebut dalam bentuk hard-copy dan

soft-copy, sehingga apabila diperlukan, kedua artikel tersebut dapat

direvisi kembali dikemudian hari.

c. Menjadi Notulen dalam Rapat di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta

Selama 29 hari masa kerja aktif penulis dalam melaksanakan PKN di

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, penulis juga kerap kali didaulat

untuk turut menghadiri beberapa pertemuan maupun rapat yang menjadi

agenda di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Tugas ini diberikan kepada

penulis mengingat terbatasnya jumlah personil pegawai atau staff di Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, disamping itu padatnya aktivitas yang harus

dikerjakan juga membuat Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, tidak

jarang kesulitan dalam mencari SDM yang dapat dijadikan sebagai notulen

dalam rapat atau pertemuan yang berlangsung.

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta merupakan salah satu bidang

organisasi di lingkungan Pemkot Surakarta yang cukup sering mengadakan

rapat, baik rapat internal, maupun rapat dengan OPD lainnya di lingkungan

pemerintahan ataupun pihak lain dari sektor swasta. Hal ini dikarenakan

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta merupakan pintu gerbang pertama

ketika terdapat pihak-pihak yang hendak menjalin kerjasama dengan Pemkot

Surakarta, maupun ketika Pemkot Surakarta hendak menginisiasikan

kerjasama dengan pihak luar, sehingga hal tersebut berimbas pada tingginya

volume kerja dan pengadaan rapat maupun pertemuan lain yang seringnya

digunakan sebagai wadah koordinasi dalam pelaksanaan kerjasama dengan

39
berbagai pihak. Adapun beberapa rapat yang telah penulis hadiri selaku

notulen di dalamnya adalah sebagai berikut:

1. Rapat Koordinasi Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Kota

Surakarta dengan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta

(Lampiran 14)

Pada hari Senin, 7 Agustus 2017, penulis berkesempatan untuk

mengikuti rapat koordinasi kesepakatan bersama antara Pemerintah

Kota Surakarta dengan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

Selain itu, penulis pun didaulat untuk menjadi Notulis yang bertugas

untuk membuat Notulensi berlangsungnya rapat tersebut yang akan

langsung diserahkan kepada pimpinan rapat setelah rapat tersebut

selesai dilaksanakan.

Rapat tersebut dilangsungkan di ruang rapat Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta dan dimulai pada pukul 09.30 WIB. Dipimpin

oleh Ibu Sri Wirasti, MM selaku Kepala Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, rapat diawali dengan pembahasan agenda mengenai draft

kesepakatan bersama antara Pemerintah Kota Surakarta dengan RS

PKU Muhammadiyah Surakarta, terkait kerjasama penanggulangan

bencana.

Dalam rapat tersebut, selain perwakilan dari Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta dan juga perwakilan dari RS PKU

Muhammadiyah Surakarta, hadir pula sejumlah perwakilan dari bidang

dan instansi terkait seperti: Bagian Hukum Setda Kota Surakarta;

Bagian Administrasi Publik Setda Kota Surakarta; Bagian

40
Pemerintahan Setda Kota Surakarta; BAPPEDA Kota Surakarta;

BPBD Kota Surakarta; BPPKAD Kota Surakarta; DAMKAR Kota

Surakarta dan juga DKK Kota Surakarta.

Menurut pemaparan perwakilan RS PKU Muhammadiyah

Surakarta, draft kesepakatan bersama yang menjadi pembahasan dalam

rapat kali ini, dibuat dengan tujuan memperluas cakupan dan

fleksibilitas kerjasama yang dapat dilakukan antar seluruh pihak yang

terkait dalam proses penanganan bencana. Selain itu, kerjasama ini

juga nantinya adalah sebagai bentuk implementasi Program Tanggap

Darurat Bencana oleh RS PKU Muhammadiyah Surakata yang juga

akan berpengaruh pada proses akreditasi rumah sakit tersebut nantinya.

Ketentuan lain yang bersifat teknis terkait kerjasama antara Pemerintah

Kota Surakarta dan RS PKU Muhammadiyah Surakarta, terangkum

dalam Memorandum of Agreement (MoA) yang akan ditetapkan dalam

rapat selanjutnya.

Penulis melakukan tugas sebagai notulen dalam rapat tersebut

dan mencatat setiap hal-hal penting yang disampaikan oleh peserta

maupun pimpinan rapat selama berlangsungnya rapat tersebut kedalam

note. Setelah rapat selesai, penulis kemudian mengetik ulang hasil

catatan penulis pada note sebelumya menggunakan komputer yang ada

di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dan langsung mencetaknya

kedalam bentuk hard-copy untuk diserahkan kepada pimpinan rapat,

dalam hal ini adalah Ibu Wirasti, selaku Kepala Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta.

41
Setelah hasil notulen yang dikerjakan oleh penulis tersebut

dibaca dan dikoreksi oleh Ibu Wirasti, beliau meminta penulis untuk

mengarsipkan hasil notulen tersebut kedalam file arsip rapat Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta bersamaan dengan lembar kehadiran

peserta rapat yang juga sudah ditandatangani.

2. Rapat dengan Agenda Pembahasan Awal Penyusunan Naskah

Akademik (NA) dan Raperda Kerjasama Daerah (Lampiran 13)

Pada pelaksanaan PKN di minggu kedua, tepatnya pada tanggal

9 Agustus 2017. Penulis juga berkesempatan untuk dapat mengikuti

rapat Pembahasan Awal Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan

Raperda Kerjasama Daerah Kota Surakarta dan juga ditugaskan untuk

menjadi Notulis di dalamnya.

Rapat ini dilaksanakan di ruang rapat Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta dengan dihadiri oleh perwakilan dari: Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, Bagian Hukum Setda kota Surakarta,

BPPKAD Kota Surakarta dan Inspektorat Kota Surakarta.

Rapat dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan dipimpin oleh Ibu

Diyah Pramesti selaku Kepala Sub Bagian Kerjasama Dalam Negeri,

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Pembahasan diawali dengan

pemaparan terkait latar belakang urgentsi dibentuknya Naskah

Akademik (NA) dan Raperda Daerah Kota Surakarta. Dalam rapat ini,

disepakati bahwa untuk penyusunan draft awal NA tersebut akan

mengacu pada NA lama yang telah dibuat oleh Bagian Hukum Setda

Kota Surakarta, sebelum pada akhirnya diperbaharui dan ditetapkan

42
sebagai NA baru Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, mengacu

pada PERDA tahun 2011.

Selain itu, rapat kali ini juga menghasilkan penetapan langkah

penyusunan yang akan dilakukan nantinya yang harus melalui

beberapa tahapan antara lain: pengiriman surat permohonan

pendamping; menunggu konfirmasi kesedian pendamping; dan

melakukan koordinasi teknis bersama dengan pendamping dan tenaga

ahli yang akan tergabung dalam proses penyusunan NA nantinya.

Adapun tahapan tersebut baru dapat dilaksanakan setelah Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta selesai menetapkan pendamping

akademisi mana yang akan dijadikan mitra dalam penyusunan NA kali

ini.

Dengan menggunakan buku note kecil yang disediakan oleh

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, penulis kemudian mencatat

segala hal penting selama berlangsungnya rapat. Setelah rapat selesai,

penulis langsung mengetik ulang hasil notulen tersebut menggunakan

aplikasi program Microsoft Word pada komputer inventaris Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta dan langsung menyerahkannya

kepada Ibu Diyah Pramesti selaku pimpinan rapat.

Tidak menunggu waktu lama, Ibu Diyah langsung membaca

ulang hasil rapat tersebut dan mengatakan bahwa apa yang penulis

jabarkan dalam hasil notulen tersebut sudah sesuai dengan apa yang

berlangsung pada rapat sebelumnya, sehingga beliau meminta kepada

penulis untuk langsung menggabungkan hasil notulen tersebut bersama

43
dengan lembar absen peserta rapat kedalam file arsip rapat Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta tahun 2017.

3. Rapat dengan Perwakilan dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu)

tentang Promosi Pariwisata Kota Surakarta melalui KJRI di Los

Angeles, Amerika Serikat.

Pada hari Jum’at, 25 Agustus 2017, tiga orang perwakilan

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, melakukan kunjungan

ke Balaikota Surakarta dan langsung menemui Kepala Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta untuk mengadakan rapat koordinasi

terkait Promosi Pariwisata Kota Surakata melalui KJRI Los Angeles,

Amerika Serikat. Dalam rapat kali ini, penulis kembali ditugaskan

untuk menjadi Notulis yang akan merangkum jalannya rapat tersebut.

Dalam rapat tersebut yang dibuka oleh Ibu Wirasti selaku

kepala Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta pada pukul 10.00 WIB,

dijelaskan bahwa maksud kunjungan perwakilan Kemlu RI tersebut

adalah untuk mendiskusikan terkait rencana Promosi Pariwisata Kota

Surakarta oleh KJRI yang ada di Los Angeles, AS. Berkenaan dengan

hal tersebut, pihak KJRI Los Angeles meminta kepada Pemerintah

Kota Surakarta melalui Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, untuk

dapat mempersiapkan berkas dan data terkait nilai-nilai potensi unggul

pariwisata, seni dan budaya, serta ekonomi yang dimiliki oleh Kota

Surakarta dan juga yang ada di kawasan Solo Raya

(SUBOSUKOWONOSRATEN).

Pihak Kemlu RI juga meminta pendataan nilai-nilai potensi

unggul tersebut juga dititik beratkan pada aspek-aspek yang telah

44
terdaftar dalam organisasi internasional seperti World Heritage

Organization, UNESCO dan sebagainya, sepeti Museum, Keris, Batik,

Merapi Tour, Solo International Performing Art (SIPA) dan juga Solo

Batik Carnival (SBC).

Perwakilan Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

menanggapi hal tersebut dengan memaparkan bahwa sejatinya

Pemerintah Kota Surakarta memang telah aktif dalam melakukan

kerjasama luar negeri sebagaimana dimaksud, seperti halnya dengan

UCLG ASPAC dan juga OWHC dalam bidang pelestarian budaya dan

pengembangan tata kota yang berkelanjutan, serta Pemerintah Kota

Surakarta pun dapat terbilang aktif dalam mengikti forum-forum

kerjasama baik di level nasional maupun internasional dan juga

regional.

Rapat pun ditutup dengan penyampaian oleh pihak Kemlu RI

yang berjanji akan membawa seluruh data potensi unggul Kota

Surakarta tesebut, sebagai bahan promosi Indonesia, khususnya Kota

Surakarta yang diharapkan dapat meningkatkan minat wisatawan asing

untuk berkunjung dan bahkan berinvestasi di Kota Surakarta, serta

mempercepat masterplan sister city antara Kota Surakarta dan Los

Angeles yang direncanakan terlaksana pada tahun 2018.

Setelah rapat berakhir, penulis menyempatkan diri untuk

berbincang bersama dengan perwakilan Kemlu yang hadir dalam rapat

tersbut. Setelah itu penulis langsung kembali menuju ruang kerja

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta untuk mengetik ulang hasil

notulen rapat tersebut dan mencetaknya dalam bentuk hard-copy

45
sebelum akhirnya diserahkan kepada Ibu Wirasti selaku pimpinan rapat

untuk divalidasi.

Setelah dibaca kembali dan dinyatakan sesuai dengan

berjalannya rapat sebelumnya, hasil notulen tersebut dikembalikan

kepada penulis untuk diarsipkan bersama dengan lembar kehadiran

rapat tersebut.

4. Rapat Koordinasi Membahas Rencana Mengikuti

Penyelenggaraan Kegiatan Pameran Indonesia Future City 2017

Pada tanggal 28 Agustus 2017, penulis kembali diberikan

kesempatan untuk menjadi notulis dalam rapat yang kali ini membahas

perihal Rencana Mengikuti Penyelenggaraan Kegiatan Pameran

Indonesia Future City 2017”.

Dibuka oleh Ibu Wirasti, MM; selaku Kepala Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, pada pukul 09.00 WIB, rapat diawali

dengan pembahasan mengenai latar belakang rencana keikutsertaan

Pemerintah Kota Surakarta dalam kegiatan pameran Indonesia Future

City 2017, yang akan dilaksanakan pada tanggal 14-24 September

2017, di Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang, Banten. Ibu

Wirasti menambahkan bahwa rencana keikutsertaan ini, merupakan

tindak lanjut dari disposisi Sekda Kota Surakarta dan surat dinas

APEKSI Walikota Tangerang Selatan dengan PT. Diandra

Promosindo.

Rapat yang juga dihadiri oleh perwakilan dari: BAPPEDA Kota

Surakarta, BPMPT SP Kota Surakarta, DISPENDUK CAPIL Kota

Surakarta, Dinas Pariwisata Kota Surakarta, Dinas Kebudayaan Kota

46
Surakarta dan Dinas KUMKM Kota Surakarta ini, akhirnya

menetapkan pembatalan rencana keikutsertaan Pemerintah Kota

Surakarta dalam kegiatan pameran tersebut. Hal ini dikarenakan

dengan besarnya biaya yang harus dibayarkan sebagai syarat

administrasi calon peserta kegiatan pameran yang mencapai nominal

72.000.000 (tujuh puluh dua juta rupiah). Selain itu para peserta rapat

juga menilai bahwa undangan terkait kegiatan pameran tersebut dirasa

mendadak, sehingga memberatkan para OPD terkait, baik dari segi

anggaran maupun persiapan.

Dalam waktu singkat, hasil rapat tersebut bersamaan dengan

hal-hal penting lainnya selama rapat berlangsung penulis ketik dengan

rapi dan dicetak sebelum akhirnya penulis serahkan kepada pimpinan

rapat, yakni Ibu Wirasti. Beliau membaca sekilas hasil notulen yang

dikerjakan oleh penulis dan meminta penulis untuk menjalankan

prosedur sebagaimana biasanya, yakni, mengarsipkan hasil notulen

tersebut bersama dengan daftar hadir rapat kedalam file arsip rapat

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta tahun 2017.

5. Rapat Koordinasi Persiapan FGD Inventarisasi Permasalahan

Wilayah Regional SUBOSUKAWONOSRATEN Tahun 2017

(Lampiran 11)

Pada hari Selasa, 29 Agustus 2017, penulis berkesempatan

untuk dapat menghadiri sekaligus kembali menjadi notulis dalam rapat

Koordinasi Persiapan FGD Inventarisasi Permasalahan Wilayah

Regional SUBOSUKAWONOSRATEN Tahun 2017, yang diadakan

di Ruang Rapat Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

47
Rapat yang dihadiri oleh perwakilan dari masing-masing

wilayah BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN (Badan Kerjasama

Antar Daerah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen dan

Klaten) ini, dibuka oleh Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta, sekaligus Kepala BKAD untuk wilayah Kota

Surakarta pada pukul 13.00 WIB.

Rapat yang merupakan tindak lanjut rencana pelaksanaan

kegiatan dan FGD inventarisasi permasalahan wilayah regional BKAD

SUBOSUKAWONOSRATEN tahun 2017, diawali dengan

pembahasan perihal draft daftar isu yang akan diangkat dalam FGD

inventarisasi permasalahan wilayah regional BKAD, namun hingga

rapat berakhir hanya perwakilan dari BKAD Kota Surakarta dan

Kabupaten Klaten yang memberikan usulan terkait draft daftar isu

FGD tersebut, sehingga untuk perwakilan dari BKAD kota/ kabupaten

lainnya diharuskan untuk mendiskusikan kembali tinjauan isu ini

dengan stakeholder yang ada di wiliyahnya masing-masing, sebelum

akhirnya dikirimkan melalui e-mail kepada BKAD Kota Surakarta

selaku sekretariat dan bendahara BKAD

SUBOSUKOWONOSRATEN.

Pembahasan selanjutnya yang menjadi pembahasan dalam rapat

kali ini adalah terkait kegiatan peningkatan kapasitas SDM ke lembaga

atau daerah lain. Dalam pembahasan ini beberapa perwakilan BKAD,

mengusulkan tema yang akan dibawa dalam kegiatan tersebut; seperti

BKAD Kabupaten Klaten yang mengusulkan pengangkatan tema

Pendelegasian Wewenang Bupati/ Walikota Kepada Camat/ Lurah

48
Dengan Daerah Rujukan Sleman Atau Lombok; dan perwakilan

BKAD Kabupaten Wonogiri yang mengusulkan pengangkatan tema

Pengembangan Fungsi BKAD BANJARBAKULA di Kalimantan

Selatan.

Penulis kembali menjalankan peran sebagai notulen dengan

mencatatat segala hal penting selama berlangsungnya rapat dan

mengetiknya kedalam format Ms. Word. Dalam hal ini, penulis

mengalami keterlambatan waktu pulang kerja, dikarenakan rapat

tersebut berlangsung cukup lama dan melampaui jam kepulangan

penulis sebagai pegawai magang di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta.

Setelah rapat berakhir, penulis langsung mengetikan hasil

notulen tersebut dan mencetaknya kedalam bentuk fisik namun tidak

langsung penulis berikan kepada pimpinan rapat. Hal ini dikarenakan

Ibu Wirasti selaku pimpinan rapat, langsung meninggalkan tempat

setelah rapat berakhir guna menghadiri pertemuan lainnya di Stadion

Sriwedari, Kota Surakarta. Akhirnya penulis menyimpan hasil notulen

tersebut pada laci yang tersedia di bawah meja kerja penulis di ruang

kerja Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

Keesokan harinya, pada pagi hari sebelum apel pagi dimulai,

penulis langsung menyerahkan hasil notulen tersebut kepada Ibu

Wirasti untuk dicek kemabali dan beliau menyatakan bahwa hasil

notulen tersebut sudah sesuai dengan kondisi berlangsungnya rapat.

Penulis pun langsung melakukan prosedural sebagaimana mestinya,

yakni mengarsipkan hasil notulen tersebut bersama dengan daftar hadir

49
rapat kedalam file arsip rapat Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

tahun 2017.

6. Rapat dengan Agenda Koordinasi Membahas Rencana Perjanjian

Kerjasama sebagai Tindaklanjut Kesepakatan Bersama Antara

Pemerintah Kota Surakarta dengan Pemerintah Kabupaten Bogor

(Lampiran 8)

Pada minggu terakhir pelaksanaan PKN penulis, tepatnya pada

hari Senin, 4 September 2017.penulis kembali bertugas sebagai notulis

dalam rapat Koordinasi Membahas Rencana Perjanjian Kerjasama

sebagai Tindaklanjut Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Kota

Surakarta dengan Pemerintah Kabupaten Bogor.

Rapat yang diadakan di Ruang Rapat Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta ini, dibuka oleh Bapak Nanang selaku Staff Bagian

KerjasamaSetda Kota Surakarta pada pukul 10.00 WIB. Rapat ini juga

dihadiri oleh perwakilan dari Bagian Hukum Setda Kota Surakarta,

Dinas Perdagangan Kota Surakarta, Dinas Ketenagakerjaan dan

Perindustrian Kota Surakarta serta Dinas Pariwisata Kota Surakarta.

Agenda yang menjadi pembahasan dalam rapat kali ini adalah

mengenai tindak lanjut kesepakatan kerjasama antara Pemerintah Kota

Surakarta dan Pemerintah Kabupaten Bogor, yang sudah mencapai

tahap perancangan draft MoA antar kedua belah pihak. Berkenaan

dengan hal tersebut, seluruh OPD terkait dalam kerjasama ini, diminta

untuk segera merevisi poin-poin final aspek apa saja yang hendak

dikerjasamakan dengan Pemerintah Kabupaten Bogor, sebelum pada

akhirnya dibawa untuk dibahas dan ditetapkan kedalam MoA melalui

50
kunjungan ke Bogor yang akan dilakukan oleh perwakilan Pemerintah

Kota Surakarta pada tanggal 13-14 September 2017. Selain itu, rapat

ini juga menghasilkan keputusan final terkait nama-nama yang akan

diberangkatkan ke Bogor nantinya dan akan dikoordinasikan perihal

tiket keberangkatan, kepulangan serta penginapannya oleh Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta.

Setelah rapat berlangsung, penulis langsung membawa daftar

hadir rapat tersebut kedalam ruang kerja Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta bersama dengan hasil notulen rapat yang segera penulis ketik

ulang. Hanya memakan waktu kurang dari tiga puluh menit, penulis

langsung mencetak hasil notulen yang telah selesai diketik dan

menyerahkannya kepada Bapak Nanang selaku pimpinan rapat. Beliau

menyatakan tidak ada kesalahan berarti dalam hasil notulen yang

penulis kerjakan, sehingga tidak perlu dilakukan revisi dan dapat

langsung penulis arsipkan kedalam file arsip rapat Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta bersamaan dengan daftar hadir rapat sebagai

lampirannya.

7. Rapat Pembahasan Persiapan FGD Inventarisasi Potensi Bidang-

bidang yang dapat dikerjasamakan dan Pembahasan Tugas

TKKSD dalam FGD (Lampiran 9)

Pada hari terakhir pelaksanaan PKN, tepatnya pada tanggal 12

September 2017, penulis kembali berkesempatan untuk menjadi notulis

dalam rapat Pembahasan Persiapan FGD Inventarisasi Potensi Bidang-

bidang yang dapat dikerjasamakan dan Pembahasan Tugas TKKSD

dalam FGD.

51
Rapat ini diadakan di Ruang Rapat Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta dan dimulai pada pukul 10.00 WIB. Dipimpin oleh Ibu

Wirasti, MM; selaku Kepala Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta,

rapat ini dihadiri oleh beberapa perwakilan dari instansi terkait,

diantaranya: Bagian Hukum Setda Kota Surakarta, Bagian Layanan

dan Pengadaan Barang dan Jasa Setda Kota Surakarta, Bagian

Administrasi Pembangunan Setda Kota Surakarta, Bagian

Pemerintahan Setda Kota Surakarta, BPPKAD Kota Surakarta serta

Inspektorat Kota Surakarta.

Rapat diawali dengan pembahasan terkait rencana FGD

inventarisasi yang akan dilaksanakan pada tanggal 28 September 2017

di Solo Paragon Hotel dan Residences dengan tema Inventarisasi

Potensi Kerjasama Pemerintah Kota Surakarta. Direncanakan

narasumber yang akan memberikan pemaparan dalam acara tersebut

adalah Sub Dit Kerjasama dan Penyelesaian Antar Daerah,

Kemendagri dan Sub Dit Perkotaan, Kementerian Perncanaan

Pembangunan Nasional (BAPPENAS RI) serta dimoderatori oleh

Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kota Surakarta.

FGD tersebut nantinya direncanakan, akan membahas enam

bidang potensi kerjasama yang akan didampingi oleh masing-masing

OPD terkait selaku penanggung jawab dan juga fasilitator. Adapun

enam bidang potensi kerjasama yang akan dibahas dalam FGD tersebut

adalah:

 Pariwisata dan Kebudayaan (BAPPEDA)

52
 Industri Kreatif, Ekonomi dan Perdagangan (BPPKAD)

 Pemrintahan (Bagian Pemerintahan)

 Pendidikan dan Iptek (Bagian Hukum)

 Sosial (Inspektorat)

 Infrastruktur Sanitasi dan Lingkungan (Bagian Administrasi

Pembangunan)

Pada sesi akhir rapat tersebut, Ibu Wirasti selaku pemimpin

rapat mengingatkan kembali tujuan awal dilaksanakannya FGD

tersebut, yakni agar OPD terkait di struktur pemerintahan Kota

Surakarta dapat mengetahui potensi apa yang dimiliki dan kekurangan

di dalam OPD tersebut baik secara teknis atau anggaran sehingga

nantinya potensi dan kekurangan ini dapat dikerjasamakan.

Seperti biasa, penulis mengerjakan peran penulis sebagai

notulen dengan mengetik kembali hasil notulen rapat tersebut dan

mencetaknya sebelum akhirnya diserahkan kepada Ibu Wirasti selaku

pimpinan rapat. Hasil rapat tersebut kemudian penulis arsipkan

kedalam file arsip rapat Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

bersama dengan daftar hadir rapat tersebut, setelah Ibu Wirasti

menyatakan bahwa hasil notulen yang penulis kerjakan telah sesuai

dengan jalan berlangsungnya rapat.

53
d. Mencatat dan Mengagendakan Surat Masuk Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakata.

Pentingnya peranan Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam

pelaksanaan pemerintahan Kota Surakarta, membuat volume surat masuk yang

datang dari berbagai instansi dan di terima oleh Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, sangatlah banyak. Hal ini kemudian membuat penulis berinisiatif

untuk membantu pelaksanaan tugas administratif yang ada di Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, yakni dengan mencatat dan mengagendakan

surat-surat masuk tersebut kedalam Buku Agenda Surat Masuk Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta Tahun 2017.

Selain itu, untuk setiap surat masuk pun penulis lampirkan lembar

disposisi sebelum pada akhirnya diserahkan kepada Kepala Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta untuk ditindak lanjuti. Nantinya surat masuk yang telah

didisposisi oleh Kepala Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, akan

dikembalikan kepada utusan yang didisposisikan dalam surat tersebut, baik

kepada Kepala Sub Bagian Kerjasama Dalam Negeri; Kepala Sub Bagian

Kerjasama Luar Negeri maupun lansung kepada nama Staff pegawai yang ada

di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta lainnya.

Proses pengagendaan surat masuk tersebut dilakukan oleh penulis

secara bertahap, diawali dengan menerima surat masuk yang datang dari

berbagai pihak dan menandatangani kolom tanda tangan serah terima surat

yang disediakan oleh pengirim surat; lalu surat tersebut akan penulis catat

kedalam buku Agenda Surat Masuk Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

tahun 2017 diawali dengan nomor urut surat pada agenda, pencatatan nomor

54
surat yang tertera pada surat yang masuk tersebut, tanggal terima surat,

tanggal surat tersebut dibuat, pencatatan dari mana surat berasal dan yang

terakhir adalah penulis mencatatat apa isi dari surat tersebut secara lengkap

mulai dari nama atau agenda acara, tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan,

hingga catatan penting lainnya yang tertera di dalam surat.

Setelah surat dicatat pada buku agenda surat masuk, surat tersebut

kemudian penulis berikan lembar disposisi. Pada lembar disposisi tersebut,

penulis mencantumkan kembali semua poin yang penulis tuliskan dalam buku

agenda surat masuk kecuali isi dari surat tersebut. Setelah itu penulis akan

menyerahkannya kepada Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta untuk ditindaklanjuti. Bentuk tindak lanjut yang diberikan oleh

Ibu Wirasti dapat beragam, bisa dihadiri langsung oleh beliau dengan

menuliskan kalimat ‘Saya Hadiri’ pada lembar disposisi tersebut, atau di

delegasikan kepada Kepala Sub Bagian Kerjasama terkait baik luar negeri

maupun luar negeri, hal tesebut dapat dilihat dari kolom mana yang dicentang

oleh Ibu Wirasti sebagai tanda pihak mana yang akan didelegasikan untuk

mengurusi agenda yang terdapat di dalam surat masuk tersebut. Adapun

tahapan prosedural itu berlaku untuk semua surat masuk yang datang kepada

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

e. Memberi Nomor dan Mengagendakan Surat Keluar dari Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta

Selain bertugas untuk mengagendakan dan mencatat surat yang masuk

ke Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, penulis juga berkesempatan untuk

55
merasakan bagaimana cara untuk memberikan nomor surat pada surat keluar

yang diedarkan oleh Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Terdapat kode

dan aturan tertentu dalam pemberian nomor surat keluar, hal itu disesuaikan

dengan untuk apa surat itu dikeluarkan dan kepada siapa surat keluar tersebut

ditujukan. Adapun pemberian nomor surat keluar yang dilakukan oleh penulis,

dilakukan dengan mengacu pada daftar kode nomor surat keluar yang tertera

pada bagian depan Buku Agenda Surat Keluar Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta Tahun 2017.

Ada berbagai jenis surat keluar yang sempat penulis berikan nomor

dalam pelaksanaan PKN sebelumnya di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, antara lain: undangan rapat, nota dinas kepada Sekretaris Daerah

atau Walikota, surat ijin perjalanan dinas ke luar negeri (SPDLN) kepada

Gubernur Jawa Tengah di Semarang; hingga surat balasan kepada KJRI di

Guangzhou perihal tindak lanjut kerjasama Sister city antara Pemerintah Kota

Surakarta dan Pemerintah Kota Xi’an.

Surat keluar yang penulis berikan nomor, adalah surat-surat yang

sudah melalui proses persetujuan Kepala Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta ataupun yang mewakili apabila yang bersangkutan tidak ada

ditempat. Hal tersebut dapat dilihat dari sudah atau belumnya surat tersebut

ditanda tangani. Surat yang sudah ditanda tangani, akan penulis berikan nomor

dengan mengacu pada kode nomor surat sesuai dengan perihal apa dan kepada

siapa surat tersebut dikeluarkan. Setelah itu penulis akan mencatat surat keluar

yang sudah dinomori tersebut kedalam buku Agenda Surat Keluar Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta tahun 2017. Adapun hal-hal yang penulis

tuliskan kedalam buku Agenda Surat Keluar tersebut mencakup antara lain,

56
nomor surat, tanggal dikeluarkannya surat, tujuan pengiriman surat, hal atau

agenda yang ingin disampaikan melalui surat tersebut.

Apabila surat keluar sudah selesai diberikan nomor dan diagendakan

kedalam buku Agenda Surat Keluar, maka selanjutnya yang dilakukan penulis

adalah memberikan cap stampel pada bagian tanda-tangan yang melegalisir

surat keluar tersebut. Lalu surat tersebut dimasukan kedalam amplop coklat

ber-kop Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, lalu amplop tersebut pun

penulis bubuhkan nama atau alamat kepada siapa atau instansi apa surat

tersebut dikirimkan, serta tak lupa penulis berikan pula cap stempel Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta pada bagian muka amplop tersebut.

Dalam proses pemberian nomor kepada surat keluar Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta, tidak jarang, penulis juga berinisiatif untuk

mengantarkan surat-surat tersebut kepada alamat yang dituju. Biasanya, surat

keluar yang diedarkan oleh Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, ditujukan

kepada Bidang atau Badan lain di lingkungan Pemerintahan Kota Surakarta,

yang mana Bidang atau Badan tersebut berdekatan lokasinya dengan Gedung

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta tempat penulis melakukan PKN. Hal

ini penulis lakukan mengingat urgentsi dari surat-surat tersebut sehingga

diharuskan agar surat tersebut cepat diterima oleh pihak yang dituju,

sedangkan keterbatasan jumlah personil di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, tidak jarang membuat surat-surat tersebut tertunda pengirimannya.

Untuk surat-surat yang ditujukan kepada pihak-pihak di luar lingkungan

Balaikota Pemkot Surakarta, biasanya akan dikirmkan oleh pegawai

perbantuan bernama Mas Ari. Beliau akan mengirimkan surat tersebut

57
menggunakan kendaran pribadi ataupun menggunakan pinjaman kendaraan

dari staff Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta lainnya.

2.2.2.2 Kegiatan Tambahan

Selain mengerjakan penugasan yang termasuk kedalam kategori Kegiatan

Utama, penulis juga melaksanakan tugas dan kegiatan lain yang dapat dikategorikan

kedalam jenis Kegiatan Tambahan. Kegiatan Tambahan tersebut, dikerjakan oleh

penulis pada saat Kegiatan utama telah selesai atau pun di sela-sela pelaksanaan

Kegiatan Umum yang penulis lakukan. Berikut adalah beberapa Kegiatan Tambahan

yang dilakukan oleh penulis selama melaksanakan PKN di Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta:

a. Menjadi Operator dalam Pertemuan Rutin Dharma Wanita Setda Kota

Surakarta

Pada hari Jum’at 18 Agustus 2017, penulis dimintai bantuan untuk

menjadi operator dalam kegiatan Pertemuan Rutin Dharma Wanita Setda Kota

Surakarta yang dilaksanakan di ruang pertemuan Pendhapi Gede, Komplek

Balaikota Surakarta. Pertemuan ini merupakan pertemuan rutin yang diadakan

oleh seluruh anggota Dharma Wanita dari berbagai bidang organisasi dalam

struktur Setda Kota Surakarta.

Penulis dimintai tolong untuk menjadi operator dalam pertemuan

tersebut, dikarenakan pertemuan kali ini menjadi tanggung jawab Dharma

Wanita Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta sebagai penyelenggara (Host).

Megingat terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang ada di Bagian

58
Kerjasama Setda Kota Surakarta, penulis kemudian diminta menjadi tenaga

perbantuan sebagai operator yang menjalankan tugas untuk menampilkan data

presentasi di layar proyektor, mengatur ketersediaan mic yang akan digunakan

selama berlangsungnya acara hingga memastikan pendingin ruangan yang

terdapat pada ruangan tersebut tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

Pertemuan tersebut dipimpin oleh Ibu Budi Irawan selaku perwakilan

Dharma Wanita Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta yang juga langsung

memaparkan perihal agenda mendatang selama tiga bulan kedepan, yang akan

dilakukan oleh Paguyuban Dharma Wanita Setda Kota Surakarta.

Pertemuan kali ini dilanjutkan dengan acara seminar mengenai

kesehatan dan kecantikan tubuh bagi wanita dan juga pembagian hadiah bagi

para peserta yang telah menunjukan antusiasmenya dengan cara bertanya

kepada pemateri selama kegiatan seminar berlangsung.

Setelah acara selesai, penulis kemudian merapikan kembali alat-alat

yang digunakan selama berlangsungnya acara seperti laptop inventaris Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, mic ruangan Pendhapi Gede, audio speaker

ruangan Pendhapi Gede hingga mematikan kembali pendingin ruangan yang

ada di dalam ruangan Pendhapi Gede Balaikota Surakarta.

Pertemuan ini berlangsung mulai pukul 08.00 WIB dan selesai pada

pukul 11.20 WIB. Setelahnya penulis langsung kembali menuju ruang kerja

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta untuk mengerjakan tugas lainnya dan

pulang pada pukul 11.45 WIB untuk melaksanakan ibadah Shalat Jum’at

bersama di Masjid Besar Balaikota Surakarta.

59
b. Mengetik Ulang dan/atau Memperbanyak Dokumen

Selama pelaksanaan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakata,

tidak jarang penulis juga ditugaskan untuk mengetik kembali dokumen-

dokumen yang berkenaan dengan tugas pokok dan fungsi Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta. Ketikan tersebut biasanya berisi mengenai perhitungan

gaji pegawai, inventarisasi Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta hingga

perhitungan pajak Badan Kerjasama Antar Daerah (BKAD) Solo Raya

(SUBOSUKOWONOSRATEN) yang biasanya juga mengharuskan penulis

menghitung ulang jumlah dari nominal-nominal yang ada pada dokumen

tersebut menggunakan rumus pada program aplikasi Microsoft Excel atau

menggunakan kalkulator untuk memastikan jumlah yang tertera pada dokumen

yang penulis ketik ulang tersebut sudah benar adanya.

Mekanisme penulisan ulang dokumen tersbut adalah, penulis diberikan

data yang harus diketik ulang oleh staff Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta; setelah itu penulis melakukan proses pengetikan sesuai dengan

bentuk dokumen yang dimaksud, lalu apabila telah selesai, penulis

mengkonfirmasikan hal tersebut kepada staff Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta yang memberikan tugas pengetikan ulang tersebut untuk dikoreksi

kembali.

Penulis juga kerap dimintai bantuan untuk memperbanyak dokumen

yang ada di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, menggunakan mensin

Photo Copy dan Scanner yang ada di dalam ruang kerja Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta. Dalam hal melakukan proses scanning terhadap suatu

data, penulis biasanya juga dititipkan sebuah flashdisk oleh staff Bagian

60
Kerjasama Setda Kota Surakarta yang memberikan tugas scanning tersebut

kepada penulis. Nantinya flasdisk tersebut digunakan untuk menyimpan hasil

scanning yang dilakukan oleh penulis dan setelahnya langsung penulis

kembalikan kepada staff yang bersangkutan.

Sementara itu, dalam hal melakukan proses photo copy terkait suatu

data, penulis langsung menggunakan mesin photo copy yang ada di ruang

kerja Bagian Kerjasama Setda Surakarta, namun tidak jarang juga penulis

harus melakukan tugas tersebut di gerai photo copy lain yang ada di basement

gedung DISPENDUKCAPIL Kota Surakarta apabila mesin photo copy yang

ada di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta sedang mengalami masalah

mesin ataupun kehabisan tinta untuk memperbanyak sebuah dokumen.

c. Menjadi Driver Dalam Pengambilan Berkas Dokumen dan Belanja

Inventaris BKAD SUBOSUKOWONOSRATEN

Selain mengerjakan tugas-tugas yang bersifat administratif, penulis

juga sempat merasakan pengalaman menjadi Driver dalam membantu proses

pengambilan berkas dokumen BKAD Solo Raya

(SUBOSUKOWONOSRATEN) yang bertempat di Fave Hotel Kota

Surakarta.

Berkas yang diambil adalah berkas mengenai FGD Inventarisasi

Permasalahan Wilayah Regional SUBOSUKAWONOSRATEN Tahun 2017.

Dengan menggunaan motor milik Bapak Nanang, salah satu staff Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, penulis mengantarkan Ibu Budi yang juga

61
staff Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta untuk mengambil berkas tersbeut

menuju Fave Hotel, Surakarta. Setibanya disana, Ibu Budi langsung menemui

perwakilan BKAD dari Kabupaten Klaten yang kebetulan sedang mengikuti

sebuah acara seminar di hotel tersebut dan beliaulah yang memegang data

terkait BKAD yang hendak diproses oleh Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta.

Setelah selesai mengambil berkas yang dimaksud, penulis kemudian

mengantarkan dulu Ibu Budi menuju gerai Gramedia Kota Surakarta untuk

berbelanja keperluan inventaris BKAD SUBOSUKOWONOSRATEN.

Adapun barang yang dibeli adalah kotak-kotak penyimpanan file dan dokumen

yang nantinya diperuntukan guna menyimpan berkas dokumen BKAD dari

masing-masing kota/kabupaten. Kotak-kotak dokumen ini dibedakan melalui

pemilihan warna, sehingga nantinya memudahkan proses pencarian data

terkait suatu kota/kabupaten apabila kotak-kotak tersebut digunakan.

Setelah proses belanja keperluan inventaris selesai penulis kembali

menuju Balaikota Surakarta bersama dengan Ibu Budi. Jarak tempuh yang

harus dilalui oleh penulis dalam mengambil berkas ini kurang lebih memakan

waktu selama tiga puluh menit. Setelah berkas diambil dan penulis kembali

menuju kantor Balaikota Surakarta, bersama dengan Ibu Budi Iriyani, penulis

menyusun kembali berkas BKAD Solo Raya (SUBOSUKOWONOSRATEN)

tersebut dan mengarsipkannya kedalam kotak dokumen masing-masing

kota/kabupaten yang telah dibeli sebelumnya.

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta memiliki kewajiban dalam

proses pengambilan dokumen ini, dikarenakan Bagian Kerjasama Setda Kota

62
Surakarta berperan sebagai sekretaris dan bendahara BKAD

SUBOSUKOWONOSRATEN tahun 2017. Tugas pengambilan dokumen ini

kemudian dilakukan oleh penulis, dikarenakan tidak ada driver khusus yang

dipekerjakan di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, disamping itu, pada

hari tersebut juga tidak ada pegawai lain yang dapat mengantar Ibu Budi

mengambil berkas BKAD SUBOSUKOWONOSRATEN di Fave Hotel,

Surakarta, sehingga penulis lah yang mengambil peran dalam pekerjaan

sebagai driver tersbeut dan terkait akomodasi yang digunakan, berdasarkan

pengalaman penulis hal itu didasarkan pada asas sukarela dalam

meminjamkan kendaraan dan tidak ada pergantian biaya akomodasi dalam

proses pengambilan berkas tersebut.

d. Mempersiapkan dan Merapikan Kembali Ruang Rapat Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta

Tingginya intensitas pertemuan dan rapat yang dilakukan oleh pegawai

di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, tidak diimbangi dengan banyaknya

ruangan yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk pelaksanaan rapat atau

pertemuan tersebut.

Hanya ada satu ruang rapat di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta,

hal ini dikarenakan Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta baru saja

mengalami pemindahan ruang kerja, yang semula berada satu gedung dengan

LPSE Kota Surakarta yang memiliki luas ruangan lebih besar, namun

kemudian Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dipindahkan sementara

bersama dengan Bagian Organisasi dan Bagian Humas Setda Kota Surakarta

63
karena ruangan kerja yang lama sedang mengalami proses renovasi dan

perbaikan.

Keadaan tersebut membuat ketersediaan tempat yang dapat dijadikan

sebagai ruang rapat terbatas dan harus berada dalam keadaan siap pakai

sehingga dapat segera digunakan apabila hendak dilangsungkannya

pertemuan, mengingat intensitas diadakannya rapat di Bagain Kerjasama Setda

Kota Surakarta terbilang tinggi, sehingga penulis dengan cekatan berusaha

membantu staff Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam

mempersiapkan ruangan sebelum rapat atau pertemuan dimulai.

Adapun proses persiapan yang penulis lakukan adalah dengan

merapikan meja dan kursi yang ada di dalam ruangan, membagikan kudapan

ringan berserta air minum sesuai dengan jumlah tamu undangan di meja

ruangan, mempersiapkan absensi bagi para peserta rapat atau pertemuan,

mempersiapkan proyektor dan pendingin ruangan agar dapat langsung

digunakan ketika rapat dimulai hingga merapikannya kembali pada saat rapat

atau pertemuan tersebut, telah selesai dilaksanakan. Penulis akan menaruh

kembali gelas-gelas dan perlengkapan lainnya yang digunakan dalam rapat

kembali kepada tempatnya dan memastikan kembali ruangan tersebut kembali

rapi dan siap digunakan apabila akan dilakukan pertemuan lain berikutnya.

64
2.3. Pencapaian Kegiatan PKN

2.3.1 Pencapaian Umum

Selama melakukan kegiatan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, banyak pencapaian positif yang penulis dapatkan dan mengasah

kemampuan penulis baik dalam segi Soft Skill maupun Hard Skill. Berikut

pencapaian yang telah didapat oleh penulis selama melaksanakan kegiatan

PKN:

2.3.1.1 Soft Skill

Ada beberapa capaian yang mengasah kemampuan Soft Skill

penulis selama melaksanakan kegiatan PKN, dimana pencapaian

tersebut dirasa tidak didapatkan penulis selama duduk di bangku

perkuliahan maupun akademis formal lainnya. Adapun pencapaian Soft

Skill tersebut antara lain:

a. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Public Speaking

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta yang menjadi tempat

penulis melaksanakan PKN, adalah salah satu bidang vital dalam

sistem pemerintahan Kota Surakarta, mengingat, bidang ini nantinya

akan menjadi pintu masuk bagi terjalinnya kemitraan antara pemerintah

Kota Surakarta dengan instansi terkait yang lainnya. Berkenaan dengan

hal tersebut tentu setiap personal yang bekerja di dalamnya diharuskan

memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, tidak terkecuali bagi

penulis yang juga dilatih untuk dapat berkomunikasi dengan baik

kepada setiap pihak yang datang ke dalam lingkungan perkantoran

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta sehingga dapat menyampaikan

65
pesan sesuai dengan tugas yang diberikan kepada penulis dalam

pelaksanaan PKN.

Penulis juga diberikan kesempatan untuk bertemu dengan

banyak orang dari berbagai kalangan mulai dari pejabat tinggi negera

yang bekerja di kantor kementerian, pejabat pemerintahan Kota

Surakarta bahkan hingga para pedagang yang menjajakan berbagai

dagangannya dan kebetulan masuk ke area ruang kerja Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta; sehingga kemampuan penulis dalam

berbicara di depan umum semakin terasah.

Pada awalnya penulis merupakan seorang pribadi yang sering

kali ragu ketika hendak berbicara di depan umum, terlalu malu bahkan

takut menatap lawan bicara ketika sedang melakukan percakapan, serta

dalam beberapa kesempatan kesulitan dalam menyampaikan pesan

yang hendak penulis sampaikan kepada orang lain. Namun setelah

menjalankan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, penulis

menjadi semakin matang dan berani dalam menempatkan diri ketika

bertemu dengan berbagai pihak dengan beragam latar belakang yang

berbeda dan kepekaan penulis juga diasah dalam melakukan

pendekatan ketika menanggapi, berinteraksi dan bahkan menjamu

tamu-tamu penting seperti pejabat pemerintahan maupun pihak swasta

yang datang ke lingkungan perkantoran Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta untuk mengadakan pertemuan perihal kerjasama dengan

Pemkot Surakarta.

66
b. Meningkatkan Inisiatif dalam Bekerja serta Memberikan Saran

dan Ide dalam Pekerjaan

Sebagai pelaksana PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, yang sarat akan aktifitas, membuat penulis tergerak untuk

terus menumbuhkan inisiatif positif dalam bekerja dan mengeluarkan

ide-ide dalam melaksanakan pekerjaan.

Tidak jarang penulis membatu berbagai proses kegiatan yang

ada di lingkungan perkantoran Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

seperti halnya ketika penulis mempersiapkan dan merapikan kembali

ruang rapat sebelum dan setelah digunakan; membuat lebih dulu

lembar absesnsi pertemuan; mencetak lembar disposisi agar siap

digunakan dan sebagainya.

Sumbangsih ide pun penulis berikan ketika terjadi diskusi

ringan di lingkungan kerja tempat penulis melaksanakan PKN.

Misalnya dalam diskusi penentuan cindera mata pertemuan antara

Pemerintah Kota Surakarta dan Pemerintah Kabupaten Bogor;

pembelian keperluan inventaris BKAD Solo Raya

(SUBOSUKOWONOSRATEN); hingga bentuk inisiatif lainnya yang

penulis lakukan dalam membatu proses kegiatan yang ada di Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta.

Hal tersebut merupakan sebuah pengaruh positif yang dapat

penulis rasakan secara personal pribadi, dimana pada awalnya penulis

merupakan sosok yang cenderung pemalas dan tidak kompetitif

sehingga jarang terpacu untuk menginisiasi kegiatan-kegiatan positif

lebih dulu. Penulis sebelumnya juga kerap kali takut ketika hendak

67
menyampaikan ide-ide penulis, merasa takut salah dan takut jika

nantinya ide penulis tidak diterima oleh pihak lain. Namun hal-hal

tersebut kemudian tergerus melaui kegiatan PKN ini, dimana akhirnya

penulis menyadari bahwa untuk dapat memberikan pengaruh dalam

eksistensi keberadaan diri di lingkungan sosial maupun lingkungan

kerja penulis harus dapat berani untuk speak up dan tidak boleh malas

dalam memprakarsai hal-hal positif yang dapat dikerjakan.

c. Meningkatkan Kedislipinan, Etika dan Profesionalisme Kerja

Pemberlakuan jam masuk kerja pada pukul 07.15 WIB,

membuat penulis harus membiasakan diri untuk bersiap berangkat

menuju komplek Balaikota Surakarta sejak pukul 04.30 WIB dini hari,

mengingat penulis tinggal dan menetap sementara di Bantul, Daerah

Istimewa Jogjakarta dan harus menempuh perjalanan menggunakan

kereta dengan waktu tempuh satu jam tiga puluh menit untuk sampai di

tempat pelaksanaan PKN.

Penulis membiasakan diri untuk hadir tepat waktu dan

menyelesaikan segala pekerjaan yang ditugaskan kepada penulis

dengan cepat dan tepat. Penulis dituntut untuk dapat membangun

personal pribadi yang multi tasking sehingga dapat mengerjakan

beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu. Selain itu, etika

penulis juga diasah dalam berbagai aspek mulai dari tutur kata, cara

berpenampilan, sikap selama bekerja hingga hal-hal lainya yang

penulis lakukan dalam melaksanakan PKN di Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta.

68
Hal diatas tentunya sangat bermanfaat bagi penulis dalam

mengasah kedislipinan, etika dan juga profesionalitas kinerja yang

dapat diaplikasikan penulis di kesempatan berikutnya, karena akhirnya

penulis pun sadar bahwa kebiasaan lama penulis yang kerap tidak tepat

waktu dalam melakukan suatu hal, tidak disiplin maupun kurang

beretika ketika bertemu orang lain dalam suatu lingkungan haruslah

diubah kedalam hal yang positif demi kebaikan diri penulis juga

nantinya.

d. Meningkatkan Kemampuan Beradaptasi dengan Lingkungan yang

Baru

Penulis dalam melaksanakan kegiatan PKN di Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, dituntut untuk dapat segera

beradaptasi dengan cepat terhadap segala hal yang ada di dalamnya.

Baik untuk beradaptasi dengan karakteristik staff dan pegawai yang ada

di lingkungan kerja, maupun beradaptasi terhadap tugas-tugas dan

kebiasaan dan peraturan yang ada di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta.

Dalam hal ini, penulis dituntut untuk dapat bersinergi dalam

melakukan kerjasama dengan staff dan pegawai lainnya, demi

kelancaran proses kegiatan yang ada di lingkungan kerja tersebut. Hal

ini merupakan sebuah perubahan yang baik bagi penulis yang

merupakan pribadi yang sebenarnya cenderung tertutup ketika

ditempatkan kedalam sebuah lingkungan sosial ataupun kerja yang

69
baru dan sulit untuk dapat membaur serta diterima oleh orang-orang

didalamnya.

Sejatinya penulis tidak mengalami kendala yang berarti dalam

menyesuaikan diri ditempat pelaksanaan PKN, dikarenakan seluruh

pegawai dan staff yang ada di lingkungan tempat penulis melaksanakan

PKN bersikap terbuka dan ramah, serta tidak segan untuk memberikan

arahan kepada penulis apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan

tugas atau pekerjaan sebagaimana diminta.

2.3.1.2 Hard Skill

Selain pencapaian dalam aspek soft skill yang didapatkan oleh penulis, terdapat

pula pencapaian dalam aspek Hard Skill yang penulis dapatkan selama melaksanakan

PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Adapun pencapaian dalam aspek

Hard Skill tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui Mekanisme Akhir Pelaporan Kegiatan Kerjasama

Pemerintah Kota Surakarta

Dalam pelaksanaan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, penulis melihat bahwasannya segala bentuk kegiatan

kerjasama yang telah dilakukan oleh Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta selama satu tahun, nantinya harus dilaporkan kepada

Walikota Surakarta melalui pembukuan yang telah divalidasi oleh

Setda Kota Surakarta. Hal ini merupakan sebuah hal baru yang dapat

diketahui oleh penulis yang memang awam terhadap prosedur kerja di

dalam lingkungan pemerintahan khususnya terkait mekanisme

pelaksanaan kerjasama yang ada disana.

70
Proses pembukuan itupun dilampiri dengan copy-an berkas

MoU dan/ atau MoA yang telah ditandatangani oleh pihak yang terkait

dengan kerjasama tersebut. Setelah melalui serangkaian validasi dan

revisi, hasil final pembukuan kegiatan kerjasama tersebut akan

dilimpahkan kepada Walikota Surakarta untuk disetujui dan

ditandatangani. Nantinya pembukuan yang telah melalui serangkaian

proses tersebut akan diperbanyak dan menjadi inventaris Setda Kota

Surakarta dan juga Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

Menurut pantauan penulis selama melaksanakan PKN,

ditambah dengan penuturan staff Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, pembukuan ini sudah berlangsung sejak tahun 2008 dimasa

pemerintahan Joko Widodo yang pada saat itu bertindak selaku

Walikota Surakarta. Pengarsipan lembar LoI, MoU, MoA ataupun

dokumen resmi kerjasama dalam bentuk lainnya sudah terkumpul rapi

dalam suatu kotak file arsip dan tersimpan di lemari inventaris Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, begitupun dengan buku hasil laporan

akhir tahunannya juga terdapat disana sehingga dapat diakses dengan

mudah oleh berbagai pihak ketika memang dibutuhkan. Hal tersebut

merupakan hal baru yang dipelajari oleh penulis selama melangsukan

kegiatan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

b. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Inggris

Selama penulis melaksanakan kegiatan PKN, ada banyak data

maupun dokumen yang telah penulis terjemahkan sebagai bagian dari

71
tugas yang diberikan kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan

PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

Terlebih setelah mengetahui latar belakang penulis sebagai

seorang mahasiswa program studi Hubungan Internasional; penulis

kerap dilibatkan dalam kegiatan yang berkenaan dengan proses

kerjasama luar negeri yang ada di lingkungan Pemerintahan Kota

Surakarta, karena memang hanya ada dua staff pegawai yang mampu

berbahasa inggris dengan cukup fasih, yakni Ibu Erina, staff Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta yang merupakan lulusan dari Program

Studi Hubungan Internasional, Universitas Negeri Jember; dan juga

Ibu Rini selaku Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri, Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta. Sehingga tenaga bantuan sebagai

seorang interpreter atau penerjemah kerap kali dibutuhkan disana dan

akhirnya penulislah yang diminta untuk mengambil peranan tersebut

selama melaksanakan kegiatan PKN disana.

Hal tersebut, tentunya semakin mengasah kemampuan penulis

dalam penggunaan bahasa inggris baik secara verbal maupun non-

verbal (tulis) yang bermanfaat bagi personal penulis secara pribadi,

dimana sebelumnya, penulis merupakan pribadi yang tidak begitu fasih

dalam menggunakan bahasa Inggris, memiliki keterbatasan

pengetahuan mengenai kosa kata padanan ketika menerjemahkan suatu

bacaan, serta tidak begitu memperhatikan grammar ketika berbicara

maupun menulis dalam menggunakan bahasa Inggris. Semua

kekurangan tersebut akhirnya secara tidak langsung dirubah dalam

pelaksanaan PKN ini, karena dalam lingkungan pemerintahan,

72
kemampuan untuk dapat berbicara, memahami makna hingga menulis

menggunakan bahasa Inggris dengan menggunakan grammar yang

benar, merupakan sebuah keharusan, terlebih dalam menangani pihak-

pihak yang hendak menjalin kerjasama dengan latar belakang yang

semakin global.

c. Mengetahui Tahapan Perkembangan Kerjasama Sister city antara

Pemerintah Kota Surakarta dan Pemerintah Kota Xi’an

Setelah melakukan kerjasama Sister city dengan Kota Bulgaria,

saat ini masih berlangsung kerjasama Sister city antara Kota Surakarta

dengan Kota Xi’an, Tiongkok yang sudah memasuki tahap

penandatanganan Letter of Intent (LoI). Penandatanganan tersebut

dilakukan pada saat Pemerintah Kota Surakarta melakukan kunjungan

ke Kota Xi’an pada tanggal 22 – 26 September 2015 silam, dimana

sebelumnya Pemerintah Kota Xi’an lah yang lebih dulu melakukan

kunjungan ke Kota Surakarta pada tanggal 20 – 21 Juli 201513.

Dalam kunjungan tersebut, perwakilan Kota Surakarta yang

terdiri dari Kepala BAPPPEDA Kota Surakarta, Kepala Disbudpar

Kota Surakarta, Kepala Sub Bagian Kerjsama Luar Negeri, Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, perwakilan KADIN Kota Surakarta

dan Komisi I DPRD Kota Surakarta disambut oleh Pemerintah Kota

Xi’an yang diwakili oleh Bapak Zhang Gengyuan selaku Vice

13
Pemerintah Kota Surakarta, Pemkot Surakarta Jalin Kerjasama Sister city dengan Kota Xian, diakses melalui
http://kota.surakarta.go.id/index.php?q=berita/pemkot-surakarta-jalin-kerjasama-sister-city-dengan-kota-
xian. Pada tanggal 21 Agustus 2017.

73
President Secretary General China Council for the Promotion of

International Trade Xi’an City; di Balaikota Xi’an14.

Adapun agenda yang menjadi bahasan pada saat itu adalah

mengenai draft LoI kerjasama Sister city antar kedua belah pihak, yang

akhirnya disepakati akan dikerucutkan kedalam aspek Perdagangan,

IPTEK, Kebudayaan, Pendidikan, Olahraga, Kesehatan dan

Kepegawaian15.

Dalam pelaksanaanya hingga saat ini, baik pemerintah Kota

Surakarta maupun Kota Xi’an, terpantau masih aktif dalam

mengimplementasikan kerjasama Sister city antar kedua belah pihak.

Hal ini dapat terlihat dari adanya upaya fasilitasi pengembangan Solo

Technopark oleh tenaga ahli yang berasal dari Xi’an Technopark

Science and Technology Office Kedutaan Besar PRC untuk RI di

Jakarta16.

Hal tersebut menjadi pengetahuan baru bagi penulis,

bahwasannya dewasa ini kegiatan kerjasama sister city yang dilakukan

oleh kota-kota yang ada di Indonesia, semakin gencar dilakukan, salah

satunya adalah oleh Pemkot Surakarta dengan tujuan yang tidak lain

adalah untuk memajukan wilayahnya dan mengoptimalisasikan

pemberdayaan segala potensi positif yang ada di dalamnya.

14
Ibid.
15
Ibid.
16
Surat Keluar Setda Kota Surakarta Kepada Science and Technology Office Kedutaan Besar PRC untuk RI di
Jakarta: Kerjasama Sister city Kota Surakarta dan Kota Xi’an. Tanggal 2 Agustus 2017.

74
d. Mengetahui Mekanisme Perizinan Perjalanan Dinas ke Luar

Negeri bagi Pegawai di Instansi Pemerintahan (PDLN)

Pada saat penulis melaksanakan kegian PKN di Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, penulis juga berkesempatan untuk

mempelajari bagaimana tahapan birokrasi yang harus dilalui bagi

seorang pegawai pemerintahan yang hendak melakukan kunjungan

kerja ke luar negeri. Dalam kasus ini adalah penulis melihat bagaimana

proses pengajuan dilakukan oleh Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar

Negeri, Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta yang hendak

menghadiri acara ‘Workhsop for Thought Leaders: Innovation in

Urban Transportation for the Future City’ yang akan dilaksanakan di

Guangzhou, Tiongkok pada tanggal 30 Oktober hingga 3 November

201717.

Adapun proses pengajuan kunjungan kerja tersebut mengacu

pada Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri

Oleh Pemerintah Daerah; yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar

Negeri Republik Indonesia18; atau yang biasa dikenal dengan Tahapan

Perjalanan Dinas Luar Negeri (PDLN). Panduan tersebut memuat

bagaimana tahapan yang harus dilalui oleh Walikota dan Aparatur

Sipil Negeri pada tataran Pemerintah Daerah yang hendak melakukan

17
Surat Masuk dari Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC kepada Walikota Surakarta perihal undangan “Workhsop
for Thought Leaders: Innovation in Urban Transportation. Tanggal 1 Agustus 2017.
18
Kementerian Luar Negeri, Panduan Umum: Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah
Daerah, Revisi tahun 2006, diakses melalui
http://www.kemlu.go.id/Documents/Panduan%20Umum%20Tata%20Cara%20dan%20Kerjasama%20LN%20ol
eh%20Pemda/Panduan%20Umum%20Tata%20Cara%20dan%20Kerjasama%20LN%20oleh%20Pemda.pdf pada
27 Agustus 2017.

75
perjalanan dinas ke luar negeri. Adapun tahapan tersebut sebagai

berikut:

1) Walikota mengajukan permohonan PDLN bagi Walikota, Wakil

Walikota, pimpinan dan DPRD Kota kepada Direktur Jenderal

Otonomi Daerah melalui Gubernur. Dalam pengajuannya, Walikota

diharuskan melampirkan beberapa dokumen, antara lain surat

undangan, Kerangka Acuan Kerja (KAK) serta surat keterangan

pendanaan.

2) Gubernur meneruskan permohonan izin PDLN bagi Walikota beserta

rombongan kepada Direktur Jenderal Otonomi Daerah.

3) Direktur Jenderal Otonomi Daerah (atas nama Menteri) memiliki

otoritas untuk menyetujui atau menolak izin PDLN yang telah

diajukan tersebut. Jika Direktur Jenderal Otonomi Daerah menolak

izin PDLN yang diajukan, maka harus disertai dengan alasan19.

Pengajuan ini juga cukup memakan waktu dan biaya yang tidak

sedikit, karena harus langsung melakukan pemberkasan di kantor

pemerintahan setingkat provinsi yang berada di Semarang (untuk

wilayah Jawa Tengah) serta harus dilengkapi dengan kepemilikan

Paspor Dinas yang telah diperbaharui masa aktifnya terlebih dahulu di

kantor Imigrasi.

Setelah melakukan kunjungan keluar negeri pun, para

pelaksana tugas kunjungan dinas tersebut diharuskan untuk membuat

19
Ibid.

76
laporan dari PDLN yang telah dilakukan, sehingga dapat

dipertanggung jawabkan nantinya di akhir masa jabatan20.

Hal ini menjadi pengetahuan baru bagi penulis dan merubah

cara pandang penulis dalam menilai pejabat pemerintahan yang

hendak melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Melalui

pengalaman ini, akhinya penulis menyadari bahwa memang proses

pengajuan seorang pegawai pemerintahan untuk melakukan

perjalanan dinas luar negeri tidaklah mudah dan harus melalui

berbagai prosedur yang juga memakan waktu serta biaya.

e. Mengetahui Tahapan Pengajuan Kerjasama Internasional oleh

Pemerintah Daerah

Sebagaimana diketahui, tempat penulis melaksanakan PKN,

mengurusi aktifitas kerjasama Pemerintah Kota Surakarta dalam

lingkup dalam maupun luar negeri.

Untuk kerjasama Pemerintah Kota Surakarta dengan pihak

yang ada pada level internasional maupun regional (Kerjasama Luar

Negeri); Bagian Kerjsama Setda Kota Surakarta kembali mengacu

pada Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar

Negeri Oleh Pemerintah Daerah; yang dikeluarkan oleh Kementerian

Luar Negeri Republik Indonesia.

Pemerintah Daerah setingkat Kota/ Kabupaten, sejatinya

diperbolehkan melakukan hubungan dan kerjasama dengan berbagai

pihak dalam skala internasional, sebagaimana tertuang dalam dalam

20
Ibid.

77
UU No. 39 Tahun 1999 Hubungan Luar Negeri dan UU No. 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah21.

Adapun kerjasama internasional yang dilakukan oleh

pemerintah daerah tersebut, dapat terjalin dalam bidang ekonomi,

sosial budaya serta bentuk kerjasama lainnya. Hal ini pun harus

memperhatikan persyaratan materi yang harus dipenuhi terlebih

dahulu, anatara lain:

1) Subyek kerjasama

2) Maksud dan tujuan kerjasama

3) Obyek kerjasama

4) Ruang lingkup kerjasama dan kewenangan daerah

5) Hak, kewajiban dan tanggung jawab

6) Tata cara pelaksanaan

7) Pengorganisasian

8) Pembiayaan

9) Penyelesaian perselisihan

10) Perubahan (amandemen) kerjasama

11) Jangka waktu kerjasama

12) Keadaan memaksa (force majeur)

13) Pemberlakuan dan pengakhiran kerjasama

Setelah aspek-aspek materi diatas dipenuhi, langkah

selanjutnya yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam

melakukan kerjasama luar negeri adalah sebagai berikut:

21
Ibid.

78
1) Pemerintah daerah melakukan pendataan terhadap potensi yang

dimilikinya;

2) Potensi tersebut kemudian dianalisis dan dikerucutkan menjadi

sektor-sektor unggulan prioritas;

3) Data potensi tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk ‘country

profile’. ‘Country profile’ ini sebisa mungkin terus diperbarui

karena hal ini menyangkut data;

4) ‘Country profile’ tersebut kemudian disebarluaskan melalui media

ataupun perwakilan RI di luar negeri22.

Disamping itu, peraturan otonomi daerah dalam melakukan

kerjasama luar negeri juga menghendaki adanya LoI sebagai pacuan

awal komitmen kerjasama luar negeri antar pihak yang terkait.

Penandatanganan LoI ini pun melalui berbagai tahapan yang harus

dilalui, yakni:

1) Penjajagan

2) Perundingan

3) Perumusan naskah

4) Penerimaan naskah

5) Penandatanganan23

LoI ini nantinya akan berkembang menjadi Memorandum of

Understanding (MoU) dan berlanjut hingga Memorandum of

Agreement (MoA) yang akan membahas secara lebih terperinci dan

teknis terkait aspek apa saja yang akan dikerjasamakan.Melalui

22
Ibid.
23
Ibid.

79
pengetahuan baru sebagaimana dijabarkan sebelumnya diatas, penulis

kini memahami, bahwa meskipun aktor non-negara pada level

pemerintahan daerah provonsi maupun kabupaten/kota telah diberikan

kewenangan untuk menjalin kerjasama dengan pihak luar negeri guna

memajukan wilayah dan mengembangkan segala potensi positif yang

ada di dalamnya; namun hal tersebut bukanlah sebuah perkara yang

mudah dan dapat dilakukan dalam waktu singkat. Berbagai tahapan

baik secara administratif maupun evaluatif harus dilakukan guna

menjamin terbentuknya sebuah hubungan kerjasama yang dapat

menguntungkan masing-masing pihak serta mencakup berbagai aspek

positif yang dapat dikerjasamakan. Hal ini tentunya diperlukan agar

segala bentuk kerjasama yang memakan waktu serta biaya besar dalam

prosesnya ini, tidak sia-sia ketika nantinya telah resmi

diimplementasikan.

f. Mengetahui Perkembangan Implementasi Pelaksanaan Kerjasama

antara Pemerintah Kota Surakarta dengan United Cities and Local

Government Asia-Pasific (UCLG ASPAC)

Salah satu kerjasama yang intens dilakukan oleh Pemerintah

Kota Surakarta adalah kerjasama dengan United Cities and Local

Governments Asia-Pasific (UCLG ASPAC). UCLG ASPAC

merupakan badan regional Asia-Pasifik yang juga menjadi kawasan

terbesar dari UCLG. UCLG ASPAC berbasis di Jakarta, Indonesia.

UCLG sendiri merupakan organisasi pemerintah daerah satu-satunya

80
yang diakui PBB dengan dedikasi untuk mempromosikan nilai-nilai,

tujuan-tujuan dan kepentingan kota dan pemerintah daerah di seluruh

penjuru dunia. UCLG terbentuk pada tahun 1913. UCLG mendukung

kerjasama internasional diantara para mitra kerja yakni kota-kota dan

pemerintah daerah dengan cara memfasilitasi program, jaringan dan

kemitraan untuk membangun kapasitas pemerintah daerah. UCLG juga

turut mempromosikan peran wanita dalam pengambilan keputusan di

daerah. Bersama-sama dengan pemerintah daerah, UCLG menyatukan

kesamaan kepentingan, tantangan dan tujuan. Perlu diketahui

sebelumnya bahwa Pemerintah Kota Surakarta telah tergabung

kedalam UCLG ASPAC sejak tahun 2009, dimana pada saat itu kursi

pemerintahan Kota Surakarta masih diduduki oleh Bapak Joko Widodo

selaku Walikotanya.

Sampai dengan saat ini, menurut pantauan penulis selama

melaksanakan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta,

Pemerintah Surakarta terbilang masih cukup aktif dalam melaksanakan

kegiatan keanggotaan di UCLG ASPAC. Hal tersebut terlihat dari

bagaimana Pemerintah Kota Surakarta masih rutin membayarkan iuran

wajib yang dikenakan kepada setiap anggota UCLG ASPAC sebagai

sumber dana dari kegiatan kemanusiaan dan social lainnya; serta masih

aktif mengikuti berbagai forum yang diselenggarakan oleh UCLG

ASPAC24, bahkan Kota Surakarta juga merupakan salah satu pendiri

Culture Committee yang ada di dalam UCLG ASPAC, dimana komite

24
Surat Undangan UCLG ASPAC kepada Pemerintah Kota Surakarta terkait acara: Workhsop for Thought
Leaders: Innovation in Urban Transportation for the Future City. Tanggal 1 Agustus 2017.
81
tersebut akan berfokus dalam pengembangan upaya pelestarian aset

kebudayaan di kota-kota duni yang menjadi anggota UCLG ASPAC.

Dalam waktu dekat, Kota Surakarta pun di daulat untuk

menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan UCLG ASPAC,

tepatnya pada tanggal 23-24 November 2017. Acara tersebut bertajuk

Peer-Learning Workshop and Public Forum on Cultural Strategy

Development Surakarta (Solo) City, Indonesia 23-24 November 2017;

dan akan dihadiri oleh perwakilan pemerintah kota/ kabupaten lain di

kawasan Asia Pasifik untuk membahas terkait implementasi Rencana

Strategi Kebudayaan dalam tataran lokal25.

Pengetahuan mengenai kerjasama antara pihak Pemkot

Surakarta dengan UCLG ASPAC ini, merupakan sebuah hal baru bagi

penulis. Pada akhirnya melalui pengalaman dan pengetahuan baru ini,

penulis dapat melihat bagaimana upaya yang dilakukan oleh Pemkot

Surakarta dalam meningkatkan kapabilitasnya sebagai sebuah kota

yang maju dalam menanggapi segala dinamika global yang terjadi saat

ini, dimana hal itu juga nantinya akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Kota Surakarta dalam berbagai aspek kehidupan.

25
Surat Masuk UCLG ASPAC kepada Pemerintah Kota Surakarta terkait rencana kegiatan
Peer-Learning
Workshop and Public Forum on Cultural Strategy Development Surakarta (Solo) City,
Indonesia 23-24 November 2017. Tanggal 12 September 2017.
82
g. Mengetahui Perkembangan Implementasi Kerjasama antara Kota

Surakarta Sebagai Kota Pusaka dengan Organization World

Heritage Cities (OWHC) Tahun 2017

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan selama

melaksanakan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, penulis

menemuan bahwasannya hingga kini Pemerintah Kota Surakarta,

masih menjalin berbagai kegiatan kerjasama aktif bersama dengan

OWHC dalam bidang pelestarian situs bersejarah dan nilai-nilai

kebudayaan.

OWHC sendiri merupakan Organisasi Kota Pusaka Dunia yang

berfokus pada upaya pengembangan dan preservasi situs bersejarah

yang ditersebar di berbagai kota di penjuru dunia. OWHC berkantor

pusat di Kota Quebec, Kanada, dimana di kota inilah, simposium

internasional pertama OWHC dilangsungkan pada Juli 199126. Adapun

kota Surakarta sendiri, tergabung sebagai anggota OWHC pada tanggal

28 Oktober 2008, bertepatan dengan berakhirnya petemuan World

Heritage Cities: Expo, Cultural, Carnival and Coference; yang

diadakan di Sunan Hotel and Conference Kota Surakarta27.

Kota Surakarta, termasuk kedalam daftar anggota OWHC yang

berada pada otoritas Sekretariat Regional kawasan Asia Pasifik

(OWHC-AP), yang berkantor pusat di kota Gyeongju, Korea Selatan28

dan dikoordinatori oleh Mr. Sang Wook Lee, selaku Koordinator

26
Ibid.
27
Ibid.
28
OVPM: OWCH-AP. Diakses melalui https://www.ovpm.org/en/regional_secretariats/asie_pacifique pada
tanggal 1 Oktober 2017.

83
Regional OWHC Kawasan Asia Pasifik. Adapun kota-kota lainnya

yang tergabung di dalam OWCH-AP dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL NAMA KOTA ANGGOTA OWHC-AP

NO NAMA NEGARA NAMA KOTA

1 Fiji  Levuka

2 Indonesia  Surakarta

 Gianyar

3 Laos  Luang Prabang

4 Malaysia  George Town

5 Myanmar  Pyay

6 Philipines  Miagao

7 Republic of Korea  Andong

 Buyeo Country

 Gochang

 Gongju

 Gyeongju

 Hapcheon Country

 Hwasun Country

 Iksan

 Jongno-Gu

 Seongbuk

84
 Suwon

8 Sri Lanka  Anuradhapura

 Galle

 Kandy

Dalam tabel diatas dapat kita lihat bahwasanya hanya terdapat

dua kota besar di Indonesia, yang telah tergabung kedalam OWCH-

AP, yakni Kabupaten Gianyar dan Kota Surakarta. Kota Surakarta

sendiri merupakan kota pertama di Indonesia yang mengikutsertakan

diri sekaligus berhasil menjadi tuan rumah penyelenggara Konferensi

Kota Pusaka Dunia oleh OWHC, pada 25-28 Oktober 201729; hal

tersebut kemudian diikuti oleh Kabupaten Gianyar, Bali yang menjadi

anggota tetap OWHC selanjutnya pada 12 April 2017 dan menjadi tuan

rumah puncak peringatan Hari Pusaka Dunia (World Heritage Day)

pada tanggal 18 April 201730.

Kota Surakarta, terpilih sebagai salah satu bagian dari OWHC

setelah melaui serangkaian proses seleksi yang ketat. Salah satu

persyaratan yang harus dipenuhi adalah memiliki situs warisan ataupun

kebudayaan baik ragawi maupun non-ragawi yang terdaftar kedalam

list warisan pusaka UNESCO serta memiliki komitmen dalam upaya

pelestarian nilai-nilai cagar budaya melalui kebijakan tingkat lokal

29
Kompas, Jero Wacik Membuka Konferensi Kota Pusaka Dunia di Solo. Diakses melalui
http://news.kompas.com/read/2008/10/25/21453018/jero.wacik.membuka.konferensi.kota.pusaka.dunia.di.s
olo. Pada tanggal 1 Oktober 2017.
30
Pemerintah Kabupaten Gianyar, Siaran Pers – Kabupaten Gianyar Terpilih Sebagai Anggota Organisasi Kota
Pusaka Dunia. Diakses melalui https://gianyarkab.go.id/index.php/baca-artikel/16/Siaran-Pers-min-Kabupaten-
Gianyar-terpilih-sebagai-Anggota-Organisasi--Kota-Pusaka-Dunia pada tanggal 1 Oktober 2017.

85
yang diberlakukan; selain itu kota Surakarta juga diwajibkan untuk

membayarkan iuran keanggotaan rutin setiap tahunnya kepada

sekretariat pusat OWHC yang akan digunakan untuk pelaksanaan

kegiatan pelestarian dan perlindungan situs warisan pusaka budaya31.

Pemerintah kota Surakarta, mengawali status keanggotaannya

dalam OWHC, pada saat jabatan Walikota Surakarta dipegang oleh

Joko Widodo. Pada saat itu, Pemkot Surakarta bersama dengan Badan

Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) menjadi formatur dalam merintis

Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) pada tahun 2008. Kemudian

Pemkot Surakarta melalui BPPI, mengajukan diri sebagai anggota dari

OWHC dan akhirnya secara resmi terdaftar sejak tanggal 28 Oktober

2008, pada saat diselenggarakannya pula Konferensi Kota Pusaka

Dunia OWHC di Kota Surakarta32.

Adapun Konferensi Kota Pusaka Dunia OWHC, yang

diselenggarakan di Kota Surakarta pada tahun 2008, bertajuk ‘World

Heritage Cities: Expo, Cultural Event, Carnival and Conference’.

Pertemuan ini digelar pada tanggal 25-28 Oktober 2008. Dengan

mengambil tema Warisan Budaya Non-Ragawi dan Manajemen

Pengembangan Kota Berkelanjutan; pertemuan ini menjadi pintu

masuk bagi Pemkot Surakarta dalam menjalin kemitraan lainnya

terkait pelestarian warisan budaya di level internasional33.

31
OVPM, How to be Member (OWHC). Diakses melalui https://www.ovpm.org/en/how_become_member.
Pada tanggal 1 Oktober 2017.
32
Ibid.
33
Ibid.

86
Pertemuan Konferensi Kota Budaya OWHC di Kota Surakarta

pada tahun 2008, juga menghasilkan piagam yang dinamakan Solo

Charter. Piagam ini berisikan hal-hal yang menjadi prinsip bagi

seluruh anggota OWHC dalam melakukan pelestarian warisan budaya

yang ada di wilayahnya. Melalui piagam ini, setiap anggota OWHC

termasuk Pemkot Surakarta, berkomitmen untu menyelamatkan,

melestarikan dan memfasilitasi pedalaman pusaka masa lalu melalui

penguatan berbagai tindakan preventif dan perlindungan pusaka.

Hingga saat ini, hubungan kerjasama antara Pemkot Surakarta

dengan OWHC masih terus berlanjut. Hal ini terlihat dari bagaimana

Pemkot Surakarta selalu hadir dalam setiap pertemuan/ konferensi

rutin yang diadakan oleh OWHC; contohnya adalah ketika Pemkot

Surakarta hadir dalam Pergelaran Strategic Meeting Organization

World Haritage Cities (OWHC) 2016 di Kota Denpasar pada tanggal

7-10 Agustus silam34, pun Pemkot surakarta dijadwalkan akan hadir

dalam Gyeongju World Congress of the Organization of World

Heritage Cities (OWHC), yang akan diselenggarakan pada tanggal 3

November 2017 di Kota Gyeongju35.

Disamping itu, Pemkot Surakarta juga semakin gencar

melakukan kegiatan City Branding dengan tagline ‘Solo Spirit of Java’

dan juga bentuk kegiatan lainnya yang berkenaan dengan upaya

34
Kompas, OWHC 2016 di Denpasar Dimeriahkan Pameran Lukisan dan Foto. Diakses melalui
http://travel.kompas.com/read/2016/08/04/074100927/OWHC.2016.di.Denpasar.Dimeriahkan.Pameran.Lukis
an.dan.Foto. Pada tanggal 1 Oktober 2017.
35
Surat Masuk Setda Kota Surakarta, Permohonan Ijin Perjalanan Dinas Keluar Negeri: Gyeongju World
Congress of the Organization of World Heritage Cities (OWHC). Nomor: 098/6641/IX/2017. tanggal 4
September 2017.

87
pelestarian dan perlindungan aset warisan budaya. Dalam hal ini,

kegiatan yang mengenai hal tersebut pada tahun 2017 terangkum

dalam Solo Calendar of Event 2017 (Lampiran 23).

Disisi lain, dalam melaksanakan prinsip kerjasama dengan

OWHC sebagaimana tertuang dalam Solo Charter 2008. Pemkot

Surakarta sejak tahun 2015, juga menyusun dokumen Rencana Aksi

Kota Pusaka (RKAP) Kota Surakarta Tahun 2015 – 2035. RAKP ini

dinilai penting sebagai arah kebijakan dalam penataan kawasan cagar

budaya di Kota Surakarta. Hal ini sejalan dengan upaya Pemkot

Surakarta untuk terus melestarikan kawasan cagar budaya yang ada

wilayah otoritasnya. Pembuatan RKAP ini juga diiringi dengan

pelaksanaan beberapa langkah strategis Pemkot Surakarta dalam

mendukung pelestarian aset warisan budaya, diantaranya: menjadikan

kawasan cagar budaya sebagai kawasan strategis sosial budaya dalam

rencana tata ruang, mengembangkan bentuk insentif dan disentif,

menyusun peta pusaka, mendorong penguatan kelembagaan,

mendorong aktivitas budaya, meningkatkan sarana dan prasarana

lingkungan di kawasan pusaka, mengembangkan informasi dan

edukasi tentang kota pusaka, serta melakukan revitalisasi dan

adaptasi36.

RAKP Surakarta 2015 – 2030, terdiri dari tujuh bab yang

menjelaskan perihal profil hingga bagaimana signifikansi pencapaian

yang sudah di raih oleh Kota Surakarta sebagai sebuah Kota Pusaka,

36
Solopos, Begini Desain Perkampungan Kota Bengawan. Diakses melalui
http://m.solopos.com/2016/04/07/penataan-kota-solo-begini-desain-perkampungan-kota-bengawan-
707887?mobile_switch=mobile pada tanggal 1 Oktober 2017.

88
selain itu dalam RAKP ini, juga dijelaskan, bahwa terdapat beberapa

kawasan di wilayah Kota Surakarta yang menjadi prioritas dalam

upaya pelestarian aset warisan budaya. Hal ini mengacu pada Surat

Keputusan Walikota Surakarta No.646/1-2/1/2013 tentang Perubahan

Atas keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor

646/116/1/1997 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan dan Kawasan

Kuno Bersejarah di Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta yang

dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar

Budayadi tetapkan 69 bangunan cagar budaya, seperti: Kawasan

Kasunanan, Kawasan Pura Mangkunegaraan, Lingkungan Pemukiman

Baluwarti, Lingkungan Pemukiman Laweyan, Kawasan Loji Wetan

dan Kawasan Kauman.

Berdasarkan pantauan penulis dalam pelaksanaan PKN di

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, Kota Surakarta masih akan

terus menjaga konsistensinya dalam upaya pelestarian aset warisan

kebudayaan sebagai sebuah Kota Pusaka Dunia. Hal ini termuat juga

dalam RAKP Surakarta tahun 2015 – 2030, dimana dalam hal ini akan

menjalankan berbagai kegiatan yang mencakup kedalam berbagai

aspek diantaranya: Manajemen Kelembagaan Kota Pusaka;

Inventarisasi dan Dokumentasi Kota Pusaka; Informasi, Edukasi dan

Promosi Kota Pusaka Mandiri; Ekonomi Kota Pusaka; serta

Pengelolaan Resiko Bencana Untuk Kota Pusaka37.

Selain itu dalam pelaksanaan RAKP Surakarta 2015 -2030 ini

nantinya Pemkot Surakarta berkomitmen untuk terus melakukan

37
Ibid,

89
Disamping itu, pemerintah kota Surakarta juga akan melakukan

pengembangan karakter dan kehidupan yang memperhatikan:

Penguatan karakter dan identitas lokal; sumber daya budaya dan

integrasi antar di dalam kawasan terhadap masyarakat Surakarta, serta

pengelolaan bangunan dan ruang terbuka di kawasan prioritas yang ada

di kota Surakarta. Hal-hal tersebut tentunya akan dilakukan juga

dengan mempertimbangkan rekomendasi kebijakan dari berbagai

stakeholder demi terlaksananya Rencana Aksi kota pusaka Surakarta

yang strategis, efektif dan efisien kini dan nanti38.

Pengertahuan diatas merupakan hal baru bagi penulis, dimana

akhirnya penulis dapat melihat bagaimana konsistensi dan keseriusan

Pemkot Surakarta dalam mengukuhkan Kota Surakarta sebagai salah

satu Kota Pusaka Dunia yang masih bertahan hingga ini. Penulis juga

akhirnya mempelajari, bahwa banyak hal yang harus dipersiapkan bagi

sebuah kota agar dapat mempertahankan eksistensinya serta diterima

dalam panggung internasional. Serta melalui pengalaman ini pula

akhirnya penulis mempelajari potensi aset kebudayaan apa saja yang

menjadi potensi unggul bagi Kota Surakarta.

38
Ibid.

90
2.3.2. Pencapaian Khusus

2.3.2.1 Refleksi Kritis: Peran Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam

Menjalin dan Memelihara Kerjasama Luar Negeri

Setelah menjalankan program PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, banyak hal yang kemudian penulis lihat dan pelajari sebagai sebuah

pengalaman baru dalam diri penulis. Salah satu pembalajaran yang dapat

penulis ambil adalah dengan mengetahui bagaimana peran Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta dalam menjalin dan memelihara kerjasama luar negeri.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta sejatinya merupakan salah satu bidang organisasi baru yang ada di

lingkugan Pemkot Surakarta. Didirikan pada Januari 2009, Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta pada akhirnya menjadi pintu masuk utama dan

mengambil alih seluruh kegiatan yang berhubungan terkait kemitraan serta

kerjasama Pemkot Surakarta dengan berbagai pihak, dimana sebelumnya tugas

dan kewenangan tersebut menjadi tanggungan Bagian Pemerintahan Umum

Setda Kota Surakarta dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Surakarta39. Hal tersebut menyebabkan adanya tumpang

tindih pekerjaan dan tidak optimalnya proses pembentukan dan pemeiharaan

kerjasama di lingkungan Pemkot Surakarta, sehingga dikeluarkanlah Peraturan

Walikota Surakarta Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok,

Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Surakarta; yang berujung pada

dibentuknya Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta40.

39
Ibid.
40
Ibid.

91
Dalam pelaksanaannya sebagai bidang organisasi yang menjalin dan

memelihara kegiata yang berkenaan dengan jainan kerjasama, Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta memiliki tugas pokok yang harus

dilaksanakan, yakni: menyusun penyusunan kebijakan pemerintah daerah;

pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah; pelaksanaan dan

pelayanan administrasi; pembinaan serta fasilitasi; pemantauan, hingga

evaluasi dan pelaporan kebijakan pemerintahan daerah di bidang kerjasama.

Terkait hal tersebut, penulis melihat bahwa Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta di bawah pimpinan Ibu Wirasti, selaku Kepala Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas tersebut,

meskipun banyak aspek didalamnya yang masih perlu dioptimalkan.

Hal ini terlihat seperti dalam hal penyusunan kebijakan mengenai

kerjasama baik dalam dan luar negeri, dimana Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta tidak langsung serta merta memberikan rekomendasi kebijakan

kepada Walikota Surakarta, namun melalui proses perumusan terlebih dahulu

melalui rapat koordinasi hingga FGD dengan berbagai OPD lain yang terkait

sehingga nantinya rekomendasi kebijakan di bidang kerjasama yang

diserahkan kepada Walikota Surakarta, sudah mencakup terkait banyak hal

dan sudah dipratinjau melalui berbagai perspektif bidang lainnya.

Contoh kegiatan nyata Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam

pengkoordinasian, pembinaan hingga fasilitasi penyusunan kebijakan Pemkot

Surakarta dalam bidang kerjasama adalah ketika diadakannya rapat

Pembahasan Persiapan FGD Inventarisasi Potensi Bidang-bidang yang dapat

dikerjasamakan dan Pembahasan Tugas TKKSD dalam FGD (Lampiran 9).

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

92
telah memainkan peranannya dalam menginisiasi proses koordinasi,

pembinaan hingga fasilitasi dalam menyusun kebijakan Pemkot Surakarta di

bidang kerjasama. Perlu diketahui, bahwa nantinya hasil dari inventarisasi

potensi bidang-bidang yang dapat dikerjasamakan oleh tim TKKSD melalui

rapat koordinasi dan FGD tersebut akan dibukukan dan menjadi catatan resmi

yang disuguhkan kepada berbagai pihak yang hendak menjalin kerjasama

dengan Pemkot Surakarta baik dalam maupun luar negeri.

Selain itu penulis juga melihat bahwa Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta juga telah menjalankan peranannya dengan cukup baik terkait

evaluasi dan pelaporan mengenai kebijakan Pemkot Surakarta di bidang

kerjasama. Hal itu terlihat melalui adanya pembukuan mengenai kegiatan atau

bentuk kerjasama apa saja yang telah dilakukan oleh Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta setiap tahunnya mulai dari tahun 2009 hingga sampai saat ini,

baik kerjasama dengan pihak dalam negeri maupun kerjasama yang

melibatkan pihak luar negeri. Pembukuan ini berisi mengenai daftar kegiatan

kerjasama yang juga disertai penjabaran mengenai peluang, tantangan maupun

hambatan dalam pelaksanaannya sehingga menjadi bahan evaluasi dalam

pelaksanaan kegiatan kerjasama lainnya di masa mendatang. Pembukuan

tersebut sudah melewati proses persetujuan, telah diketahui dan ditanda

tangani oleh Walikota Surakarta dan hasilnya disimpan di setiap kantor bidang

organisasi yang ada di lingkungan Pemkot Surakarta, termasuk Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, sehingga pembukuan tersebut dapat diakses

oleh berbagai pihak jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Tidak hanya dalam bentuk pembukuan, dalam hal memelihara jalinan

kerjasama yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta, penulis juga melihat bahwa

93
peranan tersebut semakin dioptimaliasasikan oleh Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta melalui adanya pengelolaan arsip-arsip kerjasama yang ada di

lingkungan Pemkot Surakarta. Arsip-arsip tersebut biasanya berbentuk cetak

yang merupakan lembar LoI, MoU, MoA ataupun data lampiran pendukung

terkait kerjasama yang telah atau sedang dijalankan oleh Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.

Pengelolaan tersebut dilakukan melalui adanya pemisahan antara arsip

kerjasama yang sedang dikelola dengan arsip yang sudah tidak digunakan.

Arsip-arsip tersebut juga nantinya akan diperiksa kembali dengan seksama

mengenai keberadaan lampirannya. Penyimapan arsip kerjasama oleh Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta juga dilakukan dengan cara mengalih media

arsip tersebut kedalam bentuk media lain yang bersifat digital untuk kemudian

disimpan kedalam komputer inventaris yang ada di ruang kerja Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta. Langkah-langkah tersebut dilakukan guna

mempermudah dan mempercepat proses pencarian berkas kerjasama Pemkot

Surakarta jika diperlukan nantinya.

Dalam hal pelayanan administrasi terkait bidang kerjasama di

lingkungan Pemkot Surakarta, penulis juga menilai bahwa Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta sudah cukup baik dalam menjalankan peranannya terkait

hal ini. Dalam mengadakan pelayanan administrasi terkait bidang kerjasama di

lingkungan Pemkot Surakarta, Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta akan

membagi pelayanan tersebut kedalam dua Sub Bagian Kerjasama, yakni Sub

Bagian Kerjasama Luar Negeri dan Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri. Selain

itu untuk mempermudah pelayanan, Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

94
juga membuka jalan koordinasi kerjasama melalui telepon dan fax yang

nomornya tercantum dalam website resmi Setda Kota Surakarta.

Secara khusus, dalam hal kerjasama dengan pihak luar negeri, Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta memainkan peranan sebagai bidang

organisasi yang membuka jalinan kerjasama luar negeri tersebut, serta

memeliharanya sehingga dapat berjalan secara berkesinambungan dan tidak

pragmatis hanya dalam satu kali pelaksanaan apabila memang dirasa

memberikan dampak positif bagi Kota Surakarta. Hal ini difokuskan melalui

Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri yang dalam pelaksanaanya, mengacu pada

tugas pokok Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri Setda Kota Surakarta, yakni:

untuk melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan pemerintah daerah;

melakukan langkah pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah;

serta melakukan pembinaan, fasilitasi, pemantauan, hingga evaluasi

pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah di bidang kerjasama pemerintah

daerah dengan lembaga pemerintah luar negeri serta kerjasama pemerintah

daerah dengan lembaga non-pemerintah di luar negeri41.

Dalam prosesnya, selain langkah-langkah umum yang telah dijabarkan

sebelumnya seperti pembukuan, pengelolaan arsip, pengadaan rapat koordinasi

dan sebagainya yang memang menjadi prosedur bagi kegiatan kerjasama

dalam negeri maupun luar negeri, Penulis melihat Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta sudah cukup aktif dalam membuka jalinan kerjasama dengan

berbabagai pihak pada level internasional maupun regional, seperti diantaranya

kerjasama dengan United States Agency for International Development

(USAID) dalam bidang pendidikan pada tahun 2010-2013; Kerjasma dengan

41
Ibid.

95
Cities Development Initiatiave for Asia (CDIA) dalam bidang transportasi

perkotaan pada tahun 2011-2012; Kerjasama dengan UCLG ASPAC dan

APEKSI dalam bidang fiscal management/local economic development

khususnya penataan PKL pada tahun 2015-201642; hingga kerjasama dalam

upaya pelestarian asset warisan kebudayaan bersama dengan Organization of

World Heritages Cities (OWHC) sejak tahun 2008 hingga sampai saat ini43,

bahkan disamping itu bukti nyata dijalankannya peranan Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta dalam menjalin kerjasama luar negeri, dapat dilihat dari

banyaknya kegiatan tahunan Pemkot Surakarta yang melibatkan berbagai

unsur internasional di dalamnya, sebagaimana terlampir dalam Solo Calendar

of Event 2017 (Lampiran 23).

Berbagai kemitraan kerjasama tersebut masih terus dipelihara hingga

saat ini secara berkesinambungan, bahkan meskipun rezim pemerintahan telah

berganti, beberapa bentuk jalinan kerjasama antara Pemkot Surakarta dengan

pihak luar negeri masih intens dijalankan hingga kini, seperti, kerjasama sister

city dengan Pemerintah Kota Xi’an; Kerjasama dengan UCLG ASPAC dan

juga Kerjasama dengan OWHC. Adapun peranan Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta dalam beberapa bentuk kegiatan kerjasama tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Kerjasama Sister City dengan Pemerintah Kota Xi’an

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta masih terus menjalin

komunikasi terkait bentuk-bentuk implementasi kerjasama antar

keduanya. Selain itu Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta juga

42
Ibid.
43
Booklet World Heritage Cities: Expo, Cultural Event, Carnival and Converence (Surakarta). 2008.

96
sedang menyusun kerangka MoU kerjasama Sister City keduanya,

mengingat kerjasama antara Pemkot Surakarta dan Pemkot Xi’an

hingga kini masih dalam bentuk LoI.

b. Kerjasama dengan UCLG ASPAC

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta masih aktif dalam

menghadiri pertemuan dan kegiatan lain yang diadakan oleh UCLG

ASPAC; Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta juga menjadi

bidang organisasi perwakilan Pemkot Surakarta yang

membayarkan dana iuran anggota UCLG ASPAC setiap tahunnya,

serta Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta juga berperan

sebagai pihak yang melakukan koordinasi teknis dalam rencana

pelaksanaan kegiatan oleh UCLG ASPAC di Kota Surakarta.

c. Kerjasama dengan OWHC

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta hingga kini, kerap menjadi

utusan Pemkot Surakarta dalam menghadiri pertemuan atau

kegiatan rutin lainnya yang diadakan oleh OWHC. Selain itu

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta juga menyusun

rekomendasi bentuk-bentuk rencana kebijakan Pemkot Surakarta

dalam hal pelestarian aset kebudayaan sebagai bentuk implementasi

komitmen kerjasama Pemkot Surakarta dengan OWHC. Disisi lain,

melalui Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta juga lah Pemkot

Surakarta menjalankan kewajibannya untuk membayarkan iuran

wajib yang bersifat rutin sebagai anggota OWHC.

97
Hal tersebut menujukan Bagian Kerjasama melakukan peranannya

dalam memelihara dan menciptakan progress dalam implementasi kerjasama

yang terjalin antara Pemkot Surakarta dengan berbagai pihak luar negeri.

Untuk memelihara kerjasama luar negeri yang terjalin, Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta juga kerap kali mengirimkan perwakilanya

dalam menghadiri berbagai pertemuan rutin yang diadakan oleh pihak-pihak

terkait yang menjalin kerjasama dengan Pemkot Surakarta, contohnya adalah

ketika Bagian kerjasama Setda Kota Surakarta berkoordinasi dengan Walikota

Surakarta untuk menghadiri undangan Walikota Gyeongju terkait “14th World

Congress of the OWHC” yang akan dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober - 3

November 2017 di Gyeongju, Korea Selatan; undangan dari Sekretaris

Jenderal UCLG ASPAC kepada Walikota Surakarta perihal acara “Workshop

for Thought Leaders: Innovation in Urban Transportation for the Future City”

yang akan dilaksanakan di Guangzhou, China pada tanggal 30 Oktober – 3

November 2017; hingga menghadiri undagan dari UCLG ASPAC berupa

undangan Workshop ‘Penyeragaman Kerangka Kerja Sendai untuk

Pengurangan Resiko Bencana (The Sendai Framework for Disaster Risk

Reduction / SFDRR) 2015-2030 dan berpartisipasi dalam implementasi dan

penilaian SFDRR di kawasan Asia Pasifik’ pada 24-25 Agustus 2017 di

Jakarta.

Disisi lain, ketika Pemkot Surakarta hendak mengirimkan

perwakilannya untuk menghadiri undangan terkait kerjasama dengan pihak

luar negeri, Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri Setda Kota Surakarta juga

berperan dalam membatu proses pengajuan perjalanan dinas luar negeri

(PDLN) perwakilan tersebut kepada kantor imigrasi tingkat provinsi yang ada

98
di Semarang, Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Proses PDLN yang biasa

dikerjakan oleh Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri Setda Kota Surakarta

adalah mencakup perihal tiket keberangkatan dan kepulangan pegawai

pemerintahan yang menjadi perwakilan, proses kelengkapan berkas yang

dibutuhkan sesuai dengan prasyarat pengajuan PDLN hingga proses

pembuatan paspor dinas bagi pegawai pemerintahan yang hendak melakukan

perjalanan dinas ke luar negeri namun belum memiliki paspor dinas. Hal

tersebut merupakan bentuk pelaksanaan tugas dan fungsi Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta dalam menjalankan kegiatan administratif terkait

kerjasama di lingkungan Pemkot Surakarta.

Sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai bidang organisasi yang

berkewenangan dalam mengurusi kegiatan kerjasama di lingkungan Pemkot

Surakarta, serta seiring dengan visi dan misi Pemkot Surakarta dalam

mengembangkan segala potensi yang ada di wilayahnya, Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta dewasa ini juga kian gencar mengambil berbagai

kesempatan dalam pelaksanaan kegiatan kerjasama luar negeri yang dirasa

dapat membantu proses pencapaian visi dan misi Pemkot Surakarta tersebut,

salah satunya adalah terlihat dari bagaimana Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta secara cepat merespon pengajuan diadakannya kegiatan oleh UCLG

ASPAC yang bertajuk ‘Peer-Learning Workshop and Public Forum on

Cultural Strategy Development Surakarta (Solo) City, Indonesia 23-24

November 2017’ yang direncanakan terselenggara di Kota Surakarta.

Selain pada lingkungan Pemkot Surakarta, Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta juga aktif memainkan perannya dalam mendorong terciptanya

jalinan kerjasama luar negeri di seluruh kabupaten/kota yang tergabung

99
kedalam eks-keresidenan Solo Raya. Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

yang juga bertindak selaku sekretaris BKAD SUBOSUKOWONOSRATEN,

selalu mendorong kabupaten/kota lainnya yang ada di wilayah Solo Raya,

untuk meningkatkan kerjasama luar negeri dengan berbagai pihak

sebagaimana yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta. Anjuran ini selalu

disisipkan oleh Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam setiap

pertemuan BKAD SUBOSUKOWONOSRATEN.

Berdasarkan penjabaran di atas, penulis melihat bahwasannya Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, sudah cukup baik menjalankan perannya

dalam menjalin dan memelihara kerjasama di lingkungan Pemkot Surakarta

sebagai koordinator, fasilitator dan bimbingan, pelaksana teknis hingga

evaluasi dan pelaporan hal-hal yang berhubungan dengan kerjasama luar

negeri sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta yang sudah dilakukan secara konsisten dan sistematis.

Penulis melihat bentuk kerjasama luar negeri yang dijalin oleh Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, lebih banyak mengacu pada bentuk

kerjasama yang terkait dengan bidang pengembangan tata kota dan upaya

pelestarian aset warisan kebudayaan yang ada di Kota Surakarta. Hal ini

sejalan dengan visi dan misi Pemkot Surakarta yang menginginkan Kota

Surakarta menjadi sebuah Kota Pusaka yang tetap bisa berkembang secara

dinamis mengikuti segala perubahan zaman dan sejauh ini, bagian kerjasama

sudah cukup baik dalam memelihara kerjasama yang terjalin dengan cara

berpartisipasi aktif pada setiap kegiatan yang diadakan oleh mitra

kerjasamanya.

100
Namun, penulis juga melihat bahwa peranan ini, khususnya dalam

membuka jalinan kerjasama luar negeri yang baru, belum sepenuhnya optimal

dijalankan, karena terganjal beberapa hambatan seperti sulitnya birokrasi yang

harus dilalui dalam sebuah pengajuan kerjasama luar negeri oleh Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta hingga masih kurangnya jumlah personil

pegawai; dan minimnya kemampuan SDM di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta yang mampu berbicara dan menginterpretasikan makna dari bahasa

asing; dimana hal tersebut sejatinya merupakan modal awal yang harus

dimiliki oleh sebuah instansi dalam memperluas jaringan kerjasamanya pada

tataran internasional.

Keadaan tersebut akhirnya berimbas pada kurang optimalnya Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam megambil kesempatan untuk menjalin

kerjasama luar negeri dengan berbagai pihak. Hal ini juga kemudian

diperparah dengan pantauan penulis yang menilai bahwa dalam menjalin

kerjasama luar negeri, Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta saat ini

cenderung terlalu berhati-hati dan selektif. Hal ini dipengaruhi oleh

pembelajaran masa lalu, dimana pada saat itu Pemkot Surakarta sempat

menjalin kerjasama sister city dengan kota Montana, Bulgaria pada 19

Februari 2007, namun berkahir pada tanggal yang sama di tahun 2012, karena

dirasa kurang optimal dalam pelaksanaannya sehingga keuntungan positif

yang didapat pun tidak maksimal44. Hal ini yang penulis rasa turut

mempengaruhi karakteristik kebijakan Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta yang cenderung lebih selektif dalam menjalin hubungan kerjasama

dengan pihak luar negeri.


44
Solopos. Proyek Sister City Jokowi Gagal. Diakses melalui http://www.solopos.com/2013/05/21/proyek-
sister-city-jokowi-gagal-408704 pada tanggal 13 Oktober 2017.

101
Keadaan tersebut kemudian membuat peran Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta dalam menjalin hubungan kerjasama luar negeri sedikit

terhambat, seperti halnya yang terjadi pada saat Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta menolak undangan dari UCLG ASPAC dan APEKSI untuk

mengikuti acara Indonesian Future City 2017. Hal ini dikarenakan Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta bersama dengan OPD lainnya menilai bahwa

cost atau biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan tersebut terlalu besar

dan tidak sebanding dengan keuntungan yang bisa didapatkan.

Selain keadaan diatas, terbatasnya ruangan dan fasilitas yang dapat

menunjang dilakukannya proses kerjasama di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta; hingga masih minimnya pengetahuan pegawai pemerintahan di

lingkungan Pemkot Surakarta terkait mekanisme dilakukannya sebuah berntuk

kerjasama dengan pihak lain, menjadi hambatan terciptanya sinergitas kinerja

antara Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dengan OPD lainnya

dilingkungan kerja Pemkot Surakarta. Hal ini tentunya menjadi batu

sandungan kembali untuk Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dalam

mengoptimalkan perannya untuk menjalin dan memelihara kerjasama luar

negeri yang ada di lingkungan Pemkot Surakarta. Keadaan ini tentunya sangat

penulis sayangkan mengingat tingginya potensi positif yang dapat

dikerjasamakan antara Pemkot Surakarta dengan berbagai pihak luar negeri

dalam berbagai aspek.

Penulis merekomendasikan agar kedepannya dapat dilakukan

penyeragaman pemahaman kepada seluruh OPD di lingkungan Pemkot

Surakarta terkait mekanisme pelaksanaan kerjasama khususnya kerjasama luar

negeri; adanya pembenahan internal Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

102
baik secara struktur kepegawaian, maupun infrastruktur penunjang lainnya

serta dilakukannya berbagai perubahan kebijakan yang dapat menjaring lebih

banyak lagi kemitraan luar negeri yang dapat dijalin oleh Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta, sehingga perannya dalam menjalin dan memelihara

kerjasama luar negeri nantinya dapat dimaksimalkan.

2.3.3. Hambatan

2.3.3.1. Tumpang-tindih Tugas

Pada saat pelaksanaan PKN, hal yang menghambat penulis selama

melaksanakan kegiatan PKN adalah kurang efektifnya pembagian tugas atau

jobdesk sehingga menyebabkan adanya tumpang-tindih tugas. Disamping itu,

padatnya intensitas pekerjaan yang ada di Bagian Kerjsama Setda Kota

Surakarta, membuat setiap personal individu yang ada di dalamnya harus

dapat bekerja secara cepat, tepat dan multitasking, tidak terkecuali dengan

pelaksana magang seperti yang penulis lakukan.

Hal ini semakin diperparah apabila terdapat staff atau pegawai yang

tidak berada di kantor, baik karena berhalangan hadir, atau sedang

melaksanakan tugas dinas di luar kantor, kondisi tersebut memaksa staff

kepegawaian lain, termasuk penulis sebagai pelaksana PKN, harus dapat

mem-backup aktifitas yang berkenaan dengan beliau yang berhalangan hadir

tersebut.

Kejadian tumpang-tindih ini beberapa kali terjadi dalam pelaksanaan

PKN penulis, contohnya adalah pada saat penulis sedang melakukan proses

103
penerjemahan surat dari UCLG ASPAC kepada Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, tiba-tiba penulis juga harus menerima telepon masuk dari Dinas

Kebudayaan Kota Surakarta yang menanyakan kelanjutan acara kebudayaan di

Guangzhou, Tiongkok; lalu disaat yang bersamaan, penulis menerima note

yang berisikan perintah bagi penulis untuk mengantarkan surat kepada Bagian

Umum Setda Kota Surakarta.

Adanya tumpang-tindih tugas ini, membuat terbaginya fokus penulis

pada saat melaksanakan kegiatan PKN, sehingga hasil dari pelaksanaan tugas-

tugas di dalamnya pun, terkadang penulis rasa kurang maksimal. Namun disisi

lain, penulis tetap berusaha menghadapi hambatan tersbut dan tetap berupaya

memberikan kinerja yang terbaik dalam setiap kegiatan yang pernulis lakukan

sebagai pelaksana PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

2.3.3.2.Keterbatasan Luas Ruang Kerja

Dalam melaksanakan PKN di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta,

penulis sempat mengalami kesulitan dengan beradaptasi di ruangan kerja yang

terbilang sempit untuk dapat menampung seluruh pegawai dan juga kegiatan

yang ada di dalamnya. Dengan jumlah sepuluh orang pegawai; ditambah

dengan banyaknya berkas dokumen maupun arsip data lainnya yang ada di

dalam ruangan, menjadikan ruangan tersebut penuh sesak apabila harus

ditambah dengan pegawai magang maupun tamu yang masuk kedalam

ruangan Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

104
Keterbatasan ruang kerja ini, disebabkan oleh adanya pemindahan

sementara ruang kerja Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, yang semula

berada satu komplek dengan Badan Pengadaan Layanan dan Jasa Kota

Surakarta dan juga Bagian Hukum Setda Kota Surakarta; menjadi dipadatkan

di lantai dua gedung bangsal Balaikota Surakarta, bersama dengan Bagian

Organisasi Setda Kota Surakarta dan juga Bagian Hubungan Masyarakat

(HUMAS) Setda Kota Surakarta.

Namun meskipun dalam kondisi demikian, penulis mencoba untuk

tetap menikmati pekerjaan penulis selama melaksanakan program PKN di

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta dan selalu memberikan performa

yang prima di setiap aktifitasnya.

2.3.3.3.Kurangnya Jumlah Pegawai

Jumlah pegawai yang ada di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

hanyalah sepuluh orang, penulis melihat hal tersebut merupakan jumlah yang

minim untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang ada di Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta.

Tingginya intensitas pekerjaan yang ada di Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta, juga menyebabkan seringnya diadakan sebuah rapat atau

pertemuan guna membahas berbagai hal yang menjadi tugas pokok dan fungsi

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Hal ini tentunya menjadi kendala

tersendiri dengan kurangnya jumlah pegawai yang sedikit, terlebih apabila

terdapat pegawai Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta baik Kepala maupun

105
staff yang tidak dapat hadir di kantor karena suatu alasan pribadi tertentu

maupun karena harus melaksanakan tugas dinas ke luar kota atau bahkan luar

negeri. Hal ini membuat pekerjaan kerap kali menumpuk karena tidak adanya

pihak yang dapat mem-backup peranan kerja antar satu sama lain.

2.3.3.4.Terbatasnya Kemampuan Pegawai dalam Menggunakan Bahasa Asing

Dewasa ini, Kota Surakarta kian berkembang menjadi Kota yang maju

dengan segala potensi yang ada di dalamnya. Hal ini terlihat dari banyaknya

kerjasama yang dilakukan antara Pemkot Surakarta dengan pihak lain pada

level Internasional baik yang bersifat pemerintah maupun swasta. Tentu hal ini

menjadi peluang bagi Kota Surakarta dalam mengembangkan wilayahnya dan

memperkenalkan namanya di kancah internasional.

Namun, dibalik kesempatan baik tersebut, terdapat sebuah hambatan

dalam pelaksanaanya, yakni minimnya kemampuan para pegawai

pemerintahan, khususnya di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta yang

dapat berbicara menggunakan bahasa Inggris atau bahasa internasional lainnya

sehingga mereka pun kesulitan dalam memahami dan menginterpretasikan

suatu dokumen dari pihak luar negeri yang ditulis dalam bahasa Inggris.

Hal ini menjadi sebuah permasalahan klasik namun krusial, mengingat

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta berperan sebagai pintu masuk utama

dan berkewenangan langsung dalam mengurusi kegiatan terkait kerjasama

dengan berbagai pihak termasuk pihak luar negeri.

106
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Selama 29 hari aktif kerja, penulis melaksanakan program PKN di Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, merupakan sebuah pengalaman luar biasa yang

pernah penulis rasakan. Banyak pencapaian positif yang dirasakan oleh penulis

baik dari aspek Soft Skill, maupun Hard Skill yang tentunya sangat bermanfaat

dalam jenjang kehidupan dan karir penulis selanjutnya.

Penulis mendapatkan banyak pembelajaran mengenai bagaimana hiruk-

pikuk aktifitas di lingkungan pemerintahan dijalankan. Penulis akhirnya

memahami tahapan birokrasi apabila ada pihak-pihak yang hendak mengajukan

tawaran kerjasama dengan pihak Pemkot Surakarta dan begitupun sebaliknya.

Penulis merasakan bagaimana proses pembuatan dan pengarsipan surat menyurat

yang masuk maupun keluar di Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta hingga

bagaimana polemik dan dinamika yang terjadi dalam setiap pertemuan dan rapat

yang diadakan ketika membahas berbagai persoalan yang terkait dengan aktifitas

pemerintahan Kota Surakarta.

Melalui kegiatan PKN ini, penulis dapat melihat, bagaimana keseriusan

dan ambisi Kota Surakarta yang ditularkan secara turun temurun kepada setiap

pemangku kebijakan yang menjabat, untuk menjadikan Kota Surakarta sebagai

sebuah Kota Pusaka yang maju dan dinamis tanpa menghilangkan identitas asli

sebagai jati diri Kota Surakarta yang tersimpan dalam aset warisan budaya dan

kearifan lokal yang ada di dalamnya melalui berbagai kerjasama yang dijalankan

107
dengan berbagai pihak di dalam maupun luar negeri, baik yang bersifat instansi

pemerintahan, maupun swasta.

Penulis melihat, bagaimana Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

berusama menjalankan perannya dalam menjalin dan memelihara kerjasama luar

negeri Pemkot Surakarta secara berkesinambungan meski dalam pelaksanaannya

masih terdapat banyak permasalahan yang menjadi hambatan untuk Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta.

Secara garis besar, penulis menilai bahwa Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta sudah cukup baik dalam menjalankan perannya dan dapat dijadikan

sebagai contoh bagi bidang organisasi lain dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsi sesuai dengan kewenangannya, baik yang juga berada di lingkungan

Pemkot Surakarta, maupun Pemerintahan daerah lain yang ada di Indonesia.

Penulis juga menilai bahwa Pemkot Surakarta telah berhasil menjadi salah satu

contoh pemerintahan daerah yang sukses mengembangkan daerahnya melalui

jalinan kemitraan dengan berbagai pihak bahkan hingga level internasional dan

secara konsisten menjalankan visi dan misinya sebagai ‘The Spirit of Java”.

3.2. Rekomendasi

Setelah penulis menyelesaikan kegiatan PKN di Bagian Kerjasama Setda

Kota Surakarta, penulis merasa ada beberapa hal yang perlu penulis sampaikan

baik kepada rekan-rekan mahasiswa, Universitas Brawijaya sebagai lembaga

akademik tempat penulis melaksanakan studi perkuliahan maupun Bagian

108
Kerjasama Setda Kota Surakarta sebagai tempat dilaksanakannya program PKN

oleh penulis. Adapaun beberapa rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:

3.2.1 Bagi Mahasiswa

a. Kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Universitas Brawijaya, khususnya rekan mahasiswa pada Program Studi

Hubungan Internasional; hendaknya melakukan persiapan sedini mungkin

sebelum melaksanakan kegiatan PKN. Hal tersebut penulis sarankan,

mengingat birokrasi yang harus dilalui hingga pada akhirnya penulis

ditempatkan di tempat penulis melaksanakan program PKN tidaklah

mudah dan cukup memakan waktu yang lama;

b. Hendaklah selalu menjunjung tinggi kedisiplinan, etos kerja, etika dan tata

krama dalam setiap pelaksanaan kegiatan PKN. Hal tersebut dikarenakan

mahasiswa yang melaksanakan kegiatan PKN, bukan hanya membawa

serta nama baik dirinya secara personal pribadi, namun juga nama baik

Program Studi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya secara

keseluruhan.

c. Penulis menyarankan agar setiap mahasiswa membekali diri dengan

berbagai keahlian sebelum melaksanakan kegiatan PKN. Mengingat

kondisi kerja di lapangan, sangat bersifat conditional dan tidak dapat

diprediksi; pembekalan keahlian tersebut nantinya dapat membantu

mahasiswa ketika menemui hambatan dalam kegiatan PKN yang

dijalankannya.

d. Selalu menjaga kesehatan diri sehingga dapat menyelesaikan pelaksanaan

PKN beserta pelaporannya hingga sidang dengan tepat waktu.

109
3.2.2. Bagi Universitas Brawijaya

Penulis merekomendasikan kepada Universitas Brawijaya untuk

memantau setiap instansi yang dijadikan sebagai tempat pelaksanaan

kegiatan PKN oleh mahasiswa. Melalui adanya pantauan tersebut, pihak

Universitas dapat memberikan masukan dan bimbingan secara lebih

komprehensif kepada mahasiswa yang akan melaksanakan PKN, yang

nantinya juga akan berdampak positif bagi peningkatan kualitas lulusan

baik dalam bidang akademik maupun non-akademik bahkan hingga nanti

mereka memasuki lingkungan kerja yang sesungguhnya.

3.2.3. Bagi Bagian kerjasama Setda Kota Surakarta

a. Penulis menyarankan, perlunya seluruh pihak yang ada di lingkungan

Pemkot Surakarta, untuk dapat mengetahui proses pengajuan maupun

pelaksanaan kerjasama. Pengetahuan mengenai hal tersebut menjadi

penting mengingat potensi terjalinnya kerjasama dengan tidak hanya

datang kepada Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, namun juga kerap

kali secara langsung masuk kepada Bidang atau Dinas lain di lingkungan

Pemkot Surakarta, sehingga pembekalan mengenai tahapan dan aturan

pelaksanaan kerjasama tersebut perlu dilakukan guna menghindari adanya

miss-comunication maupun tumpang-tindih pelaksanaan kerjasama

nantinya.

b. Perlunya optimalisasi kerjasama baik dengan pihak yang berada di dalam

maupun luar negeri. Hal ini kiranya dapat dilakukan melalui pemetaan

110
potensi aspek-aspek yang dapat dikerjasamakan di setiap Badan atau

Dinas yang ada di lingkungan Pemkot Surakarta.

c. Perluasan ruang kerja pada Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta,

mengingat padatnya aktifitas yang berada pada ruangan tersebut, serta

tingginya intensitas tamu yang hadir untuk membicarakan hal-hal

mengenai kerjasama dengan pihak Pemkot Surakarta. Hal ini diharapkan

dapat meningkatkan kualitas kinerja dari seluruh pegawai yang ada di

dalamnya.

d. Penambahan jumlah pegawai dan perlunya pembekalan kemampuan

dalam menggunakan bahasa Inggris di Bagian Kerjasama Setda Kota

Surakarta, mengingat kerjasama yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta

tidak hanya dengan pihak dalam negeri namun juga entitas lain baik

pemerintahan maupun swasta dari luar negeri.

111
BAB V

LAMPIRAN

LAMPIRAN I

Implementasi Lokal Kerangka Kerja Sendai

Pelatihan Peserta UCLG ASPAC


24 - 25 Agustus, Jakarta, Indonesia

Agenda

Hari 1 Rencana Kegiatan


Kedatangan dan pengenalan Ibu Ana Christina Thorlund, Program Officer UISDR.
9:00 - 9:30 Sambutan Sekjen UCLG ASPAC.
Sambutan sekaligus pembukaan wakil gubernur Jakarta, Bidang Perencanaan Tata
Ruang.
9:30 - 10:00 Pengenalan Ibu Ana Christina Thorlund, Program Officer UISDR.
Presentasi : Peluang dan Hambatan dalam pengurangan resiko pembentukan Kota
tanggap bencana.
10:00 - 11:00 Pengenalan dan penyuluhan terkait Kota tanggap bencana.
Presentasi : penyuluhan 10 poin penting pembentukan Kota tanggap bencana.
11:00 - 12:00 Penerapan alat penilaian dan analisa pembentukan Kota tanggap bencana.
Presentasi : Penggunaan alat penghitungan cepat tingkat resiko.
Kerja kelompok.
12:00 - 13:00 Makan siang
13:00 - 14:00 Presentasi kelompok : pengguaan alat penghitungan cepat tingkat resiko.
Penerapan alat penilaian dan analisa pembentukan kota tanggap bencana
14:00 - 15:00 (Lanjutan).
Presentasi : Penggunaan kartu nilai.
Kerja kelompok.
15:00 - 15:15 Coffee Break
15:15 - 17:00 Penerapan alat penilaian dan analisa pembentukan Kota tanggap bencana
Presentasi : Hasil kerja kelompok.
Diskusi Kelompok.
Hari 2 Rencana Kegiatan
Pembahasan utama DRR dalam pengembangan sosial – ekonomi dengan studi kasus
9:00 - 10:30 pada pemerintahan, keuangan, infrastruktur, adaptasi perubahan iklim (Hanya poin
penting nomor 1,2,3,4,5 pada kerangka kerja Sendai)
Presentasi.
10:30 - 12:00 Implementasi dan pengembangan rencana pengurangan resiko bencana
Presentasi.

112
Pelatihan : Diskusi kelompok untuk penyusunan draft rencana kegiatan
Kota/Negara tanggap bencana (Hanya poin penting nomor 1,2,3,4,5 pada kerangka
kerja Sendai).
12:00 - 13:00 Makan Siang
Pembahasan utama DRR dalam pembangunan sosial – ekonomi dengan studi kasus
rencana penggunaan lahan dan bangunan, ekosistem dan lingkungan, kesehatan,
13:00 - 14:00 sistem penghidupan (Hanya poin penting nomor 6,7,8,9,10 pada kerangka kerja
Sendai).

14:00 - 15:00 Monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut.


Presentasi.
15:00 - 15:15 Coffee Break
Diskusi Kelompok untuk pengembangan draft rencana kegiatan pengurangan resiko
15:15 - 16:00 bencana.
(Penyempurnaan M&E – Indikator rencana kegiatan)
Diskusi kelompok : pengembangan rencana kegiatan pengurangan resiko bencana.
16:00 - 16:30
Kesimpulan dari Workshop dan Evaluasi.

113
LAMPIRAN II

INFORMASI MENGENAI KEBIJAKAN DAN LANGKAH PELESTARIAN


BUDAYA

LATAR BELAKANG

Kota Surakarta atau yang biasa dikenal dengan sebutan Solo, merupakan Kota yang
terbentuk pada tanggal 17 Februari 1745. Kota ini merupakan kota dengan nilai sejarah yang
panjang serta menyumbangkan peranan yang penting bagi perkembangan budaya Indonesia,
dimana Keraton Kesunanan Surakarta sebagai pusat kerajaan yang masih berdiri hingga saat
ini, merupakan bentuk tinggalan fisik sejarah dan menjadi salah satu saksi penting bahwa
Kota Surakarta merupakan Kota Sejarah.

Sebagai salah satu Kota Sejarah di Indonesia, sudah menjadi kewajiban bagi Kota
Surakarta dalam menjaga dan melestarikan aset-aset budaya yang ada didalamnya, baik yang
bersifat kasat mata dapat dilihat langsung (tengible/ragawi); maupun yang tidak kasat mata
(non-tengible/non-ragawi).

Upaya optimalisasi pelestarian kebudayaan oleh Kota Surakarta pun dapat dilihat
melalui adanya Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kota Surakarta yang merupakan salah
satu upaya pelestarian Kota Pusaka dengan mengelola Kota Pusaka berdasarkan rencana
pengelolaan yang sistematis dan terintegrasi dengan dokumen penataan ruang lain di Kota
Surakarta. RAKP ini juga disusun sebagai panduan dalam melindungi, memelihara,
mengembangkan dan memanfaatkan keunggulan nilai pusaka, sehingga terwujud keunggulan
nilai Kota Pusaka, baik secara lokal, nasional maupun global secara berkelanjutan.
Kedudukan RAKP ini juga adalah sebagai pelengkap dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dalam rangka perwujudan penataan ruang
berbasis budaya sekaligus menyiapkan Kota Surakarta sebagai bagian dari World Heritage
Cities (WHC).

PROFIL KOTA SURAKARTA SEBAGAI KOTA PUSAKA

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang menyimpan berbagai peninggalan
kebudayaan dan berkembang di atas landasan budaya yang dipelihara oleh masyarakatnya.
Keberadaan Kota Surakarta sampai dengan saat ini juga dipengaruhi oleh berbagai peristiwa
yang terjadi setelah masa kemerdekaan Indonesia. Pada perkembangannya saat ini, tata ruang
Kota Surakarta secara arsitektural masih mampu mempertahankan bangunan-bangunan yang
bercirikan era kerajaan Jawa dan era Kolonial Belanda, bangunan dengan arsitektur etnik
Cina, Arab, dan Indo Campuran, yang menunjukan bahwa memang sejatinya Kota Surakarta
merupakan kota yang sudah akrab dengan keragaman masyarakat yang ada di dalamnya.

Kota Surakarta terus berkembang menjadi sebuah kota yang maju bersama dengan
masyarakatnya. Dengan tetap mempertahankan keberadaan Kasunanan dan keraton sebagai
bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan pemerintah sipil yang terbentuk sesuai dengan
rezim yang berpusat pada Negara, kota Surakarta terus berbenah dan menyesuaikan diri

114
dalam mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah derasnya perubahan yang terjadi
secara global.

Sejatinya, kota Surakarta memiliki banyak potensi dan keragaman aset yang dapat
dimanfaatkan dalam mengembangakan tata kota yang ada di dalamnya. Adapun aset tersebut
bersifat Tengible (Ragawi) maupun aset In-Tengible (Non-ragawi).

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta No.646/1-2/1/2013 tentang


Perubahan Atas keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor
646/116/1/1997 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan dan Kawasan Kuno Bersejarah di
Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1992 tentang Cagar Budaya ditetapkan 69 bangunan cagar budaya, seperti: Kawasan
Kasunanan, Kawasan Pura Mangkunegaraan, Lingkungan Pemukiman Baluwarti,
Lingkungan Pemukiman Laweyan, Kawasan Loji Wetan dan Kawasan Kauman.

Mengenai aset In-Tengible yang dimiliki oleh Kota Surakarta, mengacu pada definisi
pusaka non-ragawi yang ditegaskan oleh UNESCO mendeskripsikan pusaka budaya In-
Tangible heritage meliputi tradisi oral bahasa, proses kreasi kemampuan dan pengetahuan,
seni pertunjukan, festival, religi dan kepercayaan, kosmologi, serta sisteme pembelajaran dan
kepercayaan, serta praktik-praktik kepercayaan, termasuk di dalamnya musik dan lagu, seni
pertunjukan, kuliner tradisional. Adapun aset In-Tengible di kota Surakarta yang
mendominasi yakni kesenian dan kuliner yang memang tersebar luas di seluruh penjuru kota
Surakarta.

SIGNIFIKASI KOTA SURAKARTA SEBAGAI KOTA PUSAKA

Signifikasi Kota Surakarta sebagai Kota Pusaka dapat ditunjang dengan nilai sejarah
yang ada dimana Kota Surakarta memiliki peran yang tinggi sebagai Ibu Kota Kerajaan Jawa
pada masanya dahulu dan telah melahirkan tokoh-tokoh penting Pergerakan Nasional hingga
mendunia, hal ini menunjukan adanya nilai penting kota Surakarta baik secara budaya
maupun aspek sejarah.

Signifikasi kota Surakarta sebagai kota pusaka juga dapat dilihat dari nilai keunikan
kota Surakarta yang masih bercirikan istana sentris Kerajaan Jawa yang memiliki latar
belakang sejarah dan nilai budaya yang kuat serta masih terjaga hingga sekarang, dimana
memang hanya sedikit kota yang masih memiliki kekayaan identitas seperti ini.

Selain terbantu dengan adanya aset kebudayaan yang dimiliki oleh kota Surakarta,
signifikasi kota Surakarta sebagai kota pusaka juga didukung melalui adanya kebijakan yang
berkelanjutan dalam pelestarian aset budaya; pelestarian nilai fungsional kawasan; menjaga
keberadaan nilai ekonomi yang terbangun melalui proses perkembangan kota yang dapat pula
menjadi potensi pariwisata; serta menjaga nilai ekologis kawasan, sebagai pendukung nilai
edukasi dan ilmu pengetahuan.

Penjabaran diatas, tentunya menunjukan signifikasi kota Surakarta sebagai kota


pusaka yang memang sarat akan karakteristik budaya dan nilai sejarah yang tinggi, serta
terjaganya kekayaan dan keutuhan aset pusaka yang ada di kota Surakarta.
115
PENCAPAIAN PELAKSANAAN AKSI KOTA SURAKARTA SEBAGAI KOTA
PUSAKA HINGGA TAHUN 2014

Pencapaian aksi kota Surakarta sebagai kota pusaka, sejatinya tidak luput dari adanya
sinergitas antara Pemerintah, masyarakat, tim ahli cagar budaya maupun pihak swasta.
Adapun keterlibatan pemerintah dapat dilihat dari adanya BAPPPEDA, Dinas Tata Ruang
Kota Surakarta dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; sedangkan masyarakat juga turut
berperan aktif melalui adanya LSM Pelestarian, Organisasi Kemasyarakatan, Perguruan
Tinggi dan Organisasi Berbasis Kearifan. Tidak hanya disitu, peranan Tim Ahli Cagar
Budaya juga turut membantu pencapaian kota Surakarta dalam pelestarian kawasan pusaka
yang turut dibantu oleh pihak swasta melalui program CSR.

Hasil dari sinergitas sebagaimana dijabarkan di atas, dapat dilihat dari adanya
kemajuan kota Surakarta dalam aspek kelembagaan dan peran pemangku kepentingan yang
semakin komprehensif dan terintegritas; Inventarisasi, Analisis dan Penetapan Pusaka yang
semakin dikuatkan keberadaannya melalui penyusunan regulasi dan landasan hukum
terhadap bangunan cagar budaya; Penyediaan Informasi, Edukasi dan Promosi yang terpusat
melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai Information Heritage Centre yang semakin
mudah diakses melaui adanya digitalisasi website; Pengelolaan Resiko Bencana untuk Pusaka
yang menyeluruh dan berkelanjutan dengan melibatkan Forum Kerukunan Umat Bergama
(FKUB), kelompok-kelompok masyarakat, tokoh masyarakat, forum lintas tokoh dan
MUSPIDA.

Disisi lain, dalam optimalisasi pencapaian kota Surakarta sebagai kota pusaka, kota
Surakarta juga turut memberikan program pengembangan karakter dan kehidupan kepada
masyarakat agar dapat memanfaatkan segala aset pusaka yang dimiliki oleh kota Surakarta
sebagai penggerak pengembangan ekonomi kehidupan. Hal ini terlihat melalui adanya
pengembangan karakter kampung-kampung yang ada seperti kampung Kauman dan Laweyan
yang dikembangan sebagai kampung batik di kota Surakarta; serta melalui adanya
penyelenggaraan event-event berskala nasional maupun internasional yang mampu
mendongkrak nilai jual pariwisata melalui adanya sajian budaya yang lebih menarik untuk
para wisatawan lokal maupun asing yang berkunjung ke kota Surakarta.

Inovasi diatas kemudian dilengkapi melalui adanya kegiatan olah desain bangunan
dan ruang tebuka oleh pemerintah dan berbagai stakeholder terkait meliputi program
rehabilitasi, revitalisasi, partisipasi Participatory Design Community, inventarisasi,
penyusunan dokumen rencana, penyusunan regulasi serta pembentukan rencana penataan
ruang dan lingkungan alam terhadap asset pusaka budaya yang dimiliki kota Surakarta.

TANTANGAN DAN PERMASALAHAN DALAM MELESTARIKAN


KEUNGGULAN KOTA SURAKARTA SEBAGAI KOTA PUSAKA

Pelestarian keunggulan Kota Surakarta menghadapi berbagai permasalahan seperti


resiko bencana alam, permasalahan terkait ulah manusia, adanya desakan pembangunan kota,

116
permasalahan tata kelola pemerintahan dalam upaya pelestarian, serta adanya keterbatasan
pendidikan dan sumber daya manusia (SDM) dalam upaya pelestarian aset pusaka Kota
Surakarta.

Permasalahan bencana alam bagi Kota Surakarta dalam melestarikan benda cagar
budaya adalah bahaya banjir yang diakibatkan oleh meluapnya Sungai Bengawan Solo dan
hujan deras yang merusak tanggul-tanggul penahan air. Sedangkan permasalahan terkait ulah
manusia mengancam eksistensi pusaka ragawi dan pusaka non-ragawi. Aset pusaka ragawi
memiliki ancaman kerusakan dari upaya konservasi maupun rehabilitasi yang kadangkala
mengalami kesulitan untuk mengembalikan aset pusaka tersebut sesuai dengan aslinya, baik
dalam segi bentuk arsitektur maupun bahan bangunan. Permasalahan bagi aset pusaka ragawi
juga muncul ketika bangunan bersejarah dimiliki oleh pihak swasta, bukan pemerintah
sehingga dalam pengembangannya digunakan untuk kepentingan komersil atau kepentingan
lainnya. Maka dari itu, tantangan bagi Pemerintah Kota Surakarta adalah penyusunan regulasi
yang memungkinkan agar mampu mewadahi kelestarian bangunan-bangunan bersejarah yang
status kepemilikannya masih pribadi atau swasta. Untuk permasalahan pusaka non-ragawi
yang dihadapi Pemerintah Kota Surakarta adalah adanya modernisasi dan semakin
berkurangnya kepedulian masyarakat, sehingga tantangan dihadapi generasi mendatang
adalah upaya untuk tetap menjaga nilai-nilai kebudayaan yang ada agar tetap hidup di
lingkungan masyarakat secara harmonis beriringan dengan perkembangan zaman.

Ancaman yang datang dari desakan pembangunan kota semakin meningkatkan


kebutuhan masyarakat perkotaan sehingga memungkinkan terjadinya perubahan struktur
maupun morfologi kota. Hal ini akan mengancam eksistensi aset budaya karena desakan
pembangunan perkotaan akan memunculkan kebutuhan-kebutuhan ruang baru. Berdasarkan
permasalahan diatas, tantangan yang muncul pada masa mendatang dalam perkembangan
perkotaan adalah adanya upaya dan program untuk tetap menjaga keberadaaan bangunan
bersejarah di tengah laju perkembangan kota dan kebutuhan-kebutuhan yang semakin
meningkat.

Selanjutnya, permasalahan yang muncul terkait tata kelola pemerintahan adalah


belum optimalnya kebijakan serta regulasi yang tegas mengenai pelanggaran yang terjadi
pada pemanfaatan bangunan bersejarah di Kota Surakarta. Tantangan ke depan dalam
permasalahan tata kelola pemerintahan adalah bersinergi antar dinas dan bekerja bersama-
sama dalam upaya menjaga dan melestarikan aset budaya.

Permasalahan yang dihadapi dari aspek keterbatasan pendidikan dan SDM pelestarian
adalah masih minimnya kesadaran masyarakat dan kepedulian masyarakat akan pentingnya
menjaga aset budaya yang ada. Selain itu, jumlah lembaga maupun kelompok masyarakat
yang berperan dalam pelestarian aset sejarah di Kota Surakarta masih terbatas. Sedangkan
tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan pemahaman masyarakat untuk menjaga
kelestarian aset pusaka yang ada.

117
VISI DAN MISI

Untuk terciptanya kota Surakarta sebagai kota pusaka, kota Surakarta memiliki Visi
dan Misi yang disusun secara komprehensif dan diturunkan dari arahan penataan ruang yang
telah disusun sebelumnya. Adapun Visi dan Misi berdasarkan kajian terhadap arahan
pengembangan kota Surakarta dalam dokumen-dokumen perencanaan yang telah disusun
tersebut sebagai berikut:

Visi:

“Terwujudnya Surakarta Kota Pusaka Maju Lestari Berbasis Sumber Daya Budaya
dan Bertumpu Pada Penguatan Identitas Lokal”

Misi:

1. Melakukan pelestarian dan perlindungan terhadap Kota pusaka dan aset-aset


pusaka secara berkelanjutan
2. Menciptakan integrasi pengembangan kawasan perkotaan dan kawasan
budaya dalam rangka pelestarian aset bernilai sejarah sebagai citra kota dan
penguatan identitas kota
3. Mewujudkan penguatan identitas lokal yang bertumpu pada sumberdaya
budaya lokal.

RENCANA AKSI

Rencana aksi yang dilakukan kota Surakarta, tentunya melibatkan banyak pihak di
dalamnya, antara lain dari pihak kelembagaan Pemerintah sebagai wadah yang menampung
aspirasi sekaligus penggerak dalam aksi-aksi yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kota
pusaka yang berkelanjutan; Masyarakat sebagai komponen strategi dan pengontrol/
pengendali strategi; Tim Ahli sebagai pengontrol dalam kegiatan pelestarian, pengelolaan dan
pemanfaatan cagar budaya; serta pihak Swasta sebagai pihak yang membantu komunitas
dalam upaya pelestarian cagar budaya sehigga perlu adanya mindset untuk bersama-sama
menjaga asset budaya yang ada. Partisipasi sektor swasta tersebut di wujudkan dalam bentuk
CSR (Coorporate Social Responsibility).

Rencana aksi yang akan dilakukan kota Surakarta sebagai sebuah Kota Pusaka,
tentunya akan mencakup kedalam berbagai aspek diantaranya: Manajemen Kelembagaan
Kota Pusaka; Inventarisasi dan Dokumentasi Kota Pusaka; Informasi, Edukasi dan Promosi
Kota Pusaka Mandiri; Ekonomi Kota Pusaka; serta Pengelolaan Resiko Bencana Untuk Kota
Pusaka.

Dalam implementasi Rencana aksi kota pusaka Surakarta, juga memperhatikan hasil
penentuan kawasan prioritas dan objek prioritas yang ada di kota Surakarta. Hal ini
ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan meliputi :

1. Arahan pengembangan Kota Surakarta

2. Isu-isu terkait pengembangan kawasan pusaka budaya

118
3. Sebaran titik tengible

4. Sebaran titik in-tengible

Penentuan tersebut dengan meggunakan teknik overlay mapping melalui peta sebaran
titik tengible dan in-tengible heritage. Berdasarkan hasil overlay mapping, didapatkan hasil
irisan kawasan yang menjadi titik konsentrasi sebaran tengible heritage yang didukung
dengan sebaran In-tengible heritage disekitarnya.

Sementara penentuan objek prioritas, mengacu pada objek yang memiliki dampak
strategis dalam memberikan dampak positif untuk kepentingan perwujudan visi. Objek
prioritas membutuhkan upaya pengembangan yang diutamakan berdasarkan pada
pertimbangan tertentu, seperti adanya pengembangan yang telah dilakukan atau rencana
pengembangan yang telah disusun oleh pemerintah untuk objek tersebut.

Mengacu pada penjabaran mekanisme penentuan kawasan dan objek prioritas yang
ada di kota Surakarta dalam pelaksanaan Rencana Aksi kota pusaka, telah ditetapkan
kawasan yang menjadi prioritas di kota Surakarta sebagai berikut:

 Kawasan Prioritas 1 : Kawasan Titik Nol


 Kawasan Prioritas 4 : Kawasan Keraton Kasunanan
 Kawasan Prioritas 3 : Kawasan Sriwedari
 Kawasan Prioritas 2 : Kawasan Mangkunegaran
 Kawasan Prioritas 5 : Kawasan Laweyan

Sementara itu, usulan obyek prioritas meliputi :

 Taman Balekambang
 Lokananta
 Omah Lowo
 Stasiun Jebres
 Gapura Keraton
 Sungai Bengawan Solo, Kalianyar, Kali Pepe

Disamping itu, pemerintah kota Surakarta juga akan melakukan pengembangan


karakter dan kehidupan yang memperhatikan: Penguatan karakter dan identitas lokal; sumber
daya budaya dan integrasi antar di dalam kawasan terhadap masyarakat Surakarta, serta
pengelolaan bangunan dan ruang terbuka di kawasan prioritas yang ada di kota Surakarta.
Hal-hal tersebut tentunya akan dilakukan juga dengan mempertimbangkan rekomendasi
kebijakan dari berbagai stakeholder demi terlaksananya Rencana Aksi kota pusaka Surakarta
yang strategis, efektif dan efisien kini dan nanti.

119
INFORMATION OF POLICIES AND MEASURE ON PRESERVATION OF THE
HERITAGES

BACKGROUND

Surakarta City or commonly known as Solo is a city that formed on February 17 th,
1745. This city has a long historical value and contribute an important role for the
development of Indonesian culture, where the Keraton Kesunanan Surakarta as the center of
the kingdom that still stands is a form of physical remains of history and one of the important
witnesses that the City of Surakarta is a City of History.

As one of the historical city in Indonesia, Solo has responsibility to maintain and
preserving the cultural assets in it, whether it is visible (tengible) or non-visible (non-
tengible).

Efforts to optimize cultural preservation by the City of Surakarta can be seen through
the City Heritage Action Plan (RAKP) of Surakarta City which is the one of the effort to
preserve the Heritage City by managing the Heritage City based on a systematic management
plan and integrated with other spatial arrangement documents in the city of Surakarta. The
RAKP is also structured as a guide in protecting, preserving, developing and utilizing the
superiority of heritage values, so as to realize the value of Heritage City, locally, nationally
and globally in a sustainable way. The position of RAKP is also as a complement to the
document of Spatial Plan (RTRW) and Spatial Detail Plan (RDTR) for the realization of
cultural-based spatial arrangement as well as preparing Surakarta City as part of World
Heritage Cities (WHC).

THE PROFILE OF SURAKARTA AS A HERITAGE CITY

Solo is one of the city that holds various cultural heritage and develops on the cultural
foundation maintained by its people. The existence of the city of Surakarta up to now is also
influenced by various events that occurred after Indonesia's independence period. In the
current development, the architecture of Surakarta City is still architecturally by the buildings
characterized of the Javanese kingdom era and the Dutch colonial era. The building with
ethnic Chinese architecture, Arabic, and the other ethnicity, which shows that it is true that
Surakarta city is growth in the diversity.

The city of Surakarta continue to develop into a great city along with its people. By
maintaining the existence of Kasunanan and Keraton as a part of the civil government, the
city of Surakarta continue to struggling and maintaining its existence in the midst of global
changes.

Surakarta city has a lot of potential and diversity of assets that can be utilized in
developing the city layout that is in it. The assets are tengible and In-Tengible assets.

Based on the Decree of the Mayor of Surakarta No.646 / 1-2 / 1/2013 on Amendment
to the Decision of the Mayor of Surakarta Regional Level II 646/116/1/1997 concerning the
Stipulation of Historic Buildings and Historic Areas in Surakarta Level II Municipality Law

120
No. 5 of 1992 on Cultural Heritage is set up in 69 cultural heritage buildings, such as:
Kasunanan Area, Pura Mangkunegaraan Area, Baluwarti Settlement Neighborhood, Laweyan
Settlement Neighborhood, Loji Wetan Area, Kauman Area and so on.

Regarding the In-Tengible assets held by Surakarta City, referring to the In-Tengible
heritage definition affirmed by UNESCO describes in-tangiable heritage cultural heritage
including oral language tradition, the process of capability and knowledge creation,
performing arts, festivals, religions and beliefs, cosmology, and learning and education
systems, and belief practices, including music and songs, performing arts, traditional
culinary. The In-Tengible assets in the city of Surakarta that dominated by arts and culinary
that are widespread throughout the city of Surakarta.

THE SIGNIFICANCE OF SURAKARTA AS A HERITAGE CITY

The significance of Surakarta as Heritage City supported by existing history in the


past when Surakarta has a high role as the capital of the Kingdom of Java and has given birth
important figures of the National Movement. This fact shows the existence of important
things in Surakarta and its historical aspects.

The significance of the city of Surakarta as a heritage city can also be seen from the
unique value of the city of Surakarta which is still characterized by the centric palace of the
Kingdom of Java which has a strong historical and cultural background and is still preserved
until now, where few cities in the world still have this identity.

Supported by the cultural assets owned by the city of Surakarta, the significance of
the city of Surakarta as a heritage city is also supported by the continued policy in preserving
cultural assets; Preservation of functional areas; Maintain the economic that is built through
the process of urban development that can also be a tourism potential; And keep the
ecological area, as a support for education and science.

From the description above, surely shows the significance of Surakarta as a heritage
city which is full of cultural features and high historical value, and the preservation of wealth
and integrity of inheritance assets of Surakarta.

THE ACHIEVEMENTS OF SURAKARTA HERITAGE CITY UNTIL 2014

The achievement of the action of Surakarta city as a heritage city couldn’t separated
from the synergy between the Government, the community, the team of cultural conservation
experts and private parties. The government involvement can be seen from the BAPPPEDA,
the Surakarta City Spatial Planning and the Office of Culture and Tourism; While the
community also play an active role through the NGO Preservation, Community
Organizations, Universities and Organization-Based Wisdom. Not only there, the role of
Cultural Heritage Team also helped the achievement of the city of Surakarta in the
conservation of the heritage area assisted by the private sector through the CSR program.

The results of the synergy as outlined above can be seen from the progress of the city
of Surakarta in the institutional aspect and the increasingly comprehensive and integrated role

121
of the stakeholders; Inventory, Analysis and Determination of Heritage which is further
strengthened its existence through the preparation of regulations and legal foundation on the
building of cultural heritage; Provision of Information, Education and Promotion centered
through the Department of Culture and Tourism as an Information Heritage Center that is
more easily accessible through the website digitization; Disaster Risk Management for a
comprehensive and sustainable treasure involving the Religious Group (FKUB), community
groups, community leaders, cross-figure forums and MUSPIDA.

On the other hand, in optimizing the achievement of the city of Surakarta as a heritage
city, the city of Surakarta also contributed to the development of character and life to the
community in order to utilize all assets of the heritage owned by the city of Surakarta as a
driver of life economic development. This can be seen through the development of the
character of the existing kampung like Kauman and Laweyan villages developed as batik
kampong in Surakarta city; And through the implementation of national and international
events that can boost the selling value of tourism through a more interesting cultural offerings
for local and foreign tourists who visit the city of Surakarta.

The above innovations are complemented by building design and sculpture activities
by the government and related stakeholders including rehabilitation, revitalization,
Participatory Design Community participation, inventory, preparation of plan documents,
regulation drafting and the establishment of spatial and natural spatial plan arrangement of
heritage assets Culture owned by Surakarta city.

PROBLEMS AND CHALLENGES OF STRENGHT PRESERVATION OF


SURAKARTA AS HERITAGE CITY

Preservation of excellence in Surakarta City faces various problems such as natural


disaster risk, human-related problems, urban development insistence, governance issues in
conservation effort, and limited education and human resources in the effort of preserving
heritage assets of Surakarta City.

The problem of natural disasters for Surakarta City in preserving cultural heritage
objects is the danger of floods caused by the overflowing of the Bengawan Solo River and the
heavy rain that damages the water-retaining embankments. While the problems related to
human activities threaten the existence of physical heirlooms and non-physical relics. Assets
of physical heirlooms have a threat of damage from conservation and rehabilitation efforts
that sometimes have difficulty to return the assets of the heritage in accordance with the
original, both in terms of architectural forms and building materials.

Issues for physical heritage assets also arise when the historic buildings are owned by
private parties, not the government so in its development is used for commercial purposes or
other interests. Therefore, the challenge for the Government of Surakarta City is the
formulation of regulations that enable to be able to accommodate the sustainability of historic
buildings whose ownership status is still private or private.

122
For the non-physical heirloom problem faced by Surakarta Government is the
existence of modernization and the decreasing of public awareness, so the challenge faced by
future generations is the effort to keep the existing cultural values in order to stay alive in
harmonious society along with the times.

Threats that come from urban development urge to increase the needs of urban
communities to allow changes in the structure and morphology of the city. This will threaten
the existence of cultural assets because urban development urge will create new space
requirements. Based on the above problems, the challenges that arise in the future in urban
development is the existence of efforts and programs to maintain the existence of historic
buildings amid the pace of urban development and the needs of the increasing.

Furthermore, the problems that arise related to governance is not yet optimal policy
and strict regulation regarding violations that occur in the utilization of historic buildings in
the city of Surakarta. The future challenge in governance issues is to synergize between
agencies and work together in an effort to preserve and preserve cultural assets.

The problems faced from the limited aspects of education and human resources
preservation is the lack of public awareness and public awareness of the importance of
maintaining existing cultural assets. In addition, the number of institutions and community
groups that play a role in the preservation of historical assets in the city of Surakarta is still
limited. While the challenge faced is to increase the understanding of the community to
maintain the preservation of existing heritage assets.

VISION AND MISSION

For the creation of the city of Surakarta as a heritage city, the city of Surakarta has a vision
and mission compiled comprehensively and derived from the arrangement of spatial
arrangements that have been prepared previously. The Vision and Mission based on the study
of the direction of Surakarta city development in the planning documents that have been
prepared are as follows:

Vision:

"The realization of Surakarta Heritage City Based Cultural Resources and Rely On
Strengthening Local Identity"

Mission:

1. To conserve, protect and preservation heritage assets sustainably

2. Creating integration of urban area development and cultural area in order to preserve assets
of historical value as city image and strengthening of city identity

3. Realizing local identity strengthening based on local cultural resources.

123
ACTION PLANS

The action plan undertaken by the city of Surakarta, of course, involves many parties
in it, among others, from the institutional side of the Government as a container that
accommodates aspirations as well as activators in actions that can be done to realize a
sustainable heritage city; Community as component of strategy and controlling / controlling
strategy; The Expert Team as a controller in the conservation, management and utilization of
cultural heritage; As well as the private sector as a party that helps the community in the
preservation of cultural heritage sehigga need a mindset to jointly maintain the existing
cultural assets. Private sector participation is realized in the form of CSR (Coorporate Social
Responsibility).

The action plan to be undertaken in the city of Surakarta as a Heritage City, of course,
will include into various aspects including: Institutional Management Heritage City;
Inventory and Documentation of Heritage City; Information, Education and Promotion of
Independent Heritage City; Economic Heritage City; And Disaster Risk Management for
Heritage City.

In the implementation of the action plan of Surakarta heritage city, also pay attention
to the results of determining priority areas and priority objects in the city of Surakarta. This is
determined based on several considerations including:

1. Surakarta City development direction

2. Issues related to the development of cultural heritage areas

3. Distribution of tengible points

4. Distribution of In-Tengible points

Determination is by using overlay mapping technique through tengible point spread


and intengible heritage map. Based on the result of overlay mapping, the result of slices of
the area that became the concentration point of tengible heritage distribution supported by the
In-Tengible heritage distribution around it.

While the determination of priority objects, referring to objects that have a strategic
impact in providing a positive impact for the interests of the realization of vision. Priority
objects require development efforts are preferred based on certain considerations, such as the
development that has been done or development plans that have been prepared by the
government for the object .

Referring to the elaboration of the mechanism of determining the area and the priority
objects that exist in the city of Surakarta in the implementation of the heritage city action
plan, has set priority areas in the city of Surakarta as follows:

• Priority Area 1: Zero Point Area

• Priority Area 4: Keraton Kasunanan Area

124
• Priority Area 3: Sriwedari Area

• Priority Area 2: Mangkunegaran Area

• Priority Area 5: Laweyan Area

Meanwhile, the proposed priority objects include:

• Balekambang Park

• Lokananta

• Omah Lowo

• Jebres Station

• The Royal Palace

• Bengawan Solo River, Kalianyar, Kali Pepe

In addition, the city government of Surakarta will also develop character and life that
takes into account: Strengthening local character and identity; Cultural resources and inter-
regional integration of the Surakarta community, as well as the management of buildings and
open spaces in priority areas in the city of Surakarta. These matters will also be done
considering the policy recommendations from various stakeholders for the implementation of
the strategic, effective and efficient Future Action Plan of Surakarta, ever after.

125
LAMPIRAN III

SURAKARTA PROFILE
GENERAL INFORMATION

Geography & Weather

Solo city is located at the area of area 44,04 km 2, at 92 m above the sea level. Within the
tropical climate, Solo City has rain and dry seasons, with the temperature ranges from 23-33˚
celcius degrees. Solo City has six city borders, such as: Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar,
Wonogiri, Sragen and Klaten (or usually we call the area as Great Solo, which means
Surakarta and surroundings).

The Government

Surakarta or as known as Solo City, is governed by a Mayor and Vice Mayor, who are
elected in local general election and both of them, are running for five years governing period
and having a mission to build Solo City as the city of culture emphasizing on the potential
business of commerce, service, education, tourism and sport.

Surakarta has a controlling system by representative of legislative council. The


representatives are elected trough a local general election as well. On the other side, Solo
City also have two palace, which are Kasunanan and Mangkunegaraan Palaces. The palaces
have no power in the governmental activities, although the Kings are there in the palaces and
have the power inside. They are more as a symbol of the past, when the Kings were
controlling the people of Surakarta, and now they become a part of histories as a heritage.

Solo City’s government already active in building good relationship in the international level,
with numbers of organization and cities in all over the world. For this reason, Solo City is an
active member of UCLG ASPAC (United Cities and Local Governments Asia Pacific); the
member of OWHC (Organization of World Heritage Cities) and also the member of ICLEI (
International Council for Local Environmental Initiatives) and also had ever developed a
sister city program with Montana City, Bulgaria and now is in good progress to build a new
program with Xi’an.

People and Culture

The total number of citizen of Solo City is about 586.978 People, comprising of 289.246
Males and 297.732 females, while the population density is quite high reaches a number of
13.331 people per Km2. Seen from the age classification, we can find people with the ages of
less than 15 year hareached around 23.62% from the total population. Middle-aged people are
productive-aged people for the city, in which the number of quite high, reaching 31,16% of
the total population. Seen from job composition in Solo City, people are commonly working
at hotel industries, restaurants and social service industries, these are showing the strength of
Solo City to compete with the other cities in terms of human resource (HR).

126
Solo city is home for multi ethnics who existing in this city, for example, we can find many
Arabic society and also Chinese all around the city and they live in with the good tolerance,
side by side.

Talking about the culture, it is easy to find people who use Javanese language as the daily
conversational language and wearing traditional clothes named Kebaya for female and
Beskap for male in at certain occasions, because, most of the cultures in Solo City, are
adapted from the tradition of palaces both Kasunanan and Mangkunegaran.

Trade and Tourism

Tourism, is one of the high rank sectors contributing in increasing the income of the people
and the Government of Surakarta. The steady growth of economy of Solo City is supported
by tourism sectors which have contributed increasing numbers of tourist coming to the city,
both the local and also the foreign tourists, the foreign tourists who visit Solo City are
dominantly come from America, Europe and Asia Pacific.

There are some of recommended places to visit by tourists when enjoying Solo City, they are:
Kasunanan and Mangkunegaran Palace, Danar Hadi Batik Museum, Radya Pustaka Museum,
Gedung Wayang Orang Sriwedari, and Balekambang Botanical and Cultural Park.

To complete the visit to the city, batik and antique stuffs are the quite most wanted souvenirs
for tourists here. Some recommended shopping spots to visit are Kampung Batik Laweyan,
Kampung Batik Kauman, Pusat Grosir Solo, Klewer Market, Pasar Gedhe Hardjonagoro, and
also Triwindu Antique Market. Solo City is super rich with its culinary items, such as nasi
liwet, timlo solo, selat solo, dawet gempol pleret, wedang ronde, soto, bakmi jowo, cabuk
rambak, serabi, thengkleng and many more.

Economic Investment

The economic condition in Solo City is showing a positive trend. In the last decade, Gross
Regional Domestic Product of Solo City is increasing, where it has shown a steadily positive
trend in economic growth. The biggest contributor of Solo City GRDP is in the sector of
trade, hotel, and restaurant industries (26.82%) and also manufacturing industrial sector
(19.18%). In fact, textile products, furniture, shuttle cock, and foods are lines of top market
products in Solo City. City minimum salary of Solo City in 2016 is applied Rp 1.418.218.

Infrastructure

Most of infrastructures in Solo City have been upgraded time by time along with the business
need and the development of modern technology. The terminal for buses (Tirtonadi), railway
stations (Jebres, Balapan, and Purwosari), and an airport (Adi Soemarmo International
Airport) have been rebuild and revitalized to give people comfort in getting the access to Solo
City. There are also warehouse centre and Jebres Container terminal built for commerce
sector in Solo City. Moving people not cars is the principal rule implemented by Government
of Solo City in the transportation sector, then the principal turns out to be the reason of
developing mass transportations.

127
In telecommunication sector, Post Office, PT Telkom STO Surakarta, cellular operators,
internet providers are given easy access to build branch offices in Solo City, so that it makes
all cellular networks available in Solo City. Provide with fiber optic, Solo City is easier to be
accessed in Information and Technology. Besides, water company, educational institutions,
banks, industries can be found easily in Solo City. The number of hotel in Solo City also
increases for following years.

Environmental Protection Effort

The policy of environmental preservation in Solo City is employed through implementing


Eco Cultural City program, a city-development program that combines dual concepts of
cultural and environmental preservation in order to improve the society’s welfare
continuously. Waste management, reforestation, green-fence program, water absorption
construction, physical facilities and infrastructures maintenance, heritage sites revitalization,
tradition, lifestyle, local wisdom and art preservation, mental improvement, and Javanese
value exploration, cultural and environmental-based school program, car free day program
are some of the realizations of the intended program.

Awards

 Outstanding Municipal Government Implementation Award (2014)


 Urban Management Innovation Award (2014)
 Public Service Innovation Award: For Innovation of Children Insentive Card Program
as an Effort to Improve Children Welfare (2014)
 Investment Award: Given to The City That Provide The Best Service to Investor
(2014)
 Wahana Tata Nugraha Award: Given for Having Good Public Transport in The Big
City Category (2015)
 The Best Predicate for The City That Cares for Human Right (2015)
 Regional Marketing Award (2015)
 The Best Predicate for The City That Cares Cultural Heritage (2015)

128
LAMPIRAN IV

Jakarta, 8 Agustus 2017


421/PROG-SG/VIII/2017

Walikota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo


Surakarta, Indonesia

Perihal: Undangan untuk menghadiri Workshop Penyeragaman Kerangka Kerja Sendai untuk
Pengurangan Resiko Bencana (The Sendai Framework for Disaster Risk Reduction / SFDRR) 2015-2030
dan berpartisipasi dalam implementasi dan penilaian SFDRR di kawasan Asia Pasifik pada 24-25
Agustus 2017 di Jakarta.

Kepada Walikota Yang Terhormat,

UCLG ASPAC bekerjasama dengan UNISDR telah mempromosikan program Pengurangan Resiko Bencana
(Disaster Risk Reduction/ DRR) dan Kampanye Kota Tahan Bencana dalam beberapa tahun terakhir.
Kerjasama ini telah berhasil meningkatkan kapasitas beberapa kota dan pemerintah daerah di wilayah
Asia Pasifik dalam bidang pengurangan dan pengelolaan risiko bencana, serta telah banyak
mempengaruhi penyeragaman program Pengurangan Resiko Bencana dalam kebijakan dan strategi pada
level lokal.

Pernyataan UCLG ASPAC oleh Kelompok Otoritas Pemangku Kepentingan setempat telah dikemukakan
pada AMCDRR ke-6 yang diadakan di New Delhi, India. Hal tersebut berfokus kepada pernyataan yang
telah dibuat oleh para pemangku kepentingan untuk memainkan peran yang jauh lebih besar dalam
Kerangka Kerja Sendai melalui tindakan nyata. Tindakan ini mencakup peningkatan kerjasama dengan
masyarakat dalam hal penilaian risiko dan perencanaan serta pelaksanaan program Pengurangan Resiko
Bencana (DRR) dengan memperkuat kapasitas pemerintah daerah melalui penyeragaman program
Pengurangan Resiko Bencana (DRR) dalam program pembangunan daerah.

Untuk mendukung peran pemerintah daerah, UCLG ASPAC menyelenggarakan workshop pelatihan bagi
lima (5) negara yang rawan bencana di kawasan Asia, termasuk Indonesia, dengan fokus pada
penyeragaman SFDRR di tingkat daerah, serta pemanfaatan alat penilaian awal. Kami ingin mengundang
seorang perwakilan dari kota Anda, terutama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk
berpartisipasi dalam workshop ini serta berkontribusi dalam implementasi dan penilaian kawasan
terhadap SFDRR. Peserta diharapkan untuk dapat membawa laptop pribadi untuk sesi kerja. Untuk
wilayah Indonesia, workshop ini akan diselenggarakan di Balaikota DKI Jakarta, Blok G 5th Floor, pada
24-25 Agustus 2017.

Silakan merujuk pada lampiran program dan dokumen secara teliti. Untuk pertanyaan lebih lanjut atau
untuk konfirmasi kehadiran Anda, hubungi Helmi Abidin di liaison@uclg-aspac.org paling lambat pada
tanggal 21 Agustus 2017.

Kami mengharapkan komitmen Anda untuk menyeragamkan pengurangan resiko bencana dan
mengharapkan partisipasi Anda.
Hormat kami,

Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi


Sekretaris Jenderal
UCLG ASPAC

129
LAMPIRAN V

TEJERMAHAN

WORKSHOP DAN DISKUSI FORUM STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA SURAKARTA, INDONESIA


23 – 24 NOVEMBER 2017

KONSEP DAN AGENDA

PENDAHULUAN

Pengembangan kebudayaan, sejatinya perlu mendapatkan perhatian khusus dalam tata kelola
perkotaan. Budaya, saat ini merupakan elemen penting dalam pembangunan berkelanjutan sebuah
kota yang layak huni, hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah lokal untuk dapat membuka akses
bagi masyarakat maupun wisatawan dalam mengekspresikan nilai seni dan budaya yang hidup
didalamnya, yang artinya membawa nilai-nalai kebudayaan dan seni menjadi lebih dekat dengan
masyarakat, dimana hal itu dapat membuka terciptanya peluang meningkatnya kreatifitas dan
pengembangan sumber daya manusia termasuk didalamnya aspek-aspek lain seperti status sosial,
etnis, agama, keterbutuhan khusus, usia, gender dan lain-lain. Pentinnya peningkatan kualitas ruang
public juga berpengaruh pada majunya kebudayaan dalam suatu kota nantinya, sehingga
bagaimanapun juga, perlindungan aset-aset kebudayaan haruslah mendapatkan perhatian khusus
dalam perencanaan pembangunan kota.

LATAR BELAKANG

UCLG ASPAC melalui Komite Kebudayaan, menyarankan agar kebudayaan termasuk dalam empat
pilar pembangunan berkelanjutan. Adapun tujuan dari kegiatan ini, adalah untuk mempromosikan
kebudayaan yang ada di kota-kota yang terdapat dalam kawasan Asia Pasifik termasuk
pemerintahan lokal yang ada di dalamnya melalui pembuatan kebijakan; perubahan kebijakan dan
pemberian contoh kebijakan yang dapat menjadi acuan bagi entitas lainnya serta mendukung
terciptanya jaringan kebudayaan dalam kawasan. Mengacu pada dokumen “Culture 21: Actions”,
UCLG ASPAC menghargai adanya perbedaan prinsip diantara kota dan pemerintah lokal yang ada
didalamnya, untuk mengintegrasikan rencana pengembangan kebudayaan lokal beserta
implementasinya seperti: pengembangan ekonomi; perencanaan tata kota dan perlindungan aset
kebudayaan; kesetaraan sosial yang bersifat inklusif; dan pengembangan lingkungan sekitar. Adapun
Komite Kebudayaan diketuai oleh presiden UCLG ASPAC, Gubernur Won Hee-Ryong dari Jeju.

Kota Surakarta, merupakan salah satu pendiri Komite Kebudayaan yang kini telah lebih banyak terisi
oleh berbagai kota yang berkomitmen dalam mengimplementasikan kebijakan dan program
kebudayaan yang efektif dan berkelanjutan. Melalui penyelenggaraan acara ‘Collaborative Culture:
UCLG ASPAC Forum on Culture in Local Planning’ pada 25-26 Oktober 2016 yang telah menghasilkan
beberapa poin pembelajaran penting dalam keikutsertaan kota terkait review master plan,
pengumpulan aset kebudayaan serta kolaborasi antar berbagai stakeholder dan komunitas dalam
pemberdayaan kebudayaan di level lokal. Melalui serangkaian kegiatan dan program tersebut, Kota
Solo tetap aktif menyuarakan dan mempromosikan kebudayaan kotanya di kawasan Asia Pasifik.

130
Disisi lain, UCLG ASPAC juga terus mendukung Kota Surakarta dalam menciptakan ikon kota, yakni
‘Bangunan Sriwedari’ melalui adanya partisipasi aktif. Melalui adanya serangkaian workshop dan
pertemuan dengan berbagai macam stakeholder, pembuatan kembali desain ‘Sriwedari’ termasuk
ruang public yang ada di sekitarnya, diharapkan dapat merevitalisasi wajah kota Surakarta (Solo).
Adapun konstruksi bangunan ‘Sriwedari’ dijadwalkan akan rampung pada tahun depan, nantinya
revitalisasi bangunan ‘Sriwedari’ juga akan dibahas dalam pertuemuan ini.

STRUKTUR DAN DESKRIPSI.

Lokakarya Pembelajaran (Workshop)

Pada hari pertama acara ini akan berfokus pada penghimpunan rekomendasi bagi tuan rumah, yakni
Kota Solo. Nantinya aka nada presentasi mengenai beberapa studi kasus yang akan ditelisik
bagaimana peluang dan tantangan yang ada di dalamnya, serta juga akan dikritisi oleh rekomendasi
dari para ahli, peserta dari berbagai kota yang telah memiliki pengalaman serupa dan berhasil, juga
akan memberikan saran bagi Kota Solo. Perwakilan dari berbagai bidang yang ada di kota Solo
nantinya akan menghimpun saran dan masukan yang dapat diaplikasikan di kota Solo sesuai dengan
Rencana Strategi Kebudayaan yang dimiliki Kota Solo.

Diskusi Publik (Forum Public)

Penyelenggaraan hari kedua acara ini akan dibuka secara terbatas bagi masyarakat umum dan akan
diutamakan untuk kalangan akademisi (dosen, pelajar dan mahasiswa); organisasi kebudayaan; kota
lain yang terdekat; pebisnis dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk mengajak para stakeholder
lainnya dalam memahami aspek pengembangan kebudayaan serta mendekatkan pemerintah dan
pihak lainnya untuk dapat bersinergi mempromosikan kebudayaan guna meningkatkan kualitas
kehidupan perkotaan.

TUJUAN ACARA

Lokakarya pembelajaran (Workshop) ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengakuan
akan pentingnya pengembangan kebudayaan, termasuk diataranya adalah:

 Memberikan kesempatan bagi para pemerintah lokal di kawasan Asia Pasifik untuk dapat
bertukar kebijakan dan pengalamannya masing-masing
 Mempromosikan fokus pembelajaran yang berorientasi pada hasil dari adanya kerjasama
antar kota
 Menguatkan kerjasama diantara anggota Komite Kebudayaan dan menstimulasi jaringan
serta potensi aktivitas yang berkenaan dengan aspek kebudayaan.

Sementara itu, Diskusi Publik, diselenggarakan untuk jumlah peserta yang lebih besar, dengan tujuan
sebagai berikut:

 Membina apresiasi masyarakat dan keikutsertaannya dalam kebijakan otoritas lokal di


kawasan Asia Pasifik dan juga organisasi internasional maupun regional lainnya dalam
menjaga dan mempromosikan budaya sebagai salah satu pilah dalam pembangunan
berkelanjutan.

131
 Menyediakan wadah interaksi bagi para otoritas lokal dan komunitas untuk dapat
memahami aspek kebudayaan dari berbagai macam perspektif.
 Membina pemahaman terkait terciptanya kebijakan yang mendukung langkah
pengembangan kebudayaan sesuai dengan aspek utama masing-masing kota (Seperti: Kota
Sejarah, Destinasi Kuliner, Eco- Tourism dsb).

TUJUAN PEMBELAJARAN

Diakhir penyelenggaraan lokakarya pembelajran (Workshop) ini, peserta diharapkan dapat:

 Bertukar pengalaman dengan kota lain, dalam membahas pengalaman mereka yang dapat
diaplikasikan di kota Solo maupun kota lainnya dan menyediakan wadah saran antar peserta
dengan konsep penyampaian yang interaktif
 Meningkatkan pemahaman terkait nilai dan aturan pengembangan kebudayaan kota yang
berkelanjutan serta mengidentifikasi strategi untuk mengintegrasikan kebudayaan di dalam
kebijakan pengembangan lokal
 Memfasilitasi jaringan antar kota dalam membantu satu sama lain melalui pemberian saran
secara teknis untuk mengimplementasikan kebijakan yang baru sesuai dengan fokus tema
yang diambil oleh kawasan.

DAFTAR NAMA KOTA PESERTA

 Kota Surakarta
 Provonsi Jeju
 Kota Makati
 Kota Vigan
 Penang, Malaka
 Kota Xi’an
 Kota Guangzhou
 DKI Jakarta
 Kota Semarang
 Kota Banyuwangi
 Sekretariat ASEAN

Praktisi/ Ahli Rencana Pengembangan Budaya:

Marcel Pandin
(Organisasi Kebudayaan Lokal, Mahasiswa, Artis Penampil, dll)

*dalam acara Diskusi Forum, selain Kota Peserta dan Para Praktisi yang terdaftar, masyarakat umum
dan tamu undangan juga dapat turut hadir (Maksimal 40 Pax).

TEMPAT PELAKSANAAN

Solo akan menyelenggarakan acara ini di tempat yang unik dan termasuk kedalam aset budaya
(diluar lingkungan hotel).

132
JADWAL ACARA

Rabu, 22 November 2017 (Kedatangan Peserta)

Kamis, 23 November 2017 08.00 kedatangan peserta di tempat acara*


*akan dikonfirmasi

08.30 – 12.00 Kunjungan ke beberapa tempat


*Keraton Mangkunegaraan
*Sriwedari
*Tour Kereta Uap Jalandra

12.00 – 13.00 Makan Siang


13.00 – 13.20 Sambutan
*Walikota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo
*SEKJEN UCLG ASPAC, Bernadia I. Tjandradewi

13.20 – 13.30 Pembacaan Agenda Workshop dan Pengenalan


Peserta

13.30 – 14.00 Presentasi oleh kota Solo


untuk memberikan pemahaman mendasar terkait
strategi kebudayaan (visi, kebijakan utama, project,
dll)

14.00 – 14.45 Sesi Panel untuk Sharing bagi Praktisi (Solo akan
menentukan topic utama)
Fokus Area 1: Guangzhou
Fokus Area 2: Xi’an (Perlindungan Terhadap
Kebudaya
-an dan aset kebudayaan dari bencana)

Anggota Komite Kebudayaan


Fokus Area 3: Kota Maketi dan Provinsi Jeju
(Inklusi: mengajak generasi muda dan seniman)

Fokus Area 4: Penang (berpengalaman sebagai


nominasi
- UNESCO Cultural Heritage City dan bagaimana
untuk membuat Penang menjadi lebih layak bagi
turis lokal dan asing).

14.45 – 15.00 Coffee Break

15.00 – 15.30 Diskusi Kelompok


Grup 1: Tour Kota

133
Brainstorming dan penghimpunan rekomendasi bagi
permasalahan kota Solo

Group 2: Pemerintah Kota Solo


Pembelajaran dari kunjungan (Tour) kota

15.30 – 15.45 Persentasi Kelompok

15.45 – 16.45 Penguatan Rencana Strategi Kebudayaan Kota Solo

16.45 – 16.55 penyampaian ringkasan dan evaluasi singkat

16.55 – 17.00 Penutupan

*** Makan Malam

Jumat, 24 November 2017 08.00 – 09.00 Registrasi Peserta

09.00 – 09.05 Penampilan Pembuka

09.05 – 09.15 Sambutan Pembukaan dari Walikota Surakarta

09.15 – 09.20 Sambutan SEKJEN UCLG ASPAC

09.20 – 09.45 Keynote Speech (Pidato Inti)

09.45 – 10.00 Diskusi

10.00 – 10.15 Istirahat

10.15 – 11.30 Pembelajaran: Sharing Kegiatan Kawasan Asia


Pasifik

11.30 – 12.00 Diskusi

12.00 – 13.00 Makan Siang

13.00 – 13.30 Diskusi: Revitalisasi Sriwedari

13.30 – 13.45 Presentasi Rencana Strategi Kebudayaan Kota Solo

13.45 – 14.00 Penutup

*** Makan Malam

Publikasi yang akan didistribusikan dan dikembangkan:

1. Booklet Solo Heritage Cities


2. Booklet Destinasi Kuliner dan Wisata Kota Solo
3. Kalender Acara Solo 2018
4. Informasi Acara dan Konferensi Kebudayaan UCLG ASPAC
5. Booklet Situs Kebudayaan dari Para Peserta
6. Cinderamata dan Souvenir Aset Kebudayaan Kota Solo

134
LAMPIRAN VI

28 Juli 2017

Bapak F.X. Hadi Rudayatmo

Walikota Surakarta

Yang terhormat Walikota,

Perihal: Undangan “Climate Leadership Program Workshop for a Better, Greener,


Smarter toward Resilient City (Program Workshop Kepemimpinan Mengenai Iklim
Untuk Kota Yang Lebih Baik, Lebih Berwawasan Lingkungan dan Lebih Maju
Menuju Kota Yang Lebih Tahan Bencana)” pada tanggal 28-30 Agustus 2017 di
Jakarta, Indonesia.

Perubahan iklim merupakan fenomena global yang memerlukan aksi secara lokal. Kota dan
pemerintah daerah sebagai garda pertama merupakan unit yang paling awal dalam
menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kritis. Kemunculan berbagai masalah,
termasuk tingginya laju pertumbuhan penduduk, perubahan peruntukan lahan dan
pengurangan ruang terbuka, membutuhkan aksi dari para pemimpin pada tatanan lokal untuk
melakukan inisiasi tindakan yang dapat berdampak baik terhadap hal tersebut. Dengan
demikian nantinya Kota pun akan dapat mengatasi berbagai isu serta dapat terkelola dengan
lebih baik, lebih berwawasan lingkungan, lebih maju dan lebih tahan bencana.

Menanggapi hal tersebut, UCLG ASPAC, CityNet dan Jakarta Research Council tertarik
mengundang para pemimpin untuk menghadiri Workshop Kepemimpinan Mengenai Iklim.
Workshop ini akan mengajak para pemimpin untuk dapat mencapai pemahaman mengenai U
Theory, Scenario Planning dan Design Thinking; yang dapat meningkatkan kompetensi
kepemimpinan para peserta. Workshop ini akan memfasilitasi para peserta untuk dapat
menginisiasi perubahan dan tindakan menuju kota yang rendah karbon serta lebih tahan
bencana demi masa depan yang berkelanjutan.

Nama Acara: Workshop Kepemimpinan Mengenai Iklim Untuk Menuju Kota Yang
Lebih Tahan Bencana

Waktu Pelaksanaan: 28 – 30 Agustus 2017

Lokasi Pelaksanaan: Jakarta City Hall (Hari pertama) & Mercure Hotel Sabang (Hari
kedua dan ketiga)

135
Silahkan mengacu pada lampiran acara untuk mendapatkan informasi lebih lanjut

Mekanisme pendaftaran: Silahkan untuk melengkapi lampiran formulir pendaftaran dan


survey Pre-Workshop serta mengirimkannya kepada UCLG ASPAC melalui email
secretariat@uclg-aspac.org, CityNet melalui email media@citynet-ap.org dan Jakarta
Research Council melalui email esa_tobing@yahoo.com paling lambat pada tanggal 5
Agustus 2017. Untuk efektifitas berjalannya workshop akan ada proses seleksi.

Kami mengharapkan kehadiran anda atau perwakilan anda.

Hormat Kami,

Dr. Vijay Jagannathan Prof. Dr. Ir. Irawadi Jamaran Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi

Sekretaris Jenderal Pimpinan Sekretaris Jenderal

Sekretariat CityNet Jakarta Research Council UCLG ASPAC

136
LAMPIRAN VII

Program Workshop Kepemimpinan Mengenai Iklim


Untuk Kota yang Lebih Baik, Lebih Berwawasan Lingkungan
dan Lebih Maju Menuju Kota yang Lebih Tahan Bencana.

Latar Belakang
Perubahan iklim adalah fenomena global yang membutuhkan tindakan lokal dari kota, serta
merupakan salah satu tantangan lingkungan paling serius yang sedang dihadapi dunia saat ini,
dimana kota-kota sangat rentan terhadap dampak negatif yang disebabkan oleh tingkat
pertumbuhan yang tinggi, perubahan fungsi penggunaan lahan, berkurangnya ruang terbuka hijau,
serta pemerintahan yang tidak efektif. Hal tersebut perlu untuk diantisipasi dari banyak aspek,
namun antisipasi yang ada ditandai dengan ketidakpastian, kerumitan, dan kepentingan yang
saling bertentangan. Adanya kompleksitas perubahan iklim serta konflik kepentingan berbagai
pihak di lain sisi, membutuhkan adanya campur tangan para pemimpin sebagai pihak yang dapat
menciptakan solusi demi terciptanya manajemen kota yang lebih baik, berwawasan lingkungan
dan maju agar Kota menjadi sebuah tempat yang lebih layak huni. Kerumitan dampak perubahan
iklim berdampak pada satu sisi, sedangkan disisi lain konflik kepentingan di mana para pemimpin
adalah pemain peran kunci yang harus diselesaikan untuk pengelolaan kota yang lebih baik dan
lebih berwawasan lingkungan, dan lebih maju menuju menjadi kota yang lebih tahan terhadap
bencana.

Para pemimpin dari seluruh dunia ditantang untuk dapat; berkolaborasi melampaui batas-batas
tradisional, mengantisipasi tren masa depan dan risiko serta peluang yang terkait dari tren masa
depan tersebut, memperkuat kompetensi kepemimpinan dan pola pikir yang mereka miliki,
mengembangkan pemahaman yang sistematis tentang sebab dan akibat dari perubahan iklim serta
hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan, dan juga untuk memfasilitasi perubahan yang
besar serta mampu untuk melakukan tindakan inovatif di dalam organisasi dan jaringan mereka.

Tujuan Program
Tujuan dari program ini adalah untuk mengantisipasi risiko iklim di masa depan serta peluang
untuk menumbuhkan kepemimpinan yang kolaboratif di berbagai tingkat dengan nilai global
serta tanggung jawab untuk prakarsa yang lebih adaptif dan ketahanan kota berkelanjutan yang
lebih baik.

Pemimpin dari para pemangku kepentingan di kota akan memanfaatkan kompetensi


kepemimpinan mereka yang diperkuat untuk membangun jaringan lintas sektoral, memulai
perubahan transformasional pada tingkat individu, organisasi dan jaringan dan mengembangkan
prototip inovatif.

Program kepemimpinan iklim ini akan menggunakan berbagai macam pendekatan seperti; Teori
U, skenario perencanaan dan kerangka berpikir yang memungkinkan adanya transformasi kolektif
dalam kepemimpinan, pemahaman yang menyeluruh dan gagasan inovatif, misalnya menciptakan
inovasi kegiatan sosial dan jaringan konektivitas para pemimpin agar terbentuknya kolaborasi
bersama.

137
Para Peserta

Program Kepemimpinan Mengenai Iklim dirancang untuk para pembuat kebijakan dan
pemimpin yang memiliki otoritas dalam bidang perubahan iklim dalam lingkup
pemerintahan. Para peserta saling bertemu dan berkomitmen untuk membuat suatu perubahan
untuk menuju kota rendah karbon, kota yang lebih tahan bencana serta masa depan yang
berkelanjutan.

Kegiatan inti akan dibagi dalam 3 sesi workshop:

Workshop pertama (2017) akan berfokus pada pengelolaan Kota dan Kepemimpinan
berbasis dampak perubahan iklim. Hal ini termasuk gambaran keseluruhan, proses dan
pengenalan pada instrument yang relevan serta berbagi pengalaman dalam menjalankan
kepemimpinan individu dan bersama.

Workshop Kedua (2018) akan berfokus untuk membangun visi dari pengolaan kota masa
depan dan pengembangan kepemimpinan, yang berisi antara lain: kegiatan bersama, dialog
antar pemangku kepentingan, pengelolaan kota masa depan dan merefleksikan ke dalam
rancangan ide.

Workshop Ketiga (2018) akan mengawali pembangunan jaringan CLP (Climate Leadership
Program) melalui tahapan antara lain: memahami inti dari ketiga sesi workshop yang telah
dilakukan, merefleksikan serta berkolaborasi untuk aksi yang inovatif dan nyata.

Jadwal Climate Leadership Workshop Program (CLP Sesi Pertama)

Hari Pertama

28 Agustus 2017

Lokasi: Jakarta City Hall

08.00 - 09.00 Registrasi dan Jamuan pagi

09.00 – 09.30 Pembukaan

09.30 – 10.30 Pengenalan mengenai perubahan iklim dan program kepemimpinan

mengenai iklim

10.30 – 11.00 Panduan Teknis

11.00 – 12.00 Sistem Inovasi

12.00 – 12.30 Sesi ramah tamah

138
12.30 – 13.30 Makan siang

13.30 – 15.30 Kepemimpinan Mengenai Iklim dan U-Theory

15.30 – 16.00 Coffee Break

16.00 – 17.30 Kepemimpinan Mengenai Iklim dan U-Theory

17.30 – 17.45 Penutupan dan rangkuman

17.45 – 18.00 Briefing untuk hari kedua

Hari Kedua

29 Agustus 2017

Lokasi: Mercure Hotel Sabang

08.00 – 09.00 Registrasi dan jamuan pagi

09.00 – 09.30 Review hari pertama

Penyampaian aturan workshop

09.30 – 10.30 Sesi ramah tamah dan ice breaking

Presentasi panel

10.30 – 11.00 Sesi ramah tamah

11.00 – 12.00 Pemetaan tantangan dan peluang dari para pemangku kepentingan

12.00 – 13.30 Makan siang

13.30 – 14.00 Sesi ramah tamah dan ice breaking

14.00 – 15.00 Presentasi panel

15.30 – 16.00 Coffee Break

16.00 – 17.30 Ide Inovasi

Tema: Inovasi menuju kota rendah karbon

17.30 – 17.45 Penutupan dan rangkuman

139
Hari Ketiga.

30 Agustus 2017

Venue: Hotel Mercure Sabang

08.00 – 08.30 Pendafataran

08.30 – 09.00 Review hari ke 2

Penyampaian peraturan Workshop

09.00 – 10.00 Sesi ramah tamah dan Ice Breaking

Presentasi panel

10.00 – 11.00 Kompetensi

11.00 – 11.45 Penjurnalan dan Evaluasi untuk CLP sesi ke 2

11.45 – 12.00 Penutup

12.00 – 13.30 Makan Siang

140
LAMPIRAN VIII

NOTULEN RAPAT
BAGIAN KERJASAMA SETDA
KOTA SURAKARTA

Hari / Tanggal : Senin, 4 September 2017

Jam : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Bagian Kerjasama Setda Surakarta

Pemimpin Rapat : Kepala Sub Bagian Kerjasama Dalam Negeri

Setda Kota Surakarta

Acara : Rapat Koordinasi Membahas Rencana Perjanjian


Kerjasama sebagai Tindaklanjut Kesepakatan
Bersama Antara Pemerintah Kota Surakarta
dengan Pemerintah Kabupaten Bogor

Peserta Rapat : 1. Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta


2. Bagian Hukum Setda Kota Surakarta
3. Dinas Perdagangan Kota Surakarta
4. Dinas Ketenagakerjaan dan Perindustrian Kota
Surakarta
5. Dinas Pariwisata Kota Surakarta

a. Pembukaan

Rapat dibuka pada pukul 10.00 WIB oleh Kepala Sub Bagian Kerjasama Dalam
Negeri Setda Kota Surakarta (Ibu Tri Idawati).

b. Pembahasan

Agenda pembahasan rapat kali ini adalah mengenai rencana perjanjian


kerjasama sebagai tindaklanjut kesepakatan bersama antara Pemerintah Kota
Surakarta dengan Pemerintah Kabupaten Bogor.

Dalam rapat tersebut, terdapat beberapa topik yang menjadi pembahasan,


antara lain:

1. Pembahasan pertama dibuka oleh Ibu Tri Idawati selaku Kepala Sub
Bagian Kerjasama Dalam Negeri Setda Kota Surakarta. Ibu Tri Idawati

141
menjelaskan bahwa rapat ini sebagai tindaklanjut dari kerjasama dengan
Pemkab Bogor serta rencana kunjungan Pemkot Surakarta ke Bogor
pada tanggal 13-14 September 2017.
2. Bapak Nanang menyampaikan bahwa Pemkab Bogor menunggu
rancangan kerjasama dari Dinas Perdagangan Kota Surakarta. Untuk itu,
diharapkan Dinas Perdagangan dapat segera mengirimkan rancangan
tersebut paling lambat minggu ini.
3. Hal tersebut ditanggapi oleh perwakilan dari Dinas Perdagangan yakni
Bapak Eko dan Bapak Suprapto bahwa terdapat empat aspek yang akan
dikerjasamakan oleh Dinas Perdagangan. Keempat aspek tersebut antara
lain Pasar, Meterologi, PKL dan Perdagangan. Hal ini sebenarnya sudah
pernah terkerucutkan pada saat kunjungan Pemkab Bogor pertama kali.
Namun kunjungan tersebut sudah sangat lama dan perlu diperbaharui
kembali. Karena kerjasama ini diinisasi oleh Pemkab Bogor, maka
seharusnya Pemkab Bogor membagikan konsep kerjasama terlebih
dahulu kepada Pemkot Surakarta.
4. Bapak Yudi selaku perwakilan dari Bagian Hukum Setda Kota Surakarta
akan mengecek draft MoA terlebih dahulu. Untuk substansi dan teknisnya
akan diserahkan kepada masing-masing dinas terkait.

c. Hasil Rapat

1. Bapak Nanang akan mengirimkan rancangan kerjasama Dinas


Perdagangan kepada Pemkab Bogor untuk dibuatkan konsepnya serta
dikoreksi dan dibacakan saat pertemuan di Bogor pada tanggal 13-14
September 2017.

2. MoA Dinas Pariwisata dan Perindustrian telah final dan akan dikirimkan
kembali oleh Bapak Nanang kepada pihak terkait melalui email.

3. Keberangkatan dan kepulangan akan dilakukan secara kolektif dengan


dikoordinir oleh Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Untuk itu,
perwakilan Dinas Perdagangan Kota Surakarta yang akan berangkat
diharapkan segera menyetor nama dan foto ktp.

142
LAMPIRAN IX

NOTULEN RAPAT
BAGIAN KERJASAMA SETDA
KOTA SURAKARTA

Hari / Tanggal : Selasa, 12 September 2017

Jam : 09.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Bagian Kerjasama Setda Surakarta

Pemimpin Rapat : Kepala Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

Acara : Rapat Pembahasan Pembahasan Persiapan FGD


Inventarisasi Potensi Bidang-bidang yang Dapat
Dikerjasamakan dan Pembahasan Tugas TKKSD
dalam FGD

Peserta Rapat : 1. Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta


2. Bagian Hukum dan HAM Setda Kota Surakarta
3. Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
Kota Surakarta
4. Inspektorat Kota Surakarta
5. Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kota
Surakarta
6. Bagian Pemerintahan Setda Kota Surakarta
7. BPPKAD

a. Pembukaan

Rapat dibuka pada pukul 09.00 WIB oleh Kepala Bagian Kerjasama Setda
Kota Surakarta (Ibu Sri Wirasti).

b. Pembahasan

Agenda pembahasan rapat kali ini adalah mengenai Pembahasan


Persiapan FGD Inventarisasi Potensi Bidang-bidang yang Dapat
Dikerjasamakan dan Pembahasan Tugas TKKSD dalam FGD. Dalam rapat
tersebut, terdapat beberapa topik yang menjadi pembahasan, antara lain:

1. Pembahasan pertama dibuka oleh Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian


Kerjasama Setda Kota Surakarta. Ibu Wirasti menjelaskan bahwa
rencana pelaksanaan FGD akan dilaksanakan pada tanggal 28
September 2017 di Solo Paragon, Hotel and Residences; dengan

143
mengangkat Tema: Inventarisasi Potensi Kerjasama Pemerintah Kota
Surakarta. Dalam FGD tersebut, pihak yang menjadi narasumber
adalah Sub Dit Kerjasama dan Penyelesaian Antar Daerah,
KEMENDAGRI dan Sub Dit Perkotaan, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) RI dan dimoderatori oleh Ka
Bag Administrasi Pembangunan Setda Kota Surakarta.

FGD yang akan dilaksanakan membahas 6 bidang potensi kerjasama


dengan penanggung jawab dari OPD yang nantinya akan menjadi
fasilitator,sebagai berikut:
 Pariwisata dan Kebudayaan (BAPPPEDA)
 Industri Kreatif, Ekonomi dan Perdagangan (BPPKAD)
 Pemerintahan (Bag. Pemerintahan)
 Pendidikan dan Iptek (Bag. Hukum)
 Sosial (Inspektorat)
 Infrakstruktur Sanitasi dan Lingkungan (Bag. Administrasi
Pembangunan)

Bu Wirasti juga menjelaskan bahwa terkait formulir isian yang harus


dilengkapi peserta saat FGD memuat hal hal sebagai berikut:
 Rencana Bidang atau Ruang Lingkup yang Ingin Dikerjasamakan
 Bentuk Kerjasama yang Diinginkan
 Ketersediaan Anggaran
 Kendala yang Mungkin Terjadi
 Solusi yang Diinginkan

2. Bapak Tulus selaku perwakiloan dari Administrasi Pembangunan,


mengapresiasi kegiatan ini karena selama ini, pengadaan kerjasama
dinilai masih terlalu pasif. Bapak Tulus juga menekankan pentingnya
output dari FGD ini serta menanyakan bakal sejauh mana hasil dari
FGD ini direalisasikan.

Bapak Tulus kemudian menyarankan untuk memilih fasilitator secara


selektif dan sesuai dengan bidangnya sehingga mampu mengakomodir
peserta nantinya. Stakeholder yang dipilih juga haruslah para
stakeholder yang strategis, terlepas dari pihak tersebut merupakan
bagian dari pemerintahan atau pihak swasta.

Bapak Tulus kemudian juga meminta agar narasumber untuk dapat


memaparkan untuk bahan diskusi dalam FGD nantinya, mengingat
para narasumberlah yang sudah menjadi ekspertis dalam bidangnya.

144
3. Bu Yeni selaku perwakilan dari Bagian Hukum Setda Kota Surakarta,
menyarankan agar form FGD dilampirkan pada saat undangan
dibagikan agar masing-masing OPD dapat mempersiapkan
perwakilannya secara substansial. Bu Yeni juga meminta agara
pengetahuan mengenai dasar hukum dan hal-hal lain terkait FGD ini
diseragamkan, agar antar OPD memiliki format yang sama.

4. Bapak Heri selaku perwakilan dari Inspektorat, menyarankan agar,


pembahasan terkait FGD dikemas secara menarik agar dapat
meningkatkan antusiasme peserta. Bapak Heri meminta agar jalannya
FGD ini nantinya diselenggarakan secara ringan sehingga dapat
memaksimalkan peluang potensi sebelum akhirnya ditindaklanjuti oleh
Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta.

5. Ibu Farichah selaku perwakilan dari Bagian Kerjasama Setda Kota


Surakarta, menjelaskan bahwa memang nantinya acara FGD ini akan
dilaksanakan secara ringan terlebih dahulu. Dalam FGD ini juga
nantinya akan terbagi kedalam 2 agenda besar, yakni: Inventarisasi
Potensi dan Penyusunan Naskah Akademik (NA), sehingga kinerja Tim
TKKSD akan berkelanjutan.

c. Hasil Rapat

1. FGD akan dilaksanakan pada tanggal 28 September 2017 di Solo Paragon Hotel and
Residences.

2. Pembagian OPD penannggung jawab fasilitator di masing-masing bidang, telah


ditentukan

3. Menentukan isian formulir yang akan dilengkapi oleh masing-masing OPD nantinya.

4. Rapat selanjutnya adalah Rakor pertemuan fasilitator untuk membahas rencana


lebih lanjut terkit pelaksanaan FGD ini.

145
LAMPIRAN X

NOTULEN RAPAT
BAGIAN KERJASAMA SETDA
KOTA SURAKARTA

Hari / Tanggal : Senin, 28 Agustus 2017

Jam : 09.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Bagian Kerjasama Setda Surakarta

Pemimpin Rapat : Kepala Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta

Acara : Rapat Koordinasi Membahas Rencana Mengikuti


Penyelenggaraan Kegiatan Pameran “Indonesia
Future City 2017”.

Peserta Rapat : 1. Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta


2. BAPPEDA
3. BPMPT SP Kota Surakarta
4. DISPENDUK CAPIL Kota Surakarta
5. Dinas Pariwisata Kota Surakarta
6. Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
Kota Surakarta
7. Dinas Kebudayaan Kota Surakarta

a. Pembukaan

Rapat dibuka pada pukul 09.00 WIB oleh Kepala Bagian Kerjasama Setda
Kota Surakarta (Ibu Wirasti).

b. Pembahasan

Agenda pembahasan rapat kali ini adalah mengenai pembahasan rencana


mengikuti penyelenggaraan kegiatan pameran “Indonesia Future City 2017”
(IFC 2017) yang akan dilaksanakan pada 14-24 September 2017 di BSD City,
Tangerang.

Dalam rapat tersebut, terdapat beberapa topik yang menjadi pembahasan,


antara lain:

146
1. Pembahasan pertama dibuka oleh Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian
Kerjasama Setda Kota Sukarta. Ibu Wirasti menjelaskan bahwa rapat
koordinasi kali ini adalah sebagai tindak lanjut dari disposisi Sekretaris
Daerah Kota Surakrta dan surat dinas APEKSI Walikota Tangerang
Selatan dengan PT. Diandra Promosindo. Dalam penyelenggaraan
acara IFC 2017, ternyata dibutuhkan biaya tertentu yang harus
ditanggung oleh OPD terkait. Sementara ini, Ibu Wirasti telah
berkoordinasi dengan DISPENDUK CAPIL, namun belum
berkoordinasi dengan seluruh OPD terkait. DISPENDUK CAPIL
menyatakan akan mengikuti penyelenggaraan pameran IFC 2017 jika
memiliki anggaran tersendiri. Jika OPD tidak ada anggaran, maka
kegiatan pameran ini tidak akan diikuti. Selain itu, Ibu Wirasti meminta
untuk mengkonformasi mengenai pembiayaan secara gratis untuk
mengikuti kegiatan ini. Maka, Ibu Wirasti memohon saran dan
masukan dari masing-masing OPD terkait dengan biaya yang akan
ditanggung oleh OPD dan kemungkinan keikutsertaan masing-masing
OPD.
2. Ibu Richie selaku perwakilan dari BAPPPEDA mengkonfirmasi untuk
kemungkinan gratisnya biaya keikutsertaan kegiatan pameran IFC
2017. Setelah dikonfirmasi kepada pihak BAPPPEDA, ternyata untuk
keseluruhan anggaran tetap mengacu pada surat awal karena tidak
ada informasi gratis dalam surat. Ibu Richie memberi masukan jika
Bapak Walikota Surakarta meminta untuk mengikuti kegiatan IFC 2017
secara mendadak, perwakilan dari Kota Surakarta dapat menampilkan
e-government (berbasis elektronik) milik pemerintah yang sudah
terpadu. Namun dibutuhkan koordinasi lebih lanjut dengan beberapa
OPD seperti DISPENDUK CAPIL, DPPKA, Dinas Perhubungan dan
Kominfo.

c. Hasil Rapat

1. Seluruh OPD yang terkait (BAPPPEDA, BPMPT SP, DISPENDUK CAPIL,


Dinas Pariwisata, Dinas KUMKM dan Dinas Kebudayaan) tidak memiliki
cukup anggaran untuk mengikuti kegiatan pameran IFC 2017. Hal ini
disebabkan oleh besarnya biaya yakni mencapai Rp 72.000.000 (tujuh
puluh dua juta rupiah).
2. Kegiatan pameran IFC 2017 memiliki keterkaitan dengan APEKSI dimana
materi yang dibahas adalah KPBU PJU. Untuk keterkaitan dengan
APEKSI, materi ini akan dibahas pada rapat teknis.
3. Masing-masing OPD diharapkan untuk menyesuaikan anggaran di tahun
berikutnya agar dapat mengikuti kegiatan serupa.

147
LAMPIRAN XI

NOTULEN RAPAT
BAGIAN KERJASAMA SETDA
KOTA SURAKARTA

Hari / Tanggal : Selasa, 29 Agustus 2017

Jam : 13.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Bagian Kerjasama Setda Surakarta

Pemimpin Rapat : Kepala Bagian Kerjasama

Setda Kota Surakarta

Acara : Rapat Koordinasi Persiapan FGD Inventarisasi


Permasalahan Wilayah Regional
SUBOSUKAWONOSRATEN Tahun 2017.

Peserta Rapat : 1. Kota Surakarta


2. Kabupaten Boyolali
3. Kabupaten Sukoharjo
4. kabupaten Wonogiri
5. Kabupaten Sragen
6. Kabupaten Klaten

a. Pembukaan

Rapat dibuka pada pukul 13.00 WIB oleh Kepala Bagian Kerjasama Setda Kota
Surakarta (Ibu Wirasti).

b. Pembahasan

Agenda pembahasan rapat kali ini adalah mengenai rencana pelaksanaan


kegiatan BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN tahun 2017.

Dalam rapat tersebut, terdapat beberapa topik yang menjadi pembahasan,


antara lain:

1. Pembahasan pertama dibuka oleh Ibu Wirasti selaku Kepala Bagian


Kerjasama Setda Kota Sukarta. Sebagai sekretariat sekaligus bendahara
BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN, Kota Surakarta memiliki wewenang
untuk menghimpun iuran dari masing-masing kabupaten/kota. Setiap
tahunnya, masing-masing kabupaten/kota membayar iuran sebesar
Rp30.000.000 (tiga puluh juta rupiah), sedangkan Kota Surakarta sebagai
148
sekretariat BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN membayar iuran sebesar
Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Untuk realisasi anggaran pada
tahun 2017, BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN memiliki anggaran total
Rp277.239.977. Ibu Wirasti membahas mengenai permasalahan wilayah
regional SUBOSUKAWONOSRATEN yang akan diangkat. Kota
Surakarta memiliki beberapa permasalahan yang akan diangkat yakni
permasalahan sampah dengan Kabupaten Sukoharjo, TPU dan Mipidan.
Tiga masalah ini yang akan diangkat oleh Kota Surakarta terkait agenda
“FGD Inventarisasi Permasalahan Wilayah Regional
SUBOSUKAWONOSRATEN”.
Selain itu, Ibu Wirasti juga membahas mengenai agenda BKAD
SUBOSUKAWONOSRATEN yakni mengenai agenda “Kegiatan
Peningkatan Kapasitas SDM ke Lembaga atau Daerah Lain”. Ibu Wirasti
menekankan agar agenda ini memiliki tema yang jelas dan hasil yang
dicapai dapat direalisasikan untuk kelangsungan BKAD
SUBOSUKAWONOSRATEN yang lebih baik.

2. Ibu Titik Alfi selaku perwakilan dari Kabupaten Boyolali menanyakan


alokasi dana iuran Rp9.000.000 yang dikembalikan ke masing-masing
kabupaten/kota.

3. Ibu Erina selaku perwakilan dari Kota Surakarta menjawab pertanyaan


Ibu Titik Alfi mengenai alokasi dana iuran Rp9.000.000. Ibu Erina
menjelaskan bahwa dana tersebut dapat digunakan masing-masing
daerah untuk membeli ATK, untuk konsumsi rakor dan sebagainya. Tidak
ada juknis tertentu yang mengatur hal ini. Maka dari itu, masing-masing
daerah dibebaskan untuk mengalokasikan dana yang dikembalikan
namun harus rancangan anggaran Rp9.000.000 harus tetap rasional dan
rinci untuk keperluan pemeriksaan keuangan. Jika daerah mengalami
kebingungan dalam menyusun anggaran keuangan, diperbolehkan untuk
melihat anggaran keuangan daerah lain hanya sebagai contoh atau
rujukan.

4. Bapak Hari Budiono slaku perwakilan dari Klaten, mengusulkan tiga


masalah yang dihadapi di Kabupaten Klaten untuk diangkat dalam
agenda FGD inventarisasi permasalahan wilayah regional. Masalah yang
diusulkan antara lain:
 Batas wilayah Kabupaten Klaten dengan Sukoharjo yakni Desa
Serenan (Kabupaten Klaten) dan Desa Bulakan (Kabupaten Sukoharjo)
terkait talud yang melintasi batas kedua daerah. Saat ini, terkait
permasalahan batas wilayah antara dua kabupaten masih dalam tahap
Permendagri. Kabupaten Klaten masih menunggu tindak lanjut apakah
adanya talud yang melintas masuk dalam wilayah Sukoharjo;
 Kesepakatan batas wilayah dengan Kabupaten Boyolali;
149
 Terkait PDAM Kota Surakarta terkait pengambilan air permukaan di
Ingas Cokro. Hal ini berkaitan dengan pembagian air dan pihak yang
berwenang menjaga meteran air.
Bapak Hari juga mengusulkan dua tema untuk kegiatan peningkatan
kapasitas SDM ke lembaga atau daerah lain, yakni:
 Pendelegasian wewenang bupati/walikota kepada camat/lurah dengan
daerah rujukan Sleman atau Lombok;
 Pelayanan publik berbasis IT (smart city) dengan daerah rujukan
Bandung atau Surabaya.

5. Ibu Retno Utari sebagai perwakilan dari Kabupaten Wonogiri


mengusulkan satu tema untuk diangkat dalam agenda FGD inventarisasi
permasalahan wilayah regional yaitu pengembangan fungsi BKAD
BANJARBAKULA di daerah Kalimantan Selatan.

c. Hasil Rapat

1. Masing-masing kabupaten/kota harus mengirim email kepada Bagian


Kerjasama Setda Kota Surakarta terkait inventarisasi permasalahan
paling lambat tanggal 8 September 2017.

2. Terkait kegiatan BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN dengan agenda


peningkatan kapasitas SDM ke lembaga atau daerah lain, Kabupaten
Boyolali dan Kabupaten Wonogiri selaku kabupaten yang bertugas
diharuskan untuk segera berkoordinasi untuk menentukan tema, tujuan
dan daerah yang akan dituju.

150
LAMPIRAN XII

NOTULEN RAPAT
BAGIAN KERJASAMA SETDA
KOTA SURAKARTA

Hari / Tanggal : Selasa, 15 Agustus 2017

Jam : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Bagian Kerjasama Setda Surakarta

Pemimpin Rapat : Kepala Sub. Bagian Kerjasama Dalam Negeri

Setda Kota Surakarta

Acara : Rapat Koordinasi Pembahasan MoU antara


Pemerintah Kota Surakarta dengan Direktorat
Jenderal Pajak Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah
II terkait Implementasi Konfirmasi Status Wajib
Pajak (KSWP).

Peserta Rapat : 1. Kantor Wilayah DJP Jateng II


2. BPPKAD
3. Bagian Hukum
4. Bagian Kerjasama
5. Kantor Pajak Pratama Surakarta
6. DPMPTSP
7. BLP
8. BAPPPEDA
9. Inspektorat
a. Pembukaan

Rapat dibuka pada jam 10.00 WIB oleh Kepala Sub. Bagian Kerjasama
Dalam Negeri Setda Kota Surakarta (Ibu Dyah)

b. Pembahasan

Agenda pembahasan rapat kali ini adalah mengenai pembahasan draft


MoU tentang penyediaan dan pemanfaatan layanan wajib pajak.

Dalam rapat tersebut, terdapat beberapa topik yang menjadi pembahasan,


antara lain:

1. Pembahasan pertama dibuka oleh Ibu Dyah selaku Kasubag Kerjasama


Dalam Negeri Setda Kota Suakarta yang meminta masukan dan petunjuk

151
dalam penyusunan MoU antara Kantor Pajak Jateng JP II dengan
Pemerintahan Kota Surakarta.
2. Ibu Affinita dari Kanwil DJP Jateng II mengusulkan untuk penghilangan
kata koordinasi pada judul draft. Hal ini ditanggapi oleh Ibu Dyah bahwa
Judul akan dibahas setelah isi draft dibahas.
3. Dalam pembahasan isi MoU ada beberapa isi yang dihapus karena sudah
terangkum dalam SK Wali Kota. Hal ini dilakukan agar MoU tidak terlalu
panjang.
4. Dilakukan penetapan dasar hukum yang berlaku dalam draft MoU.
5. Kantor Pajak mengajukan penggunaan istilah universal untuk wajib pajak
agar dapat tercakup oleh seluruh OPD.
6. Bpk Nanang dari Bagian Kerjasama mengajukan agar penjabaran point-
point pada pasal ke-1 supaya dipindahkan ke pasal ke-2 dalam
pembahasan Ruang Lingkup.
7. Kantor Pajak Surakarta mengajukan penghapusan point C pada pasal ke-
2 karena dirasa terlalu teknis.
8. Pembacaan pasal 3 : Jangka Waktu; pasal 4 : Pelaksanaan; pasal 5 :
Pembiayaan; pasal 6 : Ketentuan Lain-Lain; pasal 7 : Penutup. Tidak ada
revisi pada pasal-pasal tersebut.

c. Hasil Rapat

1. Merevisi beberapa pasal yang terdapat dalam isi draft MoU (Pasal 1
Maksud dan Tujuan, dan Pasal 2 tentang Ruang Lingkup).
2. DPMPTSP mengajukan penggantian judul draft MoU karena adanya
kesalahan teknis. DPMPTSP mengajukan agar ditambahkan kalimat
Layanan Perijinan pada judul dan pasal-pasal dalam isi karena
DPMPTSP hanya memiliki wewenang dalam ruang lingkup Layanan
Perijinan.
3. Judul MoU draft mengalami 2 kali perubahan judul dari “Penyediaan
dan Pemanfaatan Layanan Wajib Pajak” menjadi “Penyediaan dan
Pemanfaatan Layanan Perijinan dan Perpajakan” dan yang terakhir
menjadi “Kerjasama Penyediaan, Pemanfaatan Layanan Perijinan dan
Perpajakan”.
4. Draft yang sudah disetujui akan dikirimkan melalui Email kepada
Instansi yang terkait untuk dipelajari lebih lanjut.
5. Bagian Kerjasama juga memfasilitasi apabila DJP Jateng II ingin
melakukan kerjasama dengan DPMPTSP.

152
LAMPIRAN XIII

NOTULEN RAPAT
BAGIAN KERJASAMA SETDA
KOTA SURAKARTA

Hari / Tanggal : Selasa, 15 Agustus 2017

Jam : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Bagian Kerjasama Setda Surakarta

Pemimpin Rapat : Kepala Sub. Bagian Kerjasama Dalam Negeri

Setda Kota Surakarta

Acara : Pembahasan Awal Penyusunan Naskah Akademik


(NA) dan Raperda Kerjasama Daerah

Peserta Rapat : 1. Kantor Wilayah DJP Jateng II


2. BPPKAD
3. Bagian Hukum
4. Bagian Kerjasama
5. Kantor Pajak Pratama Surakarta
6. DPMPTSP
7. BLP
8. BAPPPEDA
9. Inspektorat

a. Pembukaan

Rapat dibuka pada jam 10.00 WIB oleh Kepala Sub. Bagian Kerjasama
Dalam Negeri Setda Kota Surakarta (Ibu Dyah)

b. Pembahasan

Agenda pembahasan rapat kali ini adalah mengenai pembahasan draft


MoU tentang penyediaan dan pemanfaatan layanan wajib pajak.

Dalam rapat tersebut, terdapat beberapa topik yang menjadi pembahasan,


antara lain:

1. Pembahasan pertama dibuka oleh Ibu Dyah selaku Kasubag


Kerjasama Dalam Negeri Setda Kota Suakarta yang meminta masukan
dan petunjuk dalam penyusunan MoU antara Kantor Pajak Jateng JP II
dengan Pemerintahan Kota Surakarta.
153
2. Bpk Marwan dari Inspektorat mengusulkan agar pendamping yang
ditunjuk oleh Bagian Kerjasama Sekda Kota Surakarta jika
memungkinkan UNS, agar memudahkan akses kerjasama nantinya.

c. Hasil Rapat

1. Mekanisme penyusunan NA terdiri dari beberapa langkah; pertama


mengirim surat ke pendamping langkah kedua adalah menunggu
balasan dari pendamping, langkah terakhir setelah surat dibalas akan
dikoordinasikan lagi apa yang akan dikerjakan lalu disampaikan ke
tenaga ahli.
2. Bagian Kerjasama berencana mengajukan surat permohonan kerjasama
pada Universitas yang menjadi target kerjasama.
3. Tahapan kerjasama yang akan dilakukan akan dikoordinasikan lagi
setelah pendamping akademisi ditentukan.

154
LAMPIRAN XIV

NOTULEN RAPAT
BAGIAN KERJASAMA SETDA
KOTA SURAKARTA

Hari / Tanggal : Senin, 7 Agustus 2017

Jam : 09.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Bagian Kerjasama Setda Surakarta

Pemimpin Rapat : Kepala Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta

Acara : Rapat Koordinasi Membahas Kesepakatan


Bersama antara Pemerintah Kota Surakarta
dengan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta tentang Kerjasama Penanggulangan
Bencana.

Peserta Rapat : 1.BAPPPEDA

2.Badan Penanggulangan Bencana Daerah


(BPBD)

3.Bagian Administrasi Publik

4.Bagian Kerjasama

5.Bagian Hukum

6.BPPKAD

7.DAMKAR

8.DKK

9.Pemerintahan

10.Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta

a. Pembukaan

Rapat dibuka pada jam 09.47 WIB oleh Kepala Bagian Kerjasama (Ibu Sri
Wirasti)

155
b. Pembahasan

Agenda dalam rapat kali ini adalah pembahasan mengenai draft MoU
kesepakatan bersama antara Pemerintah Kota Surakarta dengan Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tentang kerjasama penanggulangan
bencana. Dalam rapat tersebut, terdapat beberapa topik yang menjadi
pembahasan, antara lain:

1. Perwakilan dari BPBD (Bp. Singkirno) mengutarakan bahwa “Bidang


Kesehatan” dalam judul draft dihilangkan, agar cakupan dari kerjasama
tersebut menjadi lebih luas dan fleksibel. Beliau juga menambahkan
untuk memperjelas definisi dari “bencana” yang dimaksud dalam draft
tersebut, sehingga kedua belah pihak memiliki persepsi yang sama
mengenai definisi tersebut. Lebih lanjut, beliau juga menanyakan tentang
peranan rumah sakit selain RS PKU Muhammadiyah Surakarta dalam
penanggulangan bencana (mengingat rumah sakit yang melakukan
kerjasama dengan Pemkot Surakarta hanya RS PKU Muhammadiyah
Surakarta, sedangkan wilayah yang harus ditangani cukup luas).

2. Perwakilan dari DKK (Bp. Agus Susanto) meminta salinan draft agar
dapat ditinjau kembali dan dapat dilakukan evaluasi bersama mengenai
draft tersebut.

3. Perwakilan dari DAMKAR (Bp. Gatot) menjawab pertanyaan dari


perwakilan BPBD (Bp. Singkirno) bahwa jika terjadi bencana, Pemkot
Surakarta memiliki kewenangan untuk mengatur kerjasama dengan
semua rumah sakit di Kota Surakarta karena hal ini telah diatur dalam
Undang-Undang.

4. Perwakilan dari RS PKU Muhammadiyah Surakarta (Bp. Agus Thontowi)


mengemukakan beberapa alasan RS PKU Muhammadiyah Surakarta
melakukan kerjasama dengan Pemkot, antara lain:

 Membangun relasi dengan Pemerintah Kota;

 Sebagai bagian dari program tanggap darurat bencana baik


secara internal dan eksternal sesuai dengan masterplan yang
dimiliki oleh RS PKU Muhammadiyah Surakarta;

 Mewujudkan program Rumah Sakit Aman Bencana sebagai salah


satu syarat dalam akreditasi rumah sakit.

156
c. Hasil Rapat

1. Draft kerjasama yang diminta oleh Bp. Agus Susanto selaku


perwakilan dari DKK akan segera dicetak oleh Bagian Kerjasama
dan juga akan dikirimkan melalui e-mail.
2. “Bidang Kesehatan” dalam judul draft akan dihapus apabila pada
pertemuan berikutnya, setelah melalui rapat evaluasi bersama
berhasil untuk mendapatkan persetujuan dari para pihak yang
terkait.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang belum dicantumkan
secara rinci dalam draft akan diatur dalam MoA pada pertemuan
rapat berikutnya.

157
LAMPIRAN XV

158
159
160
LAMPIRAN XVI

161
162
LAMPIRAN XVII

163
164
165
166
167
LAMPIRAN XVIII

168
LAMPIRAN XIX

169
170
171
172
LAMPIRAN XX

173
174
175
LAMPIRAN XXI

176
177
178
179
180
LAMPIRAN XXII

181
LAMPIRAN XXIII

SOLO CALENDAR OF EVENTS 2017

1. Grebeg Sudiro (Minggu, 22 Januari 2017)

Grebeg Sudiro dengan berbagai pertunjukan kreasi seni etnis Tiong Hoa yang ada di

Kota Surakarta

2. Wilujengan Nagari Maesa Lawung (Kamis, 26 Januari 2017)

Prosesi pengiriman sesaji (kepala kerbau dan ubarampe) menuju Khrendhawahana

berangkat dari Gondorasan dngan rute: Bangsal Sewayana Sitihinggil – Hutan

Krendhawahana - dan berakhir di Karanganyar.

3. Festival Jenang Solo Ragam Jenang Nusantara (Jum’at – Minggu, 12 – 19

Februari 2017)

Festival jenang yang digelar dalam rangka hari jadi Kota Surakarta yang ke-272.

Dalam acara tersebut, akan dibagikan lebih dari 17.000 berbagai macam jenang secara

gratis kepada wisatawan dan masyarakat.

4. Kirab Budaya Dalam Rangka Hari Jadi Kota Surakarta ke-272 (Sabtu, 18

Februari 2017)

Kirab Budaya dengan penampilan berbagai penari, mobil hias dan performance

lainnya yang akan berkeliling di seputaran jalan arteri Kota Surakarta.

5. Mangkunegaran Performing Art (Sabtu – Minggu, 18 – 19 Maret 2017)

Penampilan tari-tarian dan pentas seni karya Pura Mangkunegaran baik tari tradisional

produk Mangkunegaran maupun pengembangannya.

182
6. Solo Indonesia Culinary Festival ( Kamis – Minggu, 6 – 9 April 2017)

Festival makanan tradisional Jawa yang sudah terkenal kelezatannya serta makanan

hasil kreasi resep jawa oleh chef kaliber nasional maupun internasional. Acara ini

juga dimeriahkan dengan lomba antar chef di dalamnya.

7. Festival Parade Hadrah (Senin, 24 April 2017)

Parade Hadrah merupakan parade yang dilaksanakan untuk kembali membangkitkan

seni budaya Islam di Indonesia yang lahir sejak hijrahnya Rasulullah SAW yang

sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Parade ini, dilaksanakan bersamaan

dengan perayaan hari Isra Mi’raj.

8. Solo Menari (Sabtu, 29 April 2017)

Sajian tari seharian penuh di kawasan strategis Kota Surakarta dalam rangka

memperingati ‘Hari Tari Sedunia’

9. SITTEBIZ 2017 (Kamis – Minggu, 4 – 7 Mei 2017)

Sebuah event bisnis peluang investasi perdagangan dan pariwisata yang diikuti oleh

pemerintah kabupaten/kota maupun pemerintah provinsi di Indonesia. Kegiatan ini

juga menghadirkan lembaga investasi perdagangan dan pariwisata swasta baik

nasional maupun internasional dan diisi dengan kegiatan yang meliputi pameran

investasi (investmen); perdagangan (Trade); pariwisata (tourism) fatrip hingga

business meeting.

10. Java Expo (Kamis – Minggu, 4 – 7 Mei 2017)

Pameran nasional yang mengkolaborasikan sektor pariwisata, perdagangan dan

investasi. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai wilayah yang ada di

Indonesia.

11. Solo Gamelan Festival (Sabtu, 6 Mei 2017)

183
Sebuah pagelaran konser gamelanyang akan menyajikan garapan musik konservasi

tradisi dengan alat gamelan yang akan menampilkan kelompok-kelompok gamelan

ternama di Kota Surakarta.

12. Waisakha Puja Raya (Sabtu, 3 Juni 2017)

Perayaan Waisak 2017/2561 TB dengan Puja dan gelaran seni budaya di pelataran

Candi Putih (Vara Stupa Sala Budha Prakasha).

13. Malem Selikuran (Kamis – Jum’at, 15 – 16 Juni 2017)

Wilujengan di Bangsal Sewayana, mengirim Hajaddalem menuju Masjid Agung,

dengan arak-arakan ting, prajurit dan qasidah megelilingi Baluwarti Masjid Agung

Keraton Surakarta.

14. Bakdan Ing Balekambang (Minggu, 25 Juni 2017)

Pagelaran seni budaya, kuliner, bazar aneka kerajinan produk lokal yang dilaksanakan

setiap tahun dalam rangka merayakan hari Raya Idul Fitri.

15. Grebeg Pasa ( Selasa, 27 Juni 2017)

Prosesi pengiriman Hajaddalem Gunungan menuju Masjid Agung Kota Surakarta

16. Bakdan Neng Solo (Rabu – Jum’at, 28 – 30 Juni 2017)

Pertunjukan sendra tari yang menampilkan cerita Ramayana dalam kemasan tari.

17. Festival Wayang Bocah (Sabtu – Minggu, 1 – 2 Juli 2017)

Pertunjukan wayang orang yang diikuti oleh kelompok sanggar seni yang dimainkan

oleh pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Pertama

(SMP)

18. Festival Kethoprak (Jum’at – Sabtu, 7 – 8 Juli 2017)

Pementasan kelompok-kelompok kethoprak di wilayah eks Keresidenan Surakarta.

Hal ini ditunjukan sebagai upaya menciptakan regenerasi sekaligus pelestarian bagi

para pelaku kethoprak dan peminatnya.

184
19. Solo Batik Carnival (SBC) (Jum’at – Sabtu, 14 – 15 Juli 2017)

Karnival yang mengambil tema batik dan menggunakan bahan dasar batik dalam

pembuatan pakaian seluruh peserta di dalamnya. Sejak tahun 2008, acara ini mampu

menarik perhatian ratusan ribu orang baik masyarakat lokal hingga wisatawan

mancanegara. Festival ini diadakan untuk mengangkat citra batik dan Kota Surakarta

sebagai Kota Batik.

20. Festival Keroncong (Jum’at – Sabtu, 21 – 22 Juli 2017)

Menampilkan para seniman keroncong lokal, nasional maupun internasional dalam

upaya melestarikan musik tradisi dan memupuk rasa nasionalisme.

21. Semarak Budaya Indonesia (Kamis – Jum’at, 27 -28 Juli 2017)

Sebuah pagelaran akbar yang menampilkan karya seni dari sanggar-sanggar se-Solo

Raya (SUBOSUKOWONOSRATEN)

22. Festival Pesona Pasar Tradisi (Sabtu – Minggu, 19 – 20 Agustus 2017)

Sebuah festival yang ditujukan untuk meneguhkan silaturahmi warga dalam

pelestarian dan pengembangan pasar tradisional melalui pertunjukan seni, pameran

fotografi dan sarasehan.

23. Bengawan Solo Travel Mart (Jum’at – Minggu, 25 – 27 Agustus 2017)

Bussiness meeting antara seller da buyers untuk mendatangkan wisatawan dengan

segmen pasar group ke Kota Surakarta.

24. Grebeg Besar (Sabtu, 2 September 2017)

Prosesi pengirimian Hajaddalem Gunungan menuju Masjid Agung Surakarta.

25. Solo International Performing Art (SIPA) (Kamis – Sabtu, 7 – 9 September 2017)

Sebuah pagelaran seni internasional yang menampilkan artis-artis dari dalam dan luar

negeri.

26. Festival Payung Indonesia (Jum’at – Minggu, 15 -17 September 2017)

185
Festival yang mempertemukan para pelaku industri kreatif dan kreasi payung, peggiat

pelaku seni karnaval dan masyarakat untuk melakukan pelestarian seni kerajinan

payung Indonesia.

27. Srawung Seni Sakral Internasional (Jum’at, 22 September 2017)

Pertunjukan akbar yang menyajikan penampilan interaksi seni sakral dari seluruh

penjuru dunia.

28. Kirab Malam 1 Suro (Kamis/ Jum’at, 21/22 September 2017)

Wilujengan di Malige Keraton Surakarta, Pasowanan di Sasana Sewaka, Sholat

Tahajud di Masjid Pujasana serta Kirab Pusaka mengelilingi lingkungan luar

Baluwarti.

29. Kirab Pusakadalem 1 Suro (Kamis/ Jum’at, 21/22 September 2017)

Perayaan tahun baru menurut kalendar Jawa. Malam satu Suro dilaksanakan dengan

prosesi jamasan (pencucian) benda pusaka sebelum akhirnya dikirab mengelilingi

Pura Mangkunegaran.

30. Semarak Singo Barong (Sabtu – Minggu, 6 – 7 Oktober 2017)

Parade dan perlombaan Reog yang diikuti oleh berbagai sanggar di seluruh Indonesia.

31. Solo Batik Fashion (Jum’at – Sabtu, 13 – 14 Oktober 2017)

Penampilan busana berbahan dasar batik dari para designer dan artis/model nasional,

sebagai tolok ukur pengembangan model dan busana batik Nasional.

32. Suro Bulan Kebudayaan (Sabtu, 21 Oktober 2017)

Pameran dan atraksi seni budaya dalam rangka memperingati Tahun Baru Kalender

Jawa.

33. Pasar Seni Balekambang (Kamis – Minggu, 26 – 29 Oktober 2017)

Pasar seni budaya yang beraneka ragam dan digelar di area Taman Balekambang.

34. International Mask Festival (IMF) (Jum’at – Sabtu, 27 – 28 Oktober 2017)

186
Sebuah festival Tari Topeng Internasional, yang menampilkan tari topeng dari

berbagai wilayah di Indonesia serta tari topeng dari mancanegara.

35. SOLO IS SOLO (Sabtu, 28 Oktober 2017)

Kegiatan Encyclo Graffiti Kota sepanjang jalan Selamet Riyadi yang merupakan

bentuk artistika dan estetika ruang publik.

36. Hari Wayang Dunia (Selasa – Rabu, 7 – 8 November 2017)

Pertunjukan Wayang non-stop selama 36 jam yang dilakukan di Hall ISI Surakarta

37. Grebeg Mulud (Jum’at 1 Desember 2017)

Prosesi membunyikan Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari di Bangsal

Masjid Agung yang dilanjutkan dengan mengeluarkan gunungan ke Masjid Agung.

38. Sekaten (Sabtu, 2 Desember 2017)

Prosesi mengeluarkan gunungan ke Masjid Agung Surakarta.

187
LAMPIRAN XXIV

188
LAMPIRAN XXV

189
LAMPIRAN XXVI

190
191
192
193
194
195
196
197
198
TIMELINE ACARA KEBUDAYAAN KOTA SURAKARTA

199
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Luar Negeri, Panduan Umum: Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar

Negeri oleh Pemerintah Daerah, Revisi tahun 2006, diakses di

http://www.kemlu.go.id/Documents/Panduan%20Umum%20Tata%20Cara%20dan%20

Kerjasama%20LN%20oleh%20Pemda/Panduan%20Umum%20Tata%20Cara%20dan%2

0Kerjasama%20LN%20oleh%20Pemda.pdf pada 1 Oktober 2017.

Eddy Pratomo, Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional Departemen Luar Negeri.

PANDUAN UMUM: Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemerintah

Daerah (Revisi Tahun 2006). Diakses melalui

http://www.kemlu.go.id/Buku/Buku%20Panduan%20Umum%20Tata%20Cara%20Hub

%20dan%20Kerjasama%20Luar%20Neger%20oleh%20Pemerintah%20Daerah.pdf

pada tanggal 1 Oktober 2017.

Kementerian Luar Negeri, Panduan Umum: Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar

Negeri oleh Pemerintah Daerah, Revisi tahun 2006, diakses melalui

http://www.kemlu.go.id/Documents/Panduan%20Umum%20Tata%20Cara%20dan%20

Kerjasama%20LN%20oleh%20Pemda/Panduan%20Umum%20Tata%20Cara%20dan%2

0Kerjasama%20LN%20oleh%20Pemda.pdf pada 27 Agustus 2017.

Solopos, Begini Desain Perkampungan Kota Bengawan. Diakses melalui

http://m.solopos.com/2016/04/07/penataan-kota-solo-begini-desain-perkampungan-kota-

bengawan-707887?mobile_switch=mobile pada tanggal 1 Oktober 2017.

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta: Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Surakarta

tahun 2015 -2030 (2015).

200
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatia Kota Surakarta, Solo Calendar of Event

2017.

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Surat Masuk Setda Kota Surakarta, Permohonan

Ijin Perjalanan Dinas Keluar Negeri: Gyeongju World Congress of the Organization of

World Heritage Cities (OWHC). Nomor: 098/6641/IX/2017. tanggal 4 September 2017.

Kompas, OWHC 2016 di Denpasar Dimeriahkan Pameran Lukisan dan Foto. Diakses

melalui

http://travel.kompas.com/read/2016/08/04/074100927/OWHC.2016.di.Denpasar.Dimeria

hkan.Pameran.Lukisan.dan.Foto . Pada tanggal 1 Oktober 2017.

OVPM, How to be Member (OWHC). Diakses melalui

https://www.ovpm.org/en/how_become_member . Pada tanggal 1 Oktober 2017.

Dokumen Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta, Solo Charter 2008 (OWHC).

Pemerintah Kabupaten Gianyar, Siaran Pers – Kabupaten Gianyar Terpilih Sebagai Anggota

Organisasi Kota Pusaka Dunia. Diakses melalui

https://gianyarkab.go.id/index.php/baca-artikel/16/Siaran-Pers-min-Kabupaten-Gianyar-

terpilih-sebagai-Anggota-Organisasi--Kota-Pusaka-Dunia pada tanggal 1 Oktober 2017.

Kompas, Jero Wacik Membuka Konferensi Kota Pusaka Dunia di Solo. Diakses melalui

http://news.kompas.com/read/2008/10/25/21453018/jero.wacik.membuka.konferensi.kot

a.pusaka.dunia.di.solo. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2017.

OVPM: OWCH-AP. Diakses melalui

https://www.ovpm.org/en/regional_secretariats/asie_pacifique pada tanggal 1 Oktober

2017.

201
Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Surat Undangan UCLG ASPAC kepada Pemerintah

Kota Surakarta terkait acara: Workhsop for Thought Leaders: Innovation in Urban

Transportation for the Future City. Tanggal 1 Agustus 2017.

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Surat Masuk UCLG ASPAC kepada Pemerintah

Kota Surakarta terkait rencana kegiatan Peer-Learning Workshop and Public Forum on

Cultural Strategy Development Surakarta (Solo) City, Indonesia 23-24 November 2017.

Tanggal 12 September 2017.

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Surat Masuk dari Sekretaris Jenderal UCLG

ASPAC kepada Walikota Surakarta perihal undangan “Workhsop for Thought Leaders:

Innovation in Urban Transportation. Tanggal 1 Agustus 2017.

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta. Surat Keluar Setda Kota Surakarta Kepada Science

and Technology Office Kedutaan Besar PRC untuk RI di Jakarta: Kerjasama Sister city

Kota Surakarta dan Kota Xi’an. Tanggal 2 Agustus 2017.

Bagian Kerjasama Setda Kota Surakarta . Fax Pemerintah Xi’an City kepada Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta: Kerjasama Sister city (Parade Budaya). Tanggal 22

Agustus 2017.

Pemerintah Kota Surakarta, Pemkot Surakarta Jalin Kerjasama Sister city dengan Kota Xian,

diakses melalui http://kota.surakarta.go.id/index.php?q=berita/pemkot-surakarta-jalin-

kerjasama-sister-city-dengan-kota-xian . Pada tanggal 21 Agustus 2017.

Kota Surakarta. Kementerian Dalam Negeri: Profil Daerah Kota Surakarta. (2008). Diakses

melalui http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/33/name/jawa-

tengah/detail/3372/kota-surakarta pada tanggal 1 Oktober 2017.

202
Pemerintah Kota Surakarta, Ringkasan Eksekutif: Kajian Kerja Sama Pemerintah Kota

Surakarta dengan Pihak Luar Negeri, Bagian Kerjasama, 2014.

Pemerintah Kota Surakarta. Booklet World Heritage Cities: Expo, Cultural Event, Carnival

and Converence (Surakarta). 2008.

OVPM: About OWHC. Diakses melalui https://www.ovpm.org/en/presentation pada tanggal

1 Oktober 2017

Abdulkadir Muhammad, 1987. Ilmu Budaya Dasar (IBD). Jakarta: Fajar Agung. Diakses

melalui http://academia.edu/2011/03/pentingnya-pelestarian-nilai-budaya-dan.html pada

tanggal 1 Oktober 2017.

Pemerintah Kota Surakarta, Data Kerjasama Daerah Kota Surakarta Tahun 2015, Bagian

Kerjasama Setda Kota Surakarta, 2016.

Pemerintah Kota Surakarta, Pemkot Surakarta Jalin Kerjasama Sister City dengan Kota

Xian, diakses di http://kota.surakarta.go.id/index.php?q=berita/pemkot-surakarta-jalin-

kerjasama-sister-city-dengan-kota-xian pada 1 Oktober 2017.

Pemerintah Kota Surakarta, Profile Surakarta, Bagian Kerjasama, 2016.

Pemerintah Kota Surakarta, Ringkasan Eksekutif: Kajian Kerja Sama Pemerintah Kota

Surakarta dengan Pihak Luar Negeri, Bagian Kerjasama, 2014.

UCLG ASPAC, About Us, diases di https://www.uclg.org/en/organisation/about pada pada 1

Oktober 2017

UCLG ASPAC, Members, diaskses di https://uclg-aspac.org/en/members/ pada 24 September

2017.

203
BISMILLAH YAAAA FIIII BISAAAA

204

Anda mungkin juga menyukai