PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
AMIR HAMZAH
A1A1 10 049
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu instansi pemerintah didirikan dengan beberapa tujuan, tujuan yang dimaksud
adalah melancarkan kegiatan, pelayanan publik, dan memberikan lapangan kerja. Tujuan instansi
menggunakan sumber daya manusia yang dimilikinya secara efektif dan efisien.
dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas Negara sebagai bentuk pelayanan kepada oran
banyak. Peranan manusia dalam organisasi sebagai pegawai memegang peranan yang
menentukan, karena hidup matinya suatu organisasi pemerintah semata-mata tergantung pada
manusia. Pegawai merupakan factor penting dalam setiap organisasi pemerintahan. Pegawai
merupakan factor penentu dalam pencapaian tujuan instansi pemerintah secara efektif dan
Pengelolaan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara akan
berjalan dengan baik bila pegawai bekerja dengan disiplin. Disiplin harus deterapkan dengan
segera dan secepat mungkin serta diterapkan secara konsisten. Demikian pula setiap orang
berdisiplin sudah tidak mustahil, baik dalam instansi atau organisasi dimama mereka berkerja
akan memperlihatkan sebagai suatu organisasi yang sehat suatu organisasi dengan iklim yang
tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta masyarakat pada umumnya. Melalui disiplin
akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya,
studinya biasanya adalah mereka yang memiliki disiplin yang tinggi. Seseorang yang sehat dan
kuat biasanya pun memiliki disiplin yang baik, dalam arti ia memiliki keteraturan di dalam
menjaga dirinya, teratur kerja, teratur makan, tertib olahraga dan tertib dalam segala hal.
membantu untuk mengarahkan dan mengontrol segala tindakan dan perilaku para personil
pegawai untuk selalu ada dalam ketentuan-ketentuan yang telah menjadi bagaimana pelaksanaan
kedisiplinan yang harus dilakukan dan apakah upaya pelaksanaan kedisiplinan pegawai ini, akan
menjadikan para pegawai untuk selalu bertanggung jawab, bekerja tepat waktu, efektif dan
efesien, sehingga secara tidak langsung akan mendorong untuk meningkatkan prestasi kerjanya.
Selain itu, lembaga/instansi harus memperhatikan sampai sejauh mana pengaruh disiplin kerja
terhadap prestasi kerja pegawai,sehingga akan memberikan suatu timbal balik yang positif dalam
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu
bagi seluruh masyarakat yang ada di kota kendari. Pemerintah tidak perlu bersikap lemah dalam
menghadapi para pegawai intansi pemerintah. Seorang pemimpin yang lemah bukan hanya akan
mengacakan jalannya pemerintahan tetapi juga akan kehilangan rasa hormat dari para
bawahannya. Pemerintah telah mempunyai perturan permainan dan harus ditaati bersama, maka
mengendalikan tugas-tugas yang bersifat spesifik di bidang Perpustakaan dan Arsip Daerah yang
ketatausahaan. Pengelolaan perpustakaan dan arsip daerah akan berjalan dengan baik bila
pegawai bekerja dengan disiplin. Disiplin harus deterapkan dengan segera dan secepat mungkin
serta diterapkan secara konsisten. Demikian pula setiap orang berdisiplin sudah tidak mustahil,
baik dalam instansi atau organisasi dimana mereka berkerja akan memperlihatkan sebagai suatu
organsasi yang sehat suatu organisasi dengan iklim yang sehat, yang kuat dengan prestasi yang
dapat diandalkan.
Samudra Wasrih selaku kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi
mempunyai tugas membantu kepala dalam menyelenggarakan pembinaan dan tata laksana,
perencanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga dan humas serta
penerbitan untuk menunjang pelaksanaan tupoksi BPAD Sultra. Setelah itu pemaparan di susul
oleh beberapa kepala Bidang yaitu Kabid Deposit, Pengolahan dan Pengembangan Bahan
Pustaka dimana bidang tersebut mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan karya cetak dan
karya rekam yang diterbitkan/diproduksi di Sulawesi Tenggara dan tentang Sultra di Daerah lain,
Katalog induk daerah, bahan rujukan berupa indeks, bibliografi subyek, abstrak, kliping dan
pemaparan selanjutnya oleh Kepala Bidang Layanan Perpustakaan, Pelestarian bahan Pustaka
menyelenggarakan berbagai jenis Layanan Perpustakaan baik itu layanan bahan perpustakaan
berbentuk cetak maupun layanan Perpustakaan digital, layanan referensi, layanan anak dan
layanan story telling, layanan internet hostpot/Wifi. Khusus untuk otomasi Perpustakaan
Gambar 1.1
SDM Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Berdasarkan diagram gambar diatas pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara yang memiliki jumlah pegawai 98 orang yang terdiri dari 55 % SMU/SMK,
Tabel 1.2
Rata – Rata Kegiatan Apel Pagi Dan Siang Pegawai Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara Enam Bulan Terakhir
Prensentase
Jumlah Yang Yang Tidak (%)
No. Kategori
Pegawai Mengikuti Mengikuti Tidak
Hadir
Hadir
1. Apel Pagi 98 80 18 81.6 % 18.3 %
2. Apel Siang 98 86 12 87.7 % 12.2 %
3. Apel Sore 98 88 10 89.8 % 10.2 %
Sumber : Sekretariat Perpustakaan Daerah
Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kehadiran pegawai pada
pelaksanaan apel pagi , apel siang dan apel sore yang merupakan salah satu indikator yang
dijadikan rujukan dalam pengukuran disiplin hanya mencapai 81.6 % untuk apel pagi, 87.7 %
untuk apel siang dan 89.8 % untuk apel sore. Artinya angka tersebut menunjukkan bukti tidak
disiplinnya pegawai dalam mematuhi salah satu aturan yang semestinya ditaati sesuai dengan
Berdasarkan data tersebut diatas yang pada kenyataanya dengan jumlah pegawai yang
cukup banyak yang ada di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
sering datang terlambat dan berkerja secara tidak optimal dan tidak sesuai dengan ketentuan jam
kantor serta kurang memberikan pelayanan yang optimum. Berdasarkan kenyataan tersebut
sebelum sesuai dengan teori, maka penulis perlu melakukan penyusunan tugas proposal dengan
judul : “ Disiplin Kerja Pegawai Pada Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara ”.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus penelitian dalam
1. Pelaksanaan disiplin kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
2. Faktor-faktor yang mendukung kedisiplinan kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip
3. Faktor-faktor menghambat kedisiplinan kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan
Sulawesi Tenggara.
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan
3. Faktor-faktor apa saja yang menghambat kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip
2. Untuk mengetahui factor-faktor pendukung kedisiplinan kerja pegawai pada Badan
3. Untuk mengetahui factor penghambat kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan
1) Sebagai bahan masukan bagi pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi
2) Sebagai bahan masukan bagi manajemen Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi
Tenggara dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pelakanaan disiplin kerja
pegawai.
kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
2) Bagi penulis sebagai tambahan pengetahuan tentang pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut peraturan pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang peraturan disiplin pegawai
negeri sipil. Mendefinisikan disiplin kerja adalah sikap atau perilaku kesanggupan pegawai
negeri sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang telah ditentukan dalam
peraturan perundang – undangan dan/ atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau
Secara etimologis disiplin berasal dari bahasa inggris “ diciple “ yang berarti pengikut
atau penganut pengajaran, latihan dan sebagainya. Sinungan (2005:145). Disiplin merupakan
suatu keadaan tertentu dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati. Sedangkan kerja adalah segala aktivitas
Disiplin itu berasal dari bahasa Latin dari kata “discipline” yang berarti latihan atau
bahwa kata disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga tahun 2001 ada
tiga makna: (1) tata tertib (di sekolah, kemiliteran dst); (2) ketaatan kepada peraturan (tata tertib
dst); (3) bidang study yang memiliki objek sistem dan metode tertentu.
Dari ketiga makna tersebut Hadisaputro menyimpulkan bahwa disiplin adalah tata tertib
yang seyogyanya dipatuhi, dalam hal ini oleh pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban”. Karena sudah menyatu dengan
dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan
sebagaimana lazimnya. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam
kehidupannya.
pengertian disiplin sebagai berikut: ”Disiplin kerja adalah suatu kondisi dalam organisasi dimana
para karyawan menampilkan dirinya masing-masing sesuai peraturan organisasi dan standar
sebagai berikut:
“Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan
karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku”.
Disiplin kerja memerlukan perhatian khusus dan proses prosedur yang seharusnya. Hal ini
“Disiplin kerja memerlukan perhatian proses yang seharusnya, yang berarti bahwa prosedur
harus menunjukan karyawan yang bersangkutan benar-benar terlibat. Keperluan proses yang
seharusnya itu dimaksudkan adalah pertama, suatu prasangka yang tak bersalah sampai
pembuktian karyawan berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar dalam beberapa
kasus terwakilkan oleh karyawan lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan keterlibatan pelanggaran.”
Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja pegawai yang dilakukan ini,
maka dapat dikatakan bahwa salah satu upaya untuk dapat meningkatkan motivasi pegawai
adalah dengan diterapkannya disiplin kerja melalui berbagai peraturan dan ketentuan dalam
organisasi. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan disiplin preventif dan disiplin
korektif.
Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan
untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetakan.
Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang
diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan
berperilaku negatif.
Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang nyata-nyata telah melakukan
pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah
ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya
tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi dapat mengikuti
prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung
karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir
pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang memang berwenang untuk itu.
Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara
obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang telah dilakukan. Di
samping factor obyektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dengan pelanggaran, pengenaan
sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa
depan dan bukan terutama menghukum seseorang karena tindakannya di masa lalu. Pengenaan
sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain melakukan
pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa manajemen harus
mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya sekedar
Sikap dan perilaku yang demikian ini tercipta melalui proses binaan melalui keluarga,
pendidikan dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan dari lingkungannya. Disiplin akan
membuat dirinya tahu membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib
dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang
dilarang).
Prijodarminto, (1993:16) berpendapat “Disipin terbagi pada tiga aspek yaitu sikap mental,
1. Sikap mental (mental attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau
pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak;
2. Pemahaman yang baik mengenai sistim aturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang
sedemikian rupa,sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau
kesadaran, bahwa ketatan akan aturan, norma, kriteria, dan standar tadi merupakan syarat mutlak
untuk mencapai keberhasilan (sukses);
3. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati, untuk mentaati segala hal
secara cermat dan tertib.
Dalam sebuah organisasi, diperlukan sebuah pembinaan bagi pegawai untuk mencegah
pimpinan memerlukan alat untuk melakukan komunikasi dengan para karyawanya mengenai
tingkah laku para pegawai dan bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai dan bagaimana
memperbaiki perilaku para pegawai menjadi lebih baik lagi. Dan disiplin kerja yang diterapkan
merupakan alat komunikasi pimpinan seperti dikemukakan oleh Riva’i (2004:44) yang
menyebutkan bahwa :
“ Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk mengubah suatu perilaku
serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati
semua peraturan perusahaan dan norma- norma sosial yang berlaku “.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nawawi (1998:104), menyatakan bahwa
a. Disiplin sebagai suatu proses atau hasil pengarahan atau pengendalian dorongan atau
kepentingan demi cita-cita atau untuk mencapai tindakan efektif yang dapat diandalkan;
b. Pencarian cara-cara bertindak yang terpilih dengan gigih aktif dan diarahkan sendiri sekalipun
menghadapi rintangan atau gangguan.
a. Perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban.
b. Perasaan risi atau maludan berdosa kalau melakukan perbuatan yang menyimpang.
c. Sikap tahu untuk membedakan hal – hal yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang
boleh dilakukan, dan hal yang tidak boleh dilakukan.
d. Merupakan sikap taat dan tertip sebagai hasil pengembangan dan latihan pengendalian pikiran
dan pengendalian watak.
Sastrohadiwiryo ( 2003 : 291 ) mengatakan disiplin kerja adalah sebagai sikap
menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang berlaku, baik
secara tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk
menerima sanksi – sanksi nya apa bila seseorang melanggar tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya. Jika disiplin kerja pegawai tinggi, maka organisasi akan mendapatkan banyak
keuntungan dan artinya jika disiplin kerja menurun, maka organisasi akan mendapat banyak
Disiplin kerja adalah yang memberikan dorongan atau yang menyebabkan pegawai untuk
berbuat dan melakukan semua kegiatan sesuai dengan aturan atau norma – norma yang telah
ditetapkan (Wursanto,1989:108 ).
berpendapat bahwa:
”Disiplin juga tidak kalah pentingnya dengan prinsipprinsip lainnya artinya disiplin setiap
pegawai selalu mempengaruhi hasil prestasi kerja. Oleh sebab itu dalam setiap organisasi perlu
ditegaskan disiplin pegawai-pegawainya. Melalui disiplin yang tinggi produktivitas kerja
pegawai pada pokoknya dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu ditanamkan kepada setiap
pegawai disiplin yang sebaik-baiknya”.
Manusia yang sukses adalah manusia yang mampu mengatur dan mengendalikan diri
yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya
antara manusia sukses dengan pribadi disiplin. Berkaitan dengan disiplin itu sendiri para ahli
memiliki bermacam-macam pemaknaan seperti yang diungkapkan oleh Martoyo (2000: 151)
Oleh Sinungan (1997: 135) dijabarkan bahwasanya disiplin adalah sikap kejiwaan dari
segala aturan yang telah ditetapkan. Disiplin juga berarti latihan yang mengembangkan
pengendalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi; kepatuhan atau ketaatan terhadap
ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat
perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak (Nitisemito,
1996: 118).
Sedangkan menurut Robbins disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap dan
perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan kesediaan mengikuti
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau atasan, baik tertulis maupun
Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk
mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan
bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan
melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan disiplin
diri, disiplin belajar dan disiplin kerja. Sedangkan disiplin kerja merupakan kemampuan
seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus-menerus dan bekerja sesuai dengan aturan-
aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan (Aritonang,
2005: 3-4).
Mengenai disiplin kerja Arisandy juga mengemukakan bahwasanya disiplin kerja adalah
suatu sikap, perilaku yang dilakukan secara sukarela dan penuh kesadaran serta keadaan untuk
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis.
Perilaku tidak disiplin yang timbul merupakan cerminan dari persepsi negatif karyawan terhadap
kontrol yang dilakukan oleh atasan. Sebaliknya perilaku disiplin yang timbul merupakan
dilakukan secara teratur dengan mengembangkan dan mengikuti aturan kerja yang ada
Menurut Saydam ( 1996 : 286-287 ) menjelaskan bentuk disiplin kerja yang baik yang
2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam melakukan pekerjaan.
3. Besarnya rasa tanggungjawab para pegawai untuk melaksanakan tugas dengan sebaik – baiknya.
4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan pegawai.
Sementara itu kelemahan disiplin kerja pegawai terlihat pada suasana kerja sebagai
berikut :
2. Sering terlambatnya pegawai untuk masuk kantor atau pulang lebih cepat dari jam yang sudah
ditentukan.
4. Berkembangnya rasa tidak puas, saling curiga dan saling melempar tanggungjawab.
5. Penyelesaian pekerjaan yang lambat karena pegawai lebih senang mengobrol daripada kerja.
Adapun contoh pelaksanaan disiplin kerja yang baik menurut Strauss (1985:214 ) adalah
sebagai berikut :
Begitu pula Wursanto ( 1985 : 135 ), menyatakan bahwa : “ kinerja yang tinggi dan
disiplin yang tinggi akan diperoleh apabila para pegawai terpenuhi kebutuhannya”.
2. Kesadaran bahwa disamping individu adalah sebagai orang yang dipercaya untuk melaksanakan
3. Ketaatan dan kepatuhan terhadap segala peraturan dan ketentuan – ketentuan yang berlaku.
4. Ketertiban dalam melaksanakan apa yang harus dikerjakannya sehingga dapat dihindari
5. Inisiatif dalam menyajikan apa yang harus dikerjakan sehingga dihindari penyimpangan –
6. Inisiatif yang menunjang kelancaran pelaksanaan tugas – tugasnya , sehingga tidak melakukan
Disiplin bila sudah menyatu dengan dirinya , maka sikap atau perbuatan yang dilakukan
bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan akan sebaliknya akan
membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana mestinya. Dengan demikian disiplin
kerja seseorang dalam bekerja merupakan sikap atau perlakuan ketaatan, ketertiban,
tanggungjawab dan loyalitas pegawai terhadap segala tata tertib yang berlaku dalam organisasi.
Bila pegawai bertindak atau berbuat sesuai dengan keinginan organisasi maka peraturan itu
menjadi efektif. Disiplin kerja bila pegawai datang tepat waktu, mempergunakan alat kantor
dengan rasa tanggungjawab, hasil pekerjaan memuaskan dan bila bekerja dengan semangat
tinggi ( Larterner,1983:71 ).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
tingkat kedisiplinan yang dimiliki seorang pegawai maka akan semakin tinggi pula kinerja
pegawai.
Konsep Disiplin Kerja Pegawai Menurut pendapat Werther Jr., yang dikutip oleh
melaksanakan apa yang telah disetujui bersama antara pimpinan dengan para pekerja baik
Menurut Nitisemito ( 1995 : 106 ) , menyatakan bahwa disiplin adalah suatu sikap,
tingkah laku dan perbuatan yang sesuai denagan peraturan dari organisasi baik secara tertulis
maupun tidak tertulis. Saydam ( 1996 : 284 ) menyatakan bahwa disiplin adalah sikap kesediaan
dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala norma-norma peraturan yang
berlaku disekitarnya. Dari pendapat para ahli tersebut diatas, terlihat dengan jelas faktor – faktor
terpenting dari disiplin kerja adalah sikap dan perilaku yang taat dan tunduk pada peraturan yang
ada dengan penuh kesadaran. Sehubungan dengan hal tersebut diatas penulis merumuskan
disiplin kerja adalah suatu sikap pegawai, tingkah laku pegawai, dan perbuatan pegawai yang
sesuai dengan peraturan organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Moukijat (1984:96) mengemukakan disiplin adalah kegiatan manajemen untuk
menjalankan standar-standar organisasional. Secara etiomologis, kata “disiplin” berasal dari kata
Latin “diciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta
perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak
tertulis. Setelah diuraikan beberapa pengertian mengenai disiplin yang dikemukakan oleh
beberapa ahli seperti tersebut diatas dapatlah dikatakan bahwa disiplin umumnya diartikan
dilingkungan organisasi masing-masing, jika terdapat pegawai yang tidak mematuhi segala
peraturan dan ketentuan yang berlaku pada lingkungan kerjanya, berarti tindakan pegawai
Dari perspektif organisasi, dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap anggota organisasi
terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi tersebut, yang terwujud melalui sikap,
perilaku dan perbuatan yang baik sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada
perselisihan, serta keadaan-keadaan baik lainnya. Penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa disiplin kerja adalah kesadaran individu dalam bekerja untuk selalu mentaati peraturan
yang telah ditetapkan organisasi. Sedangkan beberapa penulis sosiolog, psikolog maupun para
penting untuk diperhatikan dalam suatu organisasi. Karena bila karyawan dalam melaksanakan
tugas tidak memiliki disiplin kerja yang tinggi, maka hasil yang dicapai tidak akan sesuai
sebagai kesadaran diri atau kekuatan yang berkembang dalam diri sendiri, dan untuk mematuhi
atau mentaati nilai, norma, dan peraturan. Definisi disiplin yang dikemukakan diatas memandang
disiplin sebagai kepatuhan yang datang secara sadar, sukareala dan ada pengaruh dari luar baik
yang bersifat ajakkan ataupun perintah atau paksaan. Kesadaran diri untuk mentaati nilai-nilai,
norma, dan peraturan tanpa ada paksaan atau perintah akan menumbuhkan kebebasan
berinisiatif, kebebasan untuk mengeluarkan ide, gagasan dan pendapat yang bertanggung jawab.
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaatai semua peraturan perusahaan
dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan
pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “ Disiplin kerja adalah suatu sikap
mental yang dimiliki oleh pegawai dalam menghormati dan mematuhi peraturan yang ada di
dalam organisasi tempatnya bekerja dan dilandasi karena adanya tangung jawab bukan karena
keterpaksaan, sehingga dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik daripada sebelumnya
Untuk mencapai hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, perlu
adanya disiplin kerja yang baik dari personil yang bersangkutan. Hasibuan (1996:212)
mengemukakan bahwa, “Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya”. Karena hal ini akan mendorong
gairah kerja atau semangat kerja, dan mendorong terwujudnya tujuan organisasi. Kedisiplinan
harus ditegakkan dalam suatu organisasi karena tanpa dukungan disiplin personil yang baik,
maka organisasi akan sulit dalam mewujudkan tujuannnya. Jadi dapatlah dikatakan bahwa
kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik, itu tidaklah mudah.
Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi persyaratan bagi
pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang akan membuat para pegawai
mendapat kemudahan dalam bekerja, dengan begitu akan menciptakan suasana kerja yang
Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok tertentu atau
dalam masyarakat dengan begitu, hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu
Disiplin juga dapat membangun kepribadian seorang pegawai lingkungan yang memiliki
disiplin yang baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Lingkungan organisasi
yang memiliki keadaan yang tenang, tertib dan tenteram sangat berperan dalam membangun
kepribadian yang baik. Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar
senantiasa menunjukan kinerja yang baik sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan
berdisiplin tidak terbentuk dalam waktu yang lama salah satu proses untuk membentuk
kepribadian tersebut dilakukan melalui proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan
melalui proses latihan. Latihan tersebut dilaksanakan bersama antar pegawai, pimpinan dan
Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah nilai yang dianut. Sistem nilai dalam
hal ini yang berkaitan langsung dengan disiplin. Nilai-nilai yang menjunjung disiplin yang
diajarkan atau ditanamkan orang tua, guru, dan masyarakat akan digunakan sebagai acuan bagi
penerapan disiplin di tempat kerja. Sistem nilai akan terlihat dari sikap seseorang. Sikap
Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang
terus-menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan panutan
perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsistensi, adil, bersikap positif dan terbuka. Selain factor
kepimpinan, gaji, kesejahteran, dan sistem penghargaan bagi karyawan merupakan factor yang
Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku
ketentuan yang ditetapkan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam
masyarakat untuk tujuan tertentu dan kemudian menurut Sinungan disiplin tersebut tercermin
dalam pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut: (a) adanya hasrat yang kuat untuk
melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik dan kaidah yang berlaku dalam
masyarakat; (b) adanya perilaku yang dikendalikan; (c) adanya ketaatan (Sinungan, 1997: 145-
146). Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin tersebut, jelaslah bahwa disiplin
Sedangkan menurut Helmi (1996: 34) terdapat beberapa indikator dari disiplin kerja
yang meliputi: (a) disiplin kerja tidak sematamata patuh dan taat terhadap penggunaan jam kerja
saja, misalnya datang dan pulang sesuai dengan jadwal, tidak mangkir jika bekerja, dan tidak
mencuri-curi waktu; (b) upaya dalam mentaati peraturan tidak didasarkan adanya perasaan takut,
atau terpaksa; (c) komitmen dan loyal pada organisasi yaitu tercermin dari bagaimana sikap
dalam bekerja. Sebaliknya, perilaku yang sering menunjukkan ketidakdisiplinan atau melanggar
peraturan terlihat dari tingkat absensi yang tinggi, penyalahgunaan waktu istirahat dan makan
siang, meninggalkan pekerjaan tanpa ijin, membangkang, tidak jujur, berjudi, berkelahi, berpura-
pura sakit, sikap manja yang berlebihan, merokok pada waktu terlarang dan perilaku yang
Dari uraian-uraian di atas disimpulkan bahwa karyawan atau pegawai yang memiliki
disiplin kerja terlihat dari adanya rasa kepedulian terhadap pencapaian tujuan perusahaan dengan
adanya semangat, gairah kerja, dan inisiatif dengan mencari ide atau cara untuk menyelesaikan
pekerjaan, adanya rasa tanggung jawab dengan berusaha untuk selalu menjaga peralatan kantor
dan intropeksi diri bila mengalami kegagalan, adanya rasa memiliki dan rasa solidaritas dengan
bekerja sama dan saling memiliki antar rekan kerja, adanya efisiensi dengan menggunakan
Disiplin diri menurut Jasin (1996:35) merupakan disiplin yang dikembangkan atau
dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggung jawab
pribadi, yang berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Disiplin diri
merupakan proses belajar (sosialisasi) yang berasal dari keluarga dan lingkungan masyarakat.
Penanaman nilai-nilai disiplin diri mulai ditanamakan oleh orang tua, guru atau masyarat.
Pimpinan juga dapat menjadi model peran yang sangat efektif bagi berkembangnya disiplin diri.
Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi. Jika harapan organisasi
terpenuhi maka karyawan akan mendapat reward (penghargaan) daro organisasi. Dengan disiplin
diri seorang karyawan dapat menghargain diri sendiri dan juga menghargain orang lain.
Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata. Selain disiplin diri
masih diperlukan disiplin kelompok. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa di dalam
kelompok kerja terdapat standar ukuran prestasi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Berarti
setiap karyawan akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi standar prestasi tersebut. Dapat
dikatakan bahwa standar ukuran prestasi, salah satunya dengan melalui disiplin yang diterapkan
Disiplin kelompok akan tercipta jika disiplin diri telah tumbuh dari dalam diri karyawan.
Artinya suatu kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota
kelompok dapat memberikan peran yang sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.
Sementara itu Handoko (1989:208) merumuskan disiplin secara lengkap dalam tiga
kategori, yaitu:
Tindakan yang dilakukan untuk mendorong karyawan agar mentaati ketentuan atau standar
dan peraturan sehingga pegawai memiliki disiplin diri sendiri. Jenis disiplin ini menekankan
karyawan mengetahui dan memahami standar serta peraturan kerja dengan harapan perilaku dan
akan cenderung terarah pada pekerjaan dengan batas wewenang, tugas, dan tanggung jawab serta
Tindakkan yang dilakukan setelah terjadi satu pelanggaran tertentu, sehingga bisa
mencegah pelanggaran lebih lanjut dan perilaku karyawan akan kembali kepada ketentuan
standar dan peraturan yang ada. Disiplin korektif ini biasanya berbentuk jenis hukuman tertentu
b) Mencegah karyawan atau orang lain melakukan pelanggaran yang sama
hukuman yang lebih tinggi. Tujuan dari pendisiplinan progresif adalah untuk memberikan
kesempatan kepada karyawan yang bersangkutan agar memperbaiki diri sebelum dikenakan
hukuman yang lebih serius. Penegakkan disiplin dengan cara ini masih member waktu bagi
pimpinan untuk bekerja sama dengan karyawan yang bersangkutan agar memperbaiki kesalahan
yang dilakukannya.
Jadi disiplin preventif dilakukan untuk mendorong karyawan agar mentati peraturan,
korektif adalah tindakkan yang dilakukan setelah terjadi satu pelanggaran sehingga bisa
mencegah pelanggaran lebih lanjut, sedangkan progresif adalah bentuk pendisiplinan dimana
karyawan melakukan pengulangan pelanggaran dijatuhkan hukuman yang lebih berat. Tujuannya
adalah memberikan kesempatan bagi karyawan untuk memperbaiki diri sebelum terkena
Berdasarkan pembentukannya maka disiplin kerja dapat dibagi menjadi disiplin intrinsik
dan disiplin ekstrinsik. Disiplin intrinsik merupakan disiplin kerja yang muncul dari diri
seseorang yang dengan kesadaran dan kesukarelannya, taat serta patuh terhadap nilai-nilai,
norma dan peraturan, khususnya yang ditetapkan suatu organisasi atau lingkungan dimana
karyawan berada. Sedangkan disiplin ekstrinsik adalah disiplin yang muncul karena dipaksa oleh
orang lain atau pihak lain di luar dirinya untuk mentaati nilai, norma dan aturan. Biasanya
Faktor-faktor yang dimaksud menurut Arisandy (2004: 28) dan Muhaimin (2004: 6)
menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan yang
mencakup: (a) tujuan dan kemampuan yakni pekerjaan yang dibebankan pada seorang karyawan
harus sesuai dengan kemampuannya supaya karyawan dapat bekerja dengan sungguh dan
disiplin dalam mengerjakan tugasnya; (b) teladan pimpinan yakni teladan pimpinan sangat
berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan
panutan oleh para bawahannya; (c) balas jasa yakni untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan
yang baik maka perusahaan harus memberikan balas jasa yang memang sesuai dengan haknya;
(d) keadilan yakni penyamarataan perlakuan terhadap bawahan karena pada dasarnya setiap
manusia menganggap dirinya penting dan ingin diperlakukan sama dengan orang lain; (e)
pengawasan melekat yakni memberikan pengawasan langsung kepada para bawahan sehingga
dengan demikiann para karyawan akan merasa mendapat perhatian, pengarahan dan pengawasan
dari atasannya; (f) sanksi hukuman yaitu pemberian sanksi terhadap para karyawan yang terbukti
telah melanggar peraturan yang berlaku; (g) ketegasan yaitu ketegasan sikap yang dimiliki oleh
atasan untuk menghukum para karyawan yang melakukan kesalahan; (h) hubungan kemanusiaan
yaitu hubungan baik yang bersifat vertikal maupun horizontal yakni hubungan antara atasan
adalah motivasi kerja, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi hukuman,
Motivasi Kerja ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai
harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal
ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam
mengerjakannya.
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan
dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang
baik, berdisiplin baik, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan yang baik,
kedisiplinan bawahan pun ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para
Balasan jasa (gaji dan kesejahteran) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa
akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan atau pekerjannya. Jika
kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik
pula.
4) Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya disiplin kerja karyawan, karena ego dan sifat manusia
yang selalu merasa dirinya penting dan meminta diperlukukan sama dengan manusia lainnya.
5) Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakkan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan
disiplin karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi
perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus
selalu ada atau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petujuk, jika ada
Sanksi hukuman sangat berperan penting dalam memelihara disiplin karyawan. Dengan sanksi
hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan
7) Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi disiplinan karyawan
perusahaan. Pimipinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawaan
Hubungan kemanusian yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan
yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertical maupun horizontal
yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship hendaknya harmonis.
Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relavan
Kantor Camat Mandonga mengemukakan bahwa belum mencapai taraf optimal yang ditujukkan
oleh adanya kebiasaan masuk dan pulang kantor tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
dalam meningkatkan etos kerja mengemukakan bahwa factor yang mendukung adalah komitmen
pegawai, tingkat pendidikan pegawai, factor pengawasan pimpinan yang efektif, sedangkan
factor penghambat adalah keterlambatan dana operasional dan kesadaran sebagian pegawai yang
disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Kantor Lurah Tobuuha mengemukakan
bahwa masih rendahnya motivasi individu dalam bekerja dan kurangnya proses pengawasan dan
pemberian contoh perilaku disiplin atasan mereka yang masih rendah. Adanya kelemahan
penegakkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Kantor Lurah Tobuuha, hal ini
terlihat pada minimnya motivasi yang diberikan kepada pegawai perpustakaan terhadap
kebiasaan penegakkan disiplin waktu datang dan pulang kantor sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
Disiplin kerja merupakan tindakan atau perilaku seseorang terhadap tanggung jawab
kegiatan kerjanya. Dimana disiplin kerja adalah suatu upaya menggerakkan karyawan dalam
menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap memenuhi peraturan sesuai dengan
Pembahasan disiplin pegawai berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang
sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu setiap organisasi perlu memiliki
berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para anggotanya, standar yang harus dipenuhi.
Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi
tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain, tujuan dari disiplin pegawai adalah
untuk memberikan pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap
dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara
metode motivasi, yaitu motivasi langsung dan motivasi tak langsung. Motivasi langsung adalah
motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi
kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari
raya, bonus, dan bintang jasa. Sedangkan motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan
hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau
kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.
Misalnya, kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman,
suasana pekerjaan yang serasi, serta penempatan yang tepat. Motivasi tidak langsung besar
pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan sehingga prestasi kerjanya baik.
Motivasi itu sendiri terdiri dari dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi
negatif. Motivasi positif maksudnya memotivasi karyawan dengan memberikan hadiah kepada
mereka yang berprestasi di atas standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja karyawan akan
meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja. Dan motivasi
negatif maksudnya memotivasi karyawan dengan standar mereka akan menerima hukuman.
Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan
meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat
kurang baik. Namun, penggunaan kedua jenis motivasi ini harus tepat dan seimbang supaya
dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. Dan manajer harus konsisten dan adil dalam
menerapkannya.
Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja dan motivasi pegawai yang
dilakukan ini, maka dapat dikatakan bahwa salah satu upaya untuk dapat meningkatkan motivasi
pegawai adalah dengan diterapkannya disiplin kerja melalui berbagai peraturan dan ketentuan
dalam organisasi. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan disiplin preventif dan
disiplin korektif. Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para
karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah
ditetakan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku
yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para
karyawan berperilaku negatif. Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang
nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal
memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau
ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi.
Pengenaan sanksi dapat mengikuti prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi
diprakarsai oleh atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang
lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang
memang berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa
pengenaan sanksi dilakukan secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot
pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan
perilaku di masa depan dan bukan terutama menghukum seseorang karena tindakannya di masa
lalu. Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain
manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak
Sub
Variabel Implementasi Sasaran
Variabel
1. Tujuan dan
Teladan Kemampuan
Pimpinan 2. Hubungan Motivasi
Disiplin Kerja Kemanusiaan Kerja
Pegawai
Pengawasan 1. Pengawasan
Melekat 2. Sanksi Hukuman
Umpan Balik
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pentingnya disiplin kerja untuk
menyalurkan, mengarahkan atau mendorong seseorang untuk bekerja giat mencapai hasil yang
optimal sesuai dengan apa yang diharapkan, kemudian pada akhirnya motivasi pegawai suatu
organisasi tercapai.
Berdasarkan pada kerangka pemikiran diatas maka dapat ditarik hipotesis yang
1. Teladan pimpinan dalam disiplin kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai.
2. Pengawasan melekat dalam disiplin kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai.
3. Teladan pimpinan dan pengawasan melekat dalam disiplin kerja secara simultan berpengaruh
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
lokasi penelitian adalah Badan Perpustakan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara. Alasan peneliti pemilihan lokasi ini karena pada Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki jumlah pegawai yang cukup banyak, sehingga di
butuhkan disiplin kerja yang tinggi dari seluruh personil pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif.
Penelitian akan dilaksanakan pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Sedangkan untuk
sumber data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari sumber-sumber
pertama baik dari individu maupun dari kelompok. Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik
oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder dari penelitian ini penulis
dapatkan dari data Perpustakan dan Arsip Daerah, mempelajari buku-buku yang berhubungan
Rekaman audio dan video digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data peneliti
melakukan wawancara dengan para informan atau sumber data. Selain itu, dengan pertimbangan
agar data yang diperoleh tidak hilang, rusak, dan hasil wawancara dengan sumber data tidak
dapat ditulis dengan sempurna bila peneliti harus menulis dengan buku catatan.
Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan untuk mendokumentasikan semua gejala-gejala
atau fenomena situasi social yang tampak selam peneliti berada dilokasi penelitian. Catatan
terdiri atas dua bagian, yakni (1) deskripsi yaitu tentang apa yang sesungguhnya kita amati, yang
benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar dan amati dengan alat indra , dan (2)
komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan sesuatu yang kita amati. Deskripsi ialah
uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa yang kita lihat dan dengar,
tanpa diwarnai oleh pandangan atau tafsiran kita. Komentar adalah pandangan, penilaian,
penafsiran terhadap sesuatu. Misal dalam suatu kelas, ada seoarang siswa yang mengantuk dan
berusaha untuk menahan rasa kantuk tersebut untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan
guru. Fenomena tersebut adalah sebuah deskripsi (kenyataan) tentang proses belajar dikelas,
tetapi bila kita mengatakan malas, maka hal tersebut sudah termasuk penafsiran.
3. Dokumentasi
Data dokumentasi digunakan peneliti untuk memperkuat hasil temuannya atau wawancara,
dokumen-dokumen, dan arsip-arsip yang berguna dalam penlitian ini. Selain melalui wawancara
dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat,
catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa
dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti
perlu memiliki kepekaan teoritik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak
sekadar barang yang tidak bermakna. Artinya bahwa Pengumpulan data melalui teknik ini
dimaksudkan untuk melengkapi hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi.
Dengan analisis dokumen ini diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid.
Dokumen yang dapat dijadikan sumber antara lain foto, laporan penelitian, buku-buku yang
4. Foto/Gambar
Foto digunakan peneliti untuk mengabadikan kondisi atau momen penting yang berguna bagi
penelitian ini. Dengan menggunakan foto akan dapat mengungkap suatu situasi pada detik
tertentu sehingga dapat memberikan informasi deskriptif yang berlaku saat itu. Foto dibuat
dengan maksud tertentu, misalnya untuk melukiskan kegembiraan atau kesedihan, kemeriahan,
semangat dan situasi psikologis lainya. Foto juga dapat menggambarkan situasi sosial seperti
kemiskinan daerah kumuh, adat istiadat, penderitaan dan berbagai fenomena sosial lainya. Selain
foto, bahan statistik juga dapat dimanfaatkan sebagai dokumen yang mampu memberikan
informasi kualitatif, seperti jumlah guru, murid, tenaga administrasi dalam suatu lembaga atau
organisasi. Data ini sangat membantu sekali bagi peneliti dalam menganalisa data, dengan
dokumen-dokumen kualitatif ini analisa data akan lebih mendalam sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
E. Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument utama dalam penelitian adalah
manusia atau peneliti itu sendiri, Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Unsur informan yang terdiri dari : Kepala Bagian Perpustakaan, Sekretaris, Bendahara dan
Dalam penelitian ini, peran informan sangat penting dan perlu. Untuk menentukan
informan. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposif. Usia dan peran informan
menjadi salah satu kunci untuk memperoleh informasi yang memadai. Jumlah informan menjadi
pengecualian ketika informasi yang diperoleh sudah dipandang memadai sehingga pencaharian
Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
(pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang
akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Faisal teknik pengambilan sampel purposif
penelitian ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut
dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan
disiplin kerja pegawai di Badan perpustakaan dan arsip daerah sulawesi tenggara dalam
Dalam penelitian ini ada beberapa jenis pengumpulan yang digunakan penulis yaitu:
1. Observasi /Pengamatan yaitu dengan melakukan pengamatan dilokasi penelitian. Teknik ini
dipergunakan untuk memperoleh data tentang proses penerapan disiplin kerja yang diterapkan
dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara dan aplikasinya yang
2. Wawancara, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada
responden, dalam hal ini kepada pegawai Observasi, yang merupakan metode pengumpulan data
dengan cara pengamatan dan pencatatan terhadap data yang ditemukan di lapangan.
3. Dokumentasi,yakni melakukan pencatatan berbagai dokumen yang ada. Teknik ini dilakukan
untuk memperoleh data tentang prosedur pencatatan daftar hadir dan daftar hadir pada
kegiatan/acara khusus pegawai, dan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) atau dengan
berkomunikasi langsung untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data
primer yang dikumpulkan dari responden yang ada tentang disiplin kerja dan semangat kerja
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif
Kualitatif, menurut Miles dan Huberman (1992) bahwa analisis deskriptif melalui tiga alur,
yaitu :
Maka peneliti ini menggunakan teknik analisis data kualitatif diskriptif yang berpedoman pada
berfikir induksi dan deduksi. Menurut sanapiah penelitian kualitatif dapat melakukan analisis
data sejak pengumpulan data sampai data terkumpul seluruhnya. Sebelum data dianalisis oleh
peneliti terlebih dahulu diolah ( data proccesing ) kemudian dilakukan proses editing yaitu data
diperiksa terlebih dahulu oleh penelliti secara seksama kemudian dilanjutkan denbgan pemberian
kode agar mempermudah dalam analisis data. Dalam menganalisis data, penelitian menggunakan
model analisis interaktif (interactive model) yang mengandung empat komponen yang saling
berkaitan yaitu ( pengumpulan data, penyederhanaan data, pemaparan data dan penarikan dan
pengajuan simpulan ).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang
proses penelitian berlangsung, dalam penelitian ini di gunakan analisis data dengan
1. Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis
dilapangan, data dihimpun dari berbagai sumber dilapangan, disederhanakan dan disimpulkan.
2. Penyajian data dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
penyajian-penyajian kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat
ditarik kesimpulan.
3. Menarik kesimpulan/verivikasi, merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama
melintas di pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada
catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman sejawat
untuk mengembangkan “intersubjektif” dengan kata lain makna yang muncul dari data harus
Prosedur analisis dilakukan dengan tiga fase tersebut di gambarkan oleh Miles and
Huberman dalam sugiyono (2012:335) yang disebut sebagai “Model Interaktif” seperti
Gambar 1.4
Data Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusions :
Drawing/verifyng
Analisis data dalam penelitian kualitatif menurut sumber diatas dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data terhadap jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis belum memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan
lagi sampai tahap tertentu sampai diperoleh data yang dianggap kredibel. Aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sapai tuntas.
Data yang dikumpulkan oleh peneliti dari fokus yang ada baik melalui wawancara,
observasi dan data dokumentasi direduksi dengan merangkum, melakukan pemilihan hal-hal
yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
Setelah data direduksi naka langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan verfikasi.
Kesimpulan dalam penelitian kuyalitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada, temuan berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan dan verifikasi agar
memudahkan peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data
penelitian, sehingga data tersebut bisa ditarik kesimpulan atau pengambilan tindakan yang utuh
Beberapa yang ditempuh agar kebenaran hasil penelitian ini dapat dipercaya adalah :
Dalam penelitian ini, perpanjangan keikutsertaan dilakukan melalui aktifitas untuk membuat
temuan dan interpretasi yang akan dihasilkan lebih terpercaya. Contoh : kegiatan dengan
memperpanjang masa observasi/pengamatan dilapangan, wawancara lagi dengan sumber data
yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan keikutsertaan ini berarti
hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin akrab, semakin terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi antarapeneliti dengan
subyek yang diteliti. Perpanjangan keikutsertaan ini dengan mengamati dan mewawancarai
jenis kegiatan keagamaan, motivasi dari pimpinan Perpustakaan dan juga motivasi dari pihak-
pihak lain yang berwenang di dalamnya. Pelaksanaan program itu dilaksanakan dengan cara
teknik pengumpulan data, mempelajari data yang terdapat dalam arsip-arsip, dokumen-dokumen
serta bebrapa tempat lainnya yang menjadi sumber data sekunder penelitian ini, maka peneliti
mengetahui secara mendalam tentang permasalahan yang terjadi. Hal ini dilakukan sebagai
Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang sangat
relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Contohnya : melakukan pengamatan secara terus menerus terhadap obyek
diamati juga bagaimana kendala yang dihadapi dan manfaat dari kegiatan-kegiatan itu. Disini
peneliti mengadakan observasi secara terus menerus, sehingga memahami gejala dengan lebih
mendalam sehingga mengetahui aspek yang penting, terfokus dan relevan dengan topik
penelitian. Dengan ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekkan kembali
apakah data yang ditemukan itu salah atau tidak dan peneliti dapat memberikan deskripsi data
Triangulasi sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan
waktu. Triangulasi dilakukan dengan menggunakan sumber, metode dan teori. Triangulasi
sumber digunakan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari seorang informan
dengan informan lainnya, seperti membandingkan sumber informan dari Kepala bagian
Pergudangan dan Informan lainnya. Triangulasi metode dilakukan dengan cara pengumpulan
data yang beredar, seperti observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi dan data dokumen peneliti kumpulkan kemudian dianalisa, mulai dari latar
data dengan membandingkan teori-teori yang dihasilkan para ahli yang dianggap sesuai dan
sepadan melalui penjelasan banding, kemudian hasil peneliti dokonsultasikan dengan subyek
Gambar 1.4
Triangulasi teknik pengumpulan data bermacam-macam dari sumber yang sama
Observasi Partisipatif
Sumber Data
Wawancara Mendalam
Dokumentasi
Gambar 1.5
Triangulasi sumber pengumpulan data ( satu teknik pada bermacam-macam sumber data.
A
Wawancara Mendalam
B
C
Pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contohnya, data hasil
wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia
atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto, video, taperecorder. Alat-alat bantu
perekam data dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data
yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang
dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih
dapat dipercaya.
berbagai hal yang telah disampaikan oleh informan dan obyek yang diteliti. Seperti data hasil
Keperpustakaan.
Berfungsi untuk membangun keteralihan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara “uraian
rinci “ untuk menjawab persoalan sampai sejauh mana hasil penelitian dapat ditransfer pada
beberapa konteks lain. Dengan teknik ini peneliti akan melaporkan hasil penelitian seteliti dan
Depenability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain
dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering
terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian kelapangan, tetapi bisa memberikan data.
Untuk itu pengujian depenability oleh dosen pembimbing terhadap keseluruhan aktifitas peneliti
data,melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh
peneliti. Kriteria menilai apakah proses penelitian bermutu atau tidak,atau penelitian itu valid
atau tidak. Dalam penelitian kualitatif alata uatama yang digunakan adalah peneliti sendiri,
kepastian apakah hasil penelitian tersebut benar atau salah, maka peneliti akan selalu
4) Konfirmabilitas
Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji
konfirmabilitas berarti menguji hasil oenelitian yang dikaitkan dengan proses penelitian yang
dilakukan.
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cara
mengecek data, informasi dan hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada
pelacakkan audit. Dalam pelacakkan audit ini peneliti menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan,
seperti data lapangan berupa : catatan lapangan dari hasil pengamatan peneliti tentang Disiplin
kerja pegawai pada badan Perpustakaan dan arsip daerah sulawesi tenggara. Dengan demikian
pendekatan konfirmabilitas lebih menekankan pada karakteristik data yang menyangkut kegiatan
para pengelolanya dalam mewujudkan konse tersebut. Upaya ini bertujuan mendapatkan
kepastian bahwa data yang diperoleh benar-benar obyektif, bermakna, dapat dipercaya, faktual
DAFTAR PUSTAKA
Ani, Fauziyah. 2005. Pengaruh Pengawasan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan Bagian Produksi Pelintingan di Perusahaan Rokok Kretek Sukun Mc Wartono Kudus
(online) lib.unnes.ac.id/420/ diakses pada 5 April 2013
Anoraga, Pandji. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_____________. 2004. Psikologi Kerja. Jakarta: Asdi Mahasetya
Arikunto, Suharsini. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Budiyono. 2008. Pengaruh Disiplin Kerja dan Fasilitas Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
pada PT. Karya Gemilang Surakarta (online) td.eprints.ums.ac.id/2931/1/B100040241.pdf
diakses pada tanggal 5 April 2013
Budi Paramita,1992, Pendekatan Disiplin dalam Peningkatan Produktivitas Kerja,Aksara Baru,
Jakarta
Davis, Keith dan Newstroom, W.John. 2000. Perilaku dalam Organisasi Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga
Fathoni, Abdurrahmat, 2006. Metode penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Gie, The Liang, 1995, Efisiensi Kerja bagi Pembangunan Negara : Suatu Bunga Rampai Bacaan, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Gomes, F.C., 2002,Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi, Yogyakarta.
Handoko,Hani T,1984,Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,BPFE,Yogyakarta.
Hariandja, Marihot Tua Efendi , 2002 , Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, PT.
Grasindo, Jakarta.
Hasibuan, Melayu, SP., 1997, Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktifitas, Bumi
Aksara, Cetakan Pertama, Jakarta.
Hasibuan,Melayu,SP.,2000,Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,Jakarta.
Hasibuan, Malayu.S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara
Handoko, T.Hani. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Personalia. Yogyakarta: BPFE UGM
Helmi. 2006. Buletin Psikologi Edisi Khusus Ulang Tahun Ke XXXIII No.2. Yogyakarta: Fakultas
PSikologi UGM
_____. 2008. Ciri Orang Berdisiplin (online) http://www.avin.staff@ugn.ac.id diakses pada 5 April
2013
Kusumadiantho, Herman. 2000. Jurnal Universitas Pelita Harapan Volume i dan ii. Jakarta: BPFE UPH
Leap, Terry L and Michael D. Crino. 1989. Personnel Human Resource Management. USA: Macmillan
Publishing Company
Leteiner & Levin, Terjemahan Soejono. Disiplin Kerja Karyawan (online)
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/490/jbptunikompp-gdl-andisetiad-24496- 4-unikom_a-i.pdf
diakses pada 5 April 2013
Lubis. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Karyawan PTPN IV Unit Kebun
Mayang (online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29029/5/Chapter%20I.pdf
diakses pada 5 April 2013
Lubis, Sylviani. 2011. Pengaruh Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Terhadap Keamanan Kerja dan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Sinar
Oleochemical Internasional (SOCI) Mas Medan (TESIS). Medan: Universitas Sumatera Utara
Laiterner, Alfred R, 1983, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja, aksara Baru, Jakarta.
Manulang, ML, 1988 , Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Matutina, Domi. 2001. Manajemen Personalia. Jakarta: Pt. Rineka Cipta
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Moenir,1987,Pendekatan Manusiawi dan Organisasi terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung
Agung, Jakarta.
Musanef, 1994, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta.
Panggabean, Murtiana S. , 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Ghalia
Indonesia, Jakarta
Saminah ,W.O.2004. Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Kantor Kecamatan Mandonga. Studi
Kasus : Kantor Camat Mandonga Kota Kendari. Disertasi tidak diterbitkan. Kendari : Program
Sarjana Pendidikan-UNHALU
Saydam, Ghozali,1996,Manajemen Sumber Daya Manusia, Binarupa, Jakarta.
Siahaan, Elfrida J. 2002. Pengaruh Koordinasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada
PT. Jakarana Tama Medan. Medan: Fakultas ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara
Sirait, Justin T. 2006. Memahami Aspek- aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi.
Jakarta: PT. Grasindo
Suara Merdeka. 2008. Ciri- ciri Orang produktif (online) http://www.suaramerdeka.com diakses pada 5
April 2013
Suma’mur. 2005. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakan Kerja.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2005.
Surisna. 2007. Manajemen Organisasi. Jakarta: Jaya Sakti
Sutrisno. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana prenada Media
Simanjutak,Payaman J.,1985,Produktivitas kerja,Pengertian dan Ruang Lingkupnya,Lembaga Sarana
Informasi Usaha dan Produktivitas,Jakarta.
Triguno,2000, Budaya Kerja, PT Golden Terayon Press, Jakarta.
Wahjosumidjo,1987,Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Wexley,Kenneth,N dan Yukl,Gary, terjemahan Muh Shobaruddin, 2000, Perilaku Organisasi dan
Psikologi Personalia, Rineka Cipta, Jakarta.
Widodo, WS, 1980, Administrasi Kepegawaian, BPA,UGM,Yogyakarta.
Widdodo,Joko,2004,Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja,Banyumedia Publishing,Malang.
Wursanto,IC,1985,Dasar – dasar Manajemen Personalia,Pustaka Dian, Jakarta.
ARTIKEL TERKAIT:
1 komentar:
1.
Balas
Search on this
Arsip Blog
► 2017 (2)
► 2014 (1)
▼ 2013 (63)
o ▼ Oktober (15)
PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN YANG DI HUBUNGKAN
DENGA...
CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
Soal Perhitungan Akuntansi Perpajakan
Soal & Jawaban Akuntansi Perpajakan
INTERNAL CONTROL QUESTIONNARIES (ICQ) PERSEDIAAN
INTERNAL CONTROL QUESTIONNARIES (ICQ) PENERIMAAN
K...
Rencana, Pendekatan, Lingkup dan Setting Penelitia...
Model-Model Pembelajaran
Dasar - Dasar Koperasi
Contoh Halaman Judul
Makalah Pengertian Modal dan Modal Kerja Perusahan...
Makalah Tentang Barang Miliik Daerah
Evaluasi Pengajaran Ekonomi
Evaluasi Pengajaran Ekonomi
Makalah Sumber dan Penggunaan Modal
o ► Maret (11)
o ► Februari (37)
Pengikut
Kode Warna
Kode warna :
My Cursor
Google Translate