Anda di halaman 1dari 53

Amir Hamzah,S.Pd.

MAN 1 Konawe Selatan Madrasah Lebih Baik Lebih Baik Madrasah

Diberdayakan oleh Terjemahan

Selasa, 29 Oktober 2013


CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BADAN


PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH DI KOTA KENDARI PROVINSI
SULAWESI TENGGARA
( Studi Kasus Pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara)

PROPOSAL PENELITIAN

Proposal Ini diajukan Sebagai Salah


Satu Syarat Untuk Memperoleh Nilai MID Pada
Mata Kuliah Metodologi Penelitian Ekonomi

Oleh :

AMIR HAMZAH
A1A1 10 049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
  

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Suatu instansi pemerintah didirikan dengan beberapa tujuan, tujuan yang dimaksud

adalah melancarkan kegiatan, pelayanan publik, dan memberikan lapangan kerja. Tujuan instansi

pemerintah dapat dicapai apabila manajemen mampu mengolah, menggerakkan dan

menggunakan sumber daya manusia yang dimilikinya secara efektif dan efisien.

Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orang-orang yang

dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas Negara sebagai bentuk pelayanan kepada oran

banyak. Peranan manusia dalam organisasi sebagai pegawai memegang peranan yang

menentukan, karena hidup matinya suatu organisasi pemerintah semata-mata tergantung pada

manusia. Pegawai merupakan factor penting dalam setiap organisasi pemerintahan. Pegawai

merupakan factor penentu dalam pencapaian tujuan instansi pemerintah secara efektif dan

efisien. Pegawai yang menjadi penggerak dan penentu jalannya organisasi.

Pengelolaan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara akan

berjalan dengan baik bila pegawai bekerja dengan disiplin. Disiplin harus deterapkan dengan

segera dan secepat mungkin serta diterapkan secara konsisten. Demikian pula setiap orang

berdisiplin sudah tidak mustahil, baik dalam instansi atau organisasi dimama mereka berkerja

akan memperlihatkan sebagai suatu organisasi yang sehat suatu organisasi dengan iklim yang

sehat, yang kuat dengan prestasi yang dapat diandalkan.


Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-

tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta masyarakat pada umumnya. Melalui disiplin

akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya,

studinya biasanya adalah mereka yang memiliki disiplin yang tinggi. Seseorang yang sehat dan

kuat biasanya pun memiliki disiplin yang baik, dalam arti ia memiliki keteraturan di dalam

menjaga dirinya, teratur kerja, teratur makan, tertib olahraga dan tertib dalam segala hal.

Pelaksanaan program kedisiplinan yang dijalankan didalam lembaga/instansi akan

membantu untuk mengarahkan dan mengontrol segala tindakan dan perilaku para personil

pegawai untuk selalu ada dalam ketentuan-ketentuan yang telah menjadi bagaimana pelaksanaan

kedisiplinan yang harus dilakukan dan apakah upaya pelaksanaan kedisiplinan pegawai ini, akan

menjadikan para pegawai untuk selalu bertanggung jawab, bekerja tepat waktu, efektif dan

efesien, sehingga secara tidak langsung akan mendorong untuk meningkatkan prestasi kerjanya.

Selain itu, lembaga/instansi harus memperhatikan sampai sejauh mana pengaruh disiplin kerja

terhadap prestasi kerja pegawai,sehingga akan memberikan suatu timbal balik yang positif dalam

mewujudkan tujuan organisasi.

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu

wujud kepedulian pemerintah terhadap masyarakat untuk memberikan pelayanan pendidikan

bagi seluruh masyarakat yang ada di kota kendari. Pemerintah tidak perlu bersikap lemah dalam

menghadapi para pegawai intansi pemerintah. Seorang pemimpin yang lemah bukan hanya akan

mengacakan jalannya pemerintahan tetapi juga akan kehilangan rasa hormat dari para

bawahannya. Pemerintah telah mempunyai perturan permainan dan harus ditaati bersama, maka

pelanggaran terhadap peraturan pemerintah ini haruslah dikenakan tindakan pendisiplinan.


Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara bertujuan untuk

membantu Bupati dalam merumuskan memimpin, mengkoordinasikan, membina dan

mengendalikan tugas-tugas yang bersifat spesifik di bidang Perpustakaan dan Arsip Daerah yang

meliuti pengelolaan perpustakaan, arsip daerah dan pendokumentasian serta pelaksanaan

ketatausahaan. Pengelolaan perpustakaan dan arsip daerah akan berjalan dengan baik bila

pegawai bekerja dengan disiplin. Disiplin harus deterapkan dengan segera dan secepat mungkin

serta diterapkan secara konsisten. Demikian pula setiap orang berdisiplin sudah tidak mustahil,

baik dalam instansi atau organisasi dimana mereka berkerja akan memperlihatkan sebagai suatu

organsasi yang sehat suatu organisasi dengan iklim yang sehat, yang kuat dengan prestasi yang

dapat diandalkan.

Samudra Wasrih selaku kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara memaparkan tupoksinya adalah Sekretariat yang menjelaskan bahwa sekretariat

mempunyai tugas membantu kepala dalam menyelenggarakan pembinaan dan tata laksana,

perencanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga dan humas serta

penerbitan untuk menunjang pelaksanaan tupoksi BPAD Sultra. Setelah itu pemaparan di susul

oleh beberapa kepala Bidang yaitu Kabid Deposit, Pengolahan dan Pengembangan Bahan

Pustaka dimana bidang tersebut mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan karya cetak dan

karya rekam yang diterbitkan/diproduksi di Sulawesi Tenggara dan tentang Sultra di Daerah lain,

melaksanakan pengembangan dan pengolahan bahan pustaka, penyusunan Bibliografi daerah,

Katalog induk daerah, bahan rujukan berupa indeks, bibliografi subyek, abstrak, kliping dan

literatur sekunder lainnya.

Kabid Pembinaan Perpustakaan memaparkan bahwa tugas yang di embankan pada

bidangnya adalah melaksanakan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia,


pembinaan semua semua jenis Perpustakaan dan Pembudayaan kegemaran membaca. Pada

pemaparan selanjutnya oleh Kepala Bidang Layanan Perpustakaan, Pelestarian bahan Pustaka

dan Otomasi Perpustakaan, menjelaskan bahwa di bidangnya mengembang tugas

menyelenggarakan berbagai jenis Layanan Perpustakaan baik itu layanan bahan perpustakaan

berbentuk cetak maupun layanan Perpustakaan digital, layanan referensi, layanan anak dan

layanan story telling, layanan internet hostpot/Wifi. Khusus untuk otomasi Perpustakaan

mempunyai tugas teknis Perpustakaan berbasis teknologi binformasi dan komunikasi.

Gambar 1.1
SDM Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber : Sekretariat Perpustakaan Provinsi Sulawesi Tenggara

Berdasarkan diagram gambar diatas pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara yang memiliki jumlah pegawai 98 orang yang terdiri dari 55 % SMU/SMK,

30 % Diploma, 29 % S1 dan 6 % S2, berdasarkan status kepegawaiaannya terdiri atas 97 orang

Pegawai Negeri Sipil, dan 1 Orang Tenaga Honorer.

Tabel 1.2
Rata – Rata Kegiatan Apel Pagi Dan Siang Pegawai Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara Enam Bulan Terakhir

Prensentase
Jumlah Yang Yang Tidak (%)
No. Kategori
Pegawai Mengikuti Mengikuti Tidak
Hadir
Hadir
1.        Apel Pagi 98 80 18 81.6 % 18.3 %
2.        Apel Siang 98 86 12 87.7 % 12.2 %
3.        Apel Sore 98 88 10 89.8 % 10.2 %
Sumber : Sekretariat Perpustakaan Daerah

Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kehadiran pegawai pada

pelaksanaan apel pagi , apel siang dan apel sore yang merupakan salah satu indikator yang
dijadikan rujukan dalam pengukuran disiplin hanya mencapai 81.6 % untuk apel pagi, 87.7 %

untuk apel siang dan 89.8 % untuk apel sore. Artinya angka tersebut menunjukkan bukti tidak

disiplinnya pegawai dalam mematuhi salah satu aturan yang semestinya ditaati sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan data tersebut diatas yang pada kenyataanya dengan jumlah pegawai yang

cukup banyak yang ada di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

sering datang terlambat dan berkerja secara tidak optimal dan tidak sesuai dengan ketentuan jam

kantor serta kurang memberikan pelayanan yang optimum. Berdasarkan kenyataan tersebut

sebelum sesuai dengan teori, maka penulis perlu melakukan penyusunan tugas proposal dengan

judul : “ Disiplin Kerja Pegawai Pada Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara ”.

B.      Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus penelitian dalam

penyusunan proposal ini antara laian sebagai berikut :

1.      Pelaksanaan disiplin kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.

2.      Faktor-faktor yang mendukung kedisiplinan kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip

Daerah Sulawesi Tenggara.

3.      Faktor-faktor menghambat kedisiplinan kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Sulawesi Tenggara.

C.      Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan

yaitu sebagai berikut :


1.      Bagaimana pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Sulawesi Tenggara.

2.      Faktor-faktor apa saja yang mendukung kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.

3.      Faktor-faktor apa saja yang menghambat kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.

D.      Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:

1.      Untuk mengetahui pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip

Daerah Sulawesi Tenggara.

2.      Untuk mengetahui factor-faktor pendukung kedisiplinan kerja pegawai pada Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.

3.      Untuk mengetahui factor penghambat kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan

Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.

E.      Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Praktis

1)        Sebagai bahan masukan bagi pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi

Tenggara agar dapat melaksanakan disiplin kerja.

2)        Sebagai bahan masukan bagi manajemen Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi

Tenggara dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pelakanaan disiplin kerja

pegawai.

2.      Manfaat Teoritis


1)        Bagi civitas akademika sebagai perbendaharaan tambahan pengetahuan mengenai sikap disiplin

kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.

2)        Bagi penulis sebagai tambahan pengetahuan tentang pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada

Badan Perpusatakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.          Deskripsi Teori

1.                  Hakekat Disiplin Kerja

Menurut peraturan pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang peraturan disiplin pegawai

negeri sipil. Mendefinisikan disiplin kerja adalah sikap atau perilaku kesanggupan pegawai

negeri sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang telah ditentukan dalam

peraturan perundang – undangan dan/ atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau

dilanggar akan dijatuhkan hukuman disiplin.

Secara etimologis disiplin berasal dari bahasa inggris “ diciple “ yang berarti pengikut

atau penganut pengajaran, latihan dan sebagainya. Sinungan (2005:145). Disiplin merupakan
suatu keadaan tertentu dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada

peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati. Sedangkan kerja adalah segala aktivitas

manusia yang dilakukan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkanya.

Disiplin itu berasal dari bahasa Latin dari kata “discipline” yang berarti latihan atau

pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Hadisaputro menyatakan

bahwa kata disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga tahun 2001 ada

tiga makna: (1) tata tertib (di sekolah, kemiliteran dst); (2) ketaatan kepada peraturan (tata tertib

dst); (3) bidang study yang memiliki objek sistem dan metode tertentu.

Dari ketiga makna tersebut Hadisaputro menyimpulkan bahwa disiplin adalah tata tertib

yang seyogyanya dipatuhi, dalam hal ini oleh pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas

dan kewajibannya (Hadisaputro, 2003: 4).

Sedangkan Menurut Prijodarminto, (1993:15) mengemukakan “ Disiplin adalah suatu

kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan

nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban”. Karena sudah menyatu dengan

dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan

sebagai beban,bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat

sebagaimana lazimnya. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam

kehidupannya.

Conzo dalam bukunya Human Resource Management (1991:76) mengemukakan tentang

pengertian disiplin sebagai berikut: ”Disiplin kerja adalah suatu kondisi dalam organisasi dimana

para karyawan menampilkan dirinya masing-masing sesuai peraturan organisasi dan standar

perilaku yang dapat diterima”.


Sedangkan menurut Riva’I (2004:444) mengemukakan pendapat tentang disiplin kerja

sebagai berikut:

“Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan
karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku”.

Disiplin kerja memerlukan perhatian khusus dan proses prosedur yang seharusnya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Davis (1985:367) yang mengemukakan bahwa :

“Disiplin kerja memerlukan perhatian proses yang seharusnya, yang berarti bahwa prosedur
harus menunjukan karyawan yang bersangkutan benar-benar terlibat. Keperluan proses yang
seharusnya itu dimaksudkan adalah pertama, suatu prasangka yang tak bersalah sampai
pembuktian karyawan berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar dalam beberapa
kasus terwakilkan oleh karyawan lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan keterlibatan pelanggaran.”

Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja pegawai yang dilakukan ini,

maka dapat dikatakan bahwa salah satu upaya untuk dapat meningkatkan motivasi pegawai

adalah dengan diterapkannya disiplin kerja melalui berbagai peraturan dan ketentuan dalam

organisasi. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan disiplin preventif dan disiplin

korektif.

Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan

untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetakan.

Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang

diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan

berperilaku negatif.

Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang nyata-nyata telah melakukan

pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah

ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya
tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi dapat mengikuti

prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung

karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir

pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang memang berwenang untuk itu.

Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara

obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang telah dilakukan. Di

samping factor obyektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dengan pelanggaran, pengenaan

sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa

depan dan bukan terutama menghukum seseorang karena tindakannya di masa lalu. Pengenaan

sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain melakukan

pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa manajemen harus

mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya sekedar

merupakan pernyataan di atas kertas.

Sikap dan perilaku yang demikian ini tercipta melalui proses binaan melalui keluarga,

pendidikan dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan dari lingkungannya. Disiplin akan

membuat dirinya tahu membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib

dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang

dilarang).

Prijodarminto, (1993:16) berpendapat “Disipin terbagi pada tiga aspek yaitu sikap mental,

pemahaman dan sikap kelakuan”: diuraikan sebagai berikut:

1.      Sikap mental (mental attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau
pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak;
2.      Pemahaman yang baik mengenai sistim aturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang
sedemikian rupa,sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau
kesadaran, bahwa ketatan akan aturan, norma, kriteria, dan standar tadi merupakan syarat mutlak
untuk mencapai keberhasilan (sukses);
3.      Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati, untuk mentaati segala hal
secara cermat dan tertib.

Dalam sebuah organisasi, diperlukan sebuah pembinaan bagi pegawai untuk mencegah

terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang telah ditetapkan. Dan seorang

pimpinan memerlukan alat untuk melakukan komunikasi dengan para karyawanya mengenai

tingkah laku para pegawai dan bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai dan bagaimana

memperbaiki perilaku para pegawai menjadi lebih baik lagi. Dan disiplin kerja yang diterapkan

merupakan alat komunikasi pimpinan seperti dikemukakan oleh Riva’i (2004:44) yang

menyebutkan bahwa :

“ Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk mengubah suatu perilaku
serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati
semua peraturan perusahaan dan norma- norma sosial yang berlaku “.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nawawi (1998:104), menyatakan bahwa

“Disiplin adalah sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap


ketentuan yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan agar pembinaan hukuman
pada seseorang atau kelompok orang dapat dihindari “.

Sementara itu Sutisna, (1989:109) mendefinisikan disiplin adalah :

a.       Disiplin sebagai suatu proses atau hasil pengarahan atau pengendalian dorongan atau
kepentingan demi cita-cita atau untuk mencapai tindakan efektif yang dapat diandalkan;
b.      Pencarian cara-cara bertindak yang terpilih dengan gigih aktif dan diarahkan sendiri sekalipun
menghadapi rintangan atau gangguan.

Menurut Irmin ( 2004 : 21 ) memberikan beberapa pengertian tentang disiplin, yaitu :

a.          Perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban.
b.         Perasaan risi atau maludan berdosa kalau melakukan perbuatan yang menyimpang.
c.          Sikap tahu untuk membedakan hal – hal yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang
boleh dilakukan, dan hal yang tidak boleh dilakukan.
d.         Merupakan sikap taat dan tertip sebagai hasil pengembangan dan latihan pengendalian pikiran
dan pengendalian watak.
Sastrohadiwiryo ( 2003 : 291 ) mengatakan disiplin kerja adalah sebagai sikap

menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang berlaku, baik
secara tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk

menerima sanksi – sanksi nya apa bila seseorang melanggar tugas dan wewenang yang diberikan

kepadanya. Jika disiplin kerja pegawai tinggi, maka organisasi akan mendapatkan banyak

keuntungan dan artinya jika disiplin kerja menurun, maka organisasi akan mendapat banyak

kerugian. Hal ini berdampak pada pelayanan terhadap publik.

Disiplin kerja adalah yang memberikan dorongan atau yang menyebabkan pegawai untuk

berbuat dan melakukan semua kegiatan sesuai dengan aturan atau norma – norma yang telah

ditetapkan (Wursanto,1989:108 ).

Pentingnya peranan disiplin juga dikemukakan oleh Musanef (1994:116) yang

berpendapat bahwa:

”Disiplin juga tidak kalah pentingnya dengan prinsipprinsip lainnya artinya disiplin setiap
pegawai selalu mempengaruhi hasil prestasi kerja. Oleh sebab itu dalam setiap organisasi perlu
ditegaskan disiplin pegawai-pegawainya. Melalui disiplin yang tinggi produktivitas kerja
pegawai pada pokoknya dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu ditanamkan kepada setiap
pegawai disiplin yang sebaik-baiknya”.

Manusia yang sukses adalah manusia yang mampu mengatur dan mengendalikan diri

yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya

antara manusia sukses dengan pribadi disiplin. Berkaitan dengan disiplin itu sendiri para ahli

memiliki bermacam-macam pemaknaan seperti yang diungkapkan oleh Martoyo (2000: 151)

Oleh Sinungan (1997: 135) dijabarkan bahwasanya disiplin adalah sikap kejiwaan dari

seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti/mematuhi

segala aturan yang telah ditetapkan. Disiplin juga berarti latihan yang mengembangkan

pengendalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi; kepatuhan atau ketaatan terhadap

ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat

(Sinungan, 1997: 145-146).’


Nitisemito berpendapat bahwa kedisiplinan merupakan suatu sikap, tingkah laku dan

perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak (Nitisemito,

1996: 118).

Sedangkan menurut Robbins disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap dan

perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan kesediaan mengikuti

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau atasan, baik tertulis maupun

tidak tertulis ( Arisandy, 2004: 28).

Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk

memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk

mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan

bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan

melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan disiplin

diri, disiplin belajar dan disiplin kerja. Sedangkan disiplin kerja merupakan kemampuan

seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus-menerus dan bekerja sesuai dengan aturan-

aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan (Aritonang,

2005: 3-4).

Mengenai disiplin kerja Arisandy juga mengemukakan bahwasanya disiplin kerja adalah

suatu sikap, perilaku yang dilakukan secara sukarela dan penuh kesadaran serta keadaan untuk

mengikuti peraturan yang telah ditetapkan perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis.

Perilaku tidak disiplin yang timbul merupakan cerminan dari persepsi negatif karyawan terhadap

kontrol yang dilakukan oleh atasan. Sebaliknya perilaku disiplin yang timbul merupakan

cerminan dari persepsi positif terhadap kontrol atasan (Arisandy, 2004:28).


Di sisi lain, disiplin kerja merupakan upaya pengaturan waktu dalam bekerja yang

dilakukan secara teratur dengan mengembangkan dan mengikuti aturan kerja yang ada

(Wardana, 2008: 20).

Menurut Saydam ( 1996 : 286-287 ) menjelaskan bentuk disiplin kerja yang baik yang

tergambar pada suasana :

1.        Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

2.        Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam melakukan pekerjaan.

3.        Besarnya rasa tanggungjawab para pegawai untuk melaksanakan tugas dengan sebaik – baiknya.

4.        Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan pegawai.

5.        Meningkatnya efisiensi dan produktivitas para pegawai.

Sementara itu kelemahan disiplin kerja pegawai terlihat pada suasana kerja sebagai

berikut :

1.        Tingginya angka absensi pegawai.

2.        Sering terlambatnya pegawai untuk masuk kantor atau pulang lebih cepat dari jam yang sudah

ditentukan.

3.        Menurunnya semangat dan gairah kerja.

4.        Berkembangnya rasa tidak puas, saling curiga dan saling melempar tanggungjawab.

5.        Penyelesaian pekerjaan yang lambat karena pegawai lebih senang mengobrol daripada kerja.

6.        Tidak terlaksananya supervisi dan waskat yang baik.

7.        Sering terjadinya konflik antar pegawai dan pimpinan perusahaan.

Adapun contoh pelaksanaan disiplin kerja yang baik menurut Strauss (1985:214 ) adalah

sebagai berikut :

1.       Masuk kerja tepat waktu.


2.       Mentaati instruksi kerja dari supervisor.
3.       Menghindari perkelahian, mabuk dan pencurian.
4.       Mencetakkan jam kerja pada waktu hadir.

Begitu pula Wursanto ( 1985 : 135 ), menyatakan bahwa : “ kinerja yang tinggi dan

disiplin yang tinggi akan diperoleh apabila para pegawai terpenuhi kebutuhannya”.

Pada hakekatnya disiplin terdiri dari beberapa unsur yaitu :

1.        Pengetahuan tentang pekerjaan yang harus dilakukan.

2.        Kesadaran bahwa disamping individu adalah sebagai orang yang dipercaya untuk melaksanakan

tugas dan kewajiban sehingga mempunyai rasa tanggungjawab.

3.        Ketaatan dan kepatuhan terhadap segala peraturan dan ketentuan – ketentuan yang berlaku.

4.        Ketertiban dalam melaksanakan apa yang harus dikerjakannya sehingga dapat dihindari

penyimpangan –penyimpangan yang mungkin terjadi.

5.        Inisiatif dalam menyajikan apa yang harus dikerjakan sehingga dihindari penyimpangan –

penyimpangan yang mungkin terjadi.

6.        Inisiatif yang menunjang kelancaran pelaksanaan tugas – tugasnya , sehingga tidak melakukan

seperti halnya melakukan pola kerja hanya itu – itu saja.

7.        Rasa senang hati, tidak terpaksa dan dipaksa.

8.        Dilaksanakannya sanksi dengan sungguh – sungguh (Widodo,1980:60 )

Disiplin bila sudah menyatu dengan dirinya , maka sikap atau perbuatan yang dilakukan

bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan akan sebaliknya akan

membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana mestinya. Dengan demikian disiplin

kerja seseorang dalam bekerja merupakan sikap atau perlakuan ketaatan, ketertiban,

tanggungjawab dan loyalitas pegawai terhadap segala tata tertib yang berlaku dalam organisasi.

Bila pegawai bertindak atau berbuat sesuai dengan keinginan organisasi maka peraturan itu

menjadi efektif. Disiplin kerja bila pegawai datang tepat waktu, mempergunakan alat kantor
dengan rasa tanggungjawab, hasil pekerjaan memuaskan dan bila bekerja dengan semangat

tinggi ( Larterner,1983:71 ).

Berdasarkan pendapat ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

tingkat kedisiplinan yang dimiliki seorang pegawai maka akan semakin tinggi pula kinerja

pegawai.

Konsep Disiplin Kerja Pegawai Menurut pendapat Werther Jr., yang dikutip oleh

Manullang (1988:96), menyatakan bahwa ;

”Disiplin adalah upaya manajemen untuk mengusahakan agar karyawan mentaati


standar/peraturan-peraturan dalam organisasi. Ia menganggap bahwa disiplin sebagai suatu
latihan untuk mengubah dan mengoreksi pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga karyawan
akan berusaha untuk bekerja sama dan meningkatkan kinerjanya bagi perusahaan”.

Sedangkan menurut Manullang (1988:56) , berpendapat bahwa: ”Disiplin adalah

melaksanakan apa yang telah disetujui bersama antara pimpinan dengan para pekerja baik

persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan”.

Menurut Nitisemito ( 1995 : 106 ) , menyatakan bahwa disiplin adalah suatu sikap,

tingkah laku dan perbuatan yang sesuai denagan peraturan dari organisasi baik secara tertulis

maupun tidak tertulis. Saydam ( 1996 : 284 ) menyatakan bahwa disiplin adalah sikap kesediaan

dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala norma-norma peraturan yang

berlaku disekitarnya. Dari pendapat para ahli tersebut diatas, terlihat dengan jelas faktor – faktor

terpenting dari disiplin kerja adalah sikap dan perilaku yang taat dan tunduk pada peraturan yang

ada dengan penuh kesadaran. Sehubungan dengan hal tersebut diatas penulis merumuskan

disiplin kerja adalah suatu sikap pegawai, tingkah laku pegawai, dan perbuatan pegawai yang

sesuai dengan peraturan organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Moukijat (1984:96) mengemukakan disiplin adalah kegiatan manajemen untuk

menjalankan standar-standar organisasional. Secara etiomologis, kata “disiplin” berasal dari kata

Latin “diciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta

pengembangan tabiat. Nitisemito (1991:36) mengemukakan disiplin sebagai suatu sikap,

perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak

tertulis. Setelah diuraikan beberapa pengertian mengenai disiplin yang dikemukakan oleh

beberapa ahli seperti tersebut diatas dapatlah dikatakan bahwa disiplin umumnya diartikan

kepatuhan dan ketaatan pada peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku

dilingkungan organisasi masing-masing, jika terdapat pegawai yang tidak mematuhi segala

peraturan dan ketentuan yang berlaku pada lingkungan kerjanya, berarti tindakan pegawai

tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar disiplin.

Dari perspektif organisasi, dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap anggota organisasi

terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi tersebut, yang terwujud melalui sikap,

perilaku dan perbuatan yang baik sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada

perselisihan, serta keadaan-keadaan baik lainnya. Penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa disiplin kerja adalah kesadaran individu dalam bekerja untuk selalu mentaati peraturan

yang telah ditetapkan organisasi. Sedangkan beberapa penulis sosiolog, psikolog maupun para

administrator dan manager telah merumuskan pengertian tentang disiplin.

Handoko (1992:208) memberikan pengertian disiplin adalah suatu kegiatan manajemen

untukmenjalankan standar-standar organisasional. Disiplin merupakan factor yang sangat

penting untuk diperhatikan dalam suatu organisasi. Karena bila karyawan dalam melaksanakan

tugas tidak memiliki disiplin kerja yang tinggi, maka hasil yang dicapai tidak akan sesuai

sebagaimana yang diharapkan.


Jika dicermati rumusan tentang definisi di atas maka terdapat kesamaan makna disiplin

sebagai kesadaran diri atau kekuatan yang berkembang dalam diri sendiri, dan untuk mematuhi

atau mentaati nilai, norma, dan peraturan. Definisi disiplin yang dikemukakan diatas memandang

disiplin sebagai kepatuhan yang datang secara sadar, sukareala dan ada pengaruh dari luar baik

yang bersifat ajakkan ataupun perintah atau paksaan. Kesadaran diri untuk mentaati nilai-nilai,

norma, dan peraturan tanpa ada paksaan atau perintah akan menumbuhkan kebebasan

berinisiatif, kebebasan untuk mengeluarkan ide, gagasan dan pendapat yang bertanggung jawab.

Sedangkan menurut Hasibuan (2003:193-194) mendefinisikan bahwa :

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaatai semua peraturan perusahaan
dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan
pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “ Disiplin kerja adalah suatu sikap

mental yang dimiliki oleh pegawai dalam menghormati dan mematuhi peraturan yang ada di

dalam organisasi tempatnya bekerja dan dilandasi karena adanya tangung jawab bukan karena

keterpaksaan, sehingga dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik daripada sebelumnya

Untuk mencapai hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, perlu

adanya disiplin kerja yang baik dari personil yang bersangkutan. Hasibuan (1996:212)

mengemukakan bahwa, “Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab

seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya”. Karena hal ini akan mendorong

gairah kerja atau semangat kerja, dan mendorong terwujudnya tujuan organisasi. Kedisiplinan

harus ditegakkan dalam suatu organisasi karena tanpa dukungan disiplin personil yang baik,

maka organisasi akan sulit dalam mewujudkan tujuannnya. Jadi dapatlah dikatakan bahwa

kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik, itu tidaklah mudah.

Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi.

2.                  Fungsi Disiplin Kerja

Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi persyaratan bagi

pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang akan membuat para pegawai

mendapat kemudahan dalam bekerja, dengan begitu akan menciptakan suasana kerja yang

kondusif dan mendukung usaha pencapaian tujuan.

Pendapat tersebut dipertegas oleh pernyataan Tu’u (2004:38) yang mengemukakan

beberapa fungsi disiplin, antara lain :

a.             Menata kehidupan bersama


b.            Membangun kepribadian
c.             Melatih kepribadian
d.            Pemaksaan
e.             Hukuman
f.             Menciptakan lingkungan kondusif

Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok tertentu atau

dalam masyarakat dengan begitu, hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu

lain menjadi lebih baik dan lancar.

Disiplin juga dapat membangun kepribadian seorang pegawai lingkungan yang memiliki

disiplin yang baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Lingkungan organisasi

yang memiliki keadaan yang tenang, tertib dan tenteram sangat berperan dalam membangun

kepribadian yang baik. Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar

senantiasa menunjukan kinerja yang baik sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan

berdisiplin tidak terbentuk dalam waktu yang lama salah satu proses untuk membentuk

kepribadian tersebut dilakukan melalui proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan
melalui proses latihan. Latihan tersebut dilaksanakan bersama antar pegawai, pimpinan dan

seluruh personil yang ada dalam organisai tersebut.

3.                  Faktor-Faktor Disiplin Kerja

Helmi (1996:37) pembentukkan perilaku dipengaruhi oleh interaksi antara faktor

kepribadian dan factor lingkungan (situasional).

1)        Faktor Kepribadian

Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah nilai yang dianut. Sistem nilai dalam

hal ini yang berkaitan langsung dengan disiplin. Nilai-nilai yang menjunjung disiplin yang

diajarkan atau ditanamkan orang tua, guru, dan masyarakat akan digunakan sebagai acuan bagi

penerapan disiplin di tempat kerja. Sistem nilai akan terlihat dari sikap seseorang. Sikap

diharapkan akan tercemin dalam perilaku.

2)        Faktor Lingkungan

Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang

terus-menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan panutan

perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsistensi, adil, bersikap positif dan terbuka. Selain factor

kepimpinan, gaji, kesejahteran, dan sistem penghargaan bagi karyawan merupakan factor yang

tidak boleh dilupakan.

4.                  Ciri-Ciri Disiplin Kerja

Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku

perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan terhadap peraturan-peraturan atau

ketentuan yang ditetapkan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam

masyarakat untuk tujuan tertentu dan kemudian menurut Sinungan disiplin tersebut tercermin

dalam pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut: (a) adanya hasrat yang kuat untuk
melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik dan kaidah yang berlaku dalam

masyarakat; (b) adanya perilaku yang dikendalikan; (c) adanya ketaatan (Sinungan, 1997: 145-

146). Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin tersebut, jelaslah bahwa disiplin

membutuhkan pengorbanan baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain.

Sedangkan menurut Helmi (1996: 34) terdapat beberapa indikator dari disiplin kerja

yang meliputi: (a) disiplin kerja tidak sematamata patuh dan taat terhadap penggunaan jam kerja

saja, misalnya datang dan pulang sesuai dengan jadwal, tidak mangkir jika bekerja, dan tidak

mencuri-curi waktu; (b) upaya dalam mentaati peraturan tidak didasarkan adanya perasaan takut,

atau terpaksa; (c) komitmen dan loyal pada organisasi yaitu tercermin dari bagaimana sikap

dalam bekerja. Sebaliknya, perilaku yang sering menunjukkan ketidakdisiplinan atau melanggar

peraturan terlihat dari tingkat absensi yang tinggi, penyalahgunaan waktu istirahat dan makan

siang, meninggalkan pekerjaan tanpa ijin, membangkang, tidak jujur, berjudi, berkelahi, berpura-

pura sakit, sikap manja yang berlebihan, merokok pada waktu terlarang dan perilaku yang

menunjukkan semangat kerja rendah.

Dari uraian-uraian di atas disimpulkan bahwa karyawan atau pegawai yang memiliki

disiplin kerja terlihat dari adanya rasa kepedulian terhadap pencapaian tujuan perusahaan dengan

b erusaha mengikuti peraturan dan bekerja sebaik-baiknya untuk kepentingan perusahaan,

adanya semangat, gairah kerja, dan inisiatif dengan mencari ide atau cara untuk menyelesaikan

pekerjaan, adanya rasa tanggung jawab dengan berusaha untuk selalu menjaga peralatan kantor

dan intropeksi diri bila mengalami kegagalan, adanya rasa memiliki dan rasa solidaritas dengan

bekerja sama dan saling memiliki antar rekan kerja, adanya efisiensi dengan menggunakan

fasilitas sesuai kebutuhan dan menggunakan waktu secara maksimal.

5.                  Macam-Macam Disiplin Kerja


Ada dua macam disiplin kerja yaiu disiplin diri dan disiplin kelompok.

1)        Disiplin Diri

Disiplin diri menurut Jasin (1996:35) merupakan disiplin yang dikembangkan atau

dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggung jawab

pribadi, yang berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Disiplin diri

merupakan proses belajar (sosialisasi) yang berasal dari keluarga dan lingkungan masyarakat.

Penanaman nilai-nilai disiplin diri mulai ditanamakan oleh orang tua, guru atau masyarat.

Pimpinan juga dapat menjadi model peran yang sangat efektif bagi berkembangnya disiplin diri.

Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi. Jika harapan organisasi

terpenuhi maka karyawan akan mendapat reward (penghargaan) daro organisasi. Dengan disiplin

diri seorang karyawan dapat menghargain diri sendiri dan juga menghargain orang lain.

2)        Disiplin Kelompok

Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata. Selain disiplin diri

masih diperlukan disiplin kelompok. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa di dalam

kelompok kerja terdapat standar ukuran prestasi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Berarti

setiap karyawan akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi standar prestasi tersebut. Dapat

dikatakan bahwa standar ukuran prestasi, salah satunya dengan melalui disiplin yang diterapkan

oleh pihak organisasi.

Disiplin kelompok akan tercipta jika disiplin diri telah tumbuh dari dalam diri karyawan.

Artinya suatu kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota

kelompok dapat memberikan peran yang sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.
Sementara itu Handoko (1989:208) merumuskan disiplin secara lengkap dalam tiga

kategori, yaitu:

1)        Disiplin Preventif

Tindakan yang dilakukan untuk mendorong karyawan agar mentaati ketentuan atau standar

dan peraturan sehingga pegawai memiliki disiplin diri sendiri. Jenis disiplin ini menekankan

penegakkan disiplin oleh masing-masing karyawan, sementara pimpinan berupaya agar

karyawan mengetahui dan memahami standar serta peraturan kerja dengan harapan perilaku dan

akan cenderung terarah pada pekerjaan dengan batas wewenang, tugas, dan tanggung jawab serta

target kerja tetentu.

2)        Disiplin Korektif

Tindakkan yang dilakukan setelah terjadi satu pelanggaran tertentu, sehingga bisa

mencegah pelanggaran lebih lanjut dan perilaku karyawan akan kembali kepada ketentuan

standar dan peraturan yang ada. Disiplin korektif ini biasanya berbentuk jenis hukuman tertentu

yang disebut dengan tindakkan indisipliner dengan tujuan :

a)        Memperbaiki perilaku karyawan terhadap pelanggaran ketentuan

b)        Mencegah karyawan atau orang lain melakukan pelanggaran yang sama

c)        Mempertahankan kinerja kelompok yang konsisten dan efektif

3)        Disiplin Progresif

Tindakkan pendisiplinan terhadap setiap pengulangan pelanggaran dengan sanksi atau

hukuman yang lebih tinggi. Tujuan dari pendisiplinan progresif adalah untuk memberikan

kesempatan kepada karyawan yang bersangkutan agar memperbaiki diri sebelum dikenakan

hukuman yang lebih serius. Penegakkan disiplin dengan cara ini masih member waktu bagi
pimpinan untuk bekerja sama dengan karyawan yang bersangkutan agar memperbaiki kesalahan

yang dilakukannya.

Jadi disiplin preventif dilakukan untuk mendorong karyawan agar mentati peraturan,

korektif adalah tindakkan yang dilakukan setelah terjadi satu pelanggaran sehingga bisa

mencegah pelanggaran lebih lanjut, sedangkan progresif adalah bentuk pendisiplinan dimana

karyawan melakukan pengulangan pelanggaran dijatuhkan hukuman yang lebih berat. Tujuannya

adalah memberikan kesempatan bagi karyawan untuk memperbaiki diri sebelum terkena

hukuman yang lebih serius.

Berdasarkan pembentukannya maka disiplin kerja dapat dibagi menjadi disiplin intrinsik

dan disiplin ekstrinsik. Disiplin intrinsik merupakan disiplin kerja yang muncul dari diri

seseorang yang dengan kesadaran dan kesukarelannya, taat serta patuh terhadap nilai-nilai,

norma dan peraturan, khususnya yang ditetapkan suatu organisasi atau lingkungan dimana

karyawan berada. Sedangkan disiplin ekstrinsik adalah disiplin yang muncul karena dipaksa oleh

orang lain atau pihak lain di luar dirinya untuk mentaati nilai, norma dan aturan. Biasanya

disiplin ini terjadi karena adanya ancaman sanksi dan hukuman.

6.                  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Faktor-faktor yang dimaksud menurut Arisandy (2004: 28) dan Muhaimin (2004: 6)

menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan yang

mencakup: (a) tujuan dan kemampuan yakni pekerjaan yang dibebankan pada seorang karyawan

harus sesuai dengan kemampuannya supaya karyawan dapat bekerja dengan sungguh dan

disiplin dalam mengerjakan tugasnya; (b) teladan pimpinan yakni teladan pimpinan sangat

berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan

panutan oleh para bawahannya; (c) balas jasa yakni untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan
yang baik maka perusahaan harus memberikan balas jasa yang memang sesuai dengan haknya;

(d) keadilan yakni penyamarataan perlakuan terhadap bawahan karena pada dasarnya setiap

manusia menganggap dirinya penting dan ingin diperlakukan sama dengan orang lain; (e)

pengawasan melekat yakni memberikan pengawasan langsung kepada para bawahan sehingga

dengan demikiann para karyawan akan merasa mendapat perhatian, pengarahan dan pengawasan

dari atasannya; (f) sanksi hukuman yaitu pemberian sanksi terhadap para karyawan yang terbukti

telah melanggar peraturan yang berlaku; (g) ketegasan yaitu ketegasan sikap yang dimiliki oleh

atasan untuk menghukum para karyawan yang melakukan kesalahan; (h) hubungan kemanusiaan

yaitu hubungan baik yang bersifat vertikal maupun horizontal yakni hubungan antara atasan

dengan bawahan maupun hubungan sesama rekan kerja.

Menurut Hasibuan (2006:214) faktor yang mempengaruhi disiplin kerja diantaranya

adalah motivasi kerja, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi hukuman,

ketegasan, dan hubungan kemanusian.

1)        Motivasi Kerja

Motivasi Kerja ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai

harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal

ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan

kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam

mengerjakannya.

2)        Teladan Pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan

dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang
baik, berdisiplin baik, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan yang baik,

kedisiplinan bawahan pun ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para

bawahan pun akan kurang disiplin.

3)        Balas Jasa

Balasan jasa (gaji dan kesejahteran) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa

akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan atau pekerjannya. Jika

kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik

pula.

4)        Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya disiplin kerja karyawan, karena ego dan sifat manusia

yang selalu merasa dirinya penting dan meminta diperlukukan sama dengan manusia lainnya.

5)        Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakkan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan

disiplin karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi

perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus

selalu ada atau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petujuk, jika ada

bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

6)        Sanksi Hukuman

Sanksi hukuman sangat berperan penting dalam memelihara disiplin karyawan. Dengan sanksi

hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan

perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.

7)        Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi disiplinan karyawan

perusahaan. Pimipinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawaan

yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telaah ditetapkan.

8)        Hubungan Kemanusian

Hubungan kemanusian yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan

yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertical maupun horizontal

yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship hendaknya harmonis.

B.           Hasil Penelitian Yang Relevan

Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relavan

dengan masalah yang diteliti :

Samina,(2004:55) dalam penelitiannya disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di

Kantor Camat Mandonga mengemukakan bahwa belum mencapai taraf optimal yang ditujukkan

oleh adanya kebiasaan masuk dan pulang kantor tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Sunanda,(2008:62) dalam penelitiannya pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS)

dalam meningkatkan etos kerja mengemukakan bahwa factor yang mendukung adalah komitmen

pegawai, tingkat pendidikan pegawai, factor pengawasan pimpinan yang efektif, sedangkan

factor penghambat adalah keterlambatan dana operasional dan kesadaran sebagian pegawai yang

relative masih rendah.

Irawati,(2009:90) dalam penelitiannnya Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Kantor Lurah Tobuuha mengemukakan

bahwa masih rendahnya motivasi individu dalam bekerja dan kurangnya proses pengawasan dan
pemberian contoh perilaku disiplin atasan mereka yang masih rendah. Adanya kelemahan

penegakkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Kantor Lurah Tobuuha, hal ini

terlihat pada minimnya motivasi yang diberikan kepada pegawai perpustakaan terhadap

kebiasaan penegakkan disiplin waktu datang dan pulang kantor sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan.

C.          Kerangka Pemikiran

Disiplin kerja merupakan tindakan atau perilaku seseorang terhadap tanggung jawab

kegiatan kerjanya. Dimana disiplin kerja adalah suatu upaya menggerakkan karyawan dalam

menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap memenuhi peraturan sesuai dengan

pedoman yang berlaku pada organisasi.

Pembahasan disiplin pegawai berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang

sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu setiap organisasi perlu memiliki

berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para anggotanya, standar yang harus dipenuhi.

Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi

tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain, tujuan dari disiplin pegawai adalah

untuk memberikan pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap

dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara

kooperatif dengan para pegawai lain serta meningkatkan prestasi kerjanya.

Dalam pelaksanaannya, memotivasi pegawai dapat dilakukan dengan menggunakan dua

metode motivasi, yaitu motivasi langsung dan motivasi tak langsung. Motivasi langsung adalah
motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi

kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari

raya, bonus, dan bintang jasa. Sedangkan motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan

hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau

kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.

Misalnya, kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman,

suasana pekerjaan yang serasi, serta penempatan yang tepat. Motivasi tidak langsung besar

pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan sehingga prestasi kerjanya baik.

Motivasi itu sendiri terdiri dari dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi

negatif. Motivasi positif maksudnya memotivasi karyawan dengan memberikan hadiah kepada

mereka yang berprestasi di atas standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja karyawan akan

meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja. Dan motivasi

negatif maksudnya memotivasi karyawan dengan standar mereka akan menerima hukuman.

Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan

meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat

kurang baik. Namun, penggunaan kedua jenis motivasi ini harus tepat dan seimbang supaya

dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. Dan manajer harus konsisten dan adil dalam

menerapkannya.

Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja dan motivasi pegawai yang

dilakukan ini, maka dapat dikatakan bahwa salah satu upaya untuk dapat meningkatkan motivasi

pegawai adalah dengan diterapkannya disiplin kerja melalui berbagai peraturan dan ketentuan

dalam organisasi. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan disiplin preventif dan

disiplin korektif. Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para
karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah

ditetakan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku

yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para

karyawan berperilaku negatif. Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang

nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal

memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau

ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi.

Pengenaan sanksi dapat mengikuti prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi

diprakarsai oleh atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang

lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang

memang berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa

pengenaan sanksi dilakukan secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot

pelanggaran yang telah dilakukan.

Di samping factor obyektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dengan pelanggaran,

pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan

perilaku di masa depan dan bukan terutama menghukum seseorang karena tindakannya di masa

lalu. Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain

melakukan pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa

manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak

hanya sekedar merupakan pernyataan di atas kertas.


Gambar 1.3
Alur Pemikiran

Sub
Variabel Implementasi Sasaran
Variabel
1.      Tujuan dan
Teladan Kemampuan
Pimpinan 2.      Hubungan Motivasi
Disiplin Kerja Kemanusiaan Kerja
Pegawai
Pengawasan 1.      Pengawasan
Melekat 2.      Sanksi Hukuman

Umpan Balik

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pentingnya disiplin kerja untuk

menyalurkan, mengarahkan atau mendorong seseorang untuk bekerja giat mencapai hasil yang

optimal sesuai dengan apa yang diharapkan, kemudian pada akhirnya motivasi pegawai suatu

organisasi tercapai.

D.                Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada kerangka pemikiran diatas maka dapat ditarik hipotesis yang

merupakan suatu jawaban sementara atas penelitian yang dilakukan, yaitu:

1.            Teladan pimpinan dalam disiplin kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai.

2.            Pengawasan melekat dalam disiplin kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai.

3.            Teladan pimpinan dan pengawasan melekat dalam disiplin kerja secara simultan berpengaruh

terhadap motivasi kerja pegawai.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.      Lokasi Penelitian

lokasi penelitian adalah Badan Perpustakan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara. Alasan peneliti pemilihan lokasi ini karena pada Badan Perpustakaan dan Arsip

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki jumlah pegawai yang cukup banyak, sehingga di

butuhkan disiplin kerja yang tinggi dari seluruh personil pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan terhadap

masyarakat sebagai pengunjung perpustakaan.

B.       Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif.

C.      Tempat dan Waktu Penelitian

1.      Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara.

2.      Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 Maret 2013 - selesai

D.      Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Sedangkan untuk

sumber data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari sumber-sumber

pertama baik dari individu maupun dari kelompok. Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik

oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder dari penelitian ini penulis

dapatkan dari data Perpustakan dan Arsip Daerah, mempelajari buku-buku yang berhubungan

dan laporan-laporan ilmiah terdahulu.

Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas :

1.      Rekaman Audio dan Video

Rekaman audio dan video digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data peneliti

melakukan wawancara dengan para informan atau sumber data. Selain itu, dengan pertimbangan

agar data yang diperoleh tidak hilang, rusak, dan hasil wawancara dengan sumber data tidak

dapat ditulis dengan sempurna bila peneliti harus menulis dengan buku catatan.

2.      Catatan Lapangan

Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan untuk mendokumentasikan semua gejala-gejala

atau fenomena situasi social yang tampak selam peneliti berada dilokasi penelitian. Catatan

terdiri atas dua bagian, yakni (1) deskripsi yaitu tentang apa yang sesungguhnya kita amati, yang

benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar dan amati dengan alat indra , dan (2)

komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan sesuatu yang kita amati. Deskripsi ialah

uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa yang kita lihat dan dengar,

tanpa diwarnai oleh pandangan atau tafsiran kita. Komentar adalah pandangan, penilaian,

penafsiran terhadap sesuatu. Misal dalam suatu kelas, ada seoarang siswa yang mengantuk dan

berusaha untuk menahan rasa kantuk tersebut untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan

guru. Fenomena tersebut adalah sebuah deskripsi (kenyataan) tentang proses belajar dikelas,

tetapi bila kita mengatakan malas, maka hal tersebut sudah termasuk penafsiran.

3.      Dokumentasi
Data dokumentasi digunakan peneliti untuk memperkuat hasil temuannya atau wawancara,

dokumen-dokumen, dan arsip-arsip yang berguna dalam penlitian ini. Selain melalui wawancara

dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat,

catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa

dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti

perlu memiliki kepekaan teoritik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak

sekadar barang yang tidak bermakna. Artinya bahwa Pengumpulan data melalui teknik ini

dimaksudkan untuk melengkapi hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi.

Dengan analisis dokumen ini diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid.

Dokumen yang dapat dijadikan sumber antara lain foto, laporan penelitian, buku-buku yang

sesuai dengan penelitian, dan data tertulis lainnya.

4.      Foto/Gambar

Foto digunakan peneliti untuk mengabadikan kondisi atau momen penting yang berguna bagi

penelitian ini. Dengan menggunakan foto akan dapat mengungkap suatu situasi pada detik

tertentu sehingga dapat memberikan informasi deskriptif yang berlaku saat itu. Foto dibuat

dengan maksud tertentu, misalnya  untuk melukiskan kegembiraan atau kesedihan, kemeriahan,

semangat dan situasi psikologis lainya. Foto juga dapat menggambarkan situasi sosial seperti

kemiskinan daerah kumuh, adat istiadat, penderitaan dan berbagai fenomena sosial lainya. Selain

foto, bahan statistik  juga dapat dimanfaatkan sebagai dokumen yang mampu memberikan

informasi kualitatif, seperti jumlah guru, murid, tenaga administrasi dalam suatu lembaga atau

organisasi. Data ini sangat membantu sekali bagi peneliti dalam menganalisa data, dengan

dokumen-dokumen kualitatif ini analisa data akan lebih mendalam sesuai dengan kebutuhan

penelitian.
E.       Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument utama dalam penelitian adalah

manusia atau peneliti itu sendiri, Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.      Unsur manusia sebagai instrumen kunci

2.      Unsur informan yang terdiri dari : Kepala Bagian Perpustakaan, Sekretaris, Bendahara dan

seluruh personil pegawai Perpustakaan.

3.      Unsur non manusia sebagai data pendukung penelitian

F.       Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini, peran informan sangat penting dan perlu. Untuk menentukan

informan dalam konteks objek penelitian diklasifikasikan berdasarkan kompetensi tiap-tiap

informan. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposif. Usia dan peran informan

menjadi salah satu kunci untuk memperoleh informasi yang memadai. Jumlah informan menjadi

pengecualian ketika informasi yang diperoleh sudah dipandang memadai sehingga pencaharian

informasi “data” dapat dihentikan.

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

(pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang

akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang

sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Faisal teknik pengambilan sampel purposif

adalah: Pengambilan informan berdasarkan informan penelitian. Penentuan informan dalam

penelitian ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut

dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan

disiplin kerja pegawai di Badan perpustakaan dan arsip daerah sulawesi tenggara dalam

melaksanakan program kerja.


G.      Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa jenis pengumpulan yang digunakan penulis yaitu:

1.      Observasi /Pengamatan yaitu dengan melakukan pengamatan dilokasi penelitian. Teknik ini

dipergunakan untuk memperoleh data tentang proses penerapan disiplin kerja yang diterapkan

dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara dan aplikasinya yang

saat ini dijalankan oleh seluruh pegawai Badan Perpustakaan.

2.      Wawancara, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada

responden, dalam hal ini kepada pegawai Observasi, yang merupakan metode pengumpulan data

dengan cara pengamatan dan pencatatan terhadap data yang ditemukan di lapangan.

3.      Dokumentasi,yakni melakukan pencatatan berbagai dokumen yang ada. Teknik ini dilakukan

untuk memperoleh data tentang prosedur pencatatan daftar hadir dan daftar hadir pada

kegiatan/acara khusus pegawai, dan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) atau dengan

berkomunikasi langsung untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data

primer yang dikumpulkan dari responden yang ada tentang disiplin kerja dan semangat kerja

pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara

H.      Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif

Kualitatif, menurut Miles dan Huberman (1992) bahwa analisis deskriptif melalui tiga alur,

yaitu :

1.      Data reduction

2.      Data display

3.      Conclusion drawing/verification


Sesuai data yang diperoleh di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.

Maka peneliti ini menggunakan teknik analisis data kualitatif diskriptif yang berpedoman pada

berfikir induksi dan deduksi. Menurut sanapiah penelitian kualitatif dapat melakukan analisis

data sejak pengumpulan data sampai data terkumpul seluruhnya. Sebelum data dianalisis oleh

peneliti terlebih dahulu diolah ( data proccesing ) kemudian dilakukan proses editing yaitu data

diperiksa terlebih dahulu oleh penelliti secara seksama kemudian dilanjutkan denbgan pemberian

kode agar mempermudah dalam analisis data. Dalam menganalisis data, penelitian menggunakan

model analisis interaktif (interactive model) yang mengandung empat komponen yang saling

berkaitan yaitu ( pengumpulan data, penyederhanaan data, pemaparan data dan penarikan dan

pengajuan simpulan ).

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang

proses penelitian berlangsung, dalam penelitian ini di gunakan analisis data dengan

menggunakan model interaktif melalui tiga prosedur yaitu :

1.        Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis

dilapangan, data dihimpun dari berbagai sumber dilapangan, disederhanakan dan disimpulkan.

2.        Penyajian data dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat

penyajian-penyajian kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus

dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat

ditarik kesimpulan.
3.        Menarik kesimpulan/verivikasi, merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama

penelitian berlangsung, sedangkan verivikasi meerupakan kegiatan pemikiran kembali yang

melintas di pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada

catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman sejawat

untuk mengembangkan “intersubjektif” dengan kata lain makna yang muncul dari data harus

diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokkannya (validitasna).

Prosedur analisis dilakukan dengan tiga fase tersebut di gambarkan oleh Miles and

Huberman dalam sugiyono (2012:335) yang disebut sebagai “Model Interaktif” seperti

digambarkan berikut ini :

Gambar 1.4

Analisis Model Interaktif

Data Collection
Data Display
 

Data Reduction

Conclusions :
Drawing/verifyng
 

Analisis data dalam penelitian kualitatif menurut sumber diatas dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data terhadap jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis belum memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan

lagi sampai tahap tertentu sampai diperoleh data yang dianggap kredibel. Aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sapai tuntas.

Data yang dikumpulkan oleh peneliti dari fokus yang ada baik melalui wawancara,

observasi dan data dokumentasi direduksi dengan merangkum, melakukan pemilihan hal-hal

yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan dapat

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

Setelah data direduksi naka langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan verfikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kuyalitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada, temuan berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-

remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan dan verifikasi agar

memudahkan peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data

penelitian, sehingga data tersebut bisa ditarik kesimpulan atau pengambilan tindakan yang utuh

selama penelitian berlangsung.

I.         Pengecekkan Keabsahan Data

Pengecekkan keabsahan data dapat digunakan empat teknik pemeriksaan, yaitu :

1)        Derajat Kepercayaan ( Credibility )

Beberapa yang ditempuh agar kebenaran hasil penelitian ini dapat dipercaya adalah :

a)        Perpanjangan keikutsertaan

Dalam penelitian ini, perpanjangan keikutsertaan dilakukan melalui aktifitas untuk membuat

temuan dan interpretasi yang akan dihasilkan lebih terpercaya. Contoh : kegiatan dengan
memperpanjang masa observasi/pengamatan dilapangan, wawancara lagi dengan sumber data

yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan keikutsertaan ini berarti

hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin akrab, semakin terbuka, saling

mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi antarapeneliti dengan

subyek yang diteliti. Perpanjangan keikutsertaan ini dengan mengamati dan mewawancarai

mengenai kegiatan keagamaan,pelaksanaan kegiatan keagamaan, jadwal kegiatan keagamaan

jenis kegiatan keagamaan, motivasi dari pimpinan Perpustakaan dan juga motivasi dari pihak-

pihak lain yang berwenang di dalamnya. Pelaksanaan program itu dilaksanakan dengan cara

teknik pengumpulan data, mempelajari data yang terdapat dalam arsip-arsip, dokumen-dokumen

serta bebrapa tempat lainnya yang menjadi sumber data sekunder penelitian ini, maka peneliti

mengetahui secara mendalam tentang permasalahan yang terjadi. Hal ini dilakukan sebagai

langkah antisipasi untuk menjaga kredibilitas dalam penelitian.

b)        Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang sangat

relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci. Contohnya : melakukan pengamatan secara terus menerus terhadap obyek

yang diteliti, seperti kegiatan-kegiatan yang di adakan di lingkungan perpustakaan. Yang

diamati juga bagaimana kendala yang dihadapi dan manfaat dari kegiatan-kegiatan itu. Disini

peneliti mengadakan observasi secara terus menerus, sehingga memahami gejala dengan lebih

mendalam sehingga mengetahui aspek yang penting, terfokus dan relevan dengan topik

penelitian. Dengan ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekkan kembali

apakah data yang ditemukan itu salah atau tidak dan peneliti dapat memberikan deskripsi data

yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.


c)        Triangulasi

Triangulasi sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan

waktu. Triangulasi dilakukan dengan menggunakan sumber, metode dan teori. Triangulasi

sumber digunakan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari seorang informan

dengan informan lainnya, seperti membandingkan sumber informan dari Kepala bagian

Perpustakaan ,Sekretaris Perpustakaan, Bendahara Perpustakaan, Bagian Administrasi, Bagian

Pergudangan dan Informan lainnya. Triangulasi metode dilakukan dengan cara pengumpulan

data yang beredar, seperti observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi dan data dokumen peneliti kumpulkan kemudian dianalisa, mulai dari latar

belakang, pengorganisasian dan pelaksanaan. Sedangkan triangulasi teori adalah pengecekkan

data dengan membandingkan teori-teori yang dihasilkan para ahli yang dianggap sesuai dan

sepadan melalui penjelasan banding, kemudian hasil peneliti dokonsultasikan dengan subyek

peneliti sebelum dianggap mencukupi.

Gambar 1.4
Triangulasi teknik pengumpulan data bermacam-macam dari sumber yang sama
Observasi Partisipatif

Sumber Data

Wawancara Mendalam
Dokumentasi
 
Gambar 1.5
Triangulasi sumber pengumpulan data ( satu teknik pada bermacam-macam sumber data.
A

Wawancara Mendalam
B
C
 

d)       Kecukupan referensi

Pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contohnya, data hasil

wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia

atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto, video, taperecorder. Alat-alat bantu

perekam data dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data

yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang

dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih

dapat dipercaya.

e)      Pengecekkan anggota


Proses ini akan peneliti lakukan pada akhir wawancara dengan mengecek ulang secara garis bsar

berbagai hal yang telah disampaikan oleh informan dan obyek yang diteliti. Seperti data hasil

wawancara dengan kepala Badan Perpustakaan, Sekretaris Perpustakaan, Bendahara

Keperpustakaan.

2)        Keteralihan ( transferability )

Berfungsi untuk membangun keteralihan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara “uraian

rinci “ untuk menjawab persoalan sampai sejauh mana hasil penelitian dapat ditransfer pada

beberapa konteks lain. Dengan teknik ini peneliti akan melaporkan hasil penelitian seteliti dan

secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan dengan

mengacu pada fokus penelitian.

3)        Kebergantungan (dependability)

Depenability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain

dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif,uji

dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering

terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian kelapangan, tetapi bisa memberikan data.

Untuk itu pengujian depenability oleh dosen pembimbing terhadap keseluruhan aktifitas peneliti

dalam melakukan penelitian harus dilakukan. Bagaimana peneliti mulai menemukan

masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis

data,melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh

peneliti. Kriteria menilai apakah proses penelitian bermutu atau tidak,atau penelitian itu valid

atau tidak. Dalam penelitian kualitatif alata uatama yang digunakan adalah peneliti sendiri,

dengan demikian peneliti akan berusaha bersungguh-sungguh dalam mengumpulkan dan


menganlisa data yang ada sesuai dengan fokus penelitian yang dibuat. Dan untuk mengecek

kepastian apakah hasil penelitian tersebut benar atau salah, maka peneliti akan selalu

mendiskusikan dengan dosen pembimbing.

4)        Konfirmabilitas

Pengujian konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif disebut uji obyektifitas penelitian.

Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji

konfirmabilitas berarti menguji hasil oenelitian yang dikaitkan dengan proses penelitian yang

dilakukan.

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cara

mengecek data, informasi dan hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada

pelacakkan audit. Dalam pelacakkan audit ini peneliti menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan,

seperti data lapangan berupa : catatan lapangan dari hasil pengamatan peneliti tentang Disiplin

kerja pegawai pada badan Perpustakaan dan arsip daerah sulawesi tenggara. Dengan demikian

pendekatan konfirmabilitas lebih menekankan pada karakteristik data yang menyangkut kegiatan

para pengelolanya dalam mewujudkan konse tersebut. Upaya ini bertujuan mendapatkan

kepastian bahwa data yang diperoleh benar-benar obyektif, bermakna, dapat dipercaya, faktual

dan dapat dipastikan.


J.      Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

CONTOH JADWAL PENELITIAN KUALITATIF


Bulan Ke :
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1.        Penyusunan Proposal
2.        Diskusi Proposal
3.        Memasuki Lapangan,
Grand Tour dan
Minitour Question,
Analisis Domain
4.        Menentukan Fokus,
Minitour Question,
Analisis Taksonomi
5.        Tahap Selection,
Structural Question,
Analisis
Komponensial
6.        Menentukan Tema,
Analisis Tema
7.        Uji Keabsahan Data
8.        Membuat Draf
Laporan Penelitian
9.        Diskusi Draf Laporan
10.    Penyempurnaan
Laporan
 
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Ahiri,Jafar.2013.Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif. Pendidikan Ekonomi,


Ahmad, M. D. 1995. Hubungan antara Religiusitas dan Disiplin Kerja pada Karyawan Beragama
Islam di PT Cipta Mandiri Fingerindo Kendal. Skripsi. (tidak diterbitkan) Yogyakarta : Fakultas
Psikologi UGM.

Ani, Fauziyah. 2005. Pengaruh Pengawasan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan Bagian Produksi Pelintingan di Perusahaan Rokok Kretek Sukun Mc Wartono Kudus
(online) lib.unnes.ac.id/420/ diakses pada 5 April 2013
Anoraga, Pandji. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_____________. 2004. Psikologi Kerja. Jakarta: Asdi Mahasetya
Arikunto, Suharsini. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Budiyono. 2008. Pengaruh Disiplin Kerja dan Fasilitas Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
pada PT. Karya Gemilang Surakarta (online) td.eprints.ums.ac.id/2931/1/B100040241.pdf
diakses pada tanggal 5 April 2013
Budi Paramita,1992, Pendekatan Disiplin dalam Peningkatan Produktivitas Kerja,Aksara Baru,
Jakarta

Davis, Keith dan Newstroom, W.John. 2000. Perilaku dalam Organisasi Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga
Fathoni, Abdurrahmat, 2006. Metode penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka
Cipta.

Gie, The Liang, 1995, Efisiensi Kerja bagi Pembangunan Negara : Suatu Bunga Rampai Bacaan, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Gomes, F.C., 2002,Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi, Yogyakarta.
Handoko,Hani T,1984,Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,BPFE,Yogyakarta.
Hariandja, Marihot Tua Efendi , 2002 , Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, PT.
Grasindo, Jakarta.
Hasibuan, Melayu, SP., 1997, Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktifitas, Bumi
Aksara, Cetakan Pertama, Jakarta.
Hasibuan,Melayu,SP.,2000,Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,Jakarta.
Hasibuan, Malayu.S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara
Handoko, T.Hani. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Personalia. Yogyakarta: BPFE UGM
Helmi. 2006. Buletin Psikologi Edisi Khusus Ulang Tahun Ke XXXIII No.2. Yogyakarta: Fakultas
PSikologi UGM
_____. 2008. Ciri Orang Berdisiplin (online) http://www.avin.staff@ugn.ac.id diakses pada 5 April
2013
Kusumadiantho, Herman. 2000. Jurnal Universitas Pelita Harapan Volume i dan ii. Jakarta: BPFE UPH
Leap, Terry L and Michael D. Crino. 1989. Personnel Human Resource Management. USA: Macmillan
Publishing Company
Leteiner & Levin, Terjemahan Soejono. Disiplin Kerja Karyawan (online)
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/490/jbptunikompp-gdl-andisetiad-24496- 4-unikom_a-i.pdf
diakses pada 5 April 2013
Lubis. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Karyawan PTPN IV Unit Kebun
Mayang (online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29029/5/Chapter%20I.pdf
diakses pada 5 April 2013
Lubis, Sylviani. 2011. Pengaruh Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Terhadap Keamanan Kerja dan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Sinar
Oleochemical Internasional (SOCI) Mas Medan (TESIS). Medan: Universitas Sumatera Utara
Laiterner, Alfred R, 1983, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja, aksara Baru, Jakarta.
Manulang, ML, 1988 , Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Matutina, Domi. 2001. Manajemen Personalia. Jakarta: Pt. Rineka Cipta
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Moenir,1987,Pendekatan Manusiawi dan Organisasi terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung
Agung, Jakarta.
Musanef, 1994, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta.
Panggabean, Murtiana S. , 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Ghalia
Indonesia, Jakarta
Saminah ,W.O.2004. Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Kantor Kecamatan Mandonga. Studi
Kasus : Kantor Camat Mandonga Kota Kendari. Disertasi tidak diterbitkan. Kendari : Program
Sarjana Pendidikan-UNHALU
Saydam, Ghozali,1996,Manajemen Sumber Daya Manusia, Binarupa, Jakarta.
Siahaan, Elfrida J. 2002. Pengaruh Koordinasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada
PT. Jakarana Tama Medan. Medan: Fakultas ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara
Sirait, Justin T. 2006. Memahami Aspek- aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi.
Jakarta: PT. Grasindo
Suara Merdeka. 2008. Ciri- ciri Orang produktif (online) http://www.suaramerdeka.com diakses pada 5
April 2013
Suma’mur. 2005. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakan Kerja.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2005.
Surisna. 2007. Manajemen Organisasi. Jakarta: Jaya Sakti
Sutrisno. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana prenada Media
Simanjutak,Payaman J.,1985,Produktivitas kerja,Pengertian dan Ruang Lingkupnya,Lembaga Sarana
Informasi Usaha dan Produktivitas,Jakarta.
Triguno,2000, Budaya Kerja, PT Golden Terayon Press, Jakarta.
Wahjosumidjo,1987,Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Wexley,Kenneth,N dan Yukl,Gary, terjemahan Muh Shobaruddin, 2000, Perilaku Organisasi dan
Psikologi Personalia, Rineka Cipta, Jakarta.
Widodo, WS, 1980, Administrasi Kepegawaian, BPA,UGM,Yogyakarta.
Widdodo,Joko,2004,Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja,Banyumedia Publishing,Malang.
Wursanto,IC,1985,Dasar – dasar Manajemen Personalia,Pustaka Dian, Jakarta.

ARTIKEL TERKAIT:

Diposting oleh Unknown di Selasa, Oktober 29, 2013


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Reaksi: 

1 komentar:

1.

Denny pratama18 Juni 2015 21.00

izin copas sedikit yah mass :)

Balas

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Cari Blog Ini

Search on this

Google Yahoo Msn


Cursor

Arsip Blog
 ►  2017 (2)

 ►  2014 (1)

 ▼  2013 (63)
o ▼  Oktober (15)
 PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN YANG DI HUBUNGKAN
DENGA...
 CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
 Soal Perhitungan Akuntansi Perpajakan
 Soal & Jawaban Akuntansi Perpajakan
 INTERNAL CONTROL QUESTIONNARIES (ICQ) PERSEDIAAN
 INTERNAL CONTROL QUESTIONNARIES (ICQ) PENERIMAAN
K...
 Rencana, Pendekatan, Lingkup dan Setting Penelitia...
 Model-Model Pembelajaran
 Dasar - Dasar Koperasi
 Contoh Halaman Judul
 Makalah Pengertian Modal dan Modal Kerja Perusahan...
 Makalah Tentang Barang Miliik Daerah
 Evaluasi Pengajaran Ekonomi
 Evaluasi Pengajaran Ekonomi
 Makalah Sumber dan Penggunaan Modal
o ►  Maret (11)
o ►  Februari (37)

Pengikut
Kode Warna
Kode warna :

My Cursor
Google Translate

Translate Widget by Google


Tema Sederhana. Gambar tema oleh gaffera. Diberdayakan oleh Blogger.
r
e
g
g
o
l
B
y
M
o
T
e
m
o
c
l
e
W

Anda mungkin juga menyukai