produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Terdapat
5(lima) sumber kualitas yang dijumpai (Tjiptono 1995:34), yaitu:
1. Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak.
2. Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail.
3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum
dilepas ke pasar.
4. Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara dengan
baik, pekerja yang terlatih dengan baik, dan penemuan penyimpangan secara cepat.
5. Manajemen yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama.
Selain itu menurutnya, pada prinsipnya konsep kualitas memiliki dua dimensi, yaitu dimensi
produk dan dimensi hubungan antara produk dan pemakai. Dimensi produk memandang kualitas
barang dan jasa dari perspektif derajat konformitas dengan spesifikasinya, yaitu yang
memandang kualitas dari sosok yang dapat dilihat, kasat mata, dan dapat diidentifikasikan
melalui pemeriksaan dan pengamatan. Sedangkan perspektif hubungan antara produk dan
pemakai merupakan suatu karakteristik lingkungan di mana kualitas produk adalah dinamis,
sehingga produk harus disesuaikan dengan tuntutan perubahan dari pemakai produk. Untuk
menjamin kualitas barang dan jasa yang cacat tidak dijual, namun kalau masih memungkinkan
akan dilakukan perbaikan.
Dari pengertian tersebut, kualitas mengandung elemen-elemen yang meliputi usaha memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan yang mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan,
serta merupakan kondisi yang selalu berubah.
informasi
keamanan,
ketertiban,
2. Selalu terkait dengan jenis pelayanan-pelayanan yang lain, dan membentuk sebuah
jalinan sistem pelayanan yang berskala regional, atau bahkan nasional. Contohnya dalam
hal pelayanan transportasi, pelayanan bis kota akan bergabung dengan pelayanan
mikrolet, bajaj, ojek, taksi dan kereta api untuk membentuk sistem pelayanan angkutan
umum di Jakarta.
3. Pelanggan internal cukup menonjol, sebagai akibat dari tatanan organisasi pemerintah
yang cenderung birokratis. Dalam dunia pelayanan berlaku prinsip utamakan pelanggan
eksternal lebih dari pelanggan internal. Namun situasi nyata dalam hal hubungan antar
lembaga pemerintahan sering memojokkan petugas pelayanan agar mendahulukan
pelanggan internal.
4. Efisiensi dan efektivitas pelayanan akan meningkat seiring dengan peningkatan mutu
pelayanan. Semakin tinggi mutu pelayanan bagi masyarakat, maka semakin tinggi pula
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Dengan demikian akan semakin tinggi pula
peran serta masyarakat dalam kegiatan pelayanan.
5. Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tak langsung,yang sangat
berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan pelayanan. Desakan untuk
memperbaiki pelayanan oleh polisi bukan dilakukan oleh hanya pelanggan langsung
(mereka yang pernah mengalami gangguan keamanan saja), akan tetapi juga oleh seluruh
lapisan masyarakat.
6. Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatanan kehidupan masyarakat
yang berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing
Dari defenisi kualitas di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan publik merupakan
suatu kondisi dimana pelayanan mempertemukan atau memenuhi atau bahkan melebihi dari apa
yang menjadi harapan konsumen dengan sistem kinerja aktual dari penyedia jasa.
Keberhasilan proses pelayanan publik sangat tergantung pada dua pihak yaitu birokrasi (pelayan)
dan masyarakat (yang dilayani). Dengan demikian untuk melihat kualitas pelayanan publik perlu
diperhatikan dan dikaji dua aspek pokok yakni : Pertama, aspek proses internal organisasi
birokrasi (pelayan); kedua, aspek eksternal organisasi yakni kemanfaatan yang dirasakan oleh
masyarakat pelanggan.
Organisasi publik mempunyai ciri public accountability, yaitu setiap warga negara mempunyai
hak untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang mereka terima. Sangat sulit untuk menilai
kualitas suatu pelayanan tanpa mempertimbangkan peran masyarakat sebagai penerima
pelayanan,. Evaluasi yang berasal dari pengguna pelayanan merupakan elemen pertama dalam
analisis kualitas pelayanan publik. Elemen kedua dalam analisis adalah kemudahan suatu
pelayanan untuk dikenali baik sebelum, dalam proses, atau setelah pelayanan itu diberikan.
Tujuan pelayanan publik (Juliantara 2005;10) adalah memuaskan atau sesuai dengan keinginan
masyarakat/pelanggan pada umumnya. Untuk mencapai hal ini diperlukan kualitas pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Kualitas/mutu pelayanan adalah
kesesuaian antara harapan dan keinginan dengan kenyataan. Dan Hakekat dari pelayanan publik
adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban
aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.
Asas pelayanan publik yaitu : (dalam Dadang Juliantara 2005:11)
1. Transparan
Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhan dan
disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
3. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap
berpegang pada prinsip efektivitas dan efisiensi.
4. Partisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan gender dan
status ekonomi.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masingmasing pihak.
konsumen/masyarakat adalah warga negara yang harus dipenuhi hak-haknya tidak terkecuali
sehingga pemerintah sebagai instansi yang memberikan pelayanan harus dapat memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya sesuai dengan perundang- undangan yang berlaku.
Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63/KEP/M.PAN/2003 yang kemudian dikembangkan
menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliebel, sebagai unsure yang harus ada untuk dasar
pengukuran indeks kepuasaan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dilihar dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2. Persyaratan
pelayanan,
yaitu
persyaratan
teknis dan administrative yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
3. Kejelasan tugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan
pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggung jawab).
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan
pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab
petugas dalam penyelenggaraan pelayanan.
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki
petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target pelayanan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai.
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap pembiayaan yang
ditetapkan oleh unit pelayanan.
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang ditetapkan dengan biaya
yang dibayarkan.
12. Kepastian jadwal/pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan waktu
yang ditetaplkn.
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi
dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga masyarakat merasa
senang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang akibatnya dari
pelaksanaan.