Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN

PADA PASIEN YANG MENGGUNAKAN BPJS PBI


DI RSUD dr. AGOESDJAM KETAPANG

DISUSUN OLEH :
TASIANA
NIM : E2072211019

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM MAGISTER ILMU SOSIALUNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
I. Topik Penelitian
1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara dengan sistem yang demokrasi
untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya. Pemerintah dan
badan legislatif sebagai pengemban amanah rakyat melalui pemilihan
umum bertanggung jawab penuh atas kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat. Untuk mewujudkan kesejahteraan pemerintah menetapkan berbagai
macam kebijakan dengan berbagai programnya. Untuk mewujudkan hal
tersebut, perlu perencanaan secara sistematis, terarah, terpadu, dan
menyeluruh, serta dibutuhkan keterlibatan berbagai sektor dan seluruh
komponen masyarakat dalam pelaksanaannya. Dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan diperlukan fasilitas kesehatan, yaitu alat dan tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik
peningkatan, pencegahan, pengobatan, maupun pemulihan yang dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat.
2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di


atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini
adalah:
”Bagaimanakah Implementasi Kebijakan Pelayanan
Kesehatan pada Pasien BPJS PBI di RSUD
dr.Agoesdjam Ketapang”.

3. Fokus Penelitian
Implementasi Kebijakan
4. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Standar dan Sasaran kebijakan terkait dengan


proses Kebijakan Pelayanan Kesehatan pada pasien yang
menggunakan BPJS PBI di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang.

2. Bagaimanakah Sumber daya dalam proses pelaksanaan


Kebijakan Pelayanan Kesehatan pada pasien yang menggunakan
BPJS PBI di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang.

3. Bagaimanakah hubungan antar organisasi dalam mencapai tujuan


terkait dengan Kebijakan Pelayanan Kesehatan pada pasien yang
menggunakan BPJS PBI di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang.
4. Bagaimanakah Karakteristik agen pelaksana yang mempengaruhi
proses Kebijakan Pelayanan Kesehatan pada pasien yang
menggunakan BPJS PBI di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang.

5. Bagaimanakah Kondisi sosial, politik dan ekonomi yang


mendukung keberhasilan dalam proses pelaksanaan Kebijkan
Pelayanan Kesehatan pada pasien yang menggunakan BPJS PBI
di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang.

6. Bagaimanakah Disposisi implementor terkait dengan pelaksanaan


Kebijakan Pelayanan Kesehatan pada pasien yang menggunakan
BPJS PBI di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang.
II. Kajian Pustaka
1. Grand Theory
a. Teori Yang Mempengaruhi Administrasi Kesehatan
Administrator Kesehatan diharapkan dapat menjaga agar
indikator status/derajat kesehatan masyarakat tersebut tetap
dalam keadaan baik. Menurut HR. Blum, derajat kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh empat faktor yang paling
dominan yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan
dan keteurunan/genetik.
b. Prinsip Pelaksanaan Administrasi Organisasi Kesehatan
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti
bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi
khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry
Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari
Perancis. prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari :
1. Pembagian kerja (Division of work)
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
3. Disiplin (Discipline)
4. Kesatuan perintah (Unity of command)
5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
7. Penggajian pegawai
8. Pemusatan (Centralization)
9. Hirarki (tingkatan)
10. Ketertiban (Order)
11. Keadilan dan kejujuran
12. Stabilitas kondisi karyawan
13. Prakarsa (Inisiative)
14. Semangat kesatuan, semangat korps
c. Ruang Lingkup Administrasi
Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika
Serikat tahun 1974, bahwa ruang lingkup administrasi
kesehatan mencakup bidang yang amat luas, yang jika
disederhanakan dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
1. Kegiatan administrasi
Kegiatan utama yang dilakukan adalah melaksanakan
fungsi administrasi, mulai dari fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sampai
dengan evaluasi.

2. Objek dan subjek administrasi


Bahwa objek dan subjek administrasi adalah sistem
kesehatan, jadi untuk dapat menyelenggarakan admiistrasi
kesehatan perlu memahami terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan sistem kesehatan.
d. Level Administrasi Organisasi di Indonesia

Top Pusat : Kementrian Kesehatan RSUP, BPOM,


Badan LITBANGKES, PUSLABKES, PUSDIKLAT,
PUSDIKNAKES, PUSGUNAKES, BUMN, KKP.

Middle PROVINSI : Dinas Kesehatan, RSUD, BLK,


BAPELKES, BKMM, BP4.

Low Kabupaten/kota : Dinas Kesehatan, RSUD.


Kecamatan : Pukesmas.
Desa : Pukesmas Pembantu.
e. Fungsi Administrasi dalam Organisasi Kesehatan
Menurut George R. Terry Terdapat 4 Fungsi
Administrasi dalam Organisai Kesehatan (POACE) :

1. Planning

Merupakan pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana


dapat mencapai tujuan.

2. Organizing

Dalam organisasi biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan


organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai
jabatan. Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas,
tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan.
3. Actuating

Merupakan pelaksanaan dari planning yang sudah ditentukan. Untuk itu


dibutuhkan kerja keras, berikir cerdas dan saling bekerjasama.
Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah
disusun.

4. Controlling

Pengontrolan dibutuhkan agar pekerja berjalan sesuai dengan visi, misi,


aturan dan program kerja. Baik dalam tahap perencanaa, pelaksanaan
dan pengorganisasian.

5. Evaluasi

Merupakan penilaian/mengukur apakah suatu kegiatan atau program yang


dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.
f. Fenomena Masalahan Administrasi Kesehatan di Era JKN
Beberapa masalah dirangkum sebagai berikut:

1. Persoalan BPJS Kesehatan sudah muncul sejak proses aktivasi


kartu. BPJS menerapkan aturan bahwa kartu pengguna BPJS baru
bisa aktif sepekan setelah pendaftaran diterima. "Padahal sakit
menimpa tanpa terduga dan tak mungkin bisa ditunda.

2. Sosialisasi : Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui


prosedur jaminan kesehatan.

3. Fasilitas kesehatan : Pelayanan puskesmas dan Rumah Sakit yang


ditunjuk sebagai penyedia JKN belum memadai, Fasilitas banyak
yang belum memenuhi standar dan Jumlah dokter terhadap pasien
masih kurang ideal.
4. Pembayaran : Belum terjadi kesepakatan iuran pekerja formal antara
pemerintah, asosiasi pengusaha, dan serikat pekerja, Masih ada
kekhawatiran rumah sakit jika BPJS tidak akan membayar tunggakan
dari pasien.

5. Ketersediaan data: Masih ada keraguan tentang keamanan sistem data


peserta BPJS.

6. Mekanisme rujukan dan antrian yang panjang di rumah sakit.

7. Rujukan lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS Kesehatan juga


disebut Harli terbatas dan tidak fleksibel. Peserta BPJS hanya boleh
memilih satu fasilitas kesehatan untuk memperoleh rujukan dan tak
bisa ke faskes lain meski sama-sama bekerja sama dengan BPJS.
8. Penerapan sistem rujukan online (rujol) peserta JKN-KIS
memunculkan berbagai macam tanggapan masyarakat.

9. Rujukan lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS Kesehatan


juga disebut Harli terbatas dan tidak fleksibel. Peserta BPJS
hanya boleh memilih satu fasilitas kesehatan untuk memperoleh
rujukan dan tak bisa ke faskes lain meski sama-sama bekerja
sama dengan BPJS. Keterbatasan itu, tutur Harli, menyulitkan
orang yang sering bepergian dan bekerja di tempat jauh.

10. Rumitnya alur pelayanan BPJS Kesehatan karena menerapkan


alur pelayanan berjenjang. Sebelum ke rumah sakit, peserta
wajib terlebih dulu ke faskes tingkat pertama, yaitu puskesmas.
g. Peran Teknologi Terhadap Administrasi Kesehatan
Teknologi berperan penting dalam kegiatan administrasi
kesehatan. Penggunaaan sistem informasi administrasi
kesehatan yang terkomputerisasi akan sangat efektif dan
efisien baik bagi pegawai administrasi maupun bagi pasien.
Misalnya suatu rumah sakit memiliki SIMRS dan suatu
aplikasi khusus yang dapat diakses melalui smartphone
oleh siapa saja untuk mendaftar ketika ingin mendapatkan
pelayanan kesehatan.
2. Midle Range Theory

Kajian teori Kebijakan Kesehatan

Kebijakan diartikan sebagai sejumlah keputusan yang dibuat


oleh pihak yang bertanggungjawab dalam bidang kebijakan
kesehatan untuk membuat keputusan atau bertindak atas
suatu permasalahan. Kebijakan dapat disusun dalam semua
tingkatan dari paling bawah sampai pusat dari swasta
maupun Negara (Buse et al.,2005).
3. Parochial/Substantif Theory

Kajian teori Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan

Implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijkasanaan


dasar, biasanya dalam bentuk undang undang, namun dapat pula
berbentuk perintah perintah atau keputusan eksekutif yang penting
atau keputusan badan peradilan lazimnya, keputusan tersebut
mengindentifikasi masalah yang ingin di atasi, menyebutkan secara
tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk
menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya

Anda mungkin juga menyukai