Anda di halaman 1dari 13

STEP 1

1. Umur harapan hidup : jumlah rata-rata usia yang diperkirakan pada


seseorang atas dasar angka kematian pada masa tersebut yang
cenderung tidak berubah di masa mendatang. Angka Harapan Hidup
merupakan sarana evaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya di suatu negara.
2. Angka kematian bayi/ Infant Mortality Rate (IMR) adalah
jumlah kematian bayi dibawah usia satu tahun pada tiap 1000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama.
3. Angka kematian ibu : banyaknya kematian perempuan pada saat hamil
atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama
dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000
kelahiran hidup.
4. Era otonomi : Pemberlakuan otonomi daerah mulai diterapkan melalui
UU Nomor 22 tahun 1999, dan pelaksaanaannya baru dimulai tahun
2001.
- Tujuan Desentralisasi tersebut di bidang kesehatan adalah
mewujudkan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang
berlandaskan prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan cara
memberdayakan, menghimpun, dan mengoptimalkan potensi daerah
untuk kepentingan daerah dan prioritas Nasional dalam mencapai
kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.
- Perbedaan yang paling signifikan pada sektor kesehatan sejak
adanya eraotonomi adalah berubahnya status kepegawaian PNS pada
sektor kesehatan (Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit) dari PNS
Departemen Kesehatan menjadi PNS Daerah. 
5. SPM bidang Kesehatan :

STEP 2
1. Bagaimana prinsip manajemen pelayanan Kesehatan?
- P1 🡺 fungsi perencanaan, yang pada hakekatnya mencakup unsur-
unsur fungsi administrasi lainnya yang melengkapi proses
”perencanaan” yang sebenarnya, seperti fungsi-fungsi pengambilan
keputusan, pemahaman masalah, penetapan prioritas, peramalan,
penganggaran, dll.
- P2 🡺 penggerakan pelaksanaan. Fungsi-fungsi lainnya dapat
dimasukkan dalam kelompok P2 antara lain pengorganisasian,
staffing, pengkoordinasian, panggajian, komunikasi, kepemimpinan,
dll.
- P3 🡺 pengarahan, pengendalian, dan penilaian. Fungsi-fungsi lainnya
dapat dimasukkan dalam kelompok P3 antara lain pengawasan,
pencatatan-pelaporan, supervisi, dan mungkin ada beberapa hak lagi
lainnya, yang intinya bermaksud sebagai pemantauan pelaksanan
upaya yang sedang dikerjakan agar tidak menyimpang dari tujuan
yang telah ditetapkan.

Pengantar Administrasi Kesehatan, Dr.Azrul Azwar M.P.H.

Proses (process), yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai


tujuan yang telah ditentukan. Proses ini dalam ilmu administrasi dikenal
dengan sebutan fungsi administrasi (functions of administration).
 Komponen proses yaitu ;
1. Perencanaan(planning)🡪penentuan serangkaiam tindakan untuk
mencapai hasil yang diinginkan(A. Allen, 1958)
Aspek-aspek perencanaan 🡪 penentuan tujuan yg akan dicapai,
memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh untuk mencapai
tujuan atas dasar alternatif yang dipilih, usaha atau langkah yg
ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang dipilih.
Unsur-unsur perencanaan 🡪 tindakan apa yg harus dilakukan, apa
sebabnya tindakan tetsebut dilakukan, dimana tindakan tersebut
dilakukan, kapan tindakan tersebut dilakukan, siapa yg akan
melakukan tindakan tersebut, bagaimana cara melakukan tindakan
tersebut.
2. Pengorganisasian(organizing)🡪keseluruhan proses pengelompokkan
orang, alat, tugas,tanggungjawab atau wewenang sedemikia rupa
sehingga tercapai suatu organisasi yang dapat digerakkan untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
3. Penggerakan atau pelaksanaan(actuating)🡪menggerakkan orang-orang
agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara
bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan.
4. Pengawasan(controlling) 🡪 kegiatan untuk mengetahui apakah program
yang dibuat itu berjalan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai yang
direncanakan dan adakah hambatan saat pelaksanaan serta bagaimana
pelaksana mengatasi hambatan tersebut.

Amirul Mustofa, Sri Rukminiati, Damajanti Sri Lestari, 2020, Administrasi


Pelayanan Kesehatan, Surabaya : CV Jakad Media Publishing

2. Bagaimana kebijakan era otonomi daerah?


3. Penyelenggaraan puskesmas?

PMK No 75 th 2014 ttg puskesmas


4. Bagaimana manajemen pelayanan Kesehatan (puskesmas)?

Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas


perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol (Planning,
Organizing, Actuating, Controling) untuk mencapai sasaran/tujuan
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan yang
diharapkan dapat dicapai melalui proses penyelenggaraan yang
dilaksanakan dengan baik dan benar serta bermutu, berdasarkan atas
hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi yang
akurat (evidence based). Sedangkan efisien berarti bagaimana
Puskesmas memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dapat
melaksanaan upaya kesehatan sesuai standar dengan baik dan benar,
sehingga dapat mewujudkan target kinerja yang telah ditetapkan.
1. Perencanaan
 disusun melalui pengenalan permasalahan secara tepat berdasarkan
data yang akurat, serta diperoleh dengan cara dan dalam waktu yang
tepat, maka akan dapat mengarahkan upaya kesehatan yang
dilaksanakan Puskesmas dalam mencapai sasaran dan tujuannya.

 Proses perencanaan Puskesmas akan mengikuti siklus perencanaan


pembangunan daerah, dimulai dari tingkat desa/kelurahan, selanjutnya disusun
pada tingkat kecamatan dan kemudian diusulkan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota. Perencanaan Puskesmas yang diperlukan terintegrasi dengan
lintas sektor kecamatan, akan diusulkan melalui kecamatan ke pemerintah
daerah kabupaten/kota.

5. Pergerakan dan pelaksanaan program

 enggerakan pelaksanaan program/kegiatan dapat dilakukan melalui berbagai


cara, diantaranya adalah rapat dinas, pengarahan pada saat apel pegawai,
pelaksanaan kegiatan dari setiap program sesuai penjadwalan pada Rencana
Pelaksanaan Kegiatan bulanan, maupun dilakukan melalui forum yang dibentuk
khusus untuk itu.

6. Pengawasan,pengendalian dan penilaian kinerja

 perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian agar target output dari setiap
kegiatan dapat dicapai secara optimal. Hal-hal yang menjadi faktor penghambat
pencapaian target output yang ditemukan pada proses pengawasan dan
pengendalian, dapat segera diatasi melalui penyesuaian perencanaan
selanjutnya.
A. pengawasan

Pengawasan Puskesmas dibedakan menjadi dua, yaitu

pengawasan internal dan eksternal. Pengawasan internal adalah pengawasan


yang dilakukan oleh Puskesmas sendiri, baik oleh Kepala Puskesmas, tim audit
internal maupun setiap penanggung jawab dan pengelola/pelaksana program.
Adapun pengawasan eksternal dilakukan oleh instansi dari luar Puskesmas
antara lain dinas kesehatan kabupaten/kota, institusi lain selain Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan/atau masyarakat.

Pengawasan yang dilakukan mencakup aspek administratif, sumber daya,


pencapaian kinerja program, dan teknis pelayanan. Apabila ditemukan adanya
ketidaksesuaian baik terhadap rencana, standar, peraturan perundangan
maupun berbagai kewajiban yang berlaku perlu dilakukan pembinaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pengawasan dilakukan melalui kegiatan
supervisi yang dapat dilakukan secara terjadwal atau sewaktu-waktu.

Pengendalian adalah serangkaian aktivitas untuk menjamin kesesuaian


pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
cara membandingkan capaian saat ini dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya.
b. penilaian kinerja puskesmas

adalah suatu proses yang obyektif dan sistematis dalam mengumpulkan,


menganalisis dan menggunakan informasi untuk menentukan seberapa efektif
dan efisien pelayanan Puskesmas disediakan, serta sasaran yang dicapai sebagai
penilaian hasil kerja/prestasi Puskesmas. Penilaian Kinerja Puskesmas
dilaksanakan oleh Puskesmas dan kemudian hasil penilaiannya akan diverifikasi
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
Pmk nomor 44 th 2016 ttg pedoman manajemen puskesmas

5. Ap aitu SPM? Jelaskan


6. Apa saja upaya (program-program) untuk menurunkan kematian
ibu?
Upaya untuk menurunkan AKI dan AKB dengan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi/ anak di puskesmas PONED dan Rumah Sakit
PONEK, namun pelaksanaan pelayanan kesehatan masih belum optimal
disebabkan karena belum terpenuhinya prasarana dan sarana, belum
meratanya pendayagunaan tenaga kesehatan serta masih kurangnya
kompetensi tenaga kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan di Jawa
Tengah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk masih belum
proporsional, sehingga masih diperlukan optimalisasi pelayanan
kesehatan di tingkat dasar dan rujukan yang sesuai dengan standar.

Peran suami siaga dalam penurunan angka kematian ibu perlu


lebih ditingkatkan dengan keikut sertaan suami dalam kelas ibu hamil.
Masih kurangnya partisipasi wanita dalam merencanakan suatu
persalinan dan mengambil keputusan (memutuskan siapa penolong
persalinan, dimana tempat melahirkan, alat kontrasepsi yang akan
digunakan pasca melahirkan, dll) masih menjadi otoritas suami. Masih
adanya gender stereotype (lak-laki sebagai kepala keluarga dan
pengambil keputusan) dan anggapan masyarakat bahwa masalah
kehamilan dan persalinan menjadi urusan wanita dan merupakan hal
yang biasa. Perlu dukungan dan perhatian suami terhadap kehamilan dan
persalinan seorang istri.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 –


2023. 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

7. Apa saja upaya dari pelayanan Kesehatan agar efisien dan efektif?

Pertama, peningkatan akses. Upaya ini dilakukan melalui


pemenuhan tenaga kesehatan, peningkatan sarana pelayanan primer
(Puskesmas, klinik pratama, dokter praktek mandiri), pemenuhan
prasarana pendukung (alat kesehatan, obat, dan bahan habis pakai), serta
inovasi untuk pelayanan di daerah terpencil dan sangat terpencil, dengan
pendekatan pelayanan kesehatan bergerak, gugus pulau, atau
telemedicine.

Kedua, peningkatan mutu baik fasilitas penyelenggara layanan,


maupun sumber daya  manusia kesehatan diantaranya melalui
penyediaan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) atau standar
prosedur operasional (SPO), peningkatan kemampuan tenaga kesehatan
(Nakes), dokter layanan primer (DLP) dan akreditasi fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP).

Ketiga, regionalisasi rujukan melalui penguatan sistem rujukan


baik di tingkat Kabupaten, Regional, maupun Nasional. Sejak jaminan
kesehatan nasional (JKN) dilaksanakan mulai awal 2014, kebutuhan
penataan sistem rujukan semakin dibutuhkan. Di era JKN, mekanisme
rujukan penting untuk menjamin mutu pelayanan dan efisiensi
pembiayaan.

Keempat, penguatan peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


dan Dinas Kesehatan Provinsi melalui sosialisasi advokasi dan capacity
building.

Kelima, penguatan dukungan bagi penguatan pelayanan


kesehatan dari lintas sektor, baik itu berupa regulasi, infrastruktur,
maupun pendanaan.

Kuatkan Layanan Kesehatan, Pemerintah Lakukan Lima Upaya Secara


Simultan. 4 November 2016.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20161104/2918732/k
uatkan-layanan-kesehatan-pemerintah-lakukan-lima-upaya-secara-
simultan/ 

Untuk menyusun perencanaan yang baik, pimpinan harus memulai


dengan mengevaluasi berbagai sumber daya yang ada, kemudian
menentukan rencana dalam bentuk program dan kegiatan guna untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, perencanaan merupakan proses awal
yang paling penting dari fungsi manajemen, kemudian baru
ditindaklanjuti oleh fungsi yang lain.

Perencanaan yang baik harus dapat menjawab 6 pertanyaan yang


disebut sebagai unsur-unsur perencanaan, yaitu (Manullang M,
2001): 

A. Tindakan apa yang harus dilakukan.  

B. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan. 


C. Dimana tindakan tersebut dilakukan. 

D. Kapan tindakan tersebut dilakukan. 

E. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut. 

F. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut. 

Mustofa, Amirul. Et al. 2020. Administrasi Pelayanan Kesehatan


Masyarakat. Surabaya : Jakad Media Publishing.

Manullang M. Manajemen personalia. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press. 2001

Anda mungkin juga menyukai