Anda di halaman 1dari 25

Cakupan Program Puskesmas Belum Mencapai Hasil

Rudy Hermawan Cokro Handoyo 102010097-C5 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna Utara no. 6, Jakarta 11510 Email: Rudy_hermawan0492@yahoo.co.id

Pendahuluan Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah suatu organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, serta biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran serta kemauan dan kemampuan hidup sehat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas bagi mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.1 Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Dalam memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa (polindes).1 Kasus Dokter T sudah bertugas di Puskesmas sekitar 6 bulan. Ia mengadakan lokakarya mini Puskesmas dan mendapatkan cakupan imunisasi dasar, peserta KB, ANC dan DHF belum mencapai hasil yang diharapkan. Ia mempunyai 1 orang dokter gigi, 3 orang perawat, dan 1 orang sanitarian dan 3 orang administrator. Wilayahnya mencakup kecamatan dengan populasi 30.000 jiwa. Sebagian besar transportasi dilakukan dengan perahu motor, motor, dan
1

jalan kaki. Penduduk mempunyai kebiasaan membuang sampah di sungai, masyarakatnya juga masih menganggap KB itu tabu, Kader hanya sedikit yang aktif. Sumber dana Puskesmas dari Dinas Kesehatan masih kurang dan sering terlambat padahal pemasukan dari retribusi karcis tidak banyak. Dokter A merencanakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan cakupan program dengan bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat setempat. Fungsi Puskesmas 1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan dan pemulihan 2. Pusat pemberdayaan masyarakat Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat: Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

pembiayaan Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan 3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan, dan pelayanan kesehatan masyarakat Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.1 Manajemen dan Administrasi Puskesmas Dalam usaha melaksanakan program-program di puskesmas atau mana-mana pusat kesehatan harus dimulai dengan manajemen atau administrasi. Administrasi adalah proses penyelenggaraan kerja yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. administrasi, baik dalam pengertian luas maupun sempit di dalam penyelenggaraannya diwujudkan melalui fungsi-fungsi manajemen, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

1. Masukan (input) Masukan merupakan suatu struktur yang berupa sumber daya manusia (man), dana (money), sarana fisik perlengkapan dan peralatan (material), organisasi dan manajemen (method). 2. Proses Proses meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan, serta pengawasan. A. Perencanaan Perencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Perencana akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat I yang dibina oleh DKK, yang bertanggungjawab untuk melaksanakan identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan meliputi cakupan mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia dan provider, serta menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah. Perencanaan meliputi kegiatan program dan kegiatan rutin puskesmas yang berdasarkan visi dan misi puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan primer dimana visi dan misi digunakan sebagai acuan dalam melakukan setiap kegiatan pokok puskesmas. Budgeting dalam perencanaan menejemen keuangan dikelola sendiri oleh puskesmas sesuai tatacara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan, adapun sumber biaya didapatkan dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas, swasta atau lembaga sosial masyarakat dan pemerintah adapun pembiayaan tersebut ditujukan untuk jemis pembiayaan layanan kesehatan yang mempunyai ciri-ciri barang atau jasa publik seperti penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi, P2M dan pelayanan kesehatan yang mempunyai ciri-ciri barang atau jasa swasta seperti pengobatan individu. B. Pengorganisasian Dinas Kesehatan Kota mempunyai tugas untuk menenetukan menetapkan struktur organisasi puskesmas dengan pertimbangan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat tingkat I. Pola organisasi meliputi kepala, wakil kepala, unit tata usaha, unit fungsional agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas program yang ditangani. Struktur organisasi puskesmas
3

Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas Unsur pembantu pimpinan : Tata usaha Unsur pelaksana : Unit I, II, III, IV, V, VI, VII. Tugas pokok : a) Kepala Puskesmas Bertugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural, dan jabatan fungsional. b) Kepala urusan tata usaha Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan. c) Unit I Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana dan perbaikan gizi. d) Unit II Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium sederhana. e) Unit III Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja dan manula. f) Unit IV Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah dan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya. g) Unit V Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya masyarakat dan penyuluhankesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan dana sehat. h) Unit VI Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap i) Unit VII Melaksanakan kegiatan kefarmasian. C. Pelaksanaan Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi penggerak semua kegiatan yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan organisasi yang telah dirumuskan pada fungsi perencanaan. Fungsi manajemen ini lebih menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya
4

untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi, peranan pemimpin, motivasi staf, kerjasama dan komunikasi antar staf merupakan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh seorang manjer. Secara praktis fungsi pelaksanaan ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama di antara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi pelaksanaan ini haruslah dimulai dari diri manajer, di mana manajer harus menunjukkan kepada stafnya bahwa ia mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya. Ia harus mempunyai kemampuan bekerjasama dengan orang lain secara harmonis.2,3 D. Pengawasan Pengawasan (controlling) dalam manajemen puskesmas merupakan fungsi terakhir yang berkait erat dengan fungsi manajemen yang lainnya. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standard keberhasilan selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendali atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih berkembang, dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin. Tiga langkah penting untuk melakukan pengawasan: Mengukur hasil/prestasi yang telah dicapai Membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan. Bila diperkirakan terjadi penyimpangan, pimpinan perlu berusaha lebih dulu untuk mencari faktor penyebabnya, kemudian menetapkan langkah-langkah untuk mengatasinya.2 3. Keluaran Keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap pasien atau terhadap suatu program yang dilaksanakan. 4. Sasaran Sasaran merupakan golongan yang menjadi tumpuan terhadap pelaksanaan suatu program yang direncanakan. Sasaran dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
5

5. Dampak Hasil dari pelaksanaan yang dijadikan indikator apakah kebutuhan dan tuntutan kelompok sasaran terpenuhi atau tidak. Dampak merupakan indikator yang sulit untuk dinilai. 6. Umpan balik Umpan balik merupakan merupakan hasil dari keluaran yang menjadi masukan dari suatu sistem. 7. Lingkungan Lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis, iklim, transport, dan lain-lain) dan non fisik (sosial budaya, tingkat pendapatan ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat, dan lain-lain).2 Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung-jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi satu Kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150 000 jiwa atau lebih, merupakan "Puskesmas Pembina" yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.3 Pelayanan Kesehatan Menyeluruh Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan: kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan), yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia. Upaya kesehatan puskesmas Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau

dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni: 1. Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a. Upaya Promosi Kesehatan b. Upaya Kesehatan Lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana d. Upaya Perbaikan Gizi e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f. Upaya Pengobatan 2. Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni: a. Upaya Kesehatan Sekolah b. Upaya Kesehatan Olah Raga c. Upaya Perawatan Kesehatan f. Upaya Kesehatan Jiwa g. Upaya Kesehatan Mata h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut i. Upaya Pembinaan Pengobatan

Masyarakat d. Upaya Kesehatan Kerja e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Tradisional

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.3 Azas Penyelenggaraan Puskesmas Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan
7

puskesmas tersebut dikembangkan dan ketiga fungsi puskesmas . Dasar pemikiran adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan pengembangan, azas penyelenggaraan puskesmas yang di maksud adalah : 1. Azas pertanggungjawaban meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, berbagai kegitan yang harus dilaksanakan puskesmas antara lain: a) Mengerakkan pembangunan di berbagai sektor di kecamatan sehingga berwawasan kesehatan. b) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. c) Memelihara setiap upaya kesehatanstrata pertama yang di selenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya. d) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan terjangkau di wilayah kerja.1 2. Azas Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas wajib memperdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalam setiap upaya puskesmas. Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain : a) Upaya kesehatan ibu dan anak : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita(BKB) b) Upaya perbaikan gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) c) Upaya kesehatan sekolah : Dokter Kecil, Dokter Remaja. d) Upaya kesehatan lingkungan : Kelompok Pemakai Air (polmair Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)Pemberantasan Sarang Nyamuk(PSN). e) Upaya Usia Lanjut : Posyandu Lansia f) Upaya Kesehatan Kerja : Pos UKK. g) Upaya Kesehatan Jiwa : Posyandu ,Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat. h) Upaya Pengobatan Tradisional :Taman Obat Keluarga(TOGA),Pembinaan Batra. i) Upaya Pembiayaan Jaminan Kesehatan: Dana Sehat,Tabungan Ibu Bersalin(Tabulin) 3. Azas Keterpaduan Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu
8

diperhatikan yakni Keterpaduan Lintas Program dan Keterpaduan Lintas Sektor. Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain: 1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi, Promosi Kesehatan, Pengobatan, 2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan Promosi Kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa 3) Puskesmas Keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi 4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatan Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain: 1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama 2) Upaya Promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian 3) Upaya Kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB 4) Upaya Perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB 5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan 6) Upaya Kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha. 4. Azas Rujukan Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas. Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan
9

berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal yakni Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat. Cakupan

rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horizontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas. Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka Puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.3 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan tempat tidur, Puskesmas Pembantu, Puskesmas keliling, bidan di Desa dan Posyandu) dan data yang berkaitan, serta dilaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data SP2TP berupa Umum dan demografi, Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok Puskesmas. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem pelaporan ini ini diharapkan mampu
10

memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber pengumpulan data dan informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi baik faktor utama dan tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk dikirim ke pusat serta sebagai bahan laporan untuk kebutuhan. Data yang dikumpul oleh puskesmas dan dirangkum kelengkapan dan kebenarannya. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ialah laporan yang dibuat semua puskesmas pembantu, posyandu, puskesmas keliling bidan-bidan desa dan lain-lain yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas. Sedangkan lokakarya mini puskesmas adalah upaya untuk menggalang kerja sama tim untuk penggerakan dan pelaksanaan upaya kesehatan puskesmas sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dari tiap-tiap upaya kesehatan pokok puskesmas sehingga dapat di hindarkan terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatannya. Adapun ruang lingkup SP2TP: 1. SP2TP dilakukan oleh semua puskesmas termasuk puskesmas pembantu (PUSTU) dan puskesmas keliling. 2. Pencatatan dan pelaporan mencakup: Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas Data ketenagaan di puskesmas Data sasaran yang dimiliki puskesmas Data kegiatan pokok puskesmas a. KIA b. KB j. Perawatan kesehatan k. Masyarakat l. Kesehatan kerja m. Kesehatan gigi dan mulut dan n. Kesehatan jiwa

c. Usaha kesehatan gizi d. Kesehatan lingkungan e. Pemberantasan

pencegahan penyakit menular f. Pengobatan penanganan kecelakaan g. Penyuluhan masyarakat h. Kesehatan sekolah i. Kesehatan olahraga kesehatan darurat termasuk karena

o. Kesehatan mata p. Laboratorium sederhana q. Pencatatan dan pelaporan

dalam rangka SIK r. Pembinaan traditional s. Kesehatan remaja t. Dana sehat pengobatan

11

3. Pelaporan dilakukan setelah periodik (bulan,semester,tahunan) Alur Pengiriman SP2TP: 1. Aturan pengiriman sampai saat ini: 2. Dikirim ke dinas kesehatan tingkat II, diteruskan ke dinas kesehatan tingkat I, kemudian diteruskan ke departemen kesehatan (bagian informasi Ditjen pembinanaan kesehatan masyarakat) 3. Umpan balik dikirim ke kanwil ke departemen kesehatan provinsi 4. Alur pengiriman jangka panjang 5. Mengikuti alur jenjang administrasi organisasi. Departemen kesehatan menerima laporan dari kanwil departemen kesehatan provinsi. Adapun beberapa jenis laporan yang di buat oleh puskesmas antara lain: a. Laporan harian untuk melakukan kejadian luar biasa penyakit tertentu. b. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang di tanggulangi. c. Laporan bulanan untuk melakukan kegiatan rutin program. Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu: LB1: berisi data kesakitan LB2: berisi data kematian LB3: berisi data program gizi, KIA, KB, dll LB4: berisi data obat-obatan Bentuk formulir pelaporan: Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO (laporan pemakaian dan lempar permintaan obat) Formulir LT: untuk data kegiatan Formulir LS: untuk data saran, kegiatan dan kematian LB1: laporan data kesakitan, kasus lama dan kasus baru LB2: laporan data kematian (tidak dipakai) dan laporan obat-obatan (LPLPO) LB3: gizi, KB, Imunisasi, KIA, Pengamatan Penyakit Menular LB4: Kunjungan puskesmas, kesehatan olahraga, kesehatan sekolah, rawat tinggal, dll LT: laporan kegiatan puskesmas (tribulan) LT1: Keadaan sarana puskesmas dasar UKS kesehatan lingkungan program pendidikan dan pelatihan
12

program pemberantasan penyakit dan gizi

LT2 (kepegawaian): Tenaga PNS di puskesmas Tenaga PTT di puskesmas Tenaga PNS di puskesmas pembantu

LP3 (peralatan) : Linen peralatan laboratorium peralatan untuk kesehatan gigi peralatan untuk penyuluhan peralatan untuk tindakan medis dan non medis

LSD1: data kependudukan, fasilitas pendidikan, kesehatan, lingkungan dan peran serta. LSD2: keterangan puskesmas dan puskesmas pembantu. LSD3: peralatan puskesmas dan puskesmas pembantu.3 Program Pokok Puskesmas Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu : 1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan 2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat). 3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita. 4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). 5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
13

pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat, 6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.1 Kegiatan Penunjang Puskesmas Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Posyandu merupakan wadah pusat kegiatan pemberian pelayanan kesehatan dan KB yang terpadu tingkat desa. Adapun yang menjadi sasaran: 1. Bayi, ibu hamil, ibu menyusui, PUS (Pasangan Usia Subur). Tujuannya yaitu: a) Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran b) Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR. c) Mempercepat untuk diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) d) Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka ahli teknologi untuk swa kelola usaha-usaha kesehatan masyarakat. e) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan. f) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan geografis. Puskesmas Pembantu Unit pelayanan kesehatan yangg sederhana & bersifat menunjang & membantu melaksanakan kegiatan puskesmas yangg ruang lingkupnya > kecil. Wilayah kerjanya dapat mencakup 2 3 desa dengan sasaran 2500 jiwa (luar jawa) atau 10.000 jiwa (Jawa , Bali) Puskesmas keliling Puskesmas keliling adalah program pelayanan kesehatan terpadu keluar gedung puskesmas yang menjangkau daerah terpencil, atau tempat tinggal masyarakat yang sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan terdekat. Kegiatan Puskesmas Keliling yaitu: Memberikan pelayanan di daerah terpencil Melakukan penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB) Alat transportasi penderita untuk rujukan ke puskesmas pembantu / induk Penyuluhan kesehatan menggunakan audio visual

14

Kader Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan.1 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak KIA adalah upaya kesehatan yang mencakup pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan balita serta anak usia pra sekolah yang menjadi tanggung jawab Puskesmas dalam rangka meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan bangsa pada umumnya. Adapun yang menjadi sasaran adalah: Ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan balita, Serta anak usia pra sekolah. Tujuannya: 1. Melaksanakan pemeriksaan pada ibu hamil yaitu, timbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberan tablet tambah darah, serta vitamin A. 2. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil mengenai keadaan gizi, perawatan payudara, ASI eksklusif, kebersihan diri dan lingkungan serta P2P. 3. Memberikan motivasi agar ibu hamil ikut playanan KB. 4. Membina posyandu 5. Merujuk pasien ke Rumah Sakit apabila penyakitnya tidak dapat ditanggulangi di Puskesmas. 6. Pencatatan dan pelaporan KPBIA (Kelompok Pembina Belajar Ibu dan Anak) 7. Pemberian imunisasi pada bayi, balita ibu hamil, anak sekolah dan calon pengantin.1 Kegiatan program KIA meliputi: 1. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui 2. Pertolongan persalinan di luar Rumah Sakit 3. Pemeriksaan dan pemeliharaan anak. 4. Imunisasi dasar dan revaksinasi 5. Pengobatan sederhana dan pencegahan dehidrasi pada anak yang menderita diare dengan pemberian cairan per oral. 6. Penyuluhan gizi untuk meningkatkan status gizi ibu dan anak. 7. Bimbingan kesehatan jiwa anak 8. Menjalankan kunjungan rumah 9. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat 10. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
15

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau hewan yang sakit, dari resevoir ataupun benda-benda yang mengandung bibit penyakit lainnya ke manusia sehat. Adapun yang menjadi sasaran yaitu seluruh lapisan masyarakat. Tujuannya yaitu: 1. Mencegah terjangkitnya penyakit 2. Untuk meningkatkan kesehatan yang optimal 3. Menurunkan angka kematian dan kesakitan Kegiatan-kegiatan P2M berupa: 1. Mencari kusus sedini mungkin untuk melakukan pengobatan 2. Memberikan penyuluhan kesehatan daerah wabah di Puskesmas 3. Mengadakan imunisasi antara lain: BCG, DPT, campak, polio, Hepatitis B, dan TT. 4. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengamatan dan pemberantasan penyakit. 5. Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit 6. Melaporkan penyakit menular. 7. Menyelidiki dilapangan untuk melihat ada tidaknya laporan yang masuk, menemukan kasus-kasus untuk mengetahui sumber penularan. 8. Tindakan penularan untuk menahan penjalarannya. 9. Menyembuhkan penderita hingga sehat. 10. Pemberian imunisasi. 11. Pemberantasan vektor nyamuk. 12. Pendidikan kesehatan.1 Tugas Dokter Puskesmas Five Star Doctor, menurut dr. Charles Boelen WHO: 1. Care Provider. Mampu menyediakan perawatan. Selain memberikan perawatan individu five stars doctor harus memperhitungkan total (fisik, mental, sosial) kebutuhan pasien. Mereka harus memastikan bahwa berbagai pengobatan-kuratif, preventif, rehabilitatifakan dibagikan denga cara yang saling melengkapi, terintegritas, dan berkesinambungan. Dan mereka harus memastikan bahwa pengobatan adalah kualitas tertinggi. 2. Decision Maker. Mampu menjadi penentu keputusan. Dalam transparasi five star doctor akan mengambil keputusan yang dapat dibenarkan dalam hal efikasi dan biaya. Dari semua cara yang mungkin untuk mengobati kondisi kesehatan yang diberikan, salah satu yang tampaknya paling sesuai dalam situasi tertentu harus dipilih. Sebagai

16

pengeluaran regards, sumber daya terbatas yang tersedia untuk kesehatan harus dibagi secara adil untuk kepentingan setiap individu dalam masyarakat. 3. Communicator. Mampu menjadi komunikator yang baik. Lifestyle aspek seperti diet seimbang, langkah-langkah keselamatan di tempat kerja, jenis kegiatan rekreasi, menghormati lingkungan dan sebagainya semua memiliki pengaruh yang menentukan kesehatan. Keterlibatan individu dalam melindungi dan memulihkan kesehatannya itu sendiri, sangat penting karena paparan resiko kesehatan sangat ditentukan oleh perilaku seseorang. Para dokter juga harus seorang komunikator yang sangat baik dalam rangka membujuk pasien, keluarga dan masyarakat yang merupakan tanggung jawab dokter untuk mengadopsi gaya hidup sehat dan menjadi mitra dalam upaya kesehatan. 4. Community Leader. Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas atau masyarakat. Kebutuhan dan masalah seluruh masyarakat tidak boleh dilupakan. Dengan memahami faktor-faktor penentu kesehatan yang melekat dalam lingkungan fisik dan sosial dan dengan menghargai luasnya setiap masalah atau resiko kesehatan, five stars doctor tidak akan hanya mengobati individu yang mencari bantuan tetapi juga akan mengambil bunga positif dalam kegiatan kesehatan masyarakat yang akan bermanfaat bagi sejumlah besar orang. 5. Manager. Mampu dan bisa memiliki skill manajerial yang baik untuk menjalankan fungsi-fungsi diatas. Untuk melaksanakan semua fungsi, maka penting untuk five stars doctor untuk memperoleh keterampilan manajerial. Ini akan memungkinkan mereka untuk memulai pertukaran informasi dalam rangka membuat keputusan yang lebih baik, dan untuk bekerja dalam tim multidisiplin yang erat hubungannya dengan mitra lain untuk kesehatan dan pembangunan sosial, apakah ditakdirkan untuk individu atau untuk masyarakat.1 Masalah Yang dimaksud dengan masalah adalah terdapatnya kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan. Dalam usaha mencapai visi puskesmas terdapat beberapa masalah yang dihadapi sehingga menyebabkan program yang diselenggrakan tidak mencapai target yang ditetapkan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menetapkan prioritas masalah. Kita bias menggunakan teknik non scoring / scoring. Teknik non scoring meliputi brain storming, Delphi technique, dan delbeq technique. Sedangkan teknik scoring kita lakukan dengan kajian data yang diperoleh dari laporan bulanan puskesmas. Dalam pemilihan prioritas (scoring) kita dapat melakukannya dengan menggunakan teknik kriteria matrik.

17

Misalnya pada kasus ditemukan cakupan ANC, imuniasi dan DBD yang belum memadai. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antaranya akibat manajemen yang tidak efektif atau pelaksanaan program yang tidak efisien. Pemecahan Masalah Prioritas Pemilihan Masalah Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah dipandang amat sangat penting, karena: 1. Terbatasanya sumber daya yang tersedia dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. 2. Adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lain dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan. Cara menetapkan prioritas masalah yang dianjurkan adalah memakai teknik kajian data. Untuk dapat menetapkan prioritas masalah dengan teknik kajian data, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan. Kegiatan yang dimaksud: 1. Melakukan pengumpulan data Agar data yang dikumpulkan tersebut dapat menghasilkan kesimpulan tentang prioritas masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: a. Jenis data Dapat dipergunakan pendapat Blum yang membedakan data kessehatan atas empat macam yakni data tentang perilaku (behavior), lingkungan (environment), pelayanan kesehatan (health service) dan keturunan (heredity). Tetapi apabila waktu, tenaga, sarana, dan dana cukup tersedia, tidak ada salahnya mengumpulkan data yang lebih lengkap, seperti :keadaan geografis. Pemerintahan, kependudukan, pendidikan, pekerjaan dan mata pencarian, keadaan social budaya, kesehatan. b. Sumber data Ada tiga sumber data yang dikenal yakni sumber primer, sumber sekunder dan sumber tersier. Contoh sumber primer adalah hasil pemeriksaan atau wawancara langsung dengan masyarakat. Contoh sumber data sukender adalah laporan bulanan puskesmas dan kantor kecamatan. Sedangkan contoh sumber data tersier adalah hasil publikasi badan-badan resmi, seperti kantor dinas statistic, dinas kesehatan dan kantor kabupaten. c. Jumlah responden Kumpulkan data dengan lengkap dalam arti mencakup seluruh penduduk. Dalam kehidupan sehari-hari pengumpulan data secara total sulit dilakukan. Lazimnya diambil

18

data dari sebagian penduduk saja, yang besarnya karena hanya merupakan suatu survey diskriptif. d. Cara mengumpulkan data Cara mengumpulkan data ada empat yakni wawancara, pemeriksaan, pengamatan, serta peran serta. 2. Memilih prioritas masalah Cara yang dianjurkan adalah memakai kriteria yang dituangkan dalam bentuk matriks. Dikenal dengan nama teknik kriteria matriks. Secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam: a. Pentingnya masalah Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah banyak macam. Beberapa diantaranya yang terpenting adalah: Besarnya masalah (prevalence) Akibat yang ditimbulkan oleh maslah (severity) Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet need) Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)

b. Kelayakan tekhnologi Makin layak tekhnologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut. c. Sumber daya yang tersedia Makin tersedia sumber daya yang dipakai untuk mengatasi maslah makin diprioritaskan masalah. Sumber daya yang dimaksud adalah tenaga,dana,dan sarana. Menetapkan Prioritas Jalan Keluar 1. Menentukan berbagai penyebab masalah Lakukan curah pendapat (brain storming) dengan membahas data yang telah dikumpulkan. Gunakan alat bantu diagram hubungan sebab-akibat (cause-effect diagram) atau diagram tulang ikan (fish bone diagram). 2. Memeriksa kebenaran penyebab masalah Lakukan pengumpulan data tambahan. Coba lakukan uji statistic untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang sebenarnya. 3. Mengubah penyebab masalah menjadi kegiatan.
19

Berdasarkan kasus diatas maka prioritas masalah adalah program seperti imunisasi dasar, ANCm dan DHF belum mencapai hasil yang diharapkan. Penyebabnya adalah : jumlah penduduk (populasi) yang terlalu banyak Transportasi kurang memadai Tingkat pendidikan rendah Jalan keluar/solusi : 1. Perlu adanya Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. 2. Perlu ditingkatkan upaya upaya promosi kesehatan, penyuluhan, mengingat tingkat pendidkan masyarakat yang rendah.4 Pelayanan Antenatal (ANC) Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu sehingga ibu dalam status kesehatan yang optimal, karena dengan keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Tujuan pelayanan antenatal adalah sebaaai berikut : 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu 3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit / komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, temasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan 4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan trauma seminimal mungkin 5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar dapat tumbuh kembang secara normal
20

7. Mengurangi bayi lahir premature, kelahiran mati dan kematian neonatal Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal: 1. Timbang badan dan ukur badan 2. Ukur tekanan darah 3. Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid. Tujuannya untuk melindungi ibu dan bayi yang dilahirkan dari tetanus neonatorum, imunisasi ini diberikan sebanyak 5 kali. TT1 diberikan pada kunjungan antenatal pertama, TT2 diberikan empat minggu setelah TT1, TT3 diberikan enam bulan setelah TT2, TT4 diberikan satu tahun setelah TT3, dan TT5 diberikan satu tahun setelah TT4 4. Ukur tinggi fundus uteri 5. Pemberian tablet besi (90 tbalet) selama kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg( zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minmal masing masing 90 tablet. 6. Temu wicara / pemberian komunikasi interpersonal dan konseling 7. Tes laboratorium sederhana (Hb, protein urin) berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria , TBC, PMS).4 Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan kepada tubuh terhadap penyakit tertentu. Adapun yang menjadi sasaran adalah bayi, balita, Ibu hamil, anak sekolah, dan Pasangan Usia Subur (PUS). Tujuan: 1. Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian 2. Mencegah terjadinya cacat pada bayi, anak, ibu hamil, dan pencegahan penyakit. Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan dan kematian. Etiologinya adalah Virus Dengue Tipe I, II, III, IV. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue: Penyebab penyakit (agent) Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang masuk dalam darah manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Virus yang terserap oleh nyamuk bersama-sama dengan darah penderita DBD mengalami multiplikasi dan tersebar ke seluruh tubuh nyamuk, termasuk di kelenjar liurnya.

21

Pejamu (host) Pejamu penyakit DBD adalah manusia, yang penderitanya merupakan sumber penularan. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang sakit. Kemudian virus yang ada di kelenjar liur nyamuk berkembang biak dalam waktu 810 hari, sebelum dapat ditularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya.

Lingkungan (environment) Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan vektor, sehingga berpengaruh pula terhadap penularan penyakit DBD, antara lain sebagai berikut. a) Lingkungan fisik, terdiri dari genangan air, khususnya genangan air yang tidak kontak langsung dengan tanah, tempat penampungan air, air di pelepah atau batang pisang, air di kaleng bekas atauban bekas dan tanaman hias. b) Lingkungan biologi, terdiri dari tanaman yang dapat menampung air pada pelepah, daun maupun batangnya. c) Lingkungan sosial-ekonomi, berupa perilaku masyarakat yang kurang

memperhatikan kebersihan lingkungannya, terutama menguras bak atau tempat penampungan air dan sampah-sampah yang dapat menampung air.4 Analisis Penyebab Masalah Semua jenis hambatan atau penyebab timbulnya masalah dalam sesuatu program dapat dirumuskan pada saat melakukan analisis situasi (sistem) yang lebih difokuskan pada sumber daya dan proses (input dan proses). 1. Input: Man: jumlah staf kurang, ketrampilan, pengetahuan, dan motivasi kerjaya yang rendah. Tingkat partisipasi masyarakat juga rendah. Money: jumlah dana untuk pengembangan program sangat terbatas dan turunnya dana terlambat serta sering dipotong di Dinkes tingkat II. Material: jumlah peralatan medis yang kurang memadai dan jenis obat yang tersedia tidak sesuai dengan masalah kesehatan yang potensial berkembang di wilayah kerja Puskesmas. Harga peralatan yang mahal. Method: perlaksanaan program yang kurang efektif dan efisien. Waktu yang dimiliki oleh staf tidak cukup untuk menyusun rencana atau untuk mengadakan supervisi. Informasi juga dapat menjadi hambatan program karena datanya yang tersedia kurang dapat dipercaya, kurang akurat, pemanfaatan data jarang dilakukan untuk

22

perencanaan kegiatan program sehingga staf terperangkap pada rutinisme, dan laporannya belum dibuat.10 2. Proses: masalah ini dapat dikaitkan dengan fungsi manajemen (POAC) Planning: kurang jelasnya tujuan atau rumusan masalah program sehingga rencana kerja operasional tidak relevans dengan upaya pemecahan masalah Organizing: pembagian tugas untuk staf tidak jelas bahkan sering tidak ada. Staf yang ada jumlahnya belom memadai. Actuating: koordinasi dan motivasi staf kurang atau kepimpinan kepala Puskesmas tidak disenangi staf. Pengumpulan data yang kurang baik, masih lemahanya sistem pencatatan dan koordinasi antar program. Controlling: pengawasan (supervise) lemah dan jarang dilakukan serta pencatatan data untuk monitoring program kurang akurat dan jarang dimanfaatkan.10 3. Lingkungan Misalnya hambatan geografis (jalan rusak) Sarana transportasi yang kurang memadai Iklim atau musim yang kurang menguntungkan Masalah tingkat pendidikan yang rendah Sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif (tabu, salah persepsi, mitos) 4. Output : cakupan imunisasi dasar , ANC, dan DHF 5. Sasaran : bayi , balita , ibu , ibu hamil, dan masyarakat beresiko tinggi DHF 6. Dampak : Cakupan berbagai program belum mencapai hasil.5 Penyelesaian Kasus Pada kasus kita di dapatkan: 1. Input : MAN 1 dr. gigi, 3 perawat, 1 sanitarian, 3 administrator MONEY-MATERIAL uang, vaksin, transportasi, alat kontrasepsi, alat-alat pemeriksaan hanya transportasi yang diketahui ( motor, perahu dan jalan kaki) METHOD kemampuan / keahlian tenaga medis, cara yang digunakan (tidak diketahui) 2. Proses : a) PLANNING Program yang dapat dilakukan untuk menangani berbagai cakupan program yang terdapat pada kasus yang dihadapi ( imunisasi dasar, KB, ANC, dan DHF) adalah: a) Menetapkan tujuan operasional program kesehatan bersifat SMART
23

b) Menyusun program / kegiatan yang dapat mendukung suatu program utama c) Menggalakan program imunisasi dasar lengkap untuk bayi dan balita secara jelas dan terstruktur d) Melakukan promosi kesehatan 3M untuk menanggulangi vector penyebab DHF (dengue) e) Melakukan penyemprotan (fogging) berkala, jika didapatkan lingkungan puskesmas merupakan lingkungan rawan DHF f) Melakukan penyuluhan tentang DHF sehingga masyarakat dapat mengetahui penyakitnya secara benar dan tepat, sehingga bisa dilakukan penanganan yang cepat jika terjadi kasus DHF g) Melakukan promosi kesehatan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan rutin bagi ibu hamil (K4) yakni minimal 4 kali selama kehamilan ( 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester akhir) h) Melakukan penyuluhan tentang KB b) ORGANIZING a) Melakukan pembagian tugas dengan jelas dan tidak tumpang tindih b) Menetapkan struktur organisasi yang jelas dan sesuai dengan jumlah staff yang ada c) Mencari staff, tenaga medis, administrasi jika didapati masalah yang terjadi akibat kekurangan sumber daya manusia (man) c) ACTUATING 1) Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf 2) Menciptakan kerjasama yang lebih efisien 3) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf 4) Melakukan kerjasama yang baik lintas program yang terpadu, sehingga cakupan program dapat saling mendukung dan mencapai hasil yang diinginkan bersama. d) CONTROLLING 1) Melakukan evaluasi program secara berkala 2) Jika ditemukan adanya penyimpangan dalam program yang terjadi, secepatnya di benahi oleh pimpinan / staf yang bertanggung jawab untuk mengawasi program tersebut 3) Pimpinan harus lebih aktif dan mempunyai pikiran yang kritis, sehingga mampu melakukan analisa yang baik jika terjadi suatu penyimpangan
24

3. Lingkungan 1) Melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan dan datang puskesmas jika sakit 2) Melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang menghambat tercapainya suatu program, atau menghambat kinerja dari puskesmas 3) Mengusahakan sarana transportasi yang baik. Kesimpulan Dalam usaha merealisasi setiap upaya kesehatan tersebut harus mendapat kerjasama semua pihak termasuk individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk mengatasi masalah di dalam puskesmas kita perlu memilih prioritas masalah terlebih dahulu, kemudiaan menganalisanya, menentukan kesenjangan yang terjadi ( input, proses, keluaran, lingkungan, dan sebagainya) kemudiaan mencari solusi yang tepat sehingga masalah dapat terselesaikan. Daftar Pustaka 1. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Dalam: Chandra B. Manajemen dan pelaksanaan kesehatan di Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006.h.23040. 2. Kumalla P, Pendit BU. Pelayanan kesehatan puskesmas. Dalam: Kumalla P, Pendit BU. Manajemen pelayanan kesehatan primer. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC;2003.h.25-55. 3. Muninjaya GA. Manajemen Puskesmas. Dalam: Muninjaya GA. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2003.h.43-56. 4. Azwar A. Perencanaan program kesehatan.. Dalam: Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara;2003.hal 200-6. 5. Adisasmito. Manajemen kerja puskesmas. Dalam: Adisasmito. Pelayanan kesehatan puskesmas. Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.1-80.

25

Anda mungkin juga menyukai