Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Koja
1.1.1.1 Keadaan Geografis dan Demografi Kecamatan Koja
Kecamatan Koja, Jakarta Utara, memiliki luas 1.224,62 Ha, yang
terbagi dalam 6 Kelurahan, 82 RW, 905 RT dengan total jumlah
penduduk 331.755 jiwa, dan dengan kepadatan penduduk 27.090
2
jiwa/km . Batasan wilayah Kecamatan Koja adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Laut Jawa /Kecamatan Cilincing dan Kabupaten


Administrasi Pulau Seribu.
b. Sebelah Selatan : Kali Betik /Kecamatan Kelapa Gading.
c. Sebelah Barat : Jalan Sulawesi /Jalan Yos Sudarso /Kecamatan
Tanjung Priok.
d. Sebelah Timur : Jalan Kramat Jaya /Kali Cakung Lama, Kecamatan
Cilincing.

Sumber: Wilayah Daerah Kecamatan Koja Jakarta Utara, 2015


Gambar 1.1 Wilayah Kecamatan Koja

Rincian luas wilayah, RT, RW, dan kepadatan penduduk perkelurahan


di Kecamatan Koja tampak pada tabel berikut ini :
1
Tabel 1.1 Luas Wilayah, RT, RW dan Jumlah Penduduk di
Wilayah Kecamatan Koja Tahun 2015
Luas Wilayah Jumlah Penduduk
No. Kelurahan RW RT
(Ha) (Jiwa)
1 Koja 327,50 13 146 41.944
2 Lagoa 157,99 18 222 72.112
3 Tugu Utara 236,65 19 214 79.226
4 Tugu Selatan 268,00 7 95 42.766
5 Rawa Badak Utara 133,38 14 119 45.477
6 Rawa Badak Selatan 101,10 11 109 50.230
JUMLAH 1.224,62 82 905 331.755
Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Koja, 2015

1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas


1.1.2.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam
bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan,
yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu
yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan
pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut
untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan
dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah.
Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki
puskesmas juga meliputi: kewenangan merencanakan kegiatan sesuai
masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan
yang termasuk public goods atau private goods serta kewenangan
menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas. Jumlah
kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada tiap puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki,
namun puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang
menjadi kesepakatan nasional.
2
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif.Tidak terbatas pada aspek
kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat
dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi
dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar
dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya perubahan paradigma
pembangunan kesehatan menjadi Paradigma Sehat. Dengan paradigma
baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep yang sangat mendasar
dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya
kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan
kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif.
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated).
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari
pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari
masyarakat.
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula
fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif
menjadi investasi.
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh
pemerintah, akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat
sebagai mitra pemerintah (partnership).
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat
(centralization), menjadi otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up
seiring dengan era desentralisasi.

1.1.2.2 Wilayah Kerja


Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik, dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam

3
penentuan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat
Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja
puskesmas ditetapkan oleh Walikota /Bupati, dengan saran teknis dari
kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000 penduduk. Untuk
jangkauan yang lebih luas, dibantu oleh Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas Keliling. Puskesmas kecamatan di ibukota dengan jumlah
penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina
yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga
mempunyai fungsi koordinasi.

1.1.2.3 Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :
1. Promotif (peningkatan kesehatan).
2. Preventif (upaya pencegahan).
3. Kuratif (pengobatan).
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan).

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak


membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan
sampai meninggal.
Pelayanan kesehatan pada puskesmas juga bersifat terpadu, yaitu
adanya berbagai jenis kegiatan pokok puskesmas yang dilaksanakan
bersama berdasarkan atas team work (kerja tim) dan team approach
(pendekatan tim) di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

1.1.2.4 Fungsi Puskesmas


Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas
memerlukan evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan
berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan
fungsi puskesmas:

4
1.1.2.4.1 Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
dapat dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan
memperhatikan kesehatan bagi institusi dan warganya.
Keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks Potensi
Tatanan Sehat (IPTS). Ada tiga tatanan yang bisa diukur yaitu:
a. Tatanan sekolah.
b. Tatanan tempat kerja.
c. Tatanan tempat-tempat umum.

1.1.2.4.2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat


Segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat dan fasilitas yang ada, baik instansi lintas sektoral
maupun LSM dan tokoh mayarakat. Fungsi ini dapat diukur
dengan beberapa indikator :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM).
b. Tumbuh dan berkembangnya LSM di bidang kesehatan.
c. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan
atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BPP (Badan Penyantun Puskesmas).

1.1.2.4.3 Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam
IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan
dan kualitas program puskesmas. IPMS minimal mencakup seluruh
indikator cakupan upaya kesehatan wajib dan kualitas atau mutu
pelayanan kesehatan.

5
1.1.2.5 Peran Puskesmas
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai
peran yang vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki
kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan
kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana
kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang
akurat.

1.1.2.6 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang
ada di seluruh wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
1. Promosi kesehatan masyarakat.
2. Kesehatan lingkungan.
3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak).
4. KB (Keluarga Berencana).
5. Perbaikan gizi masyarakat.
6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular).
7. Pengobatan dasar.

6
Tabel 1.2 Program Kesehatan Wajib yang Dilakukan di Puskesmas
No. Upaya Kesehatan Kegiatan Indikator
Wajib
1. Promosi Kesehatan Penyuluhan di dalam dan luar Tatanan sehat
Masyarakat Gedung, PHBS Perbaikan perilaku sehat

2. Kesehatan Penyehatan pemukiman Cakupan air bersih


Lingkungan Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat

3. Kesejahteraan Ibu dan ANC Cakupan K1, K4


Anak Pertolongan persalinan Cakupan linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan imunisasi

4. Keluarga Berencana Pelayanan KB Cakupan MKET

5. Pemberantasan Diare Cakupan kasus diare


Penyakit Menular ISPA Cakupan kasus ISPA
Malaria Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
Tuberkulosis Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
6. Gizi Distribusi vit A / Fe / cap yodium Cakupan vit A / Fe / cap
yodium
PSG % gizi kurang / buruk
7. Pengobatan dasar Medik dasar Cakupan pelayanan
8. Pelayanan penunjang USG Jumlah kasus yang
ditangani
Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan
Sumber: Buku Manajemen Kesehatan, 2005

7
1.1.2.7 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yaitu:
1. Upaya Kesehatan Sekolah.
2. Upaya Kesehatan Olahraga.
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
4. Upaya Kesehatan Kerja.
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
6. Upaya Kesehatan Jiwa.
7. Upaya Kesehatan Mata.
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya


inovasi yaitu upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang
sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi
ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten /kota dengan mempertimbangkan
masukan dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan
dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara
optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah
tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini
dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu
upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai
penugasan oleh dinas kabupaten/kota.

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan


pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib
menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kesehatan kabupaten /kota perlu
dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.

8
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan
di Puskesmas Kecamatan Koja periode Januari-Juli 2015 adalah sebagai
berikut:
1. Upaya Kesehatan Dasar
a. Upaya Promosi Kesehatan.
b. Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak.
c. Upaya Keluarga Berencana.
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
e. Upaya Kesehatan Lingkungan.
f. Upaya Pengendalian Penyakit Menular.
g. Upaya Pengobatan.

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


a. Upaya Kesehatan Sekolah.
b. Upaya Kesehatan Olah Raga.
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
d. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
f. Upaya Kesehatan Jiwa.
g. Upaya Kesehatan Mata.

1.1.2.8 Azas Puskesmas


Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan
harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas.
Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari
setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan. Azas penyelenggaran puskesmas yang dimaksud adalah:

9
1.1.2.8.1 Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya. Untuk ini, Puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat
kecamatan sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)
secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

1.1.2.8.2 Azas Pemberdayaan Masyarakat


Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga, dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap
program puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat
perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun
Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan
oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat,
antara lain:
1. KIA: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB).
2. Pengobatan: Posyandu, Pos Obat Desa (POD).
3. Perbaikan Gizi: Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi).
4. Kesehatan Lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL).

5. UKS: Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos


Kesehatan Pesantren (Poskestren).
6. Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, Panti Wreda.
7. Kesehatan Kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
10
8. Kesehatan Jiwa: Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM).
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional: Tanaman Obat
Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional
(Battra).

1.1.2.8.3 Azas Keterpaduan


Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta
diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap
program puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Keterpaduan Lintas Program


Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya
kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas.
Contoh keterpaduan lintas program antara lain:
1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan
KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan &
pengobatan.
2. UKS: keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.
3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, Gizi, promosi kesehatan, & kesehatan gigi.
4. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M,
kesehatan jiwa, dan promosi kesehatan.

b. Keterpaduan Lintas Sektor


Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas
dengan program dari sektor terkait tingkat kecamatan,
termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.
Contoh keterpaduan lintas sektoral antara lain :
1. UKS: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan & agama.
11
2. Promosi Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan,
agama dan pertanian.
3. KIA: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK dan PLKB.
4. Perbaikan Gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian,
koperasi, dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan.
5. Kesehatan Kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan
dengan camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan
dunia usaha.

1.1.2.8.4 Azas Rujukan


Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal,
puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan
berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap program puskesmas harus ditopang
oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
atas penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan
secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu
strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar
strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani
suatu penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut dapat
merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang
12
lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal).
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas:
1. Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik,
pengobatan tindakan medis (contoh: operasi) dan
lain-lain.
2. Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3. Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain
mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk
melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau
menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di
puskesmas.

b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas
tiga macam:
1. Rujukan sarana dan logistik, antara lain
peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat
laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio
visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai
dan bahan pakaian.
2. Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk
penyidikan kejadian luar biasa, bantuan
penyelesaian masalah hukum kesehatan,
gangguan kesehatan karena bencana alam.
3. Rujukan operasional, yakni menyerahkan
sepenuhnya kewenangan dan tanggung jawab
penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan
atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke
periode dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan operasional diselenggarakan apabila
puskesmas tidak mampu.

13
Sumber: Buku Manajemen Kesehatan, 2005
Gambar 1.2 Sistem Rujukan Puskesmas

1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Koja

Puskesmas Kecamatan Koja yang berlokasi di Jalan Mahoni No. 9


Kelurahan Tugu Utara adalah Puskesmas tingkat Kecamatan di wilayah
Kecamatan Koja yang membawahi 7 Puskesmas Kelurahan yang berada di
wilayah Kecamatan Koja dan memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat di wilayah Kecamatan Koja.

Nama dan alamat Puskesmas di wilayah Kecamatan Koja terdapat pada


tabel berikut ini :

Tabel 1.3 Nama dan alamat Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja


No. Nama Puskesmas Alamat No. Telp

1. Puskesmas Kelurahan Koja Jl. Deli Gg 28 No. 2 021-43908462

2. Puskesmas Kelurahan Tugu Utara III Jl. Kramat Jaya Gg 8 RT 021-4403913


001/018

3. Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan Jl. Bendungan Melayu Selatan 021-43908519


RT 001/05

4. Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Jl. Rawa Badak Barat No. 37 021-43933827
Utara I

5. Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Jl. Rawabinangun I 021-43908520


Utara II

6. Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Plumpang B Jl. K II No. 7 021-43936751


Selatan RT.009/005

7. Puskesmas Kelurahan Lagoa Jl. Menteng No. I 021-4302114

Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Koja, 2015

14
Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Koja pada tahun 2015 memiliki 1
Sub-bagian Tata Usaha dan 2 Koordinator yang berperan dalam pelaksanaan
pelayanan kepada pelanggan internal dan pelanggan eksternal sesuai Pergub No. 4
tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas.

1.1.3.1 Koordinator Penunjang dan Kesmas

Penunjang dan Kesmas yang dilaksanakan di Puskesmas


Kecamatan Koja tahun 2013 meliputi kegiatan :

1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyakit Menular (PM)

2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyakit Tidak Menular


(PTM)

3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyehatan Lingkungan


dan Kesehatan Kerja

4. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Gizi Komunitas &


Peningkatan Peran Serta Masyarakat (PPSM)

5. Promosi Kesehatan (Promkes)

6. Pelayanan Laboratorium

7. Pelayanan Gizi

8. Pelayanan Farmasi

Kegiatan-kegiatan tersebut harus mengacu pada Pola Standar


Pelayanan Minimal sesuai dengan Permenkes No. 1457 tentang
Standar Pelayanan Kesehatan dan SK Gubernur Nomor 12 tahun
2006 tentang Standar Pelayanan Minimal daerah Khusus Ibukota
Jakarta.

15
1.1.3.2 Koordinator Yankes
Pelayanan kesehatan dalam gedung yang dilaksanakan oleh
Puskesmas Kecamatan Koja meliputi :
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
a. Poli Umum
b. Poli Gigi
c. Poli MTBS
d. Layanan 24 Jam
2. Pelayanan Kesehatan Penunjang Medik
a. Laboratorium
b. USG (Ultra Sono Grafi)
c. ECG (Electro Cardio Gram)
d. Ambulance
e. Klinik Gizi
f. Apotek /Depo Obat
3. Pelayanan Kesehatan Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu dan
Anak
a. Klinik KI dan KA
b. Klinik KB
c. Klinik Imunisasi
4. Pelayanan Kesehatan Rumah Bersalin (RB)
5. Pelayanan Kesehatan Lain Lain
a. Pelayanan Kesehatan bagi keluarga miskin (Gakin)
b. Klinik Jiwa dan Napza
c. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)
6. Pelayanan Kesehatan Gadar Bencana
a. Gadar Banjir
b. Gadar Kebakaran dan Bencana Lain
c. Gadar Hari Besar

16
Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Koja, 2015

Diagram 1.1 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2015

1.1.3.3 Visi Puskesmas Kecamatan Koja


Terwujudnya puskesmas kecamatan koja yang memberikan
pelayanan prima, berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju
masyarakat sehat dan mandiri.

1.1.3.4 Misi Puskesmas Kecamatan Koja


1. Memberikan Pelayanan Kesehatan Prima dan Merata.
2. Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kesehatan Medis dan Non
Medis Puskesmas.
3. Menggalang Kemitraan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas.
4. Mengembangkan Upaya Kemandirian Masyarakat Dalam Bidang
Kesehatan.

17
1.1.3.5 Sumber Daya Manusia

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan


Koja, tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas pelayanan tersebut
merupakan faktor utama yang memegang peranan, karena itu tenaga
kesehatan di Puskesmas Kecamatan Koja dituntut memiliki kemampuan
dan keahlian yang Profesional. Berikut adalah komposisi tenaga
kesehatan tahun 2013 yang ada di Puskesmas Kecamatan Koja dan di
Puskesmas Kelurahan, yaitu :

18
Tabel 1.4 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Se-Kecamatan Koja Tahun
2015
Jenis Tenaga Jumlah
No.
Kesehatan PNS NON PNS
1. Pasca Sarjana 3 Orang -
2. Sarjana Kesehatan
Dokter Umum 11 Orang 3 Orang
Dokter Gigi 4 Orang 5 Orang
SKM 3 Orang -
Apoteker 1 Orang -
Keperawatan 2 Orang -
3. Sarjana Umum
Ekonomi/Hukum/Adm 1 Orang 2 Orang
4. Paramedis
Bidan D3 12 Orang 13 Orang
Bidan D1 2 Orang -
Perawat D3 14 Orang 5 Orang
Perawat (SPK) 3 Orang -
Perawat Gigi 3 Orang -
Analis 2 Orang 1 Orang
Radiografer - -
Farmasi (S1) - 2 Orang
Farmasi (D3) 1 Orang 5 Orang
Sanitarian (D3) - -
Sanitarian (D1) 1 Orang -
Sarjana Gizi (S1) - 1 Orang
Gizi (D3) 1 Orang -
Gizi (SPAG) 1 Orang -
SMF 1 Orang 2 Orang
Fisioterapis (D 3) - 1 Orang
5. Akademi Komputer (D3) - 2 Orang
6. Akademi Rekam Medik 1 Orang 4 Orang
(D3)
7. Informatika (D3) - 2 Orang
8. SLTA 4 Orang 9 Orang
9. Lain-lain (Juru Masak - 4 Orang
RB, Juru Cuci RB, Sopir
Total 71 Orang 61 Orang
Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Koja, 2015

19
1.2 Program Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML)
Lingkup program Pengendalian Penyakit Menular Langsung berdasarkan
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan
PL) tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1. Tuberkulosis
2. HIV/AIDS dan IIMS
3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut
4. Pengendalian Penyakit Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan
5. Pengendalian Penyakit Kusta dan Frambusia

1.2.1 Program Pengendalian Penyakit TB Paru


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang menular, disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dengan sumber penularan dahak yang
mengandung kuman TB. Mulai tahun 1995 program pemberantasan dan
penanggulangan penyakit TB mengadopsi pada strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse). Dengan semakin berkembangnya tantangan
yang dihadapi program di banyak negara. Pada tahun 2005 strategi DOTS di
atas oleh Global stop TB partnership strategi DOTS tersebut diperluas menjadi
Strategi Stop TB. Pada sidang WHO ke-67 tahun 2014 ditetapkan resolusi
mengenai strategi pengendalian TB global pasca 2015 yang bertujuan untuk
menghentikan epidemi global TB pada tahun 2035 yang ditandai dengan:
1. Penurunan angka kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun 2015.

2. Penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000


penduduk).

Program penanggulangan penyakit ini merupakan salah satu prioritas karena


masih tingginya angka prevalensi penyakit ini, yaitu 107 per 100.000 penduduk
dengan tingkat penularan yang tinggi yaitu 1 penderita TB dahak positif dalam
setahun dapat menyebarkan penyakit kepada 10 s/d 15 orang yang kemudian
dahaknya mengandung kuman TB juga, begitu seterusnya. Kemajuan di bidang
farmakologi memungkinkan beberapa macam obat (untuk pengobatan TB)
dikombinasi dalam satu tablet dengan tidak mengganggu bio-availability dari
obat obat tersebut artinya OAT kombipak telah disederhanakan menjadi OAT
20
FDC yang akan membantu dalam pelaksanaan DOTS. Pengobatan dengan
FDC ini sudah dimulai tahun 2006.
Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur
kemajuan program (marker of progress). Dalam menilai kemajuan atau
keberhasilan program pengendalian TB digunakan beberapa indikator.
Indikator utama program pengendalian TB secara Nasional ada 2, yaitu:
1. Angka Notifikasi Kasus TB (Case Notification Rate = CNR) dan
2. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Treatment Success Rate = TSR)
Adalah angka yang menunjukan presentase pasien baru TB paru
terkonfirmasi bakteriologis yang menyelesaikan pengobatan (baik yang
sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru
terkonfirmasi bakteriologis yang tercatat. Dengan demikian angka ini
angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.

Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator


Nasional tersebut di atas, yaitu:
a. Indikator Penemuan TB
1. Proporsi pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis diantara
terduga TB, adalah persentase pasien baru TB paru terkonfirmasi
bakteriologis yang ditemukan diantara seluruh terduga yang diperiksa
dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan
sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria terduga.
Angka ini sekitar 5-15 %.

Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi


bakteriologis yang ditemukan
x 100%
Jumlah seluruh terduga TB paru yang diperiksa

2. Angka penemuan kasus TB (Case Detection Rate = CDR), adalah


persentase jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang ditemukan
dibanding jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang diperkirakan
ada dalam wilayah tersebut. Target minimal 80 %.
Jumlah penemuan BTA ()
100%
Jumlah perkiraan BTA () pada penduduk wilayah tertentu

21
b. Indikator Pengobatan TB
1. Angka konversi (Conversion Rate), adalah persentase pasien baru TB paru
terkonfirmasi bakteriologis yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah
menjalani masa pengobatan tahap awal. Angka minimal
yang harus dicapai adalah 80 %.

Jumlah BTA () menjadi BTA (-) setelah fase intensif


100%
Jumlah BTA ()

2. Angka kesembuhan (Cure Rate), adalah angka kesembuhan adalah angka yang
menunjukkan persentase pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang
sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB Paru
Terkonfirmasi Bakteriologis yang tercatat. Angka minimal yang harus dicatat
adalah 85%.
Jumlah BTA () menjadi BTA (-) setelah pengobatan selesai
100%
Jumlah BTA ()

3. Angka putus berobat, adalah angka pasien putus berobat tidak boleh lebih dari
10%.

22
Tabel 1.5 Data Penderita TB di Puskemas se-Kecamatan Koja
Januari Juni Tahun 2015
TERDUGA PENEMUAN PENEMUAN
PENDERITA PENDERITA BTA PENDERITA
PUSKESMAS
TB PARU POS (+) KONVERSI
(a) (b) (b)
PKL Koja 70 14 11
PKL Tugu Utara III 265 40 32
PKL Tugu Selatan 59 10 8
PKL Rawa Badak Utara I 18 3 1
PKL Rawa Badak Utara II 20 5 3
PKL Rawa Badak Selatan 11 4 2
PKL Lagoa 75 23 16
Jumlah 518 99 72
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

a. Indikator Penemuan TB

1. Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis Diantara


Terduga TB

Tabel 1.6 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis Diantara


Terduga TB di Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015
TERDUGA PENEMUAN ANGKA
PUSKESMAS PENDERITA PENDERITA BTA PROPORSI (%)
No.
KELURAHAN TB PARU POS (+) b/a x 100%
(a) (b) (target 5-15%)
1. PKL Koja 90 14 15,5%
2. PKL Tugu Utara III 245 40 16,3%
3. PKL Tugu Selatan 59 10 16,9%
4. PKL Rawa Badak Utara I 18 3 16,6%
5. PKL Rawa Badak Utara II 20 5 25%
6. PKL Rawa Badak Selatan 11 4 36,3%
7. PKL Lagoa 75 23 30,6%
JUMLAH 518 99 19,1%
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

23
Grafik 1.1 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis Diantara
Terduga TB di Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015
40
36,3
35
30,6
30
25
25

20
15,5 16,3 16,9 16,6
15 15 15 15 15 15 15 15

10

0
PKL Koja PKL TU III PKL TS PKL RBU I PKL RBU II PKL RBS PKL Lagoa

Pencapaian Puskesmas (%) Target (15%)

Tabel 1.7 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis Diantara


Terduga TB di Puskesmas se-Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015
TERDUGA PENEMUAN ANGKA
PENDERITA PENDERITA BTA PROPORSI (%)
TB PARU POS (+) b/a x 100%
(a) (b) (target 5-15%)
518 99 19,1%
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

Grafik 1.2 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis Diantara


Terduga TB di Puskesmas se-Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015
25
19,1
20
15
15

10

0
PKC Koja

Target (15%) Pencapaian Puskesmas (%)


24
2. Angka Penemuan Penderita (CDR/ Case Detection Rate) TB Paru

Tabel 1.8 Angka Penemuan Penderita (CDR/ Case Detection Rate) TB


di Puskesmas Kelurahan se- Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015
PENEMUAN
PERKIRAAN CDR (%)
PENDERITA BTA
No. PUSKESMAS BTA POS (+) b/a x 100%
POS (+)
(a) (target >80 %)
(b)
1. PKL Koja 47 14 29,8%
2. PKL Tugu Utara III 111 40 36%
3. PKL Tugu Selatan 48 10 20,8%
4. PKL Rawa Badak Utara I 26 3 11,5%
5. PKL Rawa Badak Utara II 25 5 20%
6. PKL Rawa Badak Selatan 56 4 7,1%
7. PKL Lagoa 58 23 39,7%
JUMLAH 371 99 26,7%
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

Grafik 1.3 Angka Penemuan Penderita (CDR/ Case Detection Rate) TB


di Puskesmas Kelurahan se- Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015
90

80 80 80 80 80 80 80 80

70

60

50
39,7
40 36
29,8
30
20,8 20
20
11,5
7,1
10

0
PKL Koja PKL TU III PKL TS PKL RBU I PKL RBU II PKL RBS PKL Lagoa

Pencapaian Puskesmas (%) Target (>80%)

25
Tabel 1.9 Angka Penemuan Penderita (CDR/ Case Detection Rate) TB
di Puskesmas se- Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015
PERKIRAAN PENEMUAN CDR (%)
BTA POS ( + ) PENDERITA BTA b/a x 100%
(a) POS (+) (target >80 %)
(b)
371 99 26,7%
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

Keterangan :
Perkiraan BTA Positif (+) = Angka Insidens x Jumlah Penduduk
=

= 743 orang dalam satu tahun

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini hanya 6 bulan, sehingga


jumlah perkiraan BTA Positif menjadi 371 orang.

Grafik 1.4 Angka Penemuan Penderita (CDR/ Case Detection Rate) TB


di Puskesmas se- Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015
90
80
80
70
60
50
40
30 26,7

20
10
0
PKC Koja

Target (>80%) Pencapaian Puskesmas (%)

26
b. Indikator Pengobatan TB
1. Angka Konversi (CVR/ Conversion Rate) Penderita TB Paru

Tabel 1.10 Angka Konversi (CVR/ Conversion Rate) Penderita TB


di Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015

PENEMUAN ANGKA
PENEMUAN
PUSKESMAS PENDERITA KONVERSI (% )
No. BTA POS (+)
KELURAHAN KONVERSI b/a x 100%
(a)
(b) (Target > 80%)

1. PKL Koja 11 11 100%


2. PKL Tugu Utara III 34 32 67,6%
3. PKL Tugu Selatan 8 8 100%
4. PKL Rawa Badak Utara I 1 1 100%
5. PKL Rawa Badak Utara II 3 3 100%
6. PKL Rawa Badak Selatan 2 2 100%
7. PKL Lagoa 16 16 100%
JUMLAH 74 72 97,3%
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari April 2015

Keterangan : Jumlah angka penemuan BTA positif (+) didapatkan dari data penderita BTA
positif (+) pada bulan Januari April tahun 2015. Jumlah angka penemuan
penderita konversi didapatkan dari bulan Maret Juni tahun 2015.

Grafik 1.5 Angka Konversi (CVR/ Conversion Rate) Penderita TB


di Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015
120

100 100 100 100 100 100


100

80 80 80 80 80 80 80 80
67,6

60

40

20

0
PKL Koja PKL TU III PKL TS PKL RBU I PKL RBU II PKL RBS PKL Lagoa

Pencapaian Puskesmas (%) Target (>80%)


27
Tabel 1.11 Angka Konversi (CVR/ Conversion Rate) Penderita TB
di Puskesmas se-Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015

PENEMUAN
PENEMUAN
PENDERITA ANGKA KONVERSI (% )
BTA POS (+)
KONVERSI b/a x 100% (Target > 80%)
(a)
(b)
74 72 97,3 %
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari April 2015

Keterangan : Jumlah angka penemuan BTA positif (+) didapatkan dari data penderita BTA
positif (+) pada bulan Januari April tahun 2015. Jumlah angka penemuan
penderita konversi didapatkan dari bulan Maret Juni tahun 2015.

Grafik 1.6 Angka Konversi (CVR/ Conversion Rate) Penderita TB


di Puskesmas se-Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015
120

97,3
100
80
80

60

40

20

0
PKC Koja

Target (>80%) Pencapaian Puskesmas (%)

28
2. Angka Kesembuhan (Cure Rate) Penderita TB

Tabel 1.12 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Penderita TB


di Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari - Juni Tahun 2015

PENEMUAN BTA
NEG (-)
PENEMUAN CURE RATE (% )
PUSKESMAS SETELAH
No. BTA POS (+) b/a x 100%
KELURAHAN PENGOBATAN
(a) (Target > 85%)
SELESAI
(b)
1. PKL Koja 3 3 100%
2. PKL Tugu Utara III 9 8 88,9%
3. PKL Tugu Selatan 1 1 100%
4. PKL Rawa Badak Utara I 1 1 100%
5. PKL Rawa Badak Utara II 2 2 100%
6. PKL Rawa Badak Selatan 1 1 100%
7. PKL Lagoa 4 4 100%
JUMLAH 21 20 95,2%
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari April 2015

Keterangan : Jumlah angka penemuan BTA positif (+) didapatkan dari data penderita BTA
positif (+) pada bulan Januari tahun 2015. Jumlah angka penemuan BTA
Negatif (-) setelah pengobatan selesai pada bulan Juni tahun 2015.

Grafik 1.7 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Penderita TB


di Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari - Juni Tahun 2015
105
100 100 100 100 100 100
100

95

88,9
90

85 85 85 85 85 85 85 85

80

75
PKL Koja PKL TU III PKL TS PKL RBU I PKL RBU II PKL RBS PKL Lagoa

Pencapaian Puskesmas (%) Target (>85%)

29
Tabel 1.13 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Penderita TB
di Puskesmas se-Kecamatan Koja Januari - Juni Tahun 2015
PENEMUAN
BTA NEG (-)
PENEMUAN CURE RATE (% )
SETELAH
BTA POS (+) b/a x 100%
PENGOBATAN
(a) (Target > 85%)
SELESAI
(b)
21 20 95,2 %
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari April 2015

Keterangan : Jumlah angka penemuan BTA positif (+) didapatkan dari data penderita BTA
positif (+) pada bulan Januari tahun 2015. Jumlah angka penemuan BTA
Negatif (-) setelah pengobatan selesai pada bulan Juni tahun 2015.

Grafik 1.8 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Penderita TB


di Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari - Juni Tahun 2015
100 95,2

85
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
PKC Koja

Target (>85%) Pencapaian Puskesmas (%)

30
3. Angka Putus Berobat Penderita TB

Tabel 1.14 Angka Putus Berobat Penderita TB


di Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari - Juni Tahun 2015

PENDERITA Angka Putus


PENEMUAN
PUSKESMAS PUTUS Berobat (%)
No. BTA POS (+)
KELURAHAN BEROBAT b/a x 100%
(a)
(b) (Target < 10%)

1. PKL Koja 11 0 0%
2. PKL Tugu Utara III 34 2 5,9%
3. PKL Tugu Selatan 8 0 0%
4. PKL Rawa Badak Utara I 1 0 0%
5. PKL Rawa Badak Utara II 3 0 0%
6. PKL Rawa Badak Selatan 2 0 0%
7. PKL Lagoa 16 0 0%
JUMLAH 74 2 2,7%
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari April 2015

Keterangan : Jumlah angka penemuan BTA positif (+) didapatkan dari data penderita BTA
positif (+) pada bulan Januari April tahun 2015. Jumlah angka penemuan
penderita putus berobat didapatkan dari bulan Maret Juni tahun 2015.

Grafik 1.9 Angka Putus Berobat Penderita TB


di Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari - Juni Tahun 2015

31
Tabel 1.15 Angka Putus Berobat Penderita TB
di Puskesmas se-Kecamatan Koja Januari - Juni Tahun 2015
PENEMUAN PENDERITA Angka Putus
Berobat (%)
BTA POS (+) PUTUS
b/a x 100%
(a) BEROBAT (b) (Target < 10%)
74 2 2,7 %
Sumber: Laporan Bulanan P2ML Puskesmas se-Kecamatan Koja Periode Januari April 2015

Keterangan : Jumlah angka penemuan BTA positif (+) didapatkan dari data penderita BTA
positif (+) pada bulan januari April tahun 2015. Jumlah angka penemuan
penderita putus berobat didapatkan dari bulan maret juni tahun 2015.

Grafik 1.10 Angka Putus Berobat Penderita TB


di Puskesmas se-Kecamatan Koja Januari - Juni Tahun 2015
12
10
10

4
2,7
2

0
PKC Koja

Target (<10%) Pencapaian Puskesmas (%)

1.2.2 Program Pengendalian Penyakit HIV/IMS

Untuk memberantas penyakit HIV/AIDS Puskesmas Kecamatan Koja selalu


memberikan penyuluhan kepada warga yang memiliki resiko tinggi. Kepada
masyarakat umum juga dilakukan pemberian informasi melalui penyuluhan,
poster, ataupun leaflet. Selain itu juga dilakukan skrining pada masyarakat
yang beresiko serta ibu hamil wajib untuk melakukan rapid test HIV/AIDS.
Data penderita HIV/AIDS di wilayah Kecamatan Koja tercatat sebanyak 25
orang. Jumlah penderita HIV positif yang dalam pengobatan dan jumlah pasien

32
yang memenuhi syarat pengobatan ARV sebanyak 11 orang. Indikator
persentase angka kasus HIV yang diobati sebesar 55%.

Tabel 1.16 Jumlah Penemuan Kasus HIV/AIDS pada Wilayah


Kerja Puskesmas Kecamatan Koja dari Januari Juni 2015

Kelompok Usia KTS-VCT KTIP-PITC HIV (+)


<4 6 3 0
5-14 4 0 0
15-19 31 103 2
20-24 59 331 5
25-49 134 941 18
50 5 4 0
Total 239 1382 25
Sumber : Laporan Bulanan VCT dan PITC Kecamatan Koja Tahun 2015

Tabel 1.17 Jumlah Penemuan Kasus HIV/AIDS yang Mendapat Pengobatan


Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koja dari Januari Juni 2015

Jumlah Pasien Memenuhi Pasien dalam


HIV (+) Syarat Terapi Terapi ARV Terapi OAT Drop Out
ARV

25 11 11 2 0

Sumber : Buku Register Pra-ARV Kecamatan Koja Tahun 2015

IR HIV :

Persentase kasus HIV yang diobati :

= 11/11 x 100% = 100%

Data ini menunjukkan angka kasus HIV/AIDS yang diobati di wilayah kerja
Puskesmas se-Kecamatan Koja periode Januari Juni 2015 mencapai target
yaitu 100% dimana target angka kasus HIV/AIDS yang diobati adalah >55%.

33
Grafik 1.11 Angka Kasus HIV/AIDS yang Diobati di Puskesmas se-Kecamatan Koja
Januari Juni 2015

120
100
100

80

55
60

40

20

0
PKC Koja

Target (>55%) Pencapaian Puskesmas (%)

1.2.3 Program Pengendalian Penyakit ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering


terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29
episode per anak/tahun di negara berkembang, hal ini menunjukkan bahwa
terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode
(96,7%) terjadi di negara berkembang. Episode batuk-pilek pada Balita di
Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008).
ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas
(40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).
Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
terutama pada Balita. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan
pembunuh nomor dua pada Balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Faktor risiko
yang berkontribusi terhadap insidens pneumonia tersebut antara lain gizi
kurang, ASI ekslusif rendah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan, cakupan
imunisasi campak rendah dan BBLR.
Program pengendalian penyakit ISPA bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian karena pneumonia. Sedangkan tujuan khusus dari
program ini adalah untuk:

34
1. Pengendalian Pneumonia Balita.

a. Tercapainya cakupan penemuan pneumonia Balita sebagai


berikut (tahun 2010: 60%, tahun 2011: 70%, tahun 2012: 80%,
tahun 2013: 90%, tahun 2014, 2015 dst: 100%)

b. Menurunkan angka kematian pneumonia Balita sebagai


kontribusi penurunan angka kematian Bayi dan Balita, sesuai
dengan tujuan MDGs (44 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup)
dan Indikator Nasional Angka Kematian Bayi (34 menjadi 23 per
1.000 kelahiran hidup).

2. Pengendalian ISPA umur 5 tahun.

Terlaksananya kegiatan Surveilans Sentinel Pneumonia di Rumah Sakit


dan Puskesmas dari 10 provinsi pada tahun 2007 menjadi 33 provinsi
pada akhir tahun 2014.

3. Faktor risiko ISPA.

Terjalinnya kerjasama/ kemitraan dengan unit program atau institusi yang


kompeten dalam pengendalian faktor risiko ISPA khususnya Pneumonia.

Untuk mengevaluasi program pengendalian ISPA dapat dilakukan analisa


terhadap indikator-indikator sebagai berikut:

a. Cakupan penemuan Pneumonia Balita

Target penemuan penderita pneumonia Balita adalah jumlah


penderita pneumonia Balita yang harus ditemukan atau dicapai di suatu
wilayah dalam 1 tahun sesuai dengan kebijakan yang berlaku setiap tahun
secara nasional.

Berikut adalah data penemuan kasus pneumonia balita di wilayah


kerja Puskesmas se-Kecamatan Koja dari bulan Januari Juni 2015.

35
Tabel 1.18 Penemuan Kasus Pneumonia Balita di Puskesmas se-Kecamatan
Koja Januari Juni 2015

Jumlah
Jumlah Jumlah
Kematian
Jumlah Perkiraan Penderita
No. Puskesmas Balita
Balita Pneumonia Pneumonia
Karena
Balita Balita
Pneumonia
1. PKL Koja 7.919 792 109 0
2. PKL Lagoa 4.275 428 183 0
3. PKL Tugu Utara III 7.211 721 102 0
4. PKL Tugu Selatan 4.194 419 105 0
5. PKL Rawa Badak Utara I 5.023 502 127 0
6. PKL Rawa Badak Utara II 5.023 502 104 0
7. PKL Rawa Badak Selatan 4.548 455 98 0
Jumlah 38.193 3.819 828 0
Sumber: Laporan Bulanan Program Pengendalian ISPA Kecamatan Koja, 2015

Tabel 1.19 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita di Puskesmas Kelurahan se-


Kecamatan Koja Januari Juni 2015

Jumlah Cakupan
Perkiraan Jumlah Penemuan
Pneumonia Penderita Pneumonia
Jumlah
No. Puskesmas Balita Pneumonia Balita
Balita
Januari Balita b/a x 100%
Juni 2015 (b) (Target
(a) 100%)
1. PKL Koja 7.919 366 109 29,7%
2. PKL Lagoa 4.275 210 183 87,1%
3. PKL Tugu Utara III 7.211 360 102 28,3%
4. PKL Tugu Selatan 4.194 209 105 50,2%
5. PKL Rawa Badak Utara I 5.023 251 127 50,5%
6. PKL Rawa Badak Utara II 5.023 251 104 41,4%
7. PKL Rawa Badak Selatan 4.548 227 98 43,1%
Jumlah 38.193 3.819 828 43,4%

Sumber: Laporan Bulanan Program Pengendalian ISPA Kecamatan Koja, 2015

36
Grafik 1.12 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita di Puskesmas Kelurahan se-
Kecamatan Koja Januari Juni 2015
120

100 100 100 100 100 100 100 100


87,1

80

60
50,2 50,5
43,1
41,4
40
29,7 28,3

20

0
PKL Koja PKL Lagoa PKL TU III PKL TS PKL RBU I PKL RBU II PKL RBS

Pencapaian Puskesmas (%) Target (100%)

Tabel 1.20 Cakupan Pneumonia Balita di Puskesmas se-Kecamatan Koja


Januari Juni 2015

Jumlah Cakupan
Perkiraan Jumlah Penemuan
Pneumonia Penderita Pneumonia
Jumlah
No. Puskesmas Balita Pneumonia Balita
Balita
Januari Balita b/a x 100%
Juni 2015 (b) (Target
(a) 100%)
1. PKC Koja 38.193 1.908 828 43,4%

Keterangan:

Kebijakan tahun 2014, target penemuan penderita pneumonia Balita = 100%.

Jumlah (minimal) penemuan penderita pneumonia Balita yang harus dicapai dalam
satu tahun di Puskesmas se-Kecamatan Koja adalah :
100% x 3819 perkiraan penderita Pneumonia Balita = 3819 Balita/tahun

= 318 Balita/bulan

37
Sehingga, penemuan penderita pneumonia balita yang harus dicapai dalam 6 bulan
di Puskesmas se-Kecamatan Koja adalah:

318 x 6 = 1908 Balita/ 6 bulan.

Sedangkan, pencapaian penemuan penderita Pneumonia Balita di Puskesmas se-


Kecamatan Koja adalah:

x 100% = 43,4%, data ini menunjukkan Puskesmas se-Kecamatan Koja tidak

mencapai target 100%.

Grafik 1.13 Cakupan Pneumonia Balita di Puskesmas se-Kecamatan Koja


Januari Juni 2015
120
100
100

80

60
43,4
40

20

0
PKC Koja

Target (100%) Pencapaian Puskesmas (%)

38
b. Jumlah Kasus (Angka Kesakitan/ Incidence Rate) Pneumonia Balita
IR Pneumonia Balita = x 100%

Tabel 1.21 Angka Kesakitan (Incidence Rate) di Puskesmas Kelurahan se-


Kecamatan Koja Januari Juni 2015

Angka
Jumlah
Kesakitan (IR)
Jumlah Penderita
Pneumonia
No. Puskesmas Balita Pneumonia
Balita
(a) Balita
b/a x 100%
(b)
(Target <10%)
1. PKL Koja 7.919 109 1,3%
2. PKL Lagoa 4.275 183 4,2%
3. PKL Tugu Utara III 7.211 102 1,4%
4. PKL Tugu Selatan 4.194 105 2,5%
5. PKL Rawa Badak Utara I 5.023 127 2,5%
6. PKL Rawa Badak Utara II 5.023 104 2,0%
7. PKL Rawa Badak Selatan 4.548 98 2,1%
Jumlah 38.193 828 2,1%

Grafik 1.14 Angka Kesakitan (Incidence Rate) di Puskesmas Kelurahan se-


Kecamatan Koja Januari Juni 2015

12

10 10 10 10 10 10 10 10

4,2
4
2,5 2,5
2 2,1
2 1,3 1,4

0
PKL Koja PKL Lagoa PKL TU III PKL TS PKL RBU I PKL RBU II PKL RBS

Pencapaian Puskesmas (%) Target (<10%)

39
Tabel 1.22 Angka Kesakitan (Incidence Rate) di Puskesmas se-Kecamatan Koja
Januari Juni 2015

Angka Kesakitan (IR)


Jumlah Jumlah Penderita Pneumonia Balita
No. Puskesmas Balita Pneumonia Balita
b/a x 100%
(a) (b)
(Target <10%)

1. PKC Koja 38.193 828 2,1%

Data ini menunjukkan angka kesakitan Pneumonia Balita di wilayah kerja Puskesmas se-
Kecamatan Koja periode Januari Juni 2015 mencapai target yaitu 2,1% dimana target
angka kesakitan Pneumonia pada Balita adalah <10%.

Grafik 1.15 Angka Kesakitan (Incidence Rate) di Puskesmas se-Kecamatan Koja


Januari Juni 2015

12
10
10

4
2,1
2

0
PKC Koja

Target (<10%) Pencapaian Puskesmas (%)

40
c. Case Fatality Rate (CFR) dari Kasus Pneumonia Balita
CFR Pneumonia Balita = x 100%

Tabel 1.23 Case Fatality Rate Kasus Pneumonia Balita di Puskemas Kelurahan se-
Kecamatan Koja Januari Juni 2015

Jumlah CFR Kasus


Jumlah Penderita Kematian Pneumonia Balita
No. Puskesmas Pneumonia Balita Balita Karena b/a x 100%
(a) Pneumonia
(b) (Target < 2,3%)
1. PKL Koja 109 0 0%
2. PKL Lagoa 183 0 0%
3. PKL Tugu Utara III 102 0 0%
4. PKL Tugu Selatan 105 0 0%
5. PKL Rawa Badak Utara I 127 0 0%
6. PKL Rawa Badak Utara II 104 0 0%
7. PKL Rawa Badak Selatan 98 0 0%

Jummlah 828 0 0%

Grafik 1.16 Case Fatality Rate Kasus Pneumonia Balita di Puskemas Kelurahan se-
Kecamatan Koja Januari Juni Tahun 2015

41
Tabel 1.24 Case Fatality Rate Kasus Pneumonia Balita di Puskemas se-Kecamatan
Koja Januari Juni Tahun 2015

Jumlah CFR Kasus


Jumlah Penderita Kematian Pneumonia Balita
No. Puskesmas Pneumonia Balita Balita Karena
b/a x 100%
(a) Pneumonia
(b) (Target < 2,3%)

1. PKC Koja 828 0 0%

Grafik 1.17 Case Fatality Rate Kasus Pneumonia Balita di Puskemas se-Kecamatan
Koja Januari Juni Tahun 2015

Data ini menunjukkan bahwa Puskesmas se-Kecamatan Koja telah berkontribusi


dalam penurunan angka kematian Bayi dan Balita sesuai dengan MDGs dan Indikator
Nasional Angka Kematian Bayi.

42
1.2.4 Program Pengendalian Penyakit Diare

Penyakit diare masih merupakan penyakit potensial KLB, bila ada bencana
banjir atau air PAM mati dalam waktu relatif lama. Kunjungan penderita di unit
unit pelayanan kesehatanpun masih tetap tinggi maka perlu pemantauan harian.
Pelaporan mingguan dalam rangka antisipasi terjadinya KLB. Tujuan progam
P2 Diare adalah menurukan angka kematian akibat diare, tatalaksana diare
standar dan meningkatkan penggunaan oralit di tingkat rumah tangga.

Indikator kinerja P2 diare adalah sebagai berikut :

Tabel 1.25 Indikator dan Target Diare Tahun 2010 2015

Sumber : Buku Pedoman Pengendalian Diare Depkes, 2009

Tabel 1.26 Kasus Diare Pada Balita di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Koja
Periode Januari Juni Tahun 2015

Jumlah Angka
Jumlah Jumlah Penderita
Penderita Kematian
No. Puskesmas Balita Diare yang Diberi
Diare Penderita
Diare
Oralit Infus
1. PKL Rawa Badak I 5.023 465 334 0 0
2. PKL Rawa Badak II 5.023 339 216 0 0
3. PKL Tugu Utara III 7.211 472 351 0 0
4. PKL Tugu Selatan 4.194 521 392 0 0
5. PKL Koja 7.919 636 474 0 0
6. PKL Rawa Badak Selatan 4.548 652 500 0 0
7. PKL Lagoa 4.275 453 315 0 0
Jumlah 38.193 3.538 2.562 0 0
Sumber : Laporan Bulanan P2ML Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

43
a. Cakupan pelayanan =

Perkiraan penderita = insidens diare nasional x jumlah penduduk

= 900/1000 x 38.193

= 17.186 penderita

Target penemuan penderita = 10 % x jumlah perkiraan penderita

= 10 % x 17.186

= 1.718 ( bulan januari-juni 2015)

Cakupan pelayanan = 1.718/ 3.538 x 100%

= 106,63 %

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa angka kasus pelayanan


penyakit diare di Puskemas se-Kecamatan Koja pada bulan Januari Juni
tahun 2015 melebihi target pelayanan yaitu 106,63 %.

b. Cakupan Program =

= 3.538/ 17.186 x 100%

= 10,65 %

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa angka kejadian penyakit


diare di Puskesmas se-Kecamatan Koja pada bulan Januari Juni 2015
belum mencapai target yaitu 10,65%.

c. Incidense Rate =

= 3.538/38.193 x 100%

= 9,26%

44
Tabel 1.27 Angka Kesakitan (Incidence Rate/ IR) Diare di Puskesmas Kelurahan se-
Kecamatan Koja Januari Juni 2015

Jumlah Jumlah Balita


Incidence Rate
Balita Penderita
No. Puskesmas b/a x 100%
(a) Diare
(Target <5%)
(b)
1. PKL Rawa Badak I 5.023 465 9,2%
2. PKL Rawa Badak II 5.023 339 6,7%
3. PKL Tugu Utara III 7.211 472 6,5%
4. PKL Tugu Selatan 4.194 521 12,4%
5. PKL Koja 7.919 636 8%
6. PKL Rawa Badak Selatan 4.548 652 14,3%
7. PKL Lagoa 4.275 453 10,5%
Jumlah 38.193 3.538 9,26%
Sumber : Laporan Bulanan P2ML Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

Grafik 1.18 Angka Kesakitan (Incidence Rate/ IR) Diare di Puskesmas Kelurahan
se-Kecamatan Koja Januari Juni 2015

16
14,3
14
12,4
12
10,5
10 9,2
8
8 6,7
6,5

6
5 5 5 5 5 5 5
4

0
PKL RBU I PKL RBU II PKL TU III PKL TS PKL Koja PKL RBS PKL Lagoa

Pencapaian Puskesmas (%) Target (<5%)

45
Tabel 1.28 Angka Kesakitan (Incidence Rate/ IR) Diare di Puskesmas se-Kecamatan
Koja Januari Juni 2015

Jumlah Jumlah Balita


Incidence Rate
Balita Penderita
No. Puskesmas b/a x 100%
(a) Diare
(Target <5%)
(b)
1. PKC Koja 38.193 3.538 9,2%
Sumber : Laporan Bulanan P2ML Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

Grafik 1.19 Angka Kesakitan (Incidence Rate/ IR) Diare di Puskesmas se-
Kecamatan Koja Januari Juni 2015

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
PKC Koja

Target (<5%) Pencapaian Puskesmas (%)

46
d. Case Fatality Rate =

= 0/ 3.538 x 100%

=0%

Tabel 1.29 Case Fatality Rate/ CFR Diare di Puskesmas Kelurahan se-
Kecamatan Koja Januari Juni 2015

Jumlah
Balita Jumlah Kematian Case Fatality
Penderita Balita Penderita Rate
No. Puskesmas
Diare Diare b/a x 100%
(a) (b) (Target <5%)

1. PKL Rawa Badak I 465 0 0%


2. PKL Rawa Badak II 339 0 0%
3. PKL Tugu Utara III 472 0 0%
4. PKL Tugu Selatan 521 0 0%
5. PKL Koja 636 0 0%
6. PKL Rawa Badak Selatan 652 0 0%
7. PKL Lagoa 453 0 0%
Jumlah 3.538 0 0%
Sumber : Laporan Bulanan P2ML Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

Tabel 1.30 Case Fatality Rate/ CFR Diare di Puskesmas se-Kecamatan Koja
Januari Juni 2015

Jumlah
Balita Jumlah Kematian Case Fatality
Penderita Balita Penderita Rate
No. Puskesmas
Diare Diare b/a x 100%
(a) (b) (Target <5%)

1. PKC Koja 3.538 0 0%


Sumber : Laporan Bulanan P2ML Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

47
e. Persentase Pemberian Oralit

= 2.562/ 3.538 x 100%

= 72,4 %

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase pemberian oralit


pada pasien diare di Puskesmas se-Kecamatan Koja pada bulan Januari
Juni 2015 belum mencapai target yaitu sebesar 72,4 %.

Tabel 1.31 Angka Pemberian Oralit Pada Balita Penderita Diare di Puskesmas
Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari Juni 2015

Jumlah
Jumlah Balita
Balita
Penderita Persentase
Penderita
No. Puskesmas Diare yang Diberi b/a x 100%
Diare
Oralit (Target 100%)
(a)
(b)
1. PKL Rawa Badak I 465 334 71,8%
2. PKL Rawa Badak II 339 216 63,7%
3. PKL Tugu Utara III 472 351 74,3%
4. PKL Tugu Selatan 521 392 75,2%
5. PKL Koja 636 474 74,5%
6. PKL Rawa Badak Selatan 652 500 76,6%
7. PKL Lagoa 453 315 69,5%
Jumlah 3.538 2.562 72,4%
Sumber : Laporan Bulanan P2ML Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

48
Grafik 1.20 Angka Pemberian Oralit Pada Balita Penderita Diare di Puskesmas
Kelurahan se-Kecamatan Koja Januari Juni 2015

120

100 100 100 100 100 100 100 100

76,6
80 71,8 74,3 75,2 74,5
69,5
63,7
60

40

20

0
PKL RBU I PKL RBU II PKL TU III PKL TS PKL Koja PKL RBS PKL Lagoa

Pencapaian Puskesmas (%) Target (100%)

Tabel 1.32 Angka Pemberian Oralit Pada Balita Penderita Diare di Puskesmas se-
Kecamatan Koja Januari Juni 2015

Jumlah
Jumlah Balita
Balita
Penderita Persentase
Penderita
No. Puskesmas Diare yang Diberi b/a x 100%
Diare
Oralit (Target 100%)
(a)
(b)
1. PKC Koja 3.538 2.562 72,4%
Sumber : Laporan Bulanan P2ML Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari Juni 2015

49
Grafik 1.21 Angka Pemberian Oralit Pada Balita Penderita Diare di Puskesmas
se-Kecamatan Koja Januari Juni 2015

120

100

80

60

40

20

0
PKC Koja

Target (100%) Pencapaian Puskesmas (%)

f. Persentase Pemberian Infus

= 0/ 3.538 x 100%

=0%

1.2.5 Program Pengendalian Penyakit Kusta

Penyakit kusta merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh


Mycobacterium Leprae, terutama menyerang saraf tepi dan seluruh organ
tubuh, kecuali SSP.

Kegiatan program pemberantasan penyakit kusta meliputi penemuan kasus


dini, diagnosis dan klasifiskasi, pengobatan, pembinaan pengobatan,
pencegahan cacat dan perawatan dini, pencatatan dan pelaporan, penyuluhan
kesehatan, dan penggerakan peran, dan manajemen holistik.

Jumlah penderita kusta di wilayah Kecamatan Koja pada bulan Januari-Juni


tahun 2015 sebanyak 4 orang yang merupakan kasus baru. Seluruh pasien
tersebut menderita kusta tipe MB dan tanpa cacat tingkat 2
50
Suatu kabupaten/kota dinyatakan sebagai daerah beban rendah kusta apabila
memenuhi semua indikator dibawah ini :

1. Angka penemuan kasus baru 5 / 100.000 penduduk atau jumlah total


penemuan kasus baru < 30 kasus pertahun selama 3 tahun berturut turut.
2. Kumulasi kasus baru dengan cacat tingkat 2 dalam 5 tahun terakhir sebanyak
25 kasus.

IR Kusta = xk

= x 100.000

= 1.2 %

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah kasus baru di


puskesmas sekecamatan koja pada bulan januari-juni tahun 2015 sesuai dengan
indikator penemuan kasus baru yaitu 1.2 / 100.000 penduduk.

Angka kasus baru dengan cacat tingkat 2 dalam 5 tahun terakhir

Berdasarkan grafik diatas didapatkan bahwa tidak didapatkan kasus baru


kusta dengan cacat tingkat 2 di puskesmas sekecamatan Koja dalam 5 tahun
terakhir, maka dari itu wilayah sekecamatan Koja termasuk wilayah dengan
beban kusta rendah

51
1.3 Identifikasi Masalah

Program Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (P2ML) merupakan suatu


subsistem Puskesmas, untuk mendukung prasarana tersebut dibutuhkan beberapa fungsi
yaitu:
1. Proporsi pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis diantara terduga TB di
Puskesmas se- Kecamatan Koja sebesar 19,1%.
2. Angka Penemuan Penderita (CDR) TB Puskesmas se-Kecamatan Koja sebesar
26,7%.
3. Angka penemuan penderita Pneumonia Balita di Puskesmas se-Kecamatan Koja
sebesar 43,4%.
4. Angka cakupan pelayanan diare di puskesmas se-kecamatan koja sebesar 106,63%.

5. Angka persentase pemberian oralit pada penderita diare di puskesmas se-


kecamatan koja sebesar 88,75%.

1.4 Rumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah dari program wajib Puskesmas se-Kecamatan


Koja maka dipilih program yang menjadi masalah, dengan cara menghitung dan
membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa
yang telah terjadi (observed), selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk
membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.
Rumusan masalah dari Program P2ML di puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Proporsi pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis diantara terduga TB di


Puskesmas se- Kecamatan Koja sebesar 19,1% dengan target 5-15% dikatakan
melebihi target.
2. Angka Penemuan Penderita (CDR) TB Puskesmas se-Kecamatan Koja sebesar
26,7% dengan target >80%, dikatakan tidak mencapai target.
3. Angka penemuan penderita Pneumonia Balita di Puskesmas se-Kecamatan Koja
sebesar 43,4% dengan target 100%, dikatakan tidak mencapai target.
4. Angka cakupan pelayanan diare di puskesmas se-kecamatan koja sebesar 106,63%
dengan target 100% dikatakan melebihi target
5. Angka persentase pemberian oralit pada penderita diare di puskesmas se-kecamatan
koja sebesar 88,75% dari target 100% dikatakan tidak mencapai target.
52

Anda mungkin juga menyukai