Anda di halaman 1dari 20

Karakteristik Hukum Dagang Islam

Irfan Islami, Lc. MH.


Hubungan Islam dan Ekonomi
AKIDAH
Keyakinan yg menjadi
pegangan hidup setiap
pemeluk agama Islam Kaidah : “hukum
IBADAH asal adalah boleh”
Hub Manusia dgn Allah
AGAMA
SYARIAH
ISLAM HUKUM
Seperangkat norma Ilahi
yang mengatur hub manusia MUAMALAH EKONOMI
dgn Allah dan hub manusia SOSIAL
dgn sesama Hub Manusia dgn sesama POLITIK

AKHLAK
Kaidah : “hukum
Budi pekerti manusia asal adalah haram”
terhadap Allah dan terhadap
sesama
TUJUAN AGAMA ISLAM

Kebahagiaan
dunia Ikhtiar Mu’amalat
Islam
Kebahagiaan
Amal soleh Ibadah
Akhirat
Ekonomi Syariah dalam Kewenangan
PA
 Kewenangan PA meliputi bidang perkara (Ps. 49):
(a) perkawinan, (b) waris, (c) wasiat, (d) hibah, (e) wakaf, (f) zakat, (g)
infaq, (h) sadaqah dan (i) ekonomi syari’ah.
 Yang dimaksud ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha menurut
prinsip syariah meliputi:
a. bank syariah;
b. asuransi syariah;
c. reasuransi syariah;
d. reksa dana syariah;
e. obligasi syariah; dan surat berharga berjangka menengah syariah;
f. sekuritas syariah;
g. pembiayaan syariah;
h. pegadaian syariah;
i. dana pensiun lembaga keuangan syariah;
j. bisnis syariah; dan
k. lembaga keuangan mikro syariah.
PENGERTIAN HDI

 Hukum Dagang Islam (Bisnis Syariah) adalah “kumpulan peraturan


yang berkaitan dengan jual-beli, perdagangan dan perniagaan di
Indonesia, baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan,
peraturan Bank Indonesia (PBI), Fatwa DSN-MUI dan peraturan-
peraturan yang terkait dengan operasional ekonomi syari’ah di
Indonesia serta doktrin fikih.”
URGENSI

 Pentingnya pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat


 Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa saling berinteraksi (al-
maidah (5):2)
 Populasi muslim indonesia yang mayoritas membutuhkan
praktik ekonomi yang sesuai syariah
 Perdagangan merupakan salah satu bentuk aktifitas yang
terpenting dalam bidang muamalat.
TUJUAN
 Tujuan dagang (bisnis) syariah : “untuk mengembangkan harta
dan memperoleh keuntungan dengan jalan yang halal dan
diridhai oleh Allah”
FALSAFAH

 “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku,


karena Allah.”
Asas-asas Hukum Dagang Islam
1. Asas Ilahiah atau Asas Tauhid
2. Asas Kebolehan (Mabda al-Ibahah)
3. Asas keadilan ( Al’Adalah )
4. Asas persamaan atau Kesetaraan
5. Asas Kejujuran dan Kebenaran (Ash Shidiq)
6. Asas Kerelaan (Keridhoan)
7. Asas Kemanfaatan dan Kemaslahatan
8. Asas Keseimbangan Prestasi
9. Asas Kepribadian (personalitas)
1. Asas Ilahiah (Tauhid)
 Setiap tingkah laku dan perbuatan manusia tidak akan luput dari
ketentuan Allah SWT. Seperti yang disebutkan dalam Q.S.al-Hadid
ayat 4 yang artinya “DIa bersama kamu dimana saja kamu berada,
Dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan”.Kegiatan
muamalah termasuk perbuatan perjanjian, tidak pernah akan lepas
dari nilai-nilai ketauhidan. Dengan demikian manusia memiliki
tanggung jawab akan hal itu. Tanggung jawab kepada masyarakat,
Tanggung jawab pada pihak kedua, tanggung jawab terhadap diri
sendiri dan tanggung jawab kepada ALLAH SWT. Akibat dari
penerapan asas ini, manusia tidak akan berbuat sekehendak hatinya
karena segala perbuatannya akan mendapat balasan dari ALLAH
SWT.
2. Asas Kebolehan
 Terdapat kaidah fiqhiyah yang artinya,”Pada dasarnya segala
sesuatu itu dibolehkan sampai terdapat dalil yang melarang”.
 Hadist riwayat al Bazar dan at-Thabrni yang artinya: “Apa-apa
yang dihalalkan ALLAH adalah halal, dan apa-apa yang di haramkan
ALLAH adalah haram, dan apa-apa yang didiamkan adalah dimaafkan.
Maka terimalah dari ALLAH pemaaf-Nya. Sungguh ALLAH itu tidak
melupakan sesuatu.”
 Hal-hal yang dilarang dalam ekonomi syariah :
a) Larangan Riba
b) Larangan Tadlis (Penipuan)
c) Larangan Gharar (Pertaruhan/Spekulasi)
d) Larangan Maisir (Perjudian)
e) Larangan Ikrah (Pemaksaan)
f) Larangan Risywah (Menyuap/Menyogok)
3. Asas Keadilan
 Dalam Q.S Al-Hadid ayat 25 disebutkan bahwa Allah
berfirman yang artinya”Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-
rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka al-kitab dan Neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksakan keadilan”.
 Dalam asas ini para pihak yang melakukan kontrak dituntut
untuk berlaku benar dalam mengungkapkan kehendak dan
keadilan, memenuhi perjanjian yang telah mereka buat, dan
memenuhi semua kewajibannya.
4. Asas Persamaan atau Kesetaraan
 Asas persamaan dan kesetaraan yang dimaksud adalah
persamaan hak dan kewajiban manusia dalam hubungan
muamalah yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhana
hidup.
 Kebebasan berusaha, berdagang, memproduksi barang/jasa
utk mencari rezki Allah yg halal adalah hak setiap manusia
tanpa diskriminasi antara laki2 & perempuan. (QS. An-
Nisa’:32, Al-A’raf:157).
5. Asas Kejujuran dan Kebenaran (Ash-
Shidiq)
 Jika kejujuran ini tidak diterapkan dalam kontrak, maka akan
merusak legalitas kontrak dan menimbulkan perselisihan
diantara para pihak.
 Asas kejujuran dan kebenaran meliputi :
 Iktikad baik;
 Objek yg halal;
 Alasan dan tujuan yang baik.
6. Asas Kerelaan (Keridhoan)
 Asas ini menyatakan bahwa setiap bentuk muamalat antar
pihak harus berdasarkan kerelaan masing-masing.
 Kerelaan disini dalam arti kerelaan melakukan suatu bentuk
mu’amalah atau kerelaan dalam menyerahakan benda yang
dijadikan obyek perikatan dan bentuk muamalah lainya.
 ‘An taradhin merupakan salah satu asas yang berarti saling
merelakan atau suka sama suka, yaitu salah satu prasyaratan
keabsahan transaksi bermuamalah di antara para pihak yang
terlibat.
7. Asas Kemanfaatan dan
Kemaslahatan
 Asas ini mengandung pengertian bahwa semua bentuk
perjanjian yang dilakukan harus mendatangkan kemanfaatan
dan kemaslahatan baik para pihak yang mengikatkan diri
dalam perjanjian maupun bagi masyarakat sekitar meskipun
tidak terdapat ketentuan dalam AL-Quran dan Al-Hadist
8. Keseimbangan Prestasi
 Yang dimaksud dengan asas ini adalah asas yang menghendaki
kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan isi
perjanjian.
 Jika salah satu kreditur atau debitur tidak menghendaki
memenuhi isi perjanjian, keseluruhan atau sebagian, maka
terjadi wanprestasi dan perjanjian dapat dibatalkan.
9. Asas Kepribadian (personalitas)
 Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa
sesorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak
hanya untuk kepentingan perseorangan.
 Hal ini dapat dipahami dari bunyi pasal 1315 dan pasal 1340
KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi: “Pada
umumnya sesorang tidak dapat mengadakan perikatan atau
perjanjian selain untuk dirinya sendiri.”
Selesai!

Anda mungkin juga menyukai