Anda di halaman 1dari 122

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT REFERAT

DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS JULI 2020


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

ANALISIS MASALAH UPAYA KESEHATAN MASAYARAKAT (UKM)


ESENSIAL PUSKESMAS LEPO-LEPO
PADA JANUARI-JUNI 2020

Oleh:
Muh Al Fhikran Lakidende
K1A1 15 083

Pembimbing:
dr. I Putu Sudayasa, M.Kes.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN
KOMUNITAS FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HALU OLEO KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:


Nama (NIM) : Muh Al Fhikran Lakidende (K1A115083)

Judul Laporan : Analisis Masalah Upaya Kesehatan Masyarakat


(UKM) Esensial Puskesmas Lepo-lepo pada
Januari- Juni 2020

Program Studi : Profesi Dokter

Fakultas : Kedokteran

Telah menyelesaikan tugas referat puskesmas yang berjudul “Analisis Masalah Upaya
Kesehatan Masayarakat (UKM) Esensial Puskesmas Lepo-Lepo pada Januari-
Juni 2020” dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

Kendari, Agustus 2020


Mengetahui,
Pembimbing

dr. I Putu Sudayasa, M.Kes.


NIP. 19690730 200212 1 003

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Referat
yang berjudul “Analisis Masalah Upaya Kesehatan Masayarakat (UKM) Esensial
Puskesmas Lepo-Lepo pada Januari-Juni 2020” dengan baik. Penulisan referat ini
untuk melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini banyak hambatan dan
tantangan didapatkan, namun atas bantuan dari berbagai pihak yang memberikan
bimbingan, motivasi, dan disertai kemauan yang kuat sehingga penulis dapat mengatasi
semua itu. Oleh karena itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada dr. I Putu
Sudayasa, M. Kes. sebagai pembimbing atas segala bimbingan dan arahannya sehingga
berbagai masalah dan kendala dalam proses penyusunan referat ini dapat teratasi dan
terselesaikan dengan baik.
Penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan para pembaca pada umunya serta dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya. Atas segala bantuan dan perhatian baik berupa tenaga, pikiran dan materi
pada semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan referat ini penulis mengucapkan
terima kasih.

Kendari, Agustus 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas..................................................................................................4

B. Tahapan Analisis Masalah Puskesmas.....................................................15

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA

A. Data yang Dikumpulkan..........................................................................26

B. Cara Pengambilan Data............................................................................26

BAB IV PROFIL PELAYANAN PUSKESMAS

A. Gambaran Singkat Puskesmas.................................................................27

B. Sosio-Geografis........................................................................................30

C. Situasi Derajat Kesehatan........................................................................43

D. Upaya Pelayanan Kesehatan....................................................................55

E. Cakupan Pelayanan Kesehatan................................................................61

BAB V IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN

A. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial....................................................67

B. Besar Masalah (Kriteria A)......................................................................71


iv
C. Kegawatan Masalah (Kriteria B).............................................................74
D. Kemudahan Penanggulangan Masalah (Kriteria C).................................77

E. PEARL Faktor..........................................................................................80

F. Nilai Prioritas Masalah.............................................................................83

G. Analisis Penyebab Masalah.....................................................................85

H. Prioritas Penyebab Masalah.....................................................................86

I. Pengambilan Keputusan...........................................................................87

J. Alternatif Pemecahan Masalah................................................................89

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan..................................................................................................92

B. Saran.........................................................................................................92

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................93

LAMPIRAN.......................................................................................................94

v
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 1 Contoh Tabel Identifikasi Masalah 17
Tabel 2 Contoh Matriks Pemecahan Masalah dengan Metode
18
USG
Tabel 3 Contoh Matriks Penilaian Prioritas Total 21
Tabel 4 Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 24
Tabel 5 Matriks Faktor Strategi Internal 24
Tabel 6 Contoh Tabel Pemecahan Masalah 25
Tabel 7 Distribusi Penduduk Per Kelurahan tahun 2019 33
Tabel 8 Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin 34
Tabel 9 Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas 35
Tabel 10 Sarana Tempat Ibadah di Wilayah Kerja Puskesmas 36
Tabel 11 Sarana Air Bersih yang dilakukan Inspeksi Sanitasi 38

Tabel 12 Jumlah Sarana Air Minum yang diambil Sampel 39


Tabel 13 Jumlah Keluarga yang Dilakukan PHBS 42
Tabel 14 Jumlah Kematian neonatal, Bayi dan Balita 44
Tabel 15 Jumlah Penderita Malaria 45
Tabel 16 Jumlah Kasus DBD 51
Tabel 17 Jumlah Penyakit Terbanyak di Puskesmas Lepo Lepo 53
Tabel 18 Capaian Program Imunisasi 61
Tabel 19 Capaian Program KIA 62
Tabel 20 Capaian Program Gizi 62
Tabel 21 Capaian Program P2 63
Tabel 22 Capaian Program Promosi Kesehatan 64
Table 23 Capaian Program Kesehatan Lingkungan 64
Tabel 24 Program Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial 66
Tabel 25 Program Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial di
67
Puskesmas Lepo Lepo pada Januari - Juni 2020

vi
No. Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 26 Besar Masalah terhadap Pencapaian Program 71
Tabel 27 Penilaian kegawatan masalah (Nilai 1-5) 74
Tabel 28 Kegawatan masalah 74
Tabel 29 Kemudahan Penanggulangan Masalah 77
Tabel 30 Kriteria PEARL faktor 80
Tabel 31 PEARL factor 80
Tabel 32 Nilai prioritas masalah 83
Tabel 33 Analisis kemungkinan penyebab masalah ISPA 85
Tabel 34 Tabel Paired Comparison 87
Tabel 35 Tabel Kumulatif 88
Tabel 36 Kriteria mutlak untuk pelaksanaan RUK 89
Tabel 37 Plan Of Action (Poa) 90

vii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman


Gambar 1 Pelaksanaan Azas Rujukan 13
Gambar 2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lepo Lepo 32
Gambar 3 Struktur Organisasi 33
Gambar 4 Alur Pelaksanaan 34
Gambar 5 Pelaksanaan pendataan keluarga sehat 112
Gambar 6 Kegiatan Imuunisasi DPT 112
Gambar 7 Kegiatan Imunisasi Polio 113

viii
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat atau dapat disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas
berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia
(Permenkes No.75, 2014).
Suatu upaya yang dapat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan akses
pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah dengan meningkatkan akses terhadap
pelayanan kesehatan dasar. Sebagai institusi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di tingkat primer, puskesmas mengambil peran penting, dalam hal ini
puskesmas bertanggung jawab dalam hal pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya. Kondisi bangunan puskesmas dan sarananya, jaringan puskesmas, dan
tenaga di puskesmas sangat penting diketahui untuk meningkatkan kinerja
puskesmas. Semua digunakan sebagai masukkan dalam hal mengambil keputusan
berkaitan dengan proses manajemen pembangunan puskesmas disetiap jenjang
administrasi kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2016).
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional karena menyentuh hampir disemua aspek kehidupan.
Pembangunan sangat terkait dan dipengarui oleh aspek demografi/kependudukan,
keadaan dan pertumbuhan ekonomi perkembangan lingkungan fisik dan biologis.
Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator yang
digunakan untuk memantau perkembangan derajat kesehatan seperti angka
kesakitan serta kematian ibu dan bayi.
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu tatanan yang mencakup
komponen masukan (input) yang berpa data tentang kesehatan dan yang terkait,
komponen proses dan komponen keluaran (output). Informasi kesehatan dan yang
terkait digunakan sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan

1
2

keputusan dalam manajemen kesehatan dilakukan untuk perumusan kebijakan,


perencanaan strategis, manajemen operasional dan manajemen transaksi.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat mencakup
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, dan pelaporan yang dituangkan
dalam suatu sistem. Penanggung jawab UKM esensial, UKM pengembangan dan
keperawatan kesehatan masyarakat, yang membawahi pelayanan promosi kesehatan,
pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan keluarga yang bersifat UKM,
pelayanan gizi yang bersifat UKM, pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat, dan/atau pelayanan UKM
pengembangan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui analisis masalah, prioritas penyebab, dan alternatif pemecahan
masalah pencapaian upaya kesehatan masyarakat (UKM) esensial Puskesmas
Lepo-Lepo pada Januari-Juni tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pencapaian program pelayanan promosi kesehatan
Januari-Juni tahun 2019 di Puskesmas Lepo Lepo
b. Untuk mengetahui pencapaian program pelayanan kesehatan lingkungan
tahun 2019 di Puskesmas Lepo Lepo
c. Untuk mengetahui pencapaian program pelayanan kesehatan ibu, anak, dan
keluarga berencana tahun 2019 di Puskesmas Lepo Lepo
d. Untuk mengetahui pencapaian program pelayanan gizi tahun 2019 di
Puskesmas Lepo Lepo
e. Untuk mengetahui pencapaian program pelayanan pencegahan dan
pengendalian penyakit tahun 2019 di Puskesmas Lepo Lepo
f. Untuk membuat Rencana Usulan Kegiatan (RUK) bagi program yang tidak
mencapai target
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif di wilayah kerjanya (Permenkes RI Nomor 43, 2019).
2. Tujuan Puskesmas
Menurut Permenkes RI No. 43 tahun 2019 tentang puskesmas,
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, dengan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat
b. Mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
sebagaimana dimaksudkan adalah dalam rangka mewujudkan kecamatan sehat.
Kecamatan sehat sebagaimana dimaksud dilaksanakan untuk mencapai
kabupaten/kota sehat (Permenkes RI Nomor 43, 2019).

3. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas


a. Paradigma Sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam
upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat.

4
5

b. Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian Masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
d. Ketersediaan Akses Pelayanan Kesehatan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan.
e. Teknologi Tepat Guna
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan,
dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
f. Keterpaduan dan Kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan
UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem
Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas (Permenkes RI
Nomor 43, 2019).

4. Tugas Puskesmas
a. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
b. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana dimaksud,
Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya dengan
pendekatan keluarga
c. Pendekatan keluarga sebagaimana dimaksud adalah salah satu cara
Puskesmas mengintegrasikan program untuk meningkatkan jangkauan
sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga (Permenkes RI Nomor 43, 2019).
5. Fungsi Puskesmas
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Permenkes
RI No.43, 2019 tentang Puskesmas, Puskesmas memiliki fungsi :
a. Menyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

Selain menyelenggarakan fungsi di atas, Puskesmas dapat berfungsi


sebagai wahana pendidikan bidang kesehatan, wahana program internsip,
dan/atau sebagai jejaring rumah sakit pendidikan. Ketentuan mengenai
penyelenggaraan Puskesmas sebagai wahana pendidikan bidang kesehatan,
wahana program internsip, dan/atau sebagai jejaring rumah sakit pendidikan
sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permenkes RI Nomor 43, 2019).

6. Wewenang Puskesmas
Berdasarkan Permenkes RI No. 43 tahun 2019 tentang Puskesmas,
dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan fungsi UKM tingkat pertama di
wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah
kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerja sama dengan pimpinan wilayah dan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan
Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
f. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber
daya manusia Puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada keluarga,
kelompok, dan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis,
psikologis, sosial, budaya, dan spiritual
i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan
j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan sistem kewaspadaan
dini, dan respon penanggulangan penyakit
k. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga
l. Melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama dan rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui pengoordinasian
sumber daya kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

Dalam rangka menyelenggarakan fungsi UKP, Puskesmas memiliki


wewenang sebagai berikut (Permenkes RI Nomor 43, 2019):
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang mengintegrasikan faktor
biologis, psikologi, sosial, dan budaya dengan membina hubungan dokter –
pasien yang erat dan setara
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada individu,
berfokus pada keluarga, dan berorientasi pada kelompok dan masyarakat
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan kesehatan,
keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan lingkungan kerja
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi
f. Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan
h. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber
daya manusia Puskesmas
i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan
j. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
di wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Selain memiliki kewenangan sebagaimana dimaksud di atas, Puskesmas
memiliki wewenang dalam melakukan pembinaan terhadap Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya (Permenkes No. 43, 2019).

7. Azas Penyelenggaraan Puskesmas


a. Azaz Pertanggung Jawaban Wilayah
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggung
jawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain
sebagai berikut (Kepmenkes RI Nomor 128, 2004):
1) Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan,
sehingga berwawasan kesehatan
2) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat diwilayah kerjanya
3) Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
4) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh puskesmas
pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa serta berbagai upaya kesehatan
di luar gedung puskesmas lainnya (outreach activities) pada dasarnya
merupakan realisasi dari pelaksanaan azas pertanggung jawaban wilayah
(Kepmenkes RI Nomor.128, 2004).
b. Azaz Pemberdayaan Masyarakat
Azas penyelenggaraan puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan
masyarakat. Dalam arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap
upaya puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun
melalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat antara lain (Kepmenkes RI Nomor128, 2004):
1) Upaya kesehatan ibu dan anak : posyandu, polindes, Bina Keluarga
Balita (BKB)
2) Upaya pengobatan : posyandu, Pos Obat Desa (POD)
3) Upaya perbaikan gizi : posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi)
4) Upaya kesehatan sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren)
5) Upaya kesehatan lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair),Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
6) Upaya kesehatan usia lanjut : posyandu usila, panti wreda
7) Upaya kesehatan kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
8) Upaya kesehatan jiwa : posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM)
9) Upaya pembinaan pengobatan tradisional : Taman Obat Keluarga
(TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
10) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif) : dana sehat,
Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan.

c. Azaz Keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan.
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan
secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam
keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni (Kepmenkes RI Nomor 128,
2004):

1) Keterpaduan Lintas Program


Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung
jawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain :
a) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi,promosi kesehatan, pengobatan
b) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) : keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
c) Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosikesehatan, kesehatan gigi
d) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan
2) Keterpaduan Lintas Sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi)
dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk
organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas
sektor antara lain:
a) Upaya Kesehatan Sekolah : keterpaduan ellit kesehatan dengan
camat,lurah/kepala desa, pendidikan, agama
b) Upaya promosi kesehatan : keterpaduan ellit kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
c) Upaya kesehatan ibu dan anak : keterpaduan ellit kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB
d) Upaya perbaikan gizi : keterpaduan ellit kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia
usaha, PKK, PLKB
e) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan : keterpaduan 11ellit
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi,
dunia usaha, organisasi kemasyarakatan
f) Upaya kesehatan kerja : keterpaduan ellit kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.

d. Azaz Rujukan
Azas penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah rujukan.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh puskesmas terbatas. Untuk membantu puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk
meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas
(wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan
(Kepmenkes RI Nomor 128, 2004). Rujukan adalah pelimpahan wewenang
dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu
strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan
kesehatan yang sama (Kepmenkes RI Nomor 128,
2004).
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni (Kepmenkes RI
Nomor 128, 2004):
1) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu
kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke
sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horizontal maupun
vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan
rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam :
a) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
medik (biasanya operasi) dan lain-lain
b) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap
c) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada tenaga
puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di
puskesmas.
2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,
pencemaran lingkungan, dan bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila
satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan
masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat.
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah
kesehatan masyarakat, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
dibedakan atas tiga macam :
a) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat
audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan
bahan makanan.
b) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyelidikan
kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam.
c) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah
kesehatan masyarakat dan tanggungjawab penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan
Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan operasional
diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu. Secara skematis
pelaksanaan azas rujukan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Pelaksanaan azas rujukan (Kepmenkes RI Nomor 128, 2004)

8. Upaya Kesehatan Puskesmas


Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari
sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP).

a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)


Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75
Tahun 2014, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya
kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat
esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
1) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial antara lain:
a) Pelayanan promosi kesehatan
b) Pelayanan kesehatan lingkungan
c) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d) Pelayanan gizi; dan
e) Pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit
2) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Pengembangan
Merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi
dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia di masing-masing Puskesmas. Upaya pengembangan yang
dilakukan Puskesmas antara lain:
a) Pelayanan kesehatan jiwa
b) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
c) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
d) Pelayanan kesehatan olahraga
e) Pelayanan kesehatan indera
f) Pelayanan kesehatan lansia
g) Pelayanan kesehatan kerja
h) Pelayanan kesehatan lainnya
Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP
adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 75 Tahun 2014).

b. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)


Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:
1) Rawat jalan
2) Pelayanan gawat darurat
3) Pelayanan satu hari (One Day Care)
4) Home Care
5) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

B. Tahapan Analisis Masalah Puskesmas


1. Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan
dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi Puskesmas, agar dapat
merumuskan kebutuhan pelayanan dan pemenuhan harapan masyarakat yang
rasional sesuai dengan keadaan wilayah kerja Puskesmas. Tahap ini dilakukan
dengan cara:

a. Mengumpulkan Data Kinerja Puskesmas


Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan
gambaran status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.Adapun
data kinerja dan status kesehatan masyarakat diperoleh dari Sistem
Informasi Puskesmas (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2016).

b. Analisis Data
Beberapa metode analisis data yang dapat dilaksanakan di Puskesmas
adalah sebagai berikut:
1) Analisis Deskriptif
Menggambarkan/menjelaskan data yang terdapat dalam tabel
sesuai karakteristik data yang ditampilkan, termasuk nilai rata-rata, nilai
minimal dan maksimal, serta nilai kuartil. Misalnya nilai rata-rata
cakupan imunisasi bayi, kisaran nilai maksimal dan minimal cakupan
imunisasi bayi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2016).
2) Analisis Komparatif
Menjelaskan data dengan membandingkan karakteristik data
wilayah yang satu dengan wilayah lainnya atau membandingkan dengan
target/standar tertentu, antar jenis kelamin, antar kelompok umur, antar
sumber data. Secara khusus, dengan tersedianya data kesehatan yang
terpilah menurut jenis kelamin, dapat dikomparasikan derajat kesehatan,
upaya kesehatan, dan sumber daya kesehatan antara laki-laki dan
perempuan. Misalnya perbandingan prevalensi gizi buruk pada balita
laki- laki dan perempuan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2016).
3) Analisis Hubungan Dalam Program dan Antar Program
Analisis hubungan dalam program dan antar program adalah
analisis yang menjelaskan hubungan/keterkaitan variabel dalam dan atau
antar program yang secara logika memiliki hubungan. Analisis
Hubungan Dalam Program misalnya cakupan K1, K4, Persalinan Normal
(PN) dan KN. Analisis Hubungan Antar Program misalnya KIA dengan
Imunisasi (cakupan TT 2-5 dengan cakupan K4 dan temuan TN; cakupan
KN1 dengan cakupan HB0) (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2016).

c. Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, yang dilakukan


melalui Survey Mawas Diri/Community Self Survey (SMD/CSS)
1) Survei Mawas Diri
Survei Mawas Diri adalah kegiatan untuk mengenali keadaan
dan masalah yang dihadapi masyarakat, serta potensi yang dimiliki
masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi yang dimiliki
antara lain ketersediaan sumber daya, serta peluang-peluang yang dapat
dimobilisasi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2016).
2) Survei Mawas Diri
Tahapannya dimulai dari pengumpulan data primer dan data
sekunder, pengolahan dan penyajian data masalah dan potensi yang ada
dan membangun kesepakatan bersama masyarakat dan kepala
desa/kelurahan, untuk bersama-sama mengatasi masalah kesehatan di
masyarakat.
3) Instrumen Survei Mawas Diri (SMD)/Community Self Survey (CSS)
Intrumen SMD/CSS disusun Puskesmas sesuai masalah yang
dihadapi dan masalah yang akan ditanggulangi Puskesmas. Instrumen
yang disusun mencakup format pendataan yang dilakukan wakil
masyarakat yang dapat mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat
dan dapat memberi informasi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2016).

2. Identifikasi Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi
masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan
menurut jenis upaya, target, pencapaian, dan masalah yang ditemukan. Masalah
dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H (What, Who, When, Where, Why and
How/Apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, kapan masalah itu
terjadi, dimana masalah itu terjadi, kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi)
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016).
Tabel 1. Contoh tabel identifikasi masalah
No. Upaya Target Pencapaian Masalah
1 UKM Esensial
a…….
b. …..
2 UKM Pengembangan
3 UKP

3. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah


Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah,
ketidaktersediaan teknologi yang memadai atau adanya keterkaitan satu
masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan
jalan kesepakatan tim.Dalam penetapan urutan prioritas masalah dapat
mempergunakan berbagai macam metode seperti metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth) dan sebagainya.

a. Metode USG
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk
menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan
menentukan skala nilai 1–5 atau 1–10. Isu yang memiliki total skor tertinggi
merupakan isu prioritas (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2016).
Tabel 2. Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode USG
No. Masalah U S G Total
1 Masalah A 5 3 3 11
2 Masalah B 4 4 4 12
3 Masalah C 3 5 5 13
Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5 = sangat besar, 4 = besar, 3 =
sedang, 2 = kecil, 1 = sangat kecil). Atas dasar contoh tersebut maka isu
yang merupakan prioritas adalah Isu C.
b. Metode Delbeque dan Delphi
Metode Delbeque adalah metoda kualitatif dimana prioritas masalah
penyakit ditentukan secara kualitatif oleh panelexpert. Caranya sekelompok
pakar diberi informasi tentang masalah penyakit yang perlu ditetapkan
prioritasnya termasuk data kuantitatif yang ada untuk masing-masing
penyakit tersebut. Para expert kemudian menuliskan urutan prioritas
masalah dalam kertas tertutup. Kemudian dilakukan semacam perhitungan
suara. Hasil perhitungan ini disampaikan kembali kepada para expert dan
setelah itu dilakukan penilaian ulang oleh para expert dengan cara yang
sama (Symond, 2013).
Metode lain yang mirip dengan Delbeque adalah metode Delphi.
Dalam metode Delphi sejumlah pakar (panelexpert) melakukan diskusi
terbuka dan mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-masing
mengajukan pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas.
Diskusi berlanjut sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan (konsensus)
tentang masalah kesehatan yang menjadi prioritas (Symond, 2013).

c. Metode Hanlon
Penggunaan metode Hanlon dalam penetapan altematif prioritas
jenis intervensi yang akan diiakukan menggunakan 4 kriteria masing-
masing: (1) Kelompok kriteria 1 yaitu besamya masalah (magnitude) (2)
Kelompok kriteria 2 yaitu Tingkat kegawatan masalah
(emergency/seriousness) (3) Kelompok kriteria 3 yaitu kemudahan
penanggulangan masalah (causability)
(4) Kelompok kriteria 4 yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan
menggunakan istilah PEARL faktor (Symond, 2013).
Metode ini menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat
(brainstorming) untuk menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing
kelompok kriteria diperoleh nila dengan jalan melakukan scoring dengan
skala tertentu, kemudian kelompok kriteria tersebut dimasukkan kedalam
formula dan hasil yang didapat makin tinggi nilainya maka itulah prioritas
jenis program yang didahulukan (menjadi prioritas intervensi) (Symond,
2013).
1) Menetapkan Kriteria Kelompok I: Besarnya masalah (magnitude)
Anggota kelompok merumuskan faktor apa saja yang digunakan untuk
menentukan besarnya masalah, misalnya (1) Besarnya persentasi/
prevalensi penduduk yang menderita langsung karena penyakit tersebut
(2) Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan perorang rata-rata
perbulan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (3) Besarnya
kerugian yang diderita (Symond, 2013).
2) Menetapkan Kriteria kelompok II: Kegawatan (Emergency/Seriousness)
Langkah ini berbeda dengan langkah pertama dimana banyak
menggunakan data kuantitatif untuk menentukan nilai. Menentukan
tingkat kegawatan lebih bersifat subjektif. Pada langkah ini kelompok
menentukan tingkat kegawatan misalnya dengan melihat faktor-faktor
berikut ini: (a) Tingkat urgensinya (b) Kecenderungannya (c) Tingkat
keganasannya. Berdasarkan 3 faktor ini anggota menentukan nilai
dengan skala 0-10 (Symond, 2013).
3) Menetapkan Kriteria Kelompok III: Kcmudahan Penanggulangan
Masing-masing anggota katakanlah jumlah anggota 6 orang
memberikan nilai antara 1-5 berdasarkan prakiraan kemudahan
penanggulangan masing-masing masalah. Angka 1 berarti bahwa
masalah tersebut sulit ditanggulangi dan angka 5 berarti bahwa masalah
tersebut mudah dipecahkan. Kelompok menentukan kriteria berdasarkan
kemampuan dan tersedianya sumber daya untuk menyelesaikan masalah
tersebut dengan kriteria (Symond, 2013).
l = Sangat Sulit
2 = Sulit
3 = Cukup Sulit/Cukup Mudah
4 = Mudah
5 = Sangat Mudah.
Contoh simulasi hasil konsensus yang dicapai. Pada langkah ini
memberikan nilai rata-rata sebagai berikut:
Masalah A = 3+2+1+4+3+2+4 dibagi 6 = 19/6 = 3,17
Masalah B = 2+2+3+2+2+3+3 dibagi 6 = 17/6 = 2,83
Masalah C = 3+4+5+3+3+5+4 dibagi 6 = 27/6 = 4,5
4) Menetapkan Kriteria kelompok kriteria IV: PEARL Faktor
Kelompok kriteria IV terdiri dari beberapa faktor yang saling
menentukan dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan dan faktor
tersebut meliputi:
P = Kesesuaian (Appropriateness)
E = Secara ekonomi murah (Economic feasibility)
A = Dapat diterima (Acceptability)
R = Tersedia sumber daya (Resources availability)
L = Legalitas terjamin (Legality)
Masing-masing masalah harus diuji dengan faktor PEARL.
Tujuannya adalah untuk menjamin terselenggaranya program dengan
baik. Jawaban hanya dua yaitu ya atau tidak. Jawaban ya nilai 1 dan
jawaban tidak nilainya 0. Dengan cara aklamasi atau voting maka tiap
faktor dapat diperoleh angka 1 atau 0 untuk masing-masing masalah
(Symond, 2013).
Menetapkan Nilai Prioritas Total (NPT) Setelah nilai rata rata
kelompok I, II, III, dan IV ditetapkan maka nilai rata-rata tersebut
dimasukan dalam tabel berikut untuk penetapan skor tertinggi. Skor
tertinggi pada setiap pemecahan masalah akan menjadi prioritas untuk
intervensi program seperti tabel berikut (Symond, 2013).

Tabel 3. Contoh matriks penilaian prioritas total


Rata-
rata Rata-rata Kemudahan Faktor Prioritas
Masalah
Besar Kegawatan Penanggulangan PEARL Intervensi
Masalah
A 6,6 6,6 3,17 1 138,1
B 5,6 5,6 2,83 1 87,8
C 5,3 5,3 4,5 0 0
Berdasarkan rekapitulasi nilai rata-rata dari ke empat kelompok
kriteria yang ditetapkan maka rangking 1 untuk intervensi kegiatan ada
pada pemecahan masalah A dan rangking 2 pemecahan masalah B dan
pemecahan masalah C tidak dapat dilaksanakan karena dari nilai faktor
PEARL tidak layak untuk dilaksanakan (Symond, 2013).

4. Mencari Akar Penyebab Masalah


Setelah ditentukan masalah yang menjadi prioritas, selanjutnya dicari
akar penyebab dari masalah tersebut. Penyebab masalah agar dikonfirmasi
dengan data yang ada (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2016). Beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam mencari
akar penyebab masalah yaitu:
a. Diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram tulang ikan/ fish bone)
Langkah-langkah penyusunannya meliputi:
1) Tuliskan “masalah” pada bagian kepala ikan.
2) Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk kearah kepala ikan.
3) Tetapkan kategori utama dari penyebab.
4) Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal.
5) Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan fokuskan pada masing-
masing kategori.
6) Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk kategori
utama yang lain.
7) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar
sub penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih kecil.
8) Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi ketidaksesuaian dengan masalah, dan lain-lain
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2016).

b. Pohon Masalah (Problem Trees)


Langkah-langkah penyusunannya meliputi:
1) Tuliskan “masalah” pada kotak di puncak pohon masalah.
2) Buat garis panah vertikal menuju kotak tersebut.
3) Tetapkan kategori utama dari penyebab dan tuliskan pada kotak
dibawahnya dengan arah panah menuju ke kotak masalah.
4) Lakukan curah pendapat dan fokuskan pada masing-masing kategori.
5) Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk kategori
utama yang lain.
6) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar
sub penyebab dan letakkan pada kotak yang ada dibawahnya.
7) Setelah semua pendapat tercatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi, tidak sesuai dengan masalah, dan lain-lain
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2016).
Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari:
1) Input (Sumber Daya): sarana, prasarana, alat kesehatan, tenaga, obat dan
bahan habis pakai, anggaran dan data
2) Proses (Pelaksanaan Kegiatan)
3) Lingkungan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2016)

c. Metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)


Analisis SWOT (SWOT analysis) yakni mencakup upaya-upaya
untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
menentukan kinerja perusahaan. Informasi eksternal mengenai peluang dan
ancaman dapat diperoleh dari banyak sumber, termasuk pelanggan,
dokumen pemerintah, pemasok, kalangan perbankan, rekan di perusahaan
lain (Nisak, 2015).
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan
dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.
Dengan demikian, perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor
strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam
kondisi yang saat ini. Analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal peluang (opportunity) dan ancaman (threats) dengan faktor
internal kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) (Nisak, 2015).
1) Unsur-unsur SWOT
a) Faktor eksternal
Faktor eksternal ini mempengaruhiterbentuknya opportunities
and threats (Odan T). Dimana faktor ini menyangkutdenga kondisi-
kondisi yang terjadi di luarperusahaan yang mempengaruhi
dalampembuatan keputusan perusahaan. Faktorini mencakup
lingkungan industri danlingkungan bisnis makro, ekonomi,politik,
hukum teknologi, kependudukan, dan sosial budaya (Nisak, 2015).
b) Faktor internal
Faktor internal ini mempengaruhiterbentuknya strengths and
weaknesses (S dan W). Dimana faktor ini menyangkutdengan kondisi
yang terjadi dalamperusahaan, yang mana ini turutmempengaruhi
terbentuknya pembuatan keputusan (decision making) perusahaan.
Faktor internal ini meliputi semua macam manajemen fungsional :
pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya manusia, penelitian dan
pengembangan, sistem informasi manajemen dan budaya perusahaan
(corporate culture) (Nisak, 2015).
2) Matriks Analisis SWOT
Analisis SWOT membandingkan antara factor eksternal peluang
dan ancaman dengan factor internal kekuatan dan kelemahan. Faktor
internal dimasukan kedalam matrik yang disebut matrik faktor strategi
internal atau IFAS (Internal Strategic Factor Analisis Summary). Faktor
eksternal dimasukkan kedalam matrik yang disebut matrik faktor strategi
eksternal EFAS (Eksternal Strategic Factor Analisis Summary). Setelah
matrik faktor disusun, kemudian hasilnya dimasukkan dalam model
kuantitatif, yaitu matrik SWOT untuk merumuskan strategi kompetitif
perusahaan (Nisak, 2015).
Tabel 4. Matrik faktor strategi eksternal (EFAS)
EFAS Bobot Rating Bobot x Keterangan
Rating
Peluang √ √ √
Jumlah √ √ √
Ancaman √ √ √
Jumlah √ √ √
Total √ √ √

Tabel 5. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)


IFAS Bobot Rating Bobot x Rating Keterangan
Kekuatan √ √ √
Jumlah √ √ √
Kelemahan √ √ √
Jumlah √ √ √
Total √ √ √

5. Menetapkan Cara Pemecahan Masalah


Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan
kesepakatan di antara anggota tim dengan didahului brainstorming (curah
pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan tabel cara pemecahan
masalah (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2016). Langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:
a. Brainstorming (Curah Pendapat)
Dilaksanakan untuk membangkitkan ide/gagasan/pendapat tentang
suatu topik atau masalah tertentu dari setiap anggota tim dalam periode
waktu yang singkat dan bebas dari kritik.
Manfaat dari brainstorming adalah untuk:
1) Mendapatkan ide/pendapat/gagasan sebanyak-banyaknya
2) Pengembangan kreatifitasi berpikir dari anggota tim
3) Memacu keterlibatan seluruh peserta (anggota tim) (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016).
b. Kesepakatan di antara Anggota Tim
Berdasarkan hasil dari curah pendapat (brainstorming). Hasil kesepakatan
dipergunakan sebagai bahan penyusunan rencana
c. Bila Tidak Terjadi Kesepakatan
Digunakan metode Tabel cara pemecahan masalah sebagai berikut:
Tabel 6. Contoh Tabel Pemecahan Masalah
No. Prioritas Penyebab Alternatif Pemecahan Ket.
Masalah Masalah Pemecahan Masalah
Masalah Terpilih
1
2
3
4
(Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2016)
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA

A. Data yang Dikumpulkan


Data yang diambil untuk analisis referat ini adalah data sekunder yang
diperoleh melalui :
1. Data profil puskesmas tahun 2019
2. Data cakupan program pencegahan penyakit menular bulan Januari – Juni 2020
3. Data cakupan program pelayanan Imunisasi bulan Januari – Juni 2020
4. Data cakupan program promosi kesehaatan bulan Januari – Juni 2020
5. Data cakupan program kesehatan lingkungan bulan Januari – Juni 2020
6. Data cakupan program KIA bulan Januari – Juni 2020
B. Cara Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh dari survei, observasi, dan wawancara. Survei
dilakukan kepada petugas yang bertanggungjawab atas program pencegahan
penyakit menular, program kesehatan pencegahan penyakit tidak menular, dan
program imunisasi di Puskesmas Lepo-lepo pada Januari-Juni tahun 2020.
Observasi dilakukan setelah survei dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah-
masalah dari informasi yang diperoleh, kemudian dilakukan wawancara.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur,
profil Puskesmas Lepo-lepo dan pencatatan pelaporan dari tiap petugas yang
bertanggungjawab atas program pencegahan penyakit menular, program kesehatan
pencegahan penyakit tidak menular, dan program imunisasi di Puskesmas Lepo-
lepo pada Januari-Juni tahun 2020. Kedua data tersebut akan di analisis dengan
melihat target dan cakupan serta melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan
ancaman dari pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan persalinan
normal, pelayanan home care, dan pelayanan rawat inap di Puskesmas Lepo-Lepo
pada Januari-Juni tahun 2020.

26
BAB IV
PROFIL PELAYANAN PUSKESMAS

A. Gambaran singkat Puskesmas


Puskesmas Lepo-Lepo merupakan Puskesmas Perawatan (Kebidanan & Unit
Gawat Darurat). Puskesmas FLepo-lepo didirikan pada tanggal 1 April 1992 yang
sebelumnya merupakan Puskesmas Pembantu dari Puskesmas Lepo-Lepo.
Puskesmas Lepo-Lepo terletak di RT 02/RW 01 Kelurahan Lepo-lepo Kecamatan
Baruga Kota Kendari atau di Jl. Christina M. Tiahahu No.117 Kota Kendari Telp.
(0401) 3195398. Pada tahun 2007 dilakukan rehabilitasi fisik untuk peningkatan
menjadi rawat inap penuh (khususnya rawat inap umum). Pada bulan November
2016 dilaksanakan penilaian akreditasi untuk tingkat Puskesmas dan mendapat
peringkat Madya. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat,
pada bulan Agustus 2018 dilakukan rehabilitasi kembali serta penambahan
beberapa ruangan.
Profil Kesehatan Puskesmas Lepo-lepo ini merupakan salah satu sarana
untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat serta merupakan
salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo.

1. Visi, Misi, dan Motto Puskesmas


Puskesmas Lepo-Lepo mempunyai rencana strategis, untuk pengembangan
kedepan. Adapun visi, misi dan motto Puskesmas Lepo-Lepo yaitu:
a. Visi
Menjadi Puskesmas Andalan bagi Masyarakat menuju Kota Kendari Sehat
Tahun 2020
b. Misi

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan berkualitas yang terjangkau oleh


seluruh lapisan masyarakat khusunya dalam wilayah Kecamatan Baruga dan
Kota Kendari pada umumnya.
2) Menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan
kesehatan.

27
28

3) Memperdayakan potensi keluarga dan masyarakat untuk mampu berperan


aktif dalam upaya mewujudkan keluarga sehat mandiri.
4) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan memperdayakan
individu, keluaga, dan masyarakat melalui program kelurahan siaga.
5) Menggalang kemtitraan dengan seluruh potensi masyarakat dalam wilayah
kerja puskesmas yakni Kecamatan Baruga dalam rangka mendukung Kota
Kendari Sehat tahun 2020.
6) Menerapkan transparansi dan akuntabilitas internal organisasi Puskesmas
dan eksternal denan organisasi lainnya baik secara vertikal maupun
horizontal.
c. Motto
Puskesmas Lepo-lepo mempunyai motto ”CEMPAKA” yang merupakan akronim
dari:
C : Cepat
E : Empati
M : Mutu
P : Peduli
A : Aman
K : Keterbukaan
A : Akuntabilitas
d. Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas
1) Tugas Pokok Puskesmas Lepo-Lepo
a) Memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat dalam bentuk
pelayanan kesehatan yang komprehensif yang terdiri promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
b) Memberikan pelayanan 24 jam yang meliputi pelayanan gawat dasar, rawat
inap umum dan rawat inap kebidananan.
c) Membina peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan dalam
wilayah kerja Puskesmas yakni dalam wilayah adminstrasi Kecamatan
Baruga Kota Kendari.
2) Fungsi Puskesmas Lepo-Lepo
a) Sebagai motivator dan fasilitator pembangunan kesehatan masyarakat dalam
wilayah kerja puskesmas (wilayah administratif Kecamatan Baruga) melalui
upaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan dan pembangunan
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan, disamping itu
puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan. Upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
b) Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dalam arti masyarakat baik
perseorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Mengidentifikasi,
merencanakan dan melakukan pemecahan masalah kesehatan dalam wilayah
kerja puskesmas (Kecamatan Baruga) dengan memanfaatkan potensi
setempat dan fasilitas yang ada.
c) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik,
komprehensif, integratif dan berkesinambungan.
d) Melaksanakan urusan tata usaha yang meliputi pencatatan dan pelaporan
kegiatan, pengelolaan keuangan dan penataan kepegawaian.

e. Sumber Pembiayaan
Fungsi pembiayaan usaha pelayanan kesehatan yang dilakukan
pemerintah memiliki pembagian yang terperinci antara pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Puskesmas memiliki sumber pembiayaan antara
lain sebagai berikut :
a. Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten maupun kota
b. Pendapatan Puskesmas melalui retribusi yang besarnya ditentukan
pemerintah kabupaten atau kota setempat
c. Sumber lain dari BPJS Kesehatan.
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan pemerintah
datang dari APBD. Selain itu Puskesmas juga menerima pendanaan dari
alokasi APBD provinsi dan APBN (Biaya Operasional Kesehatan/BOK). Dana
BOK dialokasikan untuk pelaksanaan program Upaya Pomotif dan Preventif
yang dilaksanakan oleh puskesmas.
Dana yang disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni
dana anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan gedung,
pengadaan peralatan serta pengadaan obat, dan dana anggaran rutin yang
mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan, pembelian
barang habis pakai serta biaya operasional.
Saat ini berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan antara lain
Jamkesda, Kartu Indonesia Sehat, BPJS Ketenagakerjaan yang merupakan
transformasi dari program Jamsostek serta BPJS Kesehatan yang merupakan
peleburan dari Askes dan Jamkesmas. Dana dari JKN dialokasikan untuk
pelaksanaan program upaya kesehatan perorangan di puskesmas.

B. Sosio-Geografis
1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
a. Wilayah kerja terdiri dari 4 kelurahan (Lepo-Lepo, Wundudopi, Baruga,
Watubangga) yang merupakan wilayah administratif Kecamatan Baruga
b. Luas wilayah kerja : 13.130 Ha
c. Batas-batas wilayah:
1) Sebelah utara : Kecamatan Wua-Wua dan Kecamatan Kadia
2) Sebelah timur : Kecamatan Poasia
3) Sebelah selatan: Kecamatan Konda (Kabupaten Konawe Selatan)
4) Sebelah barat : Kecamatan Ranomeeto (Kabupaten Konawe Selatan) dan
Kecamatan Mandonga Kota Kendari
d. Keadaan Alam : 80% daratan dan 20% perbukitan
e. Prasarana Transportasi : 85% jalan aspal dan 15% jalan berbatu dan tanah.
Gambar. 2 Peta wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo ( profil Puskesmas
Lepo-Lepo tahun 2019
31

2. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi yang dimiliki puskesmas Lepo-lepo adalah sebagai berikut

KEPALA PUSKESMAS
dr. Hasmirah

SEKRETARIS
Ahli

KEUANGAN SP2TP
F. Winarsih, A. MG Biwa, S. KM
Irawati B., S. Farm Teguh Adhiyaksa Lutfi
Nudzul Asmawiyah, S. Kep

LABORATORIU M KARTU FARMASI POLI UMUM UGD POLI GIGI


Hj. Hermawati Fitria RM., S. KMNur
Haslinda dr.Kiniati
Hikma, S. Farm, Apt Shesi Dale Rusnayanti,
Kuncara, Zainal
S.Si.,Apt S. Kep Tien Husaini Muliana Wasalangi, A. H,
MKS.Kep., Ns drg. Erni Surabi, M.Kes
Retsu
LM. Musrin, A. MK

PRKESMAS P2MP ROMKES KESLING GIZI


Esri Toding, S. Kep Hayati, S. KM Fatimah, S.KM Wa Ode Nursida, S. KM Sarmila, AMG
Mustajab Suyono, S.KM
Sri Rahmawati, S.KM Itayani, Ns
Linda, S. KM

Gambar 3. Struktur organisasi puskesmas Lepo-lepo (data primer 2019)


3. Alur Pelaksanaan

PASIEN PASIEN RUJUKAN DOKTER

LOKET PENDAFTARAN

ADMINISTRASI BAGI PASIEN UMUM


R. PEMERIKSAAN DOKTER

RUANG LABORATORIUM

KIA/KB

PEMERIKSAAN

VALIDASI HASIL PEMERIKSAAN OLEH PENANGGUNG JAWAB LABORATORIUM

PENGAMBILAN HASIL

Gambar 4. Alur Pelaksanaan

4. Kependudukan/ Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo pada tahun


2019 sebanyak 25490 jiwa yang tersebar di 4 kelurahan (Lepo-lepo,
Wundudopi, Baruga, Watubangga) Distribusi penduduk per kelurahan
disajikan pada tabel berikut :

32
33

Tabel 7.. Distribusi Penduduk Per Kelurahan Tahun 2019

No. Nama Kelurahan Jumlah KK Jumlah Jiwa

1. Lepo - Lepo 1184 5603


2. Wundudopi 802 4119
3. Baruga 2018 9818
4. Watubangga 1521 5950
JUMLAH 5525 25490

Chart Title
30000

25000

20000

15000

10000

5000

0
Lepo-lepo Wundudopi Baruga Watubangga Jumlah

Series 1Series 2Column1

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk terbanyak di


Kelurahan Baruga yaitu 9819 jiwa dari 2018 KK dan yang paling sedikit di
Kelurahan Wundudopi yaitu 4119 jiwa yang terhimpun dalam 802 KK.

Undang-undang No 56/PRP/1960 membagi 4 klasifikasi kepadatan penduduk yaitu:

1. Tidak padat, dengan kepadatan 1-50 jiwa/km2


2. Kurang padat antara 51-250 jiwa/km2
3. Cukup padat 251-400 jiwa/km2
4. Sangat padat dengan tingkat kepadatan lebih besar dari 401 jiwa/km2
Berdasarkan data jumlah penduduk disbanding dengan luas wilayah maka
tingkat kepadatan penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas lepo-lepo adalah
1,94 jiwa/km2 dan masuk kategori tidak padat.

Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang


ada di Kecamatan Baruga adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umurdi Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2019

Kelompok Jumlah Penduduk


No
Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0-4 1424 1477 2901
2 5-9 1289 1217 2506
3 10-14 1097 1017 2114
4 15-19 1297 1509 2806
5 20-24 1587 1671 3258
6 25-29 1070 1059 2129
7 30-34 1139 1125 2264
8 35-39 915 963 1878
9 40-44 898 836 1734
10 45-49 777 635 1412
11 50-54 471 348 819
12 55-59 322 306 628
13 60-64 205 198 403
14 65-69 107 111 218
15 70-74 94 117 211
15 >75 111 98 209
Jumlah 12803 12687 25490
Berdasarkan table di atas dapat diketahui bahwa jumlah kelompok umur
terbanyak terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu 3258 jiwa dan kelompok
umur terendah yaitu umur > 75 tahun sebanyak 209 jiwa. Jumlah penduduk
Kecamatan Baruga yang berusia 15-64 tahun sebanyak 17331 jiwa dimana golongan
usia tersebut merupakan usia produktif dan merupakan sasaran program yang efektif

5. Keadaan Sosial Ekonomi


1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan sumber
daya manusia. Di Wilayah Puskesmas Lepo-lepo jumlah sarana pendidikan
terbagi:
Tabel.9. Sarana Pendidikan di Wilayah UPTD Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2019

No Jenis Sarana Jumlah

1. TK 22

2. SD 13

3. SLB 1

4. SLTP 6

5. SLTA 6

6. Perguruan Tinggi 3

Jumlah 51

Berdasar data di atas Taman Kanak-kanak (TK) berjumlah 22 sekolah


dan merupakan jumlah sekolah terbanyak, dan yang paling sedikit adalah SLB
berjumlah 1 sekolah, selain itu 3 Perguruan Tinggi yaitu STAIN dan
UNSULTRA dan Universitas Nahdatul Ulama.
2. Agama
Perkembangan pembangunan dibidang spiritual dapat dilihat dari
banyanyaknya sarana peribadatan masing-masing agama. Menurut data statistic
tahun 2019 Penduduk Kecamatan Baruga sebagian besar menganut agama
Islam. Jumlah sarana ibadah dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 10. Sarana Tempat Ibadah di Wilayah UPTD Puskesmas Lepo-lepo
Tahun 2019

No
Jenis Sarana Jumlah

1. Masjid 47

2. Gereja 5

3. Klenteng 0

4. Pura 0

Jumlah 52

Chart Title
60

50

40

30

20

10

0
Masjid Gereja Klenteng Pura Jumlah

JumlahColumn1Column2

Menurut data diatas diketahui bahwa seluruh twmpat ibadah


berjumlah 52 sarana, yang meliputi jumlah Masjid sebanyak 47 sarana, dan
Gereja sebanyak 5 sarana.
6. Keadaan Lingkungan
1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta
sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara
fisik, mental dan social sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara
produktif. Syarat-syarat rumah sehat antara lain : memiliki sarana air bersih,
memiliki jamban yang sehat, memiki tempat pembuangan sampah yang tertutup,
ada sarana pembuangan air limbah yang sehat, ventilasi dan jendela yang cukup,
atap lantai dan dinding kedap air serta kepadatan hunian rumah sesuai dengan
luas rumah.
Dari data yang terkumpul menunjukkan bahwa jumlah rumah yang
diperiksa sebanyak 5140 dan rumah yang sehat sebanyak 4861 (94,5%). Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar rumah yang ada di wilayah
Puskesmas Lepo-lepo kondisinya sudah cukup memenuhi syarat-syarat
kesehatan/mempunyai fasilitas sanitasi kesehatan sesuai kriteria rumah sehat.

2. Akses Terhadap Air Bersih


Air merupakan sumber dari kehidupan manusia. Kebutuhan manusia
akan air sangatlah komplek antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci
dan lain sebagainya. Air yang tidak sehat dapat menjadi perantara penyakit, oleh
karena itu air harus memenuhi syarat-syarat kesehatan agar tidak mengganggu
kesehatan manusia antara lain tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna,
selain itu air juga tidak terkontaminasi oleh bakteri pathogen serta tidak
mengandung zat-zat kimia yang berbahaya dalam jumlah yang melebihi ambang
batas yang ditentukan. Karena pentingnya air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan bagi hidup manusia maka sarana tersebut perlu untuk diperhatikan
dengan dilakukan inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih. Jumlah sarana
yang dilakukan inspeksi sanitasi dapat diketahui pada table sebagai berikut
Tabel 11. Sarana Air Bersih yang dilakukan Inspeksi Sanitasi di Wilayah UPTD
Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2019
No Kelurahan Jumlah Sarana Sarana %
Sarana Air Yang Yang
Bersih Dilakukan Beresiko
IKL Sedang
dan
Rendah
1 Lepo-lepo 365 258 2 0,8

2 Wundudopi 210 135 0 2,9

3 Baruga 710 431 21 4,9

4 Watubangga 438 255 6 2,4

Jumlah 1723 1079 29 2,7

Chart Title

1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Lepo-lepo Wundudopi Baruga Watubangga Jumlah

Jml SAB Sarana yang di IKL Resiko Sedang dan Rendah

Untuk memenuhi kebutuhan akan air minum, masyarakat di wilayah UPTD


Puskesmas Lepo-lepo hampir semua menggunakan depot air minum karena
dirasa lebih mudah, lebih ringan dalam penanganan karena tidak perlu dimasak
dulu, dan
juga harganya terjangkau. Menurut data dari Program Kesling jumlah
masyarakat yang menggunakan menggunakan depot air minum sebanyak 25064
jiwa.
Mengingat banyaknya masyarakat yang menggunakan depot air minum
maka perlu dilakukan pemeriksaan kualitas air maupun kondisi sanitasi depot
tersebut agar tidak merugikan dan membahayakan pengguna depot. Depot air
minum yang kotor dan terkontaminasi kuman dapat menjadi sumber penularan
penyakit bagi pengguna depot serta dapat menular ke masyarakat terutama
penyakit yang mudah menular seperti Diare. Air yang dipakai sebagai air baku
oleh pengelola depot seharusnya diambil sampel airnya untuk mengetahui
kualitas kesehatan air tersebut. Jumlah Depot yang diambil sampel air bakunya
adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Jumlah Sarana Air Minum Yang Diambil Sampel di Wilayah UPTD
Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2019
No Kelurahan Jumlah Sarana Sarana % Sarana
Air Minum Yang Yang
Yang Diambil Memenuhi Memenuhi
Sampel Syarat Syarat

1 Lepo-lepo 45 37 82

2 Wundudopi 25 25 100

3 Baruga 60 42 70

4 Watubangga 45 32 71

Jumlah 175 136 78


Chart Title

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Lepo-lepoWundudopi Baruga Watubangga Jumlah

Jumlah SAB Yang diambil sampelJml SAB memenuhi syarat% memenuhi syarat

Untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan lainnya


masyarakat sebagian besar menggunakan sumur bor, akan tetapi rata-rata air
sumur bor mengandung kapur yang tinggi, oleh karena itu dalam mengkonsumsi
air untuk minum atau untuk memasak yang lain sebaiknya memakai air yang
telah direbus dahulu untuk mengurangi kandungan kapur yang terdapat dalam air
tersebut.

3. Ketersediaan Jamban
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang kotoran/tinja manusia. Jamban keluarga yang sehat harus memenuhi
syarat antara lain: tidak mencemari sumber air minum, tertutup (leher angsa)
tidak berbau, mudah dibersihkan, aman digunakan, ada pelindung yang kedap
air, penerangan dan ventilasi cukup, bebas serangga dan tikus serta tersedia air
bersih. Pada tahun 2019 jumlah KK yang mempunyai jamban yang sehat di
wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo sebanyak 5429 (98,2%). Ada beberapa KK
yang belum mempunyai jamban sehat hal ini disebabkan karena mereka
menganggap jamban belum merupakan suatu kebutuhan, selain itu juga masih
luas pekarangan rumah dan kebun mereka sehingga mereka memanfaatkan
kebun
untuk membuang kotoran (buang air besar).
7. Keadaan Perilaku Masyarakat
1. Jaminan Kesehatan Pra Bayar
Dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan
kesehatan sudah sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk memberikan
jaminan kesehatan bagi masyarakat. Saat ini berkembang berbagai cara
pembiayaan kesehatan antara lain Jamkesda, Kartu Indonesia Sehat, BPJS
Ketenagakerjaan yang merupakan transformasi dari program Jamsostek serta
BPJS Kesehatan yang merupakan peleburan dari Askes dan Jamkesmas.
Untuk masyarakat wilayah kota Kendari diberi pelayanan gratis untuk berobat
di rawat jalan dengan menunjukkan kartu identitas diri (KTP/SIM).

Pada tahun 2019 jumlah peserta BPJS (mandiri, PNS, ketenagakerjaan,


Jamkesda, KIS) adalah sebanyak 25286 peserta. Jumlah besaran kapitasi
adalah Rp. 6000,- per kepala. Jumlah peserta BPJS tersebut bukan hanya
berasal dari wilayah Puskesmas Lepo-lepo saja tapi juga berasal dari wilayah
Pusksmas lain tetapi mereka lebih memilih Puskesmas Lepo-lepo karena
alasan lebih mudah dijangkau dan dekat dengan jalan raya.

2. PHBS Rumah Tangga


Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan ada 4 faktor yaitu:
Perilaku, Pelayanan Kesehatan, Lingkungan dan Genetik. Dari 4 faktor
tersebut factor perilaku merupakan factor yang besar pengaruhnya terhadap
masalah kesehatan oleh karena itu diharapkan masyarakat mampu
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tahun 2019 dilaksanakan pendataan PHBS di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Lepo-lepo. Jumlah rumah tangga yang dilakukan survey PHBS
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 13. Jumlah Keluarga Yang Dilakukan Survey PHBS di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2019
No Kelurahan Jumlah Keluarga Yang Keluarga % Sehat
Keluarg Dilakukan Yang Sehat
a PHBS
1 Lepo-lepo 1096 1185 893 17,4

2 Wundudopi 630 525 401 7,8

3 Baruga 2104 1403 1113 21,6

4 Watubangga 1310 910 672 13,1

Jumlah 5140 4023 3079 59,9%

Chart Title

14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
Lepo-lepo Wundudopi Baruga Watubangga Jumlah

Jml KeluargaKel Yang DisurveyKel. Yang sehat% Sehat

Dari jumlah tersebut yang yang ber PHBS sebanyak 4023 Keluarga dan
yang sehat sebanyak 3079 (59,9%). Ada 10 indikator dalam PHBS Rumah
Tangga yang bila dipenuhiakan mendapat kriteria sehat, namun mayoritas
Rumah Tangga hanya memenuhi beberapa indicator hal ini disebabkan
karena tingkat pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
kesehatan
masih kurang, antara lain masih ada yang menganggap jamban bukan
merupakan kebutuhanyang penting sehingga mereka membuang
kotorannyadisembarang tempat seperti di kali atau di kebun sehingga dapat
menularkanpenyakit seperti Diare, Kecacingan dan lain-lain.
Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan buruk yang sulit untuk
dihilangkan, dan sebagian rumah yang dilakukan PHBS ada penghuni rumah
yang mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah. Di dalam rokok
terkandung berbagai macam zat kimia berbahaya yang tidak hanya
membahayakan perokok sendiri tapi juga orang lain yang menghisap asap
rokok tersebut oleh karena itu apabila perokok belum bisa menghentikan
kebiasaan merokoknya disarankan agar tidak merokok di dalam rumah agar
asap rokok tidak terhisap penghuni rumah yang lain. Masih banyak kebiasaan
yang dianggap sepele namun mereka kurang menyadari bahwa kebiasaan
tersebut dapat menyebabkan sakit seperti tidak mencuci tangan sebelum
makan.

C. Situasi Derajat Kesehatan


1. Mortalitas (Angka Kematian)
Salah satu indicator penting untuk melihat derajat kesehatan masyarakat
adalah angka kematian (Mortalitas) karena indicator ini menunjukkan tingkat
kesehatan, mutu pelayanan kesehatan serta kondisi social ekonomi masyarakat.
1) Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = IMR)
Angka kematian bayi merupakan indicator yang penting untuk
mencerminkan derajat kesehatan karena bayi yang baru lahir sangat
sensitive terhadap lingkungan tempat orang tua tinggal dan sangat erat
kaitannya dengan status social orang tua bayi. Kemajuan yang dicapai dalam
bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab
kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya Angka Kematian
Bayi.
Berdasarkan data yang diperoleh Puskesmas Lepo-lepo tahun 2019
terdapat kematian bayi sebanyak 0, dan yang lahir hidup sebanyak 622 bayi.
Tabel 14. Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis
Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2019

No Kelurahan Jumlah Kematian

Laki – Laki Perempuan Laki - Laki +

Perempuan

Anak Balita

Anak Balita
Neonatal

Neonatal

Neonatal
Anak Balita

Balita

Balita

Balita
Bayi
Bayi

Bayi
1 Lepo-lepo 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 Wundudopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 Baruga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 Watubangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber: Profil Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2019

2) Angka Kematian Ibu Maternal


Indonesia masih terus berjuang keras untuk menurunkan angka
kematian Ibu (AKI) saat melahirkan.Survey demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012 menunjukkan AKI melahirkan berjumlah 359 per 100 ribu
kelahiran hidup, dimana yang menjadi penyebab kematian ibu adalah
infeksi dan perdarahan, sementara di wilayah kerja puskesmas lepo lepo
sendiri angka kematian Ibu selama tahun 2019 tidak ditemukan.
3) Angka Kecelakaan Lalu Lintas
Disepanjang tahun 2019 jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas yang
terjadi di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo sebanyak 22 orang.
Banyaknya kejadian kecelakaan tersebut disebabkan karena sebagian
wilayah Puskesmas
Lepo-lepo adalah jalan raya yang cukup padat dan rawan terhadap kejadian
kecelakaan lalu lintas oleh karena itu diperlukan kehati-hatian bagi
pengendara kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat serta bagi
pengguna jalan yang lain/yang menyeberang jalan

2. Morbiditas (Angka Kesakitan)


1) Penyakit menular
a. Penyakit Malaria
Wilayah Puskesmas Lepo-lepo sebagian masih berupa semak/hutan
yang memungkinkan tempat perindukan Nyamuk Anopheles yang
menularkan penyakit Malaria, selain itu Mobilitas yang tinggi juga
mempengaruhi penyebaran penyakit Malaria.
Pada tahun 2019Jumlah Penderita Malaria dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 15. Jumlah Penderita Malaria di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas


Lepo-lepo Tahun 2019
No Kelurahan Jumlah Suspek Yang Positif
Malaria Dilakukan Malaria
Pemeriksaan
laboratorium
1 Lepo-lepo 36 36 0

2 Wundudopi 21 21 0

3 Baruga 42 42 6

4 Watubangga 32 30 3

Jumlah 171 171 9


Chart Title

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Lepo-lepo Wundudopi Baruga Watubangga Jumlah

Jml Suspek Malaria Yg Dilak. Pemeriksaan Lab Positif Malaria

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Suspek Malaria


sebanyak 171 orang dan yang Positif Malaria setelah dilakukan pemeriksaan
laboratorium sebanyak 9 orang.

b. Penyakit TB Paru
Penyakit Tb Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru.
Kematian akibat TBC umumnya karena gagal pengobatan karena
kurangnya pengertian mengenai TBC, factor ekonomi, pengobatan yang
tidak teratur, adanya penyakit penyerta, serta kebiasaan merokok dan
gizi penderitanya yg kurang. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat
ke-5 negara dengan penderita TBC terbesar di dunia.
Pada tahun 2019 jumlah yang terduga TB dan mendapat
pelayanan sebanyak 289 dan yang positif TB terdaftar dan diobati
sebanyak 48 orang. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
tersebut maka dilakukan pemberian pengobatan secara rutin selama 6
bulan kepada semua pasien BTA (+) yang diawasi oleh pengawas
minum obat/orang terdekat agar penderita teratur/tidak lupa dalam
mengkonsumsi obat tersebut. Setelah dilakukan pengobatan secara rutin
didapat angka kesembuhan sebanyak 20 orang.
c. Penyakit HIV/Aids
Jumlah penderita HIV/Aids dapat digambarkan sebagai fenomena
gunung es, yaitu jumlah yang dilaporkan lebih kecil daripada jumlah
penderita yang sebenarnya. Di Indonesia factor penyebab dan
penyebaran Virus HIV/Aids terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu
melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum suntik
saat penggunaan narkoba.
Meskipun belum ada obat untuk menghilangkan HIV sepenuhnya,
tapi ada obat yang cukup efektif untuk menghambat virus yang merusak
system kekebalan tubuh yang dikenal dengan Antiretroviral (ARV).
Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan nelakukan
hubungan seks secara aman/tidak berganti-ganti pasangan dan tidak
menggunakan Narkoba dan tidak berbagi jarum suntik.
Pada tahun 2019jumlah pasien HIV/Aids yang ditangani
Puskesmas Lepo-lepo sebanyak 9 orang yang berasal dari Kelurahan
Lepo-lepo 1 orang, dan dari luar wilayah sebanyak 8 orang.

d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut


ISPA merupakan terjadinya infeksi yang parah pada bagian
sinus, tenggorokan, saluran udara atau paru-paru lebih sering
disebabkan oleh virus. Seseorang bisa tertular apabila menghirup udara
yang mengandung virus atau bakteri yang dikeluarkan dari bersin atau
batuk penderita Ispa. Untuk mencegah penularan penyakit Ispa adalah
dengan pola hidup higienis seperti cuci tangan dengan sabun, tidak
merokok, ditutup hidung dan mulut ketika bersin, serta konsumsi
makanan sehat.
Di Wilayah Puskesmas Lepo-lepo penyakit Ispa merupakan
penyakit yangpaling banyak diderita masyarakat dan menempati nomor
1 dari 20 besar penyakit terbanyak. Pada tahun 2019 Jumlah penderita
penyakit ISPA sebanyak 2180 orang. Banyaknya kasus ISPA tersebut
dimungkinkan karena factor cuaca, banyaknya debu, tertular dari
penderita ISPA yang lain, juga dapat disebabkan karena kondisi rumah
yang kurang sehat seperti rumah lembab, kurang cahaya matahari
karena
jendela terlalu kecil/sinar matahari terhalang untuk masuk ke dalam
rumah.

e. Penyakit Kusta

Penyebab utama Penyakit Kusta adalah infeksi bakteri yang


disebut Mycobacterium Leprae. PenularanPenyakit Kusta yaitu melalui
lendir atau cairan dari hidung atau mulut yang biasanya menyebar ke
udara ketika penderita batuk atau bersin. Penularan penyakit Kusta
tidak mudah karena perlu kontak dalam waktu lama dengan penderita.
Tanda dan gejala dapat muncul setelah bakteri menginfeksi tubuh
penderita selama 2 hingga 10 tahun.

Di Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2019 jumlah Kasus Kusta


yang ditangani sebanyak 3kasus yang semuanya merupakan Kasus
Kusta Multi Basiler. Faktor yang dapat mempengaruhi kejadian
penyakit Kusta tersebut dapat disebabkan karenakondisi sanitasi
lingkungan yang buruk seperti kamar tidur kurang cahaya/lembab dan
kotor, kurang air bersih serta asupan gizi yang kurang disamping juga
karena kekebalan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.

 Penyakit Menular Yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas atau


ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Penyakit tersebut antara
lain:
a. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum merupakan penyakit yang terjadi pada bayi


baru lahir. Penyebab utamanya adalah bakteri Clostridium tetani yang
menyerang sistem saraf pusat. Bakteri ini dapat ditemukan di tanah,
debu dan kotoran hewan. Pada bayi baru lahir penyakit ini terjadi akibat
bakteri masuk ke dalam tubuh bayi melalui praktek persalinan yang
tidak higienis. Pencegahan yang dilakukan adalah pemberian vaksin TT
kepada ibu hamil, disamping itu juga perlu adanya kebersihan pribadi
dan sanitasi lingkungan yang mendukung.
Pada tahun 2019 dilaporkan tidak ada kasus Tetanus Neonatorum
di wilayah Puskesmas Lepo-lepo.
b. Campak

Penyakit campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus.


Akan muncul ruam di seluruh tubuh dan sangat menular. Virus
Campak akan dikeluarkan saat bersin atau batuk dan akan menular bagi
yang menghirup cairan tersebut. Campak lebih sering menimpa anak
Balita.Vaksin campak adalah MMR ketika anak berusia 15 bulan dan
pada umur 5-6 tahun.
Pada tahun 2018 di wilayah Puskesmas Lepo-lepo
ditemukan1suspekpenyakit Campak.

c. Difteri

Penyakit Difteri menyerang selaput lendir pada hidung serta


tenggorokan dan terkadang dapat mempengaruhi kulit. Penyakit ini
sangat menular dan termasuk infeksi serius yang dapat mengancam jiwa
jika tidak segera ditangani.
Untuk wilayah Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2019tidak
ditemukan kasus penyakit Difteri.
d. Pertusis

Pertusis merupakan infeksi saluran pernafasan yang ditandai


dengan batuk keras dan tidak terkontrol yang menyebabkan kesulitan
bernafas. Penyakit Pertusis disebabkan oleh infeksi Bacteri Bordotella
Pertusis pada saluran pernafasan. Penyakit ini sangat menular melalui
percikan ludah saat batuk, bersin atau bicara. Penyakit ini punya ciri
rentetan batuk keras terus menerus yang diawali tarikan napas panjang
lewat mulut (whoop). Seseorang bisa menderita batuk rejan hingga tiga
bulan lamanya, sehingga penyakit ini juga biasa disebut “batuk seratus
hari”.
Pada tahun 2019 di wilayah Puskesmas Lepo-lepo tidak ditemukan
kasus penyakit Pertusis.
\
e. Hepatitis B
Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan
menyerang hati. Hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan
tubuh misalnya sperma dan cairan vagina. Kasus Hepatitis digambarkan
sebagai fenomena gunung es, yang tampak lebih sedikit daripada yang
tidak tampak.
Di Wilayah Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2019 tidak ada
kasus Hepatitis B yang dilaporkan.

 Penyakit Berpotensi KLB/Wabah


a. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue telah menyebar luas di


seluruh wilayah tanah air. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB
dengan angka kesakitan dan kematian relative tinggi. Angka Insiden
DBD secara nasional bergerak fluktuasi dari tahun ke tahun, pada
awalnya pola endemic terjadi periode 5 tahunan, namun dalam kurun
waktu 15 tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode antara
2-5 tahun dan angka kematian cenderung menurun.
Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakkan
potensi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan sarang
nyamuk (PSN-DBD) dengan 3 M yaitu menguras, menutup, dan
menimbun barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat
bertelurnya nyamuk, pemantauan angka bebas jentik (ABJ) serta
pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga.
Selama kurun waktu tahun 2019 di wilayah Puskesmas Lepo-
lepo ditemukan jumlah kasus DBD seperti terlihat pada table berikut:
Tabel 16. Jumlah Kasus DBD di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lepo-
lepo Tahun 2019

No Kelurahan Jumlah Kasus

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Lepo-lepo 8 5 13

2 Wundudopi 2 2 4

3 Baruga 14 8 22

4 Watubangga 7 9 16

Jumlah 31 24 55

Dengan melihat data tersebut diketahui bahwa jumlah Kasus


DBD sebanyak 55 orang, Laki-laki sebanyak 31 orang dan Perempuan
sebanyak 24 orang. Banyaknya kasus DBD dimungkinkan karena
wilayah Puskesmas Lepo-lepo masih banyak terdapat daerah yang
rimbun yang jadi tempat perindukan nyamuk, kesadaran masyarakat
yang masih kurang terhadap kebersihan lingkungan tempat
tinggalnya, kurangnya masyarakat yang peduli terhadap genangan air
terutama penampungan air hujan karena ditemukan adanya jentik
nyamuk di tempat tersebut, serta mobilitas penduduk yang cukup
tinggi yang memungkinkan penderita tertular dari daerah lain.
b. Diare

Penyakit Diare merupakan penyakit yang berpotensi terjadinya


KLB atau Wabah. Kasus Diare di wilayah Puskesmas Lepo-lepo
tahun 2019 relatif cukup tinggi yaitu 339kasus. Hal ini dimungkinkan
karena kebiasaan masyarakat yang kurang menjaga kebersihan seperti
tidak mencuci tangan dengan sabun ketika hendak memegang
makanan, tidak mempunyai jamban yang sehat, untuk anak-anak
dapat
disebabkan karena kebiasaan jajan yang kurang higienis di sekolah
serta tidak cuci tangansebelum memegang makanan.
c. Filariasis

Penyakit Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh


vector yaitu nyamuk. Pada tahun 2019 tidak ada kasus Filariasis yang
ditemukan di Puskesmas Lepo-lepo.

2) Penyakit Tidak Menular


a. Hipertensi

Penyakit Hipertensi jarang memiliki gejala yang jelas, sehingga


untuk mengetahuinya harus periksa tekanan darah. Menurut riset
Balitbangkes tahun 2007 hanya 25% penderita Hipertensi di Indonesia
yang terdeteksi, lebih bahaya lagi kurang dari 1% yang mengkonsmsi
obat penurun darah tinggi. Hal ini membuat Hipertensi sebagai salah
satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Jika dibiarkan,
Hipertensi akan meningkatkan resiko penyakit lain seperti serangan
jantung atau stroke.
Jumlah Penderita Hipertensi yang mendapat pelayanan di
Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2019 sebanyak 1852 orang.
Banyaknya kasus Hipertensi tersebut dapat disebabkan karena pola
hidup yang tidak sehat seperti kurang berolah raga, makan makanan
cepat saji, serta stress, selain itu juga ada penderita Hipertensi bawaan.

b. Diabetes Melitus

Diabetes adalah penyakit jangka panjang yang ditandai dengan


kadar gula darah yang sangat tinggi. Pada tahun 2013 penderita
Diabetes di Indonesia diperkirakan 8,5 Juta dengan rentang usia 20-79
tahun. Jumlah penderita Diabetes Melitus yang dilaporkan Puskesmas
Lepo- lepo tahun 2019 sebanyak 568 kasus. Jumlah tersebut menempati
urutan ke 8 dari 20 besar penyakit di Puskesmas Lepo-lepo tahun
2018.
Kebanyakan penderita tersebut karena keturunan, pola makan yang tidak
sehat dan olah raga kurang, serta stress yang dideritanya.

Tabel 17. Jumlah Penyakit terbanyak di Puskesmas Lepo-Lepo

NO JENIS PENYAKIT TOTAL TOTAL


KESELURUHAN
BARU LAMA

1 ISPA 1000 1180 2180

2 Hypertensi 926 926 1852

3 penyakit pada pulpa & jaringan 900 787 1687

4 ginggivitis 627 900 1527

5 infeksi pada usus yang lain 500 859 1359

6 Penyakit susunan saraf 492 400 892

7 Penyakitn pada sistem otot 327 320 647

8 Diabetes mellitus 317 250 567

9 Gangguan gigi penyangga 315 350 665

10 Diare 349 175 524

11 Tonsilitis 261 250 511

12 Dermatitis alergi 309 180 489

13 Infeksi saluran kencing 286 6 292

14 Myalgia 193 95 288

15 Rongga mulut 235 15 250

16 Infeksi telinga tengah 136 8 144

17 Penyakit mata lainnya 120 10 130

18 Katarak 84 41 125

19 Gangguan refraksi 95 25 120

20 Gangguan psikotik 36 60 96

TOTAL 7.508 6.837 14.345

Sumber Data: Data Sekunder Tahun 2019


3. Status Gizi
Status gizi masyarakat dapat dilihat melalui beberapa indikator antara lain:
a. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2500 gr) merupakan salah
satu factor utama yang berpengaruh terhadap kematian Perinatal dan
Neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena Prematur
dan BBLR karena Intrauterine Growth Reterdation (IUGR) yaitu bayi yang
lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Pada tahun 2019 tercatat jumlah kasus BBLR sebanyak 14 bayi.
Faktor yang dapat menyebabkan bayi dengan BBLR tersebut antara lain:
umur dan paritas ibu serta umur kehamilan yang kurang dari batas normal
(9 bulan), ibu hamil tidak rutin memeriksakan kehamilannya serta factor
gizi yang kurang mencukupi.
b. Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita

Pemantauan status gizi di Puskesmas Lepo-lepo di laksanakan di


Posyandu baik Posyandu.Jumlah Balita di wilayah kerja Puskesmas Lepo-
lepo pada tahun 2019yang dilaporkan sebanyak 2998Balita. Dari jumlah
tersebut yang mendapat pelayanan kesehatan Balita sebayak 2734
(91,25%) Balita. Banyak ibu Balita yang tidak aktif membawa Balitanya
ke Posyandu terutama ketika Bayi telah berumur lebih dari 1 tahun atau
telah selesai imunisasi hal ini karena kurangnya kesadaran dan pemahaman
masyarakat khususnya Ibu Balita akan pentingnya Posyandu, selain itu
mereka menganggap setelah selesai imunisasi tidak penting lagi untuk
membawa Balitanya ke Posyanduserta karena kesibukan dari Ibu Balita .
Masalah gizi bukan hanya masalah sector kesehatan, dan
keberhasilannya tidak maksimal jika sector kesehatan berjalan sendiri
tanpa adanya dukungan lintas sector serta dukungan politik dari
pemerintah setempat.
Masih terdapatnya Balita gizi buruk di wilayah Puskesmas Lepo-
lepo yaitu sebanyak 1 Balita (0,04%) hal ini disebabkan oleh beberapa
factor antara lain social budaya, ekonomi, maupun tingkat pengetahuan
dan
pendidikan keluarga. Balita gizi buruk dan BGM semuanya telah mendapat
makanan pendamping ASI.

D. Upaya Pelayanan Kesehatan


1. Pelayanan kesehatan dasar
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan
sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat teratasi. Berbagai pelayanan
kesehatan dasar yang dilaksanakan di Puskesmas Lepo-lepo antara lain:
1) Pelayanan Kesehatan

a. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga


kesehatan professional (bidan) kepada ibu hamil selama masa
kehamilannya, mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang
ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif.Hasil
pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1
atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mendapat pelayanan antenatal, sedangkan
K4 adalah gambaran besaran ibu hamil sesuai dengan standar serta
paling sedikit 4 kali kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.
Target pencapaian K4 menurut Indonesia sehat 2019 adalah 100%,
dan untuk Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2018 cakupan K4 sebanyak
644 (100%) dan sudah mencapai target SPM.
Banyak faktor yang mempengaruhi kunjungan K4 ibu hamil
antara lain: umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, jarak rumah ke
pelayanan kesehatan serta dukungan dari keluarga yang kurang.
b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir


sebagian besar terjadi pada masa persalinan hal ini disebabkan karena
pertolongan yang tidak tepat, alat yang kurang steril, pendarahan, atau
pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi kebidanan (professional).
Menurut data Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2019, persentase
persalinan oleh tenaga kesehatan sudah sesuai yang diharapkan yaitu
100%. Hal ini berarti sudah ada kerjasama yang baik antara petugas
kesehatan yang menangani dengan ibu hamil di wilayah Puskesmas
Lepo-lepo.
c. Kunjungan Neonatus

Bayi usia kurang dari 1 bulan merupakan golongan umur yang


paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi.
Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut
antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari). Dalam
pelaksanaan pelayanan Neonatus, petugas kesehatan disamping
melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling
perawatan bayi kepada ibu.
Menurut data Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2019 kunjungan
neonatal lengkap sebanyak 587( 100% ) dan sudah mencapai target.
d. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah dan Remaja

Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra sekolah, usia


sekolah dan remaja dilaksanakan dengan melakukan pemantauan
terhadap tumbuh kembang, pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan
anak sekolah, memeriksaan kesehatan gigi dan sikat gigi massal.
Pada tahun 2019 pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
sudah mencapai 100% yaitu melalui kegiatan penjaringan, pemeriksaan
dan penyuluhan kesehatan anak sekolah.
e. Pelayanan Keluarga Berencana

Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia,


pemerintah malaksanakan upaya pelayanan Keluarga Berencana agar
tercipta keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Pada tahun 2019 di Puskesmas Lepo-lepo tercatat jumlah peserta
KB yang aktif sebanyak 3204 ( 76,% ) dan sudah mencapai target.
f. Pelayanan Imunisasi

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya


merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah
mendapat imunisasi secara lengkap.Bila cakupan UCI dikaitkan dengan
batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat
digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan
PD3I.
Untuk wilayah Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2018 semua
Kelurahan (100%) sudah masuk dalam kategori UCI dengan demikian
diharapkan semua Kelurahan di wilayah Puskesmas Lepo-lepo
mempunyai kekebalan terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I).
g. Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila

Cakupan pelayanan Usila di wilayah Puskesmas Lepo-lepo


sebanyak 969 ( 94,4% ) orang.Pelayanan Usila didukung oleh adanya
Posyandu lansia yang terdapat di semua Kelurahan di wilayah
Puskesmas Lepo-lepo serta adanya senam dan penyuluhan bagi lansia
yang dilaksanakan seminggu sekali di halaman Puskesmas Lepo-lepo.
h. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Di Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2019 pelayanan kesehatan gigi


dan mulut dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung. Kegiatan
di dalam gedung berupa pelayanan tumpatan gigi dan pencabutan gigi.
Pada tahun 2019 jumlah kasus gangguan pada gigi penyangga gigi
sebanyak 665 orang dan menduduki peringkat ke Sembilan 20 besar
penyakit di UPTD Puskesmas Lepo-lepo. Sedangkan pelaksanaan
pelayanan di luar
gedung berupa kegiatan UKGS di sekolah yang kegiatannya meliputi
sikat gigi massal, penyuluhan dan pemeriksaan gigi anak sekolah.
i. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan (upaya promotif) dilakukan untuk


memberikan pendidikan kepada masyarakat dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat menjadi sadar, tahu
dan mengerti serta mau dan mampu melaksanakan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan.
Penyuluhan di Puskesmas Lepo-lepo antara lain berupa
penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok serta penyuluhan massa.
Selain itu juga dilaksanakan penyuluhan keliling menggunakan mobil
ambulance. Penyuluhan dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar
gedung yaitu di Posyandu, Sekolah, maupun tempat umum lainnya serta
di rumah- rumah masyarakat seperti saat kunjungan rumah.
Pada tahun 2019 jumlah penyuluhan yang tercatat yaitu :
penyuluhan kelompok sebanyak 360 kali, dan penyuluhan perorangan
sebanyak 420 kali.
Dengan adanya penyuluhan tersebut diharapkan masyarakat
wilayah UPTD Puskesmas Lepo-lepo menjadi tahu dan sadar dengan
masalah kesehatan sehingga dapat menekan jumlah kasus penyakit.
j. Pembinaan Kesehatan Lingkungan

Untuk resiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan sebagai


akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya
peningkatan kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan
kesehatan lingkungan pada institusi yang ada. Upaya yang dilakukan
mencakup pemantauan dan pemberian saran (rekomendasi) terhadap
fasilitas sanitasi yang tersedia.
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2019 sarana Tempat Umum
yang ada sebanyak 78 dan yang memenuhi syarat sebanyak 77 (98,7%)
dan sarana Pengolahan Makanan Minuman yang ada sebanyak 178
sarana, yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 147 ( 82,6% ).
Pembinaan TTU, TPM dan IMM dimaksudkan untuk memutuskan rantai
penularan penyakit terutama penyakit yang berbasis lingkungan.
k. Pemantauan Pertumbuhan Balita dan Pemberian Kapsul Vit A

Upaya pemantauan pertumbuhan dan perekembangan Balita


dilaksanakan melalui Posyandu. Jumlah Balita di wilayah kerja
Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2019 yang dilaporkan sebanyak 2998
Balita, yang ditimbang sebayak 2734 (91%) Balita. Sedangkan Balita
dengan berat badan naik sebanyak 2196(80,3%) Balita. Halini
menunjukkan keadaan gizi Balita cukup baik.
Pemberian Vitamin A dilaksanakan 2 kali dalam setahun yaitu
pada bulan Februari dan Agustus. Menurut data Program Gizi pada
tahun 2019cakupan pemberian vitamin A pada bayi dan Balita sebanyak
2709, yang mendapat kapsul Vitamin A sebanyak 2709 ( 100% ).
2) Pelayanan Kesehatan Rujukan

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama


dan menangani penyakit yang tidak memerlukan pelayanan canggih.Untuk
penyakit yang sudah parah atau tidak dapat diatasi di Puskesmas maka
perlu dilaksanakan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan ke tingkat
yang lebih tinggi.
Rujukan kasus dan kecepatan rujukan sangat penting karena
menyangkut kecepatan penanganan kasus penyakit terutama untuk kasus-
kasus gawat darurat.
Di Puskesmas Lepo-lepo pelayanan rujukan dilakukan dibeberapa
ruang pelayanan seperti : Rawat jalan (Poli Umum, Poli Anak, Poli Gigi),
Ruang Bersalin, dan UGD.
Pada tahun 2019 jumlah pasien di Puskesmas Lepo-lepo
yang dirujuk adalah 5468 yang meliputi Rujukan Umum 77 orang dan
Rujukan BPJS 5391 orang.
3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit yang dilakukan di


Puskesmas Lepo-lepo antara lain :
- Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD

Pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah


Dengue dilaksanakan yaitu dengan 3 M di masyarakat dan juga ada
pemantauan jentik nyamuk oleh petugas sanitasi yang bekerjasama
dengan Promkes dan P2M. Apabila ada kasus DBD maka dilakukan
penyemprotan/fogging di wilayah kasus sampai kurang lebih jarak 100
meter.
Pada tahun 2019 Angka Bebas Jentik di Puskesmas Lepo-lepo yang
tercatat adalah 5252 (96,4%).Berdasarkan ABJ tersebut berarti masih
ada bangunan yang belum bebas dari jentik nyamuk, hal ini
dikarenakan banyak penampungan air seperti bak mandi, drum serta
penampungan air hujan di luar rumah yang tidak diberi abate atau
jarang dikuras sehingga memungkinkan nyamuk bertelur di tempat
tersebut/ menjadi tempat perindukan nyamuk.
2. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Diare

Penyakit Diare merupakan penyakit yang dapat menyebabkan Wabah


oleh karena itu penyakit Diare harus dicegah dan diatasi. Pencegahan penyakit
Diare antara lain dengan kebersihan dan kesehatan pribadi dan lingkungan.
Apabila ada kasus Diare segera diberi pertolongan dengan pemberian
oralit.Jumlah kasus Diare pada balita tahun 2019 yang tercatat dan ditangani
sebanyak 234 penderita.
b. Pencegahan dan pemberantasan PD3I

Pencegahan dan pemberantasan penyakit PD3I yaitu: TBC, Tetanus


Neonatorum, Hepatitis, Campak, Polio, Difteri, Pertusis dilaksanakan dengan
cara imunisasi pada bayi, Balita serta anak usia sekolah dasar.

c. Pencegahan dan pemberantasan HIV/Aids

Pecegahan dan pemberantasan penyakit HIV/Aids yang dilakukan antara


lain dengan melakukan penyuluhan tentang HIV/Aids dan Napza, serta
penyediaan kondom. Pada tahun 2019tercatat 9kasus penyakit HIV/Aids yang
dilaporkan.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Infeksi Menular Seksual

Sama seperti pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/Aids,


pencegahan dan pemberantasan penyakit IMS antara lain dilakukan melalui
penyuluhan tentang IMS dan HIV/Aids serta penyediaan kondom. Untuk
penderita yang datang di Puskesmas diperiksa oleh tenaga kesehatan yang telah
dilatih dan apabila terdapat tanda-tanda IMS segera diberi pengobatan. Jumlah
penderita yang telah ditangani pada tahun 2019 sebanyak 56(100%) orang dari
56 pasien.

E. Cakupa Pelayanan Kesehatan


1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

1) Capaian Program Imunisasi

Tabel 18. Capaian Program Imunisasi


No Indikator Target Pencapaian

1 HB0 100% 62%

2 BCG 100% 67%

3 DPT-HB-Hib 100% 60%


1/Polio 2
4 DPT-HB- 100% 54%
Hib2/Polio3
5 DPT-HB- 100% 57%
Hib3/Polio4
6 IPV 100% 0%

7 Campak 100% 52%

8 DPT-HB-Hib 100% 7%
Boster
9 Campak Boster 100% 6%

10 Td 1 100% 55%

11 Td 2 100% 33%
2) Capaian Program KIA

Tabel 19. Cakupan program KIA

NO Indikator/ Kegiatan Target Cakupan

1 bumil (K1) 100% 41%

2 bumil (K4) 100% 40,5%

3 Bumil Resti 100% 34,5%

4 Bulin nakes/nifas 100% 52%

5 Nifas (KF1) 100% 59,1%

6 Neonatus (KN1) 100% 59,1%

7 KN lengkap 100% 35,1%

8 Neonatus resti (PKN) 100% 48%

9 Pelayanan bayi (29 hari – 11 100% 51,1%


bulan)

10 Pelayan anak baliata 100% 37%

11 Nifas KF Lengkap 100% 52,2%

12 Pelayanan KB 100% 75%

3) Cakupan program Gizi

Tabel 20. Cakupan program

Pencapaian
No Kegiatan Indikator Target (%) (%)

Balita Yang Ditimbang Berat


1 100 % 56,18%
Badannya (D/S)

2 N/S 100 % 44%


Balita ditimbang yang Naik
3 100% 62%
Berat Badannya (N/D)

5 FE3 Ibu Hamil 100% 36%

6 Vitamin A 100% 100%

7 Asi Eksklusif 100% 49.99%

8 Vitamin A Bufas 100% 53%

4) Capaian P2
Tabel 21. Capaian P2

Pencapaian
NO Kegiatan Target (%)
(%)

1 P2 Diare 100% 27,64%

2 P2 DBD 100 % 82,22%

3 P2 ISPA < 5 thn 100% 4,88%

4 P2 ISPA > 5 thn 100 % 0.98%

5 P2 Pneumonia Balita 100 % 99,2%

6 P2 Campak 100 % 100%

7 P2 HIV / Hepatitis 100% 79,12%


5) Capaian Promosi

Kesehatan Tabel 22.

Capaian Promkes

Pencapaian
NO Kegiatan Target (%)
(%)

1 Pembinaan PHBS RT di 4 100% 18,28%


kelurahan
2 Penyuluhan kelompok tentang 100 % 18,75%
UKM esensial dan pengembangan

3 Penyuluhan Massal tentang UKM 100% 100%


esensial dan pengembangan

6) Capaian Kesehatan

Lingkungan Tabel 23. Capaian

Kesling

Pencapaian
NO Kegiatan Target (%)
(%)

1 Pengawasan Kualitas Lingkungan 92% 26,6%


Perumahan (Pemeriksaan
lingkungan perumahan,
Kepemilikan SPAL,Kepemilikan
TPS)
2 Keluarga yang memiliki akses air 100 % 26,5%
minum berkualitas
3 Keluarga yang menggunakan 78% 27,2%
jamban sehat
4 Tempat pengolahan makanan dan 100 % 24%
minuman
5 Tempat tempat umum 100 % 21,6%
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Puskesmas dapat menambah pelayanannya dengan melaksanakan UKM

pengembangan bila UKM esensial telah dapat dilaksanakan.UKM Pengembangan

yang dilaksanakan oleh Puskesmas Lepo-lepo, merupakan kegiatan yang sifatnya

inovatif dan/ atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan

prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya

yang tersedia.

UKM-P terdiri dari:

1) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

2) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

3) Upaya Kesehatan Jiwa

4) Upaya Kesehatan Mata

5) Upaya Kesehatan Usia Lanjut

6) Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

7) Upaya Kesehatan Olahraga

Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di puskesmas Lepo-

lepo dilaksanakan dalam bentuk:

1) Pelayanan satu hari (One Day care)

2) Rawat Inap sesuai kebutuhan Pelayanan Kesehatan

3) Kunjungan Rumah (Home Care/Home Visite)

4) Pelayanan UGD Unit Gawat Darurat (UGD) 24 jam

5) Laboratorium

6) PONED (Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Dasar)


3. Upaya Kesehatan Perorangan

Tabel 24 : Cakupan Upaya Kesehatan Perorangan di Puskesmas Lepo Lepo bulan


Januari – Juni 2020

Cakupan
Kegiatan Pelayanan

Jumlah kunjungan puskesmas 9660 kali


Jumlah kunjungan BPJS 7354 kali

Jumlah kunjungan rawat jalan 9279 kali

Jumlah kunjungan rawat jalan gol. Umur


>60 thn 1729 kali

Jumlah kunjungan rawat jalan gigi 679 kali

Sumber : Data Sekunder 2020

Cakupan pelayanan upaya kesehatan perorangan di Puskesmas Lepo Lepo


selama Januari – Juni 2020 didominasi oleh kujungan puskesmas sebesar 9.660
kali, disusul oleh kunjungan rawat jalan, kunjungan BPJS dengan total kunjungan
sebanyak 7.354 kali.
BAB V

IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN

Identifikasi masalah Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial di


Puskesmas Lepo Lepo pada Januari - Juni 2020 terdiri atas 5 indikator meliputi
pelayanan pelayanan KIA, pelayanan gizi, pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit, Imunisasi, promosi kesehatan, dan pelayanan kesehatan lingkungan. Dari hasil
pengumpulan dan analisis data, diketahui pencapaian kinerja Puskesmas dan identifikasi
masalah yang ditemui. Untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi masalah,
dapat dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokan menurut jenis
upaya, target, pencapaian dan masalah yang ditemukan (selisih antara target dan
pencapaian).

A. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial


Tabel 25. Program Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial di Puskesmas Lepo Lepo
pada Januari - Juni 2020

No. UKM ESENSIAL TARGET CAPAIAN SELISIH


(%) (%) (%)

Program KIA

bumil (K1) 100% 41% 59,00%


1

bumil (K4) 100% 40,50% 59,50%


2

Bumil Resti 100% 34,50% 65,50%


3

Bulin nakes/nifas 100% 52% 48,00%


4

Nifas (KF1) 100% 59,10% 40,90%


5

Neonatus (KN1) 100% 59,10% 40,90%


6

KN lengkap 100% 35,10% 64,90%


7

Neonatus resti (PKN) 100% 48% 52,00%


8
Pelayanan bayi (29 hari – 11 bulan) 100% 51,10% 48,90%
9

Pelayan anak baliata 100% 37% 63,00%


10

Nifas KF Lengkap 100% 52,20% 47,80%


11

Pelayanan KB 100% 75% 25,00%


12

Program Gizi

13 Balita Yang Ditimbang Berat Badannya 100 56,18 43,82


(D/S)

14 N/S 100 44 56,00

15 Balita ditimbang yang Naik Berat 100 62 38,00


Badannya (N/D)

16 FE3 Ibu Hamil 100 36 64,00

17 Vitamin A 100 100 0,00

18 Asi Eksklusif 100 49,99 50,01

19 Vitamin A Bufas 100 53 47,00

Program P2

20 P2 Diare 100 27,64 72,36

21 P2 DBD 100 82,22 17,78

22 P2 ISPA < 5 thn 100 4,88 95,12


23 P2 ISPA > 5 thn 100 0,98 99,02

24 P2 Pneumonia Balita 100 99,20 0,80

25 P2 Campak 100 100 0,00

26 P2 HIV / Hepatitis 100 79,12 20,88

Imunisasi

27 HB0 100 62 38,00

28 BCG 100 67 33,00

29 DPT-HB-Hib 1/Polio 2 100 60 40,00

30 DPT-HB-Hib2/Polio3 100 54 46,00

31 DPT-HB-Hib3/Polio4 100 57 43,00

32 IPV 100 20 80

33 Campak 100 52 48,00

34 DPT-HB-Hib Boster 100 7 93,00

35 Campak Boster 100 6 94,00

36 Td 1 100 55 45,00
37 Td 2 100 33 67,00

Program Promkes

38 Pembinaan PHBS RT di 4 kelurahan 100 18,28 81,72

49 Penyuluhan kelompok tentang UKM 100 18,75 81,25


esensial dan pengembangan

40 Penyuluhan Massal tentang UKM esensial 100 100 0


dan pengembangan

Program Kesling

41 Pengawasan Kualitas Lingkungan 92 26,60 65,40


Perumahan (Pemeriksaan lingkungan
perumahan, Kepemilikan
SPAL,Kepemilikan TPS)

42 Keluarga yang memiliki akses air minum 100 26,50 73,50


berkualitas

43 Keluarga yang menggunakan jamban 78 27,20 50,80


sehat

44 Tempat pengolahan makanan dan 100 24 76,00


minuman

45 Tempat tempat umum 100 21,60 78,40

Penentuan prioritas masalah berdasarkan pada penentuan NPD dan NPT


program yang telah dijalankan yang ditentukan melalui nilai dari empat faktor, yaitu
menilai besar (kuantitas) masalah, menentukan kegawatan masalah, meninjau
kemudahan penanggulangan, dan menetapkan ketentuan PEARL faktor.
B. Besar Masalah (Kriteria A)
Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval menggunakan rumus sebagai
berikut:
1. Kelas N = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 45
= 1 + 3,3 (1,65)
= 1 + 5,44
= 6,44≈ 6
2. Interval = ( nilai tertinggi – nilai terendah )
Jumlah kelas
= (99,02 – 0)
6
= 16,50

Tabel 26. Besar Masalah terhadap Pencapaian Program


NO UKM ESENSIAL BESAR MASALAH TERHADAP NILAI
PENCAPAIAN PROGRAM
INTERVAL
0- 16,50- 30- 49,5- 66- 82,5-
16,50 30 49,5 66 82,5 99
NILAI
1,6 3,2 4,8 6,4 8 9,6
(10)
Program KIA
1 Cakupan K1 x 6,4
2 Cakupan K4 x 6,4
3 Cakupan Deteksi x 6,4
Resti Nakes
4 Cakupan Bumil Resti/ x 4,8
PKO
5 Cakupan Neonatus x 4,8
Resti (PKN)
6 Cakupan PN di x 4,8
Fasyankes
7 Cakupan Persalinan x 6,4
Nakes
8 Cakupan PN di Non x 6,4
Fasyankes
9 Cakupan Pelayanan x 4,8
Nifas (KF3)
10 Cakupan Kunjungan x 6,4
Neonatal Pertama
11 Cakupan Kunjungan x 4,8
Neonatus (KN
Lengkap)
12 Cakupan kunjungan x 3,2
Bayi
Program Gizi
13 Balita Yang x 4,8
Ditimbang Berat
Badannya (D/S)
14 N/S x 6,4
15 Balita ditimbang yang x 4,8
Naik Berat Badannya
(N/D)
16 FE3 Ibu Hamil x 6,4

17 Vitamin A x 1,6

18 Asi Eksklusif x 6,4

19 Vitamin A Bufas x 4,8

Program P2
20 P2 Diare x 8

21 P2 DBD x 3,2

22 P2 ISPA < 5 thn x 9,6


23 P2 ISPA > 5 thn x 9,6
24 P2 Pneumonia Balita x 1,6

25 P2 Campak x 1,6
26 P2 HIV / Hepatitis x 3,2

Imunisasi
27 HB0 x 4,8

28 BCG x 4,8

29 DPT-HB-Hib 1/Polio x 4,8


2
30 DPT-HB-Hib2/Polio3 x 4,8

31 DPT-HB-Hib3/Polio4 x 4,8

32 IPV x 8

33 Campak x 4,8

34 DPT-HB-Hib Boster x 9,6

35 Campak Boster x 9,6

36 Td 1 x 4,8

37 Td 2 x 8

Program Promkes
38 Pembinaan PHBS RT x 8
di 4 kelurahan
49 Penyuluhan kelompok x 8
tentang UKM esensial
dan pengembangan
40 Penyuluhan Massal x 1,6
tentang UKM esensial
dan pengembangan
Program Kesling
41 Pengawasan Kualitas x 6,4
Lingkungan
Perumahan
(Pemeriksaan
lingkungan
perumahan,
Kepemilikan
SPAL,Kepemilikan
TPS)
42 Keluarga yang x 8
memiliki akses air
minum berkualitas
43 Keluarga yang x 6,4
menggunakan jamban
sehat
44 Tempat pengolahan x 8
makanan dan
minuman
45 Tempat tempat umum x 8

C. Kegawatan Masalah (Kriteria B)


Tabel 27. Penilaian kegawatan masalah (Nilai 1-5)
Keganasan Urgensi Biaya

5 : Sangat ganas 5 : Sangat mendesak 5 : Sangat murah

4 : Ganas 4 : Mendesak 4 : Murah

3 : Cukup bepengaruh 3 : Cukup mendesak 3 : Cukup murah

2 : Kurang ganas 2 : Kurang mendesak 2 : Mahal

1 : Tidak ganas 1 : Tidak mendesak 1 : Sangat mahal

Tabel 28. Kegawatan masalah


NO UKM ESENSIAL KEGAWATAN MASALAH
Keganasan Tingkat Biaya NILAI
Urgensi
Program KIA
1 Cakupan K1 5 5 5 15
2 Cakupan K4 5 5 5 15
3 Cakupan Deteksi Resti
Nakes 5 5 5 15

4 Cakupan Bumil Resti/ PKO 5 5 3 13


5 Cakupan Neonatus Resti
(PKN) 4 5 4 13

6 Cakupan PN di Fasyankes 5 5 5 15
7 Cakupan Persalinan Nakes 5 5 4 14
8 Cakupan PN di Non
Fasyankes 5 4 4 13

9 Cakupan Pelayanan Nifas


(KF3) 5 5 5 15

10 Cakupan Kunjungan
Neonatal Pertama 5 4 4 13

11 Cakupan Kunjungan
Neonatus (KN Lengkap) 4 4 4 12

12 Cakupan kunjungan Bayi 4 4 4 12


Program Gizi
13 Balita Yang Ditimbang
Berat Badannya (D/S) 5 5 4 14

14 N/S 5 5 4 14
15 Balita ditimbang yang Naik
Berat Badannya (N/D) 5 5 4 14

16 FE3 Ibu Hamil


5 5 5 15
17 Vitamin A
5 5 4 14
18 Asi Eksklusif
4 5 5 14
19 Vitamin A Bufas
4 5 5 14
Program P2
20 P2 Diare 4 5 5 14

21 P2 DBD 5 5 5 15

22 P2 ISPA < 5 thn 5 5 5 15


23 P2 ISPA > 5 thn 5 5 5 15

24 P2 Pneumonia Balita 5 5 4 14
25 P2 Campak 5 4 4 13
26 P2 HIV / Hepatitis 5 5 5 15

Imunisasi
27 HB0
5 5 5 15
28 BCG
5 5 5 15
29 DPT-HB-Hib 1/Polio 2
5 5 5 15
30 DPT-HB-Hib2/Polio3
5 5 5 15
31 DPT-HB-Hib3/Polio4
5 5 5 15
32 IPV
5 4 4 13
33 Campak
5 4 5 14
34 DPT-HB-Hib Boster
5 5 4 14
35 Campak Boster
5 4 4 13
36 Td 1
5 5 5 15
37 Td 2 5 5 5 15
Program Promkes

38 Pembinaan PHBS RT di 4
kelurahan 5 4 5 14

49 Penyuluhan kelompok 3 3 5 11
tentang UKM esensial dan
pengembangan
40 Penyuluhan Massal tentang 4 3 5 12
UKM esensial dan
pengembangan
Program Kesling
41 Pengawasan Kualitas
5 4 5 14
Lingkungan Perumahan
(Pemeriksaan lingkungan
perumahan, Kepemilikan
SPAL,Kepemilikan TPS)
42 Keluarga yang memiliki
akses air minum berkualitas 5 4 5 14

43 Keluarga yang 5 4 4 13
menggunakan jamban sehat
44 Tempat pengolahan 5 5 4 14
makanan dan minuman
45 Tempat tempat umum 5 4 4 13

D. Kemudahan Penanggulangan Masalah (Kriteria C)


Kriteria kemudahan penganggulangan yaitu :
1. Tidak mudah = 5
2. Agak mudah = 4
3. Cukup mudah= 3
4. Mudah =2
5. Sangat mudah= 1

Tabel 29. Kemudahan Penanggulangan Masalah


KEMUDAHAN
NO INDIKATOR
PENANGGULANGAN
Program KIA
1 Cakupan K1 3
2 Cakupan K4 3
3 Cakupan Deteksi Resti Nakes 3

4 Cakupan Bumil Resti/ PKO 3


5 Cakupan Neonatus Resti (PKN) 3

6 Cakupan PN di Fasyankes 3
7 Cakupan Persalinan Nakes 3
8 Cakupan PN di Non Fasyankes 3
9 Cakupan Pelayanan Nifas (KF3) 3

10 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama 3

11 Cakupan Kunjungan Neonatus (KN Lengkap) 3

12 Cakupan kunjungan Bayi 3

Program Gizi
13 Balita Yang Ditimbang Berat Badannya (D/S) 3

14 N/S 3
15 Balita ditimbang yang Naik Berat Badannya (N/D) 3
16 FE3 Ibu Hamil 3

17 Vitamin A 3

18 Asi Eksklusif 3

19 Vitamin A Bufas 3

Program P2

20 P2 Diare 3

21 P2 DBD 3

22 P2 ISPA < 5 thn 4


23 P2 ISPA > 5 thn 4

24 P2 Pneumonia Balita 4
25 P2 Campak 4
26 P2 HIV / Hepatitis 4

Imunisasi

27 HB0 3

28 BCG 3

29 DPT-HB-Hib 1/Polio 2 2
30 DPT-HB-Hib2/Polio3 2

31 DPT-HB-Hib3/Polio4 2

32 IPV 2

33 Campak 2

34 DPT-HB-Hib Boster 3

35 Campak Boster 3

36 Td 1 2

37 Td 2 2

Program Promkes

38 Pembinaan PHBS RT di 4 kelurahan 3

49 Penyuluhan kelompok tentang UKM esensial dan 3


pengembangan
40 Penyuluhan Massal tentang UKM esensial dan 3
pengembangan
Program Kesling
41 Pengawasan Kualitas Lingkungan Perumahan 3
(Pemeriksaan lingkungan perumahan, Kepemilikan
SPAL, Kepemilikan TPS)
42 Keluarga yang memiliki akses air minum berkualitas 3

43 Keluarga yang menggunakan jamban sehat 3


44 Tempat pengolahan makanan dan minuman 3
45 Tempat tempat umum 3
E. PEARL Faktor (Kriteria D)
Terdiri dari beberapa factor yang saling menentukan yaitu :
Tabel 30. Kriteria PEARL faktor
1. Propriety Kesesuaian dengan program
daerah/nasional/dunia
2. Economy Memenuhi syarat ekonomi untuk
melaksanakannya
3. Acceptability Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan
lembaga terkait
4. Resources Tersedianya sumber daya
5. Legality Tidak melanggar hukum dan etika
Skor yang digunakan, yaitu:
1 = setuju
0 = tidak setuju

Tabel 31. PEARL factor


PEARL
NO UKM ESENSIAL HASIL
P E A R L
Program KIA
1 Cakupan K1 1 1 1 1 1 1
2 Cakupan K4 1 1 1 1 1 1
3 Cakupan Deteksi Resti Nakes
1 1 1 1 1 1
4 Cakupan Bumil Resti/ PKO
1 1 1 1 1 1
5 Cakupan Neonatus Resti (PKN)
1 1 1 1 1 1
6 Cakupan PN di Fasyankes
1 1 1 1 1 1
7 Cakupan Persalinan Nakes
1 1 1 1 1 1
8 Cakupan PN di Non Fasyankes
1 1 1 1 1 1
9 Cakupan Pelayanan Nifas (KF3)
1 1 1 1 1 1
10 Cakupan Kunjungan Neonatal
Pertama 1 1 1 1 1 1
11 Cakupan Kunjungan Neonatus
(KN Lengkap) 1 1 1 1 1 1

12 Cakupan kunjungan Bayi 1 1 1 1 1 1


Program Gizi
13 Balita Yang Ditimbang Berat
Badannya (D/S) 1 1 1 1 1 1

14 N/S
1 1 1 1 1 1
15 Balita ditimbang yang Naik Berat
Badannya (N/D) 1 1 1 1 1 1

16 FE3 Ibu Hamil


1 1 1 1 1 1
17 Vitamin A
1 1 1 1 1 1
18 Asi Eksklusif
1 1 1 1 1 1

19 Vitamin A Bufas
1 1 1 1 1 1
Program P2
20 P2 Diare
1 1 1 1 1 1
21 P2 DBD
1 1 1 1 1 1

22 P2 ISPA < 5 thn


1 1 1 1 1 1

23 P2 ISPA > 5 thn


1 1 1 1 1 1

24 P2 Pneumonia Balita 1 1 1 1 1 1
25 P2 Campak 1 1 1 1 1 1
26 P2 HIV / Hepatitis
1 1 1 1 1 1
Imunisasi
27 HB0
1 1 1 1 1 1
28 BCG
1 1 1 1 1 1
29 DPT-HB-Hib 1/Polio 2
1 1 1 1 1 1
30 DPT-HB-Hib2/Polio3
1 1 1 1 1 1
31 DPT-HB-Hib3/Polio4
1 1 1 1 1 1
32 IPV
1 1 1 1 1 1
33 Campak
1 1 1 1 1 1
34 DPT-HB-Hib Boster
1 1 1 1 1 1
35 Campak Boster
1 1 1 1 1 1
36 Td 1
1 1 1 1 1 1
37 Td 2 1 1 1 1 1 1
Program Promkes
38 Pembinaan PHBS RT di 4
kelurahan 1 1 1 1 1 1

49 Penyuluhan kelompok tentang


UKM esensial dan pengembangan 1 1 1 1 1 1

40 Penyuluhan Massal tentang UKM


esensial dan pengembangan 1 1 1 1 1 1

Program Kesling
41 Pengawasan Kualitas Lingkungan
Perumahan (Pemeriksaan
lingkungan perumahan, 1 1 1 1 1 1
Kepemilikan SPAL, Kepemilikan
TPS)
42 Keluarga yang memiliki akses air
minum berkualitas 1 1 1 1 1 1

43 Keluarga yang menggunakan


jamban sehat 1 1 1 1 1 1

44 Tempat pengolahan makanan dan


minuman 1 1 1 1 1 1

45 Tempat tempat umum


1 1 1 1 1 1
F. Nilai Prioritas Masalah
Setelah kriteria A, B, C, dan D ditetapkan, nilai tersebut dimasukan ke dalam rumus:
1. Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A+B) x C
2. Nilai Prioritas Total (NPT) = (A+B) x C x D

Tabel 32. Nilai prioritas masalah


NO UKM ESENSIAL A B C D NPD NPT
Program KIA
1 Cakupan K1 6,4 15 3 1 64,2 64,2
2 Cakupan K4 6,4 15 3 1 64,2 64,2
Cakupan Deteksi Resti
3 6,4 15 3 1 64,2 64,2
Nakes
Cakupan Bumil Resti/
4 4,8 13 3 1 53,4 53,4
PKO
Cakupan Neonatus Resti
5 4,8 13 3 1 53,4 53,4
(PKN)
6 Cakupan PN di Fasyankes 4,8 15 3 1 59,4 59,4
Cakupan Persalinan
7 6,4 14 3 1 61,2 61,2
Nakes
Cakupan PN di Non
8 6,4 13 3 1 58,2 58,2
Fasyankes
Cakupan Pelayanan Nifas
9 4,8 15 3 1 59,4 59,4
(KF3)
Cakupan Kunjungan
10 6,4 13 3 1 58,2 58,2
Neonatal Pertama
Cakupan Kunjungan
11 4,8 12 3 1 50,4 50,4
Neonatus (KN Lengkap)
12 Cakupan kunjungan Bayi 3,2 12 3 1 45,6 45,6
Program Gizi
Balita Yang Ditimbang
13 4,8 14 3 1 56,4 56,4
Berat Badannya (D/S)
14 N/S 6,4 14 3 1 61,2 61,2
Balita ditimbang yang
15 Naik Berat Badannya 4,8 14 3 1 56,4 56,4
(N/D)
16 FE3 Ibu Hamil 6,4 15 3 1 64,2 64,2
17 Vitamin A 1,6 14 3 1 46,8 46,8
18 Asi Eksklusif 6,4 14 3 1 61,2 61,2
19 Vitamin A Bufas 4,8 14 3 1 56,4 56,4
Program P2
20 P2 Diare 8 14 3 1 66 66
21 P2 DBD 3,2 15 3 1 54,6 54,6
22 P2 ISPA < 5 thn 9,6 15 4 1 98,4 98,4
23 P2 ISPA > 5 thn 9,6 15 4 1 98,4 98,4
24 P2 Pneumonia Balita 1,6 14 4 1 62,4 62,4
25 P2 Campak 1,6 13 4 1 58,4 58,4
26 P2 HIV / Hepatitis 3,2 15 4 1 72,8 72,8
Imunisasi
27 HB0 4,8 15 3 1 59,4 59,4
28 BCG 4,8 15 3 1 59,4 59,4
29 DPT-HB-Hib 1/Polio 2 4,8 15 2 1 39,6 39,6

30 DPT-HB-Hib2/Polio3 4,8 15 2 1 39,6 39,6

31 DPT-HB-Hib3/Polio4 4,8 15 2 1 39,6 39,6


32 IPV 8 13 2 1 42 42
33 Campak 4,8 14 2 1 37,6 37,6
34 DPT-HB-Hib Boster 9,6 14 3 1 70,8 70,8
35 Campak Boster 9,6 13 3 1 67,8 67,8
36 Td 1 4,8 15 2 1 39,6 39,6
37 Td 2 8 15 2 1 46 46
Program Promkes
Pembinaan PHBS RT di 4
38 8 14 3 1 66 66
kelurahan
Penyuluhan kelompok
49 tentang UKM esensial 8 11 3 1 57 57
dan pengembangan
Penyuluhan Massal
40 tentang UKM esensial 1,6 12 3 1 40,8 40,8
dan pengembangan
Program Kesling
Pengawasan Kualitas
Lingkungan Perumahan
41 (Pemeriksaan lingkungan 6,4 14 3 1 61,2 61,2
perumahan, Kepemilikan
SPAL, Kepemilikan
TPS)
Keluarga yang memiliki
42 akses air minum 8 14 3 1 66 66
berkualitas
Keluarga yang
43 menggunakan jamban 6,4 13 3 1 58,2 58,2
sehat
Tempat pengolahan
44 8 14 3 1 66 66
makanan dan minuman
45 Tempat tempat umum 8 13 3 1 63 63

Adapun yang menjadi prioritas masalah Upaya Kesehatan Masyarakat


(UKM) Esensial di Puskesmas Lepo Lepo Januari - Juni 2020 adaah Cakupan
Penemuan Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dari Program
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).

G. Analisis Penyebab Masalah


Analisis masalah dilakukan untuk menentukan kemungkinan penyebab
masalah ISPA dengan metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan, dan
output). Pendekatan input meliputi 5M (Man, Money, Method, Material, Machine).

Tabel 33. Analisis kemungkinan penyebab masalah ISPA

KOMPONEN KEMUNGKINAN PENYEBAB


Input Man - Kurangnya penerapan PHBS dalam keluarga
dan lingkungan.
- Beberapa tenaga kesehatan masih belum
melaksanakan tugasnya secara disiplin dan
penuh tanggung jawab dalam memberikan
penyuluhan kepada masyarakat melalui lintas
program terkait
Money - Pembagian pendanaan program pandu PTM
belum mencukupi
Material Masih kurangnya sarana dan prasarana yang
mendukung jalannya program tersebut.
Metode Penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang
ISPA masih belum maksimal

Marketing Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan yang


disampaikan petugas ke masyarakat untuk
mendukung pemberantasan penyakit ISPA.

Lingkungan - Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap


dampak yang ditimbulkan rokok bagi anggota
keluarga
- Kurangnya kesadaran diri akan pentingnya
penggunaan masker saat beraktifitas di luar
Proses P1 Tidak ada masalah
(perencanaan)

P2 Masih kurangnya koordinasi petugas puskesmas


(Pelaksanaan) terkait program yang dijalankan sehingga program
belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.

P3 Pengawasan dan monitoring oleh penanggung


(Pengawasan) jawab bagian belum dilakukan secara maksimal

H. Prioritas Penyebab Masalah


Adapun prioritas penyebab masalah yaitu:
a. Kurangnya penerapan PHBS dalam keluarga dan lingkungan.
b. Beberapa tenaga kesehatan masih belum melaksanakan tugasnya secara disiplin
dan penuh tanggung jawab dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat
melalui lintas program terkait.
c. Pembagian pendanaan program pandu PTM belum mencukupi
d. Masih kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung jalannya program
tersebut
e. Penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang ISPA masih belum maksimal
f. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan yang disampaikan petugas ke masyarakat
untuk mendukung pemberantasan penyakit ISPA.
g. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap dampak yang ditimbulkan rokok bagi
anggota keluarga
h. Masih banyak masyarakat yang kurang antusias karena belum memahami
pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan puskesmas.
i. Pengawasan dan monitoring oleh penanggung jawab bagian belum dilakukan
secara maksimal
j. Masih kurangnya koordinasi petugas puskesmas terkait program yang dijalankan
sehingga program belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.
I. Pengambilan Keputusan
Dari analisis prioritas penyebab masalah maka di bawah ini ditampilkan
tabel paired comparison dan tabel kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah
yang berupa masyarakat beresiko tinggi.

Tabel 34. Tabel Paired Comparison

A B C D E F G H I J Total

A A A A E F G A A A

B B B E F G B B J

C D E F G H C J

D E F G H I J

E E E E E E

F G F I J

G G I J

H I J
I J

Total vertikal 0 0 0 1 4 4 5 2 4 7 27

Total horizontal 6 4 1 0 5 1 1 0 0 0 18

Total 6 4 1 1 9 5 6 2 5 7 45

Tabel 35. Tabel Kumulatif


No. Kode Total Persentase Kumulatif

1 E 9 9/45X100% 20% 20%


2 J 7 7/45X100% 15,55% 35,55%

3 A 6 6/45X100% 13,33% 48,88%

4 G 6 6/45X100% 13,33% 62,21%

5 F 5 5/45X100% 11,11% 73,32%

6 I 5 5/45X100% 11,11% 84,43%

7 B 4 4/45X100% 8,88% 93,31%

8 H 2 2/45X100% 4,44% 97,75%

9 D 1 1/45X100% 2,22% 99,97%

10 C 1 1/45X100% 2,22% 100%

Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah ISPA


dengan menyelesaikan 5 penyebab masalah (< 80%) yaitu :
1. Penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang ISPA masih belum maksimal
2. Masih kurangnya koordinasi petugas puskesmas terkait program yang dijalankan
sehingga program belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.
3. Kurangnya penerapan PHBS dalam keluarga dan lingkungan
4. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap dampak yang ditimbulkan rokok bagi
anggota keluarga
5. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan yang disampaikan petugas ke masyarakat
untuk mendukung pemberantasan penyakit ISPA.

J. Alternatif Pemecahan Masalah


Adapun alternatif pemecahan masalah yaitu:
1. Melakukan penyuluhan tentang penyakit ISPA dalam bentuk Video Edukasi dan
Poster
2. Membuat Balkes (Baliho Kesehatan) yang dapat ditempatkan di 4 kelurahan
wilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo yang sering di lewati oleh warga
3. Meningkatkan kualitas kinerja pegawai kesehatan di Puskesmas Lepo Lepo
4. Pemantauan dan pengawasan kinerja pegawai di Puskesmas Lepo Lepo secara
berkala oleh pimpinan pada setiap program Puskesmas

Dari alternatif pemecahan masalah tersebut maka dibuatkan kriteria mutlak yaitu:
Tabel 36. Kriteria mutlak untuk pelaksanaan RUK
Input
Kegiatan Output Keterangan
Man Money Material Method Marketing
Dapat
1 1 1 1 1 1 1
dilakukan
Dapat
2 1 1 1 1 1 1
dilakukan
Dapat
3 1 1 1 1 1 1
dilakukan
Dapat
4 1 1 1 1 1 1
dilakukan
90

Tabel 37. Plan Of Action (Poa) Masalah Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial Puskesmas Lepo Lepo Januari-Juni 2020
Sumber
Rencana Kegiatan Tujuan Sasaran Target Waktu Tempat Personil Biaya
Dana
Melakukan Meningkatkan Masyarakat 100% Bulan Juli Platform Petugas Biaya Pembuatan BOK
penyuluhan tentang pengetahuan wilayah kerja sd. Desember Media kesehatan di Video Edukasi 5
penyakit ISPA tentang bahaya dari Puskesmas 2020 Sosial Puskesmas Menit:
dalam bentuk penyakit ISPA Lepo-Lepo seperti Lepo-Lepo Rp. 200.000
Video Edukasi dan Facebook,
Poster Youtube,
Instagram,
dan
Website
sederhana
Membuat Balkes Meningkatkan Masyarakat 100% Bulan Juli 8 titik di Petugas Biaya Cetak Baliho
(Baliho Kesehatan) kesadaran warga wilayah kerja sd. Desember tiap kesehatan di 2 x 4 Meter:
yang dapat mengenai Puskesmas 2020 Kelurahan Puskesmas Rp. 200.000 x 8 Titik:
ditempatkan di 4 pentingnya Lepo-Lepo Lepo-Lepo Rp. 1.600.000
kelurahan wilayah kesehatan
kerja puskesmas Biaya Kayu Kerangkar
lepo-lepo yang Baliho 2 x 4 Meter
sering di lewati 300.000 x 8 Titik:
oleh warga Rp 2.400.000

Total :
Rp 4.000.000
LAPETU Meningkatkan Seluruh 100% Setiap 3 Puskesmas Petugas Pemateri 1 orang x Rp BOK
(Lokakarya kualitas kinerja petugas di bulan Lepo Lepo kesehatan 500.000 x 2 kali
Peningkatan Mutu) pegawai kesehatan Puskesmas Juli sd. Puskesmas
yang dilakukan di Puskesmas Lepo Lepo Lepo Desember Lepo Lepo Total :
secara daring Lepo 2020 Rp 1.000.000,-
Pemantauan dan Untuk meningkatkan Seluruh 100% Tiap akhir Puskes-mas Kepala Tidak ada Tidak ada
pengawasan kinerja kedisiplinan dan pegawai di bulan Lepo Lepo Puskesmas
pegawai di tanggung jawab pada Puskesmas Lepo Lepo
Puskesmas Lepo pegawai di Lepo Lepo bersama-sama
Lepo secara berkala Puskesmas Lepo baik ASN dengan
Lepo maupun non penanggung
ASN jawab program

Symponi Line Meningkatkan Seluruh 100% Setiap 3 Puskesmas Petugas Pemateri 1 orang x Rp BOK
(Symposium pemahaman terkait warga di bulan Juli sd. Lepo Lepo Kesehatan 150.000.- = Rp
Mini Online) dengan pentingnya wilayah Desember Puskesmas 150.000,- x 2 kali
yang di lakukan pelayanan kerja 2020 Lepo Lepo sosialisasi
secara daring kesehatan pada Puskesmas = Rp 300.000,- x 4
disetiap pasien ISPA. kelurahan
kelurahan = Rp 1.200.000,-
mengenai
pentingnya Total :
pelayanan Rp 1.200.000,-
kesehatan pada
pasien ISPA dan
pneumonia
BAB VI
PENUTU
P

1) Simpulan
1. Adapun yang menjadi prioritas masalah Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Esensial di Puskesmas Lepo Lepo pada tahun 2019, yaitu kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dari program Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M).
2. Prioritas penyebab masalah tersebut adalah
a. Penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang ISPA masih belum
maksimal
d. Masih kurangnya koordinasi petugas puskesmas terkait program yang
dijalankan sehingga program belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.
e. Kurangnya penerapan PHBS dalam keluarga dan lingkungan
f. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap dampak yang ditimbulkan rokok
bagi anggota keluarga
g. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan yang disampaikan petugas ke
masyarakat untuk mendukung pemberantasan penyakit ISPA.
3. Alternatif penyelesaian penyebab masalah tersebut adalah:
a. Melakukan penyuluhan tentang penyakit ISPA dalam bentuk Video Edukasi
dan Poster
b. Membuat Balkes (Baliho Kesehatan) yang dapat ditempatkan di 4 kelurahan
wilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo yang sering di lewati oleh warga
c. Meningkatkan kualitas kinerja pegawai kesehatan di Puskesmas Lepo Lepo
d. Pemantauan dan pengawasan kinerja pegawai di Puskesmas Lepo Lepo
secara berkala oleh pimpinan pada setiap program Puskesmas

2) Saran
1. Diharapkan laporan ini dapat dijadikan sumber pemahaman kepada masyarakat
dan petugas kesehatan di puskesmas tentang pentingnya untuk mencegah ISPA.
2. Diharapkan laporan ini dapat menjadi solusi manajemen program terbaru untuk
mengatasi masalah ISPA.
3. Diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai contoh cara menganalisis
masalah di puskesmas dan membuat rencana usulan kegiatan (RUK).

92
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015


tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 128/MENKES/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyrakat.
Nisak, Z. 2015. Analisis SWOT Untuk Menentukan Strategi Kompetitif. Jurnal Ekbis
9(2):468-476.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2015 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dalam Pendekatan Keluarga.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas. Profil UPTD Puskesmas Lepo Lepo Tahun 2019
Symond, D. 2013. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis Intervensi
Kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan di Suatu Wilayah. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 7(2):94-100.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

93
Lampiran 1. Grafik Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Puskesmas Lepo Lepo

1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1

99,96
Des :%
91,63
Nov:% Okt :% SEP;% 83,3
Ags ;% Jul :% 74,97
Jun :41.2% 66,64
58,31
Mei :35% 49,98
Apr :31%, Mar:28% Feb:19
41,65% 76 120
52 292
Jan : 8.4 % 33,32 34
24,99
16,66 20
8,33 16
0 7,8 8,9 6 9,8 7,5 8,5
3 4,5

K.LEPO-
K.wtb K.BRG K.WDDP PKM
LEPO 34,6
% kumulatif 45,7 44,1 38,6 3 41,2
% bln ini 16 20 6 7,5 4,5
% bln lalu tren 7,8 8,9 9,8 8,5

2. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

% 99,96
% Okt: % Sep; % Ags;% Jul :% 91,63
83,3
0.5% 74,97
34% Apr:26% Mar:22.7% Feb:14.5%
66,64 Jan :4.6 %
58,31
49,98 75
41,65 112 287
41
33,32 50
24,99
16,66
8,33 9,67,8 6,6 8 9,8 6,57,8
0 5 3,86,3

K. LEPO-
k.WTBk.BRGk. WDDP PKM
LEPO 32
% kumulatif 45 41 35,9 3,8 40,5
% bln ini 9,6 6,6 5 6,3 6,5
% bln lalu tren 7,8 8 9,8 7,8

94
95

3. Bumil Resti

99,96
91,63
Okt :% Sept :% Ags% 83,3
74,97
66,64
5% Mei:30.9% Apr : 26% Mar:19% Feb :11.9%
58,31
Jan :3.5 % 49,98
41,65
14
33,32 10 49
24,99 10 16
16,66
8,33
0

K.WTB K.WDDP K.LEPO2 K.BRG PKM


%komulatif 40,5 35,9 33 28,5 34,5
% bln ini 1 10 6,3 9 7,5
% bln lalu tren 10 8 12,5 9 10

4. Cakupan Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Des :%
Nov :% Okt :% Sept :% Ags :% Jul;%99,96
Jun:52 % Mei : 43.7% 91,63
83,3
Apr : 35.1%
Mar :25.7% 74,97
102
66,64
Feb :16.6 % 58,31 354
51 50
Jan :7.8% 49,98
64
41,65
33,32
24,99
16,66
8,33

0
K.WTB K.BRG K.WDDP K.LEPO2 PKM
% kumulatif 64,5 51 50 43,2 52
% bln ini 12,6 4,7 7,2 12,6 16
% bln lalu 17 18 25 14 16,8
tren
5. Cakupan Pelayanan KF 1

99,96
Des :% 91,63
No v :% 83,3
Ok t :% 74,97
Sept :% 66,64 102
354
Ag s :% 58,31
13
Ju l ;% 49,98
55
5 64
Jun;59.1% 41,65
Mei :49.5%
Apr :39.8% 33,32

Mar :29% 24,99

Feb :18.8% 16,66

Jan :8.8% 8,33

0 K.WTB K.BR K. WDDP K. LEPO2 PKM


% kumulatif G
% bln ini 64,5 51 50 43,2 59,1
% bln lalu 12 8,8 7,2 4,7 8,6
tren 17 18 25 14 18

6. Cakupan Pelayanan KN 1

%
% Okt :% Sept;% Ags:% Jul :%
99,96
9.1% Mei:49.5% Apr :39.8% Mar:29%
91,63 Feb :18.8%
Jan :8.8% 83,3 55 102
74,97
66,64 354
64 133
58,31
49,98
41,65
33,32
24,99
16,66
8,33
0
K.LEPO-
K.Wddp K.WTB K.BARUGA PKM
LEPO
% kumulatif 71 71 52 52 59
% bln ini 12,2 11,2 10,5 11,2 10
% bln lalu 15 10,5 8,9 7,9 9,6
tren
7. Cakupan Pelayanan KN Lengkap

99,96
Des : % 91,63
Nov :% Okt : % Sept:% Ags :%
83,3Jul .
74,97
Jun;35.1% Mei :26.5%
Apr :26.5% 66,64
58,31
Mar :26.5% 49,98 64
Feb :16.2 % 41,65 30
Jan :7.8% 33,32 39
24,99 77
16,66 39
8,33
0

K.WTB K.WDDP K.BARUGA K.LEPO2 PKM


% kumulatif 45 38,8 30 23,5 35
% bln ini 12 7 9 7 8,8
% bln lalu tren 0 0 0 0 0

8. Cakupan Neonatus Resti

99,96

Des :% 91,63
83,3 9
Nov :% Okt :% Sept;4% Ags :9%
Jul :9% 74,97
Jun 48 %: 66,64 11
Mei 46% 58,31
11
April :37%
Mar :27,% Feb:16.8% Jan: 49,98
7.8% 43
41,65
33,32 12

24,99
16,66

8,33
0
K.wddp K.lepo2 K.WTB K.BRG PKM
% kumulatif 75 61 52 31 48
% bln ini 0 0 6 2 22
% bln lalu 16 11 9 5 8
tren
9. Cakupan Pelayanan Bayi 29 hari – 11 bulan

99,96
91,63

% Sep:% Ags :% Jul :% 83,3


74,97 55
ei:41.6% Apr :34% Mar;24.4% Feb; 14.5 % Jan:5.6 %
66,64
85
58,31 306
62
49,98
41,65 104

33,32
24,99
16,66
8,33

0
K . Wddp k. WTB k. LEPO2 k. BARUGA PKM
%kumulatif 71 59 50 40 51
% bln ini 9 7 9 14 9
% bln lalu
11 11 7 3 11,1
tren

10. Cakupan Pelayanan Anak balita

99,96
% 91,63
83,3
% Okt :% Sep:% Ags :% Jul :% Jun:37%
74,97
0.9% Apr :23.5% Mar:23.5% Feb;16% Jan;9.8 %
66,64
58,31
49,98
41,65
33,32 116
24,99 232 278 120 746
16,66
8,33

0
k. WDDP k. wtb k. brg K.lepo2 PKM
%kumulatif 45 40 39 37 37
% bln ini 11 7 10 4 9
% bln lalu 4 9 21 5 7
tren
11. Cakupan Pelayanan WUS yang memperoleh Vaksin TD 3

Des : % 99,96
Nov:% Okt : % Sept :% Ags:% Jul :%
91,63
Jun :52.2% 83,3
Mei :23.3% 74,97
66,64
Apr :23.3%
58,31
Mar :23.3% 49,98 31
Feb :14.3% Jan:6.5% 41,65 64
33,32
24,99 77 30
39
16,66
8,33
0

K.LEPO-
K.wtbK.brgK.wddp PKM
LEPO 26
% Kumulatif 40 29 27 4 52,2
% bln ini 11 7 6 0 7
% bln lalu tren 0 0 0 0

12. Cakupan Pelayanan KB

75
68,75
62,5
56,25
50
43,75
37,5
31,25 K.WDP K.LEPO2 K.BRG K.WTB KUM. PKM
%jan25 6,1 6,1 6 6,2 6,1
18,75
%.peb 7,4 8,5 9,8 10 18,2 9,5
12,5
Column2
6,25
Column3
0
Column4
JUN 75
Column6
Column7
Column8
okt
NOP
DES
13. Cakupan Balita Yang Ditimbang Berat Badannya (D/S)

100

Des 90
82
Nop
Okt 80 73
Sep 64
70 65
Agust 60 57
Juli 60 51 5 56 55
4 54
Juni : 56,18%
Mei : 7,5% 50
April : 43.5 % 3
Mart : 87,5 % 40 33 7
Feb : 94%
30
Jan : 93 % 20
20 15

10
Lp Wdp Brg Wtb Puskesmas
% rata2 33 37 60 73 56
% bln lalu 51 54 54 64 57
% bln ini 15 20 65 82 55
trend

14. Cakupan N/S

100

90

80 74
-Des
-Nop 70
68 61
-okt
-sep 60 53
51
-Agus 46 48
50
- Juli
- Juni :44% 40
44 34
- Mei :39 % 37
- Apr :39 % 30 30 23
29
- Mrt :80 %
- Peb :90 % 20
11 11
- Jan :93 %
10
Lp Wdp Brg Wtb Puskesmas
% Rata2 29 30 37 68 44
% bln lalu 46 48 51 61 53
% bln ini 11 11 23 74 34
trend
15. Cakupan Balita ditimbang yang Naik Berat Badannya (N/D)

100
- Des 90
- Nop
- Okt 80 90
- Sep
70 71
- Agus
- Juli 60 70
61 52 51
- Juni :62% 48 49 50 62
50 52 56
- Mei :75%
55
- Aprl :96% 40 43
- mert :91,5%
- peb :91,5 % 30 36
- jan :91 %
20

10
LP Wdp Brg Wtb Puskesmas
% Rata2 61 52 43 71 56
% bln lalu 52 48 49 51 50
% bln ini2 70 55 36 90 62
trend

16. Cakupan FE3 Ibu hamil

50 46
-Des 49,99
45 42
-Nop 41
-Okt 40 36
- Sep 35 32
- Agudt 36 36
-Juli 30
31
-Juni 49,99% 25 28
- Mei 41,66%
20
-Aprl 33,33%
- Mrt 24,99% 15
10 9
- Peb 16,67% 10 6
-Jan 8,33% 4 5
5
0
Lp Wdp Brg Wtb Pusk
% komulatip bln lalu 28 31 36 36 49,99
% komulatip bln ini 32 36 42 46 41
% bln ini 4 5 6 10 9
17. Cakupan Vitamin A

100
100

Des 90
Nop 76,51 76,36 75,86 76,62
80
70,96 67,76 67,27 69,16
Okt 68,43
70
Sep
Agus 60
-Juli 50
40
-Juni 49,99%
30
-Mei 41,66% 20
-Aprl 33,33%
-Mrt 24,99%
-Peb 16,67% 8,6 8,59 7,46 9,05
10 5,55
-Jan 8,33 %
0
Lp Wdp Brg Wtb Puskesmas
komulatip bulan lalu 70,96 67,76 67,27 69,16 68,43
komulatip bulan ini 76,51 76,36 75,86 76,62 100
% bln ini 5,55 8,6 8,59 7,46 9,05

18. Asi Eksklusif

60
52 51
-Des 50
48 49
-Nop 50
-Okt
-Sep 40
-Agudt
-Juli
-Juni 49,99% 30
-Mei 41,66%
-Aprl 33,33% 20
-Mrt 24,99%
-Peb 16,67% 8 9 9 8 8
10
-Jan 8,33%

0
Lp Wdp Brg Wtb Pusk
komulatip bln lalu 44 41 42 40 41
komulatip bln ini 52 50 51 48 49
%bln ini 8 9 9 8 8
19. Cakupan Vitamin A Bufas

70
65

60
- Des 52 52 53
50
- Nop
50
- Okt 44
43 43
- Sep 42
- Agus 40
38
-Juli
-Juni 53%
-Mei 41,66% 30
-Aprl 33,33%
-Mrt 24,99%
-Peb 16,67% 20
-Jan 8,33 % 13
10
9
10 7
5

0
Lp Wdp Brg Wtb Puskesmas
komulatip bulan lalu 38 43 42 52 44
komulatip bulan ini 43 50 52 65 53
% bln ini 5 7 10 13 9

20. Persentase P2 Diare

160

140

120
Target
: 100% 100

80

60

40

20
0
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Pusk
Jumlah Kasus 51 44 18 6 14 9 142
% Pencapaian 9,94% 9% 3,50% 1,16% 2,72% 1,75% 27,64%
21. Persentase P2 DBD

35

30

25

20

15

10

0
jan feb Mar Apr Mei Juni Pusk
Jm.Kasus 0 21 4 3 3 0 31

22. Persentasi P2 ISPA <5 tahun

140
125
120

100

80

60
49

40 36
30

20
6 4
1,92% 1% 1% 0,23% 0 0% 0,15% 4,88%
0
Januari Februari Maret Apr Mei Juni Pusk

jumlah kasus% Pencapaian


23. Persentasi P2 ISPA >5 tahun

250
228

200

150

106
100

4345
50
21
0,09% 11
0,18% 0,19% 0,46% 20,01% 0,05% 0,98%
0
Januari Februari Maret April Mei Juni Pusk

jumlah kasus% pencapaian

24. Persentasi P2 Penumonia Balita

3,5

2,5

1,5

0,5

0 jan Feb Mar Apr Mei Juni Pusk


Jm.Kasus 1 1 1 0 0 0 3
%pencapaian
25. Persentasi P2 Campak
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Pusk
0
Jum Kasus 0 0 0 0 0 0 0

26. Persentasi P2 HIV/Hepatitis

300

250

200

150

100

50

0
jan Feb Mar Mei Juni Pusk
Apr
bumil yg di 49 64 84 36 6 23 262
periksa
capaian 14,8 19,33 25,37 10,87 1,81 6,94 79,12
27. Cakupan Imunisasi HB0

99,6
91,3
80
83
74,7
66,4 61 60 62
58
58,1
49,8
41,5 38
33,2
24,9 16
15
16,6 11
8
8,3 3 1 1 2 1
0
LEPO WWDP BRG WTB PUSK
%Kumulatif 80 61 60 58 62
%Bln Lalu 38 8 15 11 16
%Bln ini 3 1 1 2 1
Trend

28. Cakupan BCG

99,6
91,3 87
83
83
74,7 67
66,4 58 56
58,1
49,8
41,5
31
33,2
24,9
1618 13 16
16,6 1210 11
8 9
8,3
0
LEPO WTB WDDP BRG PUSK
%Kumulatif 87 83 58 56 67
%Bln Lalu 31 16 13 12 16
%Bln ini 8 18 9 10 11
Trend
29. Cakupan DPT-HB-Hib 1/Polio 2

99,6
91,3
83 75
71
74,7
60 60
66,4
58,1 49
49,8
41,5
33,2
13 13 14
24,9 8 8 9 75 89
16,6
8,3
LEPO2 WTB WDDP BRG PUSK
0
% Kumulatif 75 71 60 49 60
% Bln lalu 8 8 9 7 8
% Bln ini Trend 13 13 14 5 9

30. Cakupan DPT-HB-Hib 2/Polio 3

99,6
91,3
83 75
74,7
66,4 54
58,1
4
5
49,8
41,5
33,2
24,9 13 10
16,6 87
8 6 66 56
8,3
0
WTB LEPO2 BRG WDDP PUSK
% Kumulatif 75 68 45 40 54
% Bln lalu 13 10 6 5 8
% Bln ini 8 6 6 6 7
Trend
31. Cakupan DPT-HB-Hib 3/Polio 4

99,6
91,3
83 72
74,7 65
66,4 51 57
58,1 48
49,8
41,5
33,2 1010 1512
24,9 98
36 96
16,6
8,3 WTB LEPO2 WDDP BRG PUSK
0
%Kumulatif 72 65 51 48 57
%Bln Lalu 10 15 3 9 9
%Bln ini 10 12 6 6 8
Trend

32. Cakupan Campak

99,6
91,3
83 77
74,7
66,4
58,1 53 52
49,8 46
41,5 35
33,2
24,9
15
16,6 10 12 13 10
8 7 99
8,3 5
0
WTB LEPO2 BRG WDDP PUSK
%Kumulatif 77 53 46 35 52
%Bln Lalu 15 12 8 5 9
%Bln ini 10 13 7 10 9
Trend
33. Cakupan DPT-HB-Hib Boster

99,6
91,3
83
74,7
66,4
58,1
49,8
41,5
33,2
24,9
16,6
8,3
9 8 8 6 7
12 11 1 1 11 11
0
WDDP WTB LEPO2 BRG PUSK
%Kumulatif 9 8 8 6 7
%Bln Lalu 1 1 1 1 1
%Bln ini 2 1 1 1 1
Trend

34. Cakupan Campak Boster

99,6
91,3
83
74,7
66,4
58,1
49,8
41,5
33,2
24,9
16,6
9 6 5 4 6
8,3
0
WTB BRG WDDP LEPO2 PUSK
%Kumulatif 9 6 5 4 6
%Bln Lalu 1 1 1 1 1
%Bln ini 1 1 1 1 1
Trend
35. Cakupan Td1

99,6
91,3
83
74,7
66,4 64
58,1 59
49,8 5555
41,5
33,2 38
24,9
16,6
8,3 21
0 12 13
6 8 6
8
2 21
WDDP
BRG WTB LEPO2 38 PUSK
%Kumulatif 64 59 55 2 55
%Bln Lalu 8 6 21 1 8
%Bln ini Trend 12 13 2 6

36. Cakupan Td1

99,6
91,3
83
74,7
66,4
58,1
49,8 43 41
41,5 33
33,2 28
25
24,9
16,6
8,3 1 3 11 1 3 22 13
0
WTB LEPO2 BRG WDDP PUSK
%Kumulatif 43 41 28 25 33
%Bln Lalu 1 1 1 2 1
%Bln ini 3 1 3 2 3
Trend
Lampiran 2 : Dokumentasi Kegiatan UKM Puskesmas Lepo Lepo

Gambar 5. Pelaksanaan pendataan keluarga sehat

Sumber: Dokumentasi kegiatan puskesmas 2020

Gambar 6. Kegiatan Imunisasi DPT

Sumber: Dokumentasi kegiatan puskesmas

2020
Gambar 7. Kegiatan Imunisasi Polio

Sumber: Dokumentasi kegiatan puskesmas 2020

Anda mungkin juga menyukai