"
Pembangunan kesehatan Indonesia memiliki visi menciptakan manusia yang sehat, produktif, mandiri
dan berkeadilan. Beberapa kendala pencaian visi tersebut yang muncul di 2022 adalah keterbatasan
big data, bahan baku obat, reagen dan alat kesehatan yang sebagian besar masih impor, kekurangan
dokter di daerah karena distribusi dokter umum, spesialis dan subspesialis yang tidak merata. Obat
dan alat kesehatan di Indonesia lebih dari 90% impor. Bahkan, di awal pandemi permasalahan
pengadaan alat kesehatan seperti alat pelindung diri, hand sanitizer, obat-obatan bahkan untuk obat
seperti parasetamol saja bahan baku harus impor, reagen PCR dan sekuensing, pembuatan primer.
Kita juga mengalamu permasalahan seputar alat kesehatan untuk fasilitas di rumah sakit seperti
oksimeter, ventilator, high flow nasal canulla (HFNC) yang merupakan barang impor. Riset inovasi
dalam beberapa tahun terakhir ini mulai dilakukan oleh institusi pendidikan kedokteran, sudah mulai
direspons dengan baik oleh Kemenristek BRIN sebelum kementerian di bubarkan dan menjadi
lembaga BRIN yang bertanggung jawab kepada Presiden. Indonesia juga masih memiliki masalah
kesehatan persisten meskipun dana penanggulangan yang dialokasikan pemerintah setiap tahun relatif
besar. Belanja kesehatan di Indonesia setiap tahun cenderung meningkat. sebanyak 52,1 % anggaran
diserap melalui pelayanan BPJS Kesehatan dan fasilitas kesehatan pemerintah. Pada pemerintahan
yang baru, ditetapkan program tranformasi kesehatan yang sebagian besar ditujukan untuk mengatasi
keterbatasan tersebut diantaranya adalah transformasi bidang Sumber daya manusia, tekhnologi
kesehatan, bioteknologi, pembiayaan kesehatan, serta pelayanan kesehatan primer dan rujukan.
Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/461401/proyeksi-kesehatan-2022
Step 1
Jumlah dokter standarnya satu per 1000 penduduk. Kebutuhan di Indonesia masih
belum terpenuhi ditambah lagi dengan distribusi yang belum merata.
Pemerataan SDM Kesehatan yang berkualitas diperlukan untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
melalui academic health system.
Academic health system merupakan sebuah model kebijakan yang mengakomodir
potensi masing-masing institusi ke dalam satu rangkaian visi yang berbasis pada
kebutuhan masyarakat. Konsep ini merupakan integrasi pendidikan kedokteran
bergelar, dengan program pendidikan profesional kesehatan lainnya yang memiliki
rumah sakit pendidikan atau berafilisasi dengan rumah sakit pendidikan, sistem
kesehatan, dan organisasi pelayanan kesehatan.
Melalui academic health system diharapkan dapat menghitung jumlah dan jenis
lulusan SDM Kesehatan dan memenuhi kebutuhan wilayah; Mendefinisikan profil
dan value SDM Kesehatan yang diperlukan di wilayah tersebut; serta menentukan
pola distribusi SDM Kesehatan yang sustainable mulai dari layanan primer hingga
tersier.
Kebutuhan dokter harus diperbanyak, harus ada akselerasi dan 10 tahun terakhir ini
akselerasinya sangat lambat. Jadi ini harus dipercepat baik dokter umum maupun
dokter spesialis,” ucap Menkes Budi.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20220531/5640005/deretan-
transformasi-kesehatan-oleh-menkes-budi/
4. Meningkatkan kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam
negeri.
Sesuai dengan peta jalan kemandirian farmasi dan alat kesehatan, pemerintah telah
bertekad untuk meningkatkan industri bahan baku obat dan juga peningkatan produksi
alat kesehatan dalam negeri. Agar produksi dalam negeri ini dapat diserap oleh pasar,
pemerintah harus melakukan langkah-langkah strategis untuk mendorong penggunaan
obat dan alat kesehatan produksi dalam negeri.
3. Apa masalah Kesehatan persisten di Indonesia?
Pretty Multihartina Kepala Pusat Kebijakan Upaya Kesehatan BKPK (Pusjak UK)
menyebutkan bicara kesehatan tidak hanya bisa dari sektor kesehatan namun butuh lintas
sektor. “Butuh penguatan terhadap analisis dan mengusung isu kesehatan ke depan,”
ujarnya. Dalam paparannya, Pretty mengungkap sejumlah masalah kesehatan di Indonesia
yang masih persisten.
Pretty mengatakan usia harapan hidup orang Indonesia 71 tahun, angka kematian
maternal masih 305 perseratus ribu kelahiran hidup, angka kematian bayi 22 perseribu
kelahiran hidup, dan 28 persen mengalami stunting. Selain itu, kasus tuberkulosis kedua
tertinggi di dunia, sebanyak 73 persen jumlah kematian yang disebabkan penyakit tidak
menular, dan 39 persen usia di atas lima belas tahun merokok.
WAKIL Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, saat ini, Indonesia
masih memiliki masalah kesehatan yang persisten. Hal itu bisa dilihat dari beberapa
indikator seperti harapan hidup, angka kematian, angka kematian bayi, dan lainnya.
Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/458698/wamenkes-akui-indonesia-
masih-memiliki-masalah-kesehatan-yang-persisten
Pertama, Indonesia mencatat angka harapan hidup hanya 71. Capaian ini lebih rendah dari
angka harapan hidup negara asia timur dan pasifik yang mencapai 75, Turki 77, Amerika
Serikat 79, dan Australia 83.
"Kedua, kita masih memiliki angka kematian maternal yang masih tinggi sekitar 305 per
100.000 kelahiran hidup," jelas Dante dalam Forum Nasional Kemandirian dan
Ketahanan Industri Sediaan Farmasi, Senin (8/11).
Angka kematian maternal di Indonesia jauh lebih tinggi dari Singapura yang hanya 7,
Malaysia 24, Thailand 25, Brunei 60, Vietnam 69, Myanmar 180 dan Filipina 221.
Ketiga, Indonesia masih memiliki angka kematian bayi 22 per 1.000 kelahiran hidup.
Posisi kematian bayi di Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan Singapura hanya
2, Malaysia 7, Thailand 6, Brunei 9, dan Vietnam 15.
Keempat, prevalensi kasus stunting di Indonesia sebesar 28 persen. Angka prevalensi ini
lebih tinggi dari Singapura yang hanya 4 persen, Thailand 13 persen, Vietnam 20 persen,
Brunei 20 persen, Malaysia 22 persen, Myanmar 27 persen.
Kelima, Indonesia menduduki posisi ketiga dengan kasus Tuberculosis tertinggi di dunia.
Total kumulatif Tuberculosis di Indonesia sebanyak 840.000. Keenam, 73 persen
kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular, sementara negara-negara
di Asia Tenggara hanya 60 persen.
"Kemudian kita masih dihadapkan dengan 39 persen populasi umur 15 tahun ke atas
masih merokok. Prevalensinya tertinggi di antara negara-negara Asean," sambung Dante.
Di tengah berkembangnya masalah kesehatan yang persisten ini, belanja kesehatan juga
terus meningkat. Pemerintah, kata Dante, mengupayakan tranformasi sistem kesehatan
untuk menangani masalah kesehatan di Tanah Air.
"Sekarang wakunya melakukan transformasi kesehatan," pungkasnya
https://www.merdeka.com/peristiwa/wamenkes-sebut-indonesia-masih-punya-masalah-
kesehatan-persisten.html
Salah satu jenis kepesertaan BPJS Kesehatan adalah Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Dilansir dari laman BPJS Kesehatan, PBI merupakan layanan bagi peserta yang tergolong
fakir miskin dan orang tidak mampu. Nantinya, iuran per bulan peserta BPJS Kesehatan
PBI ini akan dibayarkan oleh pemerintah. "Jika (peserta) termasuk ke dalam kategori
Penerima Bantuan Iuran (PBI) maka iurannya ditanggung oleh negara melalui
pembiayaan APBN atau APBD," ujar Kepala Humas BPJS Kesehatan M Iqbal Anas
Ma'ruf, saat dihubungi Kompas.com (18/5/2022). BPJS Kesehatan PBI juga bisa menjadi
salah satu alternatif bagi masyarakat yang merasa keberatan dengan iuran BPJS
Kesehatan Mandiri. Sebab, BPJS Kesehatan Mandiri mewajibkan pesertanya membayar
iuran per bulan dengan nominal tertentu. Iqbal memastikan, masyarakat bisa beralih dari
BPJS Kesehatan Mandiri ke BPJS Kesehatan PBI. Pilihan alternatif tersebut bisa menjadi
solusi kepesertaan BPJS Kesehatan yang bersifat wajib bagi seluruh warga Indonesia.