Anda di halaman 1dari 49

Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Sultan Agung

MODUL KETRAMPILAN KLINIS 3


Radiologi Thoraks

BUKU PETUNJUK SKILLS LAB

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung


Jl. Raya Kaligawe Km. 4, Semarang 50112
P.O. BOX 1054/SM
Telp. (024) 6583584
Fax. (024) 6594366
PEMERIKSAAN RADIOLOGI TORAKS SISTEM KARDIOVASKULAR

Semester : 5
Modul : Keterampilan Klinis 3
LBM : 2
Topik Ketrampilan : Interpretasi Rontgen/foto toraks sistem kardiovaskular
Waktu : 50 menit (online)
Pemateri : dr. Dria Anggraeni, Sp. Rad

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mampu menjelaskan modalitas radiologis yang diperlukan untuk mendiagnosa penyakit
cardiovascular.
2. Mampu menjelaskan indikasi pemeriksaan X Foto Toraks.
3. Mampu menyebutkan syarat pemeriksaan X Foto Toraks yang baik untuk penilaian
jantung.
4. Mampu menyebutkan dan menjelaskan proyeksi X Foto Toraks yang dibutuhkan untuk
penilaian jantung.
5. Mampu menjelaskan anatomi cavum toraks yang tampak pada X Foto Toraks.
6. Mampu menilai jantung pada X Foto Toraks.
7. Mampu melakukan penghitungan Cardio-Thorax Ratio (CTR).
8. Mampu mendeskripsikan gambaran radiologi pembesaran jantung.

B. Rencana Pembelajaran
Durasi 50 menit online (kelas besar, Instruktur oleh Dokter Spesialis Radiologi)
Panduan ➢ 35 menit pertama instruktur menjelaskan tentang
Instruktur pemeriksaan radiologi untuk sistem cardiovascular.
➢ 5 menit berikutnya sesi tanya jawab.
➢ Pada 10 menit berikutnya, mahasiswa mengerjakan soal
evaluasi melalui google form. Penilaian skills lab diambil
dari nilai yang diperoleh dari evalusi tersebut.
Tugas ➢ Menyimak penjelasan instruktur tentang pemeriksaan
Mahasiswa radiologi untuk sistem cardiovascular.
➢ Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari dan ke
instruktur pada sesi tanya jawab.
➢ Mengerjakan soal evaluasi melalui google form dalam
waktu yang telah ditentukan.

C. Dasar Teori

Kelainan pada sistem cardiovascular dapat dianalisis melalui beberapa modalitas imaging baik
tanpa cairan kontras IV, yaitu X Foto Toraks maupun dengan kontras, seperti angiografi dan CT
scan cardiac. Namun terdapat pula pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan secara non-
radiologis, seperti Elektrocardiogram dan Echocardiogram.

Yang akan dibahas mendalam di skills lab ini adalah pemeriksaan radiologi konvensional atau X
Foto Toraks, dan lebih dititikberatkan pada interpretasi kelainan pembesaran jantung.

PRINSIP KERJA RADIOLOGI KONVENSIONAL


Radiologi konvensional adalah pencitraan yang diproduksi melalui transmisi radiasi pengion atau
sinar-X (dengan atau tanpa kontras barium/iodin). Radiograf konvensional tanpa kontras sering
disebut dengan foto polos atau X-foto. Proses terbentuknya citra dapat melalui 3 macam proses,
yaitu :
1. Menggunakan beberapa macam bahan kimia yang mengubah latent image yang kemudian
diamplifikasi melalui beberapa proses, yang meliputi : developing, fixing, washing, dan drying.
Proses ini memerlukan kamar gelap untuk hasil citra yang optimal.
2. Computed radiography (CR), dimana pembentukan citra menggunakan kaset, storage phosphor
plates, reader, yang kemudian diproses secara computerized, sehingga kualitas citra dapat
diatur melalui workstation. Gambar kemudian dicetak menggunakan laser printer.
3. Digital radiography (DR), menggunakan perangkat keras berupa detektor panel datar (charge-
couple device/CCD) yang kemudian diproses secara computerized. Persamaan dengan CR,
kualitas citra dapat diatur pula melalui workstation. Namun berbeda dengan CR, DR tidak
menggunakan kaset, sehingga proses lebih cepat dan lebih nyaman untuk pasien.
Keuntungan utama dari radiologi konvensional adalah biaya yang murah, dan dapat dilakukan
dimana saja karena dapat menggunakan pesawat mobile. Namun, terdapat pula kelemahan dari
foto polos ini, yaitu rentang densitas yang terbatas.

LIMA DENSITAS DASAR PADA RADIOLOGI KONVENSIONAL


Urutan densitas dari yang paling rendah ke tinggi adalah :
1. Udara, yang tampak paling gelap (radiolusen)
2. Lemak, lebih terang atau keabuan dibanding udara.
3. Soft tissue atau cairan kadang sulit dibedakan karena memiliki densitas yang hampir sama
(Contoh: Bayangan jantung, hepar, efusi pleura).
4. Kalsium (contoh: tulang, batu).
5. Logam, tampak paling radioopak pada radiografi. Densitas objek yang sama dengan benda
logam bukan sesuatu yang normal ada di tubuh. Contoh opasitas densitas logam yang bisa
tampak pada tubuh, adalah: media kontras iodin, knees/ hips prosthetic, alat-alat fiksasi interna
seperti plate dan screw, atau corpus alienum.
Lima densitas dasar pada radiografi konvensional.

SIFAT SINAR X
Sinar-X memiliki sifat fisik, yaitu: daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek fotografik, pendar
fluor (fluorosensi), ionisasi, dan efek biologis.
1. Daya tembus, sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan dugunakan
dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan, makin besar
daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya
tembus sinarnya.
2. Pertebaran. Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut
akan bertebarean ke segala jurusan, meninmbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada
bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiograf dan pada
film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi
hambur ini, maka di antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid. Grid terdiri atas
potongan – potongan timah tipis yang letaknya sejajar, masing – masing dipisahkan oleh bahan
tembus sinar.
3. Penyerapan. Sinar X dalam radiografi diseratp oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya, makin besar
penyerapannya.
4. Efek fotografi. Sinar X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah proses
secara kimiawi (dibangkitkan dengan cairan developer) di kamar gelap
5. Pendar fluor (fluoresensi). Sinar X menyebabkan bahan- bahan tertentu seperti kalsium-
tungstat atau Zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai
radiasi sinar X.
6. Ionisasi. Efek primer sinar X apabila berlangsung suatu bahan atau zat akan menimbulkan
ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.
7. Efek biologik. Sinar x akan menimbulkan perubahan biologik pada jaringan. Efek biologik ini
dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

SYARAT X FOTO TORAKS


Untuk dapat memvisualisasi bayangan jantung dengan baik, X Foto Toraks harus dapat memenuhi
syarat sebagai berikut:
1. Proyeksi PA
Radiologi konvensional merupakan citra 2 dimensi dimana bayangan objek akan terbentuk
dengan magnifikasi. Magnifikasi yang timbul pada proyeksi PA lebih kecil dibandingkan
proyeksi AP. Hal ini dikarenakanan lokasi jantung yang dominan di anterior akan lebih
dekat dengan kaset pada proyeksi PA.
X Foto Toraks proyeksi AP (gambar kiri) dan PA (gambar kanan) pada pasien dewasa
pria diambil selang sehari. Perhatikan adanya perbedaan ukuran jantung dan volume
paru. Tampak pula kesuraman di area apeks paru pada X Foto Toraks proyeksi AP

2. Simetris
Dengan membuat garis imaginer tepat pada mid line tubuh, foto toraks dapat ditentukan
apakah simetris atau tidak. Jika jarak antara ujung medial dari ekstremitas sternalis os
clavicula dekstra dan sinistra ke garis mid line tersebut sama panjang, maka dapat
ditentukan foto toraks tersebut simetris.

3. Inspirasi cukup
Pemeriksaan X Foto Toraks dilakukan saat pasien berinspirasi maksimal, hal ini dilakukan
untuk menghindari timbulnya false cardiomegaly, selain corakan bronchovascular yang
juga akan tampak meningkat jika inspirasi tidak maksimal, karena parenkim paru yang
kurang mengembang. Salah satu cara untuk mengestimasi inspirasi yang adekuat adalah
dengan melihat diafragma yang sebaiknya tampak setinggi costae 9 – 10 aspek posterior
atau costae 5 – 6 aspek anterior.

4. Bentuk dada normal.


Bentuk dada yang tidak normal seperti kifotik dapat menyebabkan struktur di cavum toraks
tidak simetris bahkan inspirasi menjadi tidak maksimal, sehingga penilainan jantung dan
paru tidak bisa akurat.
5. Focus to film distance (FFD) : 1,8 m – 2 m.
PROYEKSI X FOTO TORAKS
Proyeksi rutin:
1. Postero-Anterior (PA) : Sinar datang dari posterior objek (pasien) dan film/kaset berada di
anterior objek. Posisi pasien pada umumnya sambil berdiri (erect).
Sedangkan, pada Proyeksi Antero-Posterior (AP), sinar datang dari anterior objek dan kaset
di posterior objek, posisi pasien biasanya supine atau setengah duduk, proyeksi ini biasanya
dipakai pada pasien dengan kondisi sakit berat yang tidak memungkinkan berdiri.

Proyeksi PA Proyeksi AP

2. Lateral: Sinar datang dari sisi lateral objek (pasien) dan film/kaset berada di sisi lateral
yang berseberangan. Posisi pasien pada umumnya sambil berdiri (erect).

Proyeksi Lateral

Proyeksi tambahan:
1. Obliq kanan-kiri.
2. Dengan menggunakan kontras barium mengisi esofagus.
RADIOANATOMI JANTUNG
Sillhouette jantung tampak sebagain tonjolan – tonjolan yang muncul di batas kanan dan kiri
jantung. Identifikasi setiap tonjolan diperlukan agar dapat menentukan struktur anatomi yang
terdapat kelainan.

Proyeksi Posteroanterior (PA)


Batas kiri :

R -
-
Tonjolan I
Tonjolan II
: arkus aorta.
: arteri pulmonalis (pada anak-anak kadang agak besar).
- Tonjolan III : aurikel atrium kiri (biasanya tidak menonjol)
- Tonjolan IV : ventrikel kiri
Batas kanan:
- Tonjolan I : (pelebaran sisi mediastinum) : vena kava superior
- Tonjolan II : garis lurus menuju arkus aorta (aorta ascenden, biasanya tak terlihat)
- Tonjolan III : kadang ada (v. Azygos).
- Tonjolan IV : atrium kanan.
Proyeksi lateral
Batas depan: ventrikel kanan (belakang sternum), ke belakang menjadi lengkung aorta.
Batas belakang (1/3 tengah): atrium kiri.
Batas belakang bawah: ventrikel kiri.

PENILAIAN JANTUNG
Saat membaca X Foto Toraks, hal – hal yang perlu dinilai untuk menginterpretasi kelainan pada
jantung adalah: Konfigurasi; Situs; dan Ukuran.

KONFIGURASI
▪ Batas kanan: parasternal.
▪ Batas kiri: pertengahan klavikula (mid-clavicula).
▪ Batas atas (batas dari arkus aorta): 1 -2 cm di bawah manubrium sterni.
▪ Batas bawah: sukar ditentukan.
SITUS
Untuk menilai ada tidaknya kelainan, perlu diketahui kedudukan organ-organ di sekitar jantung di
dada dan dibawah diafragma. Pada anatomi normal (situs solitus), jantung merupakan organ
medistinum yang terletak dominan di hemitoraks kiri, sedangkan fundus gaster dan apeks jantung
di abdomen sisi kiri (tampak di bawah diafragma).

UKURAN
Pada pemeriksaan X Foto Toraks yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan jantung, ukuran
jantung dapat diperkirakan dengan menghitung Cardio-Thoracic Ratio (CTR).

M CTR = A + B x 100
C
Normal : CTR ≤ 50
Kardiomegali: CTR > 50

A B
C

M: Garis tengah kolumna vertebra torakalis.


A: jarak antara M dengan batas kanan jantung yang terjauh
B: jarak antara M dengan batas kanan jantung yang terjauh
C: garis transversal dari dinding hemitoraks kanan ke hemitoraks kiri

PEMBESARAN JANTUNG
Jantung adalah organ yang terletak di mediastinum dan diselimuti oleh pericardium visceral dan
parietal di mana di antaranya terdapat cavum pericardium. Bayangan jantung yang membesar tidak
selalu disebabkan pembesaran jantung murni. Ada beberapa penyebab yang menyebabkan cardiac
silhouette tampak membesar di X Foto Toraks, yaitu:
1. Pericardial effusion
Secara fisiologis, di cavum pericardium terdapat sekitar 15-50 ml cairan. Akumulasi cairan
yang berlebihan menyebabkan bayangan jantung tampak membesar, dimana ukuran jantung
sebenarnya masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan X Foto Toraks, percardiac effusion
menyebabakan jantung memiliki konfigurasi yang membulat membentuk gambaran water
bottle sign. Beberapa penyebab pericardial effusion, antara lain: Congestive heart failure;
Infeksi (TB, viral); Metastatic malignancy (khususnya carcinoma paru dan payudara); Uremic
pericarditis; Collagen-vascular disease (lupus); Trauma; Postpericardiotomy syndrome.

2. Faktor ekstra-cardiac
Hal-hal teknis juga perubahan struktur anatomi di luar cavum toraks kadang dapat
menyebabkan bayangan jantung tampak membesar.
- Magnifikasi yang timbul pada foto Toraks proyeksi AP dengan posisi pasien supine
dapat menyebabkan bayangan jantung tampak lebih besar dari ukuran aslinya.
- Inspirasi yang kurang optimal.
- Obesity, pregnancy, ascites, kondisi-kondisi ini menyebabkan inspirasi yang kurang
adekuat.
- Pectus excavatum deformity.
- Rotasi tubuh

3. Cardiomegaly, yang merupakan pembesaran jantung murni (true cardiac enlargement).


- Right atrial hypertrophy (RAH)
- Right ventricle hypertrophy (RVH)
- Left atrial hypertrophy (LAH)
- Left ventricle hypertrophy (LVH)
PEMBESARAN ATRIUM KANAN
Right Atrial Hypertrophy (RAH)
Deskripsi RAH pada pemeriksaan X Foto Toraks:
Proyeksi posteroanterior (PA):
- Bagian bawah jantung sisi kanan tampak lebih ke lateral.
Proyeksi lateral:
- Tidak dapat memberikan petunjuk.
PEMBESARAN VENTRIKEL KANAN
Right ventricle hypertrophy (RVH)
Deskripsi RVH pada pemeriksaan X Foto Toraks:
Proyeksi PA:
- Jantung membesar ke kiri, apeks di atas diafragma.
- Segmen pulmonalis menonjol.
Proyeksi lateral:
- Jantung menempel ke sternum lebih dari ½ jarak manubrium sterni sampai diafragma
depan (retrosternal space menyempit).
PEMBESARAN ATRIUM KIRI
Left atrial hypertrophy (LAH)
Deskripsi LAH pada pemeriksaan X Foto Toraks:
Proyeksi PA:
- Batas kembar (double contour) pada sisi kanan bawah.
- Penonjolan di bawah segmen pulmonal.
- Bronkus utama sisi kiri terangkat.
Proyeksi lateral:
- 1/3 tengah bagian belakang jantung menonjol.
PEMBESARAN VENTRIKEL KIRI
Left Ventricle hypertrophy (LVH)
Deskripsi LVH pada pemeriksaan X Foto Toraks:
Proyeksi PA
- Jantung membesar ke kiri dengan apeks menurun tertanam di bawah diafragma.
Proyeksi Lateral
- Ruang retrokardial menyempit.
D. CHECK LIST
Nilai
No Aspek ketrampilan dan medis yang dilakukan
0 1 2 3
1 Right Atrial Hypertrophy (RAH)
Deskripsi RAH pada pemeriksaan X Foto Toraks:
Proyeksi posteroanterior (PA):
- Bagian bawah jantung sisi kanan tampak lebih ke
lateral.
Proyeksi lateral:
- Tidak dapat memberikan petunjuk.

2 Right ventricle hypertrophy (RVH)


Deskripsi RVH pada pemeriksaan X Foto Toraks:
Proyeksi PA:
- Jantung membesar ke kiri, apeks di atas diafragma
(apeks ke laterocranial).
- Segmen pulmonalis menonjol.
Proyeksi lateral:
- Jantung menempel ke sternum lebih dari ½ jarak
manubrium sterni sampai diafragma depan
(retrosternal space menyempit).
3 Left atrial hypertrophy (LAH)
Deskripsi LAH pada pemeriksaan X Foto Toraks:
Proyeksi PA:
- Batas kembar (double contour) pada sisi kanan
bawah.
- Pinggang jantung menghilang/ mendatar.
- Penonjolan di bawah segmen pulmonal.
- Bronkus utama sisi kiri terangkat.
Proyeksi lateral:
- 1/3 tengah bagian belakang jantung menonjol.

4 Left Ventricle hypertrophy (LVH)


Deskripsi LVH pada pemeriksaan X Foto Toraks:
Proyeksi PA
- Jantung membesar ke kiri dengan apeks menurun
tertanam di bawah diafragma (apeks ke laterocaudal).
Proyeksi Lateral
- Ruang retrokardial menyempit.

E. Daftar Pustaka:
1. Au-Yong, I., Au-Young, A., and Broderick, N. 2010. On-Call X-Ray, Made Easy. 1st edn.
Churchill Livingstone. Elsevier.
2. Gunderman, R. B. 2006. Essential Radiology, Clinical Presentation Pathophysiology
Imaging. 2nd edn. New York: Thieme Medical Publishers, Inc.
3. Harisinghani, M. G. and Chen, J. W. 2011. Primer Of Diagnostic Imaging. 5th edn. Edited
by R. Gaertner and A. Chappelle. Missouri: Mosby, Inc., an affiliate of Elsevier Inc.
4. Herring, W. 2016. Learning Radiology, Recognizing the Basics. 3rd edn. Philadelphia;
Elsevier.
5. Rasad, S. 2006. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, Gaya
Baru.
6. Stephen M. Ellis, Christopher Flower ; editors: Harald Ostensen, Holger Pettersson, 2006.
The WHO manual of diagnostic imaging Radiographic Anatomy And Interpretation Of
The Chest And The Pulmonary System. Published by the World Health Organization in
collaboration with the International Society of Radiology.
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung

MODUL KETRAMPILAN KLINIS 3


Radiologi Thoraks

BUKU PETUNJUK SKILLS LAB

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung


Jl. Raya Kaligawe Km. 4, Semarang 50112
P.O. BOX 1054/SM
Telp. (024) 6583584
Fax. (024) 6594366
PEMERIKSAAN RADIOLOGI TORAKS SISTEM RESPIRASI

Semester : 5
Modul : Keterampilan Klinis 3
LBM : 2
Topik Ketrampilan : Interpretasi Rontgen/foto toraks sistem respirasi
Waktu : 50 menit (online)
Pemateri : dr. Bekti Safarini, Sp. Rad (K)

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mampu menjelaskan modalitas radiologis yang diperlukan untuk mendiagnosa penyakit
di sistem respirasi.
2. Mampu menjelaskan indikasi pemeriksaan X Foto Toraks.
3. Mampu menyebutkan syarat pemeriksaan X Foto Toraks yang baik.
4. Mampu menyebutkan dan menjelaskan proyeksi X Foto Toraks yang dibutuhkan untuk
penilaian paru.
5. Mampu menjelaskan anatomi cavum toraks yang tampak pada X Foto Toraks.
6. Mampu menjelaskan penilaian paru pada X Foto Toraks.
7. Mampu membedakan antara opasitas dan lusensi patologis pada X Foto Toraks.

B. Rencana Pembelajaran
Durasi 50 menit online (kelas besar, Instruktur oleh Dokter Spesialis Radiologi)
Panduan ➢ 35 menit pertama instruktur menjelaskan tentang
Instruktur pemeriksaan radiologi untuk sistem respirasi.
➢ 5 menit berikutnya sesi tanya jawab.
➢ Pada 10 menit berikutnya, mahasiswa mengerjakan soal
evaluasi melalui google form. Penilaian skills lab diambil
dari nilai yang diperoleh dari evalusi tersebut.
Tugas ➢ Menyimak penjelasan instruktur tentang pemeriksaan
Mahasiswa radiologi untuk sistem respirasi.
➢ Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari dan ke
instruktur pada sesi tanya jawab.
➢ Mengerjakan soal evaluasi melalui google form dalam
waktu yang telah ditentukan.

C. Dasar Teori

Modalitas imaging yang dapat digunakan untuk membantu penegakan diagnosa penyakit pada
sistem respirasi antara lain radiologi konvensional baik tanpa kontras (X Foto Toraks) maupun
dengan kontras (bronchography), USG, dan CT scan. Namun, yang akan dibahas mendalam di
skills lab ini adalah pemeriksaan radiologi konvensional atau X Foto Toraks.

PRINSIP KERJA RADIOLOGI KONVENSIONAL


Radiologi konvensional adalah pencitraan yang diproduksi melalui transmisi radiasi pengion atau
sinar-X (dengan atau tanpa kontras barium/iodin). Radiograf konvensional tanpa kontras sering
disebut dengan foto polos atau X-foto. Proses terbentuknya citra dapat melalui 3 macam proses,
yaitu :
1. Menggunakan beberapa macam bahan kimia yang mengubah latent image yang kemudian
diamplifikasi melalui beberapa proses, yang meliputi : developing, fixing, washing, dan
drying. Proses ini memerlukan kamar gelap untuk hasil citra yang optimal.
2. Computed radiography (CR), dimana pembentukan citra menggunakan kaset, storage
phosphor plates, reader, yang kemudian diproses secara computerized, sehingga kualitas
citra dapat diatur melalui workstation. Gambar kemudian dicetak menggunakan laser
printer.
3. Digital radiography (DR), menggunakan perangkat keras berupa detektor panel datar
(charge-couple device/CCD) yang kemudian diproses secara computerized. Persamaan
dengan CR, kualitas citra dapat diatur pula melalui workstation. Namun berbeda dengan CR,
DR tidak menggunakan kaset, sehingga proses lebih cepat dan lebih nyaman untuk pasien.
Keuntungan utama dari radiologi konvensional adalah biaya yang murah, dan dapat dilakukan
dimana saja karena dapat menggunakan pesawat mobile. Namun, terdapat pula kelemahan dari
foto polos ini, yaitu rentang densitas yang terbatas.

LIMA DENSITAS DASAR PADA RADIOLOGI KONVENSIONAL


Urutan densitas dari yang paling rendah ke tinggi adalah :
1. Udara, yang tampak paling gelap (radiolusen)
2. Lemak, lebih terang atau keabuan dibanding udara.
3. Soft tissue atau cairan kadang sulit dibedakan karena memiliki densitas yang hampir sama
(Contoh: Bayangan jantung, hepar, efusi pleura).
4. Kalsium (contoh: tulang, batu).
5. Logam, tampak paling radioopak pada radiografi. Densitas objek yang sama dengan benda
logam bukan sesuatu yang normal ada di tubuh. Contoh opasitas densitas logam yang bisa
tampak pada tubuh, adalah: media kontras iodin, knees/ hips prosthetic, alat-alat fiksasi
interna seperti plate dan screw, atau corpus alienum.

Lima densitas dasar pada radiografi konvensional.


SIFAT SINAR X
Sinar-X memiliki sifat fisik, yaitu: daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek fotografik, pendar
fluor (fluorosensi), ionisasi, dan efek biologis.
1. Daya tembus, sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
dugunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan,
makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin
besar daya tembus sinarnya.
2. Pertebaran. Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut
akan bertebarean ke segala jurusan, meninmbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada
bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiograf dan pada
film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi
hambur ini, maka di antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid. Grid terdiri atas
potongan – potongan timah tipis yang letaknya sejajar, masing – masing dipisahkan oleh
bahan tembus sinar.
3. Penyerapan. Sinar X dalam radiografi diseratp oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya, makin
besar penyerapannya.
4. Efek fotografi. Sinar X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah
proses secara kimiawi (dibangkitkan dengan cairan developer) di kamar gelap
5. Pendar fluor (fluoresensi). Sinar X menyebabkan bahan- bahan tertentu seperti kalsium-
tungstat atau Zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai
radiasi sinar X.
6. Ionisasi. Efek primer sinar X apabila berlangsung suatu bahan atau zat akan menimbulkan
ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.
7. Efek biologik. Sinar x akan menimbulkan perubahan biologik pada jaringan. Efek biologik
ini dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
SYARAT X FOTO TORAKS
Untuk dapat memvisualisasi paru dengan baik, X Foto Toraks harus dapat memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Proyeksi PA
Radiologi konvensional merupakan citra 2 dimensi dimana bayangan objek akan terbentuk
dengan magnifikasi. Magnifikasi yang timbul pada proyeksi PA lebih kecil dibandingkan
proyeksi AP. Proyeksi PA dilakukan dengan posisi pasien errect, sehingga memungkinkan
terlihatnya cairan bebas dalam jumlah minimal (100-250 ml) di cavum pleura.

X Foto Toraks proyeksi AP (gambar kiri) dan PA (gambar kanan) pada pasien dewasa
pria diambil selang sehari. Perhatikan adanya perbedaan ukuran jantung dan volume
paru. Tampak pula kesuraman di area apeks paru pada X Foto Toraks proyeksi AP.
2. Simetris
Dengan membuat garis imaginer tepat pada mid line tubuh, foto toraks dapat ditentukan
apakah simetris atau tidak. Jika jarak antara ujung medial dari ekstremitas sternalis os
clavicula dekstra dan sinistra ke garis mid line tersebut sama panjang, maka dapat
ditentukan foto toraks tersebut simetris.

3. Inspirasi cukup
Pemeriksaan X Foto Toraks dilakukan saat pasien berinspirasi maksimal, hal ini dilakukan
untuk menghindari timbulnya false cardiomegaly, selain corakan bronchovascular yang
juga akan tampak meningkat jika inspirasi tidak maksimal, karena parenkim paru yang
kurang mengembang. Salah satu cara untuk mengestimasi inspirasi yang adekuat adalah
dengan melihat diafragma yang sebaiknya tampak setinggi costae 9 – 10 aspek posterior
atau costae 5 – 6 aspek anterior.
X Foto Toraks yang diambil saat ekspirasi (kiri) dan Inspirasi (kanan) pada pasien yang sama,
perhatikan corakan bronchovascular lebih meningkat pada saat ekspirasi serta tampak adanya
bercak kesuraman di paracardial kiri yang bisa kita curigai sebagai suatu infiltrat, dimana pada
saat inspirasi bercak ini tampak menghilang.

4. Ketajaman cukup.
5. Tampak sudut kostofrenikus kanan-kiri.
6. Tampak batas atas corpus V.C 7.
7. Tidak goyang.
8. Marker.
9. Identitas.
PROYEKSI X FOTO TORAKS
Proyeksi rutin:
1. Postero-Anterior (PA) : Sinar datang dari posterior objek (pasien) dan film/kaset berada di
anterior objek. Posisi pasien pada umumnya sambil berdiri (erect).
Sedangkan, pada Proyeksi Antero-Posterior (AP), sinar datang dari anterior objek dan kaset
di posterior objek, posisi pasien biasanya supine atau setengah duduk, proyeksi ini biasanya
dipakai pada pasien dengan kondisi sakit berat yang tidak memungkinkan berdiri.

Proyeksi PA Proyeksi AP

2. Lateral: Sinar datang dari sisi lateral objek (pasien) dan film/kaset berada di sisi lateral
yang berseberangan. Posisi pasien pada umumnya sambil berdiri (erect).

Proyeksi Lateral

Proyeksi tambahan:
1. Obliq kanan-kiri.
2. Dengan menggunakan kontras barium mengisi esofagus.
RADIOANATOMI PARU
Sebelum mempelajari adanya opasitas dan lusensi patologis di paru yang tampak di X Foto Toraks,
radiologi anatomi paru perlu dipahami terlebih dahulu agar dapat menentukan letak kelainan
dengan tepat.
Paru terdiri dari Paru kanan dan kiri, dimana paru kanan terdiri dari 3 lobus yang dipisahkan oleh
2 fissura, sedangkan Paru kiri terdiri dari 2 lobus yang dipisahkan oleh 1 buah fissura. Masing-
masing paru terdiri dari 10 segmen paru yang akan jelas terlihat pada pemeriksaan CT scan toraks.

Paru kanan Paru kiri


Lobus Lobes
Right Upper Lobe (RUL) Left Upper Lobe (LUL)
Right Middle Lobe (RML) Left Lower Lobe (LLL)
Right Lower Lobe (RLL)
Fissures
Fissura Major Fissure
Major Fissure (aka oblique fissure)
Minor fissure (horizontal fissure)
PENILAIAN PARU
Saat membaca X Foto Toraks, hal – hal yang perlu dinilai untuk menginterpretasi kelainan pada
paru adalah:
• Bandingkan kanan-kiri.
• Corakan bronkovaskuler.
• Fisura minor/mayor.
• Pleural line.
• Gambaran radioopaq/luscent
Spektrum kelainan pada rongga toraks, secara garis besar dibedakan menjadi 2 yaitu lesi dengan
peningkatan densitas (opasitas patologis) dan penurunan densitas (lusensi patologis).
A. OPASITAS PATOLOGIS
1. ATELEKTASIS
Pengurangan volume udara paru disertai volume paru yang berkurang, atau disebut juga
kolaps paru.
GAMBARAN RADIOLOGI
Atelektasis menyebabkan berkurangnya airasi sehingga volume paru berkurang, hal ini
menyebabkan timbul bayangan yang lebih suram/opaq akibat meningkatnya densitas
bagian parenkim paru yang terkena. Pada X Foto Toraks akan tampak :
Tanda langsung
- Penarikan fisura interlobaris.
- Peningkatan densitas.
Tanda tak langsung
- Penarikan diafragma, hilus, mediastinum.
- Hiperinflasi kompensasi.
- Penyempitan sela iga.

Adanya penarikan trachea ke ipsilateral, menunjukkan adanya atelektasi di area lobus atas paru
kiri. Sedangkan opasitas homogen di seluruh hemitorak kiri memungkinkan adanya efusi pleura
kiri masif selain atelektasis di upper segment.
Opasitas di lapangan atas paru kanan, disertai “golden S sign” yang menunjukkan adanya elevasi
fissura minor, menggambarkan suatu atelektasis lobus atas paru kanan.

2. EFUSI PLEURA
Cairan yang berlebihan dalam rongga pleura.
Penyebab:
- Infeksi.
- Tumor.
- Metastase.
- Sistemik: hambatan aliran getah bening,ginjal, penyakit hati, gagal jantung.
- Trauma.
Macam cairan pleura:
- Transudat.
- Eksudat.
- Cairan getah benin.
- Darah.
GAMBARAN RADIOLOGI
- Perselubungan homogen menutupi struktur paru bagian bawah, permukaan atas
cekung, berjalan dari lateral atas kemedial bawah.
- Jaringan paru terdorong ke sentral/hilus.
- Mendorong mediastinum ke kontralateral.
- Kurang 100 cc (50–100cc) : dekubitus, sinar horisontal (RLD )
- Kurang 250 cc (100–200cc) : sinus kostofrenikus posterior padafotolateral tegak
- Jumlah cairan pada foto toraks PA tegak : minimal 250– 300cc.

X Foto Thoraks Proyeksi RLD (Right Left Decubitus)


Pada lateral hemitoraks kanan, tampak perselubungan homogen menunjukkan adanya
cairan bebas di cavum pleura hemitoraks kanan.
Pada proyeksi PA (kiri), tampak perselubungan homogen di basal hemitoraks kiri, yang
menutup diafragma dan sinus costofrenicus kiri. Pada proyeksi lateral (kanan), pada
pasien yang sama, perselubungan homogen tampak berada di sinus costofrenicus
posterior hemitoraks kiri.

Perselubungan homogen yang difus menutup seluruh lapangan hemitoraks kiri disertai
pergeseran mediastinum ke kontralateral, menunjukkan suatu efusi pleura kiri masif.
3. PNEUMONIA
Adalah peradangan paru baik oleh karena infeksi maupun non-infeksi, dimana terdapat
infiltrat yang mengisi alveolus.

Etiologi:
- Bakteri. - Bahan kimia.
- Virus. - Lesi kanker.
- Protozoa. - Radiasi ion.
- Jamur.
GAMBARAN RADIOLOGI
- Gambaran konsolidasi radang.
- Udara dalam alveoli digantikan oleh cairan dan sel radang akan membentuk bayangan
homogen berdensitas tinggi pada satu segmen, lobus, atau segmen lobus yang
berdekatan.
- Beda dengan atelektasis tidak terdapat pengurangan volume.
- Jika terdapat bercak infiltrat di sekitar bronkus (peribronchial) dan melibatkan alveoli,
maka disebut bronkopneumonia.
Pada lapangan atas paru kiri, tampak konsolidasi bentuk triangular, dimana pada proyeksi lateral,
tampak lesi berada di segmen posterior lobus atas paru kiri.
4. TUBERKULOSIS PARU
Dibagi menjadi 2:
1. Tuberkulosis anak (infeksi primer).
2. Tuberkulosis sekunder (reinfeksi).

TUBERKULOSIS PRIMER
Infeksi Mycobacteriumtuberculosis melalui jalan pernafasan (inhalasi). Biasanya terjadi
pada anak-anak. Predileksi lesi bisa dimana saja. Sering disertai pembesaran kelenjar limfe
regional, yaitu di area hilus yang juga bisa tervisualisasi pada X Foto Toraks.
GAMBARAN RADIOLOGI
- Limfadenopati hilus dengan atau tanpa konsolidasi parenkimal.
- Komplek Ranke : kalsifikasi pada kelenjar limfe hilus dengan granuloma parenkimal
(focus Ghon).

Di area hilus kanan, tampak opasitas densitas tinggi bentuk oval, menunjukkan suatu kalsifikasi
limfadenopati regional. Tampak pula kalsifikasi kecil di area perifer paru.
TUBERKULOSIS SEKUNDER
Perjalanan klinisnya kronis dan terjadi pada usia dewasa. Merupakan reinfeksi pada
seseorang yang dimasa kecilnya pernah menderita tuberkulosis primer. Predileksi lesi
biasanya di lapangan atas & segmen apikal lobus bawah. Jarang disertai pembesaran
kelenjar limfe.

GAMBARAN RADIOLOGI
- Kesuraman berupa bercak.
- Kesuraman berupa awan/ konsolidasi.
- Kavitas.
- Kalsifikasi.
- Fibrosis.

Pada lapangan atas paru kanan dan kiri, tampak kesuraman seperti awan yang menandakan
proses infeksi aktif pada TB paru sekunder.
Pada lapangan atas paru kanan, tampak konsolidasi yang juga menunjukkan proses infeksi aktif
pada TB paru sekunder.

Pada lapangan atas tampak lusensi bentuk bulat, batas tegas, berdinding tipis menggambarkan
suatu bula, dan di lapangan paru lainnya terdapat kesuraman seperti awan yang difus. Gambaran
ini juga menunjukkan proses aktif.
Pada hampir seluruh lapangan paru kanan dan kiri, tampak opasitas multipel menggambarkan
suatu kalsifikasi, yang menandakan infeksi lama TB. Perhatikan pula bercak awan disekitarnya,
yang menunjukkan bahwa masih ada proses infeksi aktif.

B. LUSENSI PATOLOGIS
1. EMFISEMA
Suatu keadaan dimana paru lebih banyak berisi udara, sehingga ukuran paru bertambah.
Jenis:
- Emfisema obstruktif.
- Emfisema non obstruktif.
GAMBARAN RADIOLOGI
- Kifosis (penambahan ukuran paru antero posterior).
- Diafragma letak rendah (penambahan ukuran vertikal).
- Bayangan lebih radiolusen.
- Pendorongan mediastinum ke kontralateral.
- Sela iga melebar.
Perbandingan antara parenkim paru normal (atas) dan emfisema (bawah) dimana
ruangan alveoli tampak dilatasi.

Perbandingan X Foto Toras pada paru emfisema (kiri) dan paru normal (kanan).
Sela iga kedua hemitoraks melebar, dan tampak lusen dengan corakan bronchovascular
yang menurun.

2. PNEUMOTORAKS
Adanya udara dalam rongga pleura
Dibedakan :
a. Pneumotoraks Spontan, etiologi : Bula pecah; Trauma tertutup dinding toraks; Fistula
bronkopleural akibat neoplasma / inflamasi
b. Udara lingkungan luar masuk kedalam rongga pleura, etiologi : Luka tusuk;
Pneumotorak artifisial : pengecilan kavitas, membedakan massa paru/ mediastinum,
tindakan biopsi & pengeluaran cairan.
c. Masuknya udara melalui mediastinum, etiologi: Trauma pada trakea / esofagus akibat
tindakan pemeriksaan; Benda asing tajam yang tertelan; Keganasan mediastinum.
d. Udara berasal dari subdiafragma karena adanya robekan lambung akibat trauma / abses
subdiafragma.
GAMBARAN RADIOLOGI
- Bayangan radiolusen tanpa struktur jaringan paru ( avasculer pattern ).
- Tampak pleural line.
- Jika luas menekan jaringan paru kearah hilus/ paru menjadi kolaps kearah hilus.
- Mendorong mediastinum ke kontralateral.
- Sela iga melebar.

Perhatikan hemitoraks kiri yang tampak lebih radiolusen, tanpa adanya corakan bronchovascular
(avscular pattern). Paru kiri sangat kolaps hingga pleura visceral tampak jelas terlihat (pleural
visceral line).
Perhatikan hemitoraks kanan yang tampak lebih radiolusen, tanpa adanya corakan
bronchovascular (avscular pattern). Paru kanan kolaps hingga pleura visceral tampak jelas
terlihat (pleural visceral line). Namun, bedanya dengan foto sebelumnya, di sini tampak
pendorongan mediastinum ke kontralateral, sehingga dapat ditentukan adanya tension
pneumotorax. Perhatikan pula lusensi yang melewati midline menunjukkan cavum pleura kanan
yang sangat mengembang karena terisi udara bebas.
3. BRONKIEKTASIS
Suatu keadaan bronkus atau bronkiolus melebar akibat hilangnya elastisitas dinding otot
bronkus. Disebabkan oleh obstruksi atau peradangan kronis, kelainan kongenital.
GAMBARAN RADIOLOGI
- Corakan bronkovasculer kasar.
- Garis-garis translusen panjang menuju hilus dengan bayangan konsolidasi sekitarnya
akibat peradangan sekunder.
- Bulatan- bulatan translucen menyerupai gambaran sarang lebah ( honey comb
appearance ).

Pada lapangan bawah paru kanan dan kiri, tampak multiple lusensi bentuk bulat, ukuran non-
uniform memberikan gambaran “honey comb appearance”
D. CHECK LIST
1. OPASITAS PATOLOGIS
Nilai
No Aspek ketrampilan dan medis yang dilakukan
0 1 2 3
1 ATELEKTASIS
Gambaran radiologi pada X Foto Toraks akan tampak :
Tanda langsung
- Penarikan fisura interlobaris.
- Peningkatan densitas.
Tanda tak langsung
- Penarikan diafragma, hilus, mediastinum.
- Hiperinflasi kompensasi.
- Penyempitan sela iga.

2 EFUSI PLEURA
Gambaran radiologi
- Pada X Foto Toraks PA/AP :
Perselubungan homogen menutupi struktur paru bagian
bawah, permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas
kemedial bawah.
- Pada X Foto Toraks RLD :
Tampak perselubungan homogen pada lateral hemitoraks
kanan.
3 PNEUMONIA
Gambaran radiologi pada X Foto Toraks akan tampak :
- Gambaran konsolidasi dengan air-bronchogram di
lapangan paru pada satu segmen, lobus, atau segmen
lobus yang berdekatan.
- Tanpa adanya pengurangan volume.
- Jika terdapat bercak infiltrat di sekitar bronkus
(peribronchial) dan melibatkan alveoli, maka disebut
bronkopneumonia.

4 TUBERKULOSIS PARU PRIMER


Gambaran radiologi pada X Foto Toraks akan tampak :
- Limfadenopati hilus dengan atau tanpa konsolidasi
parenkimal.
- Komplek Ranke : kalsifikasi pada kelenjar limfe hilus
dengan granuloma parenkimal (focus Ghon).

5 TUBERKULOSIS PARU SEKUNDER


Gambaran radiologi pada X Foto Toraks akan tampak :
- Kesuraman berupa bercak.
- Kesuraman berupa awan/ konsolidasi.
- Kavitas.
- Kalsifikasi.
- Fibrosis.
2. LUSENSI PATOLOGIS
Nilai
No Aspek ketrampilan dan medis yang dilakukan
0 1 2 3
1 EMFISEMA
Gambaran radiologi pada X Foto Toraks akan tampak :
- Kifosis (penambahan ukuran paru antero posterior).
- Diafragma letak rendah (penambahan ukuran vertikal).
- Bayangan lebih radiolusen.
- Pendorongan mediastinum ke kontralateral.
- Sela iga melebar.

2 PNEUMOTORAKS
Gambaran radiologi pada X Foto Toraks akan tampak :
- Bayangan radiolusen tanpa struktur jaringan paru (
avasculer pattern ).
- Tampak pleural line.
- Jika luas menekan jaringan paru kearah hilus/ paru
menjadi kolaps kearah hilus.
- Mendorong mediastinum ke kontralateral.
- Sela iga melebar.
3 BRONKIEKTASIS
Gambaran radiologi pada X Foto Toraks akan tampak :
- Corakan bronkovasculer kasar.
- Garis-garis translusen panjang menuju hilus dengan
bayangan konsolidasi sekitarnya akibat peradangan
sekunder.
- Bulatan- bulatan translucen menyerupai gambaran
sarang lebah ( honey comb appearance ).

E. Daftar Pustaka:
7. Au-Yong, I., Au-Young, A., and Broderick, N. 2010. On-Call X-Ray, Made Easy. 1st edn.
Churchill Livingstone. Elsevier.
8. Gunderman, R. B. 2006. Essential Radiology, Clinical Presentation Pathophysiology
Imaging. 2nd edn. New York: Thieme Medical Publishers, Inc.
9. Harisinghani, M. G. and Chen, J. W. 2011. Primer Of Diagnostic Imaging. 5th edn. Edited
by R. Gaertner and A. Chappelle. Missouri: Mosby, Inc., an affiliate of Elsevier Inc.
10. Herring, W. 2016. Learning Radiology, Recognizing the Basics. 3rd edn. Philadelphia;
Elsevier.
11. Rasad, S. 2006. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, Gaya
Baru.
12. Stephen M. Ellis, Christopher Flower ; editors: Harald Ostensen, Holger Pettersson, 2006.
The WHO manual of diagnostic imaging Radiographic Anatomy And Interpretation Of
The Chest And The Pulmonary System. Published by the World Health Organization in
collaboration with the International Society of Radiology.

Anda mungkin juga menyukai