Anda di halaman 1dari 203

PEMERIKSAAN RADIOLOGI TORAKS

Pemeriksaan :
FOTO TORAKS PA / AP / LATERAL / TOP LORDOTIK
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Foto toraks adalah pemeriksaan Radiologi konvensional dengan
menggunakan sinar-X dari daerah toraks. Pemeriksaan yang terbaik
adalah dalam posisi tegak berdiri postero anterior. Pada pasien yang
sedang sakit dilakukan dalam posisi supine.
Pemeriksaan tambahan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan
untuk memperjelas kelainan yang tampak. Yang tersering adalah;
posisi lateral, oblik, top lordotik.
Pemeriksaan ini adalah untuk memperlihatkan struktur morfologi
organ-organ dalam rongga toraks seperti, jantung dan pembuluh
darah besar, paru-paru, rongga pleura dan struktur organ lain dalam
rongga mediastinum dan paru.
Diduga ada kelainan di paru, atau untuk chek up.
Tidak ada
Pasien sebelum dilakukan pemeriksaan foto toraks, berganti baju
dengan tujuan benda-benda logam yang melekat didaerah toraks
disingkirkan dan rambut diikat ke atas.
Posisi PA . :
Posisi berdiri tegak menghadap kaset, kedua tangan diletakkan
didaerah kedua pinggul, dan kedua bahu mendorong scapula keluar
dari daerah paru. Untuk pasien yang lemah dapat meletakkan ke dua
tangannya mengelilingi kaset.
Pasien menggunakan proteksi batas atas kaset terletak setinggi level
vertebrae C7 ; tergantung ukuran pasien, dapat menggunakan film
1

ukuran 35x35 cm atau 35x43 cm atau 14x17 inci. Batas lateral


kolimasi berada di batas kulit dari iga terbawah.
Pengambilan foto dilakukan pada saat inspirasi dalam. Pada pasien
yang lemah posisi diambil dalam posisi supine dengan kedua tangan
diangkat mengelilingi kepala.
Foto Toraks PA yang adekuat adalah sbb.:
Proses spinosus setinggi vertebrae thorakal 3 terlihat ditengah, tanpa
rotasi. Batas medial skapula terletak di luar iga.
Seluruh rongga toraks tercakup bila terlihat daerah larings dan kedua
sudut kostofrenikus.
Inspirasi cukup bila kubah diafragma terletak dibawah iga 9 posterior.
Kondisi foto cukup baik bila jantung, diafragma dan pembuluh darah
paru terlihat jelas.
Kondisi disebut Under Exposure bila tulang vertebrae thorakal
terlihat di belakang jantung.
Posisi Lateral Toraks :
Pasien posisi miring dengan tangan ke atas. Central Beam
Terpusat 10 cm dibawah aksila. Pengambilan foto dalam keadaan
inspirasi dalam dengan FFD ( Film Focus Distance ) 185 cm dengan
125 kv dan 8 mAS atau automatis exposure.
Ciri-ciri foto lateral yang adekuat: seluruh paru terlihat
Kedua lengan tidak tervisualisasi dalam daerah paru.
Toraks Oblik :
Posisi pasien agak rotasi 45 derajat dengan film
Posisi dalam inspirasi dalam :
Top Lordotik :
Pasien berdiri 4 cm dari tiang penyangga, kemudian mencondongkan
bagian dada atas kebelakang ke arah kaset dengan ke 2 bahu ( foto
hal 5 lange ).
Focus sinar ( Central Beam ) terletak di manibrium sterni dan
terletak di tengah kaset.
Ciri-ciri foto top lordotik yang adekuat
Memperlihatkan apeks paru yang tidak super posisi dengan
klavikula.
Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Menangani
Dokumen Terkait
Referensi

Tidak ada.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer
Pembacaan / Penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi
Pokja Toraks
Surat pengantar dari dokter / klinisi
1. Standar prosedur operasional Radiodiagnostik jilid I Dr.
Bambang B, SpRad PDSRI Jakarta.
2. Lange Sebastian In Radiology of chest Diseases. P 1 - 5

Pemeriksaan :
COR ANALISA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan jantung dengan menggunakan foto toraks PA dan lateral
dengan pengisian barium di daerah esofagus.
Untuk menilai bilik-bilik jantung.
Bila diduga ada kelainan jantung.
Tidak ada.
Pasien sebelum dilakukan pemeriksaan foto toraks, berganti baju dengan
tujuan benda-benda logam yang melekat di daerah toraks disingkirkan dan
rambut diikat ke atas.
Dipergunakan metode tele-radiografi yaitu jarak fokus film diambil 1,80
sampai 2 meter. Pada jarak yang cukup jauh ini sinar-X berjalan hampir
sejajar sehingga bayangan jantung tidak banyak mengalami pembesaran.
Proyeksi yang diambil adalah sebagai berikut :

Proyeksi Postero-Anterior (PA)


Harus dibuat dengan simetris, tidak boleh miring sedikitpun Esofagus
dapat diisi dengan barium. Untuk ini bubur barium disuapkan ke
dalam mulut sebanyak satu sendok makan. Dengan perlahan-lahan
barium ditelan dan kemudian baru dilakukan eksposi. Barium yang
ditelan sekaligus banyak, menyebabkan esofagus menyebar tidak
merata, sehingga tekanan yang ringan pada esofagus tidak akan
terlihat. Ada juga beberapa pemeriksa yang tidak menggunakan
barium esofagus pada proyeksi ini.
Kondisi radiografi harus sedemikian baik, sehingga pembuluh darah
paru dapat dilihat dengan jelas. Untuk penyelidikan kualitas pembuluh
darah paru lebih baik dipergunakan kondisi yang tidak terlalu keras.
Pada kondisi yang terlalu keras pembuluh darah paru kurang jelas
tampaknya, tetapi sebaliknya bronkhus dan cabang-cabangnya akan
tampak jelas.
Pada umumnya penderita dewasa dengan berat badan sekitar 55 Kg.
memerlukan kondisi 90 KV dan 20 mAs. Eksposi dilakukan pada
akhir inspirasi, inspirasi tidak perlu dalam.

Proyeksi Lateral
Biasanya dibuat lateral kiri oleh karena dengan mendekatkan aorta ke
sisi film diharapkan aorta asendens, arkus aorta dan aorta desendens
akan nampak lebih baik. Proyeksi ini dibuat dengan esofagus diisi
barium dan dibuat dengan jarak 1,50 m agar supaya Kv yang
dipergunakan tidak terlalu tinggi. Bila pesawat itu kuat sebaiknya
jarak fokus film tetap 1,80-2,00 m. Proyeksi ini haurs dibuat dalam
posisi benar-benar lateral dan jangan sampai miring sedikitpun juga.
Memang sering timbul kesukaran dalam mengatur posisi ini bila
penderita belum begitu kuat berdiri, oleh karenanya bila penderita
lelah berilah istirahat sejenak.

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
3

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.


Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Toraks.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Purwohudoyo SS., 1984. Pemeriksaan Kelainan Kelainan Kardiovaskuler
dengan Radiologi Polos.

Pemeriksaan :
CT SCAN TORAKS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai anatomi daerah rongga
toraks.
Mendeteksi kelainan daerah rongga toraks.
Puasa 3 jam sebelum pemeriksaan bila menggunakan kontras Foto
Toraks.
Prosedur Tindakan CT-Scan Toraks.
Posisi supine.
Kedua tangan diangkat ke atas.
Scan dimulai dengan batas atas pada apek paru, dan batas
bawah : di daerah hepar. Dilakukan potongan aksial pre dan post
kontras.
Pada saat ekspos, pasien dalam keadaan inspirasi dalam.
Kondisi dicetak dengan dua macam window, yaitu window
mediastinum dan window paru.
Untuk tumor esofagus : CT-Scan toraks dilakukan sambil minum
oral kontras sampai didapatkan lumen tumor yang sempit sebagai
batas atas tumor. Bolus kontras diberikan, dan scan dibuat diatas
batas tumor sampai batas bawah tumor. Film dicetak dengan
kondisi mediastinum.
20 menit.
Tidak ada.

Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.

Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.


Pokja Toraks.

Surat pengantar dari dokter / klinisi

Surat persetujuan tindakan


Torsten B.Modler.
Emil Reeif.
Theme Flexi book.
Pocket Atlas of Radiographic Positioning.

Pemeriksaan :
USG TORAKS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan
Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Tujuan pemeriksaan USG Toraks adalah :
Untuk memperlihatkan adanya lokulated effusi pleura atau adanya cairan
yang berhubungan dengan penyakit paru. Juga untuk membedakan
antara lokulated effusi pleura, massa padat dan penebalan pleura.
Untuk melihat lokulated effusi pleura, massa padat dan penebalan pleura.
Diagnostik efusi pleura dan tuntunan pungsi cairan
Pemeriksaan dapat menggunakan transduser linier atau convex dengan
frekuensi antara 3,5 5 MHz. Dan biasanya dilakukan pasien pada
posisi duduk.
15 menit.
Dilakukan oleh Ahli Radiologi
Radiologi
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Allison D., 1997. The Respiratory System. In : Grainger & Allisons.
Diagnostik Radiology. Churchill Livingstone.

Pemeriksaan :
BIOPSI TRANS TORAKAL DENGAN TUNTUNAN CT SCAN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi

Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Biopsi perkutaneus dengan tuntunan CT adalah proses pengambilan
spesimen tumor di daerah paru dengan menggunakan mediastinum
jarum halus.
Untuk mengetahui jenis tumor yang ada di daerah toraks.
Bila dijumpai adanya tumor di daerah paru mediastinum.
Perkutaneous lung biopsy
1. Gangguan pembekuan darah
2. Dalam terapi antikoagulasi
3. Pneumonektomy kontra lateral
4. Emfisema berat
5. Suspek adanya AVM
6. Hipertensi Polmuner
7. Sepsis
8. MCI
9. Pasien tidak kooperatif
10. Pasien menolak untuk pengobatan lebih lanjut
Perkutaneous biopsi dilakukan dengan lokal anestesi menggunakan 22-25
gauge, jarum halus. Selama prosedur biopsi, jarum dimasukkan
secara vertikal. Posisi pasien dapat supine atau prone. Pasien
dalam keadaan setelah mater biopsi diambil bahan dihapuskan
di kaca slide dan difiksasi dengan alkohol 74%.

1. Pneumotoraks
2. Seringnya terjadi pneumoturaks, maka pasien perlu diobservasi
selama 6-12 jam setelah prosedur biopsi
3. Hemotoraks
4. Perdarahan Paru
5. Enfisema subkutis/mediastinum
6. Emboli
7. Bronchopleural fistula
Dibuat oleh Radiografer
Dinilai oleh seorang Dokter Spesialis Radiologi
Pokja Toraks
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Allison D., 1997. The Respiratory System. In : Grainger & Allisons.
Diagnostik Radiology. Churchill Livingstone.P.531 535.

Pemeriksaan :
CT cardiac
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian

Pemeriksaan non invasive jantung dan pembuluh darah jantung dengan


menggunakan CT Scan

Tujuan

Untuk memperlihatkan struktur jantung dan pembuluh darah


jantung

Indikasi

Pasien dengan coronary artery disease


Pasien asimtomatik dengan factor-faktor risiko penyakit jantung.
Pasien dengan atypical chest pain
Evaluasi anatomi cardiac / pericardiac
Evaluasi status bypass graft dan stent
Evaluasi wall motion dan fungsi katup

Kontraindikasi

Aritmia jantung
Gagal ginjal
Alergi kontras

Prosedur Persiapan

Informed consent
Dokter menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan pemeriksaan,
prosedur pemeriksaan serta efek samping yang mungkin terjadi
pada pemberian kontras.
Persiapan pasien : menghindari minuman yang mengandung caffein,
puasa 4 jam sebelum pemeriksaan, pemeriksaan ureum-creatinin.

Prosedur Tindakan

- Pasien terlebih dahulu dikenalkan dengan ruangan


pemeriksaan dan alat CT scan serta memperlihatkan
prosedur pemeriksaan yang akan dijalani (untuk mengurangi
kecemasan pasien)
- Pasien memakai pakaian khusus yang sudah disediakan.
- Pasien mananggalkan semua aksesoris / perhiasan yang ada
di sekitar leher dan dada.
- Perawat akan mengukur heart rate dan tekanan darah pasien.
- Pemasangan IV line pada lengan pasien oleh perawat/dokter,
ukuran jarum 18-20 gauge.
- Pemberian beta blocker (cardiac selective) peroral oleh
dokter, antara lain : Metoprolol 2 x 50 mg.
- Setelah heart rate optimal (< 70 x/menit), pasien berbaring di
meja pemeriksaan, kemudian dipasang elektroda-elektroda
EKG pada dada pasien.
- Pasien dimotivasi untuk belajar menahan nafas lebih kurang
selama 10-15 detik.
Scanning akan dilakukan dalam 2 tahap :
7

1. Pemeriksaan calcium score (tanpa kontras).


Pada saat scanning dimulai pasien menahan nafas
sejenak (sekitar 10-15 detik).
Pasien dengan stent atau post CABG tidak dilakukan
calcium scoring.
2. CTA cardiac (dengan penggunaan kontras IV)
Pada saat scanning dimulai pasien menahan nafas
sejenak (sekitar 10-15 detik)
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi pasien supine.
Topografi mencakup jantung mulai dari level bifurcasio
trakea (carina) sampai diafragma.
Dilanjutkan pemberian bolus kontras intravena.
Penilaian

Penilaian Calcium score.


Penilaian anatomi a.koroner, adanya plaque pada a.koroner (lokasi,
struktur) serta adanya stenosis pada a.koroner.

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang

Lama pemeriksaaan lebih kurang 20-30 menit.


Reaksi alergi
Pemeriksaan CT cardiac dilakukan oleh radiografer
Pembacaan hasil/foto oleh Spesialis Radiologi

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

Surat pengantar dari dokter pengirim.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI TRAKTUS URINARIUS

Pemeriksaan :
FOTO POLOS ABDOMEN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan foto polos abdomen adalah salah satu pemeriksaan Traktus
Urinarius secara radiografi dalam menilai secara umum keadaan kontur
ginjal, garis psoas, usus-usus, tulang-tulang pelvis dan vertebra.
Agar dapat digunakan sebagai pedoman dari Spesialis Radiologi
Radiodiagnotik dan perawat di Radiologi dalam menjalankan PIV.
Semua kelainan-kelainan pada dan dari luar Traktus Urinarius yang
dicurigai mempengaruhi Traktus Urinarius.
Pasien rawat jalan yang perlu persiapan.
Pasien mengganti pakaian dengan baju pemeriksaan yang telah
disediakan oleh petugas Radiologi.
Sebelum pemeriksaan dimulai pasien diminta BAK bila buli-buli terasa
perih.
Pasien tidur dalam posisi supine (terlentang) di meja pemeriksaan.
Menggunakan film ukuran 35x43
Bagian atas pross xiphoidens masuk
Bagian bawah sympisis pubis masuk
Kedua dinding abdomen masuk
Exposi diambil dalam expirasi tahan nafas
FFD : 100 cm
Menggunaan Bucky
Faktor exposi :
kV 68 75
mAS 9 14
Posisi abdomen AP erect (duduk)
Pasien duduk tegak / tegak
Kaset di bawah grid / dibawah pasien
Bagian atas (diafragma) harus terbawa untuk melihat sekiranya
ada udara bebas / fluid level dalam rongga abdomen
Exposi diambil : tahan nafas / exposi
Kedua dinding abdomen harus masuk
FFD dan faktor exposi sama dengan AP Supine
Foto polos Abdomen dapat dinilai :
Preperitoneal Fat kiri kanan terlihat baik.
Tak tampak gambaran precal mass pada sistem pencernaan.
Dari mulai persiapan pasien sampai foto selesai dibuat adalah:
Tidak ada
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja TUR.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
1. Budyatmoko.B. Standar Prosedur Operasional Radiodiagnostik Jilid I.
Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia. Jakarta.
10

2. Sutton. D, Imaging of Radiology, 2000.

Pemeriksaan :
RADIOGRAFI AKUT ABDOMEN (ABDOMEN 3 POSISI)
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan secara radiografi untuk menilai abdomen secara umum.
1. Untuk melihat ada tidaknya udara bebas pada rongga peritoneal
2. Untuk melihat cairan bebas pada rongga abdomen
3. Untuk melihat fluid level dalam usus kecil
4. Adanya kerusakan dalam rongga abdomen
5. Luka tusuk didaerah abdomen
1 s/d 5 dengan posisi AP erect dan LLD
6. Kalsifikasi yang abnormal & corpus alienum yang radio opaque
dengan posisi AP dan lateral
Adanya ileus
Obstruksi ileus
Paralitik
Perporasi
Invaginasi
Stenosis dan atresia duodeni
Pneumoperitonitis
Mega colon
Trauma abdomen

Pasien mengganti pakaian dengan pakaian pasien yang telah


disediakan
Posisi supine / AP
o Pasien tidur telungkup lurus diatas meja pemeriksaan
o Bidang mid line pasien sejajar meja pemeriksaan
o Objek batas atas prosessus xiphoideus
o Batas bawah sympisis pubis
o Keset/film disiapkan/diletakkan dibawah meja pemeriksaan
(dibawah grid/dibawah tubuh pasien)
o Ke 2 dinding abdomen masuk film
o Sinar tegak lurus dengan sentrasi setinggi L4
o Exposi diambil dalam expirasi tahan nafas
o Pada posisi AP supine untuk melihat keadaan umum dari
abdomen
o FDD 100 cm
o Kondisi KV 70 75, mAS 10 14 (ketebalan objek sedang
dan menggunkan grid)
Left lateral decubitus (LLD)
o Pasien tidur miring dengan sisi kiri bagian tubuh menempel
pada meja pemeriksaan
11

Film diletakkan vertikal dibelakang (posterior) penderita sinar


x diarahkan horizontal tegak lurus film
o Batas atas: diafragma terbawa, dinding abdomen harus
terbawa terutama dinding abdomen sebelah kanan
o Batas bawah: simpisis pubis bila mungkin, bila tidak
mungkin setinggi SIAS
o Eksposi: dalam keadaan ekspirasi tahan nafas
o FFD dan faktor exposi sama dengan AP supine
Posisi AP supine untuk melihat keadaan umum dari abdomen
Posisi tegak untuk melihat air fluid level
Posisi LLD bila ada face air pada infra diafragma.
o

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.


Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja TUR
Surat pengantar dari dokter / klinisi

12

Pemeriksaan :
PIELOGRAFI INTRAVENA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

Indikasi
Kontraindikasi

Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan Pielografi Intravena adalah salah satu pemeriksaan Traktus
Urinarius dalam menilai jaringan sampai morfologi ginjal dengan memakai
bahan kontras secara intravena.
Menilai fungsi eksresi ginjal.
Menilai morfologis dari struktur pelvio-kalises sistem.
Menilai kemampuan miksi.
PIV dibuat dalam kondisi yang optimal.
Semua kelainan-kelainan pada dan dari luar Tr. Urinarius yang dicurigai
mempengaruhi Tr. Urinarius.
Absolut : hipersensitif terhadap kontras tireotoksikosis.
Relatif : keadaan umum buruk, diabetes mellitus, multipel mieloma,
dekompensasi kordis. Dipertimbangkan dengan seksama keuntungan dan
bahaya-bahayanya. Pada keadaan dimana kadar kreatinin lebih besar 6
mg.% sebaiknya PIV tidak dilakukan.
Persiapan sebelum pemeriksaan
Sewaktu pasien datang diharuskan memeriksa kadar ureum & creatinin,
ureum normal 40 mg%, creatinin normal, kemudian diharuskan
persiapan sbb:
Dirumah:
General abdomen preparation
Cairan dikurangi 10 s/d 12 jam, jangan minum terlalu banyak
Diradiologi:
Vesica urinaria harus kosong sebelum pemeriksaan dilakukan
Ditanya tentang sensitivitas terhadap kontras media (obat-obatan)
Teknik photo roentgen
Pasien mengganti pakaian dengan baju pemeriksaan yang telah
disiapkan
Dibuat plain foto BNO (preliminary film) dengan batas atas pross.
Syphoideus, batas bawah termasuk symphisis pubis, batas lat.
Dinding abdomen
Disuntikkan bahan kontras
Photo diambil setelah 5, 10, 20, 30, post injeksi, PV bila diperlukan
dibuat foto 60 s/d 120 post injeksi
5, 10 film 24 x 30 melintang dengan compresion band
o Batas atas: pross syphoideus
o Batas bawah: crysta iliaca
20 film 35 x 43 compresion band dilepas
13

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

o Batas atas: pross syphoideus


o Batas bawah: symphisis pubis
Faktor exposi
o KV: 70 73 dengan mAS: 10 12.5
o Bucky: ya
o Exposi diambil dalam ekspirasi tahan nafas
Posisi pasien tidur terlentang / supine dengan pertengahan tubuh
ditengah meja
30 film 35 x 43 posisi pasien telungkup / prone, bila keadaan pasien
tidak memungkinkan untuk telungkup foto dilakukan tetap dalam
keadaan terlentang / supine

Maksimal 1 jam.
Pre Shock (shock anafilalis lambat korema)
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja TUR.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Budyatmoko.B. Standar Prosedur Operasional Radiodiagnostik Jilid I.
Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia. Jakarta.
2. Sutton. D, Imaging of Radiology, 2000.

14

Pemeriksaan :
SISTOGRAFI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan Sistografi adalah salah satu pemeriksaan Tr. Urinarius secara
radiografi dalam menilai keadaan vesica urinaria (buli-buli dengan
memasukkan kontras melalui uretra memakai kateter folley).
Memperlihatkan struktur kandung kemih serta struktur infra vesica dan
organ-organ sekitarnya.
Tumor buli-buli.
Ruptura buli-buli.
Divertikel.
Neurogenic bladder.
Prostat hipertropi.
Sistitis kronik.
Tumor-tumor sekitar buli-buli.
Inveksi akut saluran kemih.
Buli dalam keadaan kosong.
Menyiapkan kateter Folley.
Kontras + NaCl.
Menggunakan kateter dengan balon (Folley) atau tanpa balon; ukuran
tergantung keadaan, biasa dipakai ukuran 16 atau 18 F, transuretral
dan cara pungsi supra pubik.
Kateter dimasukkan (dari ruang rawat/di radiologi) sebelumnya kateter
dilumasi Vaselin.
Pada urethra biasanya diberikan lidocaine/. Untuk lokal anastesi
Kandung kencing dikosongkan.
Menggunakan kontras dengan kepekatan 15%-20% dalam larutan
NaCl fisiologis sebanyak 150-250 cc.
Foto dibuat pada posisi AP, oblik pada daerah vesica urinaria
AP : 70 73, mAS : 10 12.5
DBL : 73 81, mAS : 12.5 - 16
20 menit.
Tidak ada.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.

Wewenang
15

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

Pokja TUR.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Budyatmoko.B. Standar Prosedur Operasional Radiodiagnostik Jilid I.
Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia. Jakarta.
2. Sutton. D, Imaging of Radiology, 2000.

Pemeriksaan :
BIPOLAR SISTOGRAFI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Bipolar sistografi adalah salah satu pemeriksaan Tr. Urinarius
mengevaluasi adanya struktur / sumbatan pada uretra dengan
memasukkan kontras ke dalam vesica (yang sudah terpasang kateter
melalui sistostomy) dan uretra.
Memperlihatkan struktur kandung kemih, infra vesika serta uretra dengan
jalan mengisi kandung kemih, struktura uretra dan sebagainya.
Keadaan dimana dipergunakan stoma seperti ruptura uretra, struktura
uretra dan sebagainya.
Infeksi akut saluran kemih.
Menyiapkan kateksi Folley ukuran 18 Cr dewasa, 20 Cr anak.
Kontras media + NaCl dilasi.
Buli dalam keadaan kosong.
Menggunakan fluoroskopi untuk melihat distensi buli-buli dan:
Mencegah distensi yang berlebihan atau adanya ekstravasasi.
Kontras yang dipergunakan dengan kepekatan 20%.
Buli-buli diisi terlebih dahulu melalui stoma dan langkah selanjutnya
adalah mengisi uretra.
20 menit.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja TUR.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1.
Budyatmoko.B. Standar Prosedur Operasional Radiodiagnostik
Jilid I. Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia. Jakarta.
2.
Sutton. D, Imaging of Radiology, 2000.

16

Pemeriksaan :
URETRA SISTOGRAFI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Uretrosistografi adalah pemeriksaan Tr. Urinarius secara radiografi dalam
menilai keadaan uretra dan kandung kencing dengan memasukkan kontras
media.
Memperlihatkan struktur kandung kemih serta struktur uretra dan organorgan sekitarnya.
Struktura uretra, hypospedias, epis padias
Ruptura uretra, urethritis, tumor, Hp, diverticula
Infeksi akut saluran kemih.
Menyiapkan semprit soce.
Beri penjelasan pada pasien.
Kontras media.
Kosongkan kandung kencing.
Menggunakan semprit khusus untuk mengisi uretra dan kandung
kemih.
Menggunakan anestesi lokal (jelly).
Ujung semprit diletakkan pada ujung uretra, pengisian dilakukan
dengan perlahan dan tekanan yang tetap.
Foto dibuat pada posisi oblik bila diperkirakan kontras sudah mulai
mengisi buli-buli.
Foto lain berupa foto AP dan oblik setelah kandung kencing penuh.
Kontras yang digunakan dengan kepekatan 20% atau 15%, jumlah
kontras yang dilarutkan sebanyak 150-250 cc.
15 menit.
Tidak ada.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja TUR.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Budyatmoko.B. Standar Prosedur Operasional Radiodiagnostik Jilid I.
Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia. Jakarta.
17

2.

Sutton. D, Imaging of Radiology, 2000.

Pemeriksaan :
HYSTEROSALPINGOGRAPHY (HSG)
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi

Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Hysterosalpingography adalah pemeriksaan secara radiografi untuk
menilai alat reproduksi wanita yaitu cervix, uterus, dan kedua tuba secara
anatomis dengan menggunakan kontras media, memasukkan kateter
kedalam uterus melalui kateter atau alat khusus untuk pemeriksaan HSG.
Memperlihatkan struktur kandung kemih serta struktur infra vesica dan
organ-organ sekitarnya.
Struktura uretra, infertilitas primer maupun sekunder
Ruptura uretra, tumor
Infeksi akut saluran kemih
Kehamilan
Infeksi akut dari genetalia interna/eksterna
Menstruasi
Menyiapkan HSG set
Kontras media.
Lampu sorot
Pasien mengganti pakaian dengan baju pemeriksaan yang telah
disiapkan
Spuit diisi dengan bahan kontras
Pasien berbaring diatas meja pemeriksaan yang sudah di beri kain
alas dengan posisi lithotomic
Gentalia eksterna dibersihkan
Speculum vagina dimasukkan perlahan-lahan sehingga portio terlihat
jelas kemudian vagina dibersihkan
Sonde uterus dimasukkan kedalam serviks uteri untuk mengetahui
arah fleksi cavum uterus
Masukkan kontras melalui kateter yang telah disiapkan
Dibuat foto posisi AP dan oblik pada saat kontras disuntikkan
15 menit.
Tidak ada.
18

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.


Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja TUR
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1.
Budyatmoko.B. Standar Prosedur Operasional Radiodiagnostik
Jilid I. Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia. Jakarta.
2.
Sutton. D, Imaging of Radiology, 2000.

Pemeriksaan :
CT SCAN GINJAL / ABDOMEN ATAS BAWAH
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai anatomi daerah
abdomen atas termasuk hepar, pankreas, kandung empedu, lien, lambung
dan ginjal.
Mendeteksi kelainan dan sekaligus trauma pada daerah abdomen atas.
Trauma abdomen atas.
Trauma intra abdomen untuk menentukan stadium.
Mutlak tak ada.
Pasien satu hari sebelum pemeriksaan dianjurkan memakan makanan
rendah serat.
Pemberian korbus oral +/- 750 800 cc dengan cara :
a. 250 cc malam sebelum pemeriksaan (+/- jam 10 malam)
b. 250 cc 1 jam sebelum pemeriksaan
c. 250 cc 15 menit sebelum pemeriksaan
Melampirkan hasil lab ureum/creatinin. Jika keadaan ureum/ creatinin
diatas nilai normal, tidak dapat dilakukan pemberian kontras intravena.
Pasien tidur dalam posisi supine.
Diambil topogram sesuai dengan daerah pemeriksaan dari diafragma
sampai ginjal jika diperlukan menilai buli/ adanya obstruksi, diambil
sampai buli.
Pada pemeriksaan sebelum kontras potongan axial dengan tebal
irisan 10 mm.
Pada pemberian kontras dengan bolus/ injektor, tebal irisan 5 mm
pada lokasi yang dicurigakan.
Delayed Scan diambil jika dicurigai suatu hemangioma atau diperlukan
buli penuh kontras.
20 menit.
Tidak ada.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
19

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

Pokja TUR.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Budyatmoko.B. Standar Prosedur Operasional Radiodiagnostik Jilid I.
Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia. Jakarta.
2. Sutton. D, Imaging of Radiology, 2000.

Pemeriksaan :
CT SCAN PELVIS / ABDOMEN BAWAH
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai organ reproduksi dan
Traktus Urinarius untuk menilai kontras oral dan intravena.
Menilai secara anatomis keadaan organ Traktus Urinarius dan organ
reproduksi.
Trauma Pelvis.
Tumor Pelvis/ organ reproduksi/ Traktus Urinarius dalam menentukan
lokasi/ perluasan/ stadium.
Mutlak tak ada.
Pasien satu hari sebelum pemeriksaan dianjurkan memakan makanan
rendah serat.
Pemberian korbus ural +/- 750 800 cc dengan cara :
o 250 cc malam sebelum pemeriksaan (+/- jam 10 malam)
o 250 cc 1 jam sebelum pemeriksaan
o 250 cc 15 menit sebelum pemeriksaan
Melampirkan hasil lab ureum/creatinin. Jika keadaan ureum/ creatinin
diatas nilai normal, tidak dapat dilakukan pemberian kontras intravena.
Pasien tidur dalam posisi supine.
Diambil topogram mulai setinggi L 5 sampai pubis.
Pengambilan scan pre kontras potongan axial dengan tebal irisan 10
mm.
Pemberian kontras intravena bilus dengan dosisi 1-2 cc/hg. BB
(max.100 cc). Potongan axial dengantebal irisan 5 mm, khusus pada
ca cervix II dan III dibuat irisan 3 mm.
Delayed Scan diambil jika diperlukan buli penuh kontras.
20 menit.
Tidak ada.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
20

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

Pokja TUR.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Moss.A.Albert, Gamsu Gordon, Grenant.Harry K, Computed
Tomography of the Body with Magnetic Resonance Imaging.,Secong
edition.Vol.3. WB.Saunders Company, Philadelphia, 1992.
2. Budyatmoko.B. Standar Prosedur Operasional Radiodiagnostik Jilid I.
Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia. Jakarta.
3. Sutton. D, Imaging of Radiology, 2000.

Pemeriksaan :
CT SCAN urografi (CT IVP)
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian

Ct Urografi adalah pencitraan saluran ureter dari ginjal sampai buli-buli


atau fungsi ekskresi ginjal dengan bahan kontras non ionic dan
menggunakan alat MSCT Scan.

Tujuan

Untuk mengetahui anatomi dan kelainan pada saluran kencing dari Ginjal
ke ureter sampai ke Buli-buli dan organ disekitarnya.
Menilai fungsi sekresi dan eksresi ginjal.
Menilai morfologis dari struktur ginjal, pelviokalises serta buli-buli.
Menilai massa ginjal serta perluasannya ke organ sekitar lebih jelas

Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Alergi kontras media


Tidak perlu persiapan
Pemeriksaan ureum, kreatinin sebelum pemeriksaan
Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan,dengan posisi pasien
feet first.
Dipasang IV Line dengan Abocath no 18 20 mm yang
disambungkan dengan injector.
Dibuat Topogram, dari diafragma sampai dengan shimphisis pubis
(Abdomen).
Dibuat area scan Non contrast dan CT Uro dari daerah supra renal
(Th.12-L 1) sampai dengan shimphisis pubis.
Pre Monitoring ditempatkan di aorta descenden
Protocol sbb :
- Topogram :
- Non Contrast
Pause
- EAP : Early Artery Phase (daerah Liver) : 25-30 s
- PVP: Portal Venous Phase : 50-60 s
21

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Pause
- Excetory Phase : 8 10 menit (CT Urography)
Rekonstruksi ke 3D,dan Inspace.
Pencetakan film dibuat type MIP dan Curved MPR daerah ureter dan
kertas foto (gambar berwarna).

10 menit
Tidak ada.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja TUR.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

Referensi

Pemeriksaan :
MRI PELVIS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan dengan menggunakan alat MRI untuk menilai keadaan organ
rongga pelvis dan tulang-tulang pelvis.
Menilai kelainan anatomis organ-organ rongga pelvis terutama pada
daerah vagina, cervix, uterus, prostat serta tulang-tulang pelvis terutama
caput femur.
Tumor organ reproduksi untuk menentukan stadium.
Avaskuler nefrosis caput femur.
Tumor rectum.
Pasien yang menggunakan plate/srew yang mengandung ferum (bersifat
ferro magnetik) dan pencil marker.
Mengisi formulir izin tindakan sebelum masuk ke dalam ruang
pemeriksaan.
Kandung kemih sebaiknya tidak terlalu penuh atau kosong sama
sekali.
Melepaskan barang- barang yang bersifat ferromagnetik.
Pasien tidur dalam posisi supine dan memakai koil abdomen khusus.
Dibuat pengambilan gambar T1, T2, dengan potongan axial, coronal
dan Sagital.
Aplikasi kontras diberikan jika ditemui kelainan seperti tumor, abses
dan ditambah pengambilan gambar T1, potongan axial, coronal, dan
sagital.
45 menit.
Tidak ada.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
22

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

Pokja TUR.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Stark.D.David,
Bradley.W.Cr.Magnetic
Resonance
Imaging,
Vol.I.Mosby,1999.
2. Budyatmoko.B. Standar Prosedur Operasional Radiodiagnostik Jilid I.
Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia. Jakarta.
3. Sutton. D, Imaging of Radiology, 2000.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI MUSKULOSKELETAL

23

Pemeriksaan :
FOTO POLOS KEPALA PA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
kepala
Menilai tulang-tulang kepala dan tulang-tulang wajah serta
rongga sinus yang dapat terlihat.
Fraktur
Korpus alienum
Sinusitis
Hamil muda (relatif)
Melepaskan gigi palsu, kaca mata, perhiasan, jepitan rambut
dan alat bantu dengar
Ukuran film: 24 x 30 cm
FFD: 100 cm
Bucky: ditaruh dibawah meja
Eksposure: 70 kV, 10 mAS.
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi prone /telungkup
Kedua lengan disisi tubuh
Median plan dari tubuh pasien sesuai dengan midline meja
pemeriksaan
Tekuk kedua siku ke depan, sebagai penahan tubuh atau
badan agar kedudukan lebih enak
Median plan kepala sesuai dengan mid line meja
pemeriksaan
Bidang yang dibentuk oleh kedua OMBL tegak lurus film
Kepala bagian depan diberi alas (sponge)
24

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Ujung hidung menyentuh meja


Dagu dalam posisi fleksi
Kepala tidak boleh bergerak
Proyeksikan sinar tegak lurus terhadap film dan pertengahan
dari kepala
Pusat sinar pada protuberansia osipital
Untuk posisi AP: pasien supine, kepala fleksi sehingga garis
orbitomeatal menjadi vertikal tegak lurus film
Pasien diminta menahan nafas dan jangan menelan ludah
selama pengambilan gambar
Gunakan marker R / L
Kepala harus simetris dan terlihat lengkap
Margo superior os.petrosus terproyeksi ditengah-tengah
rongga orbita
Tabula eksterna harus terlihat
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskletal
Pokja muskuloskletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS KEPALA LATERAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
kepala proyeksi lateral.
Menilai tulang-tulang kepala dan tulang-tulang wajah serta
rongga sinus yang dapat terlihat.
Fraktur
Korpus alienum
Sinusitis
Hamil muda (relatif)
Melepaskan gigi palsu, kaca mata, perhiasan, jepitan rambut
dan alat bantu dengar
Ukuran film: 24 x 30 cm
FFD: 115 cm
Bucky: ditaruh dibawah meja
Eksposure: 6070 kV, 8 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Posisi pasien dalam keadaan telungkup
Tekuk tangan yang satu sedang tangan yang lain lurus di
samping tubuh, agar posisi pasien seenak mungkin
Tempatkan kepala pasien dalam posisi miring
Median plane dari tubuh atau kepala sejajar film
Sinar tegak lurus film
Bahu dan dagu diberi alas (sponge) sehingga bidang median
paralel terhadap film
25

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pertengahan kepala berada dipertengahan kaset


Kepala tidak boleh bergerak
Proyeksikan sinar tegak lurus terhadap film
Pusat sinar mengarah pada bagian tengah kepala (sekitar 1
cm diatas bagian depan dari meatus auditorius eksternal
yang berada ditengah film)
Gunakan marker sesuai dengan sisi yang dekat dengan film
Pasien diminta menahan nafas dan jangan menelan ludah
selama pengambilan gambar
Kepala harus simetris dan terlihat lengkap
Kedua sendi temporo mandibular harus superinfos
Alamayor dan alaminor ospenoid kanan-kiri harus superinfos
Garis sela harus linier (tidak double)
Prosesus klinoid harus superinfos
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskletal
Pokja muskuloskletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Note:
- Pada kasus trauma kepala / gawat darurat, sebaiknya pada foto lateral digunakan sinar horizontal
- Usahakan daerah servikal masuk lapangan radiografi
- Dilarang banyak memanipulasi pasien terutama bila diduga adanya fraktur servikal

Pemeriksaan :
KAVUM ORBITA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Suatu pemeriksaan secara radiografi dari organ-organ orbita
Untuk menilai secara umum organ kavum orbita
Fraktur pada kavum orbita
Tumor
Hamil muda
Film ukuran 18 x 24
Stationary grid/bucky
Pasien diposisikan tidur telungkup atau duduk tegak/berdiri
Median sagital tubuh sejajar dengan median sagital meja
pemeriksaan
Kepala pasien dalam posisi postero anterior
Atur agar bahu dalam posisi yang sama tinggi
Kedua lengan / siku ditekuk sehingga kedua ujung jari berada
pada setinggi ujung
Kepala fleksi sehingga orbito meatal line tegak lurus film
Sinar diarahkan kearah kaki (kranio kaudal) 20 - 25
Titik pusat sinar diarahkan menuju cavum orbita
Gunakan marker R/L
Lapangan penyinaran dibatasi sesuai degan kebutuhan,
gunakan pelindung gonad
26

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pasien diinstruksikan tahan nafas pada saat eksposi


kV 73, mAS 12.5 menggunakan grid
Gambaran kavum orbita secara umum
10 menit
Tidak ada
Dikerjakan oleh Radiographer
Dibaca oleh Dokter Spesialis Radiologi
Pokja Muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Merrills Atlas of Radiographic Position and Radiographic
Procedures, 8th edition, vol 2, Philip W. Ballinger

Note:
Untuk melihat proyeksi lateral.
- Prosedur persiapan/tindakan dll = proyeksi lateral kepala
- Sinar diarahkan tegak lurus pada onter canthi
- Ekposure kV 68, mAS 8
- Penilaian : untuk melihat kavum orbita dari proyeksi lateral

Pemeriksaan :
FORAMEN OPTIKUM
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Tumor
Kelainan vaksuler
Hamil muda
Film ukuran 18 x 24
Grid / bucky
Exposure: kV 73, mAS 10
Pasang proteksi gonad
Pasien posisi tidur telungkup atau duduk tegak
Tempatkan lengan pada posisi yang nyaman
Atur posisi shoulder pada bidang yang sama
Median sagital tubuh sejajar dengan meja pemeriksaan
Tempatkan kepala pada posisi zygomatik, hidung dan dagu
sisi yang akan diperiksa menempel meja pemeriksaan
Kepala diekstensikan sehingga acanthiomeatal line tagak
lurus bidang film
Putar kepala sehingga mid sagital plane kepala membentuk
sudut 53 dengan bidang film
27

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pusat sinar tegak lurus anthero campus


Lapangan penyinaran sesuai kebutuhan
Gunakan marker sesuai sisi objek yang diperiksa

15 menit
Tidak ada
Dikerjakan oleh Radiografer
Dibaca oleh Dokter Spesialis Radiologi
Surat pengantar dari dokter / klinisi

Pemeriksaan :
FOTO POLOS SINUS PARANASAL / WATERS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Menilai keadaan rongga sinus dan tulang-tulang wajah.
Sinusitis
Fraktur tulang wajah
Hamil muda (relatif)
Melepaskan gigi palsu, kaca mata, perhiasan, jepitan rambut
dan alat bantu dengar
Ukuran film: 18 x 24 cm
FFD: 100 cm
Bucky: ya
Eksposure: 73 kV, 12.5 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi menghadap film (duduk atau berdiri)
Bidang median sagital tegak lurus terhadap meja
Kepala ekstensi kebelakang sehingga dagu dan hidung
menyentuh meja
28

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Kedua siku ditekuk sehingga kedua tangan berada disamping


kepala
Mulut dalam keadaan terbuka
Proyeksi: oksipitonasal
Pusat sinar 2 cm diatas protuberansia oksipital
Menembus sampai pada level bibir atas (menembus antum
maksila atau rima orbita inferior) yang berada ditengahtengah film
Pasien diminta menahan nafas dan jangan menelan ludah
selama pengambilan gambar
Kedua rongga orbita terlihat simetris
Margo petrosis superior berada dibawah dinding antrum
maksila
Sinus spenoidalis terlihat pada posisi buka mulut
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Note:
- Untuk kasus trauma kepala / keadaan gawat darurat dapat dilakukan dengan posisi pasien supine (reverse dari
waters)
- Posisi pasien tetap dalam keadaan tidur terlentang
- Bidang median sagital tegak lurus meja pemeriksaan / bucky
- Kepala pasien ektensi sebisanya
- Arah sinar disudutkan ke kranial disesuaikan dengan ektensi kepala

Pemeriksaan :
FOTO POLOS BASIS KRANII
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
kepala (basis kranii)
Melihat foramina-foramina di basis kranii.
Fraktur
Kelainan foramina basis kranii
Hamil muda (relatif)
Melepaskan gigi palsu, kaca mata, perhiasan, jepitan rambut
dan alat bantu dengar
Ukuran film: 24 x 30 cm
Kecepatan film: 200
FFD: 100 cm
Bucky: dipakai
Eksposure: 77 kV
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi supine dengan punggung diganjal sehingga
leher hiperekstensi
29

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Kepala ekstensi sehingga verteks menyentuh film


Mid line tubuh sesuai dengan mid line meja pemeriksaan
Proyeksi: aksial, submentovertikal
Pusat sinar kearah dasar mulut melalui meatus akustikus
eksternus, tegak lurus terhadap garis infraorbitomeatal (rima
orbita inferior batas atas meatus akustikus eksternus)
Jika kepala tidak bias ekstensi maka tabung sinar-x yang
disudutkan
Pasien diminta menahan nafas dan jangan menelan ludah
selama pengambilan gambar
Basis kranii terlihat simetris
Mandibula terproyeksi pada sinus frontalis
Kondilus mandibularis terlihat simetris
Foramen ovale dan spinusum tervisualisasi
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS SCHULLER
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
pendengaran.
Menilai keadaan antrum mastoid dan meatus akustikus.
Mastoiditis
OMSK
Hamil muda (relatif)
Melepaskan gigi palsu, kaca mata, perhiasan, jepitan rambut
dan alat bantu dengar
Ukuran film: 18 x 24 cm
FFD: 100 cm
Bucky: dipakai
Eksposure: 73 kV, 12.5 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi prone (atau anterior oblik), sisi kepala yang
30

akan diperiksa didekatkan pada film


Garis horizontal infraorbitomeatal tegak lurus terhadap
sumbu panjang meja
Dagu elefasi dengan bidang sagital median kepala parallel
terhadap film
Cuping telinga dilipat kedepan sehingga antrum mastoid
terlihat dengan baik
Meatus akustikus anternus yang berada didekat film harus
berada ditengah-tengah kaset
Kepala tidak boleh bergerak
Proyeksi: lateral, 25 derajat kraniokaudal
Pusat sinar melalui meatus akustikus yang akan diperiksa (4
jari diatas meatus akustikus sisi lainnya), dan berada
ditengah film
Pasien diminta menahan nafas dan jangan menelan ludah
selama pengambilan gambar
Meatus akustikus eksternus dan internus superinpos
Kondilus mandibularis dan sela sendi terlihat jelas
Antrum mastoid tervisualisasi lengkap
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Note:
- Untuk pemotretan temporo mandibular joint (TMJ) dapat dilakukan dengan cara: posisi oblik / kepala sama
dengan diatas
- Exposure diambil 4 x pemotretan, masing-masing: 2 x untuk satu sisi (R / L) dan 1 x exposure dalam keadaan
mulut terbuka maksimal, 1 x dalam keadaan mulut tertutup

Pemeriksaan :
FOTO POLOS VERTEBRA SERVIKAL DAN ODONTOID
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Melihat struktur vertebra servikal dan odontoid
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
Melepaskan gigi palsu, kaca mata, perhiasan, jepitan rambut
dan alat bantu dengar
Ukuran film: 18 x 24 cm
FFD: 100 cm
Bucky: dipakai
31

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Eksposure: 66 - 70 kV, 8 mAS


Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi berdiri atau supine
Garis simpisis mental dengan batas bawah oksipital tegak
lurus terhadap bidang horizontal film
Mulut dalam keadaan terbuka (untuk melihat odontoid)
Proyeksi: 10-15 derajat kraniokaudal
Pusat sinar melalui sterna notch dan ditengah kaset
Pasien diminta menahan nafas dan jangan menelan ludah
selama pengambilan gambar
Untuk melihat prosesus odontoid proyeksi : ventrodorsal,
tegak lurus terhadap film. Pusat sinar berada digaris tengah
diantara dua sudut mulut
Prosesus odontoid, aksis dan atlas terlihat dengan jelas
Vertebra C3 sampai C7 tervisualisasi dengan baik
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS VERTEBRA SERVIKAL LATERAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
servikal proyeksi lateral.
Melihat struktur vertebra servikal.
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
Melepaskan gigi palsu, kaca mata, perhiasan, jepitan
rambut dan alat bantu dengar
Ukuran film: 18 x 24cm
FFD: 100 cm
32

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Bucky: ya
Eksposure: 60-70 kV, 7. 1 8 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi berdiri
Bahu menempel pada kaset yang tegak
Kepala dan leher pada posisi yang benar-benar lateral
(bidang median paralel terhadap film)
Dagu sedikit terangkat, batas atas kaset berada 3 cm diatas
sudut mata
Proyeksi: lateral tegak lurus terhadap film
Pusat sinar melalui bagian tengah leher (C4) dan bagian
tengah kaset
Pasien diminta menahan nafas dan jangan menelan ludah
selama pengambilan gambar
Semua servikal vertebra terlihat pada posisi lateral
Prosesus spinosus C7 juga harus terlihat
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS VERTEBRA SERVIKAL OBLIK
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
servikal.
Melihat struktur vertebra servikal (terutama feromina
intervertebralis).
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
Melepaskan gigi palsu, kaca mata, perhiasan, jepitan rambut
33

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

dan alat bantu dengar


Ukuran film: 18 x 24 cm
FFD: 100 cm
Bucky: ya
Eksposure: 60-70 kV, 7.1 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi berdiri dengan punggung menempel pada
kaset yang tegak
Sisi yang lain menjauh dari kaset dengan sudut 45 derajat
Dagu sedikit terangkat, dengan kepala sedikit ke bidang film
agar lamus mandibula tidak terlihat pada gambar
Batas atas kaset berada 3 cm diatas batas atas telinga
Proyeksi: ventrodorsal (AP), 10 derajat caudocepalat
Pusat sinar melalui bagian tengah leher (C4) dan bagian
tengah kaset
Pasien diminta menahan nafas dan jangan menelan ludah
selama pengambilan gambar
Foramina intervertebralis terlihat dengan jelas
Identifikasi foramina kanan sama dengan bahu kiri yang
mendekat pada kaset dan sebaliknya
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS VERTEBRA TORAKAL AP
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
torakal.
Melihat struktur vertebra torakal.
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
34

Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pasien mengganti pakaiannya dengan baju pemeriksaan


yang telah disediakan
Ukuran film: 30 x 40 cm
compensating screen -/+
FFD: 100 cm
Bucky: ya
Eksposure: 70-73 kV, 9 11 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi berdiri dengan punggung menempel pada
kaset
Dagu diangkat
Batas atas kaset berada pada level C6, 1 cm diatas batas
bahu
Proyeksi: ventrodorsal (AP)
Pusat sinar melalui bagian tengah sternum dan bagian
tengah kaset
Pasien diminta menahan nafas selama pengambilan gambar
Seluruh vertebra torakal harus terlihat termasuk
servikotorakal dan torakolumbal
Kosta-kosta bagian belakang juga terlihat
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS VERTEBRA TORAKAL LATERAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
vertebra torakal.
Melihat struktur vertebra torakal.
Fraktur
Infeksi
35

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Tumor
Hamil muda (relatif)
Pasien mengganti pakaiannya dengan baju pemeriksaan
yang telah disediakan
Ukuran film: 30 x 40 cm
compensating screen -/+
FFD: 100 cm
Bucky: ya
Eksposure: 77 - 81 kV, 12.5 16 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi berdiri dengan punggung menempel pada
kaset
Kedua lengan diangkat kedepan atau ke atas
Batas atas kaset berada pada level C6, 1 cm diatas batas
bahu
Proyeksi: lateral
Pusat sinar terletak pada margo inferior scapula dan bagian
tengah kaset
Pasien diminta bernafas secara halus agar iga-iga menjadi
kabur
Seluruh vertebra torakal terlihat benar-benar lateral
Iga-iga tampak kabur
Torakolumbal juga tervisualisasi
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS VERTEBRA LUMBAL AP
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Melihat struktur vertebra lumbal AP
36

Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan
Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
Pasien mengganti pakaiannya dengan baju pemeriksaan
yang telah disediakan
Ukuran film: 30 x 40 cm
FFD: 100 cm
Bucky: ya
Eksposure: 70-75 kV, 11 14 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Seluruh lumbal (termasuk Th 12 dan S1) terlihat
Prosesus spenosus terletak digaris tengah
Sendi sakro iliaka dan prosesus transfersus juga terlihat
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pokja muskuloskeletal

Pemeriksaan :
FOTO POLOS VERTEBRA LUMBAL LATERAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
37

Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

yang akan diperiksa


Melihat struktur vertebra lumbal.
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
Pasien mengganti pakaiannya dengan baju pemeriksaan
yang telah disediakan
Ukuran film: 30 x 40 cm
Kecepatan film: 400, compensating screen -/+
FFD: 100 cm
Bucky: ya
Eksposure: 81 - 85 kV, 22 28 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi berdiri sisi kanan bahu menempel pada kaset
Tungkai lurus dan paralel
Kedua tangan terangkat keatas
Pertengahan kaset berada di atas 2 cm krista iliaka (L4)
Proyeksi: lateral, tegak lurus terhadap film
Pusat sinar 2-3 cm diatas Krista iliaka
Pasien diminta menahan nafas selama pengambilan gambar
Seluruh vertebra lumbal terlihat benar-benar lateral
Prosesus spinosus tervisualisasi dengan baik
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS LUMBAL STUDI FUNGSIONAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
38

Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ


yang akan diperiksa
Melihat struktur vertebra lumbal dengan pergerakan/perubahan
posisi
HNP
Skoliosis
Hamil muda (relatif)
Pasien mengganti pakaiannya dengan baju pemeriksaan
yang telah disediakan
Ukuran film: 30 x 40 cm
FFD: 100 cm
Bucky: dipakai
Eksposure: 81 - 85 kV, 22 28 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien bediri, posisi lateral terhadap kaset film
Tungkai lurus dan paralel, kaki sedikit terbuka
Kedua tangan terangkat keatas
Pemotretan dilakukan pada posisi flexi dan extensi maksimal
atau lateral kiri dan lateral kanan
Pertengahan kaset berada di atas 2 cm krista iliaka (L4)
Proyeksi: lateral, tegak lurus terhadap film
Pusat sinar 2-3 cm diatas Krista iliaka
Pasien diminta menahan nafas setelah ekspirasi, selama
pengambilan gambar
Seluruh vertebra lumbal terlihat benar-benar lateral
Torakolumbal dan lumbosakral terlihat
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS PELVIS AP BERDIRI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
39

DR. CIPTO MANGUNKUSUMO


Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan

Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Melihat struktur tulang pelvis
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda
Melepaskan pakaian terutama bila ada yang terbuat dari
logam dan perhiasan
Ukuran film: 30 x 40 cm melintang
FFD: 100 cm
Bucky: dipakai
Eksposure: 70 - 73 kV, 11 12.5 mAS
Pasang proteksi untuk gonad
Pasien posisi supine dengan bokong di dekat kaset
Tungkai lurus dan paralel, kedua kaki endorotasi dengan
jarak antara tumit sekitar 4 cm
Bagian atas kaset berada di 4 cm krista iliaka (L4)
Proyeksi: lateral, tegak lurus terhadap film
Pusat sinar 2-3 cm dibawah krista iliaka
Pasien diminta menahan nafas selama pengambilan gambar
Seluruh pelvis terlihat lengkap dan simetris termasuk sendi
coxae, trokanter dan ala mayor iliaka
Korteks bagian lateral dari kedua trokanter terlihat tegas
Seluruh pelvis terlihat lengkap dan simetris termasuk sendi
coxae, trokanter dan ala mayor iliaka
Korteks bagian lateral dari kedua trokanter terlihat tegas
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS MANUS PA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

40

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organorgan telapak tangan.
Melihat struktur tulang-tulang tangan dan sendi
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
Pasien mengganti pakaiannya dengan baju pemeriksaan
yang telah disediakan
Ukuran film: 24 x 30 cm
FFD: 90 cm
Bucky: tidak
Eksposure: 42 kV, 2.5 mAs
Posisi pasien duduk menyamping meja pemeriksaan pada
tepi tangan yang akan difoto
Tangan diletakan diatas kaset dengan telapak tangan
menempel sedekat dekatnya dan ditengah-tengah kaset,
jari-jari lurus
Kaset horizontal diatas meja pemeriksaan
Sinar vertikal tegak lurus film
Pusat sinar pada kaput metakarpal III
Sendi metacarpofalangeal jari tengah berada di tengah film
Proyeksi: dorsovolar (PA), tegak lurus terhadap film
Pusat sinar ke sendi metacarpofalangeal jari tengah dan
pertengahan film
Seluruh tangan terlihat termasuk ujung jari dan sendi pergelangan
tangan
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS MANUS OBLIK
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,


41

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organorgan telapak tangan
Melihat struktur tulang-tulang tangan dan sendi
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
Pasien mengganti pakaiannya dengan baju pemeriksaan
yang telah disediakan
Ukuran film: 24 x 30 cm
FFD: 90 cm
Bucky: tidak
Eksposure: 42 kV, 2.5 mAs
Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan pada tepi
tangan yang akan difoto
Tangan diletakan ditengah-tengah kaset, kaset horizontal
diatas meja pemeriksaan
Tangan dari posisi lateral tepi ulnaris menempel kaset,
kemudian diputar endorotasi sehingga telapak tangan
membentuk sudut 45 terhadap kaset
Jari-jari diatur regang, ujung-ujung jari menempel kaset
Dibawah telapak tangan diletakkan spons kecil, sehingga
telapak tangan terangkat dan pergerakan obyek dapat
dihindari
Sinar tegak lurus film, pusat sinar pada sendi metakarpal
digiti III
Sendi metakarpofalangeal jari tengah berada di tengah film
Proyeksi: dorsovolar (PA), tegak lurus terhadap film
Seluruh tangan terlihat termasuk ujung jari dan sendi pergelangan
tangan
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

Pemeriksaan :
FOTO POLOS SENDI PERGELANGAN TANGAN
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

42

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organorgan pergelangan tangan


Melihat struktur sendi pergelangan tangan
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
Ukuran film: 18 X 24 cm
FFD: 90 cm
Bucky: tidak
Eksposure: 42 kV, 3.2 mAs
Posisi pasien duduk menyamping meja pemeriksaan pada
tepi tangan yang akan difoto
Lengan bawah dan tangan prone di meja pemeriksaan
Sendi pergelangan tangan diatur benar-benar postero
anterior ditengah kaset dan usahakan agar sendi
pergelangan tangan menempel pada kaset
Sinar vertikal dan pusat sinar pada titik tengah antara
proccesus shyloideus radius dan proccesus shloideus ulna
tepi dorsal
Sendi metacarpofalangeal jari tengah berada di tengah film
Proyeksi: dorsovolar (PA), tegak lurus terhadap film
Pusat sinar ke sendi pergelangan tangan dan berada di
tengah-tengah film
Seluruh pergelangan tangan terlihat termasuk tulang karpal dan
radius-ulnae distal
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

43

Pemeriksaan :
FOTO POLOS SENDI PERGELANGAN TANGAN LATERAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organorgan pergelangan tangan
Melihat struktur sendi pergelangan tangan
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
Ukuran film: 18 X 24 cm
FFD: 90 cm
Bucky: tidak
Eksposure: 42 kV, 3.2 mAs
Posisi pasien duduk menyamping meja pemeriksaan pada
tepi tangan yang akan difoto
Sendi siku flexio 90 lengan bawah dan tangan diletakkan
lateral diatas meja pemeriksaan dengan tepi ulnaris
menempel meja pemeriksaan
Sendi pergelangan tangan diatur true lateral ditengah-tengah
kaset
Kaset horizontal diatas meja pemeriksaan
Sinar vertikal, pusat sinar pada proccesus shyloideus radius
Proyeksi: lateral (radioulnar), tegak lurus terhadap film
Pusat sinar ke sendi pergelangan tangan dan berada di
tengah-tengah film
Seluruh pergelangan tangan terlihat termasuk tulang karpal dan
radius-ulnae distal superimpose (tumpang-tindih)
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

44

Pemeriksaan :
FOTO POLOS SENDI PANGGUL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Melihat struktur sendi panggul
Fraktur
Infeksi
Tumor
Hamil muda (relatif)
Melepaskan pakaian terutama bila ada yang terbuat dari
logam dan perhiasan
Ukuran film: 30 x 40 cm
FFD: cm
Bucky: ya (di bawah meja)
Fokal spot: besar
Eksposure: 70-73 kV, 10 12.5 mAS
Pasien supine, tungkai lurus, paralel
Kaki rotasi internal (ujung jempol saling bersentuhan), pada
kasus fraktur tidak dikerjakan
Proyeksi: AP, tegak lurus terhadap film
Pusat sinar ke tengah colum femoris dan pertengahan film
Batas atas kaset pada iliaka margo superior anterior
Seluruh sendi panggul terlihat (dari bagian bawah ala iliaka
sampai proksimal femur
Sendi panggul berada di 1/3 atas film
Trokanter mayor tidak superposisi dengan femur membentuk
sisi lateral
Kolum femur tidak pendek
Trokanter minor menjadi batas medial
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

45

Pemeriksaan :
FOTO POLOS GENU
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Melihat struktur sendi lutut
Fraktur
Infeksi
Tumor
Degeneratif
Hamil muda (relatif)
Ukuran film: 18 x 24 cm
FFD: 115 cm
Eksposure: bila menggunakan bukcy 50 kV, 4 mAS. Tanpa
bucky 50 kV, 4 mAs
Pasien supine, tungkai lurus, sengan sedikit rotasi interna
Kaki yang lain fleksi
Proyeksi: AP, tegak lurus terhadap film
Pusat sinar ke tengah sendi lutut (2 cm di bawah batas atas
patella) dan pertengahan film
Patella berada di tengah
Seluruh sendi lutut terlihat
Proyeksi planar pada tibia plateau
Tibia superposisi dengan sisi medial caput fibula
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

46

Pemeriksaan :
FOTO POLOS GENU LATERAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Melihat struktur sendi lutut
Fraktur
Infeksi
Tumor
Degeneratif
Hamil muda (relatif)
Ukuran film: 18 x 24 cm
FFD: 100 cm
Bucky: ya (dibawah meja)
Eksposure: 60 kV. Tanpa bucky 50 kV, 4 mAs
Pasien tidur miring dengan genu yang akan diperiksa
menempel pada kaset
Tungkai fleksi 30-45 derajat
Tungkai yang lain berada di depan tungkai yang diperiksa
Proyeksi: lateral, tegak lurus terhadap film
Pusat sinar ke tengah sendi lutut (2 cm di bawah batas atas
patella) dan pertengahan film
Pasien tidur miring dengan genu yang akan diperiksa
menempel pada kaset
Permukaan posterior patela terlihat jelas
Kondilus femoral super posisi
Seluruh sendi lutut terlihat
Tuberositas tibia dapat di evaluasi
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

47

Pemeriksaan :
FOTO POLOS PEDIS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Melihat struktur tulang-tulang kaki
Fraktur
Infeksi
Tumor
Degeneratif
Hamil muda (relatif)
Ukuran film: 24 x 30 cm
FFD: 100 cm
Bucky: tidak
Eksposure: 44 kV, 4 mAs
Pasien berdiri dengan kaki di atas kaset
Kaki yang lain berada di belakang, tungkai yang diperiksa
miring ke belakang
Proyeksi: 15 derajat anterior oblik, dorsoplantar atau vertikal
Pusat sinar ke tengah kaki
Seluruh kaki terlihat dari falang distal sampai calcaneus
tanpa super posisi
Eksposur baik
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

48

Pemeriksaan :
FOTO POLOS PEDIS LATERAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Melihat struktur tulang-tulang kaki
Fraktur
Infeksi
Tumor
Degeneratif
Hamil muda (relatif)
Ukuran film: 24 x 30 cm
FFD: 100 cm
Bucky: tidak
Fokal spot: kecil
Eksposure: 44 kV, 4 mAs
Pasien berdiri dengan jari kelingking di dekat kaset
Pertengahan kaki berada di tengah film
Tumit elevasi
Kaki yang lain berada di depan
Proyeksi: mediolateral, tegak lurus terhadap film
Pusat sinar ke tengah kaki dan tengah kaset
Seluruh kaki terlihat termasuk sendi tumit, falang distal
sampai calcaneus
Proyeksi lateral sendi tumit
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

49

Pemeriksaan :
FOTO POLOS KALKANEUS LATERAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Melihat struktur tulang kalkaneus
Fraktur
Infeksi
Tumor
Degeneratif
Hamil muda (relatif)
Ukuran film: 18 x 24 cm
FFD: 100 cm
Bucky: tidak
Eksposure: 40-50 kV, 4 mAs
Pasien berbaring miring ke kaki yang diperiksa dengan
kelingking menempel pada kaset
Sendi tumit elevasi 10-15 derajat
Tungkai fleksi pada panggul dan lutut
Kaki yang lain berada di depan
Tumit berada di tengah kaset
Proyeksi: mediolateral, tegak lurus pada film
Pusat sinar ke calcaneus (2-3 cm di bawah maleolus medial)
dan pertengahan film
Proyeksi lateral
Seluruh kalkaneus terlihat
Sendi talokalkaneonavikular terlihat jelas
Sekitar 10 menit
Tidak ada
Pokja muskuloskeletal
Pokja muskuloskeletal
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Pocket atlas of radiographic positioning

50

Pemeriksaan :
PLEBOGRAFI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan sinar-x untuk organ
yang akan diperiksa
Melihat struktur vena-vena tungkai
DVT
Hamil muda (relatif)
Puasa 3 jam sebelum tindakan
Butterfly needle (19-21 gauge)
20 mL syringe dengan NaCl 0,9%
Tiga buah syringe 20 mL media kontras
Tourniquet 2-3 buah
Sponges, Band-Aids dan disinfectant
Melepaskan pakaian terutama bila ada yang terbuat dari
logam dan perhiasan
Ukuran film: 35 x 43 cm, dibagi 3
Fluoroskopi
Pasien berbaring, disinfectant kulit dan posisi meja boleh
semi-tegak 45 derajat
Pasang tourniquet di tumit
Masukan Butterfly needle ke vena superfisialis di dorsum
pedis sedistal mungkin
Suntikan kontras secara manual
Dengan fluoroskopi dilakukan pemotretan
o Kruris AP dan 30 derajat rotasi internal
o Kruris posisi lateral
o Genu AP dan lateral
o Paha AP
o Pelvis AP, bila perlu ditambah dengan oblik
Pasca tindakan: elevasi tungkai dan di pijit. Cabut jarum lalu
di pasang Band-Aid
Seluruh vena dalam terlihat jelas
Vena superfisial tidak tervisualisasi
Sekitar 45-60 menit
Bengkak
Phlebitis
Pokja radiologi intervensional
Pokja radiologi intervensional
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Pocket atlas of radiographic positioning
51

Pemeriksaan :
MRI SENDI TEMPOROMANDIBULA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif terhadap sendi
temporomandibula.
Mendeteksi adanya patologi sendi temporomandibula
Trismus, nyeri pada sendi temporomandibula akibat trauma,
infeksi, atau proses degeneratif.
Alergi media kontras MRI, pengguna pacemaker / ventilator,
terpasang protesis ferromagnetik, klaustrofobia, kehamilan
trimester 1.
Melepaskan segala bentuk perhiasan logam, telepon seluler, kartu
magnetik.
Menggunakan baju pemeriksaan yang tersedia.
Pasien dalam posisi supine. Pencitraan dilakukan bilateral
menggunakan coil superfisial dengan sentrasi 1-2 cm anterior
terhadap kanalis auditorius eksterna. Pemeriksaan dilakukan dua
kali, dengan mulut dalam keadaan tertutup dan mulut dalam
keadaan terbuka 3 cm menggunakan penyangga dental.
T1WI aksial, koronal dan parasagital dengan FOV 12 cm,
ketebalan irisan 1,5 - 3 mm, interval 0,5 mm, TR 600 ms, TE 30
ms.
T2WI aksial, koronal dan parasagital dengan FOV 12 cm,
ketebalan irisan 1,5 - 3 mm, interval 0,5 mm, TR 2000 ms, TE 80
ms.
Penggunaan media kontras pada sekues T1WI dilakukan bila
terdapat proses desak ruang (space occupying lesion).
Penilaian dilakukan sendi temporomandibula dalam keadaan
mulut tertutup dan terbuka, yaitu struktur rawan sendi, diskus,
cairan synovium, ligamentum, tulang-tulang processus condylaris
dan fossa mandibula beserta otot-otot disekitarnya.
Sekitar 30 menit.
Tidak ada.
Dokter Spesialis Radiologi
Divisi Radiologi Muskuloskeletal
Fischbach R. Temporomandibular joint. Dalam : Vahlensieck M,
Genant HK, Reiser M. MRI of the musculoskeletal system.
Stuttgart : Georg Thieme Verlag, 2000

52

Pemeriksaan :
MRI SENDI BAHU
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif terhadap tendon
otot-otot rotator cuff dan jaringan periartikular lainnya di daerah
bahu.
Mendeteksi adanya patologi pada otot-otot rotator cuff,
ligamentum, labrum, kartilago, dan struktur intraartikular di daerah
bahu.
Nyeri bahu akibat trauma atau proses degeneratif.
Alergi media kontras MRI, pengguna pacemaker / ventilator,
terpasang protesis ferromagnetik, klaustrofobia, kehamilan
trimester 1.
Melepaskan segala bentuk perhiasan logam, telepon seluler, kartu
magnetik.
Menggunakan baju pemeriksaan yang tersedia.
Pasien dalam posisi supine. Coil di daerah bahu, off center pada
daerah yang diperiksa.
T1WI aksial dengan FOV 24 cm, ketebalan irisan 5 mm, interval 1
mm, TR 400 ms, TE 20 ms.
T2WI aksial dengan FOV 12 cm, ketebalan irisan 5 mm, interval 1
mm, TR 2000 ms, TE 80 ms.
T2WI koronal oblik, paralel dengan otot supraspinatus, FOV 14
cm, ketebalan irisan 3 mm, interval 0,5 mm, TR 2000 ms, TE 80
ms.
T1WI sagital oblik, tegak lurus terhadap bidang koronal, FOV 12
cm, ketebalan irisan 5 mm, interval 1 mm, TR 940 ms, TE 20 ms.
Penilaian dilakukan terhadap patologi pada tendon
m.supraspinatus, m.infraspinatus, m.bicipitalis longus, m.teres
minor, sendi glenohumerale dan labrum, sendi akromioklavikular,
serta ligamentum.
Sekitar 30 menit.
Tidak ada.
Dokter Spesialis Radiologi
Divisi Radiologi Muskuloskeletal
Crues III JV, Stoller DW, Ryu RKN. Shoulder. Dalam : Stark D,
Bradley W (editors). Magnetic resonance imaging. Ed 3 Vol 2.
St.Louis : Mosby Inc., 1999.

53

Pemeriksaan :
MRI SENDI SIKU
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif terhadap otot-otot
dan jaringan periartikular lainnya di daerah sendi siku.
Mendeteksi patologi pada otot-otot, ligamentum, kartilago, dan
struktur intraartikular di daerah sendi siku.
Nyeri akibat trauma atau proses degeneratif.
Alergi media kontras MRI, pengguna pacemaker / ventilator,
terpasang protesis ferromagnetik, klaustrofobia, kehamilan
trimester 1.
Melepaskan segala bentuk perhiasan logam, telepon seluler, kartu
magnetik.
Menggunakan baju pemeriksaan yang tersedia.
Pasien dalam posisi supine. Sendi sikut dalam keadaan supinasi
dan ekstensi penuh. Bila tidak memungkinkan (nyeri, kontraktur),
dapat dilakukan dalam posisi fleksi 90o. Surface coil di daerah
sendi siku yang diperiksa.
T1WI aksial, koronal dan sagital dengan FOV 10-14 cm,
ketebalan irisan 5 mm, interval 1 mm, TR 400 ms, TE 20 ms.
T2WI aksial dan koronal dengan FOV 10-14 cm, ketebalan irisan
5 mm, interval 1 mm, TR 2000 ms, TE 80 ms, ditambahkan
dengan teknik short inversion time recovery (STIR) atau fat
suppression.
Potongan aksial, koronal dan sagital dibuat dengan berpedoman
pada bidang interepikondilus.
Penilaian dilakukan terhadap patologi pada struktur
otot/myotendinous, ligamentum kolateral, sendi ulnotrochlear,
sendi radiocapitellar, sendi radioulnar, n.radialis, n.ulnaris dan
n.medianus.
Sekitar 15-20 menit.
Tidak ada.
Dokter Spesialis Radiologi
Divisi Radiologi Muskuloskeletal
Waite RJ, Cummings TM, Busconi B, Pappas AM. Elbow. Dalam :
Stark D, Bradley W (editors). Magnetic resonance imaging. Ed 3
Vol 2. St.Louis : Mosby Inc., 1999.

54

Pemeriksaan :
MRI TANGAN DAN SENDI PERGELANGAN TANGAN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif terhadap otot-otot
dan jaringan periartikular lainnya di daerah tangan dan sendi
pergelangan tangan.
Mendeteksi patologi pada otot-otot, ligamentum, kartilago, tulang
dan saraf di daerah tangan dan sendi pergelangan tangan.
Nyeri akibat trauma atau proses degeneratif, carpal tunnel
syndrome.
Alergi media kontras MRI, pengguna pacemaker / ventilator,
terpasang protesis ferromagnetik, klaustrofobia, kehamilan
trimester 1.
Melepaskan segala bentuk perhiasan logam, telepon seluler, kartu
magnetik.
Menggunakan baju pemeriksaan yang tersedia.
Pasien dalam posisi supine atau prone, tangan diangkat keatas
kepala dan diposisikan pada pertengahan medan magnet. Untuk
immobilisasi dapat digunakan bantalan/penyangga. Surface coil
diposisikan di daerah tangan dan pergelangan tangan.
T1WI aksial, koronal dan sagital dengan FOV 8 cm, ketebalan
irisan 2 mm, TR 400 ms, TE 20 ms.
T2WI aksial, koronal dan sagital dengan FOV 8 cm, ketebalan
irisan 2 mm, TR 2000 ms, TE 80 ms, ditambahkan dengan teknik
short inversion time recovery (STIR) atau fat suppression.
Penilaian dilakukan terhadap patologi pada struktur
otot/myotendinous, ligamentum, sendi radiokarpal, sendi
interkarpalia, sendi metatarsokarpal, sendi metatarsophalangeal,
sendi interphalangeal, n.radialis, n.ulnaris dan n.medianus, serta
bone marrow.
Sekitar 15 menit.
Tidak ada.
Dokter Spesialis Radiologi
Divisi Radiologi Muskuloskeletal
Epstein RE, Kneeland JB. Hand and wrist. Dalam : Stark D,
Bradley W (editors). Magnetic resonance imaging. Ed 3 Vol 2.
St.Louis : Mosby Inc., 1999.

55

Pemeriksaan :
MRI SENDI PANGGUL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif terhadap tulang
dan sendi daerah panggul serta otot-otot dan jaringan periartikular
disekitarnya.
Mendeteksi adanya patologi pada sendi acetabulum, ligamentum,
labrum, kartilago, struktur intraartikular, tulang pelvis dan kaput
femoris serta otot-otot disekitarnya.
Nyeri akibat trauma atau proses degeneratif.
Alergi media kontras MRI, pengguna pacemaker / ventilator,
terpasang protesis ferromagnetik, klaustrofobia, kehamilan
trimester 1.
Melepaskan segala bentuk perhiasan logam, telepon seluler, kartu
magnetik.
Menggunakan baju pemeriksaan yang tersedia.
Pasien dalam posisi supine, sendi panggul dalam posisi netral.
Patella terletak di anterior untuk mencegah rotasi eksterna, bila
perlu menggunakan bantal/penyangga untuk imobilisasi. Body coil
di daerah panggul.
T1WI aksial, koronal, koronal oblik dan sagital oblik, ketebalan
irisan 3-5 mm, TR 400 ms, TE 20 ms.
T2WI aksial, koronal, koronal oblik dan sagital oblik, ketebalan
irisan 5 mm, TR 2000 ms, TE 80 ms, ditambahkan dengan teknik
fat suppression.
Potongan koronal oblik dibuat paralel dengan axis kollum femoris.
Potongan sagital oblik dibuat tegak lurus terhadap potongan
koronal oblik.
Penilaian dilakukan terhadap patologi pada acetabulum, labrum,
ligamentum, synovium, kartilago, kaput & kollum femoris, tulang
pelvis, sendi sakroiliaka, serta m. gluteus maximus-mediusminimus, m. iliopsoas, m. sartorius, m. obturator internus dan
tendon m. rectus femoris.
Sekitar 30 menit.
Tidak ada.
Dokter Spesialis Radiologi
Divisi Radiologi Muskuloskeletal
Reiser M, Heuck A. Hip and pelvis. Dalam : Vahlensieck M,
Genant HK, Reiser M. MRI of the musculoskeletal system.
Stuttgart : Georg Thieme Verlag, 2000.

56

Pemeriksaan :
MRI SENDI LUTUT
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif terhadap sendi
lutut beserta otot-otot dan jaringan periartikular lain disekitarnya.
Mendeteksi adanya patologi pada ligamentum, meniscus,
synovium, otot-otot dan tendon beserta bone marrow tulangtulang daerah lutut.
Nyeri lutut akibat trauma atau proses degeneratif.
Alergi media kontras MRI, pengguna pacemaker / ventilator,
terpasang protesis ferromagnetik, klaustrofobia, kehamilan
trimester 1.
Melepaskan segala bentuk perhiasan logam, telepon seluler, kartu
magnetik.
Menggunakan baju pemeriksaan yang tersedia.
Pasien dalam posisi supine, dengan lutut sedikit fleksi dan rotasi
eksterna
minimal.
Imobilisasi
dengan
menggunakan
bantal/penyangga. Coil unilateral di daerah lutut dengan sentrasi
di pada sendi lutut.
T1WI proyeksi aksial, koronal dan sagital dengan FOV 14 cm,
ketebalan irisan 4 mm, interval 1 mm, TR 400 ms, TE 20 ms.
T2WI proyeksi aksial, koronal dan sagital dengan FOV 14 cm,
ketebalan irisan 4 mm, interval 1 mm, TR 2000 ms, TE 80 ms,
disertai teknik fat suppression.
Penilaian dilakukan terhadap patologi pada tendon infrapatella &
suprapatella, pes anserinus, Hoffas fat pad, kartilago
femorotibiopatellar, meniscus medial & lateral, ligamentum
kolateral medial & lateral, ligamentum krusiatium anterior &
posterior, iliotibial band, fossa poplitea, m. biceps femoris serta
m.gastrocnemius.
Sekitar 20 menit.
Tidak ada.
Dokter Spesialis Radiologi
Divisi Radiologi Muskuloskeletal
Steinhorn M, Vahlensieck M. Ankle and foot. Dalam : Vahlensieck
M, Genant HK, Reiser M. MRI of the musculoskeletal system.
Stuttgart : Georg Thieme Verlag, 2000.

57

Pemeriksaan :
MRI SENDI PERGELANGAN KAKI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif terhadap tendon
otot-otot dan jaringan periartikular lainnya di daerah pergelangan
kaki.
Mendeteksi adanya patologi pada tendon otot-otot dan jaringan
periartikular lainnya di daerah pergelangan kaki.
Nyeri akibat trauma atau proses degeneratif.
Alergi media kontras MRI, pengguna pacemaker / ventilator,
terpasang protesis ferromagnetik, klaustrofobia, kehamilan
trimester 1.
Melepaskan segala bentuk perhiasan logam, telepon seluler, kartu
magnetik.
Menggunakan baju pemeriksaan yang tersedia.
Pasien dalam posisi supine, dengan kaki pada posisi netral,
sedikit plantar fleksi. Imobilisasi dengan menggunakan
bantal/penyangga. Coil unilateral di daerah kaki & pergelangan
kaki.
T1WI proyeksi aksial, koronal dan sagital, FOV 12 cm, ketebalan
irisan 3-4 mm, TR 400 ms, TE 20 ms.
T2WI proyeksi aksial, koronal dan sagital dengan FOV 12 cm,
ketebalan irisan 3-4 mm, TR 2000 ms, TE 80 ms, disertai teknik
fat suppression.
Tendon otot-otot m.tibialis anterior & posterior, m. peroneus
longus et brevis, m.flexor hallucis longus, dan tendon Achilles.
Tendon yang normal memperlihatkan ekhogenisitas yang merata
dengan serat-serat otot yang paralel dengan sumbu panjangnya.
Ligamentum talofibular anterior & posterior, ligamentum
kalkaneofibular dan deltoid memperlihatkan struktur linear isohipoekhoik dengan kaliber yang merata.
Sekitar 10-15 menit.
Tidak ada.
Dokter spesialis radiologi.
Divisi Radiologi Muskuloskeletal

58

Pemeriksaan :
USG SENDI BAHU
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif yang lebih
sederhana, mudah dan relatif murah terhadap tendon otot-otot
rotator cuff dan jaringan periartikular lainnya di daerah bahu.
Mendeteksi adanya patologi pada tendon otot-otot rotator cuff dan
jaringan periartikular lainnya di daerah bahu.
Nyeri bahu akibat trauma atau proses degeneratif.
Relatif : fraktur tulang-tulang bahu, luka terbuka pada jaringan
lunak daerah bahu.
Ruang pemeriksaan dalam keadaan tenang.
Pasien dalam posisi duduk menghadap pemeriksa.
Probe yang dipersiapkan adalah probe linear sekitar 9-12 MHz,
menggunakan jelly USG.
Setting alat USG disesuaikan untuk organ superfisial bahu. Bila
perlu menggunakan harmonic imaging.
Tendon m.bicipitalis longus diperiksa dengan meletakkan probe di
bagian anterior kaput humeri, tangan pasien dalam posisi relaks
dan supinasi dengan lengan bawah diletakkan diatas paha
pasien. pengambilan gambar dilakukan pada proyeksi transversal
dan longitudinal.
Tendon m.subskapularis diperiksa dengan meletakkan probe di
bagian anterior kaput humeri. Pengambilan gambar secara
transversal dan longitudinal, dilakukan dalam posisi tangan pasien
netral-supinasi (lengan bawah diatas paha pasien) dan dalam
posisi eksorotasi
Tendon m.supraspinatus diperiksa dengan meletakkan probe di
bagian superior kaput humeri. Tangan pasien dalam posisi di
posterior / punggung pasien, atau dalam posisi telapak tangan
memegang pinggul ipsilateral. Studi dinamik menilai impingement
dilakukan dengan lengan atas dalam posisi netral dan abduksi 90
derajat. Pengambilan gambar dilakukan pada proyeksi transversal
dan longitudinal.
Tendon m.infraspinatus diperiksa dengan meletakkan probe di
bagian posterior kaput humeri, tangan pasien dalam posisi
memegang bahu kontralateral. Pengambilan gambar dilakukan
pada proyeksi transversal dan longitudinal.
Tendon otot-otot m.bicipitalis longus, m.subskapularis,
m.supraspinatus, m.infraspinatus, serta sebagian labrum
posterior-inferior yang dapat terlihat. Tendon yang normal
memperlihatkan ekhogenisitas yang merata dengan serat-serat
otot yang paralel dengan sumbu panjangnya. Penilaian dinamis
dilakukan untuk memperlihatkan adanya impingement otot.
59

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

Sekitar 10-15 menit.


Tidak ada.
Dokter spesialis radiologi.
Divisi Radiologi Muskuloskeletal

Pemeriksaan :
USG SENDI SIKU
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan
Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif yang lebih
sederhana, mudah dan relatif murah terhadap tendon otot-otot,
ligamentum dan jaringan periartikular lainnya di daerah sendi
siku.
Mendeteksi adanya patologi pada tendon otot-otot rotator cuff dan
jaringan periartikular lainnya di daerah sendi siku.
Nyeri akibat trauma atau proses degeneratif.
Relatif : fraktur tulang-tulang humerus distal atau radioulna
proksimal, luka terbuka pada jaringan lunak daerah siku.
Ruang pemeriksaan dalam keadaan tenang.
Pasien dalam posisi duduk menghadap pemeriksa.
Probe yang dipersiapkan adalah probe linear sekitar 9-12 MHz,
menggunakan jelly USG.
Setting alat USG disesuaikan untuk organ superfisial sendi siku.
Bila perlu menggunakan harmonic imaging.
Tendon otot-otot m.biceps brachii, m.triceps brachii, celah sendi
humeroulnar, n.radialis, n.ulnaris, arteri-vena cubiti, dan jaringan
ikat sekitarnya.
Sekitar 10-15 menit.
Tidak ada.
Dokter spesialis radiologi.
Divisi Radiologi Muskuloskeletal.

60

Pemeriksaan :
USG SENDI PERGELANGAN TANGAN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif yang lebih
sederhana, mudah dan relatif murah terhadap tendon otot-otot
dan jaringan periartikular lainnya di daerah pergelangan tangan.
Mendeteksi adanya patologi pada tendon otot-otot dan jaringan
periartikular lainnya di daerah pergelangan tangan.
Nyeri bahu akibat trauma atau proses degeneratif, carpal tunnel
syndrome
Relatif : fraktur tulang atau luka terbuka pada daerah pergelangan
tangan.
Ruang pemeriksaan dalam keadaan tenang.
Pasien dalam posisi duduk menghadap pemeriksa.
Probe yang dipersiapkan adalah probe linear sekitar 9-12 MHz,
menggunakan jelly USG.
Setting alat USG disesuaikan untuk organ superfisial pergelangan
tangan. Bila perlu menggunakan harmonic imaging.
Tendon m.flexor digitorum longus dan n.medianus diperiksa
dengan meletakkan probe di bagian volar pergelangan tangan.
Tendon m.extensor digitorum longus diperiksa dengan
meletakkan probe di bagian dorsal pergelangan tangan. N.radialis
dan ulnaris diperiksa dengan meletakkan probe di sisi lateral dan
medial pergelangan tangan, yang berada dalam posisi supinasi.
Pengambilan gambar dilakukan pada proyeksi transversal dan
longitudinal.
Tendon otot-otot m.flexor et extensor digitorum longus,
n.medianus, n.ulnarus dan n.radialis. Tendon yang normal
memperlihatkan ekhogenisitas yang merata dengan serat-serat
otot yang paralel dengan sumbu panjangnya. Khusus n.medianus
dihitung luas area pada potongan melintangnya.
Sekitar 10 menit.
Tidak ada.
Dokter spesialis radiologi.
Divisi Radiologi Muskuloskeletal

61

Pemeriksaan :
USG SENDI LUTUT
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif yang lebih
sederhana, mudah dan relatif murah terhadap tendon otot-otot
dan jaringan periartikular lainnya di daerah sendi lutut.
Mendeteksi adanya patologi pada tendon otot-otot dan jaringan
periartikular lainnya di daerah sendi lutut.
Nyeri bahu akibat trauma atau proses degeneratif.
Relatif : fraktur tulang-tulang dan luka terbuka pada daerah sendi
lutut.
Ruang pemeriksaan dalam keadaan tenang.
Pasien dalam posisi supinasi atau pronasi, lutut difleksikan 90
derajat.
Probe yang dipersiapkan adalah probe linear sekitar 9-12 MHz,
menggunakan jelly USG.
Setting alat USG disesuaikan untuk organ superfisial lutut. Bila
perlu menggunakan harmonic imaging.
Saat pasien dalam posisi supinasi, dilakukan pemeriksaan pada
tendon quadriceps femoris, pes anserinus, Hoffa's fat pad, dan
bursa peripatella serta trochlea. Dari arah medial dan lateral
diperiksa juga meniscus medial & lateral, ligamentum collaterale
mediale & laterale serta iliotibial band.
Saat pasien dalam posisi pronasi diperiksa fossa poplitea,
termasuk arteri-vena poplitea, serta tendon m.biceps femoris dan
m.gastrocnemius caput medial & lateral. Pengambilan gambar
dilakukan pada proyeksi transversal dan longitudinal.
Tendon otot-otot m.quadriceps femoris, pes anserinus, m.biceps
femoris dan m.gastrocnemius. Tendon yang normal
memperlihatkan ekhogenisitas yang merata dengan serat-serat
otot yang paralel dengan sumbu panjangnya. Ligamentum
collaterale medial & lateral serta iliotibial band memperlihatkan
struktur linear iso-hipoekhoik dengan kaliber yang merata. Hoffa's
fat pad dan bursa diperiksa untuk mencari adanya
hipoekhogenisitas patologis. Meniscus lateral & medial
memperlihatkan struktur isoekhoik berbentuk segitiga.
Sekitar 10-15 menit.
Tidak ada.
Dokter spesialis radiologi.
Divisi Radiologi Muskuloskeletal

62

Pemeriksaan :
USG SENDI PERGELANGAN KAKI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif yang lebih
sederhana, mudah dan relatif murah terhadap tendon otot-otot
dan jaringan periartikular lainnya di daerah pergelangan kaki.
Mendeteksi adanya patologi pada tendon otot-otot dan jaringan
periartikular lainnya di daerah pergelangan kaki.
Nyeri bahu akibat trauma atau proses degeneratif.
Relatif : fraktur tulang-tulang atau luka terbuka pada jaringan
lunak daerah pergelangan kaki.
Ruang pemeriksaan dalam keadaan tenang.
Pasien dalam posisi pronasi dan supinasi.
Probe yang dipersiapkan adalah probe linear sekitar 9-12 MHz,
menggunakan jelly USG.
Setting alat USG disesuaikan untuk organ superfisial pergelangan
kaki. Bila perlu menggunakan harmonic imaging.
Saat pasien dalam posisi supinasi, pada sisi medial dilakukan
pemeriksaan tendon m.tibialis posterior, m.flexor digitorum longus,
dan m.flexor hallucis longus, juga arteri-vena tibialis posterior dan
ligamentum deltoid. Dari arah lateral dilakukan pemeriksaan
tendon m.peroneus longus & brevis, ligamentum talofibular
anterior & posterior, dan ligamentum kalkaneofibular.
Saat pasien dalam posisi pronasi diperiksa tendon Achilles dan
jaringan synovium dibawahnya. Pengambilan gambar dilakukan
pada proyeksi transversal dan longitudinal.
Tendon otot-otot m.tibialis anterior & posterior, m. peroneus
longus et brevis, m.flexor hallucis longus, dan tendon Achilles.
Tendon yang normal memperlihatkan ekhogenisitas yang merata
dengan serat-serat otot yang paralel dengan sumbu panjangnya.
Ligamentum talofibular anterior & posterior, ligamentum
kalkaneofibular dan deltoid memperlihatkan struktur linear isohipoekhoik dengan kaliber yang merata.
Sekitar 10-15 menit.
Tidak ada.
Dokter spesialis radiologi.
Divisi Radiologi Muskuloskeletal

63

Pemeriksaan :
USG PLANTAR PEDIS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Referensi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif yang lebih
sederhana, mudah dan relatif murah terhadap jaringan lunak
plantar pedis.
Mendeteksi adanya patologi pada fascia plantaris di daerah
plantar pedis.
Plantar fasciitis, trauma
Relatif : fraktur tulang-tulang atau luka terbuka pada jaringan
lunak daerah plantar pedis.
Ruang pemeriksaan dalam keadaan tenang.
Pasien dalam posisi pronasi, kaki menggantung di tepi tempat
tidur.
Probe yang dipersiapkan adalah probe linear sekitar 9-12 MHz,
menggunakan jelly USG.
Setting alat USG disesuaikan untuk organ superfisial. Bila perlu
menggunakan harmonic imaging.
Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan probe pada posisi
longitudinal di pertengahan plantar pedis daerah tumit/kalkaneus,
sedikit oblik ke arah medial. Pengambilan gambar dilakukan pada
proyeksi transversal dan longitudinal.
Struktur fascia plantaris dinilai ada tidaknya lesi patologis
hipoekhoik serta dilakukan pengukuran ketebalan fascia plantaris.
Penilaian juga dilakukan pada struktur jaringan synovium
disekitarnya.
Sekitar 5 menit.
Tidak ada.
Dokter spesialis radiologi.
Divisi Radiologi Muskuloskeletal

64

PEMERIKSAAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL

65

Pemeriksaan :
PERSIAPAN ANGIOGRAFI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi

Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan persiapan angiografi baik untuk diagnosis ataupun
terapi
Mengetahui persiapan, indikasi dan kontra indikasi pada pasienpasien yang akan dilakukan angiografi
Diagnosis penyakit vaskular primer
Diagnosis dan Lokasi tumor vaskuler
Tindakan sebelum operasi
Diagnosis dan terapi komplikasi
Prosedur endovaskular dalam radiologi intervensional
Absolut : pasien tidak stabil, misalnya sepsis
Relatif :
Infark jantung
Alergi kontras
Koagulopati (gangguan faktor pembekuan)
Tidak dapat berbaring (supine)
Sisa pemeriksaan barium
Hamil
Mensturasi
Tempat perawatan sebelum dan sesudah tindakan
Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan radiologi
sebelumnya
Izin tindakan medik
Laboratorium : Hb, Ht, leukosit, trombosit, masa perdarahan,
masa pembekuan, ureum dan kreatinin
Puasa 6-8 jam sebelum pemeriksaan
Infus D5%, 150 ml/jam
Premedikasi (bila perlu) : diazepam 10 mg, oral
Kosongkan kandung kemih atau pasang kateter urin
Identitas pasien dan catatan rekam medis lengkap
Pulsasi a.femoralis atau a.brakialis
Mencukur rambut pubis
Antibiotik pra dan pasca prosedur
Obat-obatan :
Heparinisasi : stop 4 jam, PTT 1,2 x kontrol. Mulai lagi setelah
prosedur = 6 - 12 jam. Dapat diberikan protamine sulfat
dengan dosis 100 berbanding 1
66

Prosedur Tindakan
Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Warparin : stop 1-2 hari, beri FFP atau Vitamin K (25-50mg,


IM) sampai PT = 15 detik
Aspirin : fungsi agregasi trombosit mencapai normal dalam 310 hari
Trombosit = 75.000/ml, jika < 75.000 beri dahulu trasfusi FFP
sebanyak 10 kantong. Jika antara 75.000 - 100.000 berikan
transfusi selama tindakan
IDDM: insulin pada pagi hari dosis. Infus D5% tetesan
emergensi. Pada tengah hari berikan makanan oral dan
insulin awal
Gagal ginjal : kontras yang diberikan maksimum 5 ml/KgBB
dibagi kreatinin serum
Infeksi menular : hepatitis, HIV
Demam : berikan antibiotik dan antipiretik
Hipertensi : berikan obat sebelumnya agar terkontrol
Alergi : berikan antihistamin atau kortikosteroid

Hal yang perlu diperhatikan :


Untuk sedasi dan analgetik : Midazolam dan Fentanyl
Usia tua : kurangi dosis kontras sampai 50%
Penyakit serebrovaskuler dan jantung koroner : hindari obatobatan penurun tekanan darah cepat dan cardiac output
Penyakit Hati : hindari barbiturat dan kurangi dosis sedatif
dan analgesik
Feokromositoma dengan tekanan darah labil pakai
Dibenzyline 4 x 10 mg, oral selama 1 minggu sebelumnya
Phentolamine untuk krisis hipertensi
Konsul ahli anastesi
Multipel mieloma : hidrasi cairan harus baik
Sickle Cell Anemia dan polisitemia vera : dapat terjadi
komplikasi angiografi berupa tromboemboli
Sama dengan prosedur persiapan
Pasien yang akan dikerjakan angiografi sesuai dengan criteria
yang sudah disebutkan diatas
Tergantung keadaan pasien. Persiapan dilakukan satu hari
sebelum pemeriksaan angiografi
Dapat timbul sesuai keadaan atau penyakit pasien.
Pokja radiologi Intervensional
Pokja radiologi intervensional
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Krishna Kandarpa, John E. Aruny: Handbook of Interventional
Radiologic Procedures. 2 ed.; Litlle, Brown and Company,
1996
2. Ray Dyer: Basic Vascular and Interventional Radiology.
Churchill Livingstone, 1993

67

Pemeriksaan :
AORTOGRAFI TORAKALIS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Alat

Pemberian kontras
Prosedur

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan pembuluh darah aorta thorakalis.
Menggambarkan anatomi pembuluh darah sesuai pemeriksaan
diatas
Trauma aorta
Aneurisma disekting atau aterosklerosis
Emboli steal phenomenon
Akses femoralis : kateter Pigtail diameter 6 Fr, panjang 90
cm
Akses brakialis : kateter pigtail 5 Fr, 60 cm
Giudewire standard, diameter 0,030 inch, bentuk J
Konsentrasi Yodium 350 mg I/ml, dosis 25-30 ml/det, volume total
60-80 ml
Memasukan kateter pigtail harus selalu dengan tuntunan
guidewire, lalu ujung kateter diletakan sedikit diatas katup aorta
(aorta asendens), posisi 35-450 RPO (bila perlu ditambah posisi
AP atau LPO)
Pembuluh darah yang diperiksa dapat ditampilkan dengan baik.
Sekitar 1-2 jam
Perdarahan: dari yang ringan sampai berat
Thrombus
Infeksi
Alergi
Pokja radiologi Intervensional
Pokja radiologi intervensional
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

Referensi

68

Pemeriksaan :
AORTOGRAFI ABDOMINALIS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Alat
Pemberian kontras
Prosedur
Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan pembuluh darah aorta abdominalis.
Menggambarkan anatomi pembuluh darah sesuai pemeriksaan
diatas
Penyakit oklusi vaskuler
Persiapan kateterisasi selektif
Pemetaan aneurisma
Persiapan pembedahan intraabdomen (revaskularisasi aortaekstermitas)
Kateter pigtail 5 Fr, 60 cm
Guidewire standar
Konsentrasi Yodium 350 mg I/ml, dosis 15-25 ml/det, volume total
45-80 ml
Dengan tuntunan guidewire ujung kateter diletakan sedikit diatas
trunkus celiacus (vertebra torakal 12), posisi AP dan lateral
Pembuluh darah yang diperiksa dapat ditampilkan dengan baik.
Sekitar 1-2 jam
Perdarahan: dari yang ringan sampai berat
Thrombus
Infeksi
Alergi
Pokja radiologi Intervensional
Pokja radiologi intervensional
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

Referensi

69

Pemeriksaan :
ARTERIOGRAFI CELIACUS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Alat
Pemberian kontras
Prosedur

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan pembuluh darah arteri seliakus.
Menggambarkan anatomi pembuluh darah sesuai pemeriksaan
diatas
Tumor viseral
Perdarahan saluran cerna atas
Prabedah pirai porto-vena
Kateter RC1 atau Cobra atau Yashiro, 5 Fr, 65 cm
Konsentrasi Yodium 350 mg I/ml, dosis 6-10 ml/det, volume total
36-60 ml
Ujung kateter sampai setinggi T12-L1, lalu ujungnya diarahkan ke
anterior kemudian diturunkan perlahan-lahan sampai terasa
tersangkut di pangkal trunkus celiacus, untuk meyakini bila perlu
dilakukan tes dengan menyuntikan kontras 1-2 ml.
Posisi AP dengan vertebra di garis tengah dan batas atas
diafragma kanan terlihat
Pembuluh darah yang diperiksa dapat ditampilkan dengan baik.
Sekitar 1-2 jam
Perdarahan: dari yang ringan sampai berat
Thrombus
Infeksi
Alergi
Pokja radiologi Intervensional
Pokja radiologi intervensional
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

Referensi

70

Pemeriksaan :
ARTERIOGRAFI HEPATIKA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Alat

Pemberian kontras

Prosedur

Penilaian

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan pembuluh darah arteri hepatica.
Menggambarkan anatomi pembuluh darah sesuai pemeriksaan
diatas
Pemetaan vaskuler prabedah : hepatoma, transplantasi
TAI (transarterial infusion) dan TAE (transarterial
embolization)
Hipertensi porta
Arteritis, aneurisma, trauma dan hemobilia
Kateter RC atau Cobra. Rosch hepatic atau Simmon
Glidewire
Microcatheter 3 Fr atau SP catheter (Terumo)
Konsentrasi Yodium 350 mg I/ml
Dari a.hepatica komunis : 6-8 ml/det, volume total 30-40 ml
Dari a.hepatica propria : 4-5 ml/det, volume total 25-30 ml
Atau injeksi 5-10 ml dengan tangan (tanpa alat injector),
terutama bila memakai microcatheter
Terlebih dahulu melakukan arteriografi celiacus untuk
pemetaan a.hepatika
Memasukan glidewire melewati kateter di celiacus, lalu
diarahkan selektif ke a.hepatica komunis atau a.hepatica
propria (tergantung kebutuhan), kemudian kateter dimasukan
secara perlahan-lahan sampai maksimal (jangan dipaksa
karena bisa berakibat robekan/disekting pada endotel), bila
tidak berhasil glidewire dikeluarkan diganti dengan
microcatheter (SP catheter, Terumo)
Posisi AP dengan abdomen kwadran kanan atas terlihat
(termasuk batas atas diafragma dan batas bawah hepar),
dapat ditambah posisi oblik bila terdapat super posisi dengan
organ lain
Arteriografi mesentrika superior harus dikerjakan karena
sebanyak 18,5% a.hepatika dapat berasal dari arteri tersebut
Pembuluh darah yang diperiksa dapat ditampilkan dengan baik.
71

Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Sekitar 1-2 jam


Perdarahan: dari yang ringan sampai berat
Thrombus
Infeksi
Alergi
Pokja radiologi Intervensional
Pokja radiologi intervensional
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

Referensi

Pemeriksaan :
ARTERIOGRAFI RENALIS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Alat
Pemberian kontras

Prosedur

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan pembuluh darah arteri renalis.
Menggambarkan anatomi pembuluh darah sesuai pemeriksaan
diatas
Hipertensi renovaskuler
Fistel arteriovena (AVF)
Tumor
Trauma
Transplantasi ginjal
Cobra 5 Fr
Konsentrasi Yodium 350 mg I/ml, dosis 4-7 ml/det, volume
total 10-21 ml
5 ml dengan tangan
Terlebih dahulu melakukan aortografi abdominal sebelum
memasukan kateter secara selektif ke a.renalis kanan dan kiri
karena a.renalis dapat multiple (25%) dan kelainan dipangkal
a.renalis dapat terdeteksi
A.renalis kanan umumnya setinggi L1 dan a.renalis kiri sedikit
dibawahnya
Posisi AP dan posterior oblik, bila perlu dengan magnifikasi
(pembesaran)
Pembuluh darah yang diperiksa dapat ditampilkan dengan baik.
Sekitar 1-2 jam
Perdarahan: dari yang ringan sampai berat
Thrombus
Infeksi
Alergi
Pokja radiologi Intervensional
Pokja radiologi intervensional
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
72

Referensi

Pemeriksaan :
ARTERIOGRAFI MESENTERIKA SUPERIOR
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Alat
Pemberian kontras

Prosedur

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan pembuluh darah arteri mesenterika
superior.
Menggambarkan anatomi pembuluh darah sesuai pemeriksaan
diatas
Perdarahan saluran cerna: divertikel, AVM, angiodisplasia
(perdarahan diatas 0,5 ml/menit baru terdeteksi)
Tumor
Trombosis
Portografi indirek (untuk mengevaluasi vena porta)
Cobra 5 Fr
Konsentrasi Yodium 350 mg I/ml, dosis 5-8 ml/det, volume
total 36-60 ml
5-10 ml dengan tangan
Lokasi a.mesenterika superior terletak 1 cm dibawah celiacus
atau setinggi T12-L1
Posisi sedikit RPO (10-15) berguna untuk portografi (pangkal
v.porta akan terlihat lebih jelas tanpa superposisi dengan
verterbra dan karena pengaruh grafitasi, kontras lebih banyak
ke v.porta). Bila perlu dapat diberikan Tolazoline, 25 mg,
diencerkan dalam 10 ml NaCl 0,9% lalu disuntikan secara
selektif intraarterial dan ditunggu selama 45 detik sebelum
dilakukan angiografi
Pembuluh darah yang diperiksa dapat ditampilkan dengan baik.
Sekitar 1-2 jam
Perdarahan: dari yang ringan sampai berat
Thrombus
Infeksi
Alergi
Pokja radiologi Intervensional
73

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait

Pokja radiologi intervensional


Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

Referensi

Pemeriksaan :
ARTERIOGRAFI MESENTERIKA INFERIOR
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Alat
Pemberian kontras

Prosedur

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan pembuluh darah mesenterika interior.
Menggambarkan anatomi pembuluh darah sesuai pemeriksaan
diatas
Perdarahan saluran cerna bawah
Iskemi usus (emboli atau trombosis arteri/vena)
Cobra 5 Fr
Konsentrasi Yodium 350 mg I/ml, dosis 3-5 ml/det, volume
total 9-15 ml
5-10 ml dengan tangan
Lokasi a.mesenterika inferior setinggi L2 atau di pedikel L3
Posisi AP (pertama harus diambil pada regio rectum dan
kedua pada flexura lienalis)
Untuk menghindari superposisi, perlu dipasang kateter di
kandung kemih agar kontras di dalamnya dapat dikeluarkan
Pembuluh darah yang diperiksa dapat ditampilkan dengan baik.
Sekitar 1-2 jam
Perdarahan: dari yang ringan sampai berat
Thrombus
Infeksi
Alergi
Pokja radiologi Intervensional
Pokja radiologi intervensional
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

Referensi

74

Pemeriksaan :
ARTERIOGRAFI PELVIS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Alat

Pemberian kontras

Prosedur

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan pembuluh darah pelvis.
Menggambarkan anatomi pembuluh darah sesuai pemeriksaan
diatas
Aneurisma, AVM
Atherocclusive vascular disease
Trauma
Tumor
Impotensi vaskuler
Pigtail 5 Fr
Selektif kontralateral: Cobra, 5 Fr
Selektif ipsilateral: Cobra 2 atau reverse-curve (Simmons 2),
5 Fr
Konsentrasi Yodium 300 mg I/ml
Posisi aorta: dosis 12-15 ml/det, volume total 36-45 ml
Posisi untuk selektif a.iliaca: 4-6 ml/det, total 16-36 ml
Dengan penuntun guidewire kateter pigtail dimasukan, lalu
diletakan pada 3-4 cm diatas bifurkasio aorta
Posisi AP ditambah posisi oblik
Bila perlu dapat dilakukan selektif ke arteri iliaka interna
Pembuluh darah yang diperiksa dapat ditampilkan dengan baik.
Sekitar 1-2 jam
Perdarahan: dari yang ringan sampai berat
Thrombus
Infeksi
Alergi
Pokja radiologi Intervensional
75

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait

Pokja radiologi intervensional


Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

Referensi

Pemeriksaan :
ARTERIOGRAFI EKSTREMITAS SUPERIOR DAN MANUS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Alat
Pemberian kontras

Prosedur

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan pembuluh darah ekstremitas superior
dan manus.
Menggambarkan anatomi pembuluh darah sesuai pemeriksaan
diatas
Tromboemboli
Subclavian steal
Thoracic outlet syndrome
Tumor
Aneurisma, AVM, AVF
Headhunter 5 Fr, panjang 110 cm
Konsentrasi Yodium 300 mg I/ml
Injeksi pada a.subklavia : 6-10 ml/det, volume total 18-30 ml
Injeksi pada a.brakialis : 3-6 ml/det, volume total 12-24 ml
Untuk manus : 4-5 ml/det, volume total 20 ml
Atau secara praktis semuanya sekitar 5-10 ml dengan tangan
Masukan kateter sampai a.subklavia (bila perlu dengan
tuntunan guidewire)
Posisi AP untuk a.subklavia dan aksilaris. Posisi 15-20 kaudal
untuk a.brakialis proksimal
Untuk mendeteksi thoracic outlet syndrome diperlukan posisi
aduksi dan abduksi
Posisi lengan abduksi 60-90 dan manus dalam posisi
supinasi. Posisi lanjutan: pronasi manus dan rotasi internal
humerus
76

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Untuk manus ujung kateter diletakan di a.brakialis distal


(sedikit diatas siku). Bila perlu diberikan Tolazolin 25 mg,
intra-arteri, ditunggu 30 detik. Posisi AP dengan manus
supinasi dan posisi kedua, manus sedikit pronasi
Pembuluh darah yang diperiksa dapat ditampilkan dengan baik.
Sekitar 1-2 jam
Perdarahan: dari yang ringan sampai berat
Thrombus
Infeksi
Alergi
Pokja radiologi Intervensional
Pokja radiologi intervensional
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

Referensi

Pemeriksaan :
ARTERIOGRAFI EKSTREMITAS INFERIOR BILATERAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Alat
Pemberian kontras
Prosedur

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan pembuluh darah ekstremitas inferior
bilateral.
Menggambarkan anatomi pembuluh darah sesuai pemeriksaan
diatas
Aterosklerosis
Trombosis
Emboli
Trauma
Tumor
Pigtail 5 Fr, 60 cm
Konsentrasi Yodium 300 mg I/ml, 8-10 ml/det, 60-100 ml
Akses disarankan dari a.brakialis (disarankan kiri), untuk
memberikan opasitas yang seimbang
Stepping table:
Pembuluh darah yang diperiksa dapat ditampilkan dengan baik.
Sekitar 1-2 jam
Perdarahan: dari yang ringan sampai berat
Thrombus
Infeksi
Alergi
Pokja radiologi Intervensional
Pokja radiologi intervensional
Surat pengantar dari dokter / klinisi
77

Surat persetujuan tindakan

Referensi

PEMERIKSAAN RADIOLOGI GASTROINTESTINAL

78

Pemeriksaan :
SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi

Kontraindikasi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan Radiologi Konvensional dengan Kontras pada Saluran
Cerna adalah pemeriksaan traktus digestivus dengan pemberian
kontras intralumen untuk mengetahui keadaan anatomi radiologi organ
tersebut, yang meliputi esofagus, lambung, duodenum, usus halus dan
kolon.
1. Agar dapat digunakan sebagai pedoman dokter spesialis
Radiologi, Radiografer dan perawat di Radiologi dalam
menjalankan tugasnya.
2. Agar pemeriksaan Radiologi dapat dilaksanakan dengan benar,
teliti dan aman.
3. Menghindari atau memperkecil kesalahan dalam pemeriksaan
Radiologi.
Indikasi umum
1. Hematemesis
2. Melena
3. Penurunan berat badan
4. Anemia
5. Nyeri epigastrium
6. Gangguan pencernaan, khususnya diare
7. Disfagia
8. Muntah-muntah
1. Kelainan berupa adanya perforasi, ileus, tidak bisa menelan,
kesadaran menurun.
79

Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

2. Hematemesis akut.
Persiapan umum
1. Mengurangi jumlah makanan
2. Puasa 4 6 jam sebelum pemeriksaan tergantung pada
kondisi dan umur.
3. Tanpa laksan.
1. Foto "abdomen survey" bila diperlukan.
Sekurang-kurangnya foto abdomen AP untuk mengetahui adanya
tumor, ileus paralitika / sumbatan.
2. Test minum
Bila ada disfagi, beri minum air putih. Bila tidak bisa menelan,
maka "barium meal" ditiadakan.
3. Kesadaran menurun
Tes kesadaran dan aktivitas kooperatif
15 30 menit.
1. Aspirasi kontras.
2. Kontras refluks ke nasofaring.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Gastro.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Davis, M., Houston, J.D. : Fundamentals of Gastrointestinal
Radiology. W.B. Saunders Company. 2002.
2. Sutton, D. : Textbook of Radiology and Imaging, 5th
Edition.Chuchill Livingstone, 1993.

Pemeriksaan :
OESOFAGUS BAGIAN ATAS BAWAH
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan Radiologi Konvensional dengan Kontras pada Saluran
Cerna adalah pemeriksaan traktus digestivus dengan pemberian
kontras intralumen untuk mengetahui keadaan anatomi radiologi
organ tersebut, yang meliputi esofagus, lambung, duodenum, usus
halus dan kolon.
1.
Agar dapat digunakan sebagai pedoman dokter spesialis
Radiologi, Radiografer dan perawat di Radiologi dalam
menjalankan tugasnya.
2.
Agar pemeriksaan Radiologi dapat dilaksanakan dengan
benar, teliti dan aman.
3.
Menghindari atau memperkecil kesalahan dalam
pemeriksaan Radiologi.
1. Dikerjakan pada Ca. Oesofagus, striktur oesofagus dan lainlain.
2. Post operatif anastomosis
- Dimulai dengan barium encer dan barium kental
- Dengan larutan kontras non-ionik, gastrografin, bila
dikuatirkan adanya perforasi dan anastomosis bocor.
1. Tidak bisa menelan, adanya perforasi, ileus, kesadaran menurun.
2. Hematemesis akut.
Sama dengan persiapan OMD(Oesophagus-Maag-Duodenum).
80

1. Dilarang makan 6 jam sebelum pemeriksaan.


2. Diperbolehkan minum sedikit saja.
3. Sebaiknya sudah berada di Instalasi Radiologi setengah jam
lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan.
4. Surat pengantar dari dokter dan foto lama (bila ada) harap
dibawa.
Prosedur Tindakan

Teknik
1. Kontras tunggal - barium encer
a.
Minum satu teguk barium encer / kontras non - ionik
yang dilarutkan.
b.
Dilihat dengan fluoroskopi, adakah sumbatan,
dilatasi, menyempit.
c.
Bila ada dilatasi saja dan dugaan adanya akhalasia,
barium encer boleh ditambah.
d.
Foto AP, lateral, oblik, di daerah khusus kardia.
2. Kontras tunggal - barium kental
a. Bila ada penyempitan - jalannya kontras tidak tersumbat.
b. Foto oblik, lateral, AP.
c. Barium boleh ditambah, buat foto lagi pada fase ekspirasi
untuk mengisi oesofagus bagian distal.
d. Buat foto seluruh oesofagus, film besar, AP, Lateral

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan

15 30 menit.
Aspirasi kontras, Kontras refluks ke nasofaring.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Gastro.

Dokumen Terkait

Referensi

1.

2.

Surat pengantar dari dokter / klinisi


Surat persetujuan tindakan
Davis, M., Houston, J.D. : Fundamentals of Gastrointestinal
Radiology. W.B. Saunders Company. 2002.
Sutton, D. : Textbook of Radiology and Imaging, 5th
Edition.Chuchill Livingstone, 1993.

81

Pemeriksaan :
LAMBUNG DUODENUM
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADiOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi

Kontraindikasi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan Radiologi Konvensional dengan Kontras pada Saluran
Cerna adalah pemeriksaan traktus digestivus dengan pemberian
kontras intralumen untuk mengetahui keadaan anatomi radiologi
organ tersebut, yang meliputi esofagus, lambung, duodenum, usus
halus dan kolon.
1. Agar dapat digunakan sebagai pedoman dokter spesialis
Radiologi, Radiografer dan perawat di Radiologi dalam
menjalankan tugasnya.
2. Agar pemeriksaan Radiologi dapat dilaksanakan dengan benar,
teliti dan aman.
3. Menghindari atau memperkecil kesalahan dalam pemeriksaan
Radiologi.
1. Hematemesis, melena (dimana pendarahan sudah berhenti).
2. Penurunan berat badan.
3. Nyeri epigastrium.
4. Bayi dengan muntah-muntah.
5. Tumor-tumor lambung / diluar lambung.
1. Adanya perforasi.
2. lleus.
3. Keadaan umum yang buruk.
4. Hal-hal lain yang mungkin memperburuk keadaan penderita.
82

Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Sama dengan persiapan OMD (Oesophagus-Maag-Duodenum).


Dilarang makan 6 jam sebelum pemeriksaan.
Diperbolehkan minum sedikit saja.
Sebaiknya sudah berada di Instalasi Radiologi setengah jam
lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan.
Surat pengantar dari dokter dan foto lama (bila ada) harap
dibawa.
1. Kontras
a. Larutan barium sulfat dalam air 1 : 3 sampai 1:4
b. Larutan barium sulfat 120 200 W/V%
c. Larutan gastrografin, kontras non-ionik.
d. Kontras ganda terdiri dari larutan barium dan
udara atau gas.
2. Teknik
Cara kontras tunggal
Pasien minum satu atau dua teguk kontras.
Ikuti dengan fluoroskopi sampai kontras menyebar dan
menggambarkan mukosa lambung.
Buatlah satu "foto mukosa" dalam posisi telentang.
Minum habis satu gelas kontras itu.
Buatlah foto-foto sebagai berikut:
a. Satu foto dalam Posisi tegak.
b. Satu foto telentang (LAO dan RAO).
c. Satu
foto
tengkurap
(kontras
kebanyakan
"lari" ke antrum dan bulbus dan sisanya
menggambarkan mukosa fundus).
d. Spot foto : di daerah yang dicurigai ada
kelainan
dibuat beberapa spot foto dengan posisi yang berbeda
dan dengan kompresi.
2.2. Cara kontras ganda
Diberikan dahulu spasmolitika 1 ampul intramuskuler,
15' sampai dengan 30' sebelum pemeriksaan atau bila
diberikan intravena dapat langsung dilakukan pada saat
pemeriksaan. Tujuannya adalah agar lambung dalam
keadaan relaksasi dan dapat meregang dengan baik
serta mengurangi peristaltik. Perhatikan kontra indikasi
pemberian spasmolitika antara lain aritma, takikardia,
glaukoma dan hipertrofi prostat, juga pada anak-anak
tidak perlu diberikan spasmolitika.
Minum kontras barium lebih kurang 30 cc, buat foto
dalam posisi tengkurap (prone) untuk melihat dinding
anterior.
Pasien berdiri lagi, minum satu gelas kontras Barium
dan masukan udara atau gas.
Udara dimasukan dengan menggunakan Nasogastric
Tube" sekarang jarang dipakai.
Untuk gas dapat diberikan "gas effervescent" atau bila
tidak ada dapat dipakai 1,5 gram atau 3 tablet
Bicarbonas Natricus kemudian ditambahkan 1 sendok
Asam Sitrat.
Foto-foto dibuat seperti kontras tunggal.
2.3. Lain-lain :
Foto lateral dibuat bila dijumpai adanya tumor intra
abdomen.
Pada anak-anak umumnya dibuat dengan kontras
tunggal, misalnya pada dugaan stenosis pilorus, dan
kontras ganda pada polip dan gaster seperti pada
"Gardner syndrome" dsb.

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang

16-30 menit
1. Aspirasi kontras.
2. Kontras refluks ke nasofaring.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
83

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

Pokja Gastro.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Davis, M., Houston, J.D. : Fundamentals of Gastrointestinal
Radiology. W.B. Saunders Company. 2002.
2. Sutton, D. : Textbook of Radiology and Imaging, 5th
Edition.Chuchill Livingstone, 1993.

Pemeriksaan :
USUS HALUS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan Radiologi Konvensional dengan Kontras pada
Saluran Cerna adalah pemeriksaan traktus digestivus dengan
pemberian kontras intralumen untuk mengetahui keadaan anatomi
radiologi organ tersebut, yang meliputi esofagus, lambung,
duodenum, usus halus dan kolon.
1. Agar dapat digunakan sebagai pedoman dokter
spesialis
Radiologi, Radiografer dan perawat di Radiologi dalam
menjalankan tugasnya.
2. Agar pemeriksaan Radiologi dapat dilaksanakan dengan
benar, teliti dan aman.
3. Menghindari
atau
memperkecil
kesalahan
dalam
pemeriksaan Radiologi.
1. Anemia yang tidak diketahui sebabnya.
2. Sakit perut yang tidak diketahui sebabnya.
3. Tanda-tanda malabsorbsi.
4. Berat badan menurun dan adanya keluhan pada saluran
cerna.
Obstruksi usus halus.
Barium Follow Through.
84

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

- Sama dengan lambung duodenum (puasa minimal 8 jam).


- Jangan makan lemak.
Teknik
1. "Follow-through" (diminum)
Dapat dikerjakan bersama pemeriksaan lambung-duodenum.
Foto-foto posisi terlentang dan lateral. Bila perlu berdiri atau
kompresi. Dibuat dengan spot foto / "Bucky table".
Foto : l/2 jam - 1 jam - 2 jam - 4 jam.
Prinsip : Kontras masuk sekum.
Waktu dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai keadaan.
2. Dengan kateter ke duodenum (enteroclysis).
Memasukkan kateter sampai duodenum.
Dimasukkan kontras dan udara.
Foto diambil dengan fluoroskopi atau seperti 5.1.
1 jam sampai 4 jam (tergantung keadaan usus halus).
1. Perforasi usus halus.
2. "Vagal reflex" karena distensi yang berlebihan atau terlalu cepat.
3. Meteorismus.
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Gastro.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1.
Davis, M., Houston, J.D. : Fundamentals of
Gastrointestinal Radiology. W.B. Saunders Company. 2002.
2.
Sutton, D. : Textbook of Radiology and Imaging, 5th
Edition. Chuchill Livingstone, 1993.

Pemeriksaan :
KOLON (Ba ENEMA)
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan Radiologi Konvensional dengan Kontras pada
Saluran Cerna adalah pemeriksaan traktus digestivus dengan
pemberian kontras intralumen untuk mengetahui keadaan
anatomi radiologi organ tersebut, yang meliputi esofagus,
lambung, duodenum, usus halus dan kolon.
Agar dapat digunakan sebagai pedoman dokter spesialis
Radiologi, Radiografer dan perawat di Radiologi dalam
menjalankan tugasnya.
Agar pemeriksaan Radiologi dapat dilaksanakan dengan
benar, teliti dan aman.
Menghindari atau memperkecil kesalahan dalam
pemeriksaan Radiologi.
1. Diare kronis,
2. Hematoschezia.
Umum :
3. Obstipasi kronis.
4. Perubahan pola defekasi.
lndikasi-indikasi menurut klinis :
a. Kolitis.
85

Kontraindikasi

Prosedur Persiapan

b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.
2.

Tumor kolon.
Tumor intra abdominal di luar kolon.
Kelainan kongenital, misal : Hirschprung.
Invaginasi.
Ileus obstruksi rendah, misalnya : volvulus.
Hal-hal lain yang diperkirakan berasal dari kolon.
Perforasi.
Kolitis berat dimana dinding kolon menjadi sangat tipis dan
ditakutkan perforasi, seperti NEC., Typhus dsb.
3. Keadaan umum yang jelek.
4. Ileus paralitik.
1. Persiapan pada keadaan pasien :
1.1. Obstipasi kronik.
Minimal 2 hari sebelum pemeriksaan Kolon.
Makan yang mudah dicerna, lunak, tidak mengandung
serat dan lemak. Minum banyak, diberi laksan dan
dipuasakan.
1.2. Tanpa riwayat OBSTIPASI.
Minimal I hari sebelum pemeriksaan makan makanan
yang mudah dicerna, lunak tidak mengandung serat
dan lemak, minum air biasa yang banyak dan sering.
Diberikan laksan kira-kira 8 - l2 iam sebelum
pemeriksaan.
Puasa makan kira-kira 8 jam.
Minum air tidak dibatasi.
Dengan riwayat Diare.
Seperti ad. 2. diatas tapi tidak digunakan laksan.
2. Persiapan apabila pemeriksaan :
A. Colon in loop dilakukan pada pagi hari.
Pagi Hari( 1 hari sebelum pemeriksaan) makan makanan
yang lunak yang tidak mengandung serat dan lemak.
Antara pukul 12.00 16.00 minum garam inggris
sebanyak 30 gram (dapat dibeli di apotik tanpa resep
dokter). Cara minumnya, dicampur dengan air putih atau
sirup setengah gelas, kemudian diminum sampai habis
sesudah itu minum air putih beberapa gelas.
Pukul 19.00 makan terakhir seperti bubur dengan kecap.
Dilarang makan sayur-sayuran, daging serta makanan
yang keras.
Dari pukul 23.00 mulai puasa makan sampai saat
pemeriksaan. Minum air tidak dibatasi.
Sebaiknya sudah berada di Instalasi Radiologi setengah
jam lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan.
Surat pengantar dari dokter dan foto lama (bila ada)
harap dibawa.
B. Coloon in loop dilakukan pada sore hari.
Pukul 08.00 pagi makan bubur dengan kecap
Tidak dibolehkan makan sayur-sayuran, daging serta
makanan yang keras.
Pukul 10.00 pagi makan terakhir yaitu makan bubur
dengan kecap
Pukul 11.00 siang minum garam inggris sebanyak 30
gram dicampur dengan air putih atau sirup setengah
gelas, setelah itu minum air putih beberapa gelas.
Pukul 13.00 siang sudah harus puasa (tidak boleh
makan, minum dan merokok) sampai pemeriksaan
selesai.
Sebaiknya sudah berada di Instalasi Radiologi setengah
jam lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan.
Surat pengantar dari dokter dan foto lama (bila ada)
harap dibawa.
3. Laksan.
Jenis laksan yang digunakan sesuai dengan kondisi
penderita.
3.1.Dengan riwayat obstipasi diberi laksan kuat / b e r a t .
Seperti : - Castor oil.
86

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Garam Inggris.
Lemonade Purgative.
3.2.Dalam keadaan normal, dipergunakan laksan tingan.
Misalnya : - Laksadine dan Dulcolax
Teknik
1. Teknik Kontras Tunggal.
Setelah kontras masuk ke rektum dan sigmoid, buat foto oblik
atau lateral supaya rektum dan sigmoid tidak saling tumpang
tindih.
Kontras kemudian dimasukkan terus sampai sekum,
appendiks dan ileum terminal.
Dibuat foto besar (ikhtisar) post evakuasi.
Foto dengan KV tinggi dipergunakan untuk melihat kelainan
intra luminal, misalnya : polip.
2. Kontras ganda.
Spasmolitika diberikan bila perlu saja. Misalnya bila penderita
terlalu mulas atau untuk menilai indentasi bersifat fungsional
atau patologis.
3. Fase pengisian : Kontras dimasukkan ke dalam
lumen,
tergantung pada bentuk dan panjangnya kolon. Pada
umumnya sampai pertengahan kolon Transversum. Dengan
melakukan mobilisasi kontras masuk ke dalam kolon
asendens sampai sekum.
4. Fase pelapisan : Kontras dalam lumen didiamkan selama lebih
kurang 1 menit supaya dapat melapisi mukosa kolon.
5. Fase evakuasi : Kontras dikeluarkan melalui irigator ke dalam
kantong dengan jalan merubah posisi penderita.
6. Fase pengembangan : Dilakukan pemompaan udara ke dalam
kolon melalui irigator.
7. Fase pemotretan : Foto-foto dibuat tergantung pada
kebutuhan, mulai dari Rekto-sigmoid. Supine, AP-LAT atau
Oblik.
30 menit sampai 45 menit.
1. Perforasi.
2. "Vagal reflex" karena distensi yang berlebihan atau terlalu
cepat.
3. Meteorismus
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Gastro.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1.
Davis, M., Houston, J.D. : Fundamentals of
Gastrointestinal Radiology. W.B. Saunders Company. 2002.
2.
Sutton, D. : Textbook of Radiology and Imaging, 5th
Edition. Chuchill Livingstone, 1993.

87

Pemeriksaan :
KOLON (Ba ENEMA)
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian

Tujuan

No. Revisi :

Pemeriksaan
noninvasif
endoluminal
dan
ekstraluminal kolon dan rectum dengan
menggunakan sinar X - Ray
.

Agar dapat digunakan sebagai pedoman dokter spesialis


Radiologi, Radiografer dan perawat di Radiologi dalam
menjalankan tugasnya.
Agar pemeriksaan Radiologi dapat dilaksanakan dengan
benar, teliti dan aman.
Menghindari atau memperkecil kesalahan dalam
pemeriksaan Radiologi.
Deteksi lesi polip atau lesi tumor
Pasien yang mempunyai gejala konstipasi kronis, nyeri perut
kronis ataupun perdarahan gastrointestinal

Indikasi

Kontraindikasi

Perforasi
Pasien yang mempunyai faktor resiko tinggi
untuk terjadinya perforasi
88

Prosedur Persiapan

Dua hari sebelum


pemeriksaan, pasien
diharuskan untuk membersihkan kolon dari residu
feses dengan cara :
o Tiap malam hari pasien diberikan 10
mg dulcolax supositoria
o Pada malam
hari sebelum hari
pemeriksaan diikuti pemberian 5 mg
dulcolax tablet
Puasa 10 jam sebelum pemeriksaan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Pasien
sebelumnya
diberikan
injeksi
buscopan 20 -40 mg IV bila tidak terdapat
kontraindikasi seperti glaukoma, aritmia,
obstruksi saluran kemih
o Bila
terdapat
kontraindikasi,
disarankan menggunakan glukagon IV
Pasien
kemudian
dibaringkan
lateral
dekubitus kiri untuk dipasang kateter rectum
Pemberian pompa udara diberikan sebanyak
30-40x ( 1- 2.5 l /min) atau sampai pasien
merasa
tidak
nyaman
pada
daerah
abdominal.
Pengambilan gambar dilakukan dengan posisi
supine dan prone (bila memungkinkan)
Penyuntikan
kontras
iodium
dengan
menggunakan injektor sebanyak 120 cc ( kec
aliran 3 ml/dtk dengan fase delay 60-70 detik)
dilakukan setelah pemberian udara
Pengambilan gambar pasca kontras hanya di
lakukan dengan posisi supine
Pencitraan dibuat dalam proyeksi aksial,
koronal, oblik koronal, sagital dan
3D
endoluminal ( mengunakan software flying
through)

Intralumen usus, massa, irregularitas mukosa


5 menit
Perforasi
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Gastro.
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

Referensi

89

90

PEMERIKSAAN RADIOLOGI NEURORADIOLOGI

Pemeriksaan :
CT SCAN OTAK
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pencitraan dengan sinar X yang menghasilkan pencitraan yang
berupa bidang atau potongan tubuh pasien. Pencitraan yang
dihasilkan direkontrukstruksi oleh komputer yang menghasilkan
potongan axial,, sagital dan koronal. Dengan CT scan masalah
superposisi yang terdapat pada pencitraan sinar X konvensional
dapat teratasi.
Untuk mengevaluasi kelainan yang terdapat pada kepala seperti
pada trauma kapitis, CVVD, infeksi, proses degenerasi,
malformasi vaskuler, lesi di white gray matter dan kelainan
kongenital
Kebijakan :
Permintaan dilakukan atas permintaan dokter dan bila
menggunakan kontras media dibuatkan inform consent.

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan


kontras media dan alergi kontras.
Persiapan pemeriksaan tidak ada.
Prosedur.
91

1. Sebaiknya dilihat dulu dengan seksama permintaan


dokter yang mengirim pasien untuk CT Scan dan dilihat
apa permintaan dokter pengirim.
2. Pasien dalam posisi telentang.
3. Dibuat topografi mulai dari OML sampai daerah verteks.
4. Dibuat potongan aksial dan kalau perlu dengan
Continue slice pro rekonstruksi koronal dan sagital.
5. Tebal irisan pada potongan axial 5 mm pada potongan
infratentorial 10 mm pada supra tentorial sedangkan
pada potongan koronal dan sagital dapat disesuaikan
potongannya.
6. Jika memerlukan kontras media : dosis 1-2 cc /Kg BB.
Prosedur Tindakan
Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Dilakukan oleh dokter spesialis radiology.


Dibuatkan expertise yang ditandatangani oleh dokter
spesialis radiology.
Kurang dari 30 menit tergantung dari pemeriksaan dan kondisi
pasien.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras
media.

Surat pengantar dari dokter / klinisi


Surat persetujuan tindakan

Referensi

Pemeriksaan :
CT SCAN HIPOFISE
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Untuk mengevaluasi kelainan yang terdapat pada sella tursica
dan hipofise.
Mengevaluasi pasien dengan hiperprolaktinoma dan gangguan
visus.
Kebijakan :
Permintaan dilakukan atas permintaan dokter dan bila
menggunakan kontras media dibuatkan inform consent

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan


kontras media dan alergi kontras.
Persiapan pemeriksaan tidak ada.
Prosedur.
1. Sebaiknya dilihat dulu dengan seksama permintaan dokter
yang mengirim pasien untuk CT Scan dan dilihat apa
permintaan dokter pengirim.
92

2. Pasien dalam posisi telentang.


3. Dibuat topografi daerah hipofise.
4. Dibuat potongan aksial dan kalau perlu dengan Continue
slice pro rekonstruksi koronal dan sagital.
5. Tebal irisan pada potongan axial 2 mm mulai dari
orbitomeatal line sampai sisterna suprasella.
6. Jika memerlukan kontras media : dosis 1-2 cc /Kg BB
Prosedur Tindakan
Penilaian

Dilakukan oleh dokter spesialis radiology.


Dibuatkan expertise yang ditandatangani oleh dokter
spesialis radiology sesuai dengan keadaan pemeriksaan.
Kurang dari 30 menit tergantung dari pemeriksaan dan kondisi
pasien.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras
media.

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Surat pengantar dari dokter / klinisi


Surat persetujuan tindakan

Referensi

Pemeriksaan :
CT SCAN TULANG BELAKANG
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Untuk mengevaluasi kelainan yang terdapat pada tulang
belakang dan medulla spinalis.
Kebijakan :
Permintaan dilakukan atas permintaan dokter dan bila
menggunakan kontras media dibuatkan inform consent.

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan


kontras media dan alergi kontras.
1. Pada myelography CT scan diberikkan kontras intrathecal 23 jam sebelum pemeriksaan.
2. Pasien dalam posisi telentang.
3. Dibuat topografi daerah vertebra yang akan diperiksa.
4. Dibuat potongan aksial dan kalau perlu dengan Continue
slice pro rekonstruksi koronal dan sagital.
5. Pada kasus dengan kelainan di daerah discus dibuat
potongan tipis didaerah tersebut dan juga di daerah korpus
93

sesuai dengan kelainan yang didapat. Dibuat kondisi tulang


dan soft tissue.
6. Jika memerlukan kontras media : dosis 1-2 cc /Kg BB.
Prosedur Tindakan
Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Dilakukan oleh dokter spesialis radiology.


Dibuatkan expertise yang ditandatangani oleh dokter
spesialis radiology sesuaI dengan.
Kurang dari 30 menit tergantung dari pemeriksaan dan kondisi
pasien.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada reaksi alergi
pada pemberian kontras media.

Surat pengantar dari dokter / klinisi


Surat persetujuan tindakan

Referensi

Pemeriksaan :
MRI OTAK
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
MRI ((Magnetic Resonance Imaging) adalah satu cara
pemeriksaan khusus diagnostic dalam ilmu kedokteran yang
menggunakan medan magnet yang besar dan menghasilkan
gambaran potongan tubuh manusia dalam tiga potongan yaitu
aksial, sagital dan koronal.
Untuk mengevaluasi kelainan yang ada di otak dan sekitarnya
misalnya pada kasus-kasus
- Multiple sclerosis.
- Tumor primer atau metastases.
- AIDS / toxoplasmosis.
- Infark.
- Deficit neurologist atau gejala neurologist yang tidak
bisa dijelaskan.
Kebijakan :
Permintaan dilakukan atas permintaan dokter dan bila
menggunakan kontras media dibuatkan inform consent.

Indikasi
94

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan


kontras media dan alergi kontras/pace maker/chek pemeriksaan
darah.
Persiapan pemeriksaan umum :
1. Sebaiknya jangan makan kenyang sebelum
pemeriksaan.
2. Jangan memakai perhiasan atau bahan make up
dengan kadar logam tinggi.
3. Semua bahan logam, kartu kredit, kartu telepon dan
lain-lain yang sejenis supaya dilepas sebelum masuk ke
dalam ruang pemeriksaan.
4. Sebelum masuk ke ruang pemeriksaan penderita
melakukan pengosongan buli terlebih dahulu.
Persiapan pemeriksaan khusus :
1. Tidak dapat dilakukan pada penderita yang memakai
alat pacu jantung, protese dengan kandungan logam,
operasi klips ataupun alat-alat lainnya yang berada di
dalam tubuh yang mengandung logam.
2. Kehamilan dalam trimester I.
3. Penderita dengan alat batu ventilator tidak dapat masuk
ke dalam ruang MRI.
4. Selama dalam pemeriksaan pasien harus dalam
keadaan diam atau bergerak sedikit mungkin.
Prosedur tindakan :
Alat alat :
Head koil quadratus.
Busa / foam /pad untuk immobilisasi.
Posisioning pasien :
Pasien dalam posisi supinasi di meja MRI dengan kapala di
dalam head coil.
Tripilot.
Sequences yang di ambil :
- Axial T1 dan T2.
- Sagital T1.
- Koronal T2.
- FLAIR.

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Pemberian kontras Gd DTPA bila penilaian mengarah ke tumor,


metastase, Multipel sclerosis, proses infeksi.
Dilakukan oleh dokter spesialis radiology.
Dibuatkan expertise yang ditandatangani oleh dokter
spesialis radiology
Kurang dari 30 menit tergantung dari pemeriksaan dan kondisi
pasien.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada reaksi alergi
pada pemberian kontras media.

Surat pengantar dari dokter / klinisi


Surat persetujuan tindakan

Referensi

95

Pemeriksaan :
MRI TULANG BELAKANG MRI CERVICAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Untuk menilai medulla spinalis cervicalis, radiks, discus dan
foramen intervertebralis, facet joint, ligamentum, tulang dan
jaringan lunak paravertebrae.
Kebijakan .
Pemeriksaan dilakukan atas permintaan dokter.

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan


kontras media dan alergi kontras.
Persiapan pemeriksaan umum :
1. Sebaiknya jangan makan kenyang sebelum
pemeriksaan.
2. Jangan memakai perhiasan atau bahan make up
dengan kadar logam tinggi.
3. Semua bahan logam, kartu kredit, kartu telepon dan
lain-lain yang sejnis supaya dilepas sebelum masuk ke
dalam ruang pemeriksaan.
96

4. Sebelum masuk ke ruang pemeriksaan penderita


melakukan pengosongan buli terlebih dahulu.
5. Pasien salin dengan baju yang telah disediakan dengan
menanggalkan pakaian atas saja
Persiapan pemeriksaan khusus :
1. Tidak dapat dilakukan pada penderita yang memakai
alat pacu jantung, protese dengan kandungan logam,
operasi klips ataupun alat-alat lainnya yang berada di
dalam tubuh yang mengandung logam.
2. Kehamilan dalam trimester I.
3. Penderita dengan alat batu ventilator tidak dapat masuk
kedalam ruang MRI.
4. Selama dalam pemeriksaan pasien harus dalam
keadaan diam atau bergerak sedikit mungkin.
Teknik.
a.
Persiapan.
Pasien dengan trauma cervical yang dapat dilakukan
pemeriksaan MRI yang memakai collar neck yang tidak
terbuat dari logam
b.
Pasien dalam posisi supine dan bagian collar
neck di dalam neck coil.
c.
Tekhnik pengambilan foto.
1.
Tripilot.
2.
T2 sagital tebal irisan 4 mm dengan
interslice 1 mm.
3.
T1 sagital
4.
T2 multiaxial dengan tebal irisan 5 mm
dengan interslice 0,5 mm.
5.
T1 multi axial.
6.
Myelo coronal.
7.
Myelo sagital .
8.
T1 axiall, sagital dan koronal dengan
kontras pada kasus tumor ataupun abses
paravertebrae.
Prosedur Tindakan
Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Dilakukan oleh dokter spesialis radiology.


Dibuatkan expertise yang ditandatangani oleh dokter
spesialis radiologi sesuai dengan.
Kurang dari 30 menit tergantung dari pemeriksaan dan kondisi
pasien.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada reaksi alergi
pada pemberian kontras media.

Surat pengantar dari dokter / klinisi


Surat persetujuan tindakan

Referensi

97

Pemeriksaan :
MRI THORAKAL MRI LUMBAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Untuk menilai medulla spinalis thorakalis-lumbalis, canalis
spinais, radiks, conus medularis, discus dan foramen
intervertebralis, facet joint, ligamentum, tulang dan jaringan lunak
paravertebrae.
Kebijakan .
Pemeriksaan dilakukan atas permintaan dokter.

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan


kontras media dan alergi kontras.
Persiapan pemeriksaan umum :
1. Sebaiknya jangan makan kenyang sebelum
pemeriksaan.
2. Jangan memakai perhiasan atau bahan make up
dengan kadar logam tinggi.
98

3. Semua bahan logam, kartu kreedit, kartu telepon dan


lain-lain yang sejnis supaya dilepas sebelum masuk ke
dalam ruang pemeriksaan.
4. Sebelum masuk ke ruang pemeriksaan penderita
melakukan pengosongan buli terlebih dahulu.
5. Pasien salin dengan baju yang telah disediakan
Persiapan pemeriksaan khusus :
1. Tidak dapat dilakukan pada penderita yang memakai
alat pacu jantung, protese dengan kandungan logam,
operasi klips ataupun alat-alat lainnya yang berada di
dalam tubuh yang mengandung logam.
2. Kehamilan dalam trimester I.
3. Penderita dengan alat batu ventilator tidak dapat masuk
kedalam ruang MRI.
4. Selama dalam pemeriksaan pasien harus dalam
keadaan diam atau bergerak sedikit mungkin.
Teknik.
Pasien dalam posisi supine dengan daerah thorakal
atau lumbal di dalam coil dan dipasang marker bila
diperlukan..
Teknik pengambilan foto.
a. Tripilot.
b. T2 sagital tebal irisan 4,5 mm dengan interslice
0,5 mm.
c. T1 sagital
d. T2 multiaxial dengan tebal irisan 5 mm dengan
interslice 0,5 mm.
e. T1 multi axial.
f. Myelo coronal.
g. Myelo sagital .
h. T1 axiall, sagital dan koronal dengan kontras
pada
kasus
tumor
ataupun
abses
paravertebrae.
Prosedur Tindakan
Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Dilakukan oleh dokter spesialis radiology.


Dibuatkan expertise yang ditandatangani oleh dokter
spesialis radiology sesuai dengan keadaan pasien.
Kurang dari 30 menit tergantung dari pemeriksaan dan kondisi
pasien.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada reaksi alergi
pada pemberian kontras media.

Surat pengantar dari dokter / klinisi


Surat persetujuan tindakan

Referensi

99

100

PEMERIKSAAN KEDOKTERAN NUKLIR

Pemeriksaan :
KELENJAR TIROID (SIDIK KELENJAR TIROID)
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian
Tujuan
Indikasi

Pemeriksaan kelenjar tiroid dengan menggunakan radionuklida


Menilai fungsi kelenjar tiroid
1. evaluasi nodul tiroid;
2. evaluasi pembesaran kelenjar tiroid tanpa nodul yang jelas;
3. evaluasi jaringan tiroid ektopik atau sisa pasca operasi;
4. evaluasi fungsi tiroid.

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Wanita hamil / menyusui


Bila yang digunakan radiofarmaka NaI-131, pasien dipuasakan
selama 6 jam.
Obat-obat dihentikan selama beberapa waktu. (lihat tabel).
Radiofarmaka

NaI-131, dosis 300 uCi, diberikan peroral.


99m
Tc-pertechnetate, dosis 2-5 mCi, diberikan iv.
101

Radionuklida yang paling ideal untuk evaluasi kelenjar tiroid


adalah NaI-123, suatu radionuklida produksi siklotron,
karena energinya tidak begitu tinggi (159 keV) dengan
waktu paruh pendek (13,2 jam); sayangnya NaI-123 saat ini
belum ada di Indonesia.
Obat-obat tertentu, terutama yang mengandung iodium dan
hormon tiroid, akan mengganggu pencitraan. Daftar
beberapa obat-obat tersebut dan lama penghentian
sebelum dilakukan penyidikan tiroid dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Nama obat

1.Obat yang mengandung


iodium (Sol.lugol, betadine
kontras, kontras radiologi)
2.Obat-obat antiroid
(neomereazole, PTU)
3.Obat-obatan mengandung
vitamin dan mineral
4.Hormon tiroid T4
5.Hormon tiroid T3

Lama penghentian
minimal 4 minggu
1 2 minggu
1 minggu
4 minggu
1 minggu

Peralatan

Prosedur Tindakan/ Tatalaksana

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Kamera gamma dengan atau tanpa kolimator pinhole; kalau tidak


ada dapat digunakan kolimator LEHR (low energy high
resolution) untuk 99m Tc-pertechnetate dan medium energy untuk
131
I.
Pemilihan kolimator tergantung pada energi radiasi gamma
utama dari radionuklida yang digunakan, yaitu 131 I : 364 keV dan
99m
Tc-pertechnetate: 140 keV.
Pencitraan dilakukan 10-15 menit setelah penyuntikan 99m Tcpertechnetate iv, atau 24 jam setelah minum NaI-131;
pasien tidur telentang di bawah kamera gamma dengan
leher dalam keadaan hiperekstensi; pencitraan statik
dilakukan pada posisi AP (kalau perlu oblik kiri atau kanan).
diberi tanda pada kartilago tiroid dan jugulum;matrix: 256 x
256; peak energi disesuaikan dengan radionuklida, yaitu
140 keV (untuk 99m Tc), 159,0 (untuk 123I), dan 360 keV (131 I)
dengan window : 20%; jumlah cacahan : 400.000 kcts (99m
Tc-pertechnetate ) atau 100.000 kcts (NaI-131);
proses pencitraan berlangsung selama 5-10 menit.
Sidik tiroid normal tampak aktivitas yang homogen
10 15 menit
Tidak terjadi
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen radiologi divisi kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SOP Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SOP Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standart Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

102

Pemeriksaan :
SIDIK GINJAL DMSA (RENAL SCINTIGRAPHY)
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan ginjal secara kedokteran nuklir dengan metode
pemberian radiofarmaka
Menilai fungsi parenkim ginjal
Deteksi adanya proses desak ruang pada ginjal.
Mengetahui penyebaran aktivitas jaringan yang masih
berfungsi dari suatu pielonefritis.
Deteksi malformasi Arteri-Vena
Deteksi daerah yang avaskuler (infark ginjal, abses dan kista)
Deteksi kelainan ginjal kongenital seperti horse shoe kidney.
Ektopik
Wanita hamil / menyusui
Tidak ada persiapan khusus
Peralatan
103

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan

Referensi

Kamera gamma, kolimator : LEHR paralel hole.


Energy setting : Low energy dengan puncak pada 140 KeV.
Window width : 20%.
Tatalaksana
Posisi pasien telentang .
Lapang pandang pencitraan sedemikian rupa sehingga
mencakup ginjal dan kandung kemih. Proyeksi posterior.
Radiofarmaka 99m Tc DMSA dengan aktivitas 5 mCi (dewasa), 1
2 mCi (anak-anak)
Protokol:
Akuisisi: Pencitraan statik 2-3 jam setelah injeksi. Total counts
400 Kcount.
Posisi posterior, dilanjutkan dengan RAO dan LAO,SPECT CT
bila perlu.
Sidik ginjal normal akan tampak kontur ginjal halus dengan
distribusi radioaktivitas rata.
Pada polikistik ginjal tampak defek yang multiple yang sisinya
berbatas tegas.
2 3 jam
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standart Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
- Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
RENOGRAM ERPF
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan fungsi ginjal (fungsi tubuler) dengan menggunakan
radiofarmaka
Evaluasi fungsi ginjal baik kualitatif maupun kuantitatif
Evaluasi perfusi dan fungsi ginjal
Uji saring hipertensi renovaskuler
Deteksi dan evaluasi obstruksi system koleksi ginjal
Evaluasi trauma ginjal.
Wanita hamil / menyusui
Persiapan
Penderita harus dalam keadaan hidrasi baik dengan memberikan
minum 500 ml sebelum pemeriksaan.
104

Pada pemakaian radiofarmaka 131I-hippuran, penderita


sebelumnya diberikan larutan lugol 10 tetes untuk memblok
jaringan tiroid agar tidak menangkap 131I.
Kandung kemih penderita diusahakan dalam keadaan kosong.
Peralatan
a. Kamera gamma : Large Field of Fiew.
Kolimator
: LEHR untuk 99mTc- MAG3.
Medium Energy collimator untuk pemekaian 131I- hippuran.
Energy Setting: Low energy pada puncak 140 KeV.
Medium energy pada puncak 364 KeV.
Window width : 20 %
Radiofarmaka
131
I hippuran sebanyak 300 uCi atau 99mTc-MAG3 sebanyak 5
mCi disuntikan di vena mediana kubiti secara bolus.

Prosedur Tindakan

Catatan:
Pada penderita yang sebelumnya telah dilakukan IVP,
pemeriksaan renogram harus ditunda dahulu kurang 2 minggu,
agar edema sel-sel tubuli akibat penggunaan zat kontras pada
IVP mereda.
Tatalaksana
Posisi pasien telentang, kamera dari arah posterior.
Deteksi ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal dan kandung
kemih berada dalam lapang pandang pencitraan.
Protokol:
Akuisisi : Teknik pencitraan dinamik.
Matrix 128 x 128
Frame/time I: 30 frame/2 menit (bila menggunakan mAG 3)
Frame/time II: 30 frame/60 menit

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pemrosesan data:
Seluruh data kasar digabung, kemudian dibuat ROI pada kedua
ginjal serta di bawah kedua ginjal untuk substraksi latar belakang
untuk membuat kurva waktu-aktivitas.
Pada pencitraan dinilai penangkapan radioaktivitas oleh kedua
ginjal untuk melihat kemampuan ginjal mengekstrasi
radiofarmaka.
Penilaian kurva sebagai berikut:
Kurva normal memperlihatkan adanya tiga fase yang klasik.
Fase pertama initial: terjadi peningkatan secara cepat segera
setelah penyuntikan radiofarmaka yang menunjukkan kecepatan
injeksi dan aliran darah vaskuler ke dalam ginjal. Dari fase ini
dapat pula dilihat teknik dari penyuntikan radiofarmaka, apakah
bolus atau tidak. Fase ini terjadi DALAM 60 DETIK
Fase kedua sekresi: menunjukkan kenaikan yang lebih lamban
dan meningkat secara bertahap. Fase ini berkaitan dengan
proses penangkapan radiofarmaka oleh dan di dalam ginjal
melalui proses difusi lewat sel-sel tubuli kedalam lumen tubulus.
Dalam keadaan normal fase ini mencapai puncak dalam waktu 2
5 menit.
Fase ketiga/ekskresi: tampak kurva menurun dengan cepat
setelah mencapai puncak kurva yang menunjukkan
keseimbangan antara radioaktivitas yang masuk dan yang
meninggalkan ginjal. Waktu paruh efektif (T max ) < 15 menit.
30 menit
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen radiologi divisi kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
105

Standart Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear


Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
RENOGRAM GFR 99mTc- DTPA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan fungsi ginjal (fungsi glomeruler)
menggunakan radiofarmaka
Evaluasi fungsi ginjal baik kualitatif maupun kuantitatif
Evaluasi perfusi dan fungsi ginjal
Uji saring hipertensi renovaskuler
Deteksi dan evaluasi obstruksi system koleksi ginjal
Evaluasi trauma ginjal.
Wanita hamil / menyusui
Persiapan

dengan

106

Penderita harus dalam keadaan hidrasi baik dengan memberikan


minum 500 ml sebelum pemeriksaan.
Kandung kemih penderita diusahakan dalam keadaan kosong
dengan pasien BAK sebelum pemeriksaan .
Peralatan
b.
Kamera gamma : Large Field of Fiew.
Kolimator
: LEHR untuk 99mTc- DTPA
Medium Energy collimator untuk pemekaian 131I- hippuran.
Energy Setting: Low energy pada puncak 140 KeV.
Window width : 20 %
Radiofarmaka
99m
Tc-DTPA sebanyak 3 mCi disuntikan di vena mediana kubiti
secara bolus.

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Catatan:
Pada penderita yang sebelumnya telah dilakukan IVP,
pemeriksaan renogram harus ditunda dahulu kurang 2 minggu,
agar edema sel-sel tubuli akibat penggunaan zat kontras pada
IVP mereda.
Tatalaksana
Posisi pasien telentang, kamera dari arah posterior.
Deteksi ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal dan kandung
kemih berada dalam lapang pandang pencitraan.
Protokol:
Akuisisi : Teknik pencitraan dinamik.
Matrix 128 x 128
Frame/time I: 20 frame/3 menit (
Frame/time II: 120 frame/15 detik
Pemrosesan data:
Seluruh data kasar digabung, kemudian dibuat ROI pada kedua
ginjal serta di bawah kedua ginjal untuk substraksi latar belakang
untuk membuat kurva waktu-aktivitas.
Pada pencitraan dinilai penangkapan radioaktivitas oleh kedua
ginjal untuk melihat kemampuan ginjal mengekstrasi
radiofarmaka.
Penilaian kurva sebagai berikut:
Kurva normal memperlihatkan adanya tiga fase yang klasik.
Fase pertama initial: terjadi peningkatan secara cepat segera
setelah penyuntikan radiofarmaka yang menunjukkan kecepatan
injeksi dan aliran darah vaskuler ke dalam ginjal. Dari fase ini
dapat pula dilihat teknik dari penyuntikan radiofarmaka, apakah
bolus atau tidak. Fase ini terjadi DALAM 60 DETIK
Fase kedua sekresi: menunjukkan kenaikan yang lebih lamban
dan meningkat secara bertahap. Fase ini berkaitan dengan
proses penangkapan radiofarmaka oleh dan di dalam ginjal
melalui proses difusi lewat sel-sel tubuli kedalam lumen tubulus.
Dalam keadaan normal fase ini mencapai puncak dalam waktu 2
5 menit.
Fase ketiga/ekskresi: tampak kurva menurun dengan cepat
setelah mencapai puncak kurva yang menunjukkan
keseimbangan antara radioaktivitas yang masuk dan yang
meninggalkan ginjal. Waktu paruh efektif (T max ) < 15 menit.
30 menit
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen radiologi divisi kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standart Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
107

Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of


Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Nuclear

Pemeriksaan :
RENOGRAFI KAPTOPRIL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Sekresi Angiotensin II di ginjal merupakan hal yang penting
dalam pemeliharaan fungsi ginjal secara normal. Sistem renin
angiotensin memainkan peranan penting dalam patogenesis
hipertensi renovaskuler. Penurunan perfusi renal akan
merangsang pelepasan renin ke dalam sirkulasi darah yang
dapat menyebabkan kadar angiotensin II (A-II) plasma
108

Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

meningkat. A-II selain sebagai vasokontrikor terutama di


arteriolar efferen akan merangsang juga sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal serta merangsang sistem saraf simpatis.
Renografi kaptopril merupakan modifikasi dari renografi
konvensional yang dilakukan dengan memberikan 25-50 mg
kaptopril sebelum pemeriksaan dilakukan.
Kaptopril (ACE inhibitor) akan menghambat vasokonstriksi
arteriolar glomerulus yang disebabkan oleh A-II, menurunkan laju
filtrasi glomerulus, aliran urine dan retensi garam di ginjal yang
sakit. Penurunan laju filtrasi glomerulus ini melatar belakangi
adanya perubahan pada renogram. Pada ginjal dengan stenosis
a. renalis, penurunan fungsi akan terlihat setelah pemberian
kaptopril.
Mendeteksi ada/tidaknya stenosis
Uji saring hipertensi renovaskuler
Wanita hamil / menyusui
Persiapan hampir sama dengan pada pemeriksaan renogram
konvensional, hanya satu jam sebelum pemeriksaan, penderita
diberi 25-50 mg kaptopril peroral. Penderita dianjurkan puasa
paling kurang 4 jam sebelum pemberian kaptopril. Tekanan darah
dipantau tiap 15 menit. Apabila penderita dalam pengobatan
diuretika, obat harus dihentikan 2-3 hari sebelum pemeriksaan.
Apabila radiofarmaka yang digunakan 131I-hippuran, maka 15
menit sebelum pemeriksaan penderita penderita diberi 1 cc
larutan lugol.
Radiofarmaka
99m
Tc-MAG3 sebanyak 5 mCi atau 300 uCi 131I-hippuran
disuntikkan intravena secara bolus melalui vena mediana cubiti.

Prosedur Tindakan

Peralatan
Kamera gamma LFOV
kolimator : LEHR untuk 99m Tc-MAG3,
Medium energy collimator untuk 131I-hippuran.
Energy setting: Low energy pada puncak 140 KeV
Medium energy pada puncak 364 KeV
Window width: 20 %
Tatalaksana
Posisi pasien telentang.
Detektor ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal dan
kandung kemih berada dalam lapang pandang pencitraan dari
proyeksi posterior.
Protokol:
Akuisis: Teknik pencitraan dinamik
Matrix 128 x 128
Frame/time I : 30 frame/ 2 menit (bila
menggunakan mAG 3)
Frame/time II : 30 frame/60 menit

Penilaian

Pemrosesan data:
Seluruh data kasar digabung, kemudian dibuat ROI pada kedua
ginjal serta di bawah kedua ginjal untuk substraksi latar
belakang, didapatkan kurva aktivitas terhadap waktu.
Penilaian pada umumnya berdasarkan penilaian kualitatif
terhadap kurva renogram. Penilaian semi kuantitaif berdasarkan
rekomendasi Working Party on Diagnosic Criteria of
Renovascular Hypertension with Captopril Renography sebagai
berikut:
1. Derajat 0 : normal
2. Derajat 1 salah satu dari yang berikut:
perlambatan ringan dari fase sekresi (fase 2)
penurunan aktivitas maksimal
waktu puncak (Tmaks) abnormal 6<Tmaks<11 menit
fase sekresi turun dengan lamban
3. Derajat 2 A
perlambatan fase sekresi dan Tmaks, dengan fase
109

ekskresi
4. Derajat 2 B
perlambatan fase sekresi, Tmaks tanpa fase ekskresi.
5. Derajat 3
penurunan yang nyata atau penangkapan radiofarmaka
tidak ada sama sekali.
Nilai
a.
Probabilitas tinggi untuk hipertensi renovaskuler, bila
perubahan dari satu atau lebih derajat (termasuk
2A>2B) pra dan pasca-kaptopril.
b.
Probabilitas rendah-derajat 0 pasca-kaptopril.
c.
Intermidiate renografi awal abnormal tanpa ada
perbedaan antara pre dan pasca-kaptopril.
Penilaian kuantitatif lain meliputi:
a.
perubahan fungsi terpisah (split renal function) dengan
nisbah 60/40 % atau lebih
b.
perpanjangan waktu transit parenkim.
c.
aktivitas residual korteks (cacahan pada 20-30 menit
versus cacahan pada puncak)
d.
perubahan laju filtrasi glomerulus total (penurunan 15
% atau lebih); berguna untuk mendeteksi stenosis a.
renalis bilateral atau pada pasien dengan hanya satu
ginjal.
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir


Sub bagian kedokteran nuklir

Surat pengantar dari dokter / klinisi

Surat persetujuan tindakan

SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto


Mangunkusumo, Jakarta.

SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Standart Normal Procedure of Nuclear Medicine,


Nuclear Medicine Department, St. Vincent Hospital, New
York, 2000.

Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear


Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
RENOGRAFI DIURESIS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Prinsip pemeriksaan ini berdasarkan fenomena bahwa obstruksi
yang terjadi di ginjal dapat disebabkan oleh hambatan (statis),
yang dengan aliran urin yang tinggi setelah pemberian diuretika
diharapkan dapat menghilangkan hambatan tadi.
Renografi diuresis merupakan modifikasi renografi konvensional
dengan intervensi farmakologik diuretika furosemid.
Membedakan obstruksi traktus urinarius mekanikdan fungsional
110

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Mengetahui lebih lanjut tingkat obstruksi apakah total atau parsial


seperti pada megapielum, hipotoni pielum atau batu.
Wanita hamil / menyusui
Persiapan
Seperti pemeriksaan renografi konvensional.
Peralatan
Kamera gamma LFOV
Kolimator : LEHR untuk 99mTc-MAG3,
Medium energy collimator untuk 131I-hippuran
Energy setting : Low energy pada puncak 140 KeV
Medium energy pada puncak 364 KeV
Window width : 20 %
Tatalaksana
Posisi pasien telentang.
Detektor ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal dan
kandung kemih berada dalam lapang pandang pencitraan dari
proyeksi posterior.
Protokol:
Akuisi: Teknik pencitraan dinamik
Matrix 128 x 128
Frame/time I : 30 frame/2 detik selama 1 menit (bila
menggunakan mAG 3)
Frame/time II: 30 frame/1 menit selama 30 menit
Pemeriksaan diikuti dengan seksama dan bila setelah 15 menit
tidak tampak penurunan fase III (retensi radiofarmaka pada
ginjal), segera berikan furosemid 20 mg intravena. Pemeriksaan
terus dilanjutkan lebih kurang 10 menit setelah penyuntikan
furosemid/ lasix.

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pemrosesan data:
Seluruh data kasar digabung, kemudian dibuat ROI pada kedua
ginjal serta dibawah kedua ginjal untuk substraksi latar belakang,
didapatkan kurva aktivitas terhadap waktu.
Penilaian
Kemungkinan yang dapat ditemukan adalah:
Pemberian furosemid tak mengubah bentuk kurva obstrusi (fase
III terus naik). Gambaran demikian dikenal sebagai gambaran
obstruksi total.
Pemberian furosemid menyebabkan perubahan kurva renogram
dengan cepat dan ekskresinya menjadi sangat efektif; gambaran
ini ditemukan pada hidronefrosis non obstruksi atau dilatasi
hipotonik.
Pengaruh furosemid pada kurva obsrtruksif hanya bersifat
parsial, tidak cepat dan ekskresinya lambat gambaran demikian
menunjukkan adanya obstruksi atau subtotal.
35 menit
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi Divisi kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standart Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

111

Pemeriksaan :
SIDIK TULANG (BONE SCINTIGRAPHY) & 3 FASE
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan jaringan tulang dengan menggunakan radiofarmaka
Menilai adanya kelainan /Aktivitas patologi
1. metastase pada tulang
2. tumor tulang primer
3. osteomielitis
4. nekrosis aseptik
112

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

5. trauma
6. kelainan sendi
7. penyakit metabolic pada tulang
Wanita hamil / menyusui
Tidak diperlukan persiapan khusus
Peralatan
Kamera gamma planar dilengkapi data prosesor
Kolimator LEHR (low energy high resolution)
Puncak energi : 140 KeV
Window wide : 20%
Tatalaksana
Pencitraan dengan metoda tiga fase
Fase pertama (vaskuler)
Penderita tidur terlentang dengan detektor ditempatkan
sedemikian rupa sehingga tubuh yang akan diperiksa berada di
atas lapang pandang detektor.
Pemeriksaan vase pertama merupakan pemeriksaan dinamik
dalam frame berukuran matrix 128 x 128 dengan waktu
pencacahan 2 detik/frame selama 2 menit.
Posisi pencitraan: anterior dan atau posterior.
Pencitraan dimulai bersamaan dengan saat penyuntikan
radiofarmaka secara bolus.
Fase kedua (blood pool)
Pemeriksaan fase kedua dilaksanakan segera setelah fase
pertama selesai berupa pencitraan statik dalam frame berukuran
matrix 256 x 256 sebanyak 300 Kcounts.
Posisi pencitraan: anterior dan atau posterior.
Fase ketiga (delayed/bone)
Fase ketiga merupakan pemeriksaan statik yang dilakukan 3 jam
pasca penyuntikan radiofarmaka.
Sebelum memasuki ruang pemeriksaan penderita dianjurkan
untuk buang air kecil dengan hati-hati untuk menghindari
kontaminasi. Pada fase ketiga ini dilakukan pemeriksaan seluruh
tubuh (whole body scan) dari posisi anterior dan posterior
dilanjutkan dengan pemeriksaan SPECT-CT pada bagian-bagian
yang mencurigakan. Pemeriksaan dalam frame berukuran matrix
256 x 256 sebanyak 700 Kcounts.
Posisi pencitraan: anterior dan posterior. Apabila diperlukan
pemeriksaan dapat dari posisi miring (oblique) untuk
memperjelas lokasi kelainan.

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Gambaran normal aktivitas merata dan simetris termasuk


kelainan apabila ada peningkatan aktivitas pada tulang-tulang
3 jam
Wanita hamil / menyusui
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi Divisi kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of
Nuclear
nd
Medicine. 2 ed. St. Louis : Mosby; 1995.

113

Pemeriksaan :
PERDARAHAN GASTROINTESTINAL/BLOOD POOL

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan perdarahan gastrointestinal ditujukan untuk
mencari lokasi perdarahan gastrointestinal
Mendeteksi adanya perdarahan usus
Deteksi melena
Wanita hamil / menyusui
Persiapan Pasien :
114

Harus dilakukan pemasangan infus/jalur intra vena


Peralatan dan Energy Window :
Gamma Camera : LFOV
Collimator : Low Energy, general purpose, parallel hole
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Radiofarmaka :
Tc-99m Red Blood Cells
Dosis : 30 mCi Tc-99m
Cara Melabel : In vitro
Suntikan intra vena
Catatan :
Pasien diberikan 0,03 ml/kg BB stannous pyrophosphate intra
vena. Tunggu 20-30 menit, disuntikkan 99mTc intra vena.
Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan

Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Protokol Akuisisi

Posisi pasien berbaring terlentang di bawah FOV kamera


yang besar (meliputi abdomen dan pelvis)

Dynamic Flow : 120 frame/15 sec matrix 128X128


dilanjutkan dengan static 300 Kcount Matriks 245X256
pada menit ke 30.
Dilanjutkan dengan static selama 5 menit pada 1,,3 jam
serta SPECT CT dan 24 jam bila perlu.
Adanya gambaran peningkatan aktivitas pada daerah yang
dicurigai
Waktu Pemeriksaan :

3 jam :

1 jam untuk pengambilan darah

4 jam untuk pencitraan

Pencitraan lanjut 24 jam sesudah pemeriksaan pertama bila


dimintakan
Wanita hamil / menyusui
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi Divisi kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN MECKEL SCAN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan divertikulum Meckel menggunakan radiofarmaka
Memperlihatkan mukosa divertikulum Meckel
Perdarahan saluran cerna yang dicurigai disebabkan oleh
divertikulum Meckel
115

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Wanita hamil / menyusui


Peralatan dan Energy Window :
Gamma Camera : LEHR
Collimator : Low Energy,
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Siapkan Radiofarmaka Tc-99m pertechnetate dalam spuit
dengan aktivitas 1-5 mCi

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Suntikkan Radiofarmaka Tc-99m pertechnetate intravena


pada vena cubiti
Lakukan dynamic scan selama 30 menit pada daerah
abdomen (120 frame, per frame 15 second)
Lakukan static scan pada 1 jam PI. (300 second, 500
Kcount)

Melihat adanya aktivitas patologis di daerah yang dicurigai


sebagai divertikulum Meckel .
4 jam
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
SKINTIMAMMOGRAFI (99mTc SESTAMIBI)

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan tumor payudara dengan
radiofarmaka sestamibi
Mendeteksi adanya keganasan pada payudara

menggunakan

116

Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Tumor payudara yang dicurigai keganasan dengan


pemeriksaan ultrasonografi dan mamografi.
Penyakit keganasan payudara yang telah dicurigai
bermetatasis ke KGB aksilla.
Membedakan tumor payudara residif dengan jaringan parut,
pada kasus pasca terapi.
Wanita hamil / menyusui
Tidak diperlukan persiapan khusus.
Radiofarmaka : 99m Tc-sestamibi dengan dosis 15 mCi.
Pemberian secara intravena pada vena mediana cubiti
kontralateral payudara yang diperiksa atau vena di daerah
dorsalis pedis
Peralatan
Kamera gamma planar dilengkapi data prosesor.
Kolimator LEHR/LEGP.
Puncak energi: 140 KeV
Window wide : 20 %
Posisi penderita:
Posisi prone :
Menggunakan mammopad khusus, dimana kedua mammae
dapat menggantung dengan bebas, tangan ke atas. Pencitraan
planar statik lateral, kolimator sedekat mungkin dengan kedua
payudara, aksila dimasukkan dalam lapangan, matrix 256x256
selama 10 menit, kemudian diambil lagi selama 3 menit
menggunakan nipple marker.
Posisi anterior :
Tangan di belakang kepala, dilakukan pencitraan planar statik
selama 10 menit dan 3 menit menggunakan nipple marker.
Adanya peningkatan aktivitas PADA LESI yang dicurigai
60 menit
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
ABLASI KARSINOMA TIROID BERDIFERENSIASI BAIK

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Penghancuran sisa-sisa jaringan thyroid dengan menggunakan
radionuklida
117

Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Menghancurkan sisa jaringan thyroid pasca operasi total


thyroidectomi
Karsinoma tiroid papiler dan folikuler berdiferensiasi baik
Wanita hamil / menyusui
Pasien bebas obat-obatan yang mengandung Yodium 10 hari
Protokol pengobatan :
o Lakukan sidik kelenjar tiroid dan seluruh tubuh (SST/whole
body scan) dengan 2 5 mCi 131I dalam 4-6 minggu
pascatiroidektomi total untuk mengetahui adanya sisa jaringan
tiroid di thyroid bed dan kemungkinan metastasis. Periksa
kadar TSHs dan tiroglobulin (Tg) sebagai pembanding, pasien
jangan diberikan terapi substitusi dahulu.
o Bila pada sidik kelenjar tiroid tampak jaringan tiroid masih
utuh (satu lobi), rujuk kembali penderita kepada dokter
bedahnya untuk dilakukan tiroidektomi total.
o Bila hanya dijumpai sisa jaringan tiroid, dilakukan tiroablasi
dengan dosis 50 mCi. Pasien dirawat di kamar isolasi sampai
paparan radiasi mencapai 1 mrm/m/jam.
Pascaablasi berikan terapi substitusi dan dianjurkan pasien
kontrol 6 bulan lagi, 1 bulan sebelum kontrol pasien diminta
stop terapi substitusi sedikitnya 4 minggu dan diperiksa kadar
TSHs serta Tg sebelum dilakukan sidik seluruh tubuh (SST).
Bila tidak dijumpai sisa jaringan tiroid atau metastase pada
sidik seluruh tubuh (SST), maka pasien langsung beri terapi
substitusi dan diminta kontrol kembali 6 bulan kemudian.
o Bila SST (+), kadar TSHs dan Tg tinggi, maka diberikan terapi
150 mCi dan pasien dirawat kembali di kamar isolasi,
penderita pulang bila paparan radiasi sudah dalam batas yang
aman. Pasien dianjurkan untuk kontrol 6 bulan kemudian
dengan ketentuan seperti diatas.
Selanjutnya penderita dievaluasi setiap 6 bulan sekali sampai
dinyatakan bersih.
o Terapi dihentikan bila SST (-), kadar serum TSHs tinggi dan
Tg rendah. Apabila kadar serum Tg tinggi, walaupun SST (-)
merupakan indikasi untuk melanjutkan terapi. Dosis maksimal
yang dapat diberikan adalah sebanyak 1 Curie.
o Bila dalam 2 kali waktu kontrol (6 bulan) berturut-turut hasil
pemeriksaan baik, maka masa kontrol diperpanjang menjadi 1
tahun sekali. Bila hasil pemeriksaan 2 kali waktu kontrol (1
tahun) berturut-turut baik pula maka penderita dianjurkan
untuk kontrol 2 tahun sekali. Bila 2 kali waktu kontrol (2 tahun)
hasil pemeriksaan baik, maka penderita dianjurkan untuk
kontrol kembali 5 tahun sekali.
Adanya gambaran peningkatan aktivitas indikasi adanya sisa
tiroid di leher atau tempat lain sebagai metastasis
45 menit
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

118

Pemeriksaan :
ABLASI HIPERTIROID DENGAN IODIUM RADIOAKTIF
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Memberikan terapi internal dengan menggunakan radionuklida
119

Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

pada keadaan hipertiroid


Menurunkan aktivitas sel-sel folikel tiroid yang selanjutkan akan
menghilangkan/mengurangi gejala-gejala toksik tiroid pada
kondisi hipertiroid
semua jenis hipertiroidi, kecuali : tirotosikosis faktitia, hipertiroidi
dalam kehamilan atau sedang laktasi dan hipertiroidi selintas
postpartum.
Wanita hamil / menyusui
Obat atau makanan yang mengandung iodium tinggi dihentikan
paling kurang satu minggu sebelumnya.
Obat-obat antitiroid dihentikan paling kurang 5 hari sebelumnya.
Pada hari pemberian pasien puasa, dan baru boleh makan satu
jam setelah pemberian 131I.
Radiofarmaka
NaI-131 dengan dosis sesuai perhitungan berdasarkan uptake
pada pemeriksaan thyroid scan (< 50 mCi), diberikan per oral.

Prosedur Tindakan
Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Referensi

Catatan
Dosis ditentukan menggunakan rumus tertentu, berdasarkan
uptake dan perkiraan berat kelenjar tiroid :
Efek samping yang perlu diperhatikan :
eksaserbasi tirotoksikosis, jarang terjadi (biasanya dalam satu
minggu pasca
pengobatan)
Rasa pembengkakan didaerah tiroid dan mulut kering
(biasanya hilang sendiri).
Hipotiroidi selintas (biasanya 3-6 bulan pasca-pengobatan)
Hipotiroidi menetap (dipantau dengan menentukan kadar
TSHs secara periodic 3-6 bulan sekali)
Apabila dalam 3-6 bulan belum menunjukan perbaikan,
pengobatan dengan iodium radioaktif dapat diulang kembali.
Pasien wanita atau istri pasien pria tidak dibolehkan hamil
selama 6 bulan pasca pengobatan; pakailah obat / alat
kontrasepsi selama waktu tersebut.
Pasien dianjurkan untuk tidak berada dekat dengan bayi atau
anak-anak berusia di bawah 12 tahun atau wanita hamil
selama paling kurang 2 hari setelah pengobatan.
Periksa tiroid uptake scan, untuk perlindungan pemberian dosis
berikan dosis sesuai dengan perhitungan tersebut
Hasil terapi dapat dinilai dengan menghitung tangkapan aktivitas
thyroid setelah 3 bulan pasca terapi yang diharapkan menurun
dibanding sebelum terapi
30 menit
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan

SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto


Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

120

Pemeriksaan :
TINDAKAN PALIATIF SAMARIUM PADA METASTASIS TULANG
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pengobatan / terapi paliatif untuk mengurangi rasa nyeri pada
tulang akibat proses metastasis dengan menggunakan
radionuklida Samarium
Untuk menghilangkan / mengurangi rasa nyeri serta mengurangi
proses destruksi pada tulang akibat proses metastasis suatu
keganasan
Rasa nyeri akibat proses metastasis ke tulang
Pengobatan tidak dapat diberikan kepada pasien wanita yang
sedang hamil atau laktasi, pasien dengan fraktur patologis dan
pemeriksaan darah tepi abnormal.
Pemeriksaan sidik tulang untuk memastikan adanya proses
metastasis ke tulang yang bersifat menangkap radiofarmaka
Radiofarmaka
153
Sm-EDTMP 0,5 1 mCi/kgBB intravena
Sidik tulang dilakukan 4 jam setelah penyuntikkan untuk
memastikan radiofarmaka telah memasuki tulang yang terkena
metastasis.
Catatan

Prosedur Tindakan

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Penilaian
Pengertian
Lama Tindakan
Komplikasi
Tujuan
Wewenang
Indikasi
Unit
Yang Mengerjakan
Kontraindikasi
Dokumen
Terkait
Prosedur Persiapan
Referensi

Pengobatan paliatif dapat diberikan bersama-bersama


dengan radioterapi
eksterna, kemoterapi dan terapi hormonal bila keadaan umum
pasien memungkinkan.
Pemeriksaan
:
Pengobatan
ulang dapat diberikan bila rasa nyeri timbul
PEMERIKSAAN
KNF bulan
DENGAN
SESTAMIBI
kembali 3-24
pasca
pengobatan paliatif dengan
radionuklida dapat diberikan bila jumlah trombosit > 60.000/ml
No. Dokumen
: > 2.400/ml. No. Revisi :
Halaman :
dan leukosit
153

Setelah Pasien di berika Sm-EDTMP


0,5 1 mCi/kgBB intravena Pasien menunggu 3-4 jam PI.
Tanggal
Terbit :
Ditetapkan
oleh Direktur
Utama,

Lakukan
Scan Whole
body Pada
seluruh
153
tubuh pasien ( untuk melihat distribusi Sm-EDTMP pada
seluruh tulang. Dilakukan pemeriksaan seluruh tubuh (whole
body scan) dari posisi anterior dan posterior. Pemeriksaan
dalam frame berukuran matrix 256 x 256 sebanyak 700
Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)
Kcounts. Posisi pencitraan : anterior dan posterior.
NIP. 140 105 247
153
Sm-EDTMPuntuk
masukmendeteksi
kedalam tulang
dengannasofaring
merata
Pemeriksaan
karsinoma
dengan
4menggunakan
jam
radiofarmaka sestamibi
Efek
samping tumor aktif pada daerah nasofaring, perluasannya
Mengevaluasi
Mielosupresi
yang bersifat
sementara
dan relatif
ringan
(2-4
dan penyebarannya
ke kelenjar
getah bening
regional
sebelum
minggu)
dan sesudah terapi
Spesialis
konsultan
kedokteran
nuklir
Karsinomaradiologi
Nasofaring
pre dan
pasca terapi
Departemen
Radiologi
divisi
kedokeran
nuklir
0
Wanita hamil / menyusui
Peralatan
Surat dan
pengantar
dokter: / klinisi
Energydari
Window
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

121

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Gamma Camera : LEHR


Collimator : Low Energy,
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Siapkan Radiofarmaka Tc-99m Sestamibi dalam spuit
dengan aktivitas 20 mCi
Suntikan Radiofarmaka Tc-99m sestamibi intra vena pada
vena cubiti
Lakukan static scaning (300second dan 300 Kcount) daerah
nasofaring pada menit ke 30 setelah penyuntikan. Posisi
anterior, posterior dan lateral kanan dan lateral kiri.
Setelah 3 jam PI Lakukan SPECT-CT pada daerah
nasofaring
Melihat adanya tangkapan aktivitas patologis di daerah
nasofaring dan sekitarnya serta di kelenjar getah bening regional
Untuk static scan 30 menit dan SPECT CT 30 menit
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN BRAIN SPECT DENGAN SESTAMIBI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan cerebral untuk mendeteksi tumor dengan
menggunakan radiofarmaka sestamibi
Mendeteksi adanya sisa tumor yang aktif di cerebral pasca
operasi
Tumor intracerebral
Wanita hamil / menyusui
Peralatan dan Energy Window :
122

Gamma Camera : LEHR


Collimator : Low Energy,
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Siapkan Radiofarmaka Tc-99m Sestamibi dalam spuit
dengan aktivitas 20 mCi
Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Suntikkan Radiofarmaka Tc-99m sestamibi intra vena pada


vena cubiti
Lakukan static scaning (300second dan 300 Kcount) daerah
nasofaring pada menit ke 30 setelah penyuntikan. Posisi
anterior, posterior dan lateral kanan dan lateral kiri.
Setelah 3 jam PI Lakukan SPECT-CT pada daerah cerebral

Melihat adanya aktivitas di daeral cerebral


Untuk static scan 30 menit dan SPECT-CT 30 menit
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN LIMPHOSCINTIGRAFI Tc-99m SESTAMIBI

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan untuk mendeteksi tumor kelenjar getah bening
(limfe) maupun organ retikuloendotel lain dengan menggunakan
radiofarmaka sestamibi
Mendeteksi adanya tumor aktif di kelenjar getah bening, maupun
organ retikuloendotel lain.
Limfoma
123

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Wanita hamil / menyusui


Peralatan dan Energy Window :
Gamma Camera : LEHR
Collimator : Low Energy,
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Siapkan Radiofarmaka Tc-99m Sestamibi dalam spuit
dengan aktivitas 20 mCi

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Suntikan Radiofarmaka Tc-99m sestamibi intra vena pada


vena cubiti
Lakukan Whole body scan pada jam Ke 1, 3 dan 24 jam, bila
di perlukan lakukan SPECT-CT pada jam Ke 3 PI .

Melihat adanya aktivitas di kelenjar limfe atau organ


retikuloendotel lainnya.
4 jam
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN LIVER SCAN ( HEPATOMA )
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan parenkim hepar dengan menggunakan
radiofarmaka
Memperlihatkan parenkim hepar normal dan distribusi kelainan
parenkim bila terdapat SOL
Hepatoma, SOL/tumor inraparenkim hepar
124

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Wanita hamil / menyusui


Peralatan dan Energy Window :
Gamma Camera : LEHR
Collimator : Low Energy,
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Siapkan Radiofarmaka Tc-99m Sulfur coloid spuit dengan
aktivitas 5mCi

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Suntikan Radiofarmaka Tc-99m Sulfur coloid intra vena


pada vena cubiti
Lakukan static scan daerah liver gambaran anterior,
posterior , lateral kanan kiri, RAO, LPO, LAO, RPO, selama
500Kcount SPECT-CT bila dfi perlukan.

Melihat distribusi aktivitas parenkim hepar


2 jam
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN LYMPHOSCINTIGRAPHY NANOCIS

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan aliran limfe dengan menggunakan radiofarmaka
Menilai aliran limfatik dari perifer menuju sentral
Edema ekstremitas dengan kecurigaan sumbatan limfatik (akibat
tumor,infeksi,dsb); kecurigaan kebocoran saluran limfatik dengan
125

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

adanya chilluria, chill-ascites, chillus pada efusi pleura


Wanita hamil / menyusui
Peralatan dan Energy Window :
Gamma Camera : LEHR
Collimator : Low Energy,
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Siapkan Radiofarmaka Tc-99m Nanocis dalam spuit dengan
aktivitas 1 mCi per tungkai dalam 0,3 cc

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Suntikan Radiofarmaka Tc-99m nanocis intra cutan pada


sela-sela jemari kaki.
Lakukan whole body scan pada 1 jam dan 3 jam serta 24
jam PI, SPECT-CT bila di perlukan.

Melihat lancar/tidaknya aliran limfe dan adanya akumulasi


aktivitas di kelenjar limfe yang relatif simetris
4 jam
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN GASTRIC EMPTYING
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan
waktu
pengosongan
lambung
menggunakan radiofarmaka
Mengevaluasi lamanya pengosongan lambung

dengan

126

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Keluhan gastro-intestinal yang dicurigai berkaitan dengan


gangguan pengosongan lambung
Wanita hamil / menyusui
Peralatan dan Energy Window :
Gamma Camera : LEHR
Collimator : Low Energy,
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Siapkan Radiofarmaka Tc-99m Sulfur coloid dalam spuit
dengan aktivitas 1 sampai 2 mCi
Siapkan telur dadar orek
Campurkan Tc-99m Sulfur coloid dalam telur dadar orek
Pasien makan telur dadar orek yang telah di berikan Tc99Mm sulfur coloid
Lakukan dinamic scan selama 2 jam pada daerah gaster
dengan 480 frame, 15 second per frame.
Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan
aktivitas dari dalam lambung sehingga setidaknya tersisa dari
aktivitas awal di dalam lambung (T1/2)
2 jam
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN SENTINEL NODE LYMPHOSCINTIGRAPHY

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan kelenjar getah
menggunakan radiofarmaka

bening

regional

payudara
127

Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Melihat penyebaran tumor dari payudara ke kelenjar getah


bening sekitar payudara atau axilla sebelum tindakan mastektomi
dan diseksi kelenjar
Karsinoma payudara dengan kecurigaan keterlibatan kelenjar
getah bening regional
Wanita hamil / menyusui
Peralatan dan Energy Window :
Gamma Camera : LEHR ; Collimator : Low Energy,
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Siapkan Radiofarmaka Tc-99m nanocis dalam spuit
dengan aktivitas 1 mCi dalam 1 cc
Suntikan intra muskuler Tc-99m nanocis pada daerah
sekitar benjolan di mammae pada empat titik.
Lakukan dinamic scan selama 30 menit
pada daerah
mammae dan axilla dengan 120 frame, 15 second per
frame.
Lakukan static scan selama 300 second, 500 Kcount.
Proyeksi anterior, posterior dan lateral
Melihat adanya tangkapan aktivitas patologis di kelenjar getah
bening sekitar payudara dan axilla
2 jam
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN LUNG PERFUSION SCAN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
128

Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Pemeriksaan perfusi organ paru menggunakan radiofarmaka


Memperlihatkan abnormalitas perfusi organ paru
Kecurigaan emboli paru dan adanya gangguan perfusi paru,
serta evaluasi perfusi paru pasca lobektomi
Wanita hamil / menyusui
Peralatan dan Energy Window :
Gamma Camera : LEHR
Collimator : Low Energy,
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Siapkan Radiofarmaka Tc-99m MAA spuit dengan aktivitas
5mCi

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Melihat distribusi aktivitas di organ paru


2 jam
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Referensi

Suntikan Radiofarmaka Tc-99m MAA vena pada vena cubiti


Lakukan Statik scan daerah thorak gambaran anterior,
posterior, lateral kanan kiri, RAO, LPO, LAO, RPO, selama
500Kcount SPECT-CT bila diperlukan.

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN LUNG VENTILATION SCAN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
129

Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Pemeriksaan ventilasi organ paru menggunakan radiofarmaka


Memperlihatkan abnormalitas ventilasi organ paru
Kecurigaan gangguan ventilasi paru
Wanita hamil / menyusui
Peralatan dan Energy Window :
Gamma Camera : LEHR
Collimator : Low Energy,
Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
Siapkan Radiofarmaka Tc-99m DTPA dalam spuit dengan
aktivitas 5mCi kemudian dimasukkan dalam tabung
nebulizer

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Radiofarmaka Tc-99m DTPA diberikan per inhalasi dengan


menggunakan alat nebulizer close loop
Pasien menghirup zat radioaktif selama 2-3 kali tarikan
napas
Pasien diposisikan supine di meja pemeriksaan
Lakukan static scan daerah thorak, proyeksi anterior,
posterior, lateral kanan-kiri, RAO, LPO, LAO, RPO, selama
500 Kcount SPECT-CT bila di perlukan.

Melihat distribusi aktivitas di organ paru


2 jam
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN CYSTERNO SCINTIGRAPHY
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
130

Pengertian

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Pemeriksaan anatomi dan distribusi cairan serebro-spinal


dengan menggunakan radiofarmaka
Mengevaluasi anatomi ruang subaracnoid dan distribusi cairan
serebro spinal
Hidrosefalus, kebocoran LCS, kelainan yang berhubungan
dengan ruang subarachnoid
Wanita hamil / menyusui
Peralatan dan Energy Window :
o Gamma Camera : LEHR
o Collimator : Low Energy,
o Window width: 20% dipusatkan pada 140 kev
o Siapkan Radiofarmaka Tc-99m DTPA spuit dengan aktivitas
20 mCi

Prosedur Tindakan

Tujuan
Indikasi

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Suntikan Radiofarmaka Tc-99m DTPA intra techal melalui


pungsi lumbal
Lakukan static scan 1, 2, 3, 6 dan 24 jam, SPECT-CT bila di
perlukan, static scan dilakukan selama 500 Kcount, SPECTCT bila diperlukan.

Melihat anatomi dan distribusi cairan cerebro spinalis


6 jam
Hampir tidak ada
Spesialis radiologi konsultan kedokteran nuklir
Departemen Radiologi divisi Kedokteran nuklir
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
SPO Sub Bagian Kedokteran Nuklir RSUPN. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
SPO Kedokteran Nuklir Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Standard Normal Procedure of Nuclear Medicine, Nuclear
Medicine Department, St. Vincent Hospital, New York, 2000.
Early PJ. Sodee DB. Principle and Practice of Nuclear
Medicine. 2nd ed. St. Louis : Mosby; 1995.

Pemeriksaan :

TATALAKSANA SYOK ANAFILAKTIK


No. Dokumen :
Tanggal
Terbit :
DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


131

NIP. 140 105 247


Pengertian

Syok anafilaktik adalah reaksi hipersensitivitas sistemik atau


menyeluruh (generalisata) yang hebat dan potensial membahayakan
jiwa (The European Academy of Allergology and Clinical Immunology
Nomenclature Committee)
Ditandai dengan gangguan jalan napas dan atau pernapasan yang
berat dan atau kolaps kardiovaskular/sirkulasi yang membahayakan
jiwa, disertai perubahan warna kulit dan mukosa.Pencetusnya adalah
makanan, obat-obatan, dan racun (venom).
Reaksi anafilaksis dapat ditegakkan jika ditemukan 3 gejala dan tanda
berikut:

Timbul gejala mendadak dan memburuk dalam waktu


cepat (pasien akan terlihat dan merasa tidak enak, gelisah dan
memburuk dalam hitungan menit)

Gangguan jalan napas dan atau pernapasan dan atau


sirkulasi yang berat

Perubahan kulit dan mukosa (kemerahan / flushing,


urtikaria, angioedema)

Hal-hal lain yang menunjang penegakkan diagnosis adalah adanya


paparan faktor pencetus/alergen yang telah diketahui sebelumnya
Perubahan kulit dan mukosa saja bukan merupakan tanda anafilaksis.
Perubahan kulit dan mukosa dapat samar/tidak jelas atau tidak muncul
pada 20% kasus (beberapa pasien hanya menunjukkan gejala
hipotensi/penurunan tekanan darah kolaps sirkulasi
Dapat disertai gejala gastrointestinal (muntah, nyeri perut, diare)
Gangguan Jalan napas / Airway:
Bengkak jalan napas (edema tenggorokan / lidah / faring / laring.
Pasien merasa sulit bernapas dan menelan dan merasa
kerongkongannya tertutup
Suara serak
Stridor (bunyi napas inspirasi akibat obstruksi jalan napas atas)
Gangguan Pernapasan/Breathing:
Napas cepat dan dangkal (frekuensi napas meningkat)
Bunyi mengi / wheezing.
Pasien kelelahan/ fatigue
Kesadaran menurun (confuse) karena hipoksia
Sianosis (tampak kebiruan) hipoksia berat (tanda akhir)
Henti napas
Gangguan sirkulasi :
Tanda syok : pucat dan keringat dingin
Frekuensi nadi meningkat (takikardia)
Penurunan tekanan darah (hipotensi)
Pusing, sampai pingsan/kolaps/kehilangan kesadaran
Anafilaksis dapat menyebabkan iskemia miokard dan perubahan EKG
termasuk pada pasien yang normal sekalipun (tanpa penyakit
jantung koroner sebelumnya)
Henti jantung
Tujuan

Indikasi
Kontraindikasi
Kebijakan

Prosedur Tindakan

Deteksi dini dan tatalaksana segera reaksi anafilaksis


Rekomendasi terapi yang sederhana, mudah untuk dipelajari dan
diaplikasikan dan sesuai untuk sebagian besar pasien dengan reaksi
anafilaksis

Penatalaksanaan syok anafilaktik dilakukan oleh dokter konsultan atau


residen atau perawat yang telah terlatih dan dinyatakan mampu
melakukan tatalaksana dengan segera dan tepat.
Tindakan penatalaksanaan dan obat- obatan yang diberikan dicatat
pada rekam medis pasien
Suntikan Radiofarmaka Tc-99m DTPA intra techal melalui pungsi
lumbal
132


Prosedur

Lakukan static scan 1, 2, 3, 6 dan 24 jam, SPECT-CT bila di perlukan,


static scan dilakukan selama 500 Kcount, SPECT-CT bila diperlukan.

Dinilai A (airway), B (breathing), C(circulation), D(disability), Exposure(E)


Kemudian ditegakan diagnosis syok anafilaktik
Baringkan pasien, elevasi tungkai, panggil bantuan.
Injeksi adrenalin

Atasi jalan napas


Oksigen aliran tinggi
Beri cairan intravena
Chlorphenamin
Hidrokortison

Monitor :
pulse oksimetri
NIBP
EKG

Algoritma Reaksi Anafilaksis

133

Unit terkait

Dokumen terkait
Referensi

Unit Departemen Radiologi yang melakukan penyuntikan kontras


intravena
Unit Departemen Radiologi yang melakukan penyuntikan obat
Rekam medis pasien

134

PEMERIKSAAN RADIOLOGI ANAK

135

Pemeriksaan :
RADIOLOGI ANAK TORAKS DAN SINUS PARANASAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan radiologi anak merupakan pemeriksaan radiologi
pada anak-anak yang ditujukan pada organ-organ :
1. Toraks dan traktus respiratorius bagian atas.
2. Sistem muskuloskeletal.
3. Traktus urinarius dan system reproduksi.
4. Traktus digestivus.
5. Susunan saraf pusat dan spinal.
6. Organ superfisial seperti tiroid dan testis
Pemeriksaan radiologi anak dapat dibagi atas
pemeriksaan radiologi dengan dan tanpa kontras.
1.
Dapat digunakan sebagai pedoman dokter
spesialis radiologi, PPDS1 Bagian Radiologi, radiografer dan
perawat di Bagian Radiologi dalam menjalankan tugasnya.
2.
Pemeriksaan radiologi dapat dilaksanakan
dengan benar, teliti dan aman.
3.
Memperoleh gambaran radiologik yang
optimal
4.
Menghindari
atau
memperkecil
kesalahan/efek samping yang mungkin dapat terjadi dalam
pemeriksaan radiologi
KEBIJAKAN :
1. Pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan kontras media
dilakukan oleh radiografer dibawah supervisi PPDS1 Bagian
Radiologi yang bertugas dan atau dokter spesialis radiologi.
2. Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras media
dilakukan oleh PPDS1 Bagian Radiologi yang sedang
bertugas dan atau dokter spesialis radiologi dengan dibantu
oleh radiografer dan atau perawat radiologi
3. Untuk pasien gawat darurat dimana perlu tindakan segera,
dapat segera dilakukan pemeriksaan radiologi.
Sesak nafas, batuk, demam, trauma, persiapan operasi, dll.

Persiapan pasien ialah aturan-aturan yang harus dijalani


pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi.
Tujuannya ialah agar gambaran radiologik yang optimal
dapat dicapai sehingga dapat membantu akurasi ekspertise
dokter spesialis radiologi.
Pada pemeriksaan foto toraks dan sinus paranasal tidak
dibutuhkan persiapan.
1. Pemeriksaan radiologi toraks tanpa kontras
Tujuan pemeriksaan ini ialah untuk memperlihatkan struktur
morfologi organ-organ dalam rongga toraks seperti jantung
dan pembuluh darah besar, paru-paru, rongga pleura dan
struktur organ lain dalam rongga mediastinum dan paru.
Dibuat dalam posisi tegak AP atau PA sampai usia 4 tahun,
di atas 4 tahun dalam posisi tegak PA, sebaiknya disertai
foto lateral untuk memperlihatkan kelainan-kelainan dalam 2
dimensi.
Pada posisi AP, anak tidur telentang dan hanya digunakan
pada anak di bawah usia 4 tahun.
2. Dapat ditambah posisi sinar horizontal, decubitus, high-kV
technique, inspirasi dan ekspirasi
3. Fluoroskopi digunakan pada kasus obstruksi bronchial atau
136

kecurigaan kelainan diafragma.

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

4. Pemeriksaan radiologi toraks dengan kontras


Untuk memperlihatkan struktur jantung dan pembuluh darah
besar dilakukan pemeriksaan cor analisa dengan meminum
barium sebelum pembuatan foto toraks PA dan lateral.
5. Untuk penderita dengan kelainan keadaan umum lebih
berat dapat dibuat foto dalam posisi berbaring
6. Pemeriksaan sinus paranasal
Tujuan pemeriksaan ini adalah memperlihatkan struktur
sinus paranasal, septum nasi, konkha
nasalis dan
adenoid. Untuk pemeriksaan ini dibutuhkan foto posisi
Waters dengan mulut terbuka dan lateral. Bila perlu dibuat
foto kepala posisi AP.
7. Daerah gonad dan tiroid dilindungi apron khusus untuk
proteksi radiasi.
1. Foto toraks ;
Seperti pada orang dewasa dengan batas terlihat setinggi Th
8-9
Di tambah dengan penilaian mediastinum
Tulang dan jaringan lunak
2. Sinusparanasal :
Seperti pada orang dewasa dengan mempertimbangkan
usia anak disesuai kan dengan perkembangan sinus
paranasal.
10 menit

Foto dibuat oleh radiografer.


Hasil foto dinilai oleh PPDS1 Bagian Radiologi yang
bertugas dan atau dokter spesialis radiologi

Untuk kasus di luar jam kerja dinilai oleh PPDS1 Bagian


Radiologi yang bertugas, untuk kasus sulit dapat
dikonsultasikan ke dokter spesialis radiologi yang bertugas
jaga.
Unit Radiologi
Surat pengantar dari dokter / klinisi
1. Gyll Catherine, Cleaver Susan, A Handbook of Paediatric
Radiography, 1977.
2.
Blickman Johan G, Paediatric Radiology, 1994.
3.
Siegel Marilyn, Pediatric Sonography, second
edition,1996.

137

Pemeriksaan :
RADIOLOGI ANAK SISTEM MUSKULOSKELETAL
No. Dokumen :

No. Revisi :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan radiologi anak merupakan pemeriksaan radiologi
pada anak-anak yang ditujukan pada organ-organ :
1.
Toraks dan traktus respiratorius bagian atas.
2.
Sistem muskuloskeletal.
3.
Traktus urinarius dan system reproduksi.
4.
Traktus digestivus.
5.
Susunan saraf pusat dan spinal.
6.
Organ superfisial seperti tiroid dan testis
Pemeriksaan radiologi anak dapat dibagi atas pemeriksaan
radiologi dengan dan tanpa kontras.
1. Dapat digunakan sebagai pedoman dokter spesialis
radiologi, PPDS1 bagian Radiologi, radiografer dan perawat
di Bagian Radiologi dalam menjalankan tugasnya.
2.
Pemeriksaan radiologi dapat dilaksanakan dengan
benar, teliti dan aman.
3.
Memperoleh gambaran radiologik yang optimal
4.
Menghindari atau memperkecil kesalahan/efek samping
yang mungkin dapat terjadi dalam pemeriksaan radiologi
KEBIJAKAN :
1.
Pemeriksaan radiologi tanpa kontras dilakukan
oleh radiographer dibawah supervisi PPDS1 bagian radiologi
dan atau dokter spesialis radiologi
2.
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan
kontras media dilakukan oleh PPDS1 Bagian Radiologi dan
atau dokter spesialis radiologi dengan dibantu oleh
radiografer dan atau perawat radiologi
3.
Untuk pasien gawat darurat , dapat segera
dilakukan pemeriksaan radiologi
Nyeri, trauma, benjolan, kelainan congenital, kelainan
metabolisme

Prosedur Tindakan

Halaman :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Persiapan pasien ialah aturan-aturan yang harus dijalani


pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi.
Tujuannya ialah agar gambaran radiologi yang optimal dapat
dicapai sehingga dapat membantu akurasi ekspertise
PPDS1 Bagian Radiologi dan atau dokter spesialis radiologi
Pada pemeriksaan foto polos sistem muskuloskeletal tidak
dibutuhkan persiapan.
Pemeriksaan radiologi tanpa kontras posisi AP dan
lateral. Posisi oblique/tangensial hanya dilakukan bila perlu.
Daerah gonad dan tiroid dilindungi apron khusus
untuk proteksi radiasi.
Untuk penderita dengan kelainan keadaan umum
lebih berat dapat dibuat foto dalam posisi berbaring
Pemeriksaan foto polos tulang panjang/ekstremitas
: Dilakukan dengan mengambil gambar 1 kompartemen.
Pemeriksaan foto polos tulang vertebra.
Pemeriksaan foto polos tulang kepala
Pemeriksaan foto manus untuk menilai usia tulang
138

(bone-age).
Pemeriksaan USG terutama pada daerah coxae
atau massa jaringan lunak.
Sesuai dengan penilaian tulang pada orang dewasa ditambah
dengan penilaian terhadap :
Senter osifikasi.
Ukuran standard kepala anak pada foto kepala
Kelainan congenital
Pemeriksaan usia tulang disesuaikan dengan buku standar
atlas Greulich & Pyle
+ 10 menit
Pemeriksaan USG coxae/hip 30 menit
8.

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Foto dibuat oleh radiographer.


Hasil foto dinilai oleh PPDS1 Bagian Radiologi dan atau Dokter
Spesialis Radiologi
Unit Radiologi
Surat pengantar dari dokter / klinisi
1.
Gyll Catherine, Cleaver Susan, A Handbook of
Paediatric Radiography,1977.
2.
Blickman Johan G, Paediatric Radiology, 1994.
3.
Siegel Marilyn, Pediatric Sonography, second
edition,1996.

139

Pemeriksaan :
RADIOLOGI ANAK SISTEM TRAKTUS URINARIUS DAN
SISTEM REPRODUKSI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi

Kontraindikasi

Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan radiologi anak merupakan pemeriksaan radiologi
pada anak-anak yang ditujukan pada organ-organ :
1.
Toraks dan traktus respiratorius bagian atas.
2.
Sistem muskuloskeletal.
3.
Traktus urinarius dan system reproduksi.
4.
Traktus digestivus.
5.
Susunan saraf pusat dan spinal.
6.
Organ superfisial seperti tiroid, payudara dan testis
Pemeriksaan radiologi anak dapat dibagi atas pemeriksaan
radiologi dengan dan tanpa kontras.
1.
Dapat digunakan sebagai pedoman dokter spesialis
radiologi, PPDS1 Bagian Radiologi, radiografer dan perawat
di Bagian Radiologi dalam menjalankan tugasnya.
2.
Pemeriksaan radiologi dapat dilaksanakan dengan
benar, teliti dan aman.
3.
Memperoleh gambaran radiologik yang optimal
4.
Menghindari atau memperkecil kesalahan/efek
samping yang mungkin dapat terjadi dalam pemeriksaan
radiologi
KEBIJAKAN :
1.
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan
kontras media dilakukan oleh PPDS 1 Bagian radiologi,
dokter spesialis radiologi dengan dibantu oleh radiografer
dan atau perawat radiologi
2.
Pasien rawat jalan yang memerlukan persiapan
sebelum pemeriksaan radiologi diberi penjelasan baik lisan
maupun tertulis oleh petugas radiologi di loket pendaftaran.
3.
Pasien rawat inap yang memerlukan persiapan
sebelum pemeriksaan radiologi diberi penjelasan baik lisan
maupun tertulis oleh perawat di unit perawatan.
4.
Pasien yang mendaftar melalui telpon yang
memerlukan persiapan sebelum pemeriksaan radiologi diberi
penjelasan lisan oleh petugas radiologi di loket pendaftaran.
5.
Untuk pasien gawat darurat dimana perlu tindakan
segera, dapat dilakukan pemeriksaan radiologi tanpa
persiapan
(misalnya : foto polos abdomen, foto
abdomen 2 posisi, IVP, CT scan abdomen dll).
Infeksi saluran kencing berulang, kecurigaan batu traktus
urinarius, kelainan congenital traktus urinarius, tumor
intraabdomen, trauma, inkontinensia, kecurigaan kelainan
neurologik vesica urinaria, undecensus testiculorum, dll
Kontraindikasi pemeriksaan dengan kontras IV: dehidrasi,
shock, alergi kontras IV, keadaan umum buruk, diabetes
mellitus, multiple myeloma, dekompensasi kordis, gangguan
ginjal (ureum > 80, kreatinin > 1,5)
Kontraindikasi pemeriksaan USG : tidak ada.
Persiapan pasien ialah aturan-aturan yang harus dijalani
140

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan

Komplikasi
Wewenang

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait

pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi.


Tujuannya ialah agar gambaran radiologik yang optimal
dapat dicapai sehingga dapat membantu akurasi ekspertise
PPDS1 Bagian Radiologi dan atau dokter spesialis radiologi

1.

Pemeriksaan radiologi tanpa kontras


Foto polos abdomen . dilakukan pada posisi supine AP
2.
Pemeriksaan pielografi intravena

Tidak dianjurkan pada anak usia kurang


dari 18 bulan

Dosis kontras IV1-2 ml/kgBB, maksimum


20 ml, menggunakan kontras low osmolarity

Dibuat foto polos, 1 dan 5 menit setelah


penyuntikan kontras di daerah ginjal, 20 menit setelah
pemberian kontras diambil seluruh abdomen, foto
khusus buli-buli penuh bila saat 20 menit belum penuh
dan post void. Posisi lain diambil bila perlu.

Selama pemeriksaan dapat diberikan


minum air untuk pengembangan lambung agar sistem
kaliks mudah dinilai.
3.
Pemeriksaan mixturating cystouretrography

Harus menggunakan fluoroskopi.

Kosongkan buli-buli, ukur residu urin.

Perbandingan kontras media : NaCl = 1 ; 3 atau 5

Gunakan infuse drip yang dihubungkan dengan


kateter folley, drip diletakkan setinggi 70-100cm dari
simfisis.

Pengisian dihentikan bila sudah berhenti sendiri


atau anak sudah ingin kencing.

Ukur seluruh cairan yang masuk.

Buat foto abdomen AP, termasuk kedua ginjal

Buli-buli penuh oblik kanan kiri

Foto pelvis dan uretra saat miksi (lateral) dan bulibuli post voiding.
4.
Genitografi :
Dipasang marker dan kateter di semua lubang yang ada
daerah urogenital dan anus.
Dimasukkan kontras media low osmolarity yang telah
diencerkan NaCl (seperti pada MCU) dalam monitor
fluoroskopi.
Buat foto posisi sesuai kebutuhan.
5.
USG ginjal dan buli-buli

Anak diperiksa pada posisi telentang, miring kanan


kiri atau tengkurap, seperti pada orang dewasa.

Pemeriksaan IVP : seperti pada orang dewasa.

Pemeriksaan MCU : dinilai anatomi system traktus


urinarius serta kelainannya dan refluks yang terjadi.

Genitografi : kelainan congenital yang terlihat serta


fistel bila ada.

USG ginjal/buli-buli : seperti pada orang dewasa


IVP tanpa kesulitan : 30 menit
MCU : 30 menit 1 jam
Genitografi : 30 menit
USG ginjal/buli-buli : 15 menit
Untuk penggunaan kontras media, sesuai dengan komplikasi
kontras media
Foto dibuat oleh radiographer dibawah supervisi PPDS1
Bagian Radiologi dan atau dokter spesialis radiology..
Penyuntikan kontras dilaksanakan oleh PPDS1 Bagian
Radiologi dan atau dokter spesialis radiology.
Hasil foto dinilai oleh PPDS1 Bagian Radiologi dan atau
dokter spesialis radiologi
Unit Radiologi
Surat pengantar dari dokter / klinisi
141

Referensi

Surat persetujuan tindakan


1. Gyll Catherine, Cleaver Susan, A Handbook of Paediatric
Radiography, 1977.
2. Blickman Johan G, Paediatric Radiology, 1994.
3. Siegel Marilyn, Pediatric Sonography, second edition,1996.

Pemeriksaan :
RADIOLOGI ANAK SISTEM TRAKTUS DIGESTIVUS

DEPARTEMEN RADOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan radiologi anak merupakan pemeriksaan radiologi
pada anak-anak yang ditujukan pada organ-organ :
1.
Toraks dan traktus respiratorius bagian atas.
2.
Sistem muskuloskeletal.
3.
Traktus urinarius dan system reproduksi.
4.
Traktus digestivus.
5.
Susunan saraf pusat dan spinal.
6.
Organ superfisial seperti tiroid dan testis
Pemeriksaan radiologi anak dapat dibagi atas pemeriksaan
radiologi dengan dan tanpa kontras.
1.
Dapat digunakan sebagai pedoman dokter spesialis
radiologi, PPDS I bagian radiologi, radiografer dan perawat
di Bagian Radiologi dalam menjalankan tugasnya.
2.
Pemeriksaan radiologi dapat dilaksanakan dengan
benar, teliti dan aman.
3.
Memperoleh gambaran radiologik yang optimal
4.
Menghindari atau memperkecil kesalahan/efek
samping yang mungkin dapat terjadi dalam pemeriksaan
radiology
KEBIJAKAN :
1. Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras media
dilakukan oleh PPDS1 Bagian Radiologi dan atau dokter
spesialis radiologi dengan dibantu oleh radiografer dan atau
perawat radiologi
2. Pasien rawat jalan yang memerlukan persiapan sebelum
pemeriksaan radiologi diberi penjelasan baik lisan maupun
tertulis oleh petugas radiologi di loket pendaftaran.
3. Pasien rawat inap yang memerlukan persiapan sebelum
pemeriksaan radiologi diberi penjelasan baik lisan maupun
tertulis oleh perawat di unit perawatan.
4. Pasien yang mendaftar melalui telpon yang memerlukan
persiapan sebelum pemeriksaan radiologi diberi penjelasan
lisan oleh petugas radiologi di loket pendaftaran.
5. Untuk pasien gawat darurat dimana perlu tindakan segera,
dapat dilakukan pemeriksaan radiologi tanpa persiapan
(misalnya : foto polos abdomen, foto abdomen 2 posisi,
barium enema pada pasien intususepsi, USG abdomen, CT
scan dll).
a.
Pada anak dengan keluhan muntah, gangguan
bab, sering tersedak, dengan kelainan yang diduga ada di
esophagus, lambung, duodenum, jejunum-ileum, colon,
142

Kontraindikasi

Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

apendiks seperti malrotasi, duodenal web, hipertrofi pilorik,


prolaps mukosa gaster, achalasia, apendisitis, morbus
Hirschprung. Intususepsi, diare dll
b.
Kontrol sesudah tindakan/terapi.

Tidak ada kontraindikasi untuk


pemeriksaan foto polos abdomen.

Kontraindikasi untuk pemeriksaan


dengan kontras barium :
a. Pasien dengan kemungkinan aspirasi barium
b. Posisi prone sinar horizontal tidak dianjurkan untuk
pasien dengan dugaan peritonitis.
c. Pasien dengan tanda-tanda perforasi.
d. Pasien dengan tanda ileus obstruksi atau paralitik.
e. Pasien dengan tanda peritonitis.
f. Keadaan umum pasien yang buruk
Persiapan pasien ialah aturan-aturan yang harus dijalani
pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi.
Tujuannya ialah agar gambaran radiologi yang optimal dapat
dicapai sehingga dapat membantu akurasi ekspertise
PPDS1 Bagian radiologi dan atau dokter spesialis radiologi
OMD dan USG system bilier :
o Anak < 2 tahun: puasa 3 4 jam sebelum
pemeriksaan.
o Anak > 6 tahun: puasa 6 jam sebelum pemeriksaan
Barium enema : tidak memerlukan persiapan.
A. Foto polos abdomen
Pada posisi supine ( AP)
B. Foto abdomen 2 posisi
Posisi supine (AP), supine dengan sinar horizontal.
C. Foto abdomen 3 posisi
Posisi supine (AP), supine sinar horizontal dan posisi prone
sinar horizontal.
D. Pada kasus dengan kecurigaan atresia ani
Dilakukan beberapa jam setelah seharusnya udara telah
mencapai daerah distal.
Posisi inverted view
E. Pemeriksaan Barium meal - follow through
Cairan Ba sulfat dapat diberikan dengan gelas, botol
susu atau melalui NGT.
Larutan barium sulfat dalam garam fisiologis 1:3 1:4,
120-200w/v%
Pemeriksaan dilakukan dengan fluoroskopi, meliputi
organ : esophagus, lambung dan
duodenum
Foto keseluruhan diambil pada posisi supine, spot di
daerah bulbus duodeni , kardia, pylorus
atau daerah yang dicurigai ada kelainan dan foto
keseluruhan diambil lagi pada posisi prone
dan tegak. Setelah itu diambil foto esophagus AP dan
oblik/lateral.
Khusus untuk follow through : dilakukan foto polos
abdomen posisi prone setelah 30 menit,
60 menit dan 90 menit, atau sampai barium telah
mencapai usus besar. Bila terjadi perlambatan aliran
barium, foto diambil dibawah supervisi PPDS1 Bagian
Radiologi dan atau dokter spesialis radiologi.
F. Apendikogram
Dibuat foto polos abdomen.
Cairan Barium diminum sama dengan untuk follow
through, paling banyak 250 cc.
Dibuat foto polos abdomen AP setelah 24 dan 72 jam.
G. Barium enema
Digunakan cairan barium sulfat. Diambil foto polos
abdomen posisi supine AP dan sinar
143

Penilaian

Lama Tindakan

Komplikasi

Wewenang

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait

horizontal.
Di bawah monitor fluoroskopi, barium dimasukkan saat
pasien posisi berbaring miring
dengan bagian kiri di bawah, difoto saat pengisian
kontras ke rectum termasuk rectosigmoid.
Peristaltik dinilai.
Dibuat foto : rektosigmoid AP dan lateral
Seluruh kolon AP. Posisi lateral bila perlu.
Spot foto di daerah yang dicurigai ada kelainan.
H. Pada kasus intususepsi :
Gunakan kontras yang larut dalam air atau udara.
Buat foto polos abdomen posisi supine AP dan lateral
sinar horizontal
Pasang kantung kontras enema setinggi 1m dari meja
pemeriksaan.
Alirkan kontras sampai mencapai daerah intususepsi,
tunggu 5 menit, bila belum berhasil
hentikan dahulu, kemudian setelah peristaltic usus
besar telah kembali coba lagi.
Dibuat foto : daerah intususepsi
Seluruh abdomen saat telah reduksi
I. USG abdomen dikerjakan sesuai dengan indikasi. Pada
hipertensi portal dilakukan pemeriksaan color doppler flow
imaging.

Pada A,B,C dan semua foto polos abdomen dinilai


seperti pada orang dewasa.

Pada D dinilai - udara dalam rectum letak tinggi atau


letak rendah

Pada E dinilai
- aliran kontras, adakah sumbatan,
dilatasi atau penyempitan. pelapisan
kontras terhadap mukosa

Pada follow through dinilai


- kelainan yang dapat ditemukan di usus
halus

Pada F dinilai
- pada
foto
polos
adanya
kalsifikasi/apendikolith
pengisian
kontras di daerah apendiks.

Pada G dinilai - aliran kontras.


letak rectum terhadap tulang vertebrae
daerah rektosigmoid/kolon.

Pada H dinilai - Reduksi berhasil bila kontras telah


mengisi ileum terminal.

Pada I dinilai
- Sesuai dengan organ yang diminta
Pada hipertensi portal diukur RI a.
Hepatika, arah aliran dan trombus
v. porta serta sistem kolateral.

A,B,C,D kurang lebih 10 menit, tergantung keadaan


kesanggupan pasien untuk berkerja sama

E 30 menit- 1 jam.

F 3 x 10 menit ( hari yang berbeda)

G, I 20 menit

H tergantung keadaan pasien


A,B,C,D,F,G, I relatif tidak ada
E aspirasi kontras barium
H perforasi kontras/udara
A, B, C, D, F foto dibuat oleh radiographer, hasil foto dinilai
oleh PPDS1 Bagian Radiologi dan atau dokter spesialis
radiologi
Pemeriksaan E,G, H dan I dilakukan oleh PPDS1 Bagian
Radiologi dan atau spesialis radiologi
dibantu oleh
radiografer
Unit Radiologi
Surat pengantar dari dokter / klinisi
144

Referensi

Surat persetujuan tindakan


1. Gyll Catherine, Cleaver Susan, A Handbook of Paediatric
Radiography, 1977.
2. Blickman Johan G, Paediatric Radiology, 1994.
3. Siegel Marilyn, Pediatric Sonography, second edition, 1996.

Pemeriksaan :
RADIOLOGI ANAK SISTEM SUSUNAN SARAF PUSAT DAN
SPINAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan radiologi anak merupakan pemeriksaan radiologi
pada anak-anak yang ditujukan pada organ-organ :
1.
Toraks dan traktus respiratorius bagian atas.
2.
Sistem muskuloskeletal.
3.
Traktus urinarius dan system reproduksi.
4.
Traktus digestivus.
5.
Susunan saraf pusat dan spinal.
6.
Organ superfisial seperti tiroid, payudara dan
testis
Pemeriksaan radiologi anak dapat dibagi atas pemeriksaan
radiologi dengan dan tanpa kontras.
1. Dapat digunakan sebagai pedoman PPDS1 Bagian
Radiologi, dokter spesialis radiologi, radiografer dan
perawat di Bagian Radiologi dalam menjalankan tugasnya.
2. Pemeriksaan radiologi dapat dilaksanakan dengan benar,
teliti dan aman.
3. Memperoleh gambaran radiologik yang optimal
4. Menghindari atau memperkecil kesalahan/efek samping
yang mungkin dapat terjadi dalam pemeriksaan radiologi
KEBIJAKAN :
1
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan
kontras media dilakukan oleh PPDS1 Bagian radiologi,
dokter spesialis radiologi dengan dibantu oleh radiografer
dan atau perawat radiologi
2
Pasien rawat jalan yang memerlukan
persiapan sebelum pemeriksaan radiologi diberi penjelasan
baik lisan maupun tertulis oleh petugas radiologi di loket
pendaftaran.
3
Pasien rawat inap yang memerlukan persiapan
sebelum pemeriksaan radiologi diberi penjelasan baik lisan
maupun tertulis oleh perawat di unit perawatan.
4
Pasien yang mendaftar melalui telpon yang
memerlukan persiapan sebelum pemeriksaan radiologi diberi
145

Indikasi

Kontraindikasi

Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

Penilaian

Lama Tindakan

Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

penjelasan lisan oleh petugas radiologi di loket pendaftaran.


Untuk pasien gawat darurat dimana perlu
tindakan segera, dapat dilakukan pemeriksaan radiologi
tanpa persiapan
(misalnya : foto kepala, tulang vertebra,
USG kepala, USG spinal, CT scan, MRI dll).
Hidrosefalus
Perdarahan intrakranial
Kerusakan karena hipoksemia
Meningokel dan anomali kengenital lain
Konvulsi
Mikrosefalus
Peningkatan tekanan intarkranial
Trauma
Infeksi Intrauteri
Post meningitis
Tidak ada kontraindikasi pada pemeriksaan foto kepala,
tulang vertebra, USG kepala, USG spinal dan CT scan bila
kondisi pasien memungkinkan.
Untuk MRI sesuai dengan ketentuan MRI yang berlaku

Persiapan pasien ialah aturan-aturan yang harus dijalani


pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi.
Tujuannya ialah agar gambaran radiologik yang optimal
dapat dicapai sehingga dapat membantu akurasi ekspertise
PPDS1 Bagian radiologi dan atau dokter spesialis radiologi
Untuk pemeriksaan USG tidak diperlukan persiapan
A.
Pemeriksaan radiologi tanpa kontras.
Foto polos kepala. dilakukan pada posisi AP dan lateral
Foto cervico-torakolumbal posisi AP lateral
B.
USG kepala
Dapat dilakukan pada bayi usia < 1 tahun
C.
USG Spinal
Dapat dilakukan pada bayi usia < 1 tahun
D.
CT scan
Sesuai standar pemeriksaan CT scan.
E.
MRI Sesuai standar pemeriksaan MRI
A.
Seperti pada orang dewasa ditambah dengan
ukuran kepala.
B.
Dinilai kelainan intracranial yang ditemukan.
C.
Dinilai kelainan daerah spinal dan jaringan
sekitarnya.
D.
Seperti standar pada orang dewasa, dengan
lebih waspada terhadap kelainan yang hanya ditemukan
pada anak-anak/bayi.
E.
idem D
A.
10 menit
B.
15 menit
C.
15 menit
D.
15 menit
E.
45 menit
CT scan : sesuai dengan komplikasi penggunaan kontras media.
Foto dibuat oleh radiografer.
Hasil foto dinilai oleh PPDS1 Bagian Radiologi dan atau dokter
spesialis radiologi
Unit Radiologi
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Gyll Catherine, Cleaver Susan, A Handbook of Paediatric
Radiography, 1977.
2. Blickman Johan G, Paediatric Radiology, 1994.
3. Siegel Marilyn, Pediatric Sonography, second edition, 1996.

146

Pemeriksaan :
RADIOLOGI ANAK ORGAN SUPERFISIAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan radiologi anak merupakan pemeriksaan radiologi
pada anak-anak yang ditujukan pada organ-organ :
1. Toraks dan traktus respiratorius bagian atas.
2. Sistem muskuloskeletal.
3. Traktus urinarius dan system reproduksi.
4. Traktus digestivus.
5. Susunan saraf pusat dan spinal.
6. Organ superfisial seperti tiroid, payudara dan testis
Pemeriksaan radiologi anak dapat dibagi atas pemeriksaan
radiologi dengan dan tanpa kontras
a. Dapat digunakan sebagai pedoman PPDS1 Bagian
Radiologi, dokter spesialis radiologi, radiografer dan
perawat di Bagian Radiologi dalam menjalankan tugasnya.
b. Pemeriksaan radiologi dapat dilaksanakan dengan benar,
teliti dan aman.
c. Memperoleh gambaran radiologik yang optimal
d. Menghindari atau memperkecil kesalahan/efek samping
yang mungkin dapat terjadi dalam pemeriksaan radiologi
KEBIJAKAN :
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan USG dilakukan
oleh PPDS1 Bagian Radiologi, dokter spesialis radiologi
Kecurigaan adanya kelainan tiroid, payudara atau testis pada
anak
Tidak ada kontraindikasi pada pemeriksaan USG
Tidak diperlukan persiapan
A.
USG testis
Diperiksa daerah pelvis, inguinal dan testis.
Transduser yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan.
B.
USG tiroid
147

Diperiksa daerah tiroid.


USG mammae
Diperiksa daerah mammae
A, B dan C seperti pada orang dewasa
A, B dan C masing-masing 15 menit
Tidak ada komplikasi
Pemeriksaan dilakukan oleh PPDS1 Bagian Radiologi dan atau
dokter spesialis radiologi
1. Unit Radiologi
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
1. Gyll Catherine, Cleaver Susan, A Handbook of Paediatric
Radiography, 1977.
2. Blickman Johan G, Paediatric Radiology, 1994.
3. Siegel Marilyn, Pediatric Sonography, second edition, 1996
C.

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK LEHER
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan CT scan untuk jaringan di
daerah servikal.
Melihat keadaan struktur jaringan lunak maupun tulang-tulang di
daerah servikal.
Abses, adenopati, massa tanpa diketahui asal
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral : Tidak ada
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa :
bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor
mekanik
Injektor mekanik dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic
ukuran yang lebih besar dipasang di vena antecubiti.
Materi kontras di masukkan :
1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.
1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge
2,0 3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
148

pemberian bolus kontras secara manual.


Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml
Prosedur Tindakan

Setting scanner kVp


Slice thickness
Interval rekonstruksi
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

:
:
:
:
:
:

20 ; mAs:140-170
4 - 8 mm
4 mm
Dasar lidah
Apeks paru
Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan

Kontras intravena :
Volume total 2 ml/kg(max total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang paling
rendah)
Rate and Scan delay :
a. Injeksi tangan :
- Rate
: bolus ditekan cepat
- Scan delay
: dimulai setelah 80% bolus diberikan
b. Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum
Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec
- Scan delay
: 80% bolus

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakani
Dokumen Terkait
Referensi

Komentar :
1. Bila massa leher besar dan mudah dipalpasi atau bila
terdapat adenopati yang signifikan (mis. Limfoma), 8mm slice
thickness bisa adekuat untuk scan survey.
2. Dada dan leher dapat diperiksa dengan single spiral pada
anak-anak kecil.
Seperti pada orang dewasa
20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Castillo M, Mukherji S., Imaging of the Pediatric Head, Neck, and
Spine,1996.

149

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK SURVEY THORAK
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai anatomi daerah
rongga toraks
Mendeteksi kelainan daerah rongga toraks.
Staging tumor, kecurigaan metastasis paru, penyakit pleuroparenkimal
kompleks, trauma
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral :
Tidak ada
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa : bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor mekanik
Injektor mekanik dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic
ukuran yang lebih besar dipasang di vena antecubiti.
Materi kontras di masukkan :
- 1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.
- 1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge
- 2,0 -3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
pemberian bolus kontras secara manual.
Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml
150

Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Setting scanner
Slice thickness
Interval rekonstruksi :
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

: kVp:120 ; mAs:140-170
: 4 - 8 mm
4 - 8 mm
: Di atas apeks paru
: Di bawah dasar paru
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan

Kontras intravena :
Volume total
2 ml/kg(max total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang
paling rendah)
Rate and Scan delay :
a. Injeksi tangan :
- Rate
: bolus ditekan cepat
- Scan delay
: dimulai setelah 80% bolus
diberikan
b. Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum
Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec
- Scan delay
: 80% bolus atau program
scanning yang dibantu
komputer
Komentar :
1. Kolimasi tipis (4 mm) dan pitch yang lebih kecil (1,0)
diperlukan pada pasien-pasien yang lebih kecil.
2. Bila dilakukan pemeriksaan dada dan abdomen, abdomen
harus terlebih dahulu. Dua pertiga volume kontras harus
diberikan di abdomen dan sepertiga dada.
3. Apabila dicari metastasis paru, CT Scan nonkontras dapat
dilakukan. Pitch kecil harus digunakan untuk survey
metastasis.
Seperti pada orang dewasa
20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

151

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK MASSA PARENKIMAL FOKAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan CT scan untuk melihat
bagian mana dari parenkim paru yang dicurigai.
Melihat struktur jaringan intraparenkimal dan organ lain disekitarnya
Massa paru, karakterisasi kelainan kongenital termasuk sekuestrasi,
malformasi adenomatoid kistik, malformasi arteriovenous
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral :
Tidak ada
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa : bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor mekanik
dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic ukuran yang lebih
besar dipasang di vena antecubiti.
Materi kontras di masukkan :
- 1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.
- 1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge
- 2,0 -3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
pemberian bolus kontras secara manual.
Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml

Prosedur Tindakan

Setting scanner
Slice thickness

: kVp:120 ; mAs:140-170
: 2 - 4 mm
152

Interval rekonstruksi :
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

1 - 2 mm
: Di atas daerah yang dituju
: Di bawah daerah yang dituju
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan

Kontras intravena :
Volume total
2 ml/kg(max total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang
paling rendah)
Rate and Scan delay :
a. Injeksi tangan :
- Rate
: bolus ditekan cepat
- Scan delay
: dimulai setelah 80% bolus
diberikan
b. Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum
Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec
- Scan delay
: 80% bolus atau program
scanning yang dibantu
komputer

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Komentar :
1. Kolimasi tipis (1-2 mm) dan interval diperlukan untuk
karakterisasi lesi-lesi kecil dan untukk rekonstruksi multiplanar
dan 3-D
2. Rekonstruksi multiplanar dan 3-D berguna untuk menentukan
pembuluh darah abdominal dan untuk lokalilasi lesi-lesi
peridiafragmatik.
Seperti pada orang dewasa
20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

153

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK PENYAKIT SALURAN NAFAS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai anatomi saluran
pernafasan
Mendeteksi kelainan bentuk dan perubahan letak saluran nafas.
Kelainan-kelainan kongenital, stenosis, dehiscence, lesi-lesi
endobronkial
Tidak ada
Kontras oral : Tidak ada
Kontras IV : Tidak ada
Setting scanner
: kVp:120 ; mAs:140-170
Slice thickness
: 2 - 4 mm
Interval rekonstruksi : 1 - 2 mm
Ekstensi superior
: Thoracic inlet
Ekstensi inferior
: Asal dari bronki basiler segmental
Fase Respirasi
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan
Komentar :
1. Menggunakan algoritme rekonstruksi resolusi spatial tinggi
(tulang).
2. Potongan 4 mm, pitch = 1.0, dan interval rekonstruksi = 4 mm,
biasanya cukup untuk lesi-lesi besar
3. Potongan 2-3 mm, pitch = 2.0, dan interval rekonstruksi 1-2
mm lebih baik untuk lesi-lesi endobronkial kecil atau tidak jelas.
4. Pencitraan multiplanar dan 3-D memberikan gambaran saluran
udara yang paling baik.
Seperti pada orang dewasa
Single spiral scan, waktu tergantung ukuran pasien
Tidak ada
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
154

Dokumen Terkait
Referensi

Surat pengantar dari dokter / klinisi


Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK PENYAKIT PARU DIFUSA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai struktur parenkim
paru
Mendeteksi kelainan struktur parenkim paru.
Perluasan dan karakter dari penyakit paru interstitial, bronkiektasis
Tidak ada
Kontras oral :
Tidak ada
Kontras IV :
Tidak ada
Setting scanner
: kVp:120 ; mAs:140-170
Slice thickness
: 1.0 3.0 mm (diambil setiap 2 cm)
Interval rekonstruksi : rekoonstruksi 1 2 mm untuk
potongan tipis
Ekstensi superior
: Apeks paru
Ekstensi inferior
: Di bawah dasar paru
Fase Respirasi
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan
Komentar :
1. Pada awalnya scan survey seluruh thoraks harus dilakukan,
menggunakan kolimasi 4-8 mm pada interval 4-8 mm,
tergantung besar kecilnya pasien. Kemudian scan kolimasi
tipis (1-2 mm) harus dilakukan.
2. Scan tambahan dapat diambil selama ekshalasi paksa untuk
mengkonfirmasi bronkiektasis dan membedakan perfusi
mosaic karena penyakit saluran napas kecil dari penyakit
parenkimal vascular.
3. Untuk scanning dinamik, scan kolimasi tipis (1-2 mm) didapat
pada empat level yang terpililh (lobus atas, arkus aorta, di
bawah bifurkasio dan lobus bawah). Nilai atenuasi diukur di
daerah yang diperhatikan. Harus berhati-hati untuk eksklusi
pembuluh darah dan dinding dada. Pada kasus-kasus tertentu
dengan area fokal abnormalitas yang diidentifikasi pada
pencitraan survey, potongan tipis yg didapat secara helical
155

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

setiap 3 sampai 4 mm pada inspirasi dan ekspirasi dalam akan


menguntungkan untuk deteksi trapping udara.
Seperti pada orang dewasa
Single spiral scan, waktu tergantung ukuran pasien
Tidak ada
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK SURVEY ABDOMINAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai anatomi daerah
abdomen atas termasuk hepar, pankreas, kandung empedu, lien,
lambung dan ginjal.
Mendeteksi kelainan dan sekaligus trauma pada daerah abdomen atas.
Evaluasi atau menyingkirkan organ solid atau tumor peritoneal atau
abses
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral :
Kontras barium atau water soluble yang diencerkan 1% atau 2%, dapat
dimasukkan melalui NGT, dapat pula dicampur dengan jus buahbuahan.
Pemberian kontras oral dilakukan dalam 2 tahap :
Tahap I : 45-60 menit sebelum pemeriksaan
Tahap II : 15 menit sebelum pemeriksaan.
Jumlah kontras oral tahap II sekitar setengah jumlah kontras oral tahap.
Sedasi diberikan setelah pemberian kontras tahap kedua.
Pemberian kontras oral sesuai usia anak.
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa : bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor mekanik
156

dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic ukuran yang lebih


besar dipasang di vena antecubiti.
Materi kontras di masukkan :
- 1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.
- 1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge
- 2,0 -3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
pemberian bolus kontras secara manual.
Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml
Prosedur Tindakan

Setting scanner
Slice thickness
Interval rekonstruksi :
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

: kVp:120 ; mAs:140-170
: 4 - 8 mm
4 - 8 mm
: Diafragma
: Krista Iliaka, meluas ke symphisis
pubis. Bila pelvis adalah daerah
tujuan.
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan

Kontras oral :
Kontras oral 45-60 menit sebelum scanning. Setengah jumlah diberikan
15 menit sebelum scanning. Volume ditentukan oleh usia pasien.
Kontras intravena :
Volume total
2 ml/kg(max total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang
paling rendah)
Rate and Scan delay :
a. Injeksi tangan :
- Rate
: bolus ditekan cepat
- Scan delay
: dimulai setelah 80% bolus
diberikan
b. Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum
Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec
- Scan delay
: 100% bolus atau program
scanning yang dibantu
komputer
Komentar :
1. Kolimasi tipis (2 mm) dan interval diperlukan untuk
karakterisasi lesi-lesi kecil dan untuk rekonstruksi multiplanar
dan 3-D.
2. Pitch yang lebih besar digunakan untuk menambah panjang
cakupan selama waktu scan tunggal. Pitch sampai 2.0 dapat
dibutuhkan bila pelvis discan dengan abdomen.
3. Bila program yang dibantu computer digunakan untuk scan
hepar, disarankan ambang enhancement 45 sampai 50 HU di
atas atenuasi.
4. Buli-buli mungkin tidak opak pada scanning pelvis. Dilakukan
delayed scan pada buli-buli bila dibutuhkan.
Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Seperti pada orang dewasa


20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

157

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK PELVIS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai organ reproduksi
dan Traktus Urinarius untuk menilai kontras oral dan intravena.
Menilai secara anatomis keadaan organ Traktus Urinarius dan organ
reproduksi.
Staging onkologik tumor, ekstensi abses.
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral :
Kontras barium atau water soluble yang diencerkan 1% atau 2%, dapat
dimasukkan melalui NGT, dapat pula dicampur dengan jus buahbuahan.
Pemberian kontras oral dilakukan dalam 2 tahap :
Tahap I : 45-60 menit sebelum pemeriksaan
Tahap II : 15 menit sebelum pemeriksaan.
Jumlah kontras oral tahap II sekitar setengah jumlah kontras oral
tahap I. Sedasi diberikan setelah pemberian kontras tahap kedua.
Pemberian kontras oral sesuai usia anak.
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa : bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor mekanik
Injektor mekanik dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic
158

ukuran yang lebih besar dipasang di vena antecubiti.


Materi kontras di masukkan :
- 1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.
- 1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge
- 2,0 -3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
pemberian bolus kontras secara manual.
Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml
Prosedur Tindakan

Setting scanner
Slice thickness
Interval rekonstruksi :
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

: kVp:120 ; mAs:140-170
: 4 8 mm
4 8 mm
: Krista Iliaka Superior
: Symphisis pubis
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan

Kontras oral :
Kontras oral 45-60 menit sebelum scanning. Setengah jumlah diberikan
15 menit sebelum scanning. Volume ditentukan oleh usia pasien.
Kontras intravena :
Volume total
2 ml/kg(max total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang
paling rendah)
Rate and Scan delay :
a. Injeksi tangan :
- Rate
: bolus ditekan cepat
- Scan delay
: dimulai setelah 80% bolus
diberikan
b. Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum
Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec
- Scan delay
: 100% bolus

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Komentar :
1. Bila kontras oral belum mencapai kolon, kontras enema dapat
membantu mendefinisikan kolon rektosigmoid. Kontras rectal
tidak diberikan secara rutin.
2. Kolimasi tipis (4mm) dan pitch yang lebih kecil diperlukan pada
pasien-pasien yang lebih kecil.
3. Buli-buli mungkin tidak opak pada scanning survey. Scan
lambat 10mm pada buli-buli dapat dilakukan
Seperti pada orang dewasa
20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

159

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK TUMOR ABDOMEN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai daerah abdomen
atas termasuk hepar, pankreas, kandung empedu, lien, lambung dan
ginjal.
Mendeteksi kelainan struktur parenkim hepar
Evaluasi ekstensi tumor.
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral :
Kontras barium atau water soluble yang diencerkan 1% atau 2%, dapat
dimasukkan melalui NGT, dapat pula dicampur dengan jus buahbuahan.
Pemberian kontras oral dilakukan dalam 2 tahap :
Tahap I : 45-60 menit sebelum pemeriksaan
Tahap II : 15 menit sebelum pemeriksaan.
Jumlah kontras oral tahap II sekitar setengah jumlah kontras oral tahap.
Sedasi diberikan setelah pemberian kontras tahap kedua.
Pemberian kontras oral sesuai usia anak.
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa : bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor mekanik
Injektor mekanik dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic
ukuran yang lebih besar dipasang di vena antecubiti.
160

Materi kontras di masukkan :


- 1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.
- 1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge
- 2,0 -3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
pemberian bolus kontras secara manual.
Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml
Prosedur Tindakan

Setting scanner
Slice thickness
Interval rekonstruksi :
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

: kVp:120 ; mAs:140-170
: 4 8 mm
4 - 8 mm
: Diafragma
: Symphisis pubis
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan

Kontras oral :
Kontras oral 45-60 menit sebelum scanning. Setengah jumlah diberikan
15 menit sebelum scanning. Kontras oral harus digunakan secara hatihati bila pasien mengalami gangguan kesadaran.

Kontras intravena :
Volume total 2 ml/kg (max. total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang paling
rendah)
Rate and Scan delay :
a. Injeksi tangan :
- Rate
: bolus ditekan cepat
- Scan delay
: dimulai setelah 80% bolus
diberikan
b. Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum
Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec
- Scan delay
: 100% bolus atau program
scanning yang dibantu
komputer

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Komentar :
1. Kolimasi tipis (4mm) dan pitch yang lebih kecil (1.0) diperlukan
pada pasien-pasien kecil.
2. Bila amylase meningkat atau dicurigai ada abnormalitas
pancreas, scan 4mm harus dibuat pada pancreas.
3. Scanning pada pelvis harus dibuat. Pada beberapa pasien
mungkin terdapat darah yang berlebihan pada pelvis minor
dengan darah minimal pada abdomen atas.
4. Tingkap paru harus diambil untuk mencari pneumothoraks dan
pneumoperitoneum
Seperti pada orang dewasa
20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

161

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK HEPAR : PENCITRAAN DUA PHASE
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai anatomi hepar
Mendeteksi kelainan struktur parenkim hepar
Evaluasi kecurigaan tumor hepar.
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral :
Kontras barium atau water soluble yang diencerkan 1% atau 2%, dapat
dimasukkan melalui NGT, dapat pula dicampur dengan jus buahbuahan.
Pemberian kontras oral dilakukan dalam 2 tahap :
Tahap I : 45-60 menit sebelum pemeriksaan
Tahap II : 15 menit sebelum pemeriksaan.
Jumlah kontras oral tahap II sekitar setengah jumlah kontras oral tahap.
Sedasi diberikan setelah pemberian kontras tahap kedua.
Pemberian kontras oral sesuai usia anak.
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa : bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor mekanik
Injektor mekanik dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic
ukuran yang lebih besar dipasang di vena antecubiti.
Materi kontras di masukkan :
- 1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.
162

- 1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge


- 2,0 -3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
pemberian bolus kontras secara manual.
Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml
Prosedur Tindakan

Setting scanner
Slice thickness
Interval rekonstruksi :
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

: kVp:120 ; mAs:140-170
: 4 mm
4 mm
: Kubah diafragma
: Hepar Inferior
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan

Kontras oral :
Kontras oral 45-60 menit sebelum scanning. Setengah jumlah diberikan
15 menit sebelum scanning.
Kontras intravena :
Volume total
2 ml/kg(max total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang
paling rendah)

Rate and Scan delay :


a. Injeksi tangan :
- Scan delay
: 10-15 detik untuk fase arterial,
fase portal vena segera
mengikuti fase arterial
b. Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum
Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Komentar :
1. Scan tanpa penyangatan harus dibuat sebelum pemberian
Kontras.
2. Bila dicurigai ada hemangioendothelioma, hepar harus
discanning ulang tiap 5 menit sampai tercapai keseimbangan.
3. Waktu scanning yang lebih awal (10detik) harus digunakan
untuk fase arterial pada anak-anak yang lebih kecil, biasanya
dibawah 5 tahun.
Seperti penilaian orang dewasa
20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

163

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK PANKREAS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai anatomi pankreas
Mendeteksi kelainan struktur parenkim pankreas
Evaluasi pankreatitis
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral :
Kontras barium atau water soluble yang diencerkan 1% atau 2%, dapat
dimasukkan melalui NGT, dapat pula dicampur dengan jus buahbuahan.
Pemberian kontras oral dilakukan dalam 2 tahap :
Tahap I : 45-60 menit sebelum pemeriksaan
Tahap II : 15 menit sebelum pemeriksaan.
Jumlah kontras oral tahap II sekitar setengah jumlah kontras oral tahap.
Sedasi diberikan setelah pemberian kontras tahap kedua.
Pemberian kontras oral sesuai usia anak.
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa : bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor mekanik
Injektor mekanik dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic
164

ukuran yang lebih besar dipasang di vena antecubiti.


Materi kontras di masukkan :
- 1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.
- 1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge
- 2,0 -3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
pemberian bolus kontras secara manual.
Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml
Prosedur Tindakan

Setting scanner
Slice thickness
Interval rekonstruksi :
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

: kVp:120 ; mAs:140-170
: 4 - 8 mm
4 - 8 mm
: Kubah Hepar
: Krista Iliaka
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan

Kontras oral :
Kontras oral 45-60 menit sebelum scanning. Setengah jumlah diberikan
15 menit sebelum scanning. Volume ditentukan oleh usia pasien.

Kontras intravena :
Volume total
2 ml/kg(max total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang
paling rendah)
Rate and Scan delay :
a. Injeksi tangan :
- Rate
: bolus ditekan cepat
- Scan delay
: dimulai setelah 100% bolus
diberikan
b. Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum
Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec
- Scan delay
: 100% bolus atau program yang
dibantu komputer

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Komentar :
1. Kolimasi tipis (4mm) dan pitch yang lebih kecil (1.0) diperlukan
pada pasien-pasien kecil.
2. Lihat survey abdomen untuk detil program yang dibantu
komputer
Seperti penilaian orang dewasa
20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

165

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK GINJAL : PENCITRAAN DUA PHASE
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai anatomi ginjal
Mendeteksi kelainan struktur parenkim ginjal
Evaluasi lesi-lesi noncalculus kecil dan perfusi renal
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral :
Kontras barium atau water soluble yang diencerkan 1% atau 2%, dapat
dimasukkan melalui NGT, dapat pula dicampur dengan jus buahbuahan.
Pemberian kontras oral dilakukan dalam 2 tahap :
Tahap I : 45-60 menit sebelum pemeriksaan
Tahap II : 15 menit sebelum pemeriksaan.
Jumlah kontras oral tahap II sekitar setengah jumlah kontras oral tahap.
Sedasi diberikan setelah pemberian kontras tahap kedua.
Pemberian kontras oral sesuai usia anak.
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa : bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor mekanik
Injektor mekanik dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic
ukuran yang lebih besar dipasang di vena antecubiti.
Materi kontras di masukkan :
- 1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.
166

- 1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge


- 2,0 -3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
pemberian bolus kontras secara manual.
Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml
Prosedur Tindakan

Setting scanner
Slice thickness
Interval rekonstruksi :
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

: kVp:120 ; mAs:140-170
: 4 mm
4 mm
: Pool atas ginjal
: Pool bawah ginjal
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan

Kontras oral :
Kontras oral 45-60 menit sebelum scanning. Setengah jumlah diberikan
15 menit sebelum scanning. Volume ditentukan oleh usia pasien.
Kontras intravena :
Volume total
2 ml/kg(max total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang
paling rendah)
Rate and Scan delay :
a. Injeksi tangan :
- Scan delay
: Phase kortikomedulari setelah
100% bolus diberikan atau
paling sedikit 40 detik, phase
nefrografik pada 90-100 detik..
Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum
Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Komentar :
1. Scan tanpa penyangatan harus dibuat untuk pengukuran nilai
atenuasi dasar.
2. Scan survey selama phase kortikomedulari dari target
penyangatan ginjal. Scan kedua diambil selama phase
nefrografik harus meluas dari diafragma ke Krista iliaka.
3. Delayed scan selama phase ekskretori bila dicurigai
adanyaabnormalitas sistem kolekting dan pada kasus-kasus
trauma untuk melacak ekstravasasi kontras.
Seperti penilaian orang dewasa
20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

167

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK KELENJAR ADRENAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan memakai alat CT Scan untuk menilai anatomi Kelenjar
Adrenal
Mendeteksi kelainan struktur parenkim Kelenjar Adrenal
Kecurigaan massa adrenal atau hiperplasia
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral :
Kontras barium atau water soluble yang diencerkan 1% atau 2%, dapat
dimasukkan melalui NGT, dapat pula dicampur dengan jus buahbuahan.
Pemberian kontras oral dilakukan dalam 2 tahap :
Tahap I : 45-60 menit sebelum pemeriksaan
Tahap II : 15 menit sebelum pemeriksaan.
Jumlah kontras oral tahap II sekitar setengah jumlah kontras oral tahap.
Sedasi diberikan setelah pemberian kontras tahap kedua.
Pemberian kontras oral sesuai usia anak.
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa : bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor mekanik
Injektor mekanik dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic
ukuran yang lebih besar dipasang di vena antecubiti.
Materi kontras di masukkan :
168

- 1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.


- 1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge
- 2,0 -3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
pemberian bolus kontras secara manual.
Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml
Prosedur Tindakan

Setting scanner
Slice thickness
Interval rekonstruksi :
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

: kVp:120 ; mAs:140-170
: 2 - 3 mm
2 - 3 mm
: Tepat di atas batas superior kelenjar
adrenal
: Tepat di bawah ujung inferior kelenjar
adrenal
: Anak kooperatif : tahan napas 1 X
Anak sedasi : napas pelan

Kontras oral :
Kontras oral 45-60 menit sebelum scanning. Setengah jumlah diberikan
15 menit sebelum scanning.

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Kontras intravena :
Volume total
2 ml/kg(max total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang
paling rendah)
Rate and Scan delay :
a. Injeksi tangan :
- Rate
: bolus ditekan cepat
- Scan delay
: dimulai setelah 80% bolus
diberikan
b. Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum
Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec
- Scan delay
: 100% bolus atau program yang
dibantu komputer
Komentar :
1. Bila dicurigai adanya pheochromocytoma dan kelenjar adrenal
normal, scanning harus dilanjutkan melalui dasar dari buli-buli
Seperti penilaian orang dewasa
20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

169

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK HIP
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Melakukan pemeriksaan radiografi dengan CT scan untuk organ di
daerah hips.
Melihat struktur jaringan lunak maupun tulang-tulang di daerah hips.
Penilaian preoperative hip displasia
Tidak ada
Kontras oral :
Tidak ada
Kontras IV :
Tidak ada
Setting scanner
: kVp:120 ; mAs:140-170
Slice thickness
: 4 mm
Interval rekonstruksi : 2 4 mm
Ekstensi superior
: Tepat di atas atap acetabular
Ekstensi inferior
: Leher femur
Fase Respirasi
:
napas pelan
Komentar :
1. Rekonstruksi multiplanar dan 3-D harus dibuat secara rutin
2. Untuk penelitian pasca reduksi, dibuat topogram digital
danpencitraan axial 4-6 (4 mm slice thickness, 1.0 sampai 1.5
pitch, interval rekonstruksi 4-6 mm) dari atap acetabular ke
trochanter mayor.

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

Seperti pada orang dewasa


Single spiral scan, waktu tergantung ukuran pasien
Tidak ada
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
170

Referensi

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK EVALUASI TUMOR

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pemeriksaan tumor secara radiologi dengan menggunakan CT scan


Mendeteksi massa tumor tersebut, ukuran, morfologi, mengarah keganasan
/ tidak
Tumor tulang primer, metastasis
Tidak ada
Kontras oral :
Tidak ada
Kontras IV :
Tidak ada
Setting scanner
: kVp:120 ; mAs:140-170
Slice thickness
: 4 mm
Interval rekonstruksi : 3 4 mm
Ekstensi superior
: 2 cm di atas batas lesi yang dicurigai
Ekstensi inferior
: 2 cm di bawah batas lesi yang
dicurigai
Fase Respirasi
:
napas pelan
Komentar :
1. Gunakan algoritma resolusi tinggi untuk rekonstruksi
Seperti penilaian orang dewasa
Single spiral scan, waktu tergantung ukuran pasien
Tidak ada
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

171

Pemeriksaan :
CT SCAN ANAK MASSA JARINGAN LUNAK
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan tumor secara radiologi dengan menggunakan CT scan
Mendeteksi massa tumor tersebut, ukuran, morfologi, mengarah
keganasan / tidak
Tumor, lesi inflamasi
Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan kontras
media dan alergi kontras.
Kontras oral :
Tidak ada
Kontras intravena :
Semua pasien anak yang akan dikontras IV sudah harus terpasang IV
line, dianjurkan di vena antecubiti.
Sedasi : pada anak di bawah 5 tahun, karena setelah 5 tahun dapat
dijelaskan secara verbal, Bayi usia < 1 bulan tanpa sedasi, dapat
menggunakan bantal pasir untuk immobilisasi.
Puasa : bayi usia < 6 bulan : 4 jam sebelum pemeriksaan
bayi usia 6-36 bulan : 6 jam sebelum pemeriksaan
anak usia > 36 bulan : 8 jam sebelum pemeriksaan
Kontras intravena dapat diberikan manual atau dengan injektor mekanik
Injektor mekanik dianjurkan menggunakan 22-gauge atau kanul plastic
ukuran yang lebih besar dipasang di vena antecubiti.
Materi kontras di masukkan :
- 1,2 1,5 ml/detik untuk kateter 22 gauge.
- 1,5 2,0 ml/detik untuk kateter 20 gauge
- 2,0 -3,0 ml/detik untuk kateter 18 gauge.
Bila menggunakan jarum lebih kecil atau akses perifer dianjurkan
pemberian bolus kontras secara manual.
Dosis : 2 ml/kg, total tidak lebih dari 4ml/kg atau 150 ml
172

Prosedur Tindakan

Setting scanner
Slice thickness
Interval rekonstruksi :
Ekstensi superior
Ekstensi inferior
Fase Respirasi

: kVp:120 ; mAs:140-170
: 4 mm
2 - 4 mm
: 2-3 cm di atas batas lesi yang dicurigai
: 2-3 cm di bawah batas lesi yang
dicurigai
:
napas pelan

Kontras intravena :
Volume total
2 ml/kg(max total dosis 4ml/kg atau 150 ml, yang
paling rendah)
Rate and Scan delay :
a. Injeksi tangan :
- Rate
: bolus ditekan cepat
- Scan delay
: dimulai setelah 100% bolus
diberikan
b. Kekuatan injector :
- Rate
: tergantung ukuran jarum

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Jarum
Aliran
22 g
1,2-1,5 ml/sec
20 g
1,5-2,0 ml/sec
18 g
2,0-3,0 ml/sec
- Scan delay
: 100% bolus
Seperti penilaian orang dewasa
20 menit.
Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada alergi kontras media.
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Pokja Radiologi Anak
Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Siegel Marilyn, Pediatric Body CT.

173

PEMERIKSAAN RADIOLOGI ORGAN SUPERFISIAL

174

Pemeriksaan :
MAMMOGRAFI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Modalitas Radiologi yang digunakan untuk pemeriksaan payudara
dengan prinsip X- ray.
Skrining dan deteksi tumor payudara serta lokalisasi pada lesi yang
non palpable.
Oleh karena lebih sensitive dan spesifik dalam menilai struktur
glandular jaringan parenkim payudara dengan jaringan lemak yang
dominant dari
pada payudara yang dense seperti yang dijumpai pada payudara wanita
muda, sehingga pemeriksaan mamografi dianjurkan untuk wanita diatas
usia 40 tahun. Pada pria dengan klinis yang menunjang untuk
mamografi pemeriksaan ini dapat dilakukan
Absolut
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Perlu diperhatikan bahwa seorang radiographer sebelum melakukan
pemeriksaan sebaiknya melakukan komunikasi yang baik dengan
pasien yang bertujuan menghilangkan atau mengurangi rasa takut,
menjelaskan kepada pasien bagaimana pemeriksaan akan dilakukan
sehingga pasien menjadi ko-operatif, beritahu pasien apabila merasa
tidak enak atau sakit pada saat pemeriksaan untuk langsung
mengatakan sehingga tindakan pada saat kompresi sedang dilakukan
dapat dihentikan dan tidak kalah pentingnya adalah jadilah seorang
pendengar yang baik bagi pasien.
Posisi standard :
1. Cranio-caudal
2. Medio-lateral oblique
175

Posisi tambahan :
1. Supero-inferior Oblique
2. Elevated Cranio-Caudal

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Evaluasi kualitas Mamogram :


Oleh radiographer dengan menggunakan system menilai mamogram
dari setiap posisi yang dibagi dalam P for perfect images, G for good
images, M for moderate images and I for inadequate images.
Oleh spesialis radiologi
Sesuai dengan The American College of Radiology (1998) membagi
dalam system pelaporan yang disebut BI-RADS (Breast Imaging
Reporting and Data System) yang bertujuan untuk menyeragamkan
pelaporan mamografi.
Tidak ada
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer.
Pembacaan/ penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
Radiologi
Surat pengantar di dokter / klinisi

Pemeriksaan :
USG MAMMA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Tujuan

Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Kemajuan teknologi selama 15 tahun terakhir ini menyebabkan realtime ultrasound menjadi modalitas imajing yang sangat penting dalam
mengevaluasi benjolan payudara dan sebagai sarana untuk mendeteksi
keganasan payudara. Pemeriksaan ultrasound tergantung adanya
perbedaan teksture daripada jaringan yang akan menghasilkan suara
dalam frekuensi yang berbeda pula dan akan dideteksi oleh transduser
kemudian dikonversi menjadi image yang menggambarkan suatu
kelainan.
Meningkatkan akurasi diagnostic mamografi pada kelainan yang
bersifat ganas dan saat ini dengan berkembangnya IPTEKDOK
sehingga ultrasonografi mulai dipakai sebagai sarana pemeriksaan
untuk skrining.

Peran utama ultrasound adalah dalam membedakan antara


lesi kistik dan solid, lainnya pada keadaan2 seperti pelebaran
duktus-duktus dan pada lesi yang sangat sukar tervisualisasi
dengan mamografi terutama pada keadaan mamografi yang
sangat dense (wanita muda). Pada proses infeksi (mastitis dan
abses) ultrasonografi akan lebih memberikan informasi.

Sebagai penuntun tindakan pemasangan lokalisasi wire pre


operasi pada lesi non palpable, ataupun penuntun pada tindakan
aspirasi dan FNAB
Tidak ada.
Tidak memerlukan persiapan khusus.

Probe linear array 7.5 15.0 MHz digunakan untuk


mendapatkan resolusi yang optimal.

Sangat tergantung pada excellent equipment and technicall


skills.

Pemeriksaan fisik perlu dilakukan sebelum melakukan


176

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

ultrasonografi payudara dan apabila mamografi ada maka perlu


dikorelasikan.
Posisi pasien supine atau posisi sedikit oblik dengan kedua
tangan diletakan keatas.
Penggunaan gel untuk menghindari adanya jarak/udara antara
permukaan organ yang diperiksa dengan transduser.
Skening dilakukan secara longitudinal, transversal, sagital dan
radial pada seluruh payudara dan daerah aksila.
Jaringan lemak payudara adalah hipoekoik sedangkan
jaringan fibroglandular hiperekoik dan ekogenitas dapat homogen
atau heterogen
Lokasi lesi ditentukan sesuai posisi arah jam dan jaraknya dari
nipple.
Kontur dapat rata, makrolobular, mikrolobular, ireguler secara
keseluruhan atau zigzag.
Gradasi internal eko dapat dibagi atas anekoik, hipoekoik,
isoekoik dan hiperekoik.
Penilaian suatu lesi juga meliputi batas dengan menilai tepinya
apakah regular/ireguler, ukurannya dan apakah lesi terkompresi
atau tidak.
Apabila dijumpai kelenjar getah bening aksila tentukan
ukurannya

Tidak ada.
Dokter Spesialis Radiologi
Radiologi
Surat Pengantar dari dokter / klinisi

Pemeriksaan :
Doppler dialysis akses
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan
Penilaian

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonografi doppler untuk
menilai anatomi dari pembuluh darah yang akan dilakukan akses
dialisis (pemasangan cimino)
Skrining akses vaskuler tungkai atas yang akan dilakukan cimino
apakah ada thrombus pada sistem vena maupun stenosis pada sistem
arteri
Menilai komplikasi yang terjadi pada kasus-kasus dengan kegagalan
cimino
Pasien gagal ginjal terminal yang perlu dialisis
Pasien dengan kegagalan cimino
Tidak ada kontraindikasi
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Menggunakan probe superficial, pasien berbaring.
Digunakan gray scale dan doppler flow imaging real time
Oleh spesialis radiologi
Pada sistem vena superficial:
-dinilai kaliber vena dan jarak dari permukaan
-dinilai ada/tidaknya trombus
Pada sistem arteri:
- dinilai kaliber arteri dan spectral arteri radialis, a.ulnaris dan
a.brachialis
- dinilai PI sistem arteri tersebut
- dinilai plaque/trombus
177

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang

30 menit
Tidak ada
Pemeriksaan dan penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

Radiologi
Surat pengantar di dokter / klinisi

Pemeriksaan :
Doppler ekstremitas atas-bawah
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan
Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonografi doppler untuk
menilai anatomi dari pembuluh darah ektremitas atas-bawah
Menilai system arteri dan vena dari ekstremitas atas dan bawah
Penyakit arteri perifer
Deep vein trombosis
Malformasi vaskuler
Tidak ada kontraindikasi
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Menggunakan probe superficial, pasien berbaring.
Digunakan gray scale dan doppler flow imaging real time
Oleh spesialis radiologi
Pada sistem vena superficial dan vena dalam:
-dinilai kaliber vena
-dinilai ada/tidaknya thrombus
-insufisiensi katup vena
Pada sistem arteri:
- dinilai kaliber arteri dan spectral arteri
- menilai plaque atau trombus
- dinilai PI sistem arteri tersebut
30 menit
Tidak ada
Pemeriksaan dan penilaian dilakukan oleh ahli Radiologi.
178

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

Radiologi
Surat pengantar di dokter / klinisi

PEMERIKSAAN RADIOLOGI GAWAT DARURAT

179

Prosedur :
PENGOPERASIAN PESAWAT RONTGEN
PHILIPS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian

Suatu tata cara untuk mengoperasikan pesawat Roentgen Philips di


ruang radiology IGD Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto
Mangunkusumo.

Tujuan

Agar kondisi pesawat terjaga dengan baik sehingga pemeriksaan


radiology dapat dilayani dengan cepat, tepat, menyenangkan dan
efisien untuk menunjang klinisi menegakkan diagnosa
Pengoperasian alat Rontgen diruang radiologi IGD RSUPNCM
dilakukan oleh Radiografer
Formulir permohonan pemeriksaan radiology (FPPR) diisi dan
ditandatangani oleh dokter pengirim dengan disertai keterangan klinis
pasien tersebut, selanjutnya diterima dibagian radiologi.

Indikasi
Persiapan

Pelaksanaan :

1.Pesawat Rontgen Philips diruang radiology IGD terdiri :


1.1. Panel listrik.
1.2. HTT ( High tention Transformer ).
1.3. Meja kontol.
1.4. Meja pemeriksaan / Bucky table.
1.5. Bucky stand.
1.6. X-ray tube.
180

Teknik penggunaan Pesawat


Rontgen PHILIPS OPTIMUS TH
CS.2.

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

1. Hidupkan pesawat dengan menekan tombol ( ) pada meja


control pesawat Rontgen.
2. Tunggu sebentar ( AGING ) hingga tertera K V,m A dan second
pada meja kontol pesawat.
3. Pesawat siap digunakan.
4. Untuk memiliki factor ekspisi yang di butuhkan, tekan K V, M
AS sector pada meja control pesawat Rontgen.
Setelah selesai di gunakan, matikan pesawat Rontgen dengan cara
menekan tombol ( ) pada meja kontrol pesawat Rontgen
IGD
Surat pengantar dari dokter

Pemeriksaan IGD :
FAKTOR EKSPOSI PESAWAT RONTGEN PHILIPS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

Kebijakan :
Prosedur Persiapan :

Pelaksanaan :

PERKIRAAN FAKTOR PESAWAT


PHILIP OPTIMUS

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Suatu tabel faktor eksposi dari pesawat Rontgen Shimadzu di bagian
Radiologi IGD RSCM
Untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi dengan cepat, tepat,
menyenangkan dan effisien untuk menunjang klinisi menegakkan
diagnosa.
Setiap radiografer bila akan melaukan pemeriksaan radiologi dengan
pesawat Shimadzu harus memperhatikan tabel faktor eksposi sebagai
parameter faktor eksposi
Formulir permohonan pemeriksaan radiology (FPPR) diisi dan
ditandatangani oleh dokter pengirim dengan disertai keterangan klinis
pasien tersebut, selanjutnya diterima dibagian radiologi.
1. Melaksanakan SOP / RAD / IGD.
2. Menentukan faktor eksposi sesuai dengan objek yang akan di
foto Rontgen dengan memperhatikan tabel faktor eksposi
dibawah ini :
FAKTOR
GRID
EKSPOSI
FFD
NO
OBJEK PEMERISAAN
(CM )
YA
KV
M AS
/TDK
181

1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.
11.

NO
12.
13.
14.

15.

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Kepaladedewasa AP,lat
Kepala anak AP lateral
Kepala lain
a. Waters
/
Cadwell
b. Mastoid
/
Shuller
c. Mandibula
/
Eisller
d. Nasale
Verteb Cervical
AP
Lateral
Vertb Thoracal
AP
Lateral
Vertb Lumbal
AP
Lateral
Thorax dewasa
AP / PA
Lateral
Thorax
AP
Lateral
Thorax anak
AP
Lateral
Thorax bayi
AP
Lateral
Abdomen / BNO ( dws )

70
70

16
12,5

Ya
ya

110
110

72

16

ya

110

70
66

12,5
8

ya
ya

110
110

42

2,5

tdk

110

66
66

12,5
10-12,5

ya
ya

110
110

66
77

12,5
16

ya
ya

110
110

70
81

16
20

ya
ya

110
110

44-50
66

6,3-8
10

tdk
tdk

150
110

60
66

8-10
12,5-16

ya
ya

150
110

44
45

4
5

tdk
tdk

110
110

42
44
70-73

3,2
4
16-20

tdk
tdk
ya

110
110
110

FAKTOR
EKSPOSI

OBJEK PEMERIKSAAN
Abdomen / BNO( bayi )
Pelvis
a. AP
b. Inlet / Outlet
Ektrimitas atas ( dws )
a. Bahu
/
Clavicula
b. Humerus.
c. Sendi siku
d. Antebrachii
e. Manus
Ekstrimitas bawah
( dws )
a. Femur
b. Genu
c. Cruris
d. Ankle / Mortise
e. Pedis

GRID

FFD
(CM )

KV
42

YA
/TDK
tdk

66-70
73

12,5-16
16-20

ya
ya

110
110

50
50
44
44
42

5-6,3
5-6,3
4-5
4-5
2,5-3,2

tdk
tdk
tdk
tdk
tdk

110
110
110
110
110

48-50
46
46-48
44

6,3-10
5
5
5

tdk
tdk
tdk
tdk

110
110
110
110

42

3,5

tdk

110

M AS

110

Permeriksaan dilakukan radiografer


Penilaian oleh Dokter spesialis radiologi
IGD
Surat pengantar dari dokter

182

Pemeriksaan :
Kepala, sinus, TMJ, orbita, mandibula, nasal
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian

Pemeriksaan secara Radiodiagnostik organ-organ pada daerah kepala.

Tujuan

Untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi dengan cepat, tepat,


menyenangkan dan efisien untuk menunjang klinisi dalam menegakkan
diagnosa.

Indikasi

Radang
Tumor
Trauma / fraktur pada kepala.
Hamil muda (relatif)
Tidak diperlukan persiapan khusus untuk pasien.

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Formulir permohonan pemeriksaan radiology (FPPR) diisi dan


ditandatangani oleh dokter pengirim dengan disertai keterangan klinis
pasien tersebut, selanjutnya diterima dibagian radiologi.
1. Prosedur administrasi dilakukan pencatatan identitas pasien
pada buku pendaftaran pasien dan buku pemakaian film, beri
nomor Rontgen.
2. Radiografer menyiapkan alat :
Kaset berisi film ukuran 18x24 Cm, 24x30 Cm.
Lysholm ukuran 24x30 Cm.
183

3. Foto kepala.
Dibuat foto AP dan Lateral.
4. Foto sinus paranasalis.
PA dan lateral.
Foto metode waters.
1. Orbita
Foto metode caldwel kanan dan kiri.
Foto lateral.
2. Temporo mandibular join ( TMJ )
Foto metode Schuler dengan buka dan tutup mulut.
3. Foto mandibula
Dibuat foto metode Eisler.
4. Os nasale.
10.1 Foto lateral soft tissue.
10.2. Foto posisi Waters.
10. Setiap kali foto maka kaset dikirim kekamar gelap dan oleh asisten
kamar gelap diberi label identitas pasien ( LIP ) selanjutnya diproses
dengan mesin prosesing film.
11. Radiografer membuat identitas pasien pada formulir hasil
pemeriksaan radiologi ( FHPR ) dan amplop foto rontgen.
12. Radiografer menyerahkan foto rontgen kedokter spesialis radiologi
untuk dibaca dan dibuatkan expertisenya pada formulir hasil
pemeriksaan radiologi.
Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Dokter spesialis radiologi


10 menit
Tidak ada
Pemeriksaan oleh radiografer
Pembacaan dilakukan oleh ahli radiologi
IGD
Surat pegantar dari dokter

Prosedur Pemeriksaan :
Ekstremitas
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian

Pemeriksaan secara radiodiagnostik organ extremitas ( Extremitas atas


dan extremitas bawah ).

Tujuan

Untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi dengan tepat, cepat,


menyenangkan dan effisiensi untuk menunjang klinisi menegakkan
kelainan pada extremitas
Trauma
Infeksi
Tumor
Hamil (relatif)
Tidak diperlukan persiapan khusus untuk pasien.
Prosedur administrasi dilakukan yaitu dengan catat identitas pasien
pada buku pendaftaran pasiendan buku pemakaian film, beri nomor
rontgen.
Radiografer menyiapkan alat :
- Kaset berisi film 18 x 24 Cm, 24 x 30 Cm, 30 x 40 Cm, 35 x 43
Cm, 35 x 35 Cm.
Rincian instruksi kerja :
1. Extremitas superior :
1.1. Clavicula
: dibuat foto AP ( Antero Posterior ).
1.2. Scapula
: Dibuat foto AP dan tangensial.

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

184

2.

1.3. Humerus
1.4. Artic humeri
1.5. Elbow joint
1.6. Antebrachii
1.7. Perg tangan
1.8. Manus
Extremitas inferior :
2.1. Pelvis
2.2. Artic Coxae
2.3. Femur
2.4. Artc. Genu
2.5. Cruris
2.6. Ankle joint

: dibuat foto AP dan Lateral.


: dibaut foto AP dan Axial.
: dibuat foto AP dan lateral.
: dibuat foto AP dan lateral.
: dibuat foto AP dan Lateral.
: dibuat foto AP, lateral / oblik.

: dibuat foto AP.


: dibuat foto AP axial.
: dibuat foto AP dan lateral
: Dibuat foto AP lateral / skyline.
: Dibuat foto AP dan lateral.
: Dibuat foto AP lateral
Mortis View ( sesuai permintaan ).
2.7. Pedis : Dibuat foto AP Lateral dan lateral oblik.
2.8. Os Calceneus: Dibuat foto lateral dan axial.
3. Setiap kali foto maka kaset dikirim kekamar gelap dan oleh
petugas kamar gelap ( Rontgen ) diproses oleh mesin prosesing
film.
4. Radiografer membuat identitas pasien pada amplop foto rontgen.
5. Radiografer menyerahkan foto rontgen kedokter spesialis
radiologi untuk dibaca dan dibuatkan expertisenya pada formulir
hasil pemeriksaan radiologi.
6. Pemeriksaan radiologi selesai, foto hasil expertisenya
diserahkan kedokter pengirim.
Penilaian

Kedudukan tulang
Densitas tulang
Minimal 2 persendian tercakup

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

10-15 menit
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer IGD
Radiologi IGD
Surat permintaan dari klinisi

185

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN THORAX
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pemeriksaan secara diagnostik organ thorax


Untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi dengan tepat, cepat,
menyenangkan dan efisien untuk menunjang klinisi menegakkan diagnosa
kelainan organ dalam rongga dada
Trauma
Infeksi
Tumor
Korpus alienum
Hamil (relatif)
Formulir permohonan pemeriksaan radiology (FPPR) diisi dan
ditandatangani oleh dokter pengirim dengan disertai keterangan klinis
pasien tersebut, selanjutnya diterima dibagian radiologi.
Tidak diperlukan persiapan khusus untuk pasien.

Prosedur administrasi dilakukan yaitu dengan catat identitas pasien


pada buku pendaftaran pasiendan buku pemakaian film, beri nomor
rontgen.
Radiografer menyiapkan alat :
- Kaset berisi film 18 x 24 Cm, 24 x 30
Cm, 30 x 40 Cm, 35 x 43 Cm, 35 x 35
Cm.
186

Penilaian

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pemeriksaan yang dapat dilakukan.


- Foto Antero Posterior ( AP ) atau
Potero Anterior ( PA ).
- Foto Lateral
- Foto Top Lordotik.
- Foto RLD atau LLD.
Setiap kali foto rontgen kaset dikirim kekamar gelap dan oleh petugas
selanjutnya diproses dengan mesin prosesing film.
Radiografer membuat identitas pasien pada amplop foto rontgen.
Radiografer menyerahkan foto rontgen kedokter spesialis radiologi
untuk dibaca dan dibuatkan expertisenya diserahkan kedokter
pengirim.

Kondisi foto harus tampak jelas setinggi procesus spinosus T4, pada anak
T8.
Foto simetris
Inspirasi harus cukup: iga anterior 6 atau posterior 8 di atas diafragma
Pada TOP foto clavicula harus tersingkir sehingga puncak paru jelas.
10 menit
Pemeriksaan oleh radiografer IGD
IGD
Surat dari klinisi

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN ABDOMEN 3 POSISI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian

Pemeriksaan secara radiodiagnostik dari organ abdomen.

Tujuan

Untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi dengan tepat, cepat,


menyenangkan dan effisiensi untuk menunjang klinisi menegakkan
diagnosa akut abdomen.

Indikasi

Ileus obstruksi
Paralitik
Perforasi
Peritonitis
Formulir permohonan pemeriksaan radiology (FPPR) diisi dan
ditandatangani oleh dokter pengirim dengan disertai keterangan klinis
pasien tersebut, selanjutnya diterima dibagian radiologi.
Tidak diperlukan persiapan khusus untuk pasien.

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan

Prosedur Tindakan

1. Prosedur administrasi dilakukan yaitu catat identitas pasien


pada buku pendaftaran pasien dan buku pemakaian film.
2. Radiografer menyiapkan alat kaset berisi film berukuran 24 x
30 Cm, 35 x 43 Cm.
3. Dibuat foto polos abdomen ( BNO ) AP dalam posisi pasien
187

tidur telentang film dibawah pasien dan sinar tegak lurus film.

4. duduk jika kondisi memungkinkan atau LLD ( Left Lateral

5.

6.
7.
8.
9.

Dicubitus ) dimana pasien tiduran miring dengan posisi kiri


dibawah menempel pada meja pemeriksaan, film vertical
disamping pasien dan arah sinar horisontal tegak lurus film.
Pada bayi pasien tetap posisi supine dengan sinar horizontal.
Foto diambil minimal 5 menit setelah pasien di posisikan
Setiap kali foto rontgen, kaset dikirim kekamar gelap dan oleh
petugas kamar gelap diproses dengan mesin prosesing.
Radiografer membuat identitas pasien pada amplop foto
rontgen.
Radiografer menyerahkan foto rontgen kepada dokter spesialis
radiologi untuk dibaca dan kemudian dibuatkan ekspertise
pada formulir hasil pemeriksaan radiologi ( FHPR ).
Radiografer menyerahkan foto rontgen kedokter spesialis
radiologi untuk dibaca dan dibuatkan expertisenya diserahkan
kedokter pengirim.

Penilaian

Foto supine: mencakup diafragma sampai pelvis minor


duduk dan LLD: diafragma tercakup

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang

15-20 menit
Pemeriksaan dilakukan radiografer
Penilaian oleh ahli radiologi
Radiologi IGD
Surat dari klinisi

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

Pemeriksaan :
Foto vertebra
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan secara diagnostik dari organ vertebra ( Tulang belakang ).
Untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi dengan cepat, tepat,
menyenangkan dan efisiensi untuk menunjang klinisi menegakkan
diagnosa.
Trauma
LBP
Tumor
Radang vertebra
Hamil (relatif)
Tidak memerlukan persiapan khusus
1. Prosedur administrasi dilakukan yaitu catat identitas pasien
pada buku pendaftaran pasien dan buku pemakaian filn, beri
nomor rontgen.
2. Radiografer menyiapkan alat : kaset berisi film 18 x 24 cm, 24
x 30 cm, 30 x 40cm, 35 x 43cm.
3. Foto vertebra cervical adalah AP lateral, oblik kanan dan kiri.
4. Foto vertebra thoracal adalah AP lateral.
5. Foto vertebra lumbal sacral adalah AP lateral dan oblik kiri.
6. Setiap kali foto Rontgen kaset dikirim kekamar gelap dan oleh
petugas kamar gelap akan diproses dalam mesin prosesing.
188

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

7. Radiografer membuat identitas pasien pada amplop rontgen.


8. Radiografer menyerahkan foto rontgen kedokter spesialis
radiologi untuk dibaca dan dibuatkan expertisenya pada formulir
hasil pemeriksaan radiologi.
9. Pemeriksaan radiologi selesai, foto hasil expertisenya
diserahkan kedokter pengirim
Semua vertebra terlihat posisi true lateral
Densitas foto sesuai untuk tulang
10 menit
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
Radiologi IGD
Surat permintaan dari klinisi

Pemeriksaan :
Cystogram
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian

Pemeriksaan secara radiodiagnostik dari organ buli-buli (Kandung


kencing).

Tujuan

Untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi dengan cepat, tepat,


menyenangkan dan efisiensi untuk menunjang klinisi menegakkan
diagnosa.

Indikasi

Trauma
Tumor

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Hamil (relatif)
Tidak ada persiapan khusus
1. Formulir permohonan pemeriksaan radiology (FPPR) diisi dan
ditandatangani oleh dokter pengirim dengan disertai keterangan
klinis pasien tersebut, selanjutnya diterima dibagian radiologi.
2.Tidak diperlukan persiapan khusus untuk pasien.
Pelaksanaan :
1. Prosedur administrasi dilakukan yaitu catat identitas
pasien pada buku pendaftaran pasien dan buku
pemakain film, beri nomor rontgen.
189

2. Radiografer menyiapkan alat :


Kaset berisi film ukuran 24x30cm, 30x40cm.
Bahan kontras ( Urografin ).
Obat anti alergi.
Diaposible spuit 50 cc cateter tip, 2 cc.
Sarung tangan.
1. Dibuat foto polos AP pada daerah pelvis.
2. Kontras yang sudah diencerkan dengan aqua (1:4)
dimasukkan lewat cateter ( pasien pada trauma pelvis sudah
terpasang ) sampai buli-buli penuh ( pasiem merasa akan
buang air kecil ) biasanya 150 cc 200 cc. Kemudian
catteter dijepit dengan arteri klem.
3. Dilakukan foto rontgen daerah buli-buli ( Pelvis ) dengan posisi
AP, oblik kanan dan oblik kiri.
4. Dilakukan foto AP daerah buli-buli ( Pelvis ) setelah buli-buli
dikosongkan (buka jepitan arteri klem pada kateter).
5. Setiap kali foto Rontgen kaset dikirim kekamar gelap dan oleh
petugas kamar gelap akan diproses dalam mesin prosesing.
6. Radiografer membuat identitas pasien pada amplop rontgen.
8. Radiografer menyerahkan foto rontgen kedokter spesialis
radiologi untuk dibaca dan dibuatkan expertisenya pada formulir
hasil pemeriksaan radiologi.
9. Pemeriksaan radiologi selesai, foto hasil expertisenya
diserahkan kedokter pengirim.
10. Pemeriksaan radiologi selesai :
Hasil pemeriksaan radiologi berupa foto rontgen dan lembar
expertise diserahkan kedokter pengirim atau keluarga pasien
dengan buku ekpedisi.
Penilaian

vesika terlihat jelas pada foto AP dan oblik.

Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang

20 menit
Pemeriksaan dilakukan oleg radiographer
Penilaian oleh ahli radiologi
Radiologi IGD
Surat permintaan dari klinisi

Unit Yang Mengerjakan


Dokumen Terkait
Referensi

190

Pemeriksaan :
PEMERIKSAAN CISTOGRAM
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan secara radiodiagnostik dari organ buli-buli (Kandung
kencing).
Untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi dengan cepat, tepat,
menyenangkan dan efisiensi untuk menunjang klinisi menegakkan
diagnosa trauma uretra ( saluran kencing ).

Trauma uretra
Striktur
Tidak memerlukan persiapan khusus
1. Prosedur administrasi dilakukan yaitu catat identitas pasien pada
buku pendaftaran pasien dan buku pemakain film, beri
nomor rontgen.
2. Radiografer menyiapkan alat :
Kaset berisi film ukuran 24x30cm, 30x40cm.
Bahan kontras ( Urografin ).
Obat anti alergi.
Disposible spuit 50 cc cateter tip, 2 cc.
Sarung tangan.
191

3. Dibuat foto polos AP pada daerah pelvis. ( saluran kencing


harus termasuk ).
4. Kontras yang harus diencerkan dengan aqua ( 1:4 )
dimasukkan ke uretra dengan mempergunakan spuit 50 cc
cateter tip yang dimasukkan kedalan uretra 1 cm, pada saat
kontras dimasukkan maka dibuat foto AP daerah uretra dimana
uretra berada diantara dua femur, foto AP daerah uretra yang
ditarik daerah uretra setelah kontras dibiarkan keluar.
5. Setiap kali foto Rontgen kaset dikirim kekamar gelap dan oleh
petugas kamar gelap akan diproses dalam mesin prosesing.
6. Radiografer membuat identitas pasien pada amplop rontgen.
7. Radiografer menyerahkan foto rontgen kepada dokter spesialis
radiologi untuk dibaca dan dibuatkan expertisenya pada formulir
hasil pemeriksaan radiologi.
8. Pemeriksaan radiologi selesai, foto hasil expertisenya
diserahkan kepada dokter pengirim.
9. Pemeriksaan radiologi selesai :
Hasil pemeriksaan radiologi berupa foto rontgen dan lembar expertise
diserahkan kedokter pengirim atau keluarga pasien dengan buku
ekpedisi
Uretra harus tercakup
20 menit
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer, dokter radiologi dan
didampingi dokter urologi
Radiologi IGD
Surat permintaan dari klinisi
Surat persetujuan tindakan

Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pemeriksaan :
IVP
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian

Pemeriksaan secara radiodiagnostik dari organ ginjal dan saluran ginjal


( ureter ) samapi kandung kencing ( buli-buli ).

Tujuan

Untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi dengan cepat, tepat,


menyenangkan dan efisiensi untuk menunjang klinisi menegakkan
diagnosa trauma pada ginjal, saluran ginjal ( ureter ) dan kandung
kencing ( buli-buli ).

Indikasi

Trauma ginjal, saluran ginjal dan kandung kencing

Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

Alergi kontras
Tidak ada persiapan khusus
1. Prosedur administrasi yang dilakukan adalah catat identitas
pasien pada buku pendaftaran pasien dan buku pemakain
film, beri nomor rontgen.
2. Radiografer menyiapkan alat :
Kaset berisi film ukuran 24x30cm, 35x43cm.
Bahan kontras ( Urografin ).
Obat anti alergi ( Kalmetason, avil, adrenalin ).
192

Disposible spuit 20cc, 2 cc.


Sarung tangan.
3. Dibuat foto polos AP pada daerah abdomen ( diafragma dan
simpisis pubis harus termasuk ).
4. Dilakukan penyuntikan kontras melalui IV sebanyak 40cc,
bila pasien mempergunakan kateter maka kateter
harus diklem dulu dan pasien tidak dilakukan
kompresi abdomen, selanjutnya dibuat foto rontgen :
Foto AP didaerah ginjal dengan kaset ukuran 24x30cm pada menit ke 3 setelah
pemberian kontras.
Foto AP didaerah ginjal dengan menggunakan kaset ukuran 24x30 cm pada menit
ke 7 setelah pemberian kontras.
Foto AP abdomen pada menit ke 15 setelah pemberian kontras dengan kaset
ukuran 35x43cm.
Foto AP abdomen pada menit ke 30 setelah pemberian kontras dengan kaset
ukuran 35x43cm.
Bila dirasa cukup maka selanjutnya dibuat foto AP abdomen pada saat
pengosongan kandung kencing ( untuk pasien yang terpasang cateter )
dengan kaset ukuran 35x43cm.
5. Setiap kali foto Rontgen kaset dikirim kekamar gelap dan oleh
petugas kamar gelap akan diproses dalam mesin
prosesing.
6. Radiografer membuat identitas pasien pada amplop rontgen.
7. Radiografer menyerahkan foto rontgen kedokter spesialis
radiologi untuk dibaca dan dibuatkan expertisenya pada formulir
hasil pemeriksaan radiologi.
8. Pemeriksaan radiologi selesai, foto hasil expertisenya diserahkan
kedokter pengirim.
9. Pemeriksaan radiologi selesai :
Hasil pemeriksaan radiologi berupa foto rontgen dan lembar
expertise diserahkan kedokter pengirim atau keluarga pasien
dengan buku ekspedisi.
Penilaian
Lama Tindakan
Komplikasi
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait

30 menit
Alergi kontras
Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer bersama dokter radiologi
Ekspertise dilakukan oleh dokter radiologi.
Radiologi IGD
Surat pengantar dari klinisi
Surat izin tindakan

Referensi

193

Pemeriksaan :
Posisi knee chest
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan secara radiodiagnostik dari organ abdomen dengan klinis
atresia ani (tidak ada lubang anus)
Untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi dengan cepat, tepat ,
menyenangkan dan efisien untuk menunjang klinisi menegakkan
diagnosa pada pasien dengan klinis atresia ani
Atresia ani.
Tidak ada
Tidak ada persiapan khusus
1.Prosedur administrasi dilakukan yaitu catat identitas pasien pada
buku pendaftaran pasien dan buku pemakaian film, beri nomor rontgen.
2. Radiografer menyiapkan alat kaset berisi film ukuran 18 x 24 cm.
3. Dibuat foto abdomen sinar horizontal tegak lurus film, dimana pasien
pada posisi sujud dan kaset tegak lurus meja pemeriksaan disamping
pasien, kaset ditempel penggaris yang dibuat skala dengan bahan
timbal yang dipasang sejajar abdomen bagian bawah dan tunggu
beberapa saat sebelum diambil fotonya.
4. Kaset dikirim ke kamar gelap dan diproses di mesin prosesing oleh
petugas kamar gelap.
194

5. Radiografer membuat identitas pasien pada film dan amplop foto


rontgen.
6. Radiografer menyerahkan foto Rontgen ke dokter spesialis radiologi
untuk dibaca dan dibuatkan expertisenya pada formulir hasil
pemeriksaan radiologi.
7. Pemeriksaan radiologi selesai:
Hasil pemeriksaan radiologi berupa foto rontgen dan lembar expertise
diserahkan ke dokter pengirim atau keluarga pasien dengan buku
ekspedisi.
Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer


Ekspertise oleh ahli radiologi
Radiologi IGD
Surat pengantar dari klinisi

Pemeriksaan :
Ultrasonografi (USG)
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan

Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Pemeriksaan organ-organ bagian dalam dengan mempergunakan
gelombang ultrasonic.
Untuk melaksanakan pemeriksaan USG dengan cepat, tepat,
menyenangkan dan effisien untuk menunjang klinisi menegakkan
diagnosa kelainan organ bagian dalam karena trauma atau kelainan
akut lainnya.
Trauma abdomen
Kolik abdomen
Peritonitis
Tidak ada
Tidak ada persiapan khusus
1.Catat identitas pasien pada buku pendaftaran pasien dan buku
pemakaian film, beri nomor USG.
2.Radiografer menyiapkan alat berupa film USG dan jelly
3.USG yang dilakukan di IGD adalah USG abdomen
4.Radiografer menghidupkan pesawat USG
5.Radiografer membuat identitas pasien pada amplop foto USG.
6.Radiografer menyerahkan foto USG dan hasil ekspertise setelah
195

dibaca oleh dokter spesialis radiologi ke keluarga pasien/ dokter


pengirim dengan buku ekspedisi.

Wewenang
Unit Yang Mengerjakan
Dokumen Terkait
Referensi

Pemeriksaan dan ekspertise dilakukan oleh dokter spesialis radiologi


Radiologi IGD RSCM
Surat permintaan dari klinisi

PROSEDUR ALUR PASIEN DEPARTEMEN RADIOLOGI


No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
Perjalanan pasien mulai dari pendaftaran sampai mendapatkan hasil
pemeriksaan radiologi
Agar pelayanan radiologi terlaksana dengan tertib, aman dan lancar.
1. Pasien datang ke Departemen Radiologi dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter yang harus disertai
dengan data klinis.
2. Pasien mendaftar ke loket sesuai jenis pemeriksaan (Loket USG dan
konvensional, loket CT scan, loket MRI, loket kedokteran nuklir).
3. Pasien membayar di kasir dan menunggu di ruang tunggu untuk
dipanggil di ruang pemeriksaan sesuai jenis pemeriksaan.
4. Pasien USG dan konvensional dibagi menjadi 2 alur : umum dan
PKS.
- Pasien umum non brankar menunggu di ruang tunggu umum.
- Pasien dengan brankar / kursi roda (rawat inap) menunggu di ruang
khusus (masuk selasar kanan melalui pintu utama belakang) sesuai
jadwal dan harus ditunggui oleh petugas yang mengantar.
- Pasien PKS non brankar (rawat jalan)menunggu di ruang tunggu VIP.
196

- Pasien PKS dengan brankar/kursi roda (rawat jalan) menunggu di


ruang rawat dan akan dihubungi bila pemeriksaan akan dilakukan.
5. a. Pasien CT scan dan MRI non brankar (rawat jalan) menunggu di
ruang tunggu CT scan atau MRI.
b. Pasien CT scan dan MRI dengan brankar (rawat inap) menunggu
di ruang rawat masing-masing dan akan dihubungi bila
pemeriksaan akan dilakukan.
6. Pasien Kedokteran Nuklir menunggu di ruang tunggu Kedokteran
Nuklir. Setelah dilakukan penyuntikan radiofarmaka pasien
menunggu di ruang khusus pasca penyuntikan.
7. Pengambilan hasil :
Umum : Pagi: pengambilan hasil jam 14.00-15.00WIB
Sore: pengambilan hasil diambil hari berikutnya.
PKS: pagi dan sore : pengambilan hasil 1 jam setelah pemeriksaan.

PROSEDUR SURAT MENYURAT :


PENERIMAAN DAN PENGIRIMAN SURAT
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Tujuan

1. Surat adalah segala macam bentuk masalah kedinasan yang


merupakan sarana komunikasi tertulis.
2. Pengiriman surat adalah proses penyampaian surat mulai dari
pembuatan sampai kepada alamat yang dituju.
3. Penerimaan surat adalah proses penerimaan surat,
pencatatan sampai kepada Kepala Departemen dan atau
kepada yang dituju sesuai dengan maksud surat.
4. Arsip adalah segala naskah dan atau surat-surat yang dibuat
dan diterima dalam keadaan tunggal maupun berkelompok,
yang dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam rangka
pelaksanaan kegiatan kedinasan.
Agar proses administrasi menjadi tertib dan lancar.

Prosedur pengiriman surat

1.
2.

Surat-surat keluar sebelum ditandatangani, diparaf oleh jajaran


terkait.
Surat-surat keluar ditandatangani oleh Kepala Departemen atau
oleh jajaran lain atas nama Kepala Departemen dan distempel
Departemen Radiologi.
197

3.

4.
5.
Prosedur penerimaan surat

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Surat-surat keluar diberi nomor surat dan dibukukan didalam buku


register surat-surat keluar.
Surat-surat keluar dikirim kepada alamat yang dituju dan
ditandatangani, dicatat didalam buku register oleh penerima surat.
Surat-surat keluar tembusannya dikirim ke jajaran yang terkait dan
arsip surat disimpan di ordner tempat surat-surat keluar.
Surat-surat masuk diterima dan distempel tanggal terima surat
dan ditulis nomor urut surat.
Surat-surat penting segera disampaikan kepada Kepala
Departemen.
Surat-surat masuk dilampiri dengan lembar disposisi dan diajukan
kepada Kepala Departemen.
Surat-surat masuk yang sudah didisposisi Kepala Departemen di
foto kopi dan kopi beserta lembar disposisinya diserahkan kepada
jajaran yang diberi disposisi untuk dilaksanakan.
Surat-surat masuk yang perlu jawaban segera dibuatkan surat
jawaban sekurang-kurangnya 1 (satu) hari setelah dibuat
disposisi.
Surat-surat masuk disimpan / diarsipkan di odner tempat suratsurat masuk.

PROSEDUR PENERIMAAN UANG


DEPARTEMEN RADIOLOGI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Pengertian

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247
1.
2.
3.
4.

5.
6.

Tujuan

No. Revisi :

Loket Radiologi adalah tempat pasien baik rawat jalan maupun


rawat inap melakukan registrasi pendaftaran tindakan,
perjanjian tindakan maupun pembayaran atas tindakan.
Kasir Radiologi berada di loket radiologi.
Pasien tunai adalah pasien baik rawat jalan maupun rawat inap
yang membayar tindakan radiologi dengan cara tunai (cash)
langsung ke kasir radiologi.
Pasien tagihan adalah pasien baik rawat jalan maupun rawat
inap yang biaya atas tindakannya, dibayarkan dikemudian hari
baik oleh pasien sendiri, pihak asuransi, pemerintah, badan
sosial maupun badan usaha lain.
Kwitansi adalah tanda bukti bayar yang dikeluarkan oleh
Deparetemen Radiologi atas pasien yang membayar tunai.
Nota Biaya adalah tanda bukti biaya yang dikeluarkan oleh
Departemen Radiologi atas tindakan pasien yang
pembayarannya melalui jaminan tagihan.

Agar semua transaksi dilaksanakan dengan tertib dan terkendali


198

Prosedur

1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

11.

Pasien yang telah mendaftar di loket pendaftaran radiologi,


selanjutnya diregistrasi, dicatat dan diberitahu atas beban biaya
pemeriksaan radiologinya.
Pasien Tunai : Pasien selanjutnya ke kasir radiologi untuk
membayar biaya pemeriksaan.
Pasien Jaminan / Tagihan : Pasien yang telah mendaftar di loket
pendaftaran radiologi, diregistrasi, dicatat, diisi Jaminan Rawat
Jalan / Rawat Inap, kemudian dibuatkan Nota Biaya kepada
pasien atau pengantarnya.
Pasien yang telah melakukan registrasi dan administrasi
selanjutnya diarahkan oleh petugas loket ke kamar pemeriksaan
sesuai pemeriksaan yang akan dijalaninya.
Untuk pasien-pasien diluar jam dinas (emergensi), registrasi /
pendaftaran dan pembayaran dilaksanakan oleh petugas jaga
malam yang sedang bertugas.
Kasir Departemen Radiologi menyetorkan seluruh pendapatan
departemen dalam 1 (satu) hari (hingga pukul 15.00) ke
Bendahara / Keuangan Departemen Radiologi.
Bagian keuangan memeriksa seluruh pendapatan yang
disetorkan oleh petugas kasir dengan melakukan cek ulang
(cross check) setiap kwitansi dengan bukti transaksi.
Kwitansi yang diberikan oleh petugas jaga malam, merupakan
kwitansi resmi berstempel Departemen Radiologi.
Uang dan rangkap kwitansi disetorkan oleh petugas jaga malam
ke bendahara keuangan depertemen radiologi keesokan harinya
(pagi hari).
Bendahara Departemen untuk selanjutnya menyetorkan setoran
Departemen pada hari yang sama ke Rekening Bendahara
RSCM no.122 008 300 026 8 di Bank Mandiri Cabang Jakarta
RSCM.
Setiap bulan Departemen Radiologi membuat laporan
pemasukan tunai dan tagihan ke Bagian Keuangan dan
Akuntansi RSCM, yang telah ditandatangani oleh Kepala
Departemen Radiologi.

PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN


DEPARTEMEN RADIOLOGI
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Pengertian
Pasien adalah individu yang memerlukan pelayanan pemeriksaan
radiologi.
Pasien rawat jalan adalah pasien pasien yang datang ke Departemen
Radiologi dari poliklinik maupun praktek dokter swasta / Puskesmas /
Rumah Sakit lain.
Pasien rawat inap adalah pasien pasien yang datang ke Departemen
Radiologi dari ruang rawat inap RSCM.
Tujuan
Agar Pelayanan Departemen Radiologi tertib Administrasi dan
Keuangan.
Prosedur

1. Pasien Rawat Jalan.


a. Pasien pasien pembayaran tunai.

1. Pasien datang ke loket penerimaan Departemen Radiologi


199

2.

3.

4.
5.

dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi


dari dokter praktek / poliklinik / Rumah sakit lain.
Surat permintaan pemeriksaan radiologi harus diisi lengkap
tentang data data pasien serta klinis dan ditandatangani oleh
dokter yang meminta. Jika data data tidak lengkap harus diisi
lengkap pada saat pendaftaran.
Surat permintaan pemeriksaan radiologi dicek ulang tentang
jenis pemeriksaan, biaya pemeriksaan sesuai tarif. Bila jenis
pemeriksaan memerlukan tindakan khusus dan perlu
perjanjian maka pasien dialihkan ke loket perjanjian untuk
menentukan waktu dan persiapan sesuai jenis pemeriksaan.
Pasien membayar di loket kasir dan menunggu di ruangan
tunggu untuk dipanggil di ruang pemeriksaan sesuai dengan
jenis pemeriksaan.
Surat permintaan pemeriksaan radiologi setelah dilampiri
tembusan kwitansi dan label foto, didistribusikan ke ruangan
ruangan pemeriksaan sesuai jenis pemeriksaan.

b. Pasien pasien peserta Askes.


1. Pasien datang ke loket penerimaan Departemen Radiologi
dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi
dari Puskesmas / Poliklinik / Rumah sakit lain.
2. Surat permintaan pemeriksaan radiologi dicek ulang mengenai
jenis pemeriksaan, biaya pemeriksaan sesuai tarif. Bila jenis
pemeriksaan memerlukan tindakan khusus dan perlu
perjanjian maka pasien dialihkan ke loket perjanjian untuk
menentukan waktu dan persiapan sesuai jenis pemeriksaan.
3. Surat permintaan pemeriksaan radiologi dicek tentang jenis
pemeriksaan, biaya pemeriksaan sesuai tarif. Bila jenis
pemeriksaan memerlukan tindakan khusus dan perlu
perjanjian maka pasien dialihkan ke loket perjanjian untuk
menentukan waktu dan persiapan sesuai jenis pemeriksaan.
4. Surat permintaan pemeriksaan radiologi dilampiri :
a. Satu lembar foto copy surat permintaan pemeriksaan
radiologi.
b. Satu lembar foto copy kartu Askes.
c. Satu lembar surat jaminan pemeriksaan asli atau foto
kopi.
5. Pasien / keluarga / petugas membayar selisih biaya Askes /
cost shering.
6. Pasien menunggu diruang tunggu untuk dipanggil dikamar
kamar pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan.
7. Surat permintaan pemeriksaan radiologi beserta lampiran
berkas, didistribusikan ke ruangan ruangan pemeriksaan
sesuai jenis pemeriksaan.
c. Pasien - pasien JamKesMas / Gakin.
1. Pasien datang ke loket penerimaan Departemen Radiologi
dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi
dari dokter praktek / poliklinik / Rumah sakit lain.
2. Surat permintaan pemeriksaan radiologi harus diisi lengkap
tentang data data pasien serta klinis dan harus ditanda
tangani oleh dokter yang meminta. Jika data data tidak
lengkap agar diisi secara lengkap pada saat pendaftaran.
3. Surat permintaan pemeriksaan radiologi dicek ulang tentang
jenis pemeriksaan, biaya pemeriksaan sesuai tarif
pemeriksaan, bila jenis pemeriksaan perlu perjanjian
diserahkan / dialihkan ke loket perjanjian untuk dijanjikan
waktu dan persiapan pemeriksaan.
4. Surat permintaan pemeriksaan radiologi Departemen Radiologi
dilampiri :
a. 1 ( satu ) lembar foto copy surat permintaan
pemeriksaan radiologi.
b. 1 ( satu ) lembar surat jaminan pemeriksaan ( SJP )
Askes atau foto copy.
c. 1 ( satu ) lembar foto copy KTP yang masih berlaku.
5. Surat surat permintaan pemeriksaan radiologi beserta
200

lampirannya di distribusikan ke ruangan ruangan sesuai jenis


pemeriksaan.
6. Pasien menunggu diruang tunggu untuk dipanggil dikamar
kamar pemeriksaan sesuai jenis pemeriksaan.
2. Pasien pasien Rawat Inap.
a. Pasien- pasien pembayaran tunai.
1. Pasien datang ke loket penerimaan Departemen Radiologi
dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi
dari dokter / poliklinik / Rumah sakit lain.
2. Surat permintaan pemeriksaan radiologi harus diisi lengkap
tentang data data pasien serta klinis dan ditanda tangani
oleh dokter yang meminta. Jika data data tidak lengkap agar
diisi secara lengkap disaat pendaptaran.
3. Surat permintaan pemeriksaan radiologi dicek tentang jenis
pemeriksaan, biaya pemeriksaan perlu perjanjian diserahkan /
dialihkan ke loket perjanjian untuk dijanjikan waktu dan
persiapan pemeriksaan.
4. Pasien / keluarga pasien / petugas ruangan membayar diloket
kasir dan menunggu diruang yang telah ditentukan.
5. Surat permintaan pemeriksaan radiologi setelah dilampirin
tembusan kwitansi dan label foto, didistribusikan ke ruangan
ruangan pemeriksaan sesuai jenis pemriksaan.
b. Pasien pasien peserta Askes.
1. Pasien / keluarga pasien / petugas ruangan rawat datang ke
loket penerimaan di Departemen Radiologi dengan membawa
surat permintaan pemeriksaan radiologi dari ruang rawat.
2. Surat permintaan pemeriksaan radiologi harus diisi lengkap
tentang data data pasien serta klinis dan ditandatangani
oleh dokter yang meminta. Jika data data tidak lengkap agar
diisi secara lengkap.
3. Surat permintaan radiologi dicek ulang mengenai jenis
pemeriksaan, biaya pemeriksaan sesuai tarif pemeriksaan, bila
jenis pemeriksaan perlu perjanjian diserahkan / dialihkan ke
loket perjanjian untuk dijanjikan waktu dan persiapan
pemeriksaan.
4. Surat permintaan pemeriksaan radiologi dilampiri :
a. 4 ( empat ) lembar foto copy surat permintaan
pemeriksaan radiologi.
b. 3 ( tiga ) lembar foto copy kartu Askes.
c. 3 ( tiga ) lembar foto copy surat jaminan rawat inap.
d. 3 ( tiga ) lembar foto copy IPRI.
5. Pasien / keluarga / petugas membayar selisih biaya Askes /
cost shering.
6. Pasien menunggu ditempat yang sudah ditentukan.
7. Surat surat permintaan pemeriksaan radiologi beserta
lampirannya di distribusikan ke ruangan ruangan sesuai jenis
pemeriksaan.
c. Pasien - pasien JamKesMas / Gakin.
1. Pasien / keluarga pasien / petugas ruangan rawat datang ke
loket penerimaan di Departemen Radiologi dengan
membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi ruang
rawat inap.
2. Surat permintaan pemeriksaan radiologi harus diisi lengkap
tentang data pasien serta klinis dan ditandatangani oleh
dokter yang meminta. Jika data tidak lengkap agar diisi
secara lengkap.
3. Surat permintaan pemeriksaan radiologi dicek ulang tentang
jenis pemeriksaan, biaya pemeriksaan sesuai tarif
pemeriksaan, bila jenis pemeriksaan perlu perjanjian
diserahkan / dialihkan ke loket perjanjian untuk dijanjikan
waktu dan persiapan pemeriksaan.
201

4. Surat permintaan pemeriksaan radiologi dilampiri :


a. 3 ( tiga ) lembar foto copy surat permintaan
pemeriksaan radiologi.
b. 2 ( dua ) lembar foto copy IPRI.
c. 2 ( dua ) lembar foto copy surat Jaminan rawat Inap.
d. 2 ( dua ) lembar foto copy KTP yang masih berlaku.
5. Pasien menunggu ditempat yang sudah ditentukan.
6. Surat surat permintaan pemeriksaan radiologi beserta
lampirannya di distribusikan ke ruangan ruangan sesuai
jenis pemeriksaan.

VISI, MISI, FALSAFAH DAN TUJUAN


DEPARTEMEN RADIOLOGI PUSAT RSCM
No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

VISI

Ditetapkan oleh Direktur Utama,

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU(K)


NIP. 140 105 247

Menjadikan Departemen Radiologi sebagai pusat imejing


terkemuka di Asia Pasifik 2010 dengan layanan unggulan dan
terpadu serta menjadi pusat pendidikan Radiologi sebagai rumah
sakit pendidikan yang mandiri dan terkemuka di Asia Pasifik tahun
2010.

MISI

Meningkatkan kualitas pelayanan Radiologi yang bermutu dengan


sikap profesionalisme, sabar dan rendah hati serta dapat melayani
seluruh lapisan masyarakat.
Meningkatkan kualitas pendidikan Radiologi serta tenaga
kesehatan lainnya yang terkait untuk semua tahapan pendidikan
melalui peningkatan kemampuan SDM dalam bidang pendidikan,
penelitian dan pelayanan serta tidak mengabaikan upaya
peningkatan kesejahteraan yang berkeadilan
Meningkatkan suasana akademik yang kondusif dan fasilitas yang
menunjang sehingga dapat menghasilkan penelitian yang bermutu
dan berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
pendidikan dan pelayanan Radiolgi.
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pelayanan
radiodiagnostik di RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo mengutamakan
202

FALSAFAH

TUJUAN

kualitas pelayanan yang berazaskan ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan


berlandaskan pada etika kedokteran serta mengikuti pengembangan
IPTEKDOK pada umumnya dengan memperhatikan efektivitas dan
efisien.
Tujuan yang akan dicapai oleh upaya menajemen pelayanan Radiologi
menjadikannya sebagai suatu pusat radiodiagnostik yang:
a. Mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui penyelenggaraan pelayanan Radiodiagnostik yang
bermutu, mandiri serta melayani seluruh lapisan
masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah pada masyarakat yang membutuhkan, serta
merupakan acuan/rujukan dari pelayanan Radiodiagnostik
secara nasional.
b. Mampu meningkatkan SDM bidang Radiodiagnostik
sehingga memiliki kemampuan profesi dan atau akademik
dalam bidang Radiodiagnostik secara nasional
berwawasan kebangsaan serta menjunjung tinggi etika
profesi yang mampu mendidik, menapis, menerapkan,
mengembangkan IPTEKDOK dan kesehatan sehingga
menjadi acuan/rujukan dari pendidikan tenaga kesehatan
nasional dalam bidang Radiodiagnostik.
c. Mampu meningkatkan SDM bidang Radiodiagnostik
sehingga memiliki kemampuan meneliti serta mampu
menerapkan kemampuan tersebut pada pelayanan dan
pendidikan dalam bidang Radiodiagnostik di RSUPN. Dr.
Cipto Mangunkusumo agar terjadi peningkatan mutu
pelayanan dan pendidikan sehingga dapat menjadi acuan/
rujukan dari penelitian kesehatan dan kedokteran
nasional.
d. Meningkatkan produktifitas seluruh karyawan melalui
kesejahteraan yang berkeadilan dan pengembangan
karier yang sehat.
e. Mengusahakan tercapainya posisi bisnis RSUPN. Dr.
Cipto Mangunkusumo kearah pertumbuhan melalui
peningkatan pangsa pasar dan segmen pasar.

203

Anda mungkin juga menyukai