Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan radiologi adalah cara-cara pemeriksaan yang menghasilkan gambar bagian
dalam tubuh manusia untuk tujuan diagnostik yang dinamakan pencitraan diagnostik.
Menurut Patel, radiologi merupakan ilmu kedokteran yang digunakan untuk melihat bagian
tubuh manusia yang menggunakan pancaran atau radiasi gelombang elektromagnetik
maupun gelombang mekanik. Modalitas pencitraan (modality) merupakan istilah dari alat-
alat yang digunakan dalam bidang radiologi untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit.
Pemeriksaan radiologi memungkinan suatu penyakit terdeteksi pada tahap awal sehingga
akan meningkatkan keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Jenis pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan peralatan pencitraan diagnostik yang perkembangannya
sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu fisika, kimia, dan biologi serta teknologi elektronika,
dan komputer. Dalam pembangunan suatu fasilitas kesehatan, peralatan pencitraan diagnostik
merupakan investasi terbesar dari seluruh anggaran yang diperlukan. Tugas pokok radiologi
adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan temuan pemeriksaan untuk keperluan
diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik dan temuan diagnostik lainnya akan menjadi
dasar tindakan perawatan pasien. Meskipun radiologi merupakan komponen utama dari
diagnosis, namun radiologi tidak terbatas hanya untuk keperluan pencitraan diagnostik.
Radiologi juga berperan dalam terapi intervensi seperti biopsi, dan pengobatan lainnya,
seperti aplikasi pembuluh darah termasuk recanalization (menghilangkan penyumbatan) atau
lysis (pengurangan simptom suatu penyakit akut secara bertahap (gradually).
1.1 Tujuan
Mampu melakukan foto radiologi sistem respirasi dan cardiovaskuler
Mampu menginterpretasi dan membaca hasil foto radiologi sistem respirasi dan
cardiovaskuler
1.2 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan foto radiologi sistem respirasi dan
cardiovaskuler dengan benar dan tepat
Mahasiswa mampu menginterpretasi dan membaca hasil foto radiologi sistem respirasi dan
cardiovaskuler dengan benar dan tepat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pemilihan Proyeksi Pada Posisi Foto Thorax
1. Posisi PA (Postero Anterior)

Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula tidak
menutupi parenkim paru.
2. Posisi AP (Antero Posterior)

Dilakukan pada anak-anak atau pada pasien yang tidak koorperatif. Film diletakkan
dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih
besar daripada posisi PA.
3. Posisi lateral dextra & sinistra

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyektil lateral kiri kecuali
semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan, maka dibuat proyeksi lateral kanan,
berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi berdiri

4. Posisi lateral decubitus


Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu, yaitu bila klinis diduga ada cairan bebas dalam
cavum pleura, tetapi tidak terlihat pada posisi PA atau lateral. Penderita terbaring pada satu sisi
(kanan atau kiri). Film diletakkan di punggung penderita dan diberikan sinar dari depan arah
horizontal.

5. Posisi apical (lordotik)

Foto ini dibuat pada foto PA bila menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah
kedua apex paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan
bila ada kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.
6. Foto Oblique Iga
Hanya dibuat bila pada PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah
apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan
bila ada kesulitan dalam menginterpretasikan suatu lesi di apeks paru.

7. Posisi ekspirasi
Adalah foto thorax PA atau AP yang diambil pada saat penderita dalam ekspirasi penuh.
Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya pneumothorax yang diduga secara klinis
atau suatu benda asing yang terinhalasi.
Indikasi Pemeriksaan Foto Thorax
Indikasi dilakukan antara lain :
1. Infeksi traktus respirasi bawah (TBC Paru, Bronkitis, Pneumonia)
2. Batuk kronis / berdarah
3. Trauma dada
4. Tumor
5. Nyeri dada
6. Metastase neoplasma
7. Penyakit paru kerja
8. Aspirasi benda asing
9. Persiapan pasien pre-operasi
10. Pemeriksaan berkala (follow up) yang objektif

Jenis Pemeriksaan Foto Thorax


1. Fluoroscopy Thorax
Adalah cara pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus sinar rontgen
dan suatu tabir yang bersifat fluorosensi bila terkena sinar tersebut. Umumnya cara
ini tidak dipakai lagi, hanya pada keadaan tertentu yaitu bila kita ingin menyelidiki
pergerakan suatu organ / system tubuh seperti dinamika alat-alat peredaran darah,
misalnya jantung dan pembuluh darah besar, serta pernapasan berupa diafragma dan
aerasi paru-paru.
2. Rontgenography
Adalah pembuatan foto rontgen thorax, yang biasanya dibuat dengan arah
postero-anterior (PA) dan lateral bila perlu. Agar distorsi dan magnifikasi yang
diperoleh menjadi sekecil mungkin, maka jarak antara tabung dan film harus 1,80
meter dan foto dibuat sewaktu penderita sedang bernapas dalam (inspirasi maksimal).
3. Bronchography
Adalah pemeriksaan percabangan bronkus, dengan cara mengisi saluran
bronchial dengan salah satu bahan kontras yang bersifat opaque (menghasilkan
bayangan putih pada foto). Bahan kontras tersebut biasanya mengandung jodium
(lipiodol, dionosil, dsb).
Indikasi pemeriksaan ini misalnya pada bronkiektasis untuk meneliti letak,
luas, dan sifat bagian-bagian bronkus yang melebar dan pada tumor yang terletak
dalam lumen bronkus (space occupying lesions), yang mungkin mempersempit
bahkan menyumbat sama sekali bronkus bersangkutan.

4. Tomography
Istilah lainnya adalah Plannigrafi, Laminagrafi, atau Stratigrafi. Pemeriksaan
lapis demi lapis dari rongga dada, biasanya untuk evaluasi adanya tumor atau
atelektase yang bersifat padat.

5. Computerized Tomography (Ct-Scan)


Adalah tomography tranversal, dengan X-ray dan computer. Pemeriksaan ini
terutama pada daerah mediastinum.
6. Arteriography
Mengisi kontras pada pembuluh darah pulmonale, sehingga dapat diketahui
vaskularisasi pada mediastinum atau pada paru.
7. Angiocardiography
Adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung dan pembuluh darah
besar dengan sinar rontgen (fluoroskopi atau rontgenografi), dengan menggunakan
suatu bahan kontras radioopaque, misalnya Hypaque 50% dimasukkan dalam salah
satu ruang jantung melalui kateter secara intravena.

Kelainan Foto Thorax


Berikut ini kelainan radiologi thorax :
1. Kesalahan teknis saat pengambilan foto sehingga mirip suatu penyakit.
- Sendi sternoclavicula sama jauhnya dari garis tengah
- Diafragma letak tinggi,
- Corakan meningkat pada kedua lobus bawah,
- diameter jantung bertambah.

2. Pada jantung : Cardiomegali


Setelah dibuat garis-garis seperti di atas selanjutnya kita hitung menggunakan rumus
perbandingan :
CTR= A+B/C x 100%
Ketentuan :
Jika nilai perbandingan di atas nilai 50% dapat dikatakan telah terjadi pembesaran
jantung (cardiomegali).
- Apex cordis tergeser ke bawah kiri pada pembesaran ventrikel kiri
- Apex cordis terangkat lepas dari diafragma pada pembesaran ventrikel kanan

3. Pada Mediastinum : Massa Mediastinum


4. Pada Pulmo :
a. Oedema Paru

- Bayangan dengan garis tidak tegas


- Terdapat suatu bronkogram udara
- Tanda “Silhouette” yaitu hilangnya visualisasi bentuk diafragma atau
mediastinum berdekatan

b. Pemadatan Paru, Misalnya Tbc Paru, Pneumonia


TB Paru

Pneumonia

- Terlihat pemadatan bercak-bercak dengan bayangan tidak jelas


- Terlihat adanya kavitas (pembentukan abses)
c. Kolaps Paru / Atelektasis

Tampak perselubungan homogen pada lapangan paru sebelah kiri yang menutupi
batas kiri jantung, diafragma, dan sinus disertai dengan shift midline ke kiri.
- Terdapat bayangan lobus yang kolaps
- Ditemukan tanda “Silhouette”
- Pergeseran struktur untuk mengisi ruangan yang normalnya ditempati lobus
kolaps
- Pada kolaps keseluruhan paru tampak opaque dan ada pergeseran hebat pada
mediastinum dan trakea

d. Massa paru, misal : abses paru, kista hydatid


- Ditemukan lesi uang logam (coin lesion) / nodulus

- Terdapat bayangan sferis


e. Bayangan kecil tersebar luas
- Bayangan cincin 1 cm bersifat diagnostic bagi bronkiektasis

- Kalsifikasi paru yang kecil tersebar luas dapat timbul setelah infeksi paru oleh TB

- Area pemadatan kecil berbatas tidak jelas menunjukkan adanya bronkiolitis

f. Bayangan garis
- Biasanya tidak lebih tebal dari garis pensil, yang terpenting adalah garis septal, dapat

terlihat pada limfangitis Ca.

g. Sarkoidosis
- Terlihat limfadenopati hilus dan paratrachealis

- Bayangan retikulonodularis pada paru.


h. Fibrosis paru
- Bayangan kabur pada basis paru yang menyebabkan kurang jelasnya garis bentuk
pembuluh darah,kemudian terlihat nodulus berbatas tak jelas dengan garis
penghubung.
- Volume paru menurun, sering jelas, dan translusensi sirkular terlihat memberikan pola
yang dikenal sebagai “paru sarang tawon”, kemudian jantung dan arteria pulmonalis
membesar karena semakin parahnya hipertensi pulmonalis.

i. Neoplasma

- Bayangan bulat dengan tepi tak beraturan berlobulasi dan tepi infiltrasi
- Terdapat kavitas dengan massa

5. Pada Pleura :
a. Efusi Pleura
- Terlihat cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral daripada medial, juga
dapat berjalan ke dalam fissure terutama ke ujung bawah fissure oblique

b. Fibrosis Pleura
- Penampilannya serupa dengan cairan pleura, tetapi selalu lebih kecil daripada
bayangan asli. Sudut costophrenicus tetap terobliterasi.

c. Kalsifikasi Pleura
- Plak kalsium tak teratur, dapat terlihat dengan atau tanpa disertai penebalan pleura

d. Pneumothorax
- Garis pleura yang membentuk tepi paru yang terpisah dari dinding dada, mediastinum,
atau diafragma oleh udara
- Tidak ada bayangan pembuluh darah di luar garis ini

e. Hematothorax

Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber darah mungkin dinding
dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Meskipun beberapa penulis
menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50% diperlukan untuk membedakan
hematotoraks dari efusi pleura berdarah, sebagian besar tidak setuju pada setiap
perbedaan yang spesifik. Biasanya akibat dari trauma tumpul atau penetrasi. Lebih
jarang, mungkin merupakan komplikasi dari penyakit, dapat induksi iatrogenik, atau
mungkin berkembang secara spontan.
Kriteria Kelayakan Foto
Foto thorax harus memenuhi beberapa criteria tertentu sebelum dinyatakan layak baca. Di
antara lain :
1. Faktor Kondisi
Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar-X selama di kamar rontgen (tempat expose).
Faktor kondisi meliputi hal-hal berikut yang biasa dinyatakan dengan menyebut satuannya.
 Waktu / lama exposure milliseconds (ms)
 Arus listrik tabung mili Ampere (mA)
 Tegangan tabung kilovolt (kV)
Ketiga hal di atas akan menentukan kondisi foto apakah
 Cukup / normal
 Kurang bila foto thorax terlihat putih (samar-samar)
 Lebih bila foto thorax terlihat sangat hitam

Dalam membuat foto thorax ada dua kondisi yang dapat sengaja dibuat, tergantung
bagian mana yang ingin diperiksa yaitu :
a. Kondisi pulmo (kondisi cukup) foto dengan kV rendah
Inilah kondisi standard pada foto thorax, sehingga gambaran parenkim dan corakan paru
dapat terlihat. Cara mengetahui apakah suatu foto rontgen pulmo kondisinya cukup atau tidak
:
 Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat di luar tubuh
 Memperhatikan vertebrae thorakalis :
- Pada proyeksi PA kondisi cukup : tampak VTh I-IV
- Pada proyeksi PA kondisi kurang : hanya tampak VTh I
b. Kondisi kosta (kondisi keras / tulang) foto dengan kV tinggi
Cara mengetahui apakah suatu pulmo kondisinya keras atau tidak :
 Pada foto kondisi keras, infiltrate pada paru tidak terlihat lagi. Cara mengetahuinya
adalah dengan membandingkan densitas paru dengan jaringan lunak. Pada kondisi keras
densitas keduanya tampak sama.
 Memperhatikan vertebra thorakalis
- Proyeksi PA kondisi keras : tampak VTh V-VI
- Proyeksi PA kondisi tulang : yang tampak VTh I-XII selain itu densitas jaringan
lunak dan kosta terlihat mirip

2. Inspirasi Cukup
Foto thorax harus dibuat dalam keadaan inspirasi cukup. Cara mengetahuinya adalah :
a. Foto dengan inspirasi cukup :
 Diafragma setinggi VTh X (dalam keadaan expirasi diafragma setinggi VTh VII-VIII)
 Kosta VI anterior memotong dome diafragma
b. Foto dengan inpirasi kurang :
 Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga dapat menyebabkan salah
interpretasi
 Corakan bronkovesikuler meningkat sehingga dapat terjadi salah interpretasi

3. Posisi Sesuai
Seperti telah diterangkan di atas, posisi standard paling banyak dipakai adalah PA dan
lateral. Foto thorax biasanya diambil dalam posisi erect.
Cara membedakan foto thorax posisi AP dan PA adalah :
 Pada foto AP scapula terletak dalam bayangan thorax sementara pada foto PA
scapula terletak di luar bayangan thorax
 Pada foto AP clavicula terlihat lebih tegak dibandingkan foto PA
 Pada foto PA jantung biasanya terlihat lebih jelas
 Pada foto AP gambaran vertebrae biasanya terlihat lebih jelas
 Untuk foto PA label terletak sebelah kiri foto sementara pada foto AP label terletak
di sebelah kanan foto

Cara membedakan foto posisi erect dengan supine :


Erect
 Di bawah hemidiafragma sinistra terdapat gambaran udara dalam fundus gaster akibat
aerofagia. Udara ini samar-samar karena bercampur dengan makanan. Jarak antara udara
gaster dengan permukaan diafragma adalah 1 cm atau kurang. Udara di fundus gaster ini
disebut Magenblase.
 Terdapat gas di flexura lienalis akibat bakteri komensal yang hidup di tempat itu. Warna
lebih gelap.
Supine
 Udara magenblase bergerak ke bawah (corpus gaster) sehingga jarak udara magenblase
dengan diafragma kurang lebih 3 cm. Jadi pada posisi supine udara magenblase jarang
terlihat.

4. Simetris
Jarak antara sendi sternoklavikularis dekstra dan sinistra terhadap garis median adalah
sama. Jika jarak antara foto kanan dan kiri berbeda maka foto tidak simetris.

5. Foto thorax tidak boleh terpotong.

Interpretasi Foto Thorax


Cara sistematis membaca foto thorax antara lain :
 Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat saat penderita inspirasi penuh. Foto
yang dibuat pada waktu ekspirasi bisa menimbulkan keraguan karena bisa menyerupai
suatu penyakit misalnya kongesti paru, kardiomegali, atau mediastinum melebar.
Kesampingkan bayangan yang terjadi karena rambut, pakaian, atau lesi kulit.
 Cek apakah eksposure sudah benar (bila sudah diperoleh densitas yang benar, maka jari
yang diletakkan di belakang “daerah hitam” pada foto tepat dapat terlihat). Foto yang
pucat karena “underexposed” harus diinterpretasikan dengan hati-hati, gambaran paru
dapat memberi kesan ada edema paru atau konsolidasi. Foto yang hitam karena
“underexposed” bisa memberikan kesan emfisema.
 Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula, dll) normal.
 Cek jaringan lunak yaitu kulit , subcutan fat, musculi seperti pectoralis mayor, trapezius,
dan sternocleidomastoideus. Pada wanita terlihat mamae serta nipple.
 Cek apakah posisi diafragma normal : diafragma kanan biasanya 2,5 cm lebih tinggi
dibanding kiri. Normalnya pertengahan costae VI depan memotong pada pertengahan
hemidiafragma kanan.
 Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral.
 Cek mediastinum superior apakah melebar, ataukah ada massa abnormal, dan carilah
trakea.
 Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar. Lebar jantung pada orang
dewasa (posisi berdiri) harus kurang dari separuh lebar dada. Atau dapat ditentukan
melalui CTR (Cardio Thoracalis Ratio).
 Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah pada paru dimana
tempat masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf dan pembuluh limfe. Hilus kiri
normal lebih tinggi daripada hilus kanan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Radiologi merupakan sarana penunjang medis yang menggunakan teknologi pencitraan

atau imejing (imaging technologies) untuk mendiagnosa dan atau pengoabatan penyakit.

Radiologi merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang berkaitan dengan penggunaan

sinar-x yang dipancarkan oleh pesawat sinar-x atau peralatan-peralatan radiasi lainnya

dalam rangka memperoleh informasi visual sebagai bagian dari pencitraan atau imaging

kedokteran (medical imaging).

DAFTAR PUSTAKA
1. Amstrong Peter, L.Wastie Martin. 1989. Pembuatan Gambar Diagnostik. Jakarta : EGC.
2. Palmer et al. 1995. Petunjuk Membaca Foto untuk Dokter Umum. Jakarta:EGC
3. Rusdi Gazali,Malueka.2008. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press
4. Sjahriar, Rasad . 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai