Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan mata sering kurang diperhatikan sehingga banyak penyakit yang menyerang mata
dan apabila tidak diobati dengan baik akan menyebabkan gangguan penglihatan. Gangguan
penglihatan masih menjadi masalah kesehatan di dunia maupun di Indonesia yang dapat
menganggu aktivitas seseorang. Gangguan penglihatan diperkirakan ada sebanyak 191 juta
orang diseluruh dunia dan sebanyak 5% nya mengenai anak dengan usia dibawah 15 tahun.
Indonesia merupakan negara dengan tingkat kebutaan tertinggi di Asia Tenggara, yaitu
sekitar 1,5% atau sekitar tiga juta populasi menderita kebutaan yang disebabkan oleh katarak
sebagai penyebab kebutaan utama di dunia. Gangguan penglihatan pada anak sekolah dapat
berdampak pada kesehatan jangka panjang, kinerja di sekolah, serta perkembangan
emosional atau sosial anak. Dampak nyata dari gangguan ketajaman penglihatan adalah
terjadi penurunan prestasi belajar pada anak dikarenakan kesulitan untuk melihat tulisan dari
jarak jauh yang akhirnya membuat anak tidak dapat menyerap pelajaran yang diberikan.
Survey anak usia sekolah di Brazil pada tahun 2010 ditemukan bahwa anak-anak dengan
ketajaman visual kurang dari 20/20 mempunyai risiko tiga kali lebih besar untuk tidak naik
kelas. Gangguan penglihatan mendorong anak-anak dan orang dewasa lebih lanjut kepada
kemiskinan karena membatasi kesempatan mereka untuk mendapat pendidikan dan pekerjaan
serta berdampak pada penurunan kualitas hidup dan produktivitas. Pemeriksaan rutin pada
mata sebaiknya dimulai pada usia dini. Pada anak usia 2,5-5tahun, skrining mata perlu
dilakukan untuk mendeteksi apakah menderita gangguan tajam penglihatan yang nantinya
akan mengganggu aktivitas di sekolahnya. Penelitian di Afrika pada tahun 2016
mendapatkan hasil sebanyak 80,6% siswa belum pernah melakukan pemeriksaan mata. Salah
satu penyebab hambatan tidak melakukan pemeriksaan mata yang disampaikan orangtua
adalah kurangnya kesadaran orangtua mengenai penyakit mata. Padahal dengan melakukan
pemeriksaan mata, gangguan penglihatan bisa didiagnosa lebih dini dan dikoreksi dengan
penggunaan kacamata.
1.2 Tujuan
1. Melakukan pemeriksaan visus
2. Melakukan pemeriksaan segmen anterior
3. Melakukan pemeriksaan segmen posterior
4. Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata
5. Melakukan pemeriksaan fungsi otot extra okuler
6. Melakukan pemeriksaan lapang pandangan dengan test konfrontasi

1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu:
1. Melakukan persiapan untuk pemeriksaan visus yang baik
a. Meminta penderita duduk pada jarak 5/6m dari pemeriksa
b. Meminta penderita untuk menutup satu matanya tanpa menekan bola mata
c. Meminta penderita untuk melihat ke depan dengan santai tanpa melirik dan
mengerutkan kelopak mata
d. Meminta penderita untuk menyebut angka/simbul yang ditunjuk
e. Menunjuk angka/simbul pada optotip Snellen dari atas kebawah
f. Menyebut hasil pemeriksaan
2. Melakukan pemeriksaan Segmen anterior
a. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk pemeriksaan segmen anterior,
mahasiswa duduk didepan penderita pada jarak jangkauan tangan, ruangan dibuat
setengah gelap
b. Mahasiswa mampu memeriksa kelopak mata kulitnya, lebar rima, simetris/tidaknya,
arah margo palpebranya
c. Mahasiswa mampu memeriksa bulu mata atas dan bawah
d. Mahasiswa mampu memeriksa konjungtiva bulbi
e. Mahasiswa mampu memeriksa konjungtiva palpebra inferior
f. Mahasiswa mampu memeriksa konjungtiva palpebra superior
g. Mahasiswa mampu memeriksa kornea
h. Mahasiswa mampu memeriksa kamera okuli anterior
i. Mahasiswa mampu memeriksa pupil reflek, pupil indirek
j. Mahasiswa mampu memeriksa kejernihan lensa
3. Melakukan pemeriksaan segmen posterior
a. Mahasiswa mampu mempersiapkan pemeriksaan segmen posterior, ruangan dibuat
setengah gelap, diminta melepas kacamata, penderita diminta melihat satu titik
dibelakang mahasiswa, menyesuaikan lensa oftalmoskop dengan kaca penderita
b. Mahasiswa mampu memegang oftalmoskop dengan benar
c. Mahasiswa menyalakan dan menggunakan oftalmoskop dengan benar
d. Mahasiswa mampu menyesuaikan fokus
e. Mahasiswa mampu menyebutkan apa yang dilihat
4. Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata
a. Mahasiswa mampu meminta penderita untuk melirik kebawah
b. Mahasiswa mampu memeriksa tekanan bola mata penderita dengan posisi tangan
benar
c. Mahasiswa mampu menyebut hasil pemeriksaan
5. Melakukan pemeriksaan fungsi otot extra okuler
a. Mahasiswa mampu meminta kepada penderita untuk memandang lurus kedepan dan
menjelaskan maksud pemeriksaan
b. Mahasiswa mampu menyinarkan senter dan mengamati pantulan sinar pada kornea,
menggerakkan senter dengan membentuk huruf H dan berhenti sejenak pada waktu
senter berada di lateral dan lateral atas
c. Mahasiswa mampu mengamati posisi dan pasangan bola mata selama senter
digerakkan
d. Mahasiswa mampu meminta penderita untuk mengikuti/melihat ujung pensil yang
digerakkan mendekat ke arah hidung penderita
6. Melakukan pemeriksaan lapang pandangan
a. Mahasiswa mampu menyuruh penderita untuk duduk sederajat dan menerangkan
maksud dari pemeriksaan
b. Mampu menyuruh penderita untuk menutup mata yang tidak diperiksa
c. Mahasiswa diharapkan menutup mata disisi yang sama dengan mata penderita yang
diperiksa
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pemeriksaan mata adalah serangkaian tes yang dilakukan oleh dokter spesialis mata
(dokter medis), dokter mata , atau ahli ortopedi , ahli kacamata , menilai penglihatan dan
kemampuan untuk fokus pada dan membedakan objek, serta tes dan pemeriksaan lain yang
berkaitan dengan mata . Para profesional perawatan kesehatan sering merekomendasikan
bahwa semua orang harus melakukan pemeriksaan mata secara berkala dan menyeluruh
sebagai bagian dari perawatan primer rutin, terutama karena banyak penyakit mata tidak
menunjukkan gejala .

Pemeriksaan mata dapat mendeteksi penyakit mata menyilaukan yang berpotensi dapat
diobati, manifestasi okular dari penyakit sistemik , atau tanda-tanda tumor atau kelainan lain
pada otak. Pemeriksaan mata lengkap terdiri dari pemeriksaan eksternal, diikuti oleh tes
khusus untuk ketajaman visual , fungsi pupil , motilitas otot ekstraokular , bidang visual ,
tekanan intraokular , dan oftalmoskopi melalui pupil melebar. Pemeriksaan mata minimal
terdiri dari tes ketajaman visual, fungsi pupil, dan motilitas otot ekstraokular, serta
opthalmoskopi langsung melalui pupil yang tidak berdilatasi.

Ada 2 cara pemeriksaan yang dapatdilakukan yaitu secara subyektif dan obyektif.

 Pemeriksaan secara subyektif dilakukan dengan mempergunakan lensa dan frame


percobaan serta objek yang diletakkan pada jarak tertentu. objek ini biasanya berupa
huruf atau bentuk lainnya, disusun dalam beberapa baris denagan susunan makin ke
bawah makin kecil.
 Pemeriksaan secara obyektif dilakukan dengan mempergunakan peralatan otomatis.
Operator hanya perlu mengikuti prosedur pengoperasian dan hasil pemeriksaan bisa
diketahui dalam waktu singkat.

Indikasi Pemeriksaan mata:

 Mata merah dan nyeri


 Pandangan kabur
 Penglihatan ganda
 Sensitif terhadap cahaya
 Muncul benda kecil yang melayang pada penglihatan (floaters)
 Muncul kilatan cahaya
2.2 Tatalaksana
A. Anamnesis:
Tujuan : Mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang keluhan dan kemungkinan
diagnosis
1. Mempersilahkan pasien masuk ke dalam ruanganMemberi salam/ memperkenalkan
diri dengan cara yang sopan.
2. Atur posisi duduk penderita.
3. Tanyakan identitas penderita.
4. Tanyakan keluhan utama.
5. Tanyakan lebih detil hal yang berhubungan dengan keluhan utama misal;
-Keluhan penglihatan kabur : satu/kedua mata, apakah sangat/sedikit kabur,
penglihatan buram/tertutup, penglihatan sentral atau perifer yang kabur ( apakah
semua lapangan penglihatan atau sebagian saja), disertai rasa silau/tidak.
-Keluhan mata merah : satu/kedua mata, didahului trauma/tidak, didahului/disertai
penglihatan kabur.
-Keluhan penglihatan ganda : apakah pada satu mata atau pada saat melihat
dengan dua mata, apakah disertai pusing.
6. Tanyakan deskripsi keluhan utama: lamanya, onset (tiba-tiba/ perlahan),
perlangsungannya (konstan/ memberat), aktivitas saat keluhan timbul, kondisi yang
memperberat/meringankan keluhan, apakah ada upaya pengobatan sebelumnya, atau
apakah keluhan ini pertama kali timbul atau sudah berulang.
7. Tanyakan kelainan mata yang lainnya: mata merah, air mata berlebih, kotoran mata
berlebih, silau, penglihatan menurun, nyeri, rasa mengganjal, rasa berpasir, serta gejala
penyerta bila ada.
8. Tanyakan kelainan mata yang pernah diderita, termasuk riwayat tindakan/operasi mata.
9. Tanyakan riwayat penyakit yang lain, termasuk penyakit sistemik dan pengobatan
yang didapat.
10. Tanyakan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga/ lingkungan.
11. Catatlah hasil anamnesis.
12. Konfirmasi ulang hasil anamnesisdan berikan kesempatan pasien untuk bertanya.
B. Pemeriksaan Tonometri:
Pemeriksaan ini menggunakan tonometer schiotzt.
Tujuannya adalah Melakukanpemeriksaan tekanan bola mata secara kuantitatif
menggunakan alat tonometer.

1. Jelaskan maksuddan prosedurpemeriksaan.


2. Baringkan penderita di tempat tidur.
3. Anestesi topikal dengan menggunakan tetes mata Pantocain 0,5%.
4. Gunakan beban tonometer yang terendah, 5,5 gr.
5. Desinfeksi indentasi dengan alkohol 70%, biarkan sampai kering. Penderita diminta
melihat ke atas dengan melihat lurus pada jari penderita yang diposisikan di atas mata
yang akan diperiksa.
6. Letakkan tonometer dengan hati-hati pada kornea, selanjutnya baca skala yang
ditunjukkanoleh jarum.
7. Sesuaikan hasil pembacaan dengan tabel konversi yang tersedia (satuan mmHg).
8. Teteskan antibiotik topikal setelah pemeriksaan.

C. Pemeriksaan Ophthalamoskop
1. Jelaskan maksud dan prosedurpemeriksaan.
2. Persiapkan alat untuk pemeriksaan segmen posterior bola mata (direct ophthalmoscope).
Ruangan dibuat setengah gelap, penderita diminta melepas kacamata dan pupil dibuat midriasis
dengan tetes mata mydriatil.
3. Sesuaikanlah lensa oftalmoskop dengan ukuran kaca mata penderita.
4. Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kanan penderita, mata kiri pemeriksa memeriksa mata
kiri penderita.
5. Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakang pemeriksa.
6. Arahkan ke pupil dari jarak 25-30 cm oftalmoskop untuk melihat refleks fundus dengan
posisi/cara pegang yang benar.
7. Periksa secara seksama dengan perlahan maju mendekati penderita kurang lebih 5 cm.
8. Sesuaikan fokus dengan mengatur ukuran lensa pada oftalmoskop.
9. Amati secara sistematis struktur retina dimulai dari papil N. optik, arteri dan vena retina
sentral, area makula, dan retina perifer.
10. Catatlah hasil yang didapat dalam status penderita.

D. Pemeriksaan Segmen Anterior


1. Jelaskan tujuan dan prosedurpemeriksaan.
2. Pemeriksa duduk di depan penderita pada jarak jangkauan tangan.
3. Ruangan dibuat setengah gelap.
4. Gunakan senter yang diarahkan ke mata pendertia dengan posisi senter 45-60odari
temporal mata yang akan diperiksa, dimulai pada mata kanan.
5. Lakukan pemeriksaan segmen anterior bola mata dimulai dari kelopak mata, lebar fisura
palpebra, posisi bola mata.
6. Lakukan pemeriksaan bulu mata atas dan bawah, konjungtiva palpebra superior dan
inferior, konjungtiva bulbi, kornea, kamera okuli anterior, iris, pupil, lensa, dan vitreus
anterior.
7. Periksalah refleks pupil direk dan indirek.
8. Pemeriksaan eversi pada segmen anterior diawali dengan meminta untuk melihat
kebawah /kearah kaki.
9. Tekan kelopak mata atas 1 cm dari margo palpebral dengan kapas lidi, sementara kapas
lidi lainnya mengeversikan margo palpebral kearah atas.
10. Perhatikan kelainan yang didapatkan pada konjungtiva pars palpebra : papil, folikel,
benda asing, dll.

Catatan : Jika tidak tersedia tetes mata pantocain, maka dapat menggunakan lidocain 2%
sebagai anestesi topical.

E. Pemeriksaan Gerak Mata


1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan.
2. Pemeriksa duduk berhadapan dengan penderita dengan jarak jangkauan tangan (30-50 cm).
3. Mintalah kepada pasien untuk memandang lurus ke depan.
4. Arahkan senter pada bola mata dan amati pantulan sinar pada kornea, kemudian gerakkan
senter dengan membentuk huruf H dan berhenti sejenak pada waktu senter berada di lateral dan
lateral atas, dan lateran bawah (mengikuti six cardinal of gaze).
5. Posisi dan gerakan ke-dua bola mata diamati selama senter digerakkan.
6. Letakkan pensil pada jarak 30cm di depan mata penderita kemudian diminta untuk
mengikuti/melihat ujung pensil yang digerakkan mendekat ke arah hidung penderita.
7. Hasil interpretasi dicatat dalam status.

F. Pemeriksaan Buta Mata


 Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan penderita
untuk dilakukan pemeriksaan
 Cuci tangan sesuai prosedur
 Meminta penderita menutup satu mata menggunakan telapak tangan tanpa menekan
 Meminta penderita membaca angka satu persatu dimana perangka tidak boleh dari 3 detik
 Melihat intepretasi dan mencocokkan dengan table dibelakang kartu ishihara
G. Pemeriksaan Visus Bayi dan Anak
Tujuan : Menentukan kemampuan fix and follow bayi/anak.
1. Mintalah anggota keluarga untuk memangku bayi/anak agar anak merasa nyaman.
2. Ambillah mainan kecil atau objek lain yang menarik perhatian, yang hanya menstimulasi
penglihatan; jangan menggunakan objek yang bersuara. Pegang objek sekitar 1-2 kaki didepan
muka anak dan gerakkan secara horizontal kesisi lainnya.
3. Amati kemampuan anak untuk memfiksasi dan mengikuti objek.
4. Tutup satu mata dan ulangi tes tersebut. Tutup mata yang satu dan ulangi lagi. Amati
perbedaan yang terjadi diantara ke-2 mata pada kualitas fiksasi dan “smooth pursuit”atau reaksi
penolakan terhadap oklusi. Jika Anda mencurigai adanya perbedaan, tapi tidak yakin, ulangi tes,
menggunakan mainan yang lain untuk mempertahankan minat anak.
5. Pada saat menguji penglihatan monokuler, bayi yang lebih muda akan merespon pergerakan
objek secara lebih baik jika objek digerakkan dari arah temporal ke arah nasal, kecenderungan
ini akan menurun setelah bayi berusia sekitar 6 bulan.
H. Pemeriksaan visus Dewasa (visus naturalis)
 Sebelum melakukan pemeriksaan jangan lupa memberi salam, memperkenalkan diri
pada penderita, dan menerangkan mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan.
Apabila penderita bersedia untuk diperiksa, pemeriksaan boleh dilanjutkan.
 Cuci tangan dengan baik sesuai prosedur di wastafel yang telah disediakan.
 Penderita diminta duduk pada jarak 5 atau 6 meter tepat di depan kartu Snellen.
Apabila penderita berkacamata, mintalah untuk melepas kacamatanya.
 Biasakanlah memeriksa mata kanan dulu, baru kemudian mata kiri
 Mintalah penderita untuk untuk mengidentifikasi angka atau huruf atau simbol yang
tertera pada optotip snellen, mulai dari atas sampai ke bawah.
 Bila penderita hanya dapat mengenali sampai pada huruf – huruf baris berkode 20
meter misalnya, dan jarak penderita ke kartu 5 m, maka visusnya 5/20 ( jangan
disingkat menjadi 1/4). Artinya orang normal dapat membaca huruf tersebut pada
jarak 20 m sedangkan penderita hanya dapat membaca pada jarak 5 m.
 Untuk mengetahui adanya kelainan refraksi atau tidak, dilakukan pemasangan
pinhole. Penderita diminta menyebutkan huruf pada baris yang tidak tampak. Disebut
sebagai pinhole maju (PH +) apabila penderita dapat membaca dua baris huruf di
bawah huruf terakhir yang terbaca.
 Bila tulisan besar tidak dapat dibaca, mintalah penderita untuk menghitung jari yang
anda acungkan mulai dari 1 m, kemudian semakin mundur hingga jarak terjauh yang
dapat dilihat penderita, maksimal 5 atau 6 meter.
 Bila penderita tidak dapat melihat jari anda dari jarak 1 m, lakukan pemeriksaan
bayangan lambaian tangan. Lambaikan tangan anda di depan mata penderita dan
mintalah penderita mengatakan arah lambaiannya vertikal/horizontal.
 Bila penderita tidak dapat melihat bayangan lambaian tangan anda, lakukan
pemeriksaan dengan lampu senter. Nyalakan lampu senter di depan mata penderita
dan mintalah penderita menyebutkan apakah senter menyala atau tidak. Bila
penderita dapat melihat cahaya, penderita diminta menentukan arah datangnya
cahaya (proyeksi illuminasi) (dari arah superior, inferior, lateral dan medial)
 Menghitung jari, goyangan tangan, cahaya oleh mata normal dapat dikenal pada
jarak berturut-turut 60 m,300 m dan tak terhingga.
 Bila cahayapun tak dikenal, maka tajam penglihatannya 0 atau tak ada persepsi
cahaya.
 Lakukan hal yang sama pada mata kiri.

I. Pemeriksaan mata dewasa (visus koreksi)


 Sebelum melakukan pemeriksaan jangan lupa memberi salam, memperkenalkan diri pada
penderita, dan menerangkan mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan. Apabila
penderita bersedia untuk diperiksa, pemeriksaan boleh dilanjutkan.
 Cuci tangan dengan baik sesuai prosedur di wastafel yang telah disediakan.
 Setelah penderita diperiksa dengan pinhole dan dinyatakan pinhole maju, lepas pinhole
dan lakukan pemasangan lensa Spheris +0,25
 Bila penderita dapat melihat lebih jelas, lanjutkan pemeriksaan naik +0,25 sampai
penderita mencapai visus 5/5.
 Bila penderita mengeluh lebih kabur, ganti dengan Spheris -0,25, dan lanjutkan sampai
mencapai visus 5/5.
J. Pemeriksaan Tambahan
1. Pemeriksaan Lacrimal Sac Compression (kompresi sakus lakrimal)
a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Letakkan cotton buds atau ujung jari diatas fosa lakrimal disamping inferomedial
orbita rim
d. Lalu tekan tekan fosa lakrimal (bukan menekan tulang nasal)
e. Catat material yang keluar dari kanalikuli atau pungtum lakrimalis (mucus atau
mukopurulen)
f. Apabila terjadi refluks berarti terdapat obstruksi total duktus nasolakrimalis.
g. Jika tidak terjadi refluks dilanjutkan dengan dye disapperent test (DDT)

2. Pemeriksaan tes Hirschberg


a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Menghadapkan senter sebagai fiksasi dengan jarak 30 cm setinggi mata pasien
d. Menyalakan senter dan melihat reflex sinar pada kedua kornea mata secara
bersamaan
e. Menilai jatuhnya reflek sinar pada kornea, menggambar dan menginterpretasikan
 Eksotropia jika :
 Jika reflek cahaya jatuh ditepi pupil nasal  15° eksotropia
 Jika reflek cahaya jatuh ditepi pupil sampai limbus nasal  30°
eksotropia
 Jika reflek cahaya jatuh diluar limbus bagian nasal  45° eksotropia

Ostoforia
 Esotropia jika :
 Jika reflek cahaya jatuh ditepi pupil temporal  15° esotropia
 Jika reflek cahaya jatuh ditepi pupil sampai limbus temporal 30°
esotropia
 Jika reflek cahaya jatuh diluar limbus bagian temporal  45° esotropia
3. Pemeriksaan Cover uncover tes
a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Pasien duduk berhadapan didepan pemeriksa dengan jarak sejangkauan lengan
d. Meminta pasien untuk fiksasi jauh
e. Tutup mata yang fiksasi dengan okluder atau telapak tangan kemudian lihat
pergerakan pada mata yang tidak ditutup. Catat arah pergerakannya
f. Buka okluder dan biarkan kedua mata terbuka selama 3 detik
g. Mata yang sebelahnya bergantian ditutup kemudian catat pergerakan mata yang tidak
ditutup
h. Pastikan pasien berfiksasi pada obyek yang tetap (tidak melirik-lirik)
i. Lakukan pemeriksaan diatas tetapi dengan obyek yang dekat
j. Ulangi pemeriksaan jarak jauh dan jarak dekat dengan menggunakan koreksi
kacamata jika didapatkan refraksi eror.

4. Pemeriksaan lapang pandangan


a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Menghadapkan penderita secara sejajar dengan pemeriksa dengan jarak 1 m
d. Meminta kepada pasien untuk menutup salah satu matanya dengan telapak tangan,
sesuai dengan mata pemeriksa yang berhdapan (bila pemeriksa menutup mata kanan,
berarti penderita menutup mata kiri)
e. Meletakkan benda antara pemeriksa dan penderita pada jarak yang sama
f. Menggerakkan benda tersebut dari arah perifer ke sentral sambil meminta penderita
untuk menyampaikan bila benda sudah terlihat
g. Melakukan pemeriksaan yang dari segala arah (atas, bawah, nasal, temporal)
5. Tes sensasi kornea
a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Sentuh kornea tanpa menyentuh bulumata menggunakan cooton buds, tisu wajah
atau hembusan udara dari spuit
d. Sensasi kornea turun jika tidak terjadi reflek mengedip dan normal jika terjadi
kedipan

6. Pemeriksaan AMSLER GRID


a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Pasien memakai kacamata baca atau lensa koreksi jarak dekat
d. Meminta pasien melihat lurus pada kertas tes dengan jarak sekitar 30 cm
e. Meminta pasien berifiksasi pada titik
f. Minta pasien menyebutkan hal – hal yang ditemukan seperti : bagian mana yang
tertutup bayangan hitam, apakah terdapat distorsi bentuk
g. Gambaran bayangan yang ditunjukkan pasien digambar pada kertas amsler grid

7. Pemeriksaan I Schimer tes ( Schimer tanpa anastesi)


a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Dudukan pasien dalam ruangan redup dengan kepala bagian belakang difiksasi pada
meja pemeriksaan
d. Bersihkan margo pelpebra menggunakan tissue kering atau lidi kapas jangan
menggunakan cairan
e. Tekuk kertas strip sesuai tanda membentuk sudut 120 °
f. Buka kertas schirmer jangan sampai menyentuh tangan
g. Minta pasien untuk melihat keatas kemudian buka palpebra inferior
h. Letakkan kertas strip pada 1/3 fornix lateral
i. Minta pasien untuk menggerakan bola mata keatas dan bawah kemudian pasien dapat
menggerakan bola mata seperti biasa
j. Biarkan kertas strip selama 5 meni t
k. Ukur jarang terjauh airmata membasahi kertas
l. Catat hasil pemeriksaan: OD : X mm/5 menit, OS : X mm/5 min.
m. Jika pemeriksaan kurang dari 5 menit, catat waktu pemeriksaan

8. Basic Secretion Test (Schirmer with anesthetic)


a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Teteskkan pantokain 0,5 % pada kedua mata
d. Tutup kedua mata selama 1 menit
e. Bersihkan cul – de- sac dengan tissue atau lidi kapas
f. Lakukan dilanjutkan seperti pemeriksaan Schirmer I
9. Pemeriksaan floresin tes
a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Teteskan pantokain 0,5% pada mata
d. Tunggu selama 3 menit atau pasien merasa sudah tidak perih
e. Basahi kertas floresin strip dengan aquadest
f. Letakkan kertas floresin pada kul de sac atau jika menggunakan floresin tetes dapat
diteteskan langsung pada mata
g. Lihat warna kehijauan sudah mewarnai semua bagian mata
h. Kemudian bilas mata dengan aquadest
i. Amati pewarnaan yang terjadi menggunakan senter atau sinar cobalt
 Staining : jika terdapat defek pada epitel contoh keratitis epitel
 Pooling : jika terdapat defek epitel sampai stroma contoh ulkus kornea

a. Gambaran Pooling b. Gambaran Pooling

10. Seidel tes (tes kebocoran kornea)


a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Tetesi mata dengan pantokain 0,50%
d. Tetesi mata dengan floresin tetes atau kertas floresin strip yang sudah dibasahi
aquadest
e. Pencet palpebra dengan cotton but pelan-pelan
f. Amati aliran floresin pada bolamata menggunakan senter+lup atau dengan slitlamp.
g. Bersihkan sisa floresin dengan aquadest

a. Gambaran Seidel tes positip pada kebocoran kornea


b. Gambaran Seidel tes positip pada kebocoran bola mata

11. Pemeriksaan Warna dengan Ishihara


a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Meminta penderita menutup satu mata menggunakan telapak tangan tanpa menekan
d. Meminta penderita membaca angka satu persatu dimana perangka tidak boleh dari 3
detik
e. Melihat intepretasi dan mencocokkan dengan table dibelakang kartu ishihara

12. Pemeriksaan Near Reflex test


a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan penderita
untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Meminta penderita untuk berfiksasi jauh dengan ruangan yang terang
d. Letakkan obyek didepan penderita kemudian obyek digerakkan mendekati mata
penderita dan meminta pasien melihat obyek dengan detail
e. Amati kontraksi pupil saat obyek digerakkan mendekati mata penderita
f. Selama pengamatan pupil jangan menggunakan senter
g. Ulangi langkah 1-4 beberapa kali
h. Catat hasil kontraksi pupil. Normal jika terjadi kontraksi pupil dan 0 jika tidak terjadi
kontraksi.

13. Pemeriksaan Diplopia binocular


a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan penderita
untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Seperti pemeriksaan gerak bola mata, pemeriksaan duduk sejajar dengan pemeriksa
d. Pemeriksa meletakkan obyek didepan pasien kemudian menggerakkan dalam 9 posisi
e. Kemudian penderita diminta untuk menyebutkan apakah obyek tampak tunggal atau
ganda (dobel)
f. Catat hasil pemeriksaan dalam diagram
A. TATALAKSANA DAN TINDAKAN SEDERHANA PADA MATA
1. Penatalaksanaan Hordeolum
TERAPI KONSERVATIF
 Kompres hangat selama 10 - 15 menit, 3 - 4 kali sehari.
 Antibiotika topikal (neomycin, polirnyxin B, gentamycin) selama 7 -10 hari, bila
dipandang perlu dapat ditambahkan antibiotika sistemik, misal Ampisillin 4 x 250
mg per-ora/hari.
 Bila tidak terjadi resorbsi dengan pengobatan konservatif dianjurkan insisi.
 Perbaikan higiene dapat mencegah terjadinya infeksi kembali.
TERAPI OPERATIF (INCISI)
 Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
 Cuci tangan sesuai prosedur
 Diberikan anestesi setempat dengan tetes mata Pantokain.
 Kalau perlu diberikan anestesi umum, misal pada anak-anak atau orang-orang yang
sangat takut sebelum diberi anestesi umum.
 Untuk lokal anestesi bisa dipakai prokain 2% dilakukan secara infiltratif dan tetes
mata Pantocain 2%.
 Pada hordeolum internum insisi dilakukan pada konjungtiva, kearah muka dan tegak
lurus terhadapnya (vertikal) untuk menghindari banyaknya kelenjar-kelenjar yang
terkena.
 Pada bordeolum ekstrnum arah insisi horisontal sesuai dengan lipatan kulit.
 Setelah insisi lakukan kuretase dengan kuret hordeolum untuk mengeluarkan pus
dengan cara memutar kuret
 Kuretase dilakukan sampai keluar darah segar
 Oleskan salep antibiotic pada bekas insisi
 Tutup dengan kasa steril
PENYULIT
 Suatu hordeolum yang besar dapat menimbulkan abses palpebra dan selulitis
palpebra.
2. Penatalaksaan benda asing konjungtiva
a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
b. Cuci tangan sesuai prosedur
c. Diberikan anestesi setempat dengan tetes mata Pantokain.
d. Ambil benda asing menggunakan irigasi.
e. Irigasi conjungtive dengan aqubidest
f. Setelah pengambilan selesai, berikan salep antibiotic
g. Tutup mata dengan kasa steril
3. Tatalaksana Trauma Kimia
a. First aid pada situs kecelakaan (dapat dilakukan oleh coworkers / family
members):
 Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
 Cuci tangan sesuai prosedur
 Tahan blefarospasme dengan memegang kelopak mata terbuka
 Irigasi mata dalam beberapa detik seteIah cedera menggunakan tap water,
mineral water, soft drinks, coffee, tea, atau cairan serupa (Susu sebaiknya
dihindari karena meningkatkan penetrasi luka bakar dengan membuka barier
epitel.).
 Secara hati-hati buang partikel-partikel kasar dari bursa konjungtiva
 Hubungi ambulans/tim SAR
 Transport pasien ke oftalmologis terdekat atau klinik mata

b. Terapi di Rumah sakit


 Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
penderita untuk dilakukan pemeriksaan
 Cuci tangan sesuai prosedur
 Berikan anestetik Pantokain untuk meredakan nyeri dan menetralisasi
blefarospasme.
 Dengan kelopak mata atas dan bawah yang dieversikan secara penuh, secara
hati-hati ambil partikel kecil dari forniks konjungtiva superior dan inferior di
bawah mikroskop menggunakan moist cotton swab.
 Iirigasi/flush/guyur mata dengan solusi buffer (Ringer Lactat) sebanyak 2000
ml menggunakan selang infus
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan mata meliputi:


1. pemeriksaan visus
2. pemeriksaan segmen anterior
3. pemeriksaan segmen posterior
4. pemeriksaan tekanan bola mata
5. pemeriksaan fungsi otot extra okuler
6. pemeriksaan lapang pandangan dengan test konfrontasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Indra.2017.Pandual CSL Khusus mata. Makassar. Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanudin
2. Lab Skill. 2018. Panduan skill mata. Padang. Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas
3. Lab Skill. 2018. Pandual skill manual mata. Surakarta.
Fakultas Kedokteran Negeri Semarang.
4. dr.Alfa Sylvestris, Sp.M. 2020. Panduan skill mata.
Malang. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

Anda mungkin juga menyukai