Anda di halaman 1dari 33

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN

(BRP)

Keterampilan Klinik Mata

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2020
PENGANTAR
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Fakultas Kedokteran Universitas
Baiturrahmah telah dimulai sejak tahun ajaran 2007/2008. Didalam buku Standar Kompetensi
Dokter Indonesia, 2012 (SKDI 2012) terdapat sejumlah keterampilan klinis yang harus dikuasai oleh
mahasiswa sebelum menjadi dokter dan lulusan dokter harus menguasai keterampilan klinis
tersebut untuk melaksanakan praktek dokternya yang akan berguna nantinya dalam mendiagnosa
maupun menyelesaikan suatu masalah kesehatan secara keseluruhan.

Keterampilan tersebut perlu dilatihkan sejak awal pendidikan dokter secara


berkisenambungan hingga akhir pendidikan dokter. Untuk tujuan tersebut di FK-Universitas
Baiturrahmah akan dilaksanankan modul yang disebut “MODUL KETERAMPILAN KLINIK “.

Sebagian keterampilan klinik yang terdapat didalam buku SKDI 2012 telah dilatihkan secara
bertahap mulai dari semester I sampai dengan semester VI.

Pada modul Keterampilan Klinik pada semester VII ini lebih memfokuskan untuk dapat
melatihkan sebagian besar keterampilan klinik dalam buku SKDI 2012 , yang disusun berdasarkan
sistem organ dan akan melibatkan sebagian besar dosen bagian klinik dan biomedik sesuai dengan
keterampilan klinik yang dimunculkan terutama dengan tingkat kemampuan 3 dan 4 .

Pelatihan ini sangat penting artinya sebagai persiapan mahasiswa Semester VII sebelum
memasuki masa Kepaniteraan klinik Senior atau Co Schap dan persiapan untuk ujian OSCE ( objective
structured clinical examination ) setelah dokter nantinya yang harus lulus , sebelum mendapatkan
izin praktek klinik di Rumah Sakit atau saran kesehatan lainnya.

Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi kemajuan Pendidikan Kedokteran di Fakultas


Kedokteran Universitas Baiturrahmah pada khususnya dan pendidikan Kedokteran di Indonesia pada
umumnya serta dapat dipergunakan oleh para dosen dan mahasiswa sebagai pedoman untuk
pelaksanaan proses praktek klinik di Skills Lab.

Padang, 31 Agustus 2020

Tim Penyusun

2
I. Anamnesa Penyakit Mata
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri pada pasien.
b. Menjelaskan pemeriksaan dan meminta persetujuan pasien untuk
pelaksannaannya.
c. Mengatur pasien dalam posisi duduk dengan menghadap pada pemeriksa dan
memastikan bahwa pasien dalam posisi nyaman.

Riwayat
a. Anamnesa Identitas : Nama, Usia, Pekerjaan jika belum ada informasi.

b. Keluhan Utama
1. Tanyakan kepada pasien apa keluhan pasien. (kelainan penglihatan,
kelainan penampilan mata, dan kelainan sensasi mata-nyeri dan pegal)
2. Keluhan utama : pasien dengan gangguan pada mata biasanya datang
dengan keluhan seperti :
✓ Mata merah ✓ Belekan
✓ Mata gatal ✓ Gangguan penglihatan (buta, penglihatan
✓ Mata berair kabur, penglihatan ganda/dobel)
✓ Mata nyeri ✓ Benjolan pada mata (timbilan)
✓ Kelilipan
3. Jika terdapat keluhan tanyakan tentang :
a. Awal penyakit → berangsur-angsur/ capat/ asimtomatik
b. Durasinya → singkat/ menetap
c. Lokasinya → setempat/ diffuse dan unilateral/ bilateral
d. Apakah gangguan terjadi saat melihat jauh atau dekat; onset
mendadak atau gradual; di seluruh lapang pandang atau hanya
sebagian; jika defek lapang pandang hanya sebagian, apakah
letaknya sentral, perifer atau hanya pada satu mata.
e. Pada pasien dengan keluhan skotoma, ditanyakan apakah skotoma
bergerak bila bola mata bergerak atau terfiksasi; apakah pasien
melihat kilatan-kilatan cahaya.
f. Adanya gejala sistemik : demam, malaise, sakit kepala.

3
g. Jika terdapat diplopia, ditanyakan apakah diplopia horisontal atau
vertikal, kedua mata atau salah satu mata, apakah persisten bila
salah satu mata ditutup.
h. Gejala-gejala neurologis : gangguan motorik dan sensorik, gangguan
syaraf kranial yang lain.

4. Tindakan/obat yang sudah diberikan dan apa hasilnya


5. Apakah ada keadaan yang memicu dan memperberat gejala.
6. Apakah keadaan serupa pernah dialami sebelumnya
7. Gejala tambahan jika ada
8. Tanyakan juga tentang penyakit lain seperti hipertensi, diabetes, dan
trauma.

2. Sesudah Anamnesa
a. Tanyakan kepada pasien apakah masih ada pertanyaan atau permasalahan
lain.
b. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
c. Lalu mintalah persetujuan kepada pasien bahwa dokter ingin melakukan
pemeriksaan fisik

4
II. Pemeriksaan Oftalmologi
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri pada pasien.
b. Menjelaskan pemeriksaan dan meminta persetujuan pasien untuk
pelaksanaannya.
c. Memastikan pasien dalam keadaan nyaman.

Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Tajam Penglihatan(Acies Visus)
Alat yang digunakan :
✓ Trial lens
✓ Trial frame
✓ Kartu Snellen
✓ Kartu Jaeger atau reading card
✓ Astigmat dial
✓ Kartu Ishihara
✓ Ruangan dengan panjang 5 m atau 6 m
✓ Penerangan yang cukup

Gb. Trial lens dan trial frame

Dipakai kartu snellen yang berisikan ukuran huruf atau angka. Untuk anak
kecil digunakan kartu snellen bentuk huruf “E” atau gambar-gambar benda/
binatang yang mudah dikenal. Kartu snellen ditempatkan pada jarak 6 meter
dari penderita, pencahayaan yang cukup dan tidak menyilaukan.
5
→ Tutup salah satu mata (sebaiknya mata kiri dulu), untuk memeriksa
visus mata kanan. Menutup bisa memakai telapak tangan kiri atau
occluder yang diletakkan di depan trial frame mata kiri.
→ Huruf / angka / gambar / huruf E yang berbeda-beda arah dengan
berbagai ukuran, makin ke bawah makin kecil, di pinggir dari tiap
baris terdapat angka yang menunjuk jarak yang diperlukan bagi orang
normal untuk dapat melihat dengan jelas.
(contoh:Bila pemeriksaan pada jarak 5 m, penderita (dengan satu
mata) hanya dapat membaca huruf yang bertanda 10 m, maka visus
mata tersebut adalah 5/10).
→ Bila huruf baris paling atas pun tidak terbaca, maka diperiksa dengan
hitungan jari tangan yang berarti visusnya .../60.
→ Bila tidak bisa menghitung jari, digunakan goyangan tangan dengan
jarak 1 meter, yang berarti visusnya 1/300.
→ Bila tidak bisa melihat goyangan tangan, digunakan berkas cahaya
dengan jarak 1 meter, yang berarti visusnya 1/ ~
→ Bila visus kurang dari 5/5 atau 6/6, maka dicoba untuk dikoreksi
dengan lensa spheris negatif atau positif (lensa sferis negatif dari kecil
ke besar, lensa sferis positif dari besar ke kecil).
→ Bila setelah koreksi maksimal visus belum mencapai 5/5 atau 6/6,
dilakukan tes pinhole.
→ Bila dengan tes pinhole visus membaik (bisa mencapai 5/5 atau 6/6).
Berarti kelainan refraksi
→ Bila dengan tes pinhole visus tidak membaik kemungkinan terdapat
kelainan organik di media refrakta (kornea, bilik mata depan, lensa,
vitreous), retina maupun lintasan visual.
→ Cara pemeriksaan kaca mata silinder : terlebih dahulu diperiksa
dengan astigmat dial.
→ Bila pada astigmat dial melihat ada garis yang paling hitam atau
tebal, diperiksa dengan lensa cylindris negatif atau positif dimana
axisnya tegak lurus pada garis tersebut, sampai dapat mencapai 5/5
atau 6/6.
→ Demikian sebaliknya diperiksa visus mata kirinya.
→ Menyebutkan macam refraksinya.
6
→ Menulis resep kaca matanya.
→ Memeriksa visus sentralis dekat dengan kartu Jaeger atau reading
card pada jarak ±33 cm.

Gambar 3. Kartu Jaeger untuk pemeriksaan visus sentralis dekat

→ Bila mengalami kesulitan dalam membaca dekat, kedua mata


dikoreksi dengan lensa spheris positif (Presbyop).
→ Diperiksa tajam penglihatan terhadap warna dengan kartu Ishihara.
Pasien diminta melihat dan menyebutkan berapa angka yang tampak
di kartu.

7
Gb. Kartu Snellen, tengah : untuk pasien dewasa; kiri & kanan : untuk pasien
anak & buta huruf)

Gb. Kartu Snellen, untuk pasien anak & buta huruf)

1. Uji Lubang Kecil (Pin-Hole Test)


a. Menggunakan Pin- Hole lalu letakkan pada mata yang diuji, dengan
mata yang lainnya ditutup.
b. Bila terdapat perbaikan : berarti terdapat kelainan refraksi yang belum
terkoreksi, kemungkinan adanya astigmatisme, yang kemudian
diperiksa dengan astigmat dial
c. Kemunduran : gangguan pada media peglihatan.

2. Uji Pengkabutan (Fogging Test)


a. Gunakanlah lensa positif untuk mengistirahatkan akomodasi.

8
b. Dengan mata istirahat pasien melihat kearah juring astigmat (gambar
ruji-ruji)
c. Jika jelas garis vertical lakukan koreksi bidang vertical menggunakan
lensa silider negative dengan sumbu (axis) 1800.
d. Kekuatan lensa silinder ditambahkan hingga garis pada juring
astigmat terlihat tampak sama jelas.

3. Uji Silinder Silang (Cross-Cylinder Jackson)


Menggunakan 2 lensa silinder yang sama tetapi dengan kekuatan yang
berlawanan misalnya – 0,25 dan + 0,25 diletakkan dengan sumbu tegak
lurus sehingga ekivalennya sferisnya nihil.

4. Uji Keseimbangan Merah-Hijau (Red-Green Balance test)


Diperiksa 1 persatu mata dengan melihat kartu merah-hijau yang ada
huruf diatasnya.

5. Uji Dominan Mata


a. Mengetahui mata yang dominan pada anak
b. Satu mata ditutup kemudian mata yang lainnya disuruh melihat
benda.
c. Jika mata dominan ditutup anak akan menggerakkan kepalanya untuk
melihat benda.

6. Uji Crowding Phenomena


a. Pasien diminta membaca huruf snellen sampai huruf terkecil yang
dibuka satu persatu.
b. Sehingga tampak sebaris huruf.
c. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari satu huruf ke satu baris
huruf maka crowding phenomen positif.

b. Pemeriksaan Lapangan Pandang (Kampus Visus)


1. Test Konfrontasi
9
a. Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa, muka menghadap muka
dengan jarak 60 cm.
b. Pasien diminta menutup mata kirinya dengan telapak tangan kirinya
dan melihat dengan mata kanannya kearah mata kiri pemeriksa.
c. Pemeriksa memberikan instruksi pemeriksaan kepada pasien dengan
jelas.
d. Penderita menutup mata kiri dengan telapak tangan kiri, telapak
tangan tidak boleh menekan bola mata.
e. Pemeriksa duduk tepat di depan pasien dalam jarak antara 60 cm,
berhadapan, sama tinggi. Pemeriksa menutup mata kanan dengan
telapak tangan kanan. Lapang pandang pemeriksa sebagai referensi
(lapang pandang pemeriksa harus normal). Mata pasien melihat mata
pemeriksa.
f. Objek atau ujung jari pemeriksa digerakkan perlahan-lahan dari
perifer ke sentral (sejauh rentangan tangan pemeriksa kemudian
digerakan ke central)dari delapan arah pada bidang di tengah-tengah
penderita dan pemeriksa.
g. Lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang
pemeriksa.
h. Kemudian diperiksa mata kontralateral.
i. Hasilnya:
→ Lapang pandang penderita. luasnya sama dengan lapang
pandang pemeriksa.
→ Lapang pandang penderita lebih sempit dari lapang pandang
pemeriksa
→ (sebutkan di daerah mana yang mengalami penyempitan)

10
Gb. Pemeriksaan Konfrontasi

c. Posisi bola mata, duksi dan versi


1. Posisi bola mata normal orto
2. Penderita duduk, memandang obyek yang letaknya jauh ( ± 6 m).
3. Nyalakan senter dari jarak 60 cm, tepat di depan glabela penderita.
4. Perhatikan refleks sinar tersebut pada kornea, bila simetris berarti
pasangan bola mata dalam orbita sejajar (tampak pantulan sinar di tengah
pupil sedikit ke medial). Nilai simetrisnya.
5. Kemudian penderita diminta mengikuti gerakan ujung jari pemeriksa,
pensil /ballpen yang digerakkan dari central ke perifer ke 8 arah tanpa
menggerakkan kepala (melirik saja).
6. Diperhatikan gerakan kedua mata, keduanya bebas ke segala arah ataukah
ada yang tertinggal.
7. Khusus untuk melihat gerakan bola mata ke bawah, angkatlah kedua
kelopak atas dengan ibu jari dan jari telunjuk.
8. Untuk tes konvergensi, ujung jari/ senter/ ballpen/ pensil dari jarak ± 45
cm di depan pangkal hidung didekatkan ke arah pangkal hidung hingga
jarak 5 cm sampai 8 cm, untuk menilai kekuatan konvergensi.
9. Catat gerakan duksi-versi rata (smooth) atau tidak (cog-wheel).

11
Gb. Cara menggerakkan objek

Gb. Arah Gerakanbola mata

d. Pemeriksaan Mata Segmen Anterior


Alat yang digunakan :
o Senter
o Magnifying Loupe
o Lensa S+10 D
o Keratoscope Placido
o Kapas steril
o Air dan sabun untuk cuci tangan
12
Gb. Keratoscope Placido

Cara Pemeriksaan:
a. Penderita duduk berhadapan pemeriksa jarak 60 cm.
b. Periksa dari luar kedalam mata kanan kemudian kiri, menggunakan loupe
dan senter yang terang dan dapat difokuskan dengan baik.
c. Perhatikan kulit palpebra, adakah edema, hyperemi, haematom, benjolan-
benjolan, kulit di atas benjolan terfiksasi atau dapat digerakkan.
d. Periksa lebar rima palpebra, kanan kiri sama lebar atau tidak, gerakan
membuka dan menutup mata, ada yang tertinggal gerak atau tidak.
e. Palpebra menutupi daerah pupil atau tidak (normalnya menutupi ± 2 mm
kornea bagian superior).
f. Amati silia dan margo palpebra.
g. Kemudian palpebra superior dilipat ke arah luar (eversio), diamati warna
mukosa, adanya benjolan-benjolan sikatriks, benda asing, bangunan-
bangunan folikel, cobble’s stone, dan lain-lain.

13
Gb. Minta pasien untuk
melihat ke atas, pergunakan
ibu jari untuk sedikit
menekan dan menarik
palpebra inferior ke arah
bawah, sehingga sklera dan
konjungtiva terpapar.

Gb. Eversio palpebra


superior. Pergunakan tongue
spatel atau lidi kapas yang
diletakkan pada lipatan
palpebra superior. Balik
dengan cara menarik bulu
mata ke arah atas, pasien
diminta melirik ke arah
bawah. Untuk
mengembalikannya, minta
pasien melihat ke arah atas.

h. Sekresi air mata


a) Tes Schirmer I
o Gunakan lah sepotong kertas filter (whatman) sepanjang 30 mm,
dimana ujung yang satu diselipkan difornik konjungtiva bulbi
inferior dan ujung yang lainnya dibiarkan menggantung.
o Bila setelah 5 menit kertas tidak basah → sekresi air mata kurang.

14
o Bila kertas basah kurang dari 10 mm → sekresi air mata
terganggu → tes schirmer II
o Bila kertas basah lebih dari 10 mm → hipersekresi air mata.
b) Tes Schirmer II
o Pada salah satu mata diteteskan anestesi local dan diletakkan
kertas filter, kemudian hidung dirangsang dengan kapas selama 2
menit.
o Bila setelah 5 menit kertas filter tidak basah → refleks sekresi
gagal total.
o Bila setelah 5 menit kertas filter basah sampai 15 mm → keadaan
yang normal.
c) Test Anel
o Pasien duduk atau tidur.
o Mata di tetes anastetik local
o Ditunggu sampai rasa pedas hilang
o Pungtum diperbesar dengan dilatators
o Jarum anel yang berada dalam semprit dimasukkan horizontal
melalui kanalikuli lakrimal sampai masuk sakus lakrimal.
o Garam fisiologik dimasukkan kedalam sakus.
o Pasien ditannya apakah merasa sesuatu (pahit/asin)
o Pada tenggorokan dan apakah terlihat reaksi menelan setelah
semprotan garam fisiologik

i. Perhatikan konjungtiva bulbi, warna, oedema, bangunan-bangunan/


penonjolan-penonjolan, pelebaran pembuluh darah, berkelok-kelok atau
lurus, ikut pergerakan konjungtiva atau tidak, ada sekret atau tidak,
j. Amati pula skleranya, adakah penipisan atau penonjolan.
k. Perhatikan kornea (meggunakan lampu senter dari arah 450 temporal
kornea supaya tidak silau, sesekali boleh bergerak ke nasal) : amati
kejernihan, bentuknya, ukurannya, kecembungannya, permukaan licin/
kasar, adanya pembuluh darah, pterygium, dan lain-lain. Bila ada
kelainan ditentukan pula letak dan kedalamannya.
l. Periksa pula sensibilitas kornea menggunakan kapas yang dipilin, dengan
cara kapas di usapkan ke kornea dari temporal kornea.
15
Gb. Cara menilai kedalaman bilik mata depan
m. Periksa reflex pupil terhadap cahaya langsung (direct), cahaya tidak
langsung (indirect). Perhatikan pula bentuk pupil, bulat atau tidak, sentral
atau tidak.
n. Periksa iris, bentuknya, gambarannya, warnanya, adakah synechia.

Gb. Pemeriksaan refleks pupil (direct)


o. Periksa lensa, sebaiknya pupil dilebarkan (kalau tidak ada kontra
indikasi). Sinar dari arah 300-450 temporal kornea, perhatikan letak dan
kejernihannya (shadow test, kalau tidak ada bayangan iris di lensa berarti
shadow test negatif, hal ini pada lensa yang jernih atau pada katarak yang
matur, dan sebaliknya). Adakah iris pigment atau bekas exudat yang
menempel.

e. Pemeriksaan Segmen Posterior


Alat yang digunakan :
- Oftalmoskop direk.
- Midriatikum yang cepat kerjanya, cepat hilang pengaruhnya.

16
Gb. Oftalmoskop Gb. Pemeriksaan menggunakan ofta;moskop

Cara pemeriksaan
- Penderita duduk.
- Mata penderita ditetesi midriatikum, kemudian ditunggu ± 20 menit.
- Putar lensa oftalmoskop sesuai dengan refraksi mata pemeriksa
- Misalnya pemeriksa adalah miop 2D dan penderita emetrop, pakailah
lensa -2 (warna merah). Bila pemeriksa dan penderita adalah emetrop,
pakailah 0.
- Bila yang diperiksa mata kanan, oftalmoskop dipegang dengan tangan
kanan, gunakan mata yang kanan juga, jari telunjuk berada pada panel
pengatur ukuran lensa dan sebaliknya.
- Pandangan penderita diminta memfiksasi suatu titik jauh tak terhingga
atau ± 6m.
- Peganglah oftalmoskop dengan cara menggenggam bagian pegangannya,
sedangkan jari telunjuk berada pada panel pengatur ukuran lensa, siap
untuk menyesuaikan ukuran lensa sehingga dapat diperoleh bayangan
yang paling tajam.
- Pada jarak 30 cm, didepan temporal (±450) mata penderita, sinar
oftalmoskop diarahkan pada pupil mata penderita.
- Perhatikan reflex fundusnya: cemerlang atau tidak cemerlang/ gelap.

f. Pemeriksaan tekanan bola mata


Alat yang digunakan :

17
- Tonometer Schiotz
- Lidocaine 2 % atau Panthocaine eye drops
- Chloramphenicol zalf mata 2 %
- Kapas alkohol 70 %

Cara Pemeriksaan:
1) Pemeriksaan Cara Subjektif (Palpasi)
→ Penderita duduk tegak, melirik ke bawah.
→ Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan bola mata
pada kelopak atas kearah belakang bawah (450) dengan halus dan
penuh perasaan. Tiga jari yang lain bersandar pada kening dan tulang
pipi, bandingkan kanan dan kiri.
→ Hasilnya TN, TN+1, TN+2, TN+3 ; TN-1, TN-2, TN-3.

Gambar 17. Cara palpasi tekanan bola mata

2) Pemeriksaan cara Objektif (Tonometer Schiotz)


Persiapan alat :
- Tonometer ditera dengan meletakkan tonometer tegak lurus pada
lempengan pengetest, dan jarum harus menunjuk angka O.
- Bersihkan dan permukaan kaki tonometer diusap dengan kapas
alkohol.

Persiapan penderita:
- Penderita diberi penjelasan tentang apa yang akan dilakukan, cara

18
pemeriksaan dan bagaimana penderita harus bersikap.
- Penderita diminta tidur terlentang, posisi kepala horizontal. Mata
penderita ditetesi
Panthocaine 0,5% atau 2%, 1 – 2 tetes, 5 menit kemudian ditetesi
lagi satu tetes.
- Penderita diminta memandang ke satu titik tepat diatasnya, dengan
cara memfiksasi kepada ibu jarinya yang diacungkan di atasnya,
sehingga sumbu optik mata benar-benar vertikal.
- Kelopak atas dan bawah dibuka lebar dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri, tidak boleh menekan bola mata,
kemudian tonometer diletakkan dengan hati-hati pada permukaan
kornea, tepat di tengah, tanpa menggeser, posisi benar-benar
vertikal.
- Letakkan tonometer tepat di atas kornea tanpa menekan bola mata.
- Tinggi rendahnya tekanan bola mata menentukan besarnya indentasi
yang ditimbulkan oleh alat tersebut. Besar kecilnya indentasi
menentukan besarnya simpangan jarum yang dihubungkan pada
lempeng tersebut.
- Catat angka yang ditunjuk oleh jarum, mulai dari beban 5,5 gram (
yang sudah terpasang pada tonometer) kemudian apabila simpangan
jarum tonometri < 3 beban ditambah dengan beban 7,5 gr atau 10
gr.(tergantung tabel yang ada)
- Tonometer diangkat, dibersihkan dengan kapas alkohol.
- Mata diberi zalf mata (misalnya Chloramfenicol)
- Lihat tabel, berapa mmHg tekanan bola matanya.
- Cara baca dan menuliskan hasil : Misalnya dengan beban 5,5 gram
simpangan jarum tonometer menunjukkan angka 5 pada tabel
terlihat hasilnya 17,3 mmHg.
- Kemudian tambahkan beban 7,5 gr dan atau 10 gr (menulisnya 5/5,5
= 17,3 mmHg)
Bobot beban
Angka Skala
5.5 gram 7.5 gram 10 gram
3.0 24.4 35.8 50.6
3.5 22.4 33.0 46.9
4.0 20.6 30.4 43.4

19
4.5 18.9 28.0 40.2
5.0 17.3 25.8 37.2
5.5 15.8 23.8 34.4
6.0 14.6 21.9 31.8
6.5 13.4 20.1 29.4
7.0 12.2 18.5 27.2
7.5 11.2 17.0 25.1
8.0 10.2 15.6 23.1
8.5 9.4 14.3 21.3
9.0 8.5 13.1 19.6
9.5 7.8 12.0 18.0
10.0 7.1 10.9 16.5

Tabel 1. Tabel Tonometer Schiotz

Gb. Cara melakukan pemeriksaan tonometri Schiotz

2. Sesudah pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
b. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
c. Rangkum semua hasil temuan dan sampaikan diagnosis banding.

Keluhan yang sering pada mata :

20
1. Katarak
2. Retiopati hipertensi
3. Retinopati diabetes
4. Glaucoma
5. Mata merah tanpa penurunan visus
6. Mata merah dengan penurunan visus
7. Peradangan

III. Tes Buta Warna

Peralatan
1. Buku Test Ishihara.

1. Sebelum dimulai
a. Meminta pasien duduk dan apabila pasien berkacamata mintalah untuk
membuka kacamatanya.
b. Meminta pasien untuk membaca angka atau huruf atau symbol yang ada pada
buku ishihara.
c. Catat hasil pemeriksaan.

Hasil :

Baik normal dan pasien dengan segala Normal 8 dan pasien dengan buta
macam buta warna membacanya 12
21
warna merah dan hijau akan
membacanya 3 atau yang buta warna
total tidak akan menemukan nomor.

Normal 5 dan pasien dengan buta warna Normal 29 dan pasien dengan buta
tidak bisa membaca nomor atau warna merah dan hijau akan
membaca angka yang salah. membacanya 70 atau yang buta warna
total tidak akan menemukan nomor.

Normal 3 dan pasien dengan buta warna


merah dan hijau akan membacanya 5 Normal 15 dan pasien dengan buta
atau yang buta warna total tidak akan warna merah dan hijau akan
menemukan nomor membacanya 17 atau yang buta warna
total tidak akan menemukan nomor

22
Normal 74 dan pasien dengan buta
warna merah dan hijau akan Normal 6 dan mayoritas pasien
membacanya 21 atau yang buta warna dengan buta warna tidak bisa melihat
total tidak akan menemukan nomor angka atau dapat melihat tapi salah
dalam mengenali angkanya.

Normal 45 dan pasien dengan buta


warna tidak bisa membaca nomor atau Normal 73 dan pasien dengan buta
membaca angka yang salah. warna tidak bisa membaca nomor
atau membaca angka yang salah.

23
Dalam menelusuri garis berkelok-kelok
antara 2 X, jejak normal garis hijau Orang normal justru tak bisa melihat
kebiruan dan hijau kekuningan ke X apapun, namun jika buta warna justru
lainnya.buta warna merah-hijau akan terlihat angka 5 yang sangat jelas
menelusuri garis berwarna hijau
kekuningan dan ungu, pada buta warna
total tidak akan menemukan garis
apapun.

Mata normal bisa melihat kotak kuning


dan lingkaran coklat, tapi mata buta
warna hanya bisa melihat kotak kuning. Dibaca : 6

2. Sesudah Pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
b. Rangkum hasil temuan dan jelaskan temuan kepada pasien.

IV. Pemberian Obat Topikal


A. Obat Tetes Mata

24
1) Penderita dibaringkan dengan posisi telentang atau penderita duduk dengan
posisi kepala menengadah kearah langit langit ruangan.
2) Instruksikan penderita untuk membuka kedua mata.
3) Lebarkan fissura palpebra dengan jari telunjuk dan ibu jari pada mata yang
hendak diberi obat tetes.
4) Teteskan obat pada daerah sclera pasien, instruksikan pasien untuk melirik
kearah temporal atau nasal.
5) Instruksikan pasien untuk menutup mata beberapa saat kemudian berkedip agar
obat dapat meyebar ke permukaan bola mata
6) Bersihkan daerah sekitar kelopak mata.

B. Zalf Mata
1) Penderita dibaringkan dengan posisi telentang atau penderita duduk dengan
posisi kepala menengadah kearah langit langit ruangan.
2) Instruksikan penderita untuk membuka kedua mata.
3) Tarik fissura palpebra inferior dengan jari telunjuk atau ibu jari pada mata yang
hendak diberi obat.
4) Oleskan zalf mata pada daerah konjungtiva palpebra inferior
5) Instruksikan pasien untuk menutup mata
6) Pasang bebat mata bila perlu

25
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
ANAMNESA

Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2

Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri pada pasien.
1 b. Memastikan bahwa pasien dalam posisi nyaman.
c. Anamnesis Identitas pasien

Keluhan Utama
2 Tanyakan kepada pasien apakah terdapat keluhan
pada mata
RPS
a. Awal penyakit
b. Durasinya

3 c. Lokasinya
d. Keadaan yang memicu dan memperberat
e. Adanya gejala sistemik
f. Gejala-gejala neurologis
5 RPO
6 RPD (diabetes, hipertensi dll)
Menyimpulkan hasil dan menyatakan persiapan
7
pemeriksaan selanjutnya
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
14

26
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN VISUS & KOREKSI VISUS

Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1. Menanyakan identitas penderita
2. Menanyakan keluhan penderita
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersilakan penderita duduk pada jarak 5 m/ 6 m dari Optotipe
4.
Snellen
5. Meminta penderita menutup satu matanya tanpa menekan
Meminta penderita memandang lurus, tidak melirik, tidak
6.
memicingkan mata
Meminta penderita menyebutkan angka / huruf / simbol pada
7.
Optotipe Snellen yang ditunjuk dari atas ke bawah
Bila huruf paling atas dari Snellen tidak dapat disebutkan oleh
8. penderita, dapat digunakan hitung jari. Menyebutkan hasil
pemeriksaan
Bila hitung jari tidak tampak, dapat menggunakan goyangan
9.
tangan. Menyebutkan hasil pemeriksaan
Bila goyangan tangan tidak tampak, dapat menggunakan lampu
10.
senter. Menyebutkan hasil pemeriksaan
Bila mata visus 5/5 atau 6/6 dapat melakukan dan menjelaskan uji
11.
pinhole
12. Dapat melakukan koreksi visus dengan benar
13. Dapat menggunakan dan menjelaskan pemeriksaan Astigmat Dial
14. Dapat menambahkan lensa silindris dengan axis yang benar
15. Dapat menyebutkan hasil koreksi
16. Melakukan pemeriksaan buta warna dengan benar
JUMLAH SKOR
Penjelasan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
32

27
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1. Menanyakan identitas penderita
2. Menanyakan keluhan penderita
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan dengan jelas
Pemeriksa mengambil posisi duduk berhadapan dengan penderita,
4. dengan posisi mata sama tinggi dengan jarak 60 cm
Meminta penderita menutup mata kirinya dengan telapak tangan,
5. pemeriksa menutup mata kanan dengan telapak tangan
Meminta penderita menutup mata kanannya dengan telapak
6. tangan, pemeriksa menutup mata kiri dengan telapak tangan
Memberitahukan terlebih dahulu kepada penderita supaya
7. mengatakan “ya” pada saat mulai melihat obyek
Menggerakkan ujung jari pemeriksa perlahan-lahan dari perifer ke
sentral dan dari delapan arah pada bidang di tengah-tengah
8. penderita dan pemeriksa.
Membandingkan lapang pandang penderita dengan lapang
9. pemeriksa
10. Melaporkan hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Penjelasan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
20

28
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN OTOT EKSTRAOKULER

SKOR
NO. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1. Menanyakan identitas penderita
2. Menanyakan keluhan penderita

3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan


dilakukan
4. Mempersilakan penderita duduk memandang obyek kecil di
depan yang berjarak lebih dari 6 m
5. Menyinarkan lampu senter ke arah glabela penderita

6. Mengamati pantulan sinar pada kornea, menentukan kedua


mata sejajar atau tidak
Menggerakkan objek ke 8 arah kardinal, penderita diminta
7. mengikuti gerak objek dari sentral ke perifer tanpa
menggerakkan kepala (saat menilai gerakan otot ke
inferior, pemeriksa mengangkat kelopak atas)
8. Mengamati gerakan kedua bola mata ada yang tertinggal
atau tidak
9. Menentukan otot mana yang tidak normal
10. Melakukan pemeriksaan konvergensi kedua mata
11. Melaporkan hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Penjelasan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
22

29
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR DAN POSTERIOR

SKOR
NO. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Segmen Anterior
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan
1.
dilakukan.
2. Penderita dan pemeriksa duduk berhadapan pada jarak 60 cm.
Memperhatikan kelainan-kelainan pada kulit kelopak mata, lebar
3.
rima palpebra, simetris tidak.
Memperhatikan bulu matanya, teratur atau tidak, arah
4.
tumbuhnya, ada sekret atau tidak.
Melakukan eversio palpebra superior dan melakukan
5. pemeriksaan konjungtiva palpebra superior, kemudian menarik
palpebra inferior untuk memeriksa konjungtiva palpebra inferior
Memeriksa konjungtiva bulbi dengan menarik palpebra atas
6.
memakai jari telunjuk dan palpebra bawah dengan ibu jari.
Melakukan pemeriksaan kornea dengan lampu senter dari
7.
sudut450 temporal mata.
8. Melakukan pemeriksaan sensibilitas kornea.
Memeriksa kamera okuli anterior dengan senter dari arah limbus
9.
bagian temporal.
10. Memeriksa refleks pupil direct dan indirect.
Memeriksa kejernihan lensa (pada prinsipnya untuk melihat lensa
11.
perlu ditetesi midriatikum).
12. Melaporkan hasil pemeriksaan segmen anterior bola mata.
Segmen Posterior
13. Penderita diminta melihat obyek pada jarak lebih dari 6 meter.
Lensa oftalmoskop disesuaikan dengan refraksi
14.
pemeriksa(pemeriksa emetrop posisi lensa oftalmoskop 0)
15. Memegang oftalmoskop dengan benar.
16. Menggunakan oftalmoskop dengan benar.
Memeriksa fundus refleks pada jarak 30cm dari arah 45 0
17.
temporal pasien.
Menyimpulkan hasil pemeriksaan.(reflek fundus cemerlang atau
18.
tidak)
JUMLAH
Penjelasan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna

30
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
36

31
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA

SKOR
NO. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan
1.
dilakukan
2. Mempersilahkan penderita duduk, melirik ke bawah
Meletakkan kedua jari telunjuk dan jari-jari yang lain dengan
3.
benar
4. Melakukan palpasi bola mata dengan benar
5. Menentukan hasilnya
6. Mengetes tonometer Schiotz
7. Membersihkan dan mensterilkan tonometer
Menerangkan kepada penderita mengenai pemeriksaan yang
8.
akan dilakukan dan tentang sikap penderita
9. Mempersilakan penderita berbaring terlentang kepala horizontal
10. Meneteskan anestesi lokal ke dalam mata penderita
11. Meminta penderita memandang ke satu titik tepat diatasnya
12. Membuka kelopak mata dengan lebar tanpa menekan bola mata
Meletakkan tonometer dengan hati-hati tepat di tengah kornea,
13.
vertikal, tanpa menekan atau menggeser
14. Membaca angka yang ditunjuk jarum
15. Mengangkat tonometer, membersihkan alat dengan alkohol
16. Memberikan zalf mata (antibiotika)
17. Menentukan tekanan bola mata dengan membaca tabel
18. Melaporkan hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Penjelasan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
36

32
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN BUTA WARNA

SKOR
NO. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan
1.
dilakukan
2. Mempersilahkan penderita duduk, melirik ke bawah
Cahaya ruangan harus dibuat cukup, tidak terlalu terang dan
3.
tidak terlalu redup agar warna pada buku ishihara terlihat jelas
Pasien diminta untuk membaca tulisan pada buku ishihara
4.
dengan jarak ± 30-40 cm
Setiap plate dibaca dalam waktu 5 detik, hasil pembacaan
5.
dituliskan dalam tabel evaluasi
Setelah ke-12 plate terbaca, hasil pembacaan pada tabel
6.
evaluasi disimpulkan
7. Melaporkan hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Penjelasan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
14

33

Anda mungkin juga menyukai