Anda di halaman 1dari 18

1.

Katarak

a. Definisi

Katarak merupakan sebuah penyakit yang menyebabkan lensa mata


menjadi keruh dan menyebabkan penglihatan berkurang atau kebutaan.

b. Etiologi

Katarak bisa muncul dengan berbagai sebab termasuk kondisi cacat


bawaan sejak lahir. Usia juga memberikan pengaruh yang sangat besar.
Sementara pemicu lain adalah seperti:

 Penambahan usia
 Penyakit diabetes yang tidak dikendalikan
 Kebiasaan mengkonsumsi alkohol (Baca : Bahaya alkohol)
 Paparan langsung dari sinar matahari
 Ada riwayat katarak dalam keluarga
 Penyakit Darah tinggi
 Obesitas
 Pernah mengalami gangguan mata
 Kebiasaan merokok.

c. Gejala Klinik
 Penglihatan menjadi kabur
 Sulit untuk melihat pada malam hari
 Mata menjadi sangat sensitif terhadap cahaya
 Ada lingkaran putih dalam sumber cahaya seperti lampu
 Lensa kacamata sering tidak menjadi jelas atau harus lebih sering
berganti.
 Penglihatan mata menjadi ganda
d. Diagnosa

Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk
mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai (contoh: diabetes
melitus, hipertensi, cardiac anomalies).Pada pemeriksaan slit
lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, dan kornea dalam
keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensa pasien
katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow
test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis. Ada juga
pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic
fundus examination, pemeriksaan lapang pandang dan pengukuran TIO.

e. Pengobatan

Tindakan operasi bisa dilakukan untuk menghapus katarak dan


mengembalikan fungsi mata dengan baik. Namun tindakan perawatan lain
bisa dilakukan dengan:

 Memakai kacamata dengan kondisi sesuai dengan katarak


 Menggunakan kaca pembesar untuk melihat lebih jelas
 Menggunakan kacamata saat dibawah sinar matahari.
 Tidak mengemudikan kendaraan saat malam hari.

2. Astigmatisme

a. Definisi

Astigmatisme merupakan kelainan refraksi dimana pembiasan pada


meridian yang berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat (tanpa
akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada lebih dari
satu titik sengga menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis
fokus multipel (Vaughan, 2009).
b. Etiologi
 Penyebab tersering dari astigmatism adalah kelainan bentuk
kornea.
 Pada sebagian kecil dapat pula disebabkan kelainan lensa.
 Pada umumnya astigmatisme bersifat menurun, beberapa orang
dilahirkan dengan kelainan bentuk anatomi kornea yang
menyebabkan gangguan penglihatan dapat memburuk seiring
bertambahnya waktu.
 Namun astigmatisme juga dapat disebabkan karena trauma
pada mata sebelumnya yang menimbulkan jaringan parut pada
kornea, daat juga jaringan parut bekas operasi pada mata
sebelumnya atau dapat pula disebabkan oleh keratokonus
(Vaughan, 2009).

c. Manifestasi Klinik

Pada nilai koreksi astigmatisma kecil, hanya terasa pandangan kabur.


Tapi terkadang pada astigmatisma yang tidak dikoreksi, menyebabkan
sakit kepala atau kelelahan mata, dan mengaburkan pandangan ke segala
arah.Pada anak-anak, keadaan ini sebagian besar tidak diketahui, oleh
karena mereka tidak menyadari dan tidak mau mengeluh tentang
kaburnya pandangan mereka (Williams, 1997).

d. Penegakan Diagnosis
 Anamnesis
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur. Pasien
memicingkan mata untuk dapat melihat lebih jelas. Keluhan
disertai hanya dapat membaca dengan jarak lebih dekat.
 Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
Pemeriksaan Fisik Oftalmologis
1. Penderita duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6
meter.
2. ada mata dipasang bingkai percobaan. Satu mata
ditutup, biasanya mata kiri ditutup terlebih dahulu ntuk
memeriksa mata kanan.
3. Penderita diminta membaca kartu snellen mulai huruf
terbesar (teratas) dan diteruskan pada baris awahnya
sampai pada huruf terkecil yang masih dapat dibaca.
Lensa positif 0,5D ditambah pada mata yang diperiksa
(teknik fogging).
4. Pasien diminta melihat gambar kipas pada Snellen chart
dan menyebutkan garis yang paling jelas.
5. Pasangkan lensa silinder -0,5D dengan aksis tegak lurus
terhadap garis yang paling jelas.
6. Perlahan-lahan lensa silinder dinaikkan kekuatan
dioptrinya sampai semua garis terlihat sama jelas.
7. Pasien kembali diminta melihat Snellen chart, bila visus
belum 6/6 lensa fogging dicabut.
8. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.

 Diagnosis
Diagnosis KlinisPenegakan diagnosis dilakukan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik oftalmologis.

e. Pengobatan

Astigmatism reguler, diberikan kacamata sesuai kelainan yang


didapatkan, yaitu dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif
dengan atau tanpa kombinasi lensa sferis. Astigmatism ireguler, bila
ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak keras, tetapi bila berat bisa
dilakukan tranplantasi kornea (Ilyas, et al., 2003).

3. Miopi

a. Definisi
Rabun jauh adalah ketidakmampuan mata untuk melihat dalam jarak
yang jauh.
b. Etiologi
 Genetik
 Nutrisi
 Tekanan Okuler

c. Manifestasi Klinis
 Objek dekat bisa terlihat, sedangkan objek jauh terlihat kabur
 Mengecilkan mata ketika melihat objek jauh
 Tidak dapat melihat papan hitam dengan jelas
 Terlalu dekat dengan buku ketika membaca

d. Penegakan Diagnosis
 Hasil Anamnesis (Subjective)
1. Keluhan
Penglihatan kabur bila melihat jauh, mata cepat lelah,
pusing dan
mengantuk,cenderung memicingkan mata bila melihat
jauh. Tidak terdapatriwayat kelainan sistemik seperti;
diabetes mellitus, hipertensi; serta butasenja .
2. Faktor Risiko Genetik

 Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang


Sederhana (Objective)
1. Pemeriksaan FisikRefraksi Subjektif:
a. Penderita duduk menghadap kartu snellen pada
jarak 6 meter.
b. Pada mata dipasang bingkai percobaan. Satu
mata ditutup, biasanyamata kiri ditutup terlebih
dahulu untuk memeriksa mata kanan.
c. Penderita diminta membaca kartu snellen mulai
huruf terbesar (teratas)dan diteruskan pada baris
bawahnya sampai pada huruf terkecil yangmasih
dapat dibaca. Lensa positif terkecil ditambah pada
mata yangdiperiksa dan bila bertambah kabur
lensa positif tersebut diganti denganlensa negatif.
Kemudian kekuatan lensa negatif ditambah
perlahan lahandan diminta membaca huruf-huruf
pada baris yang lebih bawahsampai jelas terbaca
pada baris ke 6.
d. Mata yang lain diperiksa dengan cara yang sama.
 Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis KlinisPenegakan diagnosis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan refraksisubjektif

e. Pengobatan
 Penggunaan Kacamata
 Penggunaan Lensa Kontak
 Bedah Refraktik / LASIK

4. Hipermetropi

a. Definisi

Rabun dekat atau hipermetropi atau hiperopia adalah gangguan pada


penglihatan yang disebabkan lensa mata terlalu pipih. Bayangan benda
yang dilihat terbentuk di belakang retina sehingga mata tidak dapat
melihat benda-benda yang dekat.

b. Etiologi

Hal ini dapat disebabkan oleh axial length mata yang lebih pendek
(hipermetrop axial) atau perubahan kekuatan refraksi mata (hipermetrop
refraktif).

c. Manifestasi Klinis
 Penurunan visus
 Asthenopia
 Sensitif terhadap cahaya
 Ambliopia
 Strabismus
 Mata merah dan berair, sering mengedip, mengedipkan mata dan
perubahan wajah ketikamembaca, gangguan memfokuskan,
penunrnan koordinasi gerakan tangan-mata, danbinokularitas,
kesulitan atau enggan membaca.

d. Penegakan Diagnosis

Kelainan refraksi hipermetropi dapat di periksa dengan melakukan


pemeriksaan Okuler

 Visual Acuity Mempergunakan beberapa alat untuk mengetahui


kemampuan membaca pasien hipermetropi dalam jarak dekat. Seperti
Jaeger Notation, Snellen metric distance dan Lebehnson.
 Refraksi. Retinoskopi merupakan prosedur yang digunakan secara
luas untuk menilai hipermetropia secara objektif. Prosedur yang
dilakukan meliputi static retinoscopy, subjective refraction dan
autorefraction.
 Pergerakan Okuler, Pandangan Binokuler dan Akomodasi.
Pemeriksaan ini diperlukan karena gangguan pada fungsi visual diatas
dapatmenyebabkan terganggunya visus dan performa visual yang
menurun.
 Assesmen kesehatan okuler dan Skreening Kesehatan sistemik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa hipermetropia
dapat berupa respon pupil, uji konfrontasi lapangan pandang, uji
penglihatan warna, pengukuran tekanan intraokuler dan pemeriksaan
posterior bola mata dan adnexa.
 Kesehatan segmen anterior. Pada pasien dengan daya akomodasi yang
masih sangat kuat atau pada anak-anak, sebaiknya pemeriksaan
dilakukan dengan pemberian siklopegik atau melumpuhkan otot
akomodasi.

e. Pengobatan
 Koreksi Optik
 Bedah Refraksi
5. Buta Warna

a. Definisi

Buta warna sama sekali bukanlah bentuk kebutaan, tetapi kekurangan


dalam cara Anda melihat warna dan kesulitan dalam membedakan warna
tertentu, seperti biru dan kuning atau merah dan hijau.

b. Etiologi

Buta warna terjadi ketika ada masalah dengan butiran sensor-warna


(pigmen) dalam sel-sel saraf tertentu dari mata.

c. Manifestasi Klinis

Penderita buta warna mungkin hanya bisa melihat beberapa gradasi


warna, sementara sebagian besar orang yang normal dapat melihat
ratusan warna. Gejala lainnya, sebagian penderita buta warna tidak dapat
membedakan antara warna merah dan hijau, namun bisa melihat warna
biru dan kuning dengan mudah. Sebagian orang bahkan tidak menyadari
bahwa mereka mengalami buta warna sebelum menjalani tes penglihatan
warna.

d. Penegakan Diagnosis

Pada uji coba pseudo sokromaqtik yang di susun titik dengan berbagai
kecerahan dimana seseorang normal akan dapat mengenal gambar yang
di bentuk, karena titik di buat dengan batas yang jelas dengan latar
belakangnya. Uji ishihara akan menemekuan cacat warna yang didapatkan
yang di tandai dengan gangguan penglihatan warna merah-hijau. Akan
tetrapi tidak menemukan diskromatopisia biru-kuning yang sering dapat
penyakit yang mengenai jalur penglihatan.
Gambar polaisokromatik yang dibaja penderita pada uji penglihatan
buta warna di nilai berdasar nilai yang di berikan oleh penerbit alatnya.

Dalam waktu tiga detik, coba lihat angka berapa yang ada di dalam
lingkaran yang berbentuk seperti pie atau kue tart di samping ini. Jika kamu
mengatakan 42 ! Yah, benar di dalam lingkaran hijau di samping ini
terdapat angka 42. Nah, jika kita masih bisa melihat bahwa di dalam
lingkaran ini terdapat angka 42 maka kemungkinan besar (masih mungkin)
bisa dikatakan kita tidak mengidap kelainan Buta Warna (Color Blind).
Gambar di samping merupakan salah satu gambar dari sekitar 40an
gambar yang sering kali dijadikan sebagai instrumen penguji apakah kita
termasuk buta warna atau tidak. Satu set uji yang terkenal untuk pengujian
buta warna adalah “Ishihara”. Tes untuk uji buta warna dengan set uji ini
dikatakan telah dapat mengindikasi apakah kita tergolong buta warna total
atau buta warna partial

e. Pengobatan

Buta warna karena keturunan tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat


dibantu dengan memakai kacamata lensa warna, untuk membantu
membedakan warna lebih dengan mudah. Atau dengan kacamata dengan
lensa yang dapat mengurangi cahaya, karena jika terlalu terang atau silau
penderita buta warna lebih sulit membedakan warna.

6. Presbiopi
a. Definisi
Presbiopi adalah suatu keadaan gangguan penglihatan yang umum
terjadi karena faktor usia.

b. Etiologi

Presbiopia dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau lensa mata
tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sclerosis lensa.

c. Manifestasi Klinis

Gejala umumnya adalah sukar melihat pada jarak dekat yang biasanya terdapat
pada usia 40 tahun, di mana pada usia ini amplitudo akomodasi pada klien hanya
menghasilkan titik dekat sebesar 25 cm. Pada jarak ini seseorang emetropia yang
berusia 40 tahun dengan jarak baca 25 cm akan menggunakan akomodasi
maksimal sehingga menjadi cepat lelah, membaca dengan menjauhkan kertas yang
dibaca, dan memerlukan sinar yang lebih terang.

( Masjoer, dkk 2001 )

d. Penegakan Diagnosis
 Pemeriksaan Tajam Penglihatan. Dilakukan di kamar yang tidak
terlalu terang dengan Kartu Snellen.
 Pemeriksaan Kelainan Refraksi. Dilakukan pada satu mata secara
bergantian, biasanya dimulai dengan mata kanan kemudian mata kiri.
Dilakukan setelah tajam penglihatan diperiksa dan diketaui terdapat
kelainan refraksi.
 Pemeriksaan Presbiopia. Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam
membaca, dilanjutkan dengan pemeriksaan presbiopia.

e. Pengobatan
 Penggunaan Kacamata
 Penggunaan Lensa Kontak
 Bedah Refraksi
7. Strabismus

a. Definisi
Strabismus adalah sebuah kondisi yang menggambarkan bahwa mata
tidak bisa melihat dengan baik.

b. Etiologi
 Otak tidak bisa mengatur keseimbangan mata saat melihat pada
sebuah objek.
 Kelainan mata yang menyebabkan satu mata mengalami rabun
jauh atau rabun dekat dengan beberapa ukuran dan selisih yang
sangat jauh.
 Saraf yang bekerja untuk mengatur otot mata tidak bisa
berfungsi dengan baik atau justru tidak normal.

c. Manifestasi Klinis
 Anak-anak akan sering memiringkan salah satu bagian mata
atau menutup satu mata untuk bisa melihat objek dengan benar.
 Mata menjadi tidak fokus saat melihat dan sering terlihat oleh
orang lain

d. Penegakan Diagnosis
 Anamnesa. Dalam mendiagnosis strabismus diperlukan anamnesis
yang cermat, perlu ditanyakan usia pasien saat ini dan usia pada saat
onset strabismus, jenis onsetnya, jenis deviasi,fiksasi dan yang
tidak kalah penting yakni adanya riwayat strabismus dalam
keluarga.
 Ketajaman penglihatan. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan
menggunakan kartu Snellen.
 Penentuan kelainan refraksi
 Inspeksi. Dapat memperlihatkan apakah strabismus yang terjadi
konstan atau intermitan, bervariasi atau konstan. Adanya ptosis dan
posisi kepala yang abnormal juga dapat diketahui.
 Uji strabismus
1. Uji Hirschberg. Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu
cahaya dengan jarak sekitar 33 cm, makaakan terlihat refleks
sinar pada permukaan kornea. Pada mata yang normal,
reflekssinar terletak pada kedua mata sama-sama di tengah
pupil. Bila refleks cahayaterletak di pinggir pupil, maka
deviasinya 15°. Bila di antara pinggir pupil danlimbus,
deviasinya 30°. Bila letaknya di limbus, deviasinya 45°.
2. Uji Krimsky. Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya.
Sebuah prisma yang ditempatkan didepan mata yang
berdeviasi dan kekuatan prisma yang diperlukan untuk
membuat refleks cahaya terletak di tengah merupakan ukuran
sudut deviasi.
3. Uji tutup mata. Uji ini dilakukan untuk pemeriksaan jauh
dan dekat, dan dilakukan dengan menyuruh mata berfiksasi
pada satu objek. Bila telah terjadi fiksasi, mata kiri ditutup
dengan lempeng penutup. Dalam keadaan ini mungkin terjadi

e. Pengobatan

 Memakai kacamata khusus untuk melatih visi mata agar bisa


sejajar.
 Perawatan mata strabismus jika disebabkan dari syaraf pada
otak harus dikendalikan dengan perawatan pada bagian otak.
 Melakukan latihan mata agar penglihatan menjadi lebih sejajar.

8. Glukoma
a. Definisi

Glukoma adalah kondisi penyakit mata yang menyebabkan mata tidak


bisa melihat dalam jangka waktu tertentu.

b. Etiologi

Penyakit ini bisa disebabkan karena kondisi penyakit mata tertentu yang
menyerang pada bagian saraf optik mata. tekanan yang terlalu tinggi dalam
bagian mata bisa menyebabkan penyakit ini muncul. Ada dua jenis
glukoma yaitu glukoma sudut terbuka dan glukoma sudut tertutup.

c. Manifestasi Klinis
 Glaukoma sudut terbuka
1. Penglihatan menjadi tidak jelas terutama pada bagian
tepi
2. Rasa sakit yang parah pada bagian belakang mata
 Glaukoma sudut tertutup
1. Sakit mata parah
2. Mual dan muntah saat sakit mata
3. Tidak bisa melihat saat redup atau tidak ada cahaya
4. Ada lingkaran putih pada sumber cahaya seperti lampu.
5. Mata menjadi merah

d. Penegakan Diagnosis
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik OftalmologisPada glaukoma akut:
1. Visus menurun.
2. Tekanan Intra Okular meningkat.
3. Konjungtiva bulbi: hiperemia kongesti kemosis dengan
injeksi silier, injeksi konjungtiva.
4. Edema kornea.
5. Bilik mata depan dangkal.
6. Pupil mid-dilatasi, refleks pupil negatif.
 Pada glaukoma kronik
1. Biasanya terjadi visus dapat normal.
2. Lapang pandang menyempit dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
3. Tekanan Intra Okular meningkat (>21 mmHg).
4. Pada funduskopi, C/D rasio meningkat (N=0.3).
e. Pengobatan

Perawatan bisa dilakukan sesuai dengan jenis glukoma namun


biasanya perawatan hanya untuk mengendalikan agar tidak menjadi lebih
buruk. Namun orang yang sudah terkena glukoma dan yang belum bisa
mencegah dengan beberapa cara dibawah ini:

 Konsumsi berbagai jenis makanan yang sehat seperti makanan


yang banyak mengandung vitamin A, makanan yang banyak
mengandung vitamin E dan berbagai jenis mineral.
 Melakukan berbagai jenis olahraga yang tidak menyebabkan
tekanan pada mata seperti jalan santai.
 Konsumsi kafein dalam jumlah yang terbatas untuk
meningkatkan kesehatan mata (Bahaya kopi dan bahaya kafein).
 Sering minum air mineral untuk mencegah resiko kehilangan
cairan karena tekanan pada mata.
 Selalu menggunakan pelindung mata untuk mencegah
penekanan pada bagian mata seperti saat mengemudikan
kendaraan dan memakai perlindungan mata dari cahaya.

9. Ablasi Retina
a. Definisi

Ablasi retina adalah sebuah kondisi yang menyebabkan lapisan penting


dari jaringan pada retina mengalami penurunan sehingga posisinya lebih
kebawah atau menarik ke dalam yang menyebabkan gangguan untuk
pembuluh darah di daerah ini.

b. Etiologi
 Pengurangan jumlah gel yang melapisi mata sehingga
menyebabkan bagian retina robek atau mengalami ablasi.
 Cedera karena benturan atau kecelakaan yang terjadi pada
mata.
 Menderita penyakit diabetes
 Peradangan pada bagian mata
 Penuaan yang bisa menyebabkan retina menjadi semakin tipis
dan sangat sensitif saat terkena tekanan dari air mata.
 Pernah menjalani operasi mata

c. Manifestasi Klinis
 Mata seperti melihat bintik-bintik kecil pada pandangan.
 Mata seperti tertutup oleh rambut atau beberapa benang kecil
meskipun sebenarnya tidak.
 Mata memberikan respon berkedip dalam waktu cepat saat
melihat mata.

d. Penegakan Diagnosis
 Anamnesis. Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:
1. Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena
adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina
yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.
2. Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di
sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan
dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap
3. Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh
penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin
lama semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut dapat terjadi
penurunan tajam penglihatan yang lebih berat.
 Pemeriksaan oftalmologi
1. Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam
penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi
kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang
menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat
menurun bila makula lutea ikut terangkat
2. Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan
pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif
sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan
pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan
fotopsia.
3. Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk
mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan binokuler
indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina
dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan
retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran
vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada
ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika
mata bergerak. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah
muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin
didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah
dan pigmen atau ruang retina dapat ditemukan mengambang
bebas.
 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui
adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes
mellitus, maupun kelainan darah
2. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan
ultrasonografi juga digunakan untuk mendiagnosis ablasio
retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti
proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain
itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan
yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan
posterior skleritis
a. Scleral indentation
b. Fundus drawing
c. Goldmann triple-mirro
d. Indirect slit lamp biomicroscopy

e. Pengobatan

Hingga saat ini belum ada cara untuk mencegah atau mengobati ablasi
retina. Namun semua orang bisa mengendalikan ablasi retina terutama
untuk yang sudah berusia lebih dari 40 tahun dan segera melakukan
pemeriksaan rutin untuk mengetahui kondisi kesehatan mata.
10. Degenerasi Makula

a. Definisi

Degenerasi makula adalah sebuah penyakit mata yang menyerang


pada bagian makula sehingga menyebabkan mata tidak bisa melihat
dengan jelas atau penglihatan kabur.

b. Etiologi
 Pertambahan usia yang biasanya terjadi pada orang tua dengan
usia lebih dari 65 tahun.
 Adanya riwayat keluarga yang mengalami degenerasi makula
 Kebiasaan merokok
 Obesitas
 Riwayat penyakit jantung dan kolesterol tinggi
 Terlalu banyak konsumsi sayur dan buah seperti diet hanya
dengan konsumsi sayur dan buah.

c. Manifestasi Klinis
 Penglihatan mata menjadi kabur atau tidak fokus
 Adanya garis gelombang dalam penglihatan
 Tidak bisa mengenal warna dengan baik
 Membutuhkan cahaya yang sangat terang untuk membaca
 Sulit untuk mengenali wajah
 Tidak bisa melihat warna cerah
 Mengalami halusinasi dalam melihat warna dan gelombang
cahaya
d. Penegakan Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil


pemeriksaan oftalmoskopi yang mencakup ruang lingkup pemeriksaan
sebagai berikut :

 Test Amsler Grid, dimana pasien diminta suatu halaman uji


yang mirip dengan kertas milimeter grafis untuk memeriksa luar
titik yang terganggu fungsi penglihatannya. Kemudian retina
diteropong melalui lampu senter kecil dengan lensa khusus.
 Test penglihatan warna, untuk melihat apakah penderita masih
dapat membedakan warna, dan tes-tes lain untuk menemukan
keadaan yang dapat menyebabkan kerusakan pada makula.
 Kadang-kadang dilakukan angiografi dengan zat warna
fluoresein. Dokter spesialis mata menyuntikan zat warna kontras
ini ke lengan penderita yang kemudian akan mengalir ke mata
dan dilakukan pemotretan retina dan makula. Zat warna ini
memungkinkan melihat kelainan pembuluh darah dengan lebih
jelas.

e. Pengobatan

Tidak ada perawatan yang bisa mencegah degenerasi makula yang


sudah terjadi. Namun untuk penyakit ini bisa dicegah sebelum terjadi yaitu
dengan cara:

 Konsumsi berbagai jenis buah dan sayur yang banyak


mengandung antioksidan dan vitamin seperti wortel, brokoli,
kacang, kangkung dan bayam.
 Konsumsi jenis makanan yang banyak mengandung lemak sehat
seperti minyak zaitun, ikan salmon, ikan tuna dan semua jenis
ikan yang banyak mengandung omega 3.
 Konsumsi berbagai jenis biji-bijian seperti gandum.
 Menjaga berat badan untuk menghindari obesitas dan mencoba
untuk berhenti merokok.

Anda mungkin juga menyukai