ANOMALI REFRAKSI
Dokter Pembimbing : dr. Masitah Wilya, Sp.M
Rosita Hamdiah 2015730138
PENDAHULUAN
Kelainan refraksi merupakan salah satu kelainan mata yang paling
sering terjadi. Gangguan refraksi masih merupakan salah satu
penyebab kebutaan di dunia. (WHO) menyatakan, terdapat 45 juta
orang yang menjadi buta di seluruh dunia, dan135 juta dengan low
vision.
Berdasarkan data dari WHO pada 2004 Di Indonesia prevalensi
kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata
Jumlah pasien yang menderita kelainan refraksi di Indonesia
hampir 25% dari populasi atau sekitar 55 juta jiwa.
Media Refraksi
Media penglihatan kornea
Aqueous humor
Lensa
Badan vitreous
Ametropia Ametropia
Aksial refraktif
Etiologi
O Pembiasan sinar terlalu kuat
O Panjangnya bola mata
Klasifikasi Bentuk Miopia
O Miopia Refraktif Lensa menjadi cembung sehingga
bertambahnya indeks bias media penglihatan
O Miopia Aksial Akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang abnormal
SNELLEN CHART
DIAGNOSIS
OBYEKTIF RETINOSKOP
autorefraktometer
Tatalaksana
Koreksi non bedah - lensa sferis Konkaf
O Kacamata
O Lensa kontak
Visual hygiene
O Beristirahat dari membaca atau bekerja dengan jarak dekat
setiap 30 menit.
O Gunakan penerangan yang cukup saat membaca
O Jarak baca yang baik adalah sepanjang lengan siku
Koreksi bedah
O Radial Keratotomy (RK)
O Photorefractive keratektomy (PRK)
O Laser in-situ keratomileusis (LASIK)
O Lensa IntraOkular
Komplikasi
1. Strabismus
2. Ablasio retina
3. Ambliopia
Hipermetropia
Berdasarkan bentuknya
O Hipermetropia kongenital : diakibatkan bola mata pendek atau
kecil.
O Hipermetropia simple : biasanya merupakan lanjutan
hipermetropia anak yang tidak berkurang pada perkembangannya
jarang melebihi > 5 dioptri.
O Hipermetropia didapat, umum didapat setelah bedah pengeluaran
lensa pada katarak (afakia)
Berdasarkan derajat beratnya
O Hipermetropia ringan, kesalahan refraksi +3.00 D atau kurang
O Hipermetropia sedang, kesalahan refraksi antara +3.25 D hingga
+6.00 D
O Hipermetropia berat, kesalahan refraksi +6.25 D atau lebih tinggi
Etiologi
O Kelainan bentuk dan posisi lensa
O Kelainan bentuk kornea
O Kelainan indeks refraksi lensa
•Astigmatisme Myopia
Astigmatisme Myopia Kompositus
Simpleks
•Astigmatisme Mixtus
SNELLEN CHART
DIAGNOSIS
Tes Placido
OBYEKTIF
autorefraktometer RETINOSKOP
Tatalaksana
1. Simpel astigmat:
O Simpel miopia astigmat → koreksi: lensa C (-)
O Simpel hipermetropia astigmat → koreksi : C (+)
2. Kompositus astigmat :
O Kompositus miopia astigmat → koreksi : S(-) C(-)
O Kompositus hipermetropia astigmat → koreksi :
O S(+) C(+)
3. Mikstus astigmat
O Lensa S (-) C (+) atau Lensa S (+) C (-)
O Untuk astigmatisme irregular, jika ringan dapat diberikan lensa
kontak keras, dan untuk yang berat dapat dilakukan
keratoplasti.
Presbiopia
O Proses fisiologis pada saat usia > 40 tahun
O Penyebab : daya akomodasi berkurang akibat pengaruh
penurunan elastisitas lensa dan otot siliar.
Gejala Klinis :
O Menjauhkan bahan bacaan
O Sakit kepala
O Sakit mata
O Cepat Lelah setelah membaca
O Kemampuan membaca lebih baik siang hari dibanding
malam
Klasifikasi
O Presbiopia insipien
O Presbiopia fungsional
Diagnosis
Kartu Jaeger
Tatalaksana
Kekuatan Lensa
Usia
Positif yang
(Tahun)
dibutuhkan
40 +1.00 D
45 +1.50 D
50 +2.00 D
55 +2.50 D
60 +3-00 D
Afakia
O Suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa
sehingga mata tersebut menjadi hipermetropia tinggi