Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

KELAINAN REFRAKSI

Pembimbing:
dr. Intan Dwi Rahayu, Sp. M

SMF ILMU PENYAKIT MATA


RSUD WALED KAB. CIREBON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GUNUNG JATI
CIREBON
REFRAKSI
Peristiwa pembelokan sinar di bidang sentuh 2 media
bening yang berbeda indeks biasnya.

MEDIA REFRAKSI :
1. Kornea
2. Iris
3. Pupil
4. Lensa
5. Humor Aqueous
6. Retina
FISIOLOGI REFRAKSI
KELAINAN REFRAKSI

keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada


retina, dimana terjadi ketidakseimbangan
sistem penglihatan pada mata sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur. Penyebab:
1. Kelainan kelengkungan kornea dan lensa;
2. Perubahan indeks bias;
3. Kelainan panjang sumbu bola mata.
KLASIFIKASI KELAINAN
REFRAKSI

Ametropia • Terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang/lebih pendek.
• Miopia aksial  fokus terletak di depan retina
aksial • Hipermetropia aksial  fokus terletak di belakang retina

Ametropia • Akibat kelainan indeks refraksi media penglihatan.


• Indeks bias kuat  miopia refraktif
indeks refraktif • Indeks bias kurang  hipermetropia refraktif

Ametropia • Disebabkan kelengkungan kornea/lensa yg tidak normal 


perubahan pembiasan sinar.

kurvatur • Kecembungan kornea berat  pembiasan lebih kuat  miopia


• Kecembungan kornea kurang  pembiasan lemah  hipermetropia
MIOPIA (Nearsightedness)
Etiologi:
1. Kornea yang terlalu
cembung;
2. Lensa mempunyai
kecembungan yang kuat
sehingga bayangan
dibiaskan kuat;
3. Bola mata terlalu
panjang.
KLASIFIKASI MIOPIA

Menurut Menurut perjalanan Berdasarkan


kelainannya penyakitnya derajatnya
• Miopia aksial • Miopia stasioner • Ringan: < - 3.00
• Miopia • Miopia progresif D
kurvatura/miopia • Miopia maligna • Sedang: - 3.00 – -
refraktif 6.00 D
• Berat: > - 6.00 D
MANIFESTASI KLINIS MIOPIA

• Penglihatan jauh kabur, lebih jelas ketika melihat dekat.


• Cenderung memicingkan mata bila melihat jauh untuk
mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek
pinhole (lubang kecil).
• Penderita miopia akan mengeluhkan sakit kepala, sering
disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit.
• Rasa tidak enak saat melihat (astenopia akomodatif = eye
strain) terutama bila melihat pada jarak yang tetap dan
diperlukan penglihatan yang jelas pada jangka waktu yang
lama.
HIPERMETROPIA (farsightedness)
ETIOLOGI HIPERMETROPIA

Hipermetropia aksial:
Sumbu bola mata/sumbu anteroposterior pendek

Hipermetropia kurvatur:
Kelengkungan kornea/lensa kurang

Hipermetropia refraktif:
Indeks bias yang kurang.
KLASIFIKASI HIPERMETROPIA

Berdasarkan kemampuan akomodasi:


a. Hipermetropia laten;
b. Hipermetropia manifes, dibagi menjadi:
- Hipermetropia manifes fakultatif  dapat dikoreksi dgn
akomodasi sekuatnya atau dgn lensa sferis positif
- Hipermetropia manifes absolut  tidak dapat dikoreksi
dgn akomodasi sekuatnya
- Hipermetropia total
MANIFESTASI KLINIS
HIPERMETROPIA
• Penglihatan dekat kabur, penglihatan jauh pada
usia lanjut juga bisa kabur terutama bila lelah,
atau karena penerangan kurang.
• Sakit kepala oleh karena seseorang dengan
hipermetropia harus terus berakomodasi untuk
mendapatkan tajam penglihatan terbaik, keluhan
ini disebut astenipia akomodatif
• Strabismus pada anak-anak yang mengalami
hipermetropia berat.
ASTIGMATISME
KLASIFIKASI ASTIGMATISME
MANIFESTASI KLINIS
ASTIGMATISME
• Melihat ganda pada suatu obyek.
• Sulit membedakan 2 titik yang berdekatan.
• Distorsi dari bagian-bagian lapang panjang.
• Tampak garis-garis vertikal, horizontal atau
miring yang kabur.
• Cenderung memicingkan mata.
• Sakit kepala.
PRESBIOPIA

Gangguan akomodasi pada usia lanjut akibat


kelemahan otot akomodasi, lensa mata tidak kenyal
atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
Klasifikasi:
a. Presbiopia Insipien
b. Presbiopia Fungsional
c. Presbiopia Absolut
d. Presbiopia Nokturnal
MANIFESTASI KLINIS
PRESBIOPIA
• Sulit membaca dengan jarak dekat huruf dengan
cetakan kecil.
• Penderita cenderung menegakkan punggung atau
menjauhkan obyek yang dibacanya supaya obyek
dapat dibaca dengan jelas.
• Penderita memberi keluhan setelah membaca seperti
mata lelah, terasa panas dan kadang berair.
• Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat,
terutama di malam hari.
• Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca.
DIAGNOSIS

1. Objektif
2. Subyektif
Pemeriksaan Tajam Penglihatan  “Trial and Error”
a. Miopia
• Pada gagang lensa uji pasien dipasangkan lensa
sferis +0.50 D. Apabila dengan lensa sferis positif
pasien merasa penglihatannya semakin kabur,
gunakan lensa negatif terkecil pada gagang lensa uji.
• Tambahkan minus lensa sferis negatif hingga
pasien dapat membaca huruf pada baris 6/6.
• Pada pasien dengan miopia, maka derajat miopia
yang dicatat adalah “lensa sferis negatif terkecil
yang memberikan tajam penglihatan terbaik”.
b. Hipermetropia
• Pada gagang lensa uji pasien dipasangkan lensa sferis +0.50
D. Tambahkan kekuatan lensa sferis positif hingga pasien
dapat membaca huruf pada baris 6/6.
• Apabila huruf pada baris 6/6 sudah tercapai, maka kekuatan
lensa ditambahkan +0.25 D dan tanyakan apakah masih
dapat melihat huruf tersebut.
• Apabila dengan penambahan +0.25 D masih dapat terlihat
jelas huruf pada baris 6/6 maka tambahkan lagi kekuatan
lensa hingga pandangan menjadi kabur.
• Pada pasien dengan hipermetropia, maka derajat
hipermetropia yang dicatat adalah “lensa sferis positif
terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik”.
c. Astigmatisme
1. Terlebih dahulu lakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu
Snellen
2. Periksa kelainan refraksi miopia atau hipermiopia yang ada
3. Tentukan tajam penglihatan
4. Tentukan aksis dan kekuatan koreksi astigmatisma dengan:
d. Presbiopia
• Pasien dikoreksi kemungkinan adanya kelainan
refraksi ametropia dengan metode trial and error”
hingga visus 6/6.
• Pasien diminta membaca kartu Jaeger pada jarak
30-40 cm (jarak baca).
• Berikan lensa sferis +1.00 D yang dinaikkan
perlahan hingga tulisan terkecil pada kartu Jaeger
terbaca.
DIAGNOSIS BANDING

1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
PENATALAKSANAAN

1. Cara optik
a. Kacamata
1) Miopia
2) Hipermetropia
2. Cara Operatif
a. Radial keratotomi : sayatan pada kornea dgn
panjang 8 mm.
b. Keratomileusis : kornea diambil dan dilakukan
penipisan.
c. Keratofaki : membuang epitel kornea.
d. Photorefraktif Keratektomi (PRK) : epitel kornea
dikerok (dibuang sebagian), kemudian stroma
kornea diablasi dgn argon fluoride (af) & krypton
fluoride (krf)
e. Laser Issisted In Situ Keratomileusis (LASIK)
KOMPLIKASI

1. Ablasio Retina
2. Ambliopia
3. Strabismus

Anda mungkin juga menyukai