Anda di halaman 1dari 32

KELAINAN REFRAKSI

RACHMA AYU MAULIDIANY


114170057

PEMBIMBING:
DR. INTAN DWI RAHAYU, SP. M

SMF ILMU PENYAKIT MATA


RSUD WALED KAB. CIREBON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
GUNUNG JATI CIREBON
REFRAKSI
= peristiwa pembelokan sinar di bidang sentuh 2 media bening yang berbeda
indeks biasnya.

MEDIA REFRAKSI :
1. Kornea
2. Iris
3. Pupil
4. Humor Aqueous
5. Lensa
6. Vitreus
7. Retina
FISIOLOGI REFRAKSI
KELAINAN REFRAKSI

= keadaan bayangan tidak dibentuk pada retina, dimana terjadi


ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur. Penyebab:
1. Kelainan kelengkungan kornea dan lensa;
2. Perubahan indeks bias;
3. Kelainan panjang sumbu bola mata.
KLASIFIKASI KELAINAN REFRAKSI

 Ametropia  aksial, refraktif, kurvartur


- Miopia
- Hipermetropia

- Astigmatisme

 Presbiopia
MIOPIA

Etiologi:
1. Kornea yang terlalu cembung;
2. Lensa mempunyai kecembungan yang kuat sehingga bayangan
dibiaskan kuat;
3. Bola mata terlalu panjang.
KLASIFIKASI MIOPIA

Menurut kelainannya
• Miopia aksial
• Miopia kurvatura
• Miopia refraktif
Menurut perjalanan penyakitnya
• Miopia stasioner
• Miopia progresif
• Miopia maligna
Berdasarkan derajatnya
• Ringan: < - 3.00 D
• Sedang: - 3.00 – - 6.00 D
• Berat: > - 6.00 D
MANIFESTASI KLINIS MIOPIA

 Penglihatan jauh kabur, lebih jelas ketika melihat dekat.


 Cenderung memicingkan mata bila melihat jauh untuk mencegah
aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).
 Penderita miopia akan mengeluhkan sakit kepala, sering disertai
dengan juling dan celah kelopak yang sempit.
 Rasa tidak enak saat melihat terutama bila melihat pada jarak yang
tetap dan diperlukan penglihatan yang jelas pada jangka waktu yang
lama.
HIPERMETROPIA

= keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh


tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina.
KLASIFIKASI

 Berdasarakan penyebab
- Hipermetropi aksial
- Hipermetropi kurvatural
- Hipermetropi refraktif
MANIFESTASI KLINIS HIPERMETROPIA

 Penglihatan dekat kabur, penglihatan jauh pada usia lanjut juga bisa
kabur terutama bila lelah, atau karena penerangan kurang.
 Sakit kepala oleh karena seseorang dengan hipermetropia harus
terus berakomodasi untuk mendapatkan tajam penglihatan terbaik,
keluhan ini disebut astenipia akomodatif
 Strabismus pada anak-anak yang mengalami hipermetropia berat.
ASTIGMATISME

= suatu keadaan dimana bayangan jatuh pada lebih dari satu titik
KLASIFIKASI ASTIGMATISME
MANIFESTASI KLINIS ASTIGMATISME

 Melihat ganda pada suatu obyek.


 Sulit membedakan 2 titik yang berdekatan.
 Distorsi dari bagian-bagian lapang panjang.
 Tampak garis-garis vertikal, horizontal atau miring yang kabur.
 Cenderung memicingkan mata.
 Sakit kepala.
PRESBIOPIA

= gangguan akomodasi pada usia lanjut akibat kelemahan otot


akomodasi, lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat
sklerosis lensa.
MANIFESTASI KLINIS PRESBIOPIA

 Sulit membaca dengan jarak dekat huruf dengan cetakan kecil.


 Penderita cenderung menegakkan punggung atau menjauhkan obyek
yang dibacanya supaya obyek dapat dibaca dengan jelas.
 Penderita memberi keluhan setelah membaca seperti mata lelah,
terasa panas dan kadang berair.
 Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di
malam hari.
 Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca.
DIAGNOSIS

1. Objektif
- Autorefraktometer
2. Subjektif
Pemeriksaan Tajam Penglihatan  “Trial and Error”
a. Miopia

 Pada gagang lensa uji pasien dipasangkan lensa sferis +0.50 D.


Apabila dengan lensa sferis positif pasien merasa penglihatannya
semakin kabur, gunakan lensa negatif terkecil pada gagang lensa
uji.
 Tambahkan minus lensa sferis negatif hingga pasien dapat
membaca huruf pada baris 6/6.
 Pada pasien dengan miopia, maka derajat miopia yang dicatat
adalah “lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam
penglihatan terbaik”.
b. Hipermetropia

 Pada gagang lensa uji pasien dipasangkan lensa sferis +0.50 D.


Tambahkan kekuatan lensa sferis positif hingga pasien dapat
membaca huruf pada baris 6/6.
 Apabila huruf pada baris 6/6 sudah tercapai, maka kekuatan lensa
ditambahkan +0.25 D dan tanyakan apakah masih dapat melihat
huruf tersebut.
 Apabila dengan penambahan +0.25 D masih dapat terlihat jelas
huruf pada baris 6/6 maka tambahkan lagi kekuatan lensa hingga
pandangan menjadi kabur.
 Pada pasien dengan hipermetropia, maka derajat hipermetropia
yang dicatat adalah “lensa sferis positif terbesar yang memberikan
tajam penglihatan terbaik”.
c. Astigmatisme

1. Terlebih dahulu lakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan


kartu Snellen
2. Periksa kelainan refraksi miopia atau hipermiopia yang ada
3. Tentukan tajam penglihatan
4. Tentukan aksis dan kekuatan koreksi astigmatisma dengan:
d. Presbiopia

 Pasien dikoreksi kemungkinan adanya kelainan refraksi ametropia


dengan metode trial and error” hingga visus 6/6.
 Pasien diminta membaca kartu Jaeger pada jarak 30-40 cm (jarak
baca).
 Berikan lensa sferis +1.00 D yang dinaikkan perlahan hingga tulisan
terkecil pada kartu Jaeger terbaca.
DIAGNOSIS BANDING

1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
PENATALAKSANAAN

1. Cara optik
a. Kacamata
- Miopia
- Hipermetropia
- Astigmatisme

 Pada penderita astigmatisma, mata tidak mampu melihat garis vertikal


dan horizontal bersama-sama karena kornea lebih melengkung ke satu
arah sehingga berbentuk oval.
 Sinar yang masuk ke mata sedikit menyebar sehingga bayangan tidak
fokus pada retina.
 Kacamata yang cocok bagi penderita yaitu kacamata silinder
- Presbiopia

 Pada pasien presbiopia ini diperlukan kacamata baca atau adisi untuk
membaca dekat yang berkekuatan tertentu sesuai usia:
+1,0 D untuk usia 40 tahun
+1,5 D untuk usia 45 tahun
+ 2,0 D untuk usia 50 tahun
+ 2,5 D untuk usia 55 tahun
+ 3,0 D untul usia 60 tahun
2. Cara Operatif

a. Radial keratotomi : sayatan pada kornea dengan panjang 8 mm.


b. Keratomileusis : kornea diambil dan dilakukan penipisan.
c. Keratofaki : membuang epitel kornea.
d. Photorefraktif Keratektomi (PRK) : epitel kornea dikerok (dibuang
sebagian), kemudian stroma kornea diablasi dgn argon fluoride
(af) & krypton fluoride (krf)
e. Laser Issisted In Situ Keratomileusis (LASIK)
KOMPLIKASI

1. Ablasio Retina
2. Ambliopia
3. Strabismus
PROGNOSIS

 Prognosis baik untuk kelangsungan tajam penglihatan apabila kelainan


refraksi dapat segera dikoreksi. Prognosis buruk bila kelainan refraksi
terlambat dikoreksi sehingga menimbulkan komplikasi yang tidak
diinginkan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai