Anda di halaman 1dari 51

KELAINAN REFRAKSI

PRESEPTOR :
DR. IWAN SOFANI, DR.,SPM(K), M.KES
ANDREW MAXIMILIAN H.K, DR., SPM(K), M.KES

ANDIKA CHAKRA SAPUTRA 130112160628


AUDI ZAWANI MANURUNG 130112160632
MANUELA KARINA 130112160647
MUHAMMAD IBRAHIM SUGIYONO 130112160654
REFRAKSI

 Pembelokan berkas cahaya akibat


adanya perubahan kecepatan
cahaya ketika berjalan dari satu
medium ke medium lainnya.
 Cahaya mengalami refraksi apabila
berjalan dari satu medium dengan
kepadatan tertentu ke medium
lain dengan kepadatan yang
berbeda, kecuali jika cahaya jatuh
tegak lurus terhadap permukaan.
REFRAKSI

 Efek suatu medium atau bahan optis terhadap kecepatan


cahaya dinyatakan oleh indeks refraksi atau indeks
bias = n.
 Semakin tinggi indeks, semakin lambat kecepatan, dan
semakin besar efek pembiasannya.
OPTIK MATA

 Sistem optik pada mata terdiri dari


4 permukaan refraksi:
1. Pertemuan antara udara dengan
permukaan anterior kornea
2. Pertemuan antara permukaan
posterior kornea dengan
aqueous humor
3. Pertemuan antara aqueous
humor dengan permukaan
anterior lensa
4. Pertemuan antara permukaan
posterior lensa dengan humor
vitreus
OPTIK MATA

 Daya bias total mata adalah 60 dioptri:

 Daya bias kornea = 40 dioptri

 Daya bias lensa = 20 dioptri


PENDAHULUAN

 Normal: cahaya tidak berhingga akan terfokus pada retina

 Bila benda jauh didekatkan → dengan daya akomodasi →


benda dapat difokuskan pada retina.

 Dengan berakomodasi → benda pada jarak yang berbeda-


beda akan terfokus pada retina.
PENDAHULUAN
 Akomodasi adalah
kemampuan lensa untuk
mencembung yang terjadi
akibat kontraksi otot siliar.
Akibat akomodasi, daya
pembiasan lensa bertambah
kuat, kekuatan akomodasi
akan meningkat sesuai
kebutuhan. Makin dekat
benda, makin kuat mata
harus berakomodasi.
EMETROP

 Mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasan sinar mata


dan berfungsi normal.
 Daya bias mata adalah normal. Sinar-sinar sejajar difokuskan
sempurna di retina tanpa bantuan akomodasi.
 Mata emetrop akan mempunyai penglihatan normal (visus
6/6)
AMETROP

 Suatu kondisi dimana sinar sejajar yang datang tidak


difokuskan tepat ke retina pada mata yang berada pada
keadaan istirahat atau tanpa akomodasi.
 Sinar sejajar yang datang dapat difokuskan di depan atau di
belakang retina.
MIOPIA
DEFINISI

 Suatu keadaan kelainan refraksi dimana pada


keadaan istirahat atau tanpa akomodasi, sinar sejajar
difokuskan di depan retina.
ETIOLOGI

 Axial length
 Curvature
 Increasing of refraction index
 Changes of the lens location
PATOFISIOLOGI

 Faktor genetik
 Suatu defek pada gen PAX6 diduga bertanggung jawab
terhadap terjadinya miopi. Akibat defek tersebut, maka
akan terjadi perubahan ukuran antero-posterior bola
mata selama fase perkembangan yang menyebabkan
bayangan jatuh pada fokus di depan retina
PATOFISIOLOGI

 Faktor lingkungan
 Kelemahan otot silier bola mata mengakibatkan lensa
tidak mampu memfokuskan objek yang jauh. Kelemahan
otot ini akibat dari banyaknya kerja mata pada jarak dekat.
Karena mata jarang digunakan untuk melihat jauh, otot-
otot tersebut jarang digunakan akibatnya menjadi lemah.

 Kombinasi faktor genetik dan lingkungan


KLASIFIKASI

 Menurut derajat beratnya :


- Myopia ringan : 1-3 D
- Myopia sedang : 3-6 D
- Myopia berat : 6-9 D
- Myopia sangat berat : >10 D

 Menurut perjalanannya :
- Myopia stationer : menetap setelah dewasa
- Myopia progresif : bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
- Myopia maligna : progresif; dapat mengakibatkan ablasio retina dan
kebutaan
GEJALA KLINIK

 Gejala subjektif
 Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman apabila
melihat dekat
 Kadang seakan melihat titik-titik seperti lalat terbang
 Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk
 Memicingkan mata agar melihat lebih jelas
GEJALA KLINIK

 Gejala objektif
 Bilik mata depan dalam karena otot akomodasi tidak
dipakai.
 Pupil lebar (midriasis) karena kurang berakomodasi.
 Mata agak menonjol pada miopi tinggi.
 Pada pemeriksaan oftalmoskopi, retina dan koroid tipis
disebut fundus tigroid.
KOMPLIKASI

 Strabismus
 Corpus vitreus menjadi lebih cair, degenerasi likuifaksi
 Degenerasi retina
TERAPI

 Terapi non-bedah
 Kaca Mata
 Lensa kontak

 Terapi bedah
 Keratotomi radial (RK)
 Keratektomi fotorefraktif (PRK)
 Laser assisted In situ interlamellar keratomilieusis (LASIK)
HIPERMETROPIA
DEFINISI
 Suatu keadaan kelainan refraksi dimana tanpa akomodasi,
sinar-sinar sejajar yang jatuh di kornea akan difokuskan di
belakang retina.
 Untuk sinar-sinar yang berjarak kurang dari 5 m, akan
difokuskan lebih jauh di belakang retina.
ETIOLOGI

 Hipermetropi aksial
 Sumbu mata terlalu
pendek
 Kongenital / acquired
 Hipermetrop
pembiasan
 Daya bias yang kurang
 Penyebab :
 Kornea : lengkung kurang
dari normal (aplantio
cornea )
 Lensa : sclerosis / afakia
 Cairan mata
KLASIFIKASI

▪ Hipermetropia laten : tidak dapat terdeteksi tanpa pemberian


siklopegik, karena dapat diimbangi seluruhnya dengan akomodasi
▪Hipermetropia manifes : dapat terdeteksi tanpa pemberian
siklopegik
- Hipermetropia fakultatif : hipermetropia dapat diimbangi dengan
akomodasi yang kuat atau pemberian kacamata positif.
- Hipermetropia absolut : kelainan refraksi tidak diimbangi dengan
akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.
▪Hipermetropia total : dapat terdeteksi setelah akomodasi
dilumpuhkan dengan obat sikloplegik
GEJALA KLINIS

 Gejala Subjektif
-Penglihatan dekat kabur, kecuali pada hipermetrop tinggi atau pada
usia tua, penglihatan jauh juga terganggu
-Asthenophia akomodatif ->gejala sakit sekitar mata, sakit kepala,
konjungtiva merah, lakrimasi, fotofobi ringan, mata terasa panas dan
berat, mengantuk biasanya timbul setelah melakukan pekerjaan dekat
seperti menulis, membaca, dan sebagainya
GEJALA KLINIS

 Gejala Objektif
-Bilik mata depan dangkal (karena akomodasi mata terus menerus ->
hipertrofi otot siliaris disertai terdorongnya iris ke depan )
-Pupil miosis karena berakomodasi
-Pseudopalpitis (karena hiperemis pupil N.II)
KOMPLIKASI

 Glaukoma sudut tertutup (karena sudut bilik mata depan dangkal )


 Strabismus konvergen ( akibat akomodasi terus menerus)
TERAPI

 Koreksi menggunakan lensa spheris positif terbesar yang


memberikan visus terbaik dan dapat melihat dekat tanpa kelelahan.

 Secara umum tidak diperlukan lensa spheris positif pada


hipermetropi ringan, tidak ada astenopia akomodatif, dan tidak ada
strabismus.
ASTIGMATISMA
DEFINISI

 Suatu keadaan kelainan refraksi dimana terdapat


perbedaan derajat refraksi pada meridian yang
berbeda.
 Berkas sinar tidak jatuh di satu titik fokus
ETIOLOGI

 Kelainan kornea (Corneal astigmatism)


 Akibat kelainan kurvatur kornea
 Kelainan lensa (Lenticular astigmatism)
 Kelainan retina (Retinal astigmatism)
 Curvatural, Positional, Index
PATOFISIOLOGI

Pada astigmatisme pembiasan sinar tidak difokuskan


pada satu titik.
Sinar pada astigmatisme dibiaskan tidak sama pada
semua arah ->tidak didapatkan satu titik fokus
pembiasan.
Sebagian sinar ->terfokus pada bagian depan retina
sedangkan sebagian sinar difokuskan dibelakang
KLASIFIKASI

Bentuk astigmatisma:
 Astigmatisma reguler : kekuatan pembiasan
bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara
teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya.
 Astigmatisma irregular : tidak mempunyai dua
meridian yang saling tegak lurus.
KLASIFIKASI ASTIGMATISMA REGULER

Astigmatisma Reguler berdasarkan letak pembiasan :


-Astigmatisma miopia simpleks
-Astigmatisma miopia compositium
-Astigmatisma hipermetropia simpleks
-Astigmatisma hypermetropia compositium
-Astigmatisma mixtus
KLASIFIKASI ASTIGMATISMA REGULER

Astigmatisma Reguler berdasarkan letak meridian utamanya


-Astigmatism with the rule
-Astigmatism against the rule
-Astigmatisma oblik
-Astigmatisma bioblik
GEJALA KLINIS ASTIGMATISMA REGULER
 SYMPTOMS
1. Astenophia
 Tiredness of eyes relieved by closing the eyes
 Characterised by : difficulty in focusing, transient blurred
vision, dull ache in eyes, frontal headache, nausea,
drowsiness
2. Blurred vision & defective vision
3. Elongation of objects
4. Keeping the reading material close to the eyes
GEJALA KLINIS ASTIGMATISMA REGULER

 SIGNS
1.Half closure of the lid
2.Head tilt
3.Oval or tilted optic disc
KLASIFIKASI ASTIGMATISMA IRREGULER

Berdasarkan etiologi :
1. Curvatural irregular astigmatism
- Pada pasien dengan corneal scars/keratoconus
2. Index irregular astigmatism
- Akibat indeks refraksi yang bervariasi pada bagian yang berbeda
di lensa crystalline. Dapat terjadi pada pasien dengan katarak
GEJALA KLINIS ASTIGMATISMA IRREGULER

SYMPTOMS
1. Defective vision
2. Distorsi objek
3. Polyopia
GEJALA KLINIS ASTIGMATISMA IRREGULER

SIGNS
1. Retinoscopy -> refleks pupil irregular
2. Slit-lamp examination -> kornea
irregular/keratoconus
3. Placido’s test -> distorted circles
4. Photokeratoscopy & computerized corneal
topography -> kurvatur kornea irreguler
TERAPI

 ASTIGMATISME REGULER
 Terapi optik
- Meresepkan lensa silindris yang sesuai, setelah menemukan
refraksi yang akurat
1. Kacamata
2. Lensa kontak

 Koreksi dengan pembedahan


TERAPI

 ASTIGMATISME IRREGULER
 Terapi optik
-Kontak lensa yang menggantikan permukaan anterior
kornea sebagai media refraksi
 Phototherapeutic keratectomy ( PTK )
 Koreksi dengan pembedahan
PRESBIOPIA
DEFINISI
Disebut penglihatan mata pada usia tua, presbiopia bukan
kesalahan dari refraksi namun suatu kondisi fisiologis dari
ketidakmampuan mata untuk melakukan akomodasi yang
menyebabkan penurunan penglihatan jarak dekat yang progresif,
disebabkan oleh:
1. Perubahan pada lensa (age-related) termasuk penurunan
elastisitas kapsul lensa, pengerasan lensa, peningkatan ukuran
lensa.
2. Penurunan kekuatan ciliary muscle
ETIOLOGI
Penyebab presbiopia prematur:
1. Uncorrected hypermetropia
2. Premature sclerosis pada lensa
3. Kelemahan ciliary muscle pada usia pre senile (30-40 tahun)
4. Chronic simple glaucoma
GEJALA KLINIK

 Keluhan saat membaca atau melihat dekat menjadi kabur dan


membaca harus dibantu dengan penerangan yang lebih kuat (pupil
mengecil), serta mata menjadi cepat lelah.
 Bila tidak dikoreksi -> gejala astenopia ( mata lekas lelah, berair,
pusing )
TATA LAKSANA
 Presbiopia dapat ditangani dengan memberikan kaca mata konveks.
Berdasarkan rentang usianya, perkiraan pemberian kaca mata
sebagai berikut:
 +1.0 D untuk usia 40-45 tahun
 +1.5 D untuk usia 45-50 tahun
 +2.0 D untuk usia 50-55 tahun
 +2.5 D untuk usia 55-60 tahun
TATA LAKSANA

 Penambahan kekuatan lensa untuk membaca juga disesuaikan


dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu membaca.
 Penambahan maksimal kekuatan lensa yang diberikan pada pasien
presbiopia adalah +3.0,
 Hal ini karena pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi
bila membaca pada jarak 33 cm
TATA LAKSANA

 Lensa sferis plus dapat digunakan dalam beberapa cara :


1. Kacamata baca
2. Kacamata bifokal
3. Kacamata trifokal
4. Lensa progresif
DAFTAR PUSTAKA

 Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.1999.
 Vaughan D.G, Asbury T, Eva P.R. Oftalmologi Umum.Edisi 14. Jakarta. Arcan-Hipokrates.1996.
 Bradford C. Basic ophthalmology. 8th Edition. San Fransisco- American Academy of
Ophthalmology. 2004.
 Bashour M, Benchimol. Myopia, radial keratotomy. Last updated 10 june 2005. (Diambil tanggal: 25
April 2006). Tersedia di: http://www.emedicine.com/
 Merck Manual Home Edition. Refractive Disorders. (Diambil tanggal:25 April 2006). Tersedia di:
http://www.emedicine.com/
 Edward. Lasiks. Last updated 5 September 2005. (Diambil tanggal: 25 April 2006). Tersedia di:
http://www.emedicine.com/
 Myopia. (Diambil tanggal: 25 April 2006).Tersedia di: http://www.eyecenter.com/

Anda mungkin juga menyukai