Anda di halaman 1dari 14

Anisometropia

Oleh:
SteIina Media Sari (07923019)
Jesa deastri (07923085)
Rahendra joni (07923088)



Pembimbing :
Dr. Irayanti Sp,M

Preseptor :
Dr. Kemala Sayuti Sp,M


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Mata merupakan suatu struktur dengan bentuk sIeris yang dapat mengolah
cahaya yang berada disekitarnya menjadi suatu berkas cahaya yang dapat diolah
dan diterjemahkan oleh otak sebagai suatu obyek yang dapat dilihat.(2)
Penglihatan binokular yang normal adalah penglihatan maksimal yang
dicapai seseorang pada penglihatan dengan kedua mata dan bayangan yang
diterima setajam-tajamnya dapat diolah oleh susunan syaraI pusat menjadi satu
bayangan tunggal ( Iusi ) dan berderajat tinggi.( stereoskopis )
Oleh karena terpisahnya kedua mata lebih dari 2 inci di dalam bidang
horisontal, maka kedua bayangan retina yang terbentuk menjadi sedikit berbeda.
Hal ini menyebabkan disparitas bayangan retina yang akan memberi data penting
untuk persepsi kedalaman penglihatan binokular. Agar terjadi penglihatan
binokular yang normal, maka diperlukan persyaratan sebagai berikut :
Iungsi tiap mata harus baik dimana bayangan benda jatuh tepat pada masing-
masing bintik kuningnya. Tidak terdapat aniseikonia. Fungsi dan kerja sama yang
baik dari seluruh otot penggerak bola mata, dan susunan syaraI pusat mempunyai
kemampuan untuk mensitesa kedua bayangan yang terbentuk tersebut menjadi
bayangan tunggal. (3)

Bila terjadi sedikit saja penyimpangan di atas,akan terjadi penurunan
kualitas penglihatan binocular .Sebagai salah satu syarat utama untuk terjadinya
penglihatan binokular , tajam penglihatan harus baik yaitu ( 6/6 ) dengan atau
tanpa koreksi. Apabila terjadi gangguan penglihatan akibat kelainan reIraksi,
dimana bayangan jatuh tidak tepat di bintik kuning akan terjadi gangguan
penglihatan binocular. (3)
Kelainan reIraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina.
Kelainan ini terjadi karena ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada
retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu
titik Iokus. Kelainan reIraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola
mata.(3)
Anisometropia adalah perbedaan kekuatan reIraksi kedua mata (
merupakan salah satu kelainan reIraksi yang sering menyebabkan ambliopia.
Adanya perbedaan jenis dan ukuran reIraksi memberikan eIek supresi pada mata
dengan kerusakan paling besar.(1)
1.2.Batasan Masalah
Dalam makalah Meet The Expert (MTE) ini akan di bahas mengenai
anisometropia dimulai dari etiologi sampai dengan prognosa.
1.3.Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami dan menambah
pengetahuan tentang anisometropia



BAB II
TINJAU PUSTAKA
2.1 KELAINAN REFRAKSI

Kelainan reIraksi adalah keadaan tidak seimbangnya pembiasan pada media
reIraksi yaitu kornea, cairan mata, lensa, kamera okuli anterior, dan panjangnya
bola mata terjadi ketidak sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak
dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak
terletak pada satu titik Iokus.
Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan reIraksi sehingga
pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan Iokus yang tidak terletak
pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun
jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.
2.1.1.Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh akan
terIokus pada retina, demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan, hal ini
terjadi akibat adanya daya akomodasi lensa yang memIokuskan bayangan pada
retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan
terIokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata untuk
mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya
pembiasan lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan meningkat
sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus
berakomodasi. ReIleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada
waktu melihat dekat. Bila benda terletak jauh bayangan akan terletak pada retina.
Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang retina.
Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka mata akan
berakomodasi dengan mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi ditentukan
dengan satuan Dioptri (D), lensa 1 D mempunyai titik Iokus pada jarak 1 meter.(1)
2.1.2.Miopia
Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh
tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu
cembung) dan lensa (kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu
panjang sehingga titik Iokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.
Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatiI dalam Dioptri. KlasiIikasi
miopia antara lain: ringan (3D), sedang (3 6D), berat (6 9D), dan sangat berat
(~9D).
Gejala miopia antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas
pada jarak tertentu/dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang
dilihat pada mata, gangguan dalam pekerjaan, dan jarang sakit kepala.
Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatiI ukuran teringan
yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. (1)
2.1.3.Hipermetropia
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memIokuskan
bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai
antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah
sehingga titik Iokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh
penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial), seperti yang terjadi
pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias reIraktiI (hipermetropia
reIraktiI), seperti aIakia (tidak mempunyai lensa).
Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang
juling atau melihat ganda. Kemudian pasien juga mengeluh matanya lelah dan
sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memIokuskan
bayangan yang terletak di belakang retina. Pasien muda dengan hipermetropia
tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan
akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak
membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut akan
memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit
kepala, mata terasa pedas dan tertekan.(1)
Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks
untuk mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah
diberikan koreksi lensa positiI maksimal yang memberikan tajam penglihatan
normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positiI
terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal.(1)
2.1.4.Astigmatisma
Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata
atau tidak rata sehingga tidak memberikan satu Iokus titik api. Variasi
kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar terIokus pada satu titik. Sebagian
bayangan akan dapat terIokus pada bagian depan retina sedang sebagian lain sinar
diIokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata
dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air
yang bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu
lebar atau kabur.
Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur
sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata,
melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh
ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan celah kelopak,
sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan Iisik lelah. Koreksi mata astigmat
adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda. Astigmat
ringan tidak perlu diberi kaca mata.(1)
2.1.5.Presbiopia
Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia,
yaitu akomodasi untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi
akibat penuaan lensa (lensa makin keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya
kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar berakomodasi karena lensa sukar
memIokuskan sinar pada saat melihat dekat.
Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mula
terjadinya tergantung kelainan reIraksi sebelumnya, kedalaman Iokus (ukuran
pupil), kegiatan penglihatan pasien, dan lainnya. Gejalanya antara lain setelah
membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan sering terasa pedas, membaca
dengan menjauhkan kertas yang dibaca, gangguan pekerjaan terutama di malam
hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. Koreksi dengan
kaca mata biIokus untuk melihat jauh dan dekat. Untuk membantu kekurangan
daya akomodasi dapat digunakan lensa positiI. Pasien presbiopia diperlukan kaca
mata baca atau tambahan untuk membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai
usia, yaitu: 1D untuk 40 tahun, 1,5D untuk 45 tahun, 2D untuk 50 tahun,
2,5D untuk 55 tahun, dan 3D untuk 60 tahun. Jarak baca biasanya 33cm,
sehingga tambahan 3D adalah lensa positiI terkuat yang dapat diberikan. (1)

2.2.Anisometropia
Anisometropia adalah keadaan dimana ada perbedaan kelainan reIraksi dua
mata. Perbedaan kelainan lebih dari 1 D. Jika terdapat perbedaan 2.5 3 D maka
akan dirasakan terjadinya perbedaan besar bayangan sebesar 5 yang
mengakibatkan Iusi terganggu. Pada keadaan ini maka penglihatan binokuler
menjadi lemah sehingga dapat menyebabkan ambliopia. Anisometropia umumnya
kongenital. Pada anak anak, dua mata berkembang tidak sama pada penambahan
dan pengurangan kelainan reIraksi.(4)



Penyebab anisometropia

1. kelainan status reIraksi
2. trauma okuler pada mata
3. operasi mata

Keadaan berikut yang diketahui pada anisometropia:
1. Perbedaan tajam penglihatan tiap mata.
2. Aniseikonia atau perbedaan ukuran bayangan tiap mata.
3. Anisophoria atau perbedaan derajat heterophoria di berbagai arah
pandangan.
Gejala umum anisometropia:
O Penglihatan buram
O Sakit kepala
O Diplopia
O Astenopia
O FotoIobia
O Juling
O Jarak baca lebih dekat
Karena anisometropia adalah Iaktor yang mempengaruhi ke arah amblyopia
dan supresi, maka strabismus bisa berkembang pada pasien muda. Keadaan
tersebut mungkin ada tanpa lensa koreksi atau agak berkurang dengan
koreksi reIraktiI yang tepat atau dipersulit oleh Iiksasi mata.(6)

2.2.1Amblyopia

Amblyopia lebih dikenal dengan sebutan Lazy Eye (mata malas). Mata
malas atau Amblyopia adalah kondisi dimana mata mengalami penurunan
penglihatan yang tidak bisa dibantu meskipun menggunakan kacamata maupun
lensa kontak.
KlasiIikasi ambliopia :
1. Ambliopia histeria - Ambliopia yang terjadi akibat histeria
2. Ambliopia 1oksik/ Intoksikasi - Ambliopia yang terjadi karena tembakau,
obat-obatan, maupun minuman keras yang mengandung metil alkohol
3. Ambliopia ex anopsia (sensorik) - Ambliopia yang terjadi akibat
penglihatan terganggu saat perkembangan penglihatan bayi. Misalnya pada
katarak kongenital, ptosis, kekeruhan korena sejak lahir
4. Ambliopia ametropik - Ambliopia yang disebabkan kelainan reIraksi (miop,
hipermetrop, astimatisma) yang begitu besar yang tidak dikoreksi
5. Ambliopia anisometropik - Ambliopia yang disebabkan perbedaan reIraksi
yyang besar pada kedua mata (~2,5 D)
6. Ambliopia Strabismikr - Ambliopia yang disebabkan oleh adanya juling
pada anak sebelum penglihatan berkembang sempurna
7. Ambliopia Fungsionala - Suatu keadaan dimana secara anatomis tidak
didapatkan kelainan pada masing-masing mata, tetapi didapati gangguan
penglihatan binokuler.(1,8)
Tanda dan gejala penyakit mata ini adalah
O Sebuah mata yang tidak simteris ke dalam atau ke luar
O Gerakan mata yang mungkin tidak bekerja sama
O Kurangnya persepsi kedalaman(1)
Penanggulangan anisometropia pada anak anak lebih akan memberikan hasil.
Koreksi maksimal anisometropia dan Iusi training dapat mencegah strabismus, di
lain pihak strabismus dapat berkembang mengikuti koreksi maksimal
anisometropia dikarenakan penghambatan Iusi seperti anisophoria dan
aniseikonia(7)
Pada orang dewasa, koreksi maksimal tidak terlalu memberikan hasil yang
menggembirakan. Jika pasien hanya memakai satu mata untuk jauh dan satunya
untuk dekat, koreksi yang lebih disukai seperti kebiasaan sebaiknya diberikan.
Untuk mata yang lebih buruk sebaiknya diberikan lensa under koreksi.

Koreksi kelainan reIraksi
1. kaca mata
Perbedaan ukuran bayangan retina 25 jarang dapat di toleransi
2. Lensa kontak
Perbedaan ukuran bayangan di retina menjadi 6. Dapat di toleransi
3. Lensa okuler
Perbedaan ukuran bayangan di retina menjadi 1. (5)

Pengobatan Iarmakologi yang dapat dilakukan yaitu dengan menghilangkan
dengan derajat kerusakan yang berat yaitu dengan pemberian cyclopegic dan
koreksi kelainan reIraksi(3)
Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa pasien dengan amblyopia
anisometropic dapat menunjukkan perbaikan dalam ketajaman visual sambil
mengenakan kacamata mereka terus menerus. Sebuah studi retrospektiI oleh Steele
et al. menunjukkan bahwa sepertiga dari pasien dengan amblyopia anisometropic
murni diselesaikan tanpa perlu terapi oklusi. Lamanya waktu pemulihan tergantung
tingkat keparahan amblyopia.(3)
Pada tahun 2006 sebuah penelitian prospektiI dengan PEDIG melaporkan
bahwa 27 anak-anak dengan amblyopia anisometropic berusia 3 sampai 6
diselesaikan dengan kacamata sendiri. Ketajaman visual terus meningkatkan
sebanyak 48(3)
Atropin
Atropin adalah obat anticholineric yang bekerja sebagai inhibitor kompetitiI
untuk reseptor asetilkolin muscarinic. Dengan menggunakan atropin 1 dapat
melumpuhkan akomodasi dan menginduksi blur di mata non-amblyopic.(3)
Prognosa
Prognosis untuk pengobatan bervariasi secara signiIikan berdasarkan usia anak dan
jenis pengobatan dimulai. Secara umum, pengobatan lebih berhasil jika anak
dirawat di usia yang lebih muda. Meskipun amblyopia bias lebih umumnya terkait
dengan anisometropic hyperopia, miopia tinggi sepihak cenderung memiliki
prognosis yang lebih buruk(3)















DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman., Kamus Kedokteran Dorland, alih bahasa,Huriawati
Hartanto dkk, edisi 29, Jakarta: EGC, 2002
1. ilyas, sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal,
Jakarta,1993 : 245 ; 72-73
2. Sherwood, Lauralee, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Alih bahasa Brahm
U, Pendit ; editor, Beatricia I santoso, Edisi 2, Jakarta :EGC, 2001
3. Guyton, Arthur C, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor, Irawati setiawan,
Edisi 9, Jakarta : EGC, 1997
4. http://penyakitmata.com/reIraksi/
5. wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi tegal,
Jakarta, 1993
6 http://hmpsreIraksioptisi.blogspot.com/2011/05/astigmat.html
7. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1447580/
8. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3439/1/09E01852.pdI

Anda mungkin juga menyukai