Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Refraksi

Refraksi adalah kemampuan mata untuk membelokkan sinar cahaya sehingga cahaya tersebut
jatuh pada retina. Pada mata normal, sinar yang sejajar difokuskan melalui lensa menjadi
gambar yang tajam/ jelas pada retina. Kondisi ini disebut emmetropia dan berarti bahwa
cahaya difokuskan tepat pada retina, tidak di depan atau di belakang retina. Ketika cahaya
tidak fokus dengan benar, itu disebut refractive error.
Individu dengan myopia dapat melihat obyek yang dekat dengan jelas (rabun jauh), tetapi bila
melihat obyek yang jauh menjadi kabur. Individu dengan hyperopia dapat melihat obyek
yang jauh dengan jelas (rabun dekat), tetapi obyek yang dilihat dari dekat menjadi kabur.
Astigmatism terjadi karena ketidakrataan di kornea, yang menghasilkan distorsi visual.
Presbyopia adalah hilangnya akomodasi, menyebabkan ketidakmampuan untuk fokus pada
obyek dekat. Itu terjadi sebagai proses normal penuaan, biasanya sekitar usia 40.

Daftar Pustaka:
Lewis, Sharon L et al. (2011). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problems Vol 1, eight edition, St. Louis Missouri: Elsevier Mosby
Pembelokan berkas cahaya pada bidang peralihan yang miring disebut sebagai pembiasan.
Ingatlah dengan baik bahwa derajat pembiasan akan meningkat sesuai dengan (1) rasio
indeks bias dari kedua media transparan, dan (2) derajat kemiringan antara bidang peralihan
dan permukaan gelombang yang datang.

PRESBIOPIA
Dengan meningkatnya usia, lensa semakin besar dan menebal serta menjadi kurang
elastik, sebagian disebabkan oleh denaturasi protein yang progresif. Akibatnya, kemampuan
lensa untuk berubah bentuk akan berkurang secara progresif seiring dengan bertambahnya
usia. Daya akomodasi berkurang dari 14 dioptri pada usia anak-anak menjadi kurang dari 2
dioptri pada umur 40 sampai 50 tahun dan menjadi 0 pada umur 70 tahun. Sesudah itu dapat
dikatakan lensa sama sekali tidak dapat berakomodasi, dan keadaan itu disebut “presbiopia”.
Sekali orang mengalami presbiopia, matanya akan terpaku permanen pada suatu jarak
yang hampir tidak berubah-ubah. Jarak penglihatan ini bergantung pada keadaan fisik mata
orang tersebut. Matanya tidak dapat berakomodasi lagi dengan baik untuk melihat dekat
maupun melihat jauh. Agar dapat melihat dekat maupun jauh dengan jelas, orang tua harus
memakai kacamata bifokus, bagian atas untuk penglihatan jauh dan bagian bawah untuk
penglihatan dekat. Presbiopia dikoreksi dengan menggunakan lensa plus untuk mengatasi
daya fokus otomatis lensa yang hilang.

EMETROPIA
Mata akan dianggap normal atau “emetrop” bila cahaya sejajar dari objek jauh
difokuskan di retina pada keadaan otot siliaris relaksasi total. Ini berarti bahwa mata
emetrop dapat melihat semua objek jauh secara jelas dengan otot siliaris yang relaksasi;
namun untuk melihat objek dekat, otot siliaris harus berkontraksi agar mata dapat
berakomodasi dengan baik.

HIPEROPIA
Hiperopia dikenal pula sebagai “penglihatan jauh”, biasanya akibat bola mata terlalu
pendek, atau kadang-kadang karena susunan lensa terlalu lemah. Pada keadaan ini, cahaya
sejajar kurang dibelokkan oleh susunan lensa sehingga tidak terfokus di retina. Untuk
mengatasi kelainan ini, otot siliaris berkontraksi untuk meningkatkan kekuatan lensa. Oleh
karena itu, dengan menggunakan mekanisme akomodasi, penderita hiperopia dapat
memfokuskan bayangan dari objek jauh di retina. Bila penderita menggunakan sebagian dari
kekuatan otot siliarisnya untuk melakukan akomodasi jarak jauh, ia tetap masih mempunyai
sisa daya akomodasi untuk melihat dengan tegas objek yang mendekati mata sampai otot
siliaris berkontraksi maksimum.
Pada orang tua, sewaktu lensa menjadi presbiop, penderita hiperopia sering tidak
dapat berakomodasi cukup kuat untuk memfokuskan objek jauh sekali pun, apalagi untuk
memfokuskan objek dekat.
MIOPIA
Pada miopia atau “penglihatan dekat”, sewaktu otot siliaris relaksasi, cahaya dari
objek jauh difokuskan di depan retina. Keadaan ini biasanya akibat bola mata yang teralu
panjang, atau kadang-kadang karena daya bias susunan lensa terlalu kuat.
Tidak ada mekanisme bagi miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya karena
memang otot siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Karena itu, penderita miopia tidak
mempunyai mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan tegas di retina.
Namun, dengan cara mendekatkan objek ke mata, bayangan akhirnya dapat difokuskan di
retina. Bila objek terus didekatkan ke mata, penderita miopia dapat menggunakan mekanisme
akomodasi agar bayangan yang terbentuk tetap terfokus dengan tepat di retina. Dengan
demikian, seorang penderita miopia mempunyai “titik jauh” yang terbatas untuk penglihatan
jelas. Lensa sferis konkaf (minus) biasanya digunakan untuk mengoreksi bayangan pada
miopia. Lensa ini memundurkan bayangan ke retina.

ASTIGMATISMA
Astigmatisma merupakan kelainan pembiasan mata yang menyebabkan bayangan
penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Hal ini paling
sering disebabkan oleh terlalu besarnya lengkung kornea pada salah satu bidangnya.
Permukaan lensa yang berbentuk bulat telur pada sisi datangnya cahaya, merupakan contoh
dari lensa astigmatis. Derajat kelengkungan bidang yang melalui sumbu panjang telur tidak
sama dengan derajat kelengkungan pada bidang yang melalui sumbu pendek.
Karena lengkung lensa astigmatis pada suatu bidang lebih kecil daripada lengkung
pada bidang yang lain, cahaya yang mengenai bagian perifer lensa pada suatu sisi tidak
dibelokkan sama kuatnya dengan cahaya yang mengenai bagian perifer pada bidang yang
lain.
Daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan astigmatisma karena
pada akomodasi, lengkung lensa mata berubah sama kuatnya di semua bidang. Dengan kata
lain, kedua bidang memerlukan koreksi derajat akomodasi yang berbeda, sehingga tidak
dapat dikoreksi pada saat bersamaan tanpa dibantu kacamata. Oleh sebab itu, pada penderita
astigmatisma bila tidak dibantu dengan kacamata penglihatannya tidak pernah tegas.
Kelainan astigmatisma dapat dikoreksi dengan lensa silindris, sering kali dikombinasi
dengan lensa sferis. Karena otak mampu beradaptasi terhadap distorsi penglihatan yang
disebabkan oleh kelainan astigmatisma yang tidak terkoreksi, kacamata baru yang
memperbaiki kelainan dapat menyebabkan disorientasi temporer, terutama akibat bayangan
yang tampak miring.

Daftar Pustaka:
Guyton, A.C & Hall, J.E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: ECG
Eva, Paul Riordan & Whitcher, John P. (2010). Vaughan & Asbury : Oftalmologi Umum.
Edisi 17. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai