Anda di halaman 1dari 3

Cara penularan HIV/AIDS

1. Melalui cairan organ intim (hubungan sexual)


Hubungan seksual yang dimaksudkan dapat menularkan HIV adalah hubungan
seksual tanpa pengaman dan berganti-ganti pasangan seksual.
hubungan seksual tanpa pengaman

Penularan atau penyebaran virus HIV yang terutama dan justru yang paling harus diwaspadai adalah
lewat hubungan intim. Seseorang yang menderita atau sudah terkena infeksi virus HIV lalu kemudian
berhubungan badan dengan pasangannya, maka pasangannya pun akan berisiko tinggi terkena
infeksi virus yang sama.

Penularan virus lewat cairan dari organ intim sangat berbahaya dan kini kasus-kasus seperti ini
angkanya pun semakin meningkat. Bahkan media ini pun juga dianggap yang paling gampang untuk
menyebarkan virus HIV. Salah satu penyebabnya jelas adalah karena saking banyaknya tempat-
tempat prostitusi baik itu yang sudah terang-terangan atau tempat yang terselubung.

Ketika penderita infeksi virus HIV berhubungan intim dengan pasangannya tanpa menggunakan
pelindung alias kondom, risiko pasangan terkena infeksi pun jelas jauh lebih besar. Penularan dari hal
ini tak hanya berpengaruh pada penjaja dan pencari seks, tapi orang-orang yang sebenarnya tak
tahu-menahu atau tidak berdosa pun menjadi ikut getahnya.

Seperti misalnya saja seseorang yang sudah menikah, lalu ia mencari hiburan ke tempat-tempat
prostitusi di mana kesehatannya tidak terjamin. Tak ada yang menjamin bahwa tempat tersebut
bebas dari virus HIV dan sekalinya terkena infeksi virus, ia dapat menularkannya kepada sang
pasangan resminya. Saat melakukan hubungan dengan pasangan resminya, otomatis pasangannya
bisa ikut tertular.

berganti-ganti pasangan seksual

Seseorang yang datang ke tempat prostitusi lebih dari sekali lebih besar risikonya tertular HIV AIDS
karena seringnya berganti-ganti pasangan saat berhubungan intim. Dengan seenaknya bergonta-
ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, ini bakal memudahkan pelaku seks untuk
terkena virus HIV yang entah berasal dari pasangan yang mana.

Perlu juga untuk diketahui bahwa penyebaran dan penularan virus HIV tak hanya dapat terjadi lewat
hubungan seksual pasangan berlawanan jenis atau yang disebut juga dengan istilah heteroseks.
Pasangan sesama jenis pun juga bisa mengalami penularan virus ini, yakni homoseks. Khusus pada
pasangan homoseks, penularan mampu terjadi akibat dari hubungan lewat anus.

Pada pasangan sesama jenis atau homoseks, proses hubungan intim lewat anus ini bisa menjadi
cukup mengancam. Ini karena pembuluh darah yang ada pada anus diketahui sangat gampang
mengalami pecah atau ruptur. Jadi sewaktu salah satunya sudah terkena infeksi HIV, otomatis ini
akan masuk ke pembuluh darah pasangannya secara lebih mudah.
2. Melalui cairan darah

Selain dari hubungan seksual dan gonta-ganti pasangan seksual, tentunya cairan darah
adalah cara penularan berikutnya yang paling umum. Ketika virus HIV dapat masuk ke dalam
sistem pembuluh darah, virus ini bakal mampu berkembang di bagian dalam tubuh manusia.
Transfusi darah adalah contoh dari media penularan yang perlu diwaspadai.

Ketika seseorang sudah terkena infeksi virus HIV AIDS tapi tidak menyadarinya dan malah
berani mendonorkan darah, ini akan berakibat buruk bagi pasien yang menerima darah dari
pendonor tersebut. Transfusi darah di mana darah pendonornya sudah mengandung virus
HIV tentunya akan mengakibatkan pasien penerima donor darah akan terinfeksi juga.

Itulah yang menjadi alasan mengapa sebelum penerimaan donor darah, pendonor darah
harus diperiksa lebih dulu dan dipastikan bahwa ia dalam keadaan yang sehat. Tak hanya
terbukti bebas dari virus HIV, pendonor juga sebaiknya tidak memiliki penyakit tertentu
supaya bisa menolong pasien yang membutuhkan darah tanpa menularkan virus atau bakteri
apapun.

Tentu untuk membuat proses ini aman, peranan dari tenaga medis sangat besar, khususnya
mereka yang ada di unit donor darah serta pada unit transfusi darah. Sebagai bagian yang
menyediakan kantong darah, mereka harus meyakinkan dan meneliti betul-betul bahwa
darah yang hendak didonorkan bebas dari virus apapun, termasuk virus HIV

3. Penggunaan jarum suntik yang bergantian

Selain dari media tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian juga merupakan
hal yang sebaiknya dihindari karena dapat menularkan virus HIV dengan mudah. Tak hanya
di rumah sakit saja, jarum suntik pun kerap digunakan oleh para pengguna narkoba dan
biasanya juga digunakan secara bergantian sehingga tak aman lagi.

Di rumah sakit, jarum suntik, khususnya penggunaan pada unit donor darah perlu diperiksa
kesterilannya. Tenaga medis harus bisa menjamin bahwa alat yang mereka gunakan
merupakan alat suntik yang steril dan tidak untuk berkali-kali. Jarum suntik yang benar adalah
digunakan sekali pakai saja dan seharusnya 1 jarum suntik tidaklah dipergunakan untuk
menangani beberapa pasien.

Media jarum suntik sudah terbilang umum dalam menularkan virus HIV dan ini lebih sering
terjadi pada para pecandu narkoba yang gemar menggunakan narkoba suntik secara
bergantian dengan temannya. Kemampuan bertahan hidup virus HIV pada jarum suntik yang
sudah pernah dipakai bisa sampai 42 hari dan ini pun berdasarkan pada suhu serta faktor
lain.

Jarum suntik tak hanya bisa ditemukan di rumah sakit atau pada lingkungan pengguna dan
pecandu narkoba saja. Jarum serta alat tusuk lainnya yang mampu menembus kulit biasanya
juga bisa dijumpai pada tempat-tempat servis tato, tindik serta akupuntur dan masih banyak
lagi. Selalu waspadai tempat-tempat ini karena melalui alat-alat tersebut, khususnya yang
tidak begitu steril, mampu menularkan virus HIV.

4. Proses persalinan
Penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak juga bisa terjadi ketika proses persalinan
terjadi yang memang juga termasuk cukup langka dan jarang. Pada saat
persalinan berlangsung, darah sang ibu serta cairan di dalam rahim mampu
menjadikan si bayi terkena kontaminasi saat dilahirkan.
Kalaupun ada beberapa kabar yang menyatakan bahwa penularan virus dapat
terjadi lewat plasenta, hal ini sudah diteliti dan tidak terjadi. Ini karena plasenta
tak dapat ditembus oleh HIV sehingga risiko penularan yang diperkirakan
mampu terjadi ketika hamil justru tidaklah ada. Kalaupun ada, risiko ini cukup
kecil.
Penting untuk diketahui bersama bahwa virus tidak mampu bertahan lama
berada pada luar tubuh manusia dan produksi ulang pun tidak bisa di luar tubuh
manusia.

Prinsip penularan HIV

Adanya 4 media sebagai berikut:

1. Jalan keluar
2. Jumlah
3. Kemampuan bertahan hidup
4. Jalan masuk

Cara Pencegahan HIV


Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV dan tidak ada obat untuk AIDS, tapi Anda bisa
melindungi diri agar tidak terinfeksi. Satu-satunya cara untuk mencegah terinfeksi HIV
adalah dengan menghindari kegiatan yang meningkatkan risiko tertular HIV, seperti dengan
melakukan hubungan seks secara aman, hindari berganti-ganti pasangan dalam
berhubungan, jangan pernah berbagi jarum atau peralatan menyuntik apa pun, tidak
mengonsumsi narkoba, memastikan transfusi darah dari orang yang tidak terinfeksi,
dan hindari menyentuh darah dan cairan tubuh orang lain. hindari menyentuh darah
orang lain sebisa mungkin dan hindari kontak langsung dengan cairan tubuh lain yang dapat
menyebarkan HIV, terutama jika Anda memiliki luka terbuka di bagian manapun di tubuh
Anda. Pada dasarnya, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.

Anda mungkin juga menyukai