Anda di halaman 1dari 4

Cara penularan HIV

Nama : Mifrokhul Aghnia


Kelas : Keperawatan l
Berbagai cara penularan HIV selain lewat seks bebas dan jarum
suntik narkoba
1. Pakai mainan seks (sex toys)
Penetrasi seks, entah itu lewat vaginal (penis ke vagina), oral (alat kelamin dan
mulut), atau anal (penis ke dubur) dengan pasangan yang mengidap HIV bisa
membuat Anda tertular virus. Apalagi kalau Anda berhubungan seks tanpa kondom.
Ini adalah cara penularan HIV yang paling utama.
Namun, mainan seks yang dipakai bergantian juga dapat menjadi penyebab
penyebaran virus dari satu orang ke yang lainnya. Bila Anda atau pasangan Anda
mengidap HIV, jangan menggunakan mainan seks secara bergantian dalam satu
sesi bercinta. Virus HIV memang umumnya tidak bisa hidup lama-lama di
permukaan benda mati. Namun, mainan seks yang masih basah oleh sperma,
darah, atau cairan vagina mungkin saja menjadi perantara virus untuk berpindah ke
pasangan.
Oleh karena itu, selalu hindari menggunakan mainan seks bekas orang lain. Selain
HIV, vibrator atau cincin anal milik Anda juga dapat berisiko menularkan berbagai
penyakit menular seksual seperti gonore, sifilis, herpes genital, dan sebagainya.
Juga, tenaga kesehatan menekankan setiap pasangan untuk rutin menjalani tes
penyakit kelamin tahunan, sekalipun status Anda dan pasangan sudah resmi
menikah. Pasalnya, banyak orang-orang yang tidak mengetahui atau bahkan
menyadari bahwa dirinya telah terjangkit HIV. Gejala HIV pun pada umumnya
muncul bertahun-tahun setelah infeksi pertama, yang membuatnya sulit untuk
didiagnosis.
2. Bekerja di rumah sakit
Mungkin sekilas Anda berpikir bahwa petugas kesehatan adalah orang yang paling
sehat karena memiliki akses dan pengetahuan yang mumpuni dalam bidang
kesehatan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Petugas kesehatan di rumah sakit,
Puskesmas, atau klinik malah masuk kelompok orang yang rentan terkena berbagai
macam penyakit, mulai dari hepatitis sampai HIV.
Orang-orang ini dapat mengalami kontak langsung dengan darah dari pasien yang
positif HIV melalui luka terbuka. Misalnya, suster perawat yang sedang mengambil
darah pasien yang positif HIV. Bukannya tidak mungkin jika jarum suntik yang telah
dipakai oleh pasien positif HIV tidak sengaja tertancap ke kulit petugas kesehatan
(disebut juga needle-stick injury); jika darah yang terkontaminasi HIV mengenai
membran mukosa seperti misalnya mata, hidung, dan mulut; atau jika darah yang
terkontaminasi HIV mengenai luka terbuka di kulit. Namun begitu, peluang
kecelakaan kulit tertancap jarum suntik bekas tergolong kecil, kurang dari satu
persen.
Risiko petugas layanan kesehatan tertular HIV akan sangat rendah terutama jika
mereka selalu memakai alat pelindung diri (seperti masker, scrub/jubah rumah sakit,
penutup kepala, kacamata khusus, hingga sarung tangan) dengan lengkap dan
benar ketika bertugas, juga selalu berhati-hati dalam menangani benda-benda tajam
dan bekas darah yang berceceran.

3. Sulam alis, tato alis, sulam bibir


Sebenarnya melakukan sulam alis, tato alis, dan sulam bibir cukup aman untuk
kesehatan. Tapi tren kecantikan yang sedang naik daun ini dapat menjadi cara
penularan HIV jika dilakukan oleh pegawai yang tidak berpengalaman atau
berlisensi, juga yang tidak menggunakan peralatan steril. Pasalnya, prosedur sulam
atau tato wajah ini melibatkan pengirisan kulit terbuka.
Oleh karena itu, sebelum Anda duduk dan disulam alis atau bibirnya, pastikan
bahwa semua peralatan yang digunakannya steril. Khususnya, pastikan bahwa
mata pisau bedah jarum yang digunakan adalah yang sekali pakai.
Minta petugas untuk membuka segel jarum baru di depan Anda sebelum memulai
prosedur, dan minta ia langsung membuangnya di tempat sampah begitu selesai.
Kewaspadaan seperti ini penting untuk menghindari penularan dan penyebaran
infeksi melalui darah.
4. Donor darah dan cangkok organ
Salah satu syarat yang wajib dipenuhi sebelum donor adalah bahwa Anda tidak
memiliki penyakit terkait infeksi yang menular lewat darah, seperti HIV. Namun, tak
semua orang menyadari betul bahwa dirinya terjangkit HIV dan memutuskan untuk
ikut donor darah atau organ tubuhnya untuk menolong sesama.
Jika seseorang yang positif HIV menyumbangkan darah, termasuk organ tubuh atau
jaringan (seperti sumsum tulang), orang yang menerima donor kemungkinan akan
terkena infeksi HIV juga.
Maka dari itu, untuk mencegah penularan HIV dan infeksi darah lainnya, petugas
donor biasanya akan menguji setiap sumbangan produk darah untuk virus seperti
HIV sebelum diberikan pada orang yang membutuhkan.
Sayangnya, beberapa negara berkembang mungkin tidak memiliki peralatan terkait
untuk menguji semua darah. Jadi mungkin ada beberapa sampel sumbangan
produk darah yang telah diterima ternyata mengandung HIV. Untungnya, kejadian
ini terhitung langka.
Dalam kebanyakan kasus, produk darah yang Anda terima sebenarnya aman.
Orang yang akan menyumbang darah atau organ biasanya akan diberikan
pertanyaan yang akan membantu petugas donor menentukan apakah Anda
memiliki risiko terjangkit HIV atau tidak.
Jika Anda khawatir, Anda memiliki hak untuk bertanya kepada petugas kesehatan
mengenai hal tersebut. Anda juga tidak perlu khawatir untuk jarum yang akan
digunakan, karena sama halnya dengan sulam alis maupun sulam bibir, jarum
medis yang dipakai adalah jarum steril dan sekali pakai. Kalau Anda tidak yakin,
mintalah petugas kesehatan untuk mengganti jarum di depan Anda sebelum
melakukan transfusi atau donor.

Anda mungkin juga menyukai