PENDAHULUAN
Myopia adalah kelainan refraksi dimana sinar – sinar yang masuk kedalam
mata akan dibiaskan didepan retina tanpa akomodasi.Miopi (dari bahasa Yunani:
μυωπία myopia "penglihatan-dekat") atau rabun jauh adalah sebuah kerusakan
refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di depan retina ketika
akomodasi dalam keadaan santai.
Myopia dapat terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena
kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak
difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak
dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata
negatif (cekung).
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 MYOPIA
Myopia adalah kelainan refraksi dimana sinar – sinar yang masuk
kedalam mata akan dibiaskan didepan retina tanpa akomodasi. Miopi (dari
bahasa Yunani: myopia "penglihatan-dekat") atau rabun jauh adalah sebuah
kelainan refraktif mata di mana citra / bayangan yang dihasilkan berada di
depan retina ketika akomodasi dalam keadaan normal..
Myopia dapat terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau
karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang
masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram.
Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong
dengan menggunakan kacamata negatif (cekung).
3
2.2 Klasifikasi Myopia
1.Myopia simplek
Myopia stationer adalah myopia yang timbul pada masa umur yang
masih muda dan dapat juga bertambah sedikit – sedikit sampai usia 20
tahun.
2.Myopia refraktif
Myopia yang disebabkan karena kelainan pada komponen refraksi
mata.misalnya,pada lensa mata terlalu cembung karena cairan pada
mata yang masuk ke lensa mata sehingga menjadi keruh seperti katarak
premature.
3. Myopia axial
Myopia axiall adalah myopia yang terjadi karena sumbu mata
terlalu panjang dimana kekuatan refraksinya normal dan curfatur kornea
normal,tetapi dengan axial bola mata yang lebih panjang,maka sinar-
sinar sejajar yang masuk kedalam bola mata akan dibiaskan didepan
retina.
4. Myopia progresif
Myopia progresif merupakan myopia yang perkembangannya
bertambah dengan cepat pada waktu masa remaja dan bertambah terus
hingga usia 20 tahun atau lebih.
5 .Myopia maligna
Myopia maligna adalah myopia yang bertambah dengan menyolok
dan ekstrim Pada penderita myopia biasanya untuk melihat jauh
menjadi kabur dan untuk melihat dekat akan terlihat terang, karena itu
pada penderita myopia dapat juga disebut sebagai penderita rabun jauh.
Bagi penderita myopia karena kurang atau sedikit melakukan
akomodasi pada matanya agak melebar atau myosis,karena jarang
melakukan akomodasi dan sipenderita kurang pula melakukan
konfergensi pada matanya sehingga timbul Strabismus divergen.
4
2.3 Gejala Dan Tanda Myopia
A.Gejala subjektif
B.Gejala objektif
Bagi penderita myopia akan kita lihat bila pada mata myopia,kamera
okuli posterior karena disebabkan tidak dipakainya otot-otot akomodasi dan
retinanya tipis sehingga tampak belang seperti kulit macan atau disebut
tigeroid, bola mata akan nampak seperti menonjol atau disebut exothalmus,
dan pupil agak melebar karena tidak/kurang berakomodasi atau disebut
mydrasis.
Bagi penderita myopia tinggi yang mempunyai sedikit perbedaan untuk
ukuran lensa koreksinya sehingga pungktum remotum hampir sama maka
konvergensinya yang terus menerus akan dapat menimbulkan esotropia
(juling kedalam).
Untuk penderita myopia dengan derajat myopianya yang mempunyai
selisih cukup besar antara mata kanan dan mata kiri,maka untuk mata yang
memiliki derajat myopia yang lebih tinggi sering tidak dipergunakan untuk
melihat yang mengakibatkan mata tersebut akan bergerak keluar, sehingga
akan terjadi axotropia ( juling keluar )
2.4 ASTIGMAT
Dari segi arti katanya,astigmatisme mempunyai terjemahan tidak
membentuk titik,artinya satu titik cahaya yang melewati suatu system
optik,astigmat tidak akan memberikan satu titik bayangan.
Astigmat terjadi karena ketika dua meridian utama mata,memiliki daya
bias yang berbeda.Hasilnya adalah garis garis pada arah tertentu akan
kelihatan lebih jelas daripada garis garis pada arah sebaliknya.
5
2.5 Klasifikasi Astigmat
c. Astigmatisme Oblique/Miring.
Apabila daya bias meridian miring lebih kuat daripada daya bias
meridian horizontal maupun meridian vertical atau axis diantara 45 dan
diantara 135.
2. Astigmatisme Irregular.
Adalah dimana permukaan kornea pasien disebut tidak rata atau
tidak licin,sehingga meridian utamanya tidak saling tegak lurus atau
tidak teratur.Dilihat dari lesutan pada retina,ada lima macam
astigmatisme yaitu :
6
a.Astigmatismus Myopicus Simplex
Astigmatisme jenis ini mempunyai 2 titik focus,yang pertama berada
di depan retina dan yang kedua berada tepat pada retina.Pola ukuran
lensa koreksi astigmatisme jennies ini adalah sph 0.00 atau plano dan
cyl – (minus).
7
d. Astigmatismus Hypermetropicus Compositus
Astigmatisme jenis ini mempunyai 2 titik focus,dimana keduanya
berada dibelakang retina.Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis
ini adalah sph + (plus) dan cyl + (plus) atau bisa ditransposisikan
menjadi sph + (plus) dan cyl _ (minus).
e. Astigmatismus Mixtus.
Astigmatisme jenis ini mempunyai 2 titik focus,yang pertama
berada di depan retina dan yang kedua bearada dibelakang retina.Pola
ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah sph + (plus) dan cyl
– (minus) atau sph –(minus) dan cyl + (plus) dimana ukuran tersebut
tidak dapat ditransposisikan.
8
2.6 Gejala Dan Tanda Astigmat
1.Tanda Tanda Astigmat
a. Astenopia,adalah keluhan atau kelelahan visual subjektif atau
keluhan keluhan yang dialami seseorang yang menggunakan
matanya.
b. Pengelihatan buram yang constant untuk jauh dan dekat.
c. Pengekihatan kabur,pengelihatan berbayang
d. Nyeri pada kepala.
2. Gejala Astigmat
a. Terdapat perbedaan kelengkungan kornea (daya bias mata).
b. Astigmatisme kornea dapat diidentifikasi dengan keratometer.
c. Apabila diperlihatkan gambar kipas,maka masing masing garis
tersebut terlihat tidak sama jelas.
9
1) Identifikasi Data Pasien
Nama : LILIS
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tahun Periksa : 2017
2) Anamnesa
Data Subjectif
a) Pasien kurang jelas ketika melihat jauh.
b) Pasien kadang mengalami mata perih ketika sore dan malam
hari.
c) Gejala sudah dialami pasien ketika sudah dewasa.
d) Kesehatan pasien tidak ada penyakit yang sedang diderita dan
tidak sedang menggunakan obat obatan.
3) Pengukuran jarak pupil
Melakukan pengukuran pupil distance jauh maupun dekat. Pengukuran
PD dengan menggunakan PD meter dan penlight didapatkan ukuran
seperti berikut
JAUH/MONO DEKAT/MONO BINOKULER
OD 30 29 60/58
OS 30 29 60/58
10
diletakkan di tengah pupil, dilihat letak refleks sinar pada kornea mata
yang lain,hasil pemeriksaan normal.
- NPC (Titik terdekat konvergensi) : 180 mm
100
- AC (Amplitudo konvergensi) : x pd jauh binokuler
𝑛𝑝𝑐+3
=0,57 x 60 = 34,33
- NPA (Titik terdekat akomodasi) : 250mm
100
- AA (Amplitudo akomodasi) : 𝑛𝑝𝑎 𝑏𝑖𝑛𝑜𝑘𝑢𝑙𝑒𝑟 = 0,4
6) Refraksi Objektif
Pada pemeriksaan pasien kali ini,hanya diukur secara objektif yaitu
kelengkungan kornea oleh alat keratometer.
Hasil dari pemeriksaan dengan menggunakan keratometer
HORIZONTAL VERTIKAL
KOD 44,29@180 44.10@90
KOS 43.80@180 44.10@90
11
7) Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan kali ini dengan cara interaksi oleh praktisi beserta pasien.
Alat yang digunakan : Phoroptor,optotype, trial frame, trial lens set,
dengan pencahayaan yang cukup baik. Proses sebagai berikut:
a. Pemeriksaan visus.
Hasil yang diperoleh saat pemeriksaan visus adalah :
VISUS (SC)
AVOD 6/9
AVOS 6/9
12
Hasil yang didapatkan
SPH CYL AXIS VISUS
OD -1.00 -0.75 180 6/6
OS -1.00 -0.50 10 6/6
f. DE test
Tahap selanjutnya dengan menambahkan sph +0.25 secara binukuler
pada target huruf dengan visus 6/6.Apabila setelah ditambahkan sph
+0.25 masih dapat membaca dengan jelas bertai DE +,apabila tidak
jelas berati DE -.hasil dari pemeriksaan ini DE -.
Berdasarkan hasil koreksi di atas maka didapatkan pasien menderita
kelainan refraksi myopia astigmat.
13
9. Rehabilitasi
Setelah dilakukan pemeriksaan refraksi, maka pasiem diberikan
kacamata sesuai dengan ukuran hasil pemeriksaan tadi agar
mendapatkan kenyamanan.
Adapun kacamata yang diberikan sebagai alat bantu tajam penglihatan
terdiri dari klasifikasi:
Jenis bingkai : Plastik
Konstruksi bingkai : Full Frame
Parameter bingkai : 53[]16 135
Jenis lensa : Single Vision, CR
Warna lensa : Jernih
Alasan pemeberian ukuran kacamata dan jenis bingkai atau lensa
kacamata yaitu:
Ukuran kacamata diberikan sesuai dengan hasil refraksi.
Bentuk frame dan parameter bingkainya atas dasar keinginan pasien.
Jenis lensa CR karena lebih ringan dipakai oleh pasien.
14
praktikum simulasi dengan memakai satu bahan lensa yang terbuat dari
bahan CR single vision dengan proses penggosokan lensa sebagai
berikut:
a.Blocking: proses penempatan lensa dengan timah alloy, sebagai
pemegang lensa dengan waktu 5 menit.
Grinding: proses penggosokan lensa yang pertama agar mencapai
ketebalan yang diinginkan dengan menggunakan tool intan pada mesin
generator selama 10 menit.
b.Finning: proses penggosokan lensa setelah tahap grinding dengan
sliry keabu-abuan pada alat twin spindle untuk menghasilkan
permukaan lensa seperti putih susu selama 10 menit.
c.Deblocking: pelepasan lensa dengan cara dipukul kemudian
dilanjutkan dengan pencucian lensa dengan air bersih selama 1-5
menit, kemudian lensa diperiksa dengan lensometer.
f. Fitting Standar
Penyetelan standar dilakukan dengan memperhatikan kondisi
dari keseluruhan frame untuk melihat bagian mana saja yang tidak
15
dalam kondisi standar pada frame. Dimulai dengan menstandarkan
kedua sisi rim dengan baik bagian kanan dan kiri dengan
memperhatikan bridge dan rim. Dilanjutkan dengan penyetelan
standar pada end piece dan temple.Langkah terakhir adalah
penyetelan bend down dan lipatan gagang.
g. Fitting Adaptasi
Sedangkan penyetelan adaptasi dilakukan pertama kali membuka
kedua temple yang disesuaikan dengan lebar wajah pasien. Kemudian
posisi bend down apakah sudah mengikuti alur anatomi telinga
pasien, kemudian posisi frame bagian depan apakah frame tersebut
terpasang miring atau tidak di wajah pasien. Jadi, hasil penyetelan
fitting adaptasi harus memenuhi kriteria fitting triangle / segitiga
stimson, yaitu tumpuan kacamata hanya terdapat pada hidung dan
kedua puncak telinga (kanan-kiri). Pada pemasangan pertama, bend
down kurang menekuk sehingga kacamata sering turun. Oleh karena
itu, dilakukan penyetelan pada bagian bend down, kemudian
kacamata dipasangkan kembali. Pasien sudah merasa nyaman dan
puas dengan hasil penyetelan tersebut. Maka hasil dapat dikatakan
baik.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. Pasien yang bernama Sdri LL usia 24 tahun mempunyai kelainan ODS
ASTIGMATISMUS MYOPICUS COMPOSITUS.
b. Setelah dilakukan pemeriksaan refraksi hasilnya adalah sebagai berikut :
AVOD : S-1.00 C-0.75 X180 (6/6)
AVOS : S -1.00 C-0.50 X10 (6/6)
PD : 60
c Pasien membutuhkan kacamata untuk koreksi pengelihatan jauh
3.2. Saran
a. Pasien disarankan menggunakan kacamata setiap melakukan
aktifitas sehari hari dengan koreksi lensa :
OD : S-1.00 C-0.75 X180
OS : S -1.00 C-0.50 X10
PD : 60
b. Pasien disarankan menggunakan lensa lensa single vision
plastic,dengan index 1.56 agar terlihat lebih tipis dan pemilihan
dengan bingkai plastic agar lebih ringan dan nyaman dipakai dalam
melakukan aktivitasnya dengan data bingkai yang disesuaikan
dengan pasien.
c. Pasien disarankan memeriksakan kembali matanya setiap 1 tahun
sekali.
17
DAFTAR PUSTAKA
18