Anda di halaman 1dari 10

Mari Mengenal Kelebih Dan Kekurangan

Sistim Bioflok Dalam Budidaya Ikan. Kamu


Pasti Ingin Tahu.
Mari Mengenal Kelebihdan Dan Kekurangan Sistim
Bioflok Dalam Budidaya Ikan. Kamu Pasti Ingin Tahu.
Seiring dengan berkemabangnya teknologi pertanian
khususnya pada sektor budidaya perikanan semakin
memacu para peneliti untuk menghasilkan inovasi-inovasi
terbaru yang berguna untuk meningkatkan kualitas
pertanian dan perikanan di Indonesia.

Salah satu inovasi terbaru dalam budidaya perikanan ialah


teknik budidaya perikanan dengan sistem bioflok. Bagi
sebagain orang kata bioflok masih terdengar belum
familiar bila dibandingkan dengan teknik budidaya ikan
lainnya.

Inovasi Sitem Bioflok Pada Budidaya Ikan


Secara umum pengertian Bioflok ialah kumpulan dari
berbagai organisme baik bakteri, jamur, protozoa, maupun algae
yang tergabung dalam sebuah gumpalan (floc). Bioflok berasal
dari kata “BIOS” yang berarti kehidupan dan “FLOC” yang
artinya gumpalan. Pada awalnya teknologi bioflok merupakan
teknologi pengolahan limbah berupa lumpur aktif yang
melibatkan aktifitas mikroorganisme. 

Sejarah dan Perkembangan Bioflok


Dalam penerapan pengolahan limbah, bahan organik berupa
limbah lumpur harus terus diaduk dan diaerasi. Tujuannya
adalah agar limbah selalu dalam kondisi tersuspensi sehingga
dapat diuraikan oleh bakteri heterotrof secara aerobik menjadi
senyawa anorganik.

Keharusan pengadukan dalam teknologi pengolahan limbah ini


dikarenakan jika bahan organik mengendap, maka akan terjadi
kondisi yang anaerob dimana bakteri anaerob terangsang untuk
mengurai bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana
dan bersifat racun (ammonia, nitrit, H2S, dan metana).

Dalam perkembangannya konsep teknologi bioflok tersebut


diadopsi untuk kegiatan akuakultur.  Awalnya konsep ini
diterapkan dalam budidaya nila secara intensif di Thailand,
kemudian berlanjut pada usaha budidaya udang. Seiring
berjalannya waktu teknologi ini juga sudah diadopsi untuk
budidaya lele dengan wadah kolam terpal.
Prinsip Dasar Bioflok
Teknik Budidaya Ikan dengan Sistem Bioflok Harus Memiliki Pompa Air
Mengubah senyawa organik dan anorganik yang
mengandung senyawa kabon (C), hidrogen (H), Oksigen
(O), Nitrogen (N) dengan sedikit available posfor (P)
menjadi massa sludge berupa bioflocs dengan
menggunakan bakteri pembentuk flocs (flocs forming
bacteria) yang mensintesis biopolimer poli hidroksi
alkanoat sebagai ikatan bioflocs. 
Bakteri pembentuk flocs dipilih dari genera bakteri yang
non pathogen, memiliki kemampuan mensintesis PHA,
memproduksi enzim ekstraselular, memproduksi
bakteriosin terhadap bakteri pathogen, mengeluarkan
metabolit sekunder yang menekan pertumbuhan dan
menetralkan toksin dari plankton merugikan dan mudah
dibiakkan di lapangan.
Biofloc terdiri atas partikel serat organik yang kaya akan
selulosa, partikel anorganik berupa kristal garam kalsium
karbonat hidrat, biopolymer (PHA), bakteri, protozoa, detritus
(dead body cell), ragi, jamur dan zooplankton.  Bakteri yang
mampu membentuk bioflocs diantaranya:  
 Bacillus cereus 
 Bacillus subtilis
 Escherichia intermedia
 Flavobacterium
 Paracolobacterium aerogenoids
 Pseudomonas alcaligenes
 Sphaerotillus natans
 Tetrad dan Tricoda
 Zooglea ramigera

Teknik Pembuatan Bioflok


Isi fiber dengan air dengan ketinggian 80-100 cm
usahakan air yang tidak mengandung bahan kimia (air
PAM), kemudian buat sistim aerasi, larutkan garam
grosok 3kg/m3 kedalam media atau garam dapat
dilarutkan dahulu dengan air baru dimasukkan kedalam
media agar tercampur merata.

* Disini pompa aerator sudah mulai dihidupkan ya..

Hari kedua, masukkan bakteri pathogen atau probiotik


kedalam kolam sebanyak 6ml/m3.

*Bakteri dapat dibeli di toko pertanian atau dapat juga


dibuat sendiri. Pada postingan selanjutnya saya akan
kasih tau bagaimana cara membuat bakteri sendiri..

Hari ke tiga, beri pakan probiotik tadi dengan


memasukkan molase atau tetes tebu 250ml/m3. Molase
atau tetes tebu juga dapat diganti dengan air gula tebu
atau air gula jawa/merah. Selain itu tepung terigu juga
bisa menjadi pakan tambahan bagi bakteri patogen, anda
bisa menambahkan 100-200 gr tepung terigu kedalam
kolam.

Pada malam harinya boleh ditambah dolomit dengan


takaran 200-250 gr/m3. Kemudian biarkan air kolam
diaerator 7-10 hari agar mikro organisme cepat
berkembang biak.

Setelah 10 hari bakteri atau mikro organisme sudah


berkembang dengan baik, kolam budidaya siap ditebar
dengan benih lele dengan padat tebar 250-350/m3.
Indikator Keberhasil Pembentukan Bioflok 
Biofloc terbentuk, jika secara visual di dapat warna air
kolam coklat muda (krem) berupa gumpalan yang
bergerak bersama arus air. pH air cenderung di kisaran 7
dengan kenaikan pH pagi dan sore yang kecil rentangnya
kecil yaitu (0,02-0,2). Mulai terjadi penaikan dan
penurunan yang dinamis nilai NH4+, ion NO2‐ dan ion
NO3‐ sebagai indikasi berlangsungnya proses Nitrifikasi
dan Denitrifikasi.
Pemasukan Bibit Ikan
Setelah media telah ditumbuhi dengan bioflok, bibit ikan
dapat dimasukkan dengan padat tebar 250-350 / m3.
Benih ikan dapat anda sesuaikan dengan ikan yang ingin
anda budidayakan. Usahakan benih yang ditebar
merupakan benih yang berkualitas dan sehat agar
mengurangi angka kematian saat budidaya.
Pemberian Pakan
Dengan sistem bioflok ini maka anda dapat mengurangi 
jumlah pakan yang diberikan pada ikan, karena sejatinya
fungsi utama sistem bioflok ialah mengurai kotoran dan
sisa-sisa pakan pada ikan menjadi sumber pakan baru.

Berikut saya kasih tips pemberian pakan fermentasi :

1. Siapkan pakan pelet saya ambil contoh 1Kg ya brother,


nanti anda bisa menyesuaikan dengan kebutuhan. 1Kg
pelet dicampur 1/2 liter air panas yang sudah dicampur
probiotik 1/2 cc atau 1 sendok makan. Aduk semua sampai
homogen atau rata.

2. Disimpan atau difermentasi selama dua hari dalam


keadaan tertutub. Setelah itu baru pakan dapat ditebar
kedalam kolam. 

Pakan baru boleh diberikan setelah 2-3 hari bibit ditebar


kedalam kolam. Jadi pada saat bibit baru dimasukkan
anda boleh langsung memfermentasi pakan.
Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem
Biofloc

a. Flocs di kolam berbusa


Hal ini disebabkan oleh adanya bakteri berfilamen yang
menempel pada biofloc. Untuk itu ditebar 10 ppm Kalsium
peroksida, ikuti dengan menahan pergantian air selama 5‐
6 hari sambil dilakukan penambahan 20 ppm
CaCO3/kaptan per harinya, jika pada hari ke 6 busa masih
ada, tebar 10 ppm Kalsium Peroksida lagi, pada hari ke 7
air mulai dimasukkan ke dalam kembali, dan ketinggian
air dipulihkan ke ketinggian semula.
 
B. Biofloc terlalu pekat

Lakukan pengenceran secara over flow, pipa pengeluaran


dipotong sama rata dengan ketinggian air di dalam kolam.
Biarkan air yang masuk menyebabkan air tumpah keluar
lewat pipa pembuangan yang telah dipotong sama rat
dengan ketinggian air di dalam kolam.
 
C. Biofloc ketebalannya berkurang (normal 10‐20
cm sechi disk) dan warna air mengarah ke hijau 
Hentikan pengenceran, tahan air selama 5‐6 hari,
aplikasikan pupuk ZA 1 ppm setiap harinya untuk
menekan pertumbuhan chrollera atau aplikasikan pupuk
ZA 5 ppm setiap harinya untuk menekan pertumbuhan
blue green algae. Pada hari ke 7 sirkulasi/pengenceran
secara over flow dapat dilakukan kembali.
 
D. Biofloc ketebalannya berkurang (normal 10‐20
cm sechi disk) dan warna air mengarah ke coklat
merah  
Hentikan pengenceran, tahan air selama 5‐6 hari,
aplikasikan CaCO3 / kaptan 20 ppm setiap harinya dan 1‐
2 x treatment dengan Kalsium peroksida. Pada hari ke 7
sirkulasi/pengenceran secara over flow dapat dilakukan
kembali.
 
E. Warna hijau biru (BGA) atau merah
(Dinoflagellata) tetap ada  
Setelah 5‐6 hari treatment Berlakukan pola sistem
“minimal exchange water” terhadap kolam tersebut,
hindari pengenceran/sirkulasi. Penambahan air hanya
dilakukan untuk mengganti air yang hilang/susut akibat
penguapan, perembesan dan susut air akibat pembuangan
lumpur rutin harian saja.
Hal-hal yang perlu Diperhatikan dalam Sistem
Biofloc  
1. Bahan organik harus cukup (TOC > 100 mgC/L) dan
selalu teraduk
2. Nitrogen disintesis menjadi mikrobial protein dan dapat
dimakan langsung oleh udang dan ikan
3. Perlu disuplay C organik (molase, tepung terigu, tepung
tapioka) secara kontinue atau sesuai dgn amonia dalam air
• Oksigen harus cukup serta alkalinitas dan pH harus terus
dijaga
Kekurangan Sistim Bioflok

1. Tidak bisa diterapkan pada tambak yang bocor/rembes


karena tidak ada/sedikit pergantian air

2. Memerlukan peralatan/aerator cukup banyak sebagai


suply oksigen.
3. Aerasi harus hidup terus (24 jam/hari)
4. Pengamatan harus lebih jeli dan sering muncul kasus
Nitrit dan Amonia.
5. Bila aerasi kurang, maka akan terjadi pengendapan
bahan organik. Resiko munculnya H2S lebih tinggi karena
pH airnya lebih rendah.
6. Kurang cocok untuk tanah yang mudah teraduk (erosi).
Jadi dasar harus benar-benar padat (dasar berbatu / sirtu,
semen atau plastik HDPE)
 
7. Bila terlalu pekat, maka dapat menyebabkan kematian
bertahap karena krisis oksigen (BOD tinggi) 
8. Untuk itu volume Suspended Solid dari floc harus selalu
diukur. Bila telah mencapai batas tertentu, floc harus
dikurangi dengan cara konsumsi pakan diturunkan.

Kelebihan Sistim Bioflok

1. pH relatif stabil pH 7 - pH 7,8

2. pH nya cenderung rendah, sehingga kandungan


amoniak (NH3) relatif kecil.

3. Tidak tergantung pada sinar matahari dan aktivitasnya


akan menurun bila suhu rendah. 
4. Tidak perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga
biosecurity (keamanan) terjaga.

5. Limbah tambak (kotoran, algae, sisa pakan, amonia)


didaur ulang dan dijadikan makanan alami berprotein
tinggi

6. Lebih ramah lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai